Anda di halaman 1dari 3

1. membandingkan .....................

2. faktor pendorong dan penghambat


Faktor Pendorong
1. Kurangnya informasi tentang penanganan BLS pada masa pandemi covid-19
2. Kurangnya pengalaman dalam menangani kasus BLS pada masa pandemi covid-19
Faktor Penghambat
1. Mencari Informasi tentang penanganan atau cara menangani BLS pada masa pandemi
covid-19
3. mereview literatur jurnal
review jurnal tentang “penanganan/penatalaksanaan BLS (Basic Life Support) yaitu
Resusitasi Jantung Paru Di Era Pandemi Covid-19 yang mengacu pada faktor pendorong dan
penghambat :
Cardio Pulmonary Resuscitation yang dilakukan sebelum kedatangan ambulan
akan meningkatkan peluang kelangsungan hidup hingga tiga kali. Namun demikian, timbul
kekhawatiran bagi para tenaga medis akan tertular sindrom pernapasan akut
coronavirus 2 (SARSCoV-2) ketika melakukan CPR namun kejadian henti jantung
membutuhkan penanganan segera. Hal ini dapat berbahaya ketika kombinasi ketakutan
dan kesalahan informasi dapat menurunkan kemauan bagi seseorang untuk memberikan
bantuan kepada pasien henti jantung yang tiba-tiba pingsan di depan umum. terdapat
strategi penanganan RJP yang dianjurkan pada masa pandemi COVID-19.Jika anda
tidak terlatih atau tidak dapat melakukan bantuan pernafasan, berikan kompresi dada
khusus secara kontinu pada kecepatan minimal 100-120 menit (Organisation and Care,
2019).
Mengingat kemungkinan bahwa korban mungkin terinfeksi COVID-19,
Resuscitation Council UK menyarankan: (1)Kenali serangan jantung, cari tanda-tanda
kehidupan dan tanda pernafasan normal. Jangan mendengarkan atau merasakan
pernapasan dengan mendekatkan telinga dan pipi Anda ke bagian mulut pasien. Jika Anda
ragu untuk memastikan henti jantung, lakukan kompresi dada sampai bantuan tiba.
(2)Pastikan ambulans sedang dalam perjalanan. Jika anda curiga COVID-19 beri tahu tim
ambulan saat menelpon mereka.(3)Jika ada risiko infeksi yang dirasakan, tim
penyelamat harus meletakkan kain / handuk di atas mulut dan hidung korban dan
hanya melakukan RJP dan defibrilasi awal sampai ambulans (atau tim perawatan lanjutan)
tiba. (4)Gunakan defibrillator karena terbukti meningkatkan peluang bertahan hidup dan
tidak meningkatkan risiko infeksi. (5)Jika penyelamat memiliki alat pelindung diri (APD)
(misalkan masker wajah FFP3, sarung tangan sekali pakai, pelindung mata), ini harus
dipakai. (6)Setelah melakukan RJP khusus kompresi, semua penyelamat harus mencuci
tangan dengan sabun dan air, gel tangan berbasis alkohol adalah alternatif. Mereka
juga harus menghubungi tim penanganan COVID-19 untuk meminta saran.
Strategi Cardiopulmonary Resuscitation untuk pertolongan di luar rumah sakit
langkah-langkah direkomendasikan, yaitu (1)Kompresi dada dengan defibrilasi
dengan AED (bila perlu). (2)Kompresi dada dengan instrumen kompresi-dekompresi perut
aktif (perangkat) dan AED (bila perlu). Personil yang terlatih khusus dalam instrumen
kompresi-dekompresi perut aktif dapat menggunakan perangkat ini untuk membangun
pernapasan perut untuk menggantikan pernapasan dada, sampai kedatangan profesional
kesehatan
Strategi Cardiopulmonary Resuscitation untuk pertolongan di rumah sakit
Infektivitas penyakit yang tinggi, lingkungan patogen konsentrasi tinggi, membuat
tenaga medis harus memiliki prinsip dan strategi berikut ini :
(1)Tindakan perlindungan untuk penyakit menular kelas A: personil resusitasi memakai
perlindungan tiga tingkat, termasuk perlindungan wajah penuh untuk respirasi.
(2)Intubasi endotrakeal emergensi: dilakukan intubasi endotrakeal pasien di bawah
bimbingan fibrobronchoscope atau laringoskop visual dan dalam keadaan sedatif.
(3)Kompresi dada: resusitasi kardiopulmoner mekanik dapat digunakan untuk
menggantikan kompresi dada manual, terutama dalam kasus resusitasi yang tidak
memadai, untuk menghindari penurunan kualitas kompresi dada dan peningkatan
kemungkinan infeksi yang disebabkan oleh masuknya keringat patogen secara tidak
sengaja ke dalam konjungtiva dan mukosa nasal-oral dari perawat resusitasi
kardiopulmoner karena berkeringat. (4)Resusitasi kardiopulmoner selama 30 menit:
sesuai dengan penyebab henti jantung serta mekanisme cedera penyakit.
Pedoman resusitasi yang berfokus pada ABC (Airway-Breathing-Circulation) telah
direvisi, sehingga pada 2010 pedoman untuk CPR merekomendasikan perubahan dalam
urutan langkah menjadi CAB (kompresi dada, jalan napas, pernapasan) untuk orang
dewasa, anak-anak, dan bayi (Atmojo, Widiyanto and Handayani, 2019). Perubahan ini
tanpa disadari sangat membantu dalam masa pandemi COVID-19, karena perawat tidak
perlu mendekat kepada pasien untuk mengecek jalan nafas, sehingga jalur infeksi dapat
diminimalkan. Penghentian resusitasi jantung paru dapat dipertimbangkan setelah
pasien dilakukan RJP selama lebih dari 30 menit tanpa return of spontaneous circulation /
ROSC (tidak ada tanda vital yang muncul selama resusitasi kardiopulmoner) dukungan
extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) dan sirkulasi ekstrakorporeal

Anda mungkin juga menyukai