Anda di halaman 1dari 7

NAMA : YOSUA SINAMBELA

NIM : 121170041
PRODI : TEKNIK MESIN
KELAS: R37

Permasalahan Ketahanan Nasional


ketahanan nasional adalah kondisi suatu bangsa yang menggambarkan kemampuan
mengatasi segala macam ancaman, tantangan, hambatan dan juga gangguan yang terjadi
didalam negara. Ada 5 faktor penguat ketahanan nasional suatu bangsa yaitu ideologi, politik,
sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan.

a. Ketahanan ideologi adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang berlandaskan keyakinan
akan kebenaran ideologi Pancasila yang mengandung kemampuan untuk menggalang dan
memelihara persatuan dan kesatuan nasional dan kemampuan menangkal penetrasi
ideologi asing serta nilai-nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
b. Ketahanan politik adalah kondisi kehidupan politik bangsa Indonesia yang berlandaskan
demokrasi politik berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang
mengandung kemampuan memelihara sistem politik yang sehatdan dinamis serta
kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas dan aktif.
c. Ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa yang berlandaskan
demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila yang mengandung kemampuan
memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta kemampuan menciptakan
kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing yang tinggi dan mewujudkan
kemakmuran rakyat yang adil dan merata.
d. Ketahanan sosial budaya adalah kondisi kehidupan sosial budaya bangsa yang dijiwai
kepribadian nasional berdasarkan Pancasila yang mengandung kemampuan membentuk
dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air,
berkualitas, maju dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi, seimbang serta
kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
nasional.
e. Ketahanan pertahanan keamanan adalah kondisi daya tangkal bangsa yang dilandasi
kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas
pertahanan keamanan negara yang dinamis, mengamankan pembangunan dan hasil-
hasilnya serta kemampuan mempertahankan kedaulatan negara dan menangkal segala
bentuk ancaman.

Jika melihat fenomena yang berkembang di kalangan masyarakat Indonesia saat ini, bangsa
dan negara Indonesia sedang mengalami berbagai tantangan atau bahkan ancaman, baik dari
dalam negeri maupun dari luar negeri. Dari dalam negeri, gerakan reformasi yang telah
digulirkan saat ini justru menyisakan dampaknya yang berkepanjangan. Semangat
demokratisasi yang menjelma dalam reformasi hanya melahirkan nilai-nilai kebebasan yang
kering dari spiritualitas nilai moral dan etika, kemudian menjalar menjadi krisis sosio kultural
bangsa Indonesia. Krisis budaya yang meluas di kalangan masyarakat itu dapat disaksikan
dalam berbagai bentuknya, seperti terjadinya disorientasi dan distorsi. Disorientasi artinya
masyarakat kehilangan arah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, akibat semakin lepas
dari nilai-nilai dasar yang menjadi pedoman, pengangan, dan pandangan hidup. Distorsi nilai,
yaitu pemutarbalikan cara pandang, nilai-nilai lama yang dahulu dijadikan pedoman, dan
pandangan hidup sekarang difahami sebagai sesuatu yang kuno dan ketinggalan jaman.
Sementara masyarakat lebih memilih dan mempercayai nilai-nilai modern yang serba praktis
dan pragmatis, kesemuanya belum tentu sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia. Masyarakat mengalami kegoyahan dalam pandangan hidupnya, mudah
terombang– ambing dan mudah termakan provokasi yang menjerumuskan. Modus distorsi
ditandai semakin memudar ikatan kohesivitas sosial, seperti menurunnya rasa solidaritas atau
kesetiakawanan sosial sebagai sesama anak bangsa. Kehidupan sosial menjadi hambar dan
gersang, kering dari spiritualitas nilainilai sosial dan masyarakat menjadi temperamental
sehingga mudah melakukan berbagai tindakan kekerasan atau anarkhis. Di sisi lain muncul
pada sebagian kaum elit suatu pemikiran yang dilandasi semangat federalisme dan demokrasi
liberal, misalnya dalam bentuk ide – ide pemekaran wilayah untuk memperluas daerah-
daerah otonomi khusus tanpa alasan rasional yang memihak kepentingan masyarakat. Ada
juga ancaman dari luar negeri berupa dampak multi dimensi dari globalisasi, misalnya
tekanan kapitalisme di bidang ekonomi dan demokrasi liberal di segala bidang kehidupan,
dapat menggoyahkan bahkan mengancam eksistensi negara kebangsaan. Seperti misalnya
semangat liberalisme yang melahirkan anak-anak kandungnya yaitu kapitalisme dan
demokrasi liberal saat ini telah mengembangkan sayapnya ke seluruh penjuru dunia. Nilai
nilai liberalisme barat yang dikemas ke dalam sistem ekonomi kapitalis dan sistem demokrasi
liberal mampu menciptakan tatanan dunia baru yang bersifat mondial. Ada ketegangan
kekuatan tarik ulur antara nilai-nilai kearifan lokal dan nilai-nilai global. Gerakan reformasi
yang telah digulirkan saat ini justru menimbulkan dampak sampingan. Semangat
demokratisasi yang menjelma dalam gerakan reformasi hanya melahirkan nilai-nilai
kebebasan yang kering dari spiritualitas nilai moral dan etika, pada akhirnya menjalar
menjadi krisis sosio kultural bangsa Indonesia. Dan jika tetap didiamkan tidak ada upaya
mencegah itu semua maka lama kelamaan akan merembet ke pada hal lain seperti contoh
pada sektor pendidikan yang dimna akan membuat para anak-anak muda penerus bangsa
akan mulai malas belajar dan mencari ilmu karna terbiasa dimanjakan dengan hal-hal instan
yang dimana budaya ini dibawa masuk dari luar negri sehingga ditakutkan bila masyarkat
indonesia sudah mulai malas bekerja dan belajar bukan tidak mungkin bangsa indonesia akan
dengan mudah dibodohi dan dibohongi oleh bangsa lain bukan hanya itu barang barang
terlarang seperti narkoba dan lain lain akan bebas masuk kedalam indonesia yang membuat
masyarakat/warga indonesia yang pengangguran dan tidak berpendidikan akan mulai
mengkonsumsi narkoba untuk menghilangkan stress dimana diindonesia sendiri sudah
banyak penduduk yang terpapar narkotika bisa dilihat dari data BNN dimana total dari
rentang usia 15-64 tahun ada sekitar 4,8 juta penduduk desa dan kota pernah memakai
narkoba sepanjang 2022-2023. BNN mengungkap 768 kasus tindak pidana narkotika dengan
tersangka sebanyak 1.209 orang. Dengan banyaknya tingkat penggunaan narkotika yang
tinggi diindonesia yang mayoritas penggunanya adalah pengangguran menyebabkan tingkat
kejahatan seperti pencurian, begal, perampokan dan lain lain akan turut meningkat ini juga
menjadi salah satu masalah utama dipertahanan nasional kita yang dimana seharusnya hal-hal
seperti ini bisa cepat diselesaikan oleh pemerintah kita.

Unsur-unsur ketahanan nasional model Indonesia terdiri atas delapan unsur yang dinamakan
Asta Gatra (delapan gatra), yang terdiri dari Tri Gatra (tiga gatra) alamiah dan Panca Gatra
(lima gatra) sosial. Unsur atau gatra dalam ketahanan nasional Indonesia tersebut, sebagai
berikut :

Tiga aspek kehidupan alamiah (tri gatra) yaitu :

1) Gatra letak dan kedudukan geografi


2) Gatra keadaan dan kekayaan alam
3) Gatra keadaan dan kemampuan penduduk

Lima aspek kehidupan sosial (panca gatra) yaitu :

1) Gatra ideologi
2) Gatra politik
3) Gatra ekonomi
4) Gatra sosial budaya
5) Gatra pertahanan dan keamanan

Upaya upaya pencegahan dan penanggulangan masalah masalah ini seharusnya bisa cepat
ditemukan pemerintah agar bangsa indonesia tidak terpecah belah dan lain sebagainya salah
satu contoh upaya yang harus dilakukan pemerintah adalah secara etimologis dimana istilah
multikulturalisme berasal dari kata multi artinya banyak dan kata kultur artinya budaya serta
isme yaitu pandangan/faham atau faham budaya plural dan sebagai lawannya adalah
monokulturalisme atau faham budaya tunggal. Pendekatan multikulturalisme dapat diartikan
suatu strategi pendekatan yang mengapresiasi keragaman budaya sebagai realitas objektif
dalam suatu kehidupan masyarakat. Dalam praktik pendekatan multikulturalisme ingin
mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan dan ingin menciptakan budaya masyarakat
yang toleran dan inklusif Wacana pendekatan berwawasan multikulturalisme dimaksudkan
untuk mengatasi masalah ketahanan nasional dengan merespon dampak perkembangan
globalisasi, dan fenomena konflik etnis, sosial budaya, yang muncul di kalangan masyarakat
Indonesia yang berwajah multikultural. Kerawanan konflik sebagai bagian permasalahan
ketahanan nasional ini sewaktu – waktu bisa timbul akibat suhu politik, agama, sosio budaya
yang memanas. Penyebab konflik sangat kompleks namun sering disebabkan karena
perbedaan etnis, agama, ras. Kasus perbedaan SARA yang pernah terjadi di tanah air belum
lama ini misalnya konflik Ambon, Poso, dan konflik etnis Dayak dengan suku Madura di
Sampit ataupun kasus kasus diujung ujung pulang indonesia seperti dipapua yang sering
terjadi perang antar suku karna mengganggap suku lain yang berbeda dari mereka adalah
sebuah ancaman ataupun karna faktor provokasi dari pihak pihak tidak bertanggung jawab
dan masih banyak lagi kasus kasus seperti ini diindonesia yang belum terpublish kemedia
sosial. Faktor penyebab utama kenapa kasus kasus ini bisa terjadi adalah karena masyarakat
indonesia sudah mulai lupa makna dari Bhineka Tunggal Ika dimana walaupun kita hidup
dengan penuh banyak perbedaan kita harus bisa saling menghargai antar masyarakat
indonesia bukan hanya itu faktor lainnya adalah karna masyarakat indonesia sangat mudah
dicuci otaknya atu gampang terprovokasi oleh pihak luar yang tidak bertanggungjawab ini
juga membuktikan tingkat pendidikan dan pencerdasan siswa siswa disekolah maupun
penyuluhan penyuluhan dari pemerintah tentang betapa pentingnya kita saling menghargai
masih sangatlah rendah dan bukan tidak mungkin bila tetap didiamkan oleh pemerintah baik
itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah akan banyak muncul kasus kasus perpecahan
seperti ini lebih banyak lagi yang dimana pertahanan nasional kita akan terancam karna
bangsa lain akan mudah memecah belah bangsa kita bila melihat masalah internal negara kita
ini sunngguh masih sangatlah banyak. Upaya upaya lain yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :

a. Pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila (ideologi)

Pancasila sebagai satu-satunya ideologi dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan


bermasyarakat harus dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari. Upaya ke arah itu telah
dilakukan melalui penataran P4, Pembentukan BP7 di tingkat Pusat dan Daerah. Penataran
dan pengajaran Pancasila di masyarakat dan sekolah-sekolah masih dianggap kurang
efektif karena cenderung berorientasi kepada keterampilan kognitif dan formalitas. Dalam
pelaksanaan P4 ini keteladanan dan panutan masih dibutuhkan bagi masyarakat. Agaknya
terlalu sulit mencari panutan dalam pelaksanaan P4. Ini sebuah tantangan yang harus
dihadapi dan hambatan yang harus disingkirkan dalam upaya pelaksanaan P4 dalam
kehidupan kita berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Dalam konteks ini suatu hal
yang perlu dan harus Anda ingat bahwa P4 adalah norma yang mengandung nilai-nilai
luhur dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, tanpa diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari oleh para penganutnya (warga negara Indonesia) dia akan
kehilangan makna sebagai norma. Dan kalaupun ada kelemahan, kekurangan dalam
pengamalannya, itu adalah kesalahan oknum, bukan kesalahan P4-nya. Oleh karena itu,
kita harus bersikap rasional. Jangan sampai kita mau membunuh seekor tikus di lumbung
padi, lalu lumbung padinya dibakar atau dihancurkan.

b. Penghayatan budaya Pancasila

Budaya politik (political culture) merupakan landasan dilaksanakan sistem politik. Oleh
karena sistem pemerintahan Indonesia, strukturnya terdapat dalam UUD 1945 yang
berlandaskan Pancasila maka yang menjadi, political culture Indonesia adalah
Pancasila.Masalahnya, sejauh mana pemerintah dan rakyat Indonesia, baik yang berada di
suprastruktur, infrastruktur maupun substruktur menghayati dan mengamalkan budaya
politik Pancasila dalam praktik kehidupan politik sehari-hari. Peningkatan dan
pengamalan budaya politik Pancasila ini sangat mutlak untuk memantapkan stabilitas
politik di negeri tercinta ini.
Hubungan dua arah antarlembaga negara, antarpemerintah dan rakyat perlu ditingkatkan.
Suasana harmonis, terpadu dan bersinergi perlu diciptakan sehingga setiap keputusan
politik yang diambil sesuai dengan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat
berlandaskan hukum-hukum yang berlaku. Jika keputusan yang diambil sesuai dengan
aspirasi yang berkembang dalam masyarakat maka itulah pencerminan dari demokrasi.
Salah satu karakter negara demokrasi adalah adanya UU atau hukum yang ditegakkan
(Rule of law) yang mengendalikan sistem politik, agar politik atau kekuasaan tidak
disalahgunakan (lihat penjelasan UUD 1945). Negara Indonesia berdasar atas hukum
(rechstaat) tidak berdasar kekuasaan belaka (machhstaat). Rule of
law berasaskan supremacy of law, persamaan di muka hukum atau equality before the
law (lihat Pasal 27 ayat (1) UUD 1945). Hak Asasi manusia (Human right) dan social
equality atau kedudukan yang sama sebagai anggota masyarakat. 

c. Mewujudkan perekonomian yang efisien, pemerataan dan pertumbuhan yang tinggi

Pembangunan nasional yang sedang kita lakukan adalah perekonomiannya atau beratnya
pada bidang ekonomi karena bidang ekonomi ini sebagai pemicu dan pemacu kemajuan
bidang-bidang lainnya. Kendatipun struktur perekonomian Indonesia makin seimbang
antara sektor pertanian dengan sektor industri dan jasa, namun oleh sementara pengamat
melihatnya belum efisien. Adanya kebocoran, korupsi, kolusi, nepotisme, pungutan liar
dan lain-lain yang sejenis dianggap menodai perekonomian Indonesia. Praktik monopoli,
oligopoli dan sejenis lainnya, etatisme dan persaingan bebas (free fith libralisme) harus
dihilangkan dalam sistem perekonomian Indonesia sesuai dengan yang diamanatkan dalam
UUD 1945. 
Pada pelita-pelita yang lalu pertumbuhan yang kita prioritaskan sementara pemerataan
dikebelakangkan. Saat ini sudah waktunya kita meletakkan pemerataan menjadi prioritas,
tanpa mengenyampingkan pertumbuhan. Dengan kata lain, dengan pemerataan kita akan
mencapai pertumbuhan. Konsep ini mengarah kepada empowerment (pemberdayaan
masyarakat), dan bukan konglomerasi pada sekelompok kecil anggota masyarakat.

d. Memantapkan identitas nasional Bhinneka Tunggal Ika

Identitas nasional bangsa Indonesia ialah Pancasila. Pancasila menjadi pedoman hidup kita
dalam praktik kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat harus betul-betul
diterapkan. la tidak hanya sekadar dihafal atau menjadi keterampilan kognitif, tetapi
hendaknya menjadi perilaku (nilai praktis) setiap bangsa Indonesia, lembaga pemerintah dan
lembaga negara. Inilah yang harus dimantapkan agar benar-benar menjadi jati diri bangsa
Indonesia. Di sisi lain bangsa kita adalah bangsa yang majemuk. Perlu disadari dalam
kemajemukan itu terdapat kerawanan yaitu gampang dipecah belah. Sejarah perpecahan
bangsa Indonesia telah cukup menjadi pelajaran. Jangan sampai kita kehilangan tongkat dua
kali kata orang bijak. Oleh karena itu, perlu diciptakan iklim yang kondusif untuk hidup
bersama dalam suasana kebhinnekaan tersebut. Hilangkan premordialisme. Kondisi-kondisi
yang mengarah kepada pertentangan SARA (Suku Agama Ras dan antara golongan/aliran)
harus dihilangkan. Selain itu, menegakkan hukum (rule of law) dengan asas-asasnya mutlak
diterapkan. 

e. Memantapkan kesadaran bela negara

Bela negara merupakan kewajiban hak dan kehormatan bagi setiap warga negara. Bela
negara dalam pengertian yang luas tidak hanya menyangkut masalah kemiliteran atau
Hankam, tetapi pada seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara (ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan Hankam). Dalam konteks Hankam telah diciptakan Sistem
Pertahanan Rakyat Semesta yang perlu terus diwujudkan. Kondisi negara saat ini dan
lingkungan strategi tidak menekankan kepada pembangunan Hankam, tetapi kepada
pembangunan bidang ekonomi. Peningkatan alokasi anggaran pada bidang kesejahteraan
akan mengurangi alokasi anggaran pada bidang keamanan. Anda dapat melihatnya pada
kurva Jahkam pada Modul 3. Namun yang sangat perlu Anda ingat di sini adalah masalah
keamanan tidak hanya datang dari luar (invasi negara lain), tetapi dapat pula timbul dari
dalam negeri, yang dipicu oleh masalah-masalah ideologi, politik, ekonomi dan sosial
budaya (SARA). Untuk itu, sangat penting dijaga dan dimantapkan stabilitas keamanan
dan aspek kehidupan lainnya. Stabilitas ini merupakan syarat mutlak dalam pembangunan.
Tidak ada investor yang mau menanamkan modalnya jika stabilitas di negara ini
terguncang. Begitu pula tidak ada ketenangan bagi rakyat untuk turut berpartisipasi dalam
pembangunan nasional.

Anda mungkin juga menyukai