DISENTRI”
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 3
1.2.Identifikasi masalah.................................................................................. 3
1.3. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.4. Tujuan...................................................................................................... 3
1.5.Manfaat penelitian................................................................................... 3
BAB II Pembahasan
2.1.Definisi Disentri........................................................................................ 4
2.2.Jenis-jenis Disentri................................................................................... 5
2.3.Tanda Dan Gejala..................................................................................... 5
2.4.Perawatan................................................................................................ 5
2.5. Pencegahan............................................................................................. 5
2.6.Faktor Resiko............................................................................................. 6
2.7.Manifestasi Klinis....................................................................................... 6
2.8.Patofisiologi............................................................................................... 7
2.9.Penata Pelaksanaan Medis........................................................................ 8
2.10.Penata Pelaksanaan Keperawatan.......................................................... 9-10
2.11.Komplikasi...............................................................................................10-11
BAB III Kesimpulan Dan Saran……………………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
Untuk mengetahui jenis - jenis, cara penularan dan cara pencegahan
penyakit Disentri.
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Disentri
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron
(usus), yaitu peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang
air besar, tinja berlendir bercampur darah. Buang air besar ini berulang-ulang
yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah. Disentri
adalah penyakit saluran cerna dengan feses, diketahui mengandung darah dengan
atau tanpa lendir. Darah ini biasanya dihasilkan dari dinding saluran cerna yang
luka dari dinding usus besar. Penyebab dari disentri ini diakibatkan oleh adanya
bakteri shigella yang menyebar ke makanan dan minuman yang tercemar. Sifat
basil disentri bisa menular. Ada dua jenis disentri, yaitu basil yang disebabkan
oleh basil sehingga kruse dan disentri amubawi yang disebabkan oleh protozoa
disentri. Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat
disentri basiler pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Kebanyakan kuman
penyebab disentri basiler ditemukan di negara berkembang dengan kesehatan
lingkungan yang masih kurang.
2. Disentri amoeba
a. Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
b. Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler
(≤10x/hari)
c. Sakit perut hebat (kolik)
d. Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada
1/3 kasus).
2.4.Perawatan
Tujuan pengobatan adalah menghentikan segera gejala yang terjadi dan
kemudian menghilangkan amuba dalam tubuh serta menyembuhkan luka akibat
infeksi.
2.7 Manifestasi Klinis
Gejala dimulai dalam 1-4 hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak yang lebih
muda, gejala dimulai secara tiba-tiba dengan demam, rewel, perasaan
mengantuk, hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, diare, nyeri perut dan
kembung dan nyeri pada saat buang air besar. Setelah 3 hari, tinja akan
mengandung nanah, darah dan lendir. Buang air besar menjadi lebih sering,
sampai lebih dari 20 kali/hari. Bisa terjadi penurunan berat badan dan dehidrasi
berat.
Pada orang dewasa tidak terjadi demam dan pada mulanya tinja sering
tidak berdarah dan tidak berlendir. Gejalanya dimulai dengan nyeri perut, rasa
ingin buang air besar dan pengeluaran tinja yang padat, yang kadang mengurangi
rasa nyeri. Episode ini berulang, lebih sering dan lebih berat. Terjadi diare hebat
dan tinja menjadi lunak atau cair disertai lendir, nanah dan darah. Kadang
penyakit dimulai secara tiba-tiba dengan tinja yang jernih atau putih, kadang
dimulai dengan tinja berdarah. Sering disertai muntah-muntah dan bisa
menyebabkan dehidrasi.
7
2.8.Patofisiologi
Kuman penyebab diare menyebar masuk melalui mulut antara lain
makanan, minuman yang tercemar tinja atau yang kontak langsung dengan tinja
penderita. Bakteri menyebabkan penyakit dengan menyusup ke dalam lapisan
usus, menyebabkan pembengkakan dan kadang kadang luka dangkal.
Organisme ini disebarkan dari satu orang ke orang lainnya melalui makanan
dan air yang sudah dikotori atau yang disebarkan oleh lalat. Kuman disentri ini
hidup dalam usus besar manusia dan menyebabkan luka pada dinding usus. Inilah
yang menyebabkan kotoran penderita seringkali tercampur nanah dan darah.
Penyakit ini biasanya menyerang dengan tiba-tiba sekitar dua hari setelah
terkena kuman terutama pada anak-anak. Setelah itu demam, anak cengeng, dan
mudah mengantuk. Nafsu makannya hilang, mual, muntah, mencret, nyeri perut
disentri kembung.
Jika dalam kurun waktu tersebut tidak terlihat respons, harus dilakukan
evaluasi apakah disentri tersebut bukan disentri basiler tetapi disentri amuba
atau kuman tersebut sudah resisten terhadap antibiotik yang diberikan, sehingga
perlu diganti.Pengobatan disentri harus segera kalau tidak dapat membahayakan
jiwa anak atau kemungkinan komplikasi bisa terjadi.
8
2.9.Penatalaksanaan Medis
2.10.Penatalaksanaan Keperawatan
1. Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi
kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan
biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai
adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak.
Waspadai adanya syok sepsis.
b. Diet
Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian
makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk
mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU)
dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri,
terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk
mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan
preparat seng oral8,9. Dalam pemberian obat-obatan, harus
diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus
sebaiknya tidak diberikan karena adanya resiko untuk
memperpanjang masa sakit.
c. Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci
tangan dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk
mencegah autoinfeksi.
1) Upaya rehidrasi oral tidak tepat untuk :
a) Pengobatan awal dehidrasi berat, karena cairan harus
diganti dengan cepat.
b) Penderita ileus paratikus dan perut kembung.
c) Penderita yang tidak dapat minum. 10
2.11.Komplikasi
12
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
Disentri adalah penyakit saluran cerna dengan feses, diketahui
mengandung darah dengan atau tanpa lendir. Darah ini biasanya dihasilkan
dari dinding saluran cerna yang luka dari dinding usus besar. Penyebab dari
disentri ini diakibatkan oleh adanya bakteri shigella yang menyebar ke
makanan dan minuman yang tercemar. Sifat basil disentri bisa menular.
Saran
1. biasakan untuk selalu hidup bersih dan sehat
2.selalu periksa kesehatan atau vaksinasi jika sudah terjangkit penyakit
Disentri
13
Daftar Pustaka
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993.
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara. Pelczar dan Chan.
1988.
Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Rahma SN, Adriani A, Tabri F. Vaginosis bacterial. In : Amiruddin MD. editor.
Penyakit menular seksual.
Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J. Vaginosis Bakterial. In: Maskur Z.
editor.Penyakit menular seksual.
Edisi kedua. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2003.p.
79-84.
Cole DJ, Hill VR, Humenik FJ: Health, safety,and environmental concerns
of farm animal waste.Occup Med 1999 Apr-Jun; 14(2): 423-48 Doudier B,
Garcia S, Quennee V:Prognostic factors associated with
severe leptospirosis. Clin Microbiol Infect 2006 Apr; 12(4): 299-300.
http://www.textbookofbacteriology.net/clostridia.html
http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/i-wayan-arditayasa-
078114135.pdf
http://emedicine.medscape.com/article/229594-overview