Anda di halaman 1dari 14

“MAKALAH PENYAKIT

DISENTRI”

Disusun oleh :

Siti Dina Dian Cholida


11 - Keperawatan

Jln. Pangrongo 1 No. 100 Jatibening 1 Antilop Bekasi Telp.


02184998571
1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, saya mengucapkan puji dan syukur  yang sebesar-besarnya kepada


Allah SWT atas rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya yang berlimpah sehingga
saya  dapat menyelesaikan penyusunan  Makalah ini.
Adapun judul dari Makalah ini “ jenis jenis dan cara pencegahan penyakit
Disentri“. Dalam menyelesaikan makalah,saya mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak baik berupa saran, bimbingan dan dukungan moril dan materil
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saya
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri dan semua
pihak yang membacanya. Amin.

Bekasi, 7 Oktober 2016


Siti Dina Dian Ch
2

DAFTAR ISI
 KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1
 DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 3
1.2.Identifikasi masalah.................................................................................. 3
1.3. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.4. Tujuan...................................................................................................... 3
1.5.Manfaat penelitian................................................................................... 3
BAB II Pembahasan
2.1.Definisi Disentri........................................................................................ 4
 2.2.Jenis-jenis Disentri................................................................................... 5
 2.3.Tanda Dan Gejala..................................................................................... 5
2.4.Perawatan................................................................................................ 5
2.5. Pencegahan............................................................................................. 5
2.6.Faktor Resiko............................................................................................. 6
2.7.Manifestasi Klinis....................................................................................... 6
2.8.Patofisiologi............................................................................................... 7
2.9.Penata Pelaksanaan Medis........................................................................ 8
2.10.Penata Pelaksanaan  Keperawatan.......................................................... 9-10
2.11.Komplikasi...............................................................................................10-11
 BAB III Kesimpulan Dan Saran……………………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 13
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 


Konsep terjadinya penyakit merupakan interaksi antara hospes,agent dan
lingkungaan (environtment ).penyakit yang sering menyebabkan penyakit infeksi
pada manusia yaitu kelompok bakteri, virus, fungi (jamur), dan parasit yang
selanjutnya akan menstimulasi respon  pertahanan tubuh manusia. Kasus-kasus
infeksi merupakan kasus yang umum dijumpai.Interaksi antara hospes dan agent
yang membawa kerugian pada hospes akan membuat sang hospes mengalami
sakit. Tetapi tubuh hospes yaitu manusia juga telah diperlengkapi sedemikian
rupa dengan sistem imun yang siaga menghadapi segala bentuk infeksi. Berbagai
reaksi biokimia maupun mekanika yang terjadi dalam tubuh akibat adanya reaksi
antara sistem imun tubuh dengan agen infeksi membawa manifestasi klinis pada
hospes penderita.Berbagai zat yang ada akan merangsang pembentukan zat-zat
lain. Berbagai efek nyata akan terlihat sebagai wujud munculnya zat itu.
Ganggauan fisiologis dapat terjadi akibat munculnya zat-zat dalm tubuh yang
dirangsang pembentukannya oleh agent of diseases. Disentri merupakan salah
satu bentuk penyakit yang disebabkan oleh agent of diseases.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari latar belakang diatas dalam makalah ini saya  mengangkat jenis-jenis
dan cara pencegahan penyakit Disentri.

1.3 Rumusan Masalah


1. apa itu Disentri?
2. berapa macam/jenis Disentri?
3. apa penyebab dan bagaimana cara penularan penyakit  Disentri itu?
4. Apa tanda dan gejala dari penyakit Disentri itu?
5. bagaimana cara pencegahan penyakit Disentri itu?

1.4  Tujuan
Untuk mengetahui jenis - jenis, cara penularan dan cara pencegahan
penyakit Disentri.

1.5 Manfaat penelitian


Untuk menambah pengetahuan tentang jenis - jenis dan cara pencegahan
penyakit Disentri.
4

BAB 11
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Disentri

          Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron
(usus), yaitu peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang
air besar, tinja berlendir bercampur darah. Buang air besar ini berulang-ulang
yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah. Disentri
adalah penyakit saluran cerna dengan feses, diketahui mengandung darah dengan
atau tanpa lendir. Darah ini biasanya dihasilkan dari dinding saluran cerna yang
luka dari dinding usus besar. Penyebab dari disentri ini diakibatkan oleh adanya
bakteri shigella yang menyebar ke makanan dan minuman yang tercemar. Sifat
basil disentri bisa menular. Ada dua jenis disentri, yaitu basil yang disebabkan
oleh basil sehingga kruse dan disentri amubawi yang disebabkan oleh protozoa
disentri. Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat
disentri basiler pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Kebanyakan kuman
penyebab disentri basiler ditemukan di negara berkembang dengan kesehatan
lingkungan yang masih kurang.

Disentri amuba tersebar hampir ke seluruh dunia terutama di negara yang


sedang berkembang yang berada di daerah tropis. Hal ini dikarenakan faktor
kepadatan penduduk, hygiene individu, sanitasi lingkungan dan kondisi sosial
ekonomi serta kultural yang menunjang. Akibat penting dari diare disentri adalah
penurunan berat badan, anoreksia dan kerusakan usus karena bakteri invasif.
Beberapa komplikasi lain juga dapat terjadi. Penyebab utama disentri akut adalah
Shigella, penyebab lain adalah Campylobacter jejuni, E coli enteroinvasive,
Salmonella dan Entamuba histolytica. Aeromonas juga diketahui sebagai bakteri
penyebab diare disentri. Dalam satu studi pasien diare dengan Aeromonas positif,
gejala klinis yang muncul 30% diare berdarah, 37% muntah-muntah, dan 31%
demam.
5

2.2. Jenis-jenis penyakit Disentri


1. Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus
disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan
mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
2. Escherichia coli enteroinvasif (EIEC).
3. Salmonella.
4. Campylobacter jejuni, terutama pada bayi.

2.3. Gejala Disentri


1. Disentri basiler
a. Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri
shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah
dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit,
didapatkan darah dan lendir dalam tinja.
b. Panas tinggi (39,50 – 400 C), appear toxic.
c. Muntah-muntah.
d. Anoreksia.
e. Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
f. Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis
(kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

  2. Disentri amoeba
          a. Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
         b. Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler
(≤10x/hari)
          c. Sakit perut hebat (kolik)
          d. Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada
1/3 kasus).

2.4.Perawatan
Tujuan pengobatan adalah menghentikan segera gejala yang terjadi dan
kemudian menghilangkan amuba dalam tubuh serta menyembuhkan luka akibat
infeksi.

2.5. Pencegahan Disentri


Pencegahan disentri dapat dilakukan dengan senantiasa menjaga
kebersihan diri dan lingkungan. Langkah awal yang paling sederhana adalah
6
membiasakan mencuci tangan sebelum makan dan mengkonsumsi makanan yang
bersih dan seh
2.6 Faktor Resiko
  Perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya diare:
1.Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan,
2.Menggunakan botol susu yang tercemar,
3.Menyimpan makanan masak pada suhu kamar dalam waktu cukup
lama,
4.Menggunakan air minuman yang tercemar oleh bakteri yang
berasal dari tinja
5.Tidak mencuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang
tinja atau sebelum memasak makanan,
6.Tidak membuang tinja secara benar.

2.7  Manifestasi Klinis

Gejala dimulai dalam 1-4 hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak yang lebih
muda, gejala dimulai secara tiba-tiba dengan demam, rewel, perasaan
mengantuk, hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, diare, nyeri perut dan
kembung dan nyeri pada saat buang air besar. Setelah 3 hari, tinja akan
mengandung nanah, darah dan lendir. Buang air besar menjadi lebih sering,
sampai lebih dari 20 kali/hari. Bisa terjadi penurunan berat badan dan dehidrasi
berat.
Pada orang dewasa tidak terjadi demam dan pada mulanya tinja sering
tidak berdarah dan tidak berlendir. Gejalanya dimulai dengan nyeri perut, rasa
ingin buang air besar dan pengeluaran tinja yang padat, yang kadang mengurangi
rasa nyeri. Episode ini berulang, lebih sering dan lebih berat. Terjadi diare hebat
dan tinja menjadi lunak atau cair disertai lendir, nanah dan darah. Kadang
penyakit dimulai secara tiba-tiba dengan tinja yang jernih atau putih, kadang
dimulai dengan tinja berdarah. Sering disertai muntah-muntah dan bisa
menyebabkan dehidrasi.
7

 2.8.Patofisiologi
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain
makanan, minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung dengan tinja
penderita. Bakteri menyebabkan penyakit dengan menyusup ke dalam lapisan
usus, menyebabkan pembengkakan dan kadang kadang luka dangkal.

Disentri Basiler biasanya dialami anak-anak yang lebih muda. Kuman


penyakit ini masuk langsung ke dalam alat-alat pencernaan dan menyebabkan
pembengkakan dan pemborokan dangkal. Peradangan yang hebat mungkin
meliputi seluruh usus besar dan juga usus halus bagian bawah.

Organisme ini disebarkan dari satu orang ke orang lainnya melalui makanan
dan air yang sudah dikotori atau yang disebarkan oleh lalat. Kuman disentri ini
hidup dalam usus besar manusia dan menyebabkan luka pada dinding usus. Inilah
yang menyebabkan kotoran penderita seringkali tercampur nanah dan darah.

Penyakit ini biasanya menyerang dengan tiba-tiba sekitar dua hari setelah
terkena kuman terutama pada anak-anak. Setelah itu demam, anak cengeng, dan
mudah mengantuk. Nafsu makannya hilang, mual, muntah, mencret, nyeri perut
disentri kembung.

Dua-tiga hari kemudian tinjanya mengandung darah, nanah dan lendir.


Penderita mungkin mengeluarkan tinja encer 20 sampai 30 kali sehari sehingga ia
bisa kekurangan cairan. Pada tahap parahnya infeksi terjadi hebat dan bisa
menyebabkan kematian.

Untuk mengobatinya biasanya dilakukan dengan mengganti cairan yang


keluar seperti oralit. Selain itu pemberian antioksidan sangat penting untuk
membunuh kuman. Meski begitu upaya pencegahan adalah dengan menjaga
kebersihan, membasmi lalat di rumah, serta jaga makanan dan minuman dari
kotoran.

Jika dalam kurun waktu tersebut tidak terlihat respons, harus dilakukan
evaluasi apakah disentri tersebut bukan disentri basiler tetapi disentri amuba
atau kuman tersebut sudah resisten terhadap antibiotik yang diberikan, sehingga
perlu diganti.Pengobatan disentri harus segera kalau tidak dapat membahayakan
jiwa anak atau kemungkinan komplikasi bisa terjadi.
8

 2.9.Penatalaksanaan Medis

Dokter akan memberikan  antibiotik sesuai dengan gambaran klinis diare,


tes laboratorium diperlukan untuk mengetahui tanda-tanda ketahanan kuman
dan jenis disentri. Namun biasanya dokter akan memberikan antibiotik selama 5-7
hari. Antibiotika :
1. Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan
mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang
tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan resiko komplikasi
dan kematian.

2. Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimokasazol


(trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari)
dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari.

3. Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian


kotrimoksazol dibandingkan placebo10.

4. Alternatif yang dapat diberikan : o Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi


dalam 4 dosis o Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis o
Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM o Asam nalidiksat
55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.

5. Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit


dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila
dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan
diganti dengan alternatif lain.

6. Terapi antiamubik diberikan dengan indikasi : o Ditemukan trofozoit


Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja. o Tinja
berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut
(masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk
disentri basiler.

7. Terapi yang dipilih sebagai antiamubik intestinal pada anak adalah


Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari.
Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan 9
membaik dalam 2-3 hari terapi.

  2.10.Penatalaksanaan Keperawatan

1. Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi
kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan
biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai
adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak.
Waspadai adanya syok sepsis.

2. Komponen terapi disentri :


a.Koreksi dan maintenance
cairan dan elektrolit Seperti pada kasus diare akut secara
umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan
disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap
status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.

b. Diet
Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian
makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk
mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU)
dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri,
terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk
mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan
preparat seng oral8,9. Dalam pemberian obat-obatan, harus
diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus
sebaiknya tidak diberikan karena adanya resiko untuk
memperpanjang masa sakit.

c. Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci
tangan dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk
mencegah autoinfeksi.
1) Upaya rehidrasi oral tidak tepat untuk :
a) Pengobatan awal dehidrasi berat, karena cairan harus
diganti dengan cepat.
b) Penderita ileus paratikus dan perut kembung.
c)  Penderita yang tidak dapat minum. 10

2)   Upaya rehidrasi oral tidak efektif untuk :


a) Penderita dengan pengeluaran tinja yang sangat
banyak dan cepat (lebih dari 15 ml/kgBB/jam) serta
penderita tidak dapat minum cairan dengan jumlah yang
cukup untuk mengganti kehilangannya.
b) Penderita dengan muntah berat dan berulang-ulang.
c) Penderita malabsorbsi glukosa; penderita seperti itu
larutan oralit menyebabkan volume tinja meningkat
nyata dan tinja mengandung glukosa jumlah besar.

  2.11.Komplikasi

1. Dehidrasi : saat di mana tubuh kita tidak seimbang dalam kadar


cairannya , tentunya banyak cairan yang dikeluarkan daripada yang
dihidupkan.

2. Gangguan elektrolit : terutama hiponatremia ( Hyponatremia merujuk


pada tingkat sodium dalam darah yang lebih rendah dari normal.
Sodium adalah penting untuk banyak fungsi-fungsi tubuh termasuk
pemeliharaan keseimbangan cairan, pengaturan dari tekanan darah, dan
fungsi normal dari sistim syaraf ).
3. Sepsis : suatu kondisi dimana terjadi reaksi peradangan sistemik /
11
inflammatory sytemic rection yang dapat disebabkan oleh invansi
bakteri, virus, jamur atau parasit dan DIC.

4. Sindroma Hemolitik Uremik : suatu penyakit dimana secara tiba-tiba


jumlah trombosit menurun (trombositopenia, sel-sel darah merah
dihancurkan (anemia hemolitik) dan ginjal berhenti berfungsi (gagal
ginjal).

5. Malnutrisi/malabsorpsi : kekurangan nutrisi dari sejak dalam


kandungan.

6. Hipoglikemia : kekurangan glukosa dalam darah.

7. Prolapsus rectum : turunnya rektum melalui anus.

8. Reactive arthritis : sindrom Reiter, meskipun istilah suatu kondisi yang


dipicu oleh infeksi yang terjadi di tubuh - paling sering usus, alat kelamin
atau saluran kemih. Sakit sendi dan bengkak merupakan ciri khas dari
arthritis reaktif. Artritis reaktif juga dapat menyebabkan peradangan
pada mata, kulit dan saluran yang membawa urin dari kandung kemih
(uretra). Arthritis reaktif juga kadang-kadang disebut ini lebih akurat
mengacu pada subtipe artritis reaktif terutama yang mempengaruhi
sendi, mata dan uretra.

9. Komplikasi yang jarang terjadi adalah kerusakan saraf, persendian atau


jantung, dan kadang-kadang usus yang berlubang.

10.Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan


sebagian selaput lendir usus keluar melalui lubang dubur (prolapsus
rekti).

                                                                         
12

BAB III
KESIMPULAN & SARAN

 Kesimpulan
Disentri adalah penyakit saluran cerna dengan feses, diketahui
mengandung darah dengan atau tanpa lendir. Darah ini biasanya dihasilkan
dari dinding saluran cerna yang luka dari dinding usus besar. Penyebab dari
disentri ini diakibatkan oleh adanya bakteri shigella yang menyebar ke
makanan dan minuman yang tercemar. Sifat basil disentri bisa menular.

 Saran
1. biasakan untuk selalu hidup bersih dan sehat
2.selalu periksa kesehatan atau vaksinasi jika sudah terjangkit penyakit
Disentri
13

Daftar Pustaka
 Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993.
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara. Pelczar dan Chan.
1988. 
 Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Rahma SN, Adriani A, Tabri F. Vaginosis bacterial. In : Amiruddin MD. editor.
Penyakit menular seksual.
 Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin 
 Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J. Vaginosis Bakterial. In: Maskur Z.
editor.Penyakit menular seksual.
 Edisi kedua. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2003.p.
79-84. 
 Cole DJ, Hill VR, Humenik FJ: Health, safety,and environmental concerns
of farm animal waste.Occup Med 1999 Apr-Jun; 14(2): 423-48 Doudier B,
Garcia S, Quennee V:Prognostic factors associated with
severe leptospirosis. Clin Microbiol Infect 2006 Apr; 12(4): 299-300.
 http://www.textbookofbacteriology.net/clostridia.html
 http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/i-wayan-arditayasa-
078114135.pdf 
 http://emedicine.medscape.com/article/229594-overview 

Anda mungkin juga menyukai