Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

DISENTRI

Oleh :

Nailil Khusna (201410330311067)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali

menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain.

Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba

(disentri amoeba).

Di Amerika Serikat, insiden disentri amoeba mencapai 1-5% sedangkan

disentri basiler dilaporkan kurang dari 500.000 kasus tiap tahunnya.

Sedangkanangka kejadian disentri amoeba di Indonesia sampai saat ini masih

belum ada, akan tetapi untuk disentri basiler dilaporkan 5% dari 3848 orang

penderita diare berat menderita disentri basiler.

Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat

disentri basiler pada anak-anak di bawah umur 5 tahun. Kebanyakan kuman

penyebab disentri basiler ditemukan di negara berkembang dengan kesehatan

lingkungan yang masih kurang. Disentri amoeba tersebar hampir ke seluruh

dunia terutama di negara yang sedang berkembang yang berada di daerah

tropis. Hal ini dikarenakan faktor kepadatan penduduk, higiene individu,

sanitasi lingkungan dan kondisi sosial ekonomi serta kultural yang menunjang.

Penyakit ini biasanya menyerang anak dengan usia lebih dari 5 tahun.

Spesies Entamoeba menyerang 10% populasi didunia. Prevalensi yang

tinggi mencapai 50 persen di Asia, Afrika dan Amerika selatan. Sedangkan

pada shigella di Ameriksa Serikat menyerang 15.000 kasus. Dan di Negara-


negara berkembang Shigella flexeneri dan S. dysentriae menyebabkan

600.000 kematian per tahun.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh

tentang disentri mengenai definisi, etiologi, faktor resiko, patogenesis,

manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya.

1.3 Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan

pemahaman penulis maupun pembaca mengenai disentri. beserta patofisiologi

dan penangananannya.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan

sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang

bercampur lendir dan darah.

Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang

menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang

disebut sebagai sindroma disentri, yakni: 1) sakit di perut yang sering disertai

dengan tenesmus, 2) berak-berak, dan 3) tinja mengandung darah dan lender.

2.2 Etiologi

Etiologi dari disentri ada 2, yaitu :Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella,sp.

Shigella adalah basil non motil, gram negatif, family enterobacteriaceae. Ada 4

spesies Shigella, yaitu S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43

serotipe O dari shigella. S.sonnei adalah satu-satunya yang mempunyai serotipe

tunggal. Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotype spesifik, maka

seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini

memiliki kemampuan menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan infeksi

dalam jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini kadang-kadang bersifat ringan dan

kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang jelek akan menyebabkan

mudahnya penularan penyakit. Secara klinis mempunyai tanda-tanda berupa diare,

adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan tenesmus.

Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica. E.histolytica

merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme komensal


(apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah

menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan menembus

dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk,

yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista.

Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica.

E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme

komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat

berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan

menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada

2 bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista. Bentuk

trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal (berukuran < 10 mm) dan

trofozoit patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat dijumpai di

lumen usus tanpa menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare,

maka trofozoit akan keluar bersama tinja. Sementara trofozoit patogen yang dapat

dijumpai di lumen dan dinding usus (intraintestinal) maupun luar usus

(ekstraintestinal) dapat mengakibatkan gejala disentri. Diameternya lebih besar

dari trofozoit komensal (dapat sampai 50 mm) dan mengandung beberapa eritrosit

di dalamnya. Hal ini dikarenakan trofozoit patogen sering menelan eritrosit

(haematophagous trophozoite). Bentuk trofozoit ini bertanggung jawab terhadap

terjadinya gejala penyakit namun cepat mati apabila berada diluar tubuh manusia.

2.3 Patofisiologi

a.Disentri basiler

Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu keadaan yang

ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, disertai eksudat
inflamasi yang mengandung leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah.

Kuman Shigella secara genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka

dapat melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air,

makanan, dan lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung

dan usus halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang

biak didalamnya.

Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun ileum

terminalis dapat juga terserang. Kelainan yang terberat biasanya di daerah

sigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatal

ditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi

biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel

limfoid, dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang

dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus

bergaung.

S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain

ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik,

dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut merupakan salah satu faktor virulen

sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan

menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang

khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5

cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil.

Dapat terjadi perlekatan dengan peritoneum.


b.Disentri Amuba

Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus besardapat

berubah menjadi patogen sehingga dapat menembus mukosa usus dan

menimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampai

saat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien,

sifat keganasan (virulensi) amoeba, maupun lingkungannya mempunyai peran.

2.5 Gejala Klinis

a.Disentri Basiler

Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala rerata 7 hari

sampai 4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare

disertai demam yang mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja

masih mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun.

b.DisentriAmuba

Carrier (CystPasser) Pasien ini tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali.

Hal ini disebabkan karena amoeba yang berada dalam lumen usus besar tidak

mengadakan invasi ke dinding usus.

2.6 Diagnosis

Disentri basiler

Perlu dicurigai adanya Shigellosis pada pasien yang datang dengan keluhan

nyeri abdomen bawah, dan diare. Pemeriksaan mikroskopik tinja menunjukkan

adanya eritrosit dan leukosit PMN. Untuk memastikan diagnosis dilakukan kultur

dari bahan tinja segar atau hapus rektal. Pada fase akut infeksi Shigella, tes

serologi tidak bermanfaat. Pada disentri subakut gejala klinisnya serupa dengan

colitis ulserosa. Perbedaan utama adalah kultur Shigella yang positif dan
perbaikan klinis yang bermakna setelah pengobatan dengan antibiotik

yang adequat

Disentri amuba

Pemeriksaan tinja sangat penting di mana tinja penderita amebiasis tidak

banyak mengandung leukosit tetapi banyak mengandung bakteri. Diagnosis pasti

baru dapat ditegakkan bila ditemukan amoeba (trofozoit). Akan tetapi

ditemukannya amoeba bukan berarti meyingkirkan kemungkinan penyakit lain

karena amebiasis dapat terjadi bersamaan dengan penyakit lain. Oleh karena itu,

apabila penderita amebiasis yang telah menjalani pengobatan spesifik masih tetap

mengeluh nyeri perut, perlu dilakukan pemeriksaan lain, misalnya endoskopi, foto

kolon dengan barium enema atau biakan tinja. Abses hati ameba sukar dibedakan

dengan abses piogenik dan neoplasma. Pemeriksaan ultrasonografi dapat

membedakannya dengan neoplasma, sedang ditemukannya echinococcus dapat

membedakannya dengan abses piogenik. Salah satu caranya yaitu dengan

dilakukannya pungsi abses.

 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tinja

Pemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat

penting. Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk

pemeriksaan mikroskopik diperlukan tinja yang segar. Kadang diperlukan

pemeriksaan berulang-ulang, minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan

sebelum pasien mendapat pengobatan.Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk

(pasien tidak diare), perlu dicari bentuk kista karena bentuk trofozoit tidak akan

dapat ditemukan. Dengan sediaan langsung tampak kista berbentuk bulat dan
berkilau seperti mutiara. Didalamnya terdapat badan-badan kromatoid yang

berbentuk batang dengan ujung tumpul, sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat

melihat intinya, dapat digunakan larutan lugol.

Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi

Pemeriksaan ini berguna untuk membantudiagnosispenderitadengangejala

disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba. Akan

tetapi pemeriksaan ini tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini akan

didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan,

mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal.

Foto rontgen kolon

Pemeriksaan rontgen kolon tidak banyak membantu karena seringkali ulkus

tidak tampak. Kadang pada kasus amoebiasis kronis, foto rontgen kolon dengan

barium enema tampak ulkus disertai spasme otot. Pada ameboma nampak

filling defect yang mirip karsinoma.

Pemeriksaan uji serologi

Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosisabseshatiamebik

dan epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembusjaringan(invasif).

Oleh karena itu uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri amoeba dan

negatif pada carrier. Hasil uji serologis positif belum tentu menderita amebiasis

aktif, tetapi bila negatif pasti bukan amebiasis

2.7 Tatalaksana

Disentri Basiler

Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien diobati

dengan antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi


diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan, antibiotika diganti dengan

jenis yang lain. Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol dan

tetrasiklin hampir universal terjadi. Kuman Shigella biasanya resisten terhadap

ampisilin, namun apabila ternyata dalam uji resistensi kumann terhadap ampisilin

masih peka, maka masih dapat digunakan dengan dosis 4 x 500 mg/hari selama 5

hari. Begitu pula dengan trimetoprimsulfametoksazol, dosis yang diberikan 2 x

960 mg/hari selama 3-5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan

disentri basiler karena tidak efektif.

Disentri amuba

Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin) 650 mg tiga kali

perhari selama 20 hari. Amebiasis intestinal ringan atau sedang : tetrasiklin 500

mg empat kali selama 5 hari. Amebiasis intestinal berat, menggunakan 3 obat :

Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat

kali selama 5 hari, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.

Amebiasis ektraintestinal, menggunakan 3 obat : Metonidazol 750 mg

tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram perhari

selama 2 hari dilanjutkan 500 mg/hari selama 4 minggu, dan emetin 1

mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.

2.8 Prognosis

Prognosis ditentukan dari berat ringannya penyakit, diagnosis dan pengobatan

dini yang tepat serta kepekaan ameba terhadap obat yang diberikan. Pada

umumnya prognosis amebiasis adalah baik terutama pada kasus tanpa komplikasi.

Prognosis yang kurang baik adalah abses otak ameba. Pada bentuk yang berat,

angka kematian tinggi kecuali bila mendapatkan pengobatan dini. Tetapi pada
bentuk yang sedang, biasanya angka kematian rendah; bentuk dysentriae biasanya

berat dan masa penyembuhan lama meskipun dalam bentuk yang ringan. Bentuk

flexneri mempunyai angka kematian yang rendah.


BAB 3

KESIMPULAN

Disentri merupaka peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit

perut dan buang air besar encer yang bercampur lendir dan darah. Etiologi dari

disentri ada 2, yaitu disenstri basiler yang disebabkan oleh Shigella,sp. Dan

disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba hystolitica.

Manifestasi klinis disentri basiler berupa diare berlendir, alkalis, tinja kecil-

kecil dan banyak, darah dan tenesmus serta bila tinja berbentuk dilapisi lendir.

Manifestasi klinis disentri amuba berupa tinja biasanya besar, asam, berdarah dan

tenesmus jarang. Diagnosis dari disentri dapat ditegakkan melalui anamnesa,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lanjutan.


DAFTAR PUSTAKA

Davis K., 2007. Amebiasis. Diakses dari http://www.emedicine.com/

med/topic116.htm.

Kroser A. J., 2007. Shigellosis. Diakses dari http://www.emedicine.com/

med/topic2112.htm.

Sya’roni A., Hoesadha Y., 2006. Disentri Basiler. Buku Ajar Penyakit Dalam.

FKUI:Jakarta.

.Oesman, Nizam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III. Fakultas

kedokteranUI.:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai