Disusun Oleh :
FAKULTAS S1 KEPERAWATAN
TA 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Rahmatnya
saya berhasil menyusun makalah tentang “GLOMERULONEFRITIS” ini demi terpenuhnya
tugas dari mata kuliah KMB 2 yang dibina oleh Bapak Indrawan Manitu, M.Kep.,Ns. Pada
penulisan makalah ini, saya berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah di
mengerti sehingga para pembaca lebih mudah untuk memahami materi tersebut.
Dalam penulisan makalah ini, saya telah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal dan
mencurahkan segala pikiran yang saya miliki. Namun, saya sadar dalam pembuatan makalah ini
tentu masih banyak kekurangan. Baik dalam segi bahasa, pengolahan, maupun dalam
penyusunan. Untuk itu, saya mohon maaf atas kekurangan dalam penyusunan makalah ini dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi tercapainya
suatu kesempurnaan dalam memenuhi penyusunan makalah ini dan dapat di jadikan acuan bagi
tugas-tugas yang akan datang. Terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………
A. Latar Belakang…………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………
A. Definisi Glomerulonefritis………………………………………………………...
B. Etiologi Glomerulonefritis………………………………………………………...
C. Patofisiologi Glomerulonefritis……………………………………………………
D. Manifestasi Klinik Glomerulonefritis……………………………………………..
E. Komplikasi Glomerulonefritis……………………………………………………..
F. Penatalaksanaan Glomerulonefritis…………………………………………….…
G. Pathaway Glomerulonefritis………………………………………………………
H. Askep Glomerulonefritis…………………………………………………………..
BAB III PENUTUP…………………………………………………….………
A. Kesimpulan………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………….……….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...…
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Glomerulonefritis (GN) adalah suatu keadaan dimana terjadi inflamasi pada
glomerulus, yang berdasarkan ideologi dapat terjadi secara primer ataupun sekunder.
Data Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) menunjukkan bahwa GN sebagai
penyebab PGTA yang menjalani hemodialisis mencapai 39% pada tahun 2.000.
Glomerulonefritis merupakan salah satu penyebab penting dari penyakit ginjal kronik
reaksi imunitas mendasari kejadian GN. Diagnosis Dini menjadi penting sehingga dapat
dilakukan intervensi dini yang akan memberi dampak pada perjalanan penyakit penderita.
Namun demikian diagnosis kadang sukar karena presentasi klinik yang sangat bervariasi.
Tanda-tanda glomerulonefritis kronik (proteinuria persisten dengan atau tanpa hematuri
disertai penurunan fungsi ginjal).
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir
dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis yang dipakai
di sini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama terjadi pada
glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain. Glomerulonefritis merupakan Penyakit
peradangan ginjal bilateral. Peradangan dimulai dalam glomerulus dan bermanifestasi
sebagai proteinuria dan atau hematuria. Meskipun lesi utama pada glomelurus tetapi
seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan sehingga terjadi gagal ginjal.
Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard Wright pada tahun 1827 sekarang
dikenal merupakan kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi meskipun respon
imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Glomerulonefritis
2. Apa penyebab Glomerulonefritis
3. Bagaimana terjadinya Glomerulonefritis
4. Bagaimana tanda dan gejala Glumerulonefritis
5. Bagaimana dampak yang ditimbulkan Glumerulonefritis
6. Bagaimana penatalaksanaan Glumerulonefritis
7. Bagaimana pathaway dari Glumerulonefritis
8. Bagaimana teori asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Glomerulonefritis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Glomerulonefritis
Glomerulonefritis merupakan peradangan dan kerusakan pada alat penyaring
darah sekaligus kapiler ginjal (Glomerulus), (Japaries,
Willie, 1993). Glomerulonefritis merupakan sindrom yang ditandai oleh peradangan dari
glomerulus diikuti pembentukan beberapa antigen (Engran, Barbara, 1999).
Glomerulonefritis dibagi menjadi 2 yaitu:
Glomerulonefritis akut merupakan penyakit yang mengenai glomeruli kedua
ginjal. glomerulonefritis akut biasanya terjadi sekitar 2-3 Minggu setelah serangan
infeksi Streptococcus.
Glomerulonefritis kronik merupakan kerusakan glomeruli yang mengalami
pengerasan (sklerotik). Ginjal mengecil, tubula mengalami atrofi, ada inflamasi
interstisial yang kronik dan arterosklerosis
B. Etiologi Glomerulonefritis
Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut pasca streptokokus timbul setelah
infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang disebabkan oleh kuman Streptococcus
menyebabkan infeksi kulit 8-14 hari setelah infeksi Streptococcus, timbul gejala-gejala
klinis. Infeksi kuman Streptococcus beta hemoliticus ini mempunyai risiko terjadinya
glomerulonefritis akut pasca streptokokus berkisar 10-15%.
Penyebab terjadinya glomerulonefritis adalah virus Streptococcus ini yang
dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan bahwa :
Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina
Diisolasinya kuman Streptococcus beta hemoliticus golongan A.
Meningkatnya titer anti streptolisin pada serum penderita.
Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi mempengaruhi
terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcus. Ada beberapa penyebab
glomerulonefritis akut, tetapi yang paling sering di temukan disebabkan karena infeksi
dari streptokokus, penyebab lainya diantaranya:
Bakteri : streptokokus grup c, meningococcuss, streptococcus viridans,
Gonococcus, leptospira, mycoplasma pneumonia, staphylococcus albus,
salmonella typhi dll
Virus : hepatitis B, variccela, vaccinia, parvovirus, influenza, parotitis epidemika
dll
Parasit : malaria dan toksoplasma
C. Patofisiologi Glomerulonefritis
1. Glomerulonefritis akut
Pada glomerulonefritis akut terjadi peradangan pada bagian tubuh lain sehingga
tubuh berusaha memproduksi antibodi untuk melawan kuman penyebabnya. Apabila
pengobatan terhadap peradangan tubuh lain itu tidak adekuat, maka tubuh akan
memproduksi antibodi dan antibodi dalam tubuh akan meningkat jumlahnya dan
lama-kelamaan akan merusak glomerulus ginjal dan menyembuhkan peradangan.
Akibat dari peradangan tersebut maka glomerulus ginjal tidak dapat lagi menjalankan
fungsinya dengan baik karena menurunnya laju filtrasi ginjal (GFR) dan aliran darah
ke ginjal (REF) Mengalami penurunan. Darah, protein dan substansi lainnya yang
masuk ke ginjal tidak dapat terfiltrasi dan ikut terbuang dalam urin sehingga dapat
menyebabkan terjadinya proteinuria dan hematuria. Pelepasan sejumlah protein
secara terus-menerus ini akan mengakibatkan hipoprotein. Hal ini menyebabkan
tekanan osmotik sel akan menurun dan menjadi lebih kecil dari tekanan hidrostatik
sehingga cairan Akan berpindah dari plasma ke ruang interstisial dan menyebabkan
edema fasial yang bermula dari kelopak mata dan kondisi kronik edema ini akan
mengenai seluruh tubuh. Adanya peningkatan tekanan darah akibat mekanisme renin
angiotensin yang merupakan respon tubuh untuk mengurangi sirkulasi volume cairan
dan reabsorpsi air dan natrium di tubuh akan bertambah sehingga terjadi edema.
2. Glomerulonefritis kronik
Glomerulonefritis kronik atau GNK memiliki karakteristik kerusakan glomerulus
secara progresif lambat dan kehilangan filtrasi renal secara perlahan-lahan. Ukuran
ginjal sedikit berkurang sekitar seperlima dari ukuran normal dan terdiri dari jaringan
fibrosa yang luas. korteks mengecil menjadi lapisan yang tebalnya 1 sampai 2 mm
atau kurang. bekas jaringan parut merusak korteks menyebabkan permukaan ginjal
kasar dan irregular. sejumlah glomerulus dan tubulus nya berubah menjadi jaringan
parut dan bercabang-cabang Arteri menebal. akhirnya terjadi kerusakan glomerulus
yang parah menghasilkan penyakit ginjal tahap akhir.
D. Manifestasi Klinik Glomerulonefritis
Manifestasi klinis glomerulonefritis akut meliputi tahap awal dan tahap akhir.
Tahap awal meliputi :
Hematuria
Proteinuria
Azotemia (abnormalitas level senyawa yang mengandung nitrogen seperti urea
Kreatinin senyawa hasil metabolisme tubuh dan senyawa kaya nitrogen pada
darah)
Berat jenis urin meningkat
Laju endapan darah meningkat
Oliguria
Sedangkan pada tahap akhir meliputi
Bendungan sirkulasi
Hipertensi
Edema
Gagal ginjal tahap akhir
Manifestasi klinis pada glomerulonefritis kronis meliputi :
Edema
Nokturia berat badan menurun
Pada urinalisis terlihat adanya albumin dan eritrosit
Dysuria
Urine berwarna merah kecoklat-coklatan menurun output urine
E. Komplikasi Glomerulonefritis
Hipertensi congestive Heart Failure (chf) endocarditis
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada fase akut
malnutrisi oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari :
terjadi sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus
gambaran sebagai insufisiensi ginjal akut dengan urinnya hiperfosfatemia
hiperkalemia dan walaupun oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat
pada anak jika hal ini terjadi diperlukan peritoneum dialisis (bila perlu).
Ensefalopati hipertensi
merupakan gejala cerebrum karena hipertensi
gejala berupa gangguan penglihatan pusing muntah dan kejang-kejang
Hal ini disebabkan karena pecahnya pembuluh darah lokal dengan
anoreksia dan edema otak
gangguan sirkulasi
seperti dispneu, ortonea, terdapatnya ronchi basah pembesaran jantung dan
meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh
darah tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma
jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang
menetap dan kelainan di miokardium.
F. Penatalaksanaan Glomerulonefritis
Terapi
apabila kelainan disebabkan oleh glomerulus pasca stroke akut maka diperlukan
terapi antibiotik profilaksis obat pilihan (penisilin). Terapi profilaksis harus
dilanjutkan sampai beberapa bulan walaupun tahap akut sudah berlalu
terapi diuretik juga diberikan Apabila ada kelebihan beban cairan yang berat
(edema berat) apabila kelebihan cairan tidak dapat dikendalikan dengan diuretik
dan diet kemudian terjadi hipertensi, obat antihipertensi harus diberikan.
kerusakan glomerulus akibat proses autoimun dapat diobati dengan kortikosteroid
untuk immunospresi
inhibitor ACL (enzim pengubah angiotensin) dapat mengurangi kerusakan pada
individu dengan hipertensi kronik
Diet
karena adanya retensi cairan diet yang pasien lakukan harus rendah garam.
Apabila BUN dan Kreatinin meningkat asupan protein juga dibatasi pada 1-1,2 g/kg per
hari. Diet pasien harus mengandung cukup karbohidrat agar tubuh tidak menggunakan
protein sebagai sumber energi untuk mencegah mengecilnya otot (pelisutan otot) dan
ketidakseimbangan nitrogen. Pasien ini memerlukan 2.500-3.500 kalori per hari. Berat
badan ditimbang setiap minggu untuk memantau penurunan berat badan karena edema
berkurang atau berat badan menurun akibat ada pelisutan otot. Asupan kalium juga
dibatasi apabila laju filtrasi glomerulus kurang dari 19 ml/menit. kontrol Glukosa yang
ketat pada penderita diabet terbukti memperlambat atau mengurangi progres
glomerulonefritis.
Aktivitas
Selama masih ada tanda-tanda klinis glomerulonefritis pasien harus melakukan
bed rest total atau istirahat total sampai manifestasi klinis hilang.
G. Patoflow Glomerulonefritis
Infeksi/penyakit
Intoleran aktifitas
hipertensi
edema
Meningkatkan secret
ADH dan Aldosteron
Kerusakan integritas Gangguan
kulit keseimbangan cairan
H. ASUHAN KEPERAWATAN TN. A DENGAN KASUS GLOMERULONEFRITIS
Tugas Kasus :
I IDENTITAS PASIEN
A. Nama Lengkap/Umur Tn. A/60th
B. Alamat -
C. Pekerjaan -
II IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
-
III PERAWAT YANG MENGKAJI/WAKTU/TEMPAT
IV A. Riwayat penyakit dahulu
Setahun yang lalu pasien didiagnosa dengan gagal jantung saat
melakukan chek up di RS yang sama.
B. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dibawa ke RS dengan penurunan kesadaran. Sebelum
masuk RS pasien mengeluh pusing, sesak, rasa mual. TD
160/100 mmHg, S 36,50 C, N 90x/mnt, R 24x/mnt.
Riwayat saat pengkajian
pasien terlihat tampak sesak, terpasang O2 3-4 Ltr/Mnt,
Terpasang IVFD RL: Asering setiap 8 jam (1 lt/24 jam, 18
gtt/mnt. Kedua tungaki udem +3. Terasa nyeri padakedua kaki
bila digerakan. Terpasang kateter, urine berwarna kuning keruh
sebanyak 450 cc ukuran urine bag. Pasien mengatakan tidak ada
selera makan karena selalu merasa mual dan muntah. Kekuatan
otot ekstermitas 5, ekstremitas bawah 3.
C. Riwayat penyakit keluarga
Menurut istri pasien keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit hipertensi. Pasien adalah anak ke 2 dari 4 bersaudara.
1. Oksigenasi Gangguan
DS : pertukaran
Pasien mengeluh sesak, pusing, rasa mual. gas
DO :
Pasien terlihat tampak sesak, terpasang 02 3-4 Ltr/menit. R
24x/mnt, TD 160/100 mmHg
Inspeksi :
Suhu 36,50C
Penunjang :
Hb 10,0 g/dl
Ureum 181mg/dl
Kreatinin 11,50mg/dl
2. Nutrisi
Pasien tidak ada selera makan, mengeluh mual muntah
Inspeksi:
Terpasang IVFD RL: Asering setiap 8 jam (1 lt/24 jam, 18
gtt/mnt.
Hb 10,0 g/dl
3. Eliminasi
Tidak ada data yang jelas mengenai berapa kali BAK dan
BAB.
Terpasang kateter, urine berwarna kuning keruh sebanyak 450
cc ukuran urine bag.
4. Aktifitas dan istirahat Intoleransi
DS : aktivitas
Mengeluh pusing
DO :
Mengalami penurunan kesadaran, terasa nyeri pada kedua kaki
jika digerakan
Inspeksi :
Terpasang infus dan kateter
Palpasi :
Kekuatan otot ekstremitas atas 5, ekstremitas bawah3
5. Cairan dan elektrolit
Inspeksi:
Kaki bengkak
Palpasi:
Kedua tungkai udem +3
Data penunjang :
Ureum 181mg/dl
Kreatinin 11,50mg/dl
Pembatasan minum(data tidak akurat karena tidak ada catatan
mengenai intake dan output)
Focal stimulus
Pasien mengeluh adanya pusing, rasa mual muntah, terasa nyeri
pada kedua kaki bila di gerakkan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-pervusi yang ditandai
dengan pusing, sesak napas, dan penurunan kesadaran.
2. Intoleransi aktifitas b.d penurunan kesadaran, terasa nyeri pada kedua kaki jika
digerakan, Terpasang infus dan kateter.
Hasil Pemeriksaan
Obat-obatan
Asuhan Keperawatan
B. Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini, penulis berharap agar menambah ilmu
pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua
agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penulisan makalah-
makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Renica, Putri. "Glomerulonefritis Pada Anak Usia Sekolah." Medula: Jurnal Profesi Kedokteran
Universitas Lampung 1.04: 1-6.
Salim, Sylvia Alicia, Nice Rachmawati Masnadi, and Fitrisia Amelin. "Analisis Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Glomerulonefritis Akut Pasca Streptococcus." Baiturrahmah
Medical Journal 1.1 (2021): 28-35.
Afrizal, Adheelah Rachmah, Faizah Noor Amala, and Siti Ariffatus Saroh. "PENEGAKAN DIAGNOSIS
DAN TATALAKSANA GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOCOCCUS (GNAPS)."
Proceeding Book National Symposium and Workshop Continuing Medical Education XIV, 2021.