Anda di halaman 1dari 16

LEMBAR JAWABAN

1.a. Faktor apa saja yang melatarbelakangi munculnya faham radikalisme yang mengancam
ketahanan nasional indonesia serta dampak nya terhadap keberlangsungan hidup bangsa.

Gerakan radikalisme sesungguhnya yang muncul begitu saja tetapi memiliki latar belakang yang
sekaligus menjadi faktor pendorong munculnya gerakan radikalisme. Faktor tersebut yaitu

1.Faktor sosial-politik

Gejala kekerasan( agama ) lebih tepat dilihat sebagai gejala sosial politik daripada gejala keagamaan.
Gerakan yang secara salah kaprah oleh barat disebut sebagai radikalisme islam itu ebih tepat dilihat
akar permasalahannya dari sudut konteks sosial politik dalam kerangka historysitas manusia yang
ada dimasyarakat .

2.Faktor emosi keagamaan

Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme adalah faktor sentimen keagamaan,
termasuk didalmnya adalah solidaritas keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan
tertentu. Tetapi hal ini lebih tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannnya, dan bukan
agama (wahyu suci yang absolut) walaupun gerakan radikalisme selalu menngebarkan bendera dan
simbol agama seperti dalih embela agama.

3.Faktor kultural

Yang dimaksud faktor kultural disini adalah sebagai antitesa terhadap budaya sekularisme. Budaya
barat merupakan sumber sekularisme yang dianggap sebagai musuh yang harus dihilangkan dari
bumi sedangkan fakta sejarah memperlihatkan adanya donasi barat dari berbagai aspeknya atas
negeri negeri dan buda muslim. Peradaban barat sekarang ini merupakan ekspresi dominan dan
universal umat manusia yang telah dengan sengaja melakukan proses marjinalisasi seluh sensi sendi
kehidupan muslim sehingga umat islam menjadi terbelakang dan tertindas.

4.Faktor ideologis antiwesternisme

Westernisme merupakan suatu pemikiran yang membahayakan muslim dalam mengaplikasikan


syariat islam. Sehingga simbol simbol barat haus dihancurkan demi penegakan syariat islam.
Walaupun moivasi dan egerakan antibarat idak bisa di salahkan dengan alasan keyakinan keagamaan
tetpi jalan kekerasan yang ditempuh kaum radikalisme justru menunjukan ketidak mampuan mereka
dalam memposisikan diri sebagai pesaing dalam budaya dan peradaban.
5.Faktor kebijakan pemerintah

Ketidak mampuan pemerintahan dinegara negara islam untuk bertindak memperbaiki situasi atas
berkembangnya frustasi dan kemarahan sebagai mat islam disebabkan dominasi idelogi, militer
maupun ekonomi dari negara negara besar.

Dalam hal ini elte elite pemerintah di negeri negari muslim belum atau kurang dapat mencari akar
yang menjadi penyebab munculnya tindak kekerasan (radikalisme) sehingga tidak dapat mengatasi
problematika sosial yang dihadapi umat. Dismping itu , faktor media masa ( pers ) barat yang selalu
memojokan umat islam juga menjadi faktor munculnya reaksi dengan kekerasan yang dilakukan oleh
umat islam.

Ancaman radikalisme terhadap keberlangsunga hidup bangsa , salah satu ancaman nyata yang
terjadi dan sangat menonjol saat ini adalah terorisme yang telah mengoyak keutuhan bangsa dan
negara dan merusak nilai nilai toleransi yang menjadi ciri khas bangsa aksi terorisme terus
menunjukan eksistensinya dalam kurung waktu satu dekade ini. Pembinaan kesadaran bela negara
adalah salah satu cara membendung paham paham radikal ini. Yang berbahaya dari terorisme bukan
serangan fisik tetapi serangan psikologis berupa berpengaruh ideologi . karena tantangan tantangan
yang dihadapi sekarang inin berupa tantangan imaterial yaitu perubahan pola pkir yang mengganggu
kedaulatan bangsa. Membela kedaulatan bangsa bukan hanya sekedar jargon. Dibangsa manapun
semangat kebangsaan perlu dipelihara, pada masa reformasi sekarang ini semangat kebangsaan
hampir dilupakan. Padahal, bagaimana seorang warga negara mengetahui sejarah bnagsanya bila
sejarah bangsa tidak diajarkan kepada penerus bangsa.

b.Tantangan yang dapat mengancam nasionalisme diindonesia di era globalisasi ini.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terbentang dari sabang sampai merauke memiliki
keberagaman suku dan budaya tradisi sebagai ciri khas daerah masing maisng. Tidak hanya itu,
indonesia juga mempunyai keragaman bahasa daerah, adat istiadat serta agama. Dari situlah
indonesia disebut nusantara. Nrgara yang mempunyai ragam budaya sebagai ciri khas daerah masing
masing namun tetap menjadi bagian dari indonesia. Namun saat ini dengan masuknya budaya asing
indonesia sebagai akibat deras nya arus globalisasi sedikit banyak mengancam eksistensi
kebudayaan daerah di indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan berdampak sangat
luas pada sistem budaya masyarakat. Adapun dampak yang ditimbulkan dengan adanya globalisasi
budaya ini, dapat berupa dampak positif dan dampak negatif.

Dampak positif dari globalisasi budaya tersebut diantaranya perubahan tata nilai dan sikap
masyarakat yang semula irasional menjadi rasional berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam beraktivitas dan mendorong untuk
berfikir lebih maju dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Dampak negatif dari globalisasi
diantaranya adalah berkembangnya sifat individualis karena masyarakat merasa dimudahkan
dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain. Meningkatnya
sifat materialistis karena masyarakat memandang segala nya dari segi materi meningkatnya sifat
konsumerisme yaitu proses konsumsi atau pemakaian barang barang hasil produksi secara
berlebihan atau tidak sepantasnya secara berkelanjutan dan hedonism yaitu padndangan hidup yang
menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin
dan sedapat mungkin menghindari perasaan perasaan yang menyakitkan begitu sifatnya pegaruh
budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya (culture shock) yaitu suatu
keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh budaya yang datang dari
luar sehingga terjadi ketidak seimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan .

Jadi, tantangan yang sebenarnya dihadapi oleh bangsa indonesia dalam era globalisasi ini adalah
menyiapkan secara matang generasi muda penerus bangsa dengan semangat nasionalisme yang
tinggi dalam menjaga eksistensi budaya daerah nya. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk
menjaga eksistensi kebudayaan daerag dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya upaya
untukmempelajari kebudayaan tradisi oleh setiap individu mengkaji nilai nilai yang terkandung
dalam budaya tradisi, menambah wawasan dengan cara mempelajari budaya dari daerah lain,
menanamkan nilai kepada generasi muda agar bangga dengan budaya tradisi nusantara serta
membuat wadah atau lembaga untuk menyalurkan bakat dan kreativitas generasi muda dalam hal
kebudayaan.

c.Fungsi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai bagian dari ketahanan
nasional dalam menangani merebaknya faham radikalisme di indonesia.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BNPT dikoordinasikan Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan. Sebagai lembaga pemerintah non kementerian, BNPT dibentuk pada tahun
2010 dengan dasar hukum pembentukannya adalah Peraturan Presiden No. 46 Tahun 2010 tentang
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, yang kemudian diperkuat kedudukannya melalui pasal
43E UU No. 5 Tahun 2018 tentang Perubahan atas UU No. 15 Tahun 2003 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme menjadi UU. Sebagai badan yang diserahi kewenangan untuk menanggulangi terorisme,
maka BNPT memiliki fungsi19: (a) menyusun dan menetapkan kebijakan, strategi, dan program,
nasional di bindang penanggulangan terorisme; (b) Menyelenggarakan kordinasi kebijakan, strategi,
dan program nasional di bidang penanggulangan terorisme; (c) melaksanakan kesiapsiagaan
nasional, kontra radikalisasi, dan deradikalisasi. Dalam melaksanakan fungsinya, Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme bertugas: (a) merumuskan, mengoordinasikan, dan melaksanakan
kebijakan, strategi, dan program nasional penanggulangan terorisme di bidang kesiapsiagaan
nasional, kontra radikalisasi, dan deradikalisasi; (b). mengoordinasikan antarpenegak hukum dalam
penanggulangan Terorisme ;(c). mengoordinasikan program pemulihan korban; dan (d).
merumuskan, mengoordinasikan, dan melaksanakan kebijakan, strategi, dan program nasional
penanggulangan Terorisme di bidang kerja sama internasional.

2. a. Penegakan HAM di indonesia yang berlandaskan UUD NRI Tahun 1945 dan yang
menyebabkan masih banyaknya pelanggaran HAM di indonesia .

Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu. Istilah hak asasi
menunjukkan bahwa kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang tersebut bersifat mendasar.
Tuntutan-tuntutan hak asasi merupakan kewajiban dasar yang harus dipenuhi karena bersifat
fundamental. Segala hak lain (hak yang bukan asasi) atau hak derivative bisa dikatakan sebagai
penjabaran dari hak-hak ini. Karena hak asasi bersifat mendasar atau fundamental maka
pemenuhannya bersifat imperative, artinya hak-hak itu wajib dipenuhi karena hak-hak ini
menunjukkan nilai subjek hak, atau perintah yang harus dilaksanakan.

Kasus pelanggaran HAM di indonesia:

1. Kerusuhan Tanjung Priok tanggal 12 September 1984. Dalam kasus ini 24 orang tewas, 36
orang luka berat, dan 19 orang luka ringan. Keputusan majelis hakim terhadap kasus ini
menetapkan seluruh 14 terdakwa dinyatakan bebas.
2. Penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998. Dalam kasus ini, 4
orang mahasiswa tewas. Mahkamah Militer yang menyidangkan kasus ini memvonis dua
terdakwa dengan hukuman hanya 4 bulan penjara, empat terdakwa divonis 2 - 5 bulan
penjara dan sembilan orang terdakwa divonis penjara 3 - 6 tahun.
3. Pelanggaran HAM yang termasuk berat lainnya adalah penculikan aktivis pada 1997/1998.
Dalam kasus ini, 23 orang dinyatakan hilang dengan rincian 9 orang di antaranya telah
dibebaskan, dan 13 orang belum ditemukan sampai saat ini.

b.Pancasila sebagai nilai nilai dasar yang tumbuh dan berkembang dari kebudayaan masyarakat
adalah bagian dari konsensus yang memuat nilai nilai Hak Asasi Manusia (HAM), seperti nilai
saling menghormati dan melindungi sesama manusia , menggunakan politik berasaskan
kekeluargaan dan melindungi kebebasan beragama.
Ada beberapa hal atau kondisi yang menjadi dasar pemikiran pentingnya pendidikan Pancasila
diberikan kepada mahasiswa pada khususnya dan kepada bangsa Indonesia secara keseluruhan pada
umumnya. Dasar pemikiran tersebut antara lain:
1) Nilai-nilai perjuangan bangsa (semangat kebangsaan) telah mengalami pasang surut sesuai
dengan dinamika kehidupan dan telah mengalami penurunan sampai pada titik kritis.

2) Pengaruh globalisasi, pengaruh negara maju, dan pengaruh kekuatan lembaga-lembaga


internasional yang telah sering menimbulkan berbagai konflik kepentingan di kalangan bangsa
Indonesia.

3) Pengaruh perkembangan IPTEKS, khususnya teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi


yang membuat dunia menjadi semakin transparan.

4) Pengaruh isu-isu/persoalan/permasalahan global (demokratisasi, HAM, dan lingkungan hidup)


yang sering dan telah mempengaruhi kondisi nasional.

C.Penerapan pancasila sebagai sumber nilai HAM di indonesia dengan mengaitkan nya pada
mazhab atau pandangan teori relativisme kultural

Cita hukum Pancasila ditempatkan sebagai bintang pemandu (leitstern) bagi pembuatan UU HAM di
Indonesia agar selaras dengan nilai-nilai HAM Pancasila dan UUD 1945.
Hukum positif suatu negara, tidak dapat dilepaskan dengan sistem hukum yang berlaku di negara
tersebut41. Pancasila sebagai dasar negara42, ditambah Pembukaan UUD 1945, terutama alinea
pertama yang menyatakan “kemerdekaan ialah hak segala bangsa serta penjajahan harus
dihapuskan”, serta alinea kedua “kemerdekaan negara menghantarkan rakyat merdeka, bersatu,
adil, dan makmur”, mengindikasikan Indonesia adalah negara demokrasi, menjunjung tinggi
supremasi hukum, serta menghormati/ menjunjung tinggi HAM. Pembukaan UUD 1945 merupakan
arah dan politik hukum dalam tataran makro, kemudian diformalkan dalam bentuk peraturan
perundang-undangan oleh lembaga politik/ DPR dan dioperasionalkan/ dilaksanakan oleh pejabat/
aparat negara dalam bentuk peraturan pemerintah dan peraturan lainnya sebagai pegangan para
birokrat. Undang-undang selalu mengandung norma-norma hukum yang diidealkan (ideal norms)
oleh suatu masyarakat ke arah mana cita-cita luhur kehidupan bermasyarakat dan bernegara hendak
diarahkan. Cita-cita filosofis yang terkandung dalam UU hendaklah mencerminkan cita-cita filosofis
masyarakat bangsa yang bersangkutan
Mengenai HAM ini sendiri ada dua macam teori yang perdebatannya tak selesai yaitu teori
Universalisme HAM dan teori Relativisme budaya. Diskusi mengenai teori Universalisme HAM
dengan teori relativisme budaya adalah perdebatan yang belum mencapai titik temu hingga
sekarang ini. Teori universalisme mengatakan bahwasanya akan semakin banyka budaya “primitive”
yang pada akhirnya berkembang untuk kemudian memiliki sistem hukum dan hak yang sama dengan
budaya barat. Sedangkan di sisi lain relativisme menyatakan bahwa suatu budaya tradisional tidak
dapat diubah36 dan mendalilkan bahwa kebudayaan merupakan satu-satunya sumber kebebasan
dan kaidah moral.37
Apabila diamati secara mendalam, pada hakikatnya hak hak dasar manusia yang merupakan non-
derogable right adalah hak yang bisa diterima secara universal oleh budaya dan agama manapun.

Perkembangan Hak Asasi Manusia terdapat banyak kemajuan sekaligus hambatan- hambatan baik.
Sejauh ini asal-usul munculnya hak asasi manusia sebagai norma internasional yang mempunyai
universal serta perkembangannya dalam ilustrasi generasi- generasi hak. Legitimasi ataupun
delegitimasi HAM saat ini banyak dikumandangkan diberbagai macam pihak, ini yang menjadi faktor
utama bagaimana bahwa HAM itu sejatinya bisa diterima diberbagi macam kalangan, dia bukan
berasal dari proses kolonialisasi ataupun westernisasi seperti yang diasumsikan oleh sebagian
pemikir absolutis. Itu memang menjadi sesuatu hal yang sangat rumit, ketika pernyataan para
pemikir Absolutis mempertanyaakan bahwa konsepsi Martabat Manusia itu adalah proses budaya
juga, jadi sewajarnya menurut mereka jangan memaksakan budaya satu dengan dimensi budaya
yang lain. Salah satu wacana yang paling hangat dalam masa dua dekade terakhir adalah konflik
antara dua “ideologi” yang berbeda dalam penerapan hak asasi manusia dalam skala nasional, yaitu
universalisme (universalism) dan relativisme budaya (cultural relativism). Di satu sisi, universalisme
menyatakan bahwa akan semakin banyak budaya “primitif” yang pada akhirnya berkembang untuk
kemudian memiliki sistem hukum dan hak yang sama dengan budaya Barat. Relativisme budaya, di
sisi lain, menyatakan sebaliknya, yaitu bahwa suatu budaya tradisional tidak dapat diubah. Berikut
ini adalah pembahasan lebih lanjut tentang dua ‘ideologi’ tersebut.

d. kasus pelanggaran HAM pada tragedi trisakti

Tragedi Trisakti memakan 4 korban jiwa yang semuanya merupakan mahasiswa dari universitas
Trisakti. Kejadian tersebut bermula dari protes yang dimulai pada pukul 10 siang dan diikuti lebih
dari 6.000 mahasiswa, staff, dan dosen yang berkumpul di lapangan parkir Universitas Trisakti.
Mereka sedang bersiap-siap untuk melakukan long march menuju gedung DPR/MPR ketika
kemudian dihentikan oleh pihak kepolisian, tepatnya di depan kantor walikota Jakarta Barat.
Demonstran kemudian menduduki Jalan S. Parman dan menghalangi jalur lalu lintas. Pengamanan
atas aksi tersebut melibatkan kekuatan ABRI yang datang untuk membantu Kepolisian. Pada waktu
itu, Dekan Fakultas Hukum, Adi Andojo, berhasil membujuk para demonstran kembali ke kampus.
Berdasarkan catatan Komnas HAM, hasil penyelidikan Komnas HAM disampaikan ke Kejaksaan
Agung selaku penyidik dan penuntut pada 9 September 2003. Selain itu, Komnas HAM mengadakan
pertemuan-pertemuan dengan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat agar mengeluarkan rekomendasi
pembentukan Pengadilan HAM ad hoc. Berdasarkan Pasal 43 ayat (1) dan (2) UU tentang Pengadilan
HAM, untuk peristiwa yang terjadi sebelum 2000, pembentukan pengadilan HAM ad hoc harus
melalui rekomendasi DPR.

dalam Tragedi Trisaksi, berkas penyelidikan oleh Komnas HAM dijadikan satu dengan Tragedi
Semanggi I dan II, atau disebut dengan Kasus TSS (Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II). Laporan tim
penyelidikan yang dikeluarkan pada bulan Maret 2002 secara jelas menyatakan bahwa ketiga tragedi
bertautan satu sama lain dalam konteks kekuasaan dan kebijakan pemerintah saat itu dalam
menghadapi gelombang demonstrasi yang menuntut reformasi.

e. Penyebab Tragedi Trisakti

Aksi damai yang dilakukan para mahasiswa untuk menentang pemerintahan Soeharto kemudian
berubah menjadi peristiwa berdarah dan brutal yang menelan banyak korban luka dan korban jiwa
dari pihak mahasiswa. Kejadian itu diikuti dengan peristiwa kerusuhan Mei 1998 berbau rasial sehari
setelahnya, tanggal 13 – 15 Mei 1998. Hingga sekarang, peristiwa ini dikenang sebagai simbol
perlawanan para mahasiswa terhadap pemerintahan Orde Baru dan sebagai tanda dimulainya orde
reformasi.

1. Kekacauan Ekonomi Indonesia

Kondisi ekonomi Indonesia yang mengalami ketidak stabilan pada tahun 1998 dipengaruhi krisis
keuangan Asia sejak 1997 – 1999 dan menjadi penyebab tragedi Trisakti karena banyak rakyat yang
sengsara sehingga mahasiswa pun bergerak. Saat itu banyak mahasiswa melakukan demonstrasi
besar – besaran ke Gedung Nusantara termasuk mahasiswa Universitas Trisakti. Mahasiswa dari
Trisakti pada awalnya dianggap sebagai kampus elit dan tidak akan ikut berdemo untuk memprotes
berbagai penyimpangan pada masa orde baru.

Pada Sidang Umum MPR tertanggal 10 Maret 1998 Soeharto kembali dilantik menjadi Presiden
untuk ketujuh kalinya. Sejak itu aksi mahasiswa semakin terbuka dan berani hingga keluar kampus.
Posisi kampus yang strategis karena dekat dengan kompleks gedung MPR/DPR, membuat
Universitas Trisakti digunakan sebagai titik berkumpulnya mahasiswa dari berbagai kampus berbeda.
2. Aksi Damai Mahasiswa

Mahasiswa kemudian melanjutkan aksi demo keluar kampus yang menjadi salah satu penyebab
tragedi Trisakti. Aksi 12 Mei 1998 dimulai pada pukul 11.00 WIB dengan agenda orasi dari Jenderal
Besar AH. Nasution tetapi beliau batal datang ke lokasi. Acara kemudian diisi oleh orasi dari para
guru besar, dosen dan mahasiswa lain. Para peserta aksi mulai keluar kampus sekitar pukul 13.00
WIB hingga ke jalan S. Parman. Tujuan mereka adalah untuk melakukan long march menuju gedung
MPR/DPR di Senayan. Para mahasiswi berada di barisan depan dan membagikan bunga mawar
kepada para petugas polisi yang menghadang peserta aksi.

Negosiasi dilakukan antara pimpinan mahasiswa, alumni, Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo,
Komandan Kodim Jakarta Barat Letkol (Inf) A. Amril menyetujui bahwa aksi damai hanya dilakukan
hingga depan Kantor Walikota Jakarta Barat atau sekitar 300 meter dari pintu utama kampus
Trisakti. Mahasiswa kemudian melanjutkan aksi dengan mimbar bebas untuk menuntut reformasi
dan Sidang Istimewa MPR. Hingga pukul 17.00 aksi berjalan damai tanpa adanya ketegangan yang
berarti dan sebagian peserta sudah ada yang mulai masuk ke dalam kampus Trisakti.

3. Penembakan Oleh Aparat

Ketika para mahasiswa sudah siap membubarkan diri, letusan senjata api justru terdengar dari arah
aparat keamanan yang berjaga. Penembakan itu menjadi awal dari penyebab tragedi Trisakti yang
memakan korban mahasiswa. Seketika itu juga suasana berubah menjadi panik dan para mahasiswa
lari menyelamatkan diri ke arah kampus. Dalam berbagai dokumentasi, terlihat tembakan berasal
dari atas jembatan layang Grogol dan juga dari atas jembatan penyebrangan. Aparat keamanan
justru mulai bersikap agresif. Mereka mulai memukuli dan mengejar para mahasiswa yang sudah
mundur ke arah kampus, sehingga mahasiswa mulai melawan dengan melempari aparat dengan
batu dan benda apapun di sekitar mereka.

Pada saat inilah keempat mahasiswa tewas. Korban tragedi Trisakti 1998 yang tewas adalah Elang
Mulia Lesmana (1978 – 1998) dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Heri Hertanto (1977 –
1998) dari Fakultas Teknologi Industri, Hafidin Royan (1996 – 1998) dari Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan jurusan Teknik Sipil, dan Hendriawan Sie (1975 – 1998) dari Fakultas Ekonomi. Hasil
autopsi mengungkap keempatnya memiliki luka tembak yang sangat mematikan. Ada yang
mengalami luka tembak di dahi yang tembus sampai ke belakang kepala, leher, punggung dan dada.
Keempatnya diketahui telah berada di dalam kampus dan mencari perlindungan ketika penembakan
terjadi.
4. Penyelidikan Peristiwa Trisakti

Pada saat itu satuan pengamanan yang berjaga di lokasi adalah Brimob, Batalyon Kavaleri 9,
Batalyon Infanteri 202 dan 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Pasukan Anti Huru Hara Kodam,
juga terdapat Pasukan Bermotor yang melengkapi diri dengan tameng, gas air mata, Steyr dan SS –
1. Walaupun pihak aparat keamanan membantah penggunaan peluru tajam yang menjadi penyebab
tragedi Trisakti, tetapi hasil otopsi terhadap korban menunjukkan bahwa peluru tajam adalah
penyebab kematian mereka. Peluru kaliber 5,56 mm yang ditemukan di tubuh Heri Hertanto
biasanya digunakan oleh senjata laras panjang berjenis Steyr atau SS – 1. Senjata jenis ini konon yang
biasa digunakan oleh satuan Brimob atau Kopassus. Begitu juga pernyataan hasil otopsi yang
diungkap oleh Tim Pencari Fakta ABRI, dan uji balistik yang dilakukan di Forensic Technology Inc di
Montreal, Kanada.

Kapolri Jenderal Pol Dibyo Widodo yang menjabat pada sejarah peristiwa Trisakti saat itu
membantah penggunaan peluru tajam. Kapolda Metro Jaya Hamami Nata juga menyatakan bahwa
polisi hanya menggunakan tongkat pemukul, peluru karet dan peluru kosong, juga gas air mata.
Walaupun kemudian ditetapkan enam terdakwa yang disidangkan beberapa tahun setelahnya, siapa
penembak dan motifnya tetap tidak terungkap dengan jelas dan tuntas. Enam terdakwa tersebut
hanya menerima tuduhan dan dakwaan mengenai sengaja tidak menaati perintah atasan.

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai norma hukum tertinggi telah memuat pasal-pasal yang
menjamin perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan pemenuhan HAM. Oleh karena itu, sebagai
warga negara yang baik, kita mempunyai kewajiban untuk menjunjung tinggi nilai hak asasi manusia
tanpa membeda-bedakan golongan, status, keturunan, dan lain-lain.Sehingga, melanggar hak asasi
seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan dengan kita melanggar hak
asasi sesorang, berarti kita telah merenggut hak asasi orang tersebut. Pelanggaran hak asasi manusia
memang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia, akan tetapi, masih banyak
ditemukan sejumlah kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia.

Salah satu contoh kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia adalah Tragedi Trisakti 1998.
Jaminan hak asasi manusia yang telah dilanggar dalam kasus itu adalah jaminan hak untuk hidup.
Jaminan hak asasi tersebut tercantum pada UUD 1945 Pasal 28A. Sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28A
yang berbunyi: “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.” Dalam pasal 28A tersebut jelas diterangkan bahwa pasal tersebut menjamin hak
seseorang untuk hidup. Tetapi, dalam kasus Tragedi Trisakti 1998, para anggota polisi dan
militer/TNI yang terlibat dalam kasus itu telah merenggut hak hidup mahasiswa Universitas Trisakti
dengan cara menginjak, memukuli, dan menembak mahasiswa secara brutal. Akibat dari peristiwa
itu, 6 orang dinyatakan tewas dan 16 orang lainnya mengalami luka parah. Kasus tersebut
mengakibatkan beberapa kejadian yang juga menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia. Salah
satunya terjadi amuk massa dimana-mana, bahkan etnis China juga menjadi sasarannya. Selain
membunuh, massa yang mengamuk itu juga memperkosa para wanita keturunan etnis
tersebut.Hanya dari sebuah kasus yang melanggar satu bahkan lebih jaminan hak asasi manusia saja,
dapat mengakibatkan pelanggaran hak asasi manusia yang lain. Kita tidak bisa membiarkan kasus-
kasus seperti itu terjadi lagi dan lagi. Oleh karena itu, sebaiknya hak asasi manusia untuk hidup perlu
adanya peningkatan jaminan perlindungan, pemenuhan, pemajuan, dan penegakkannya.Tanpa
adanya jaminan yang lebih menjamin, seperti penegakkan hukum, maka kasus-kasus tersebut akan
terus terjadi. Karena jika penegakkan hukum tidak dilakukan, khawatir nantinya akan banyak orang
yang tidak segan untuk melanggarnya.

3. a. Komparasi pelaksanaan demokrasi pada era orde baru dan reformasi

Perbandingan terhadap demokrasi yang pernah diterapkan di indonesia pada masa orde lama, masa
orde baru,dan maupun masa reformasi antara lain adalah:

- Pada masa orde lama yang dimana merupakan masa yang berada dibawah kepemimpinan oleh
Presiden Soekarno yang ditetapkan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Masa Orde
Lama merupakan dimana terbentuknya ataupun terlaksananya demokrasi terpimpin yaitu hal yang
berupa setiap keputusan ada pada penguasa dan sifatnya absolut serta di demokrasi terpimpin inilah
tercipta rasa untuk bergotong royong, Tidak mau memperoleh kemenangan dan bersifat membeda-
bedakan terhadap golongan lain yang berbeda. Terdapat batasan terhadap partai politik juga.

- Pada masa orde baru yang berbeda dengan orde lama dimana masa orde baru adalah masa yang
berada dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto yang ciri-ciri dari masa orde

baru dapat dilihat bahwa penentuan keputusan ada pada kekuasaan yang ada di tangan Presiden,
lalu dimasa orde baru juga tidak dikenal dengan yang namanya periode jabatan sehingga Soeharto
mampu dapat menjabat hingga 32 tahun, Di masa orde baru juga terdapat maraknya KKN (Korupsi,
Kolusi Dan Nepotisme) yang meresahkan rakyat serta terjadinya pembatasan dibagian hak-hak
politik rakyat sendiri.

- Pada masa reformasi, dimana pada masa inilah diberlakukan periode jabatan untuk presiden dan
wakil presiden yaitu disepakati dengan masa jabatan selama 5 tahun. Setelah 5 tahun, akan
melakukan pergantian. Lalu, pelaksanaan demokrasi di masa reformasi ini dapat dilihat
perubahannya yang ada pada pemilihan kepala pemerintahan yang dilakukan secara langsung, lalu
adanya pemberdayaan buat masyarakat-masyarakat sipil, adanya partai politik yang independen
serta terjadinya dan terbentuk lembaga-lembaga penguatan masyarakat.

b. kelemahan praktik demokrasi di indonesia pada era reformasi yang didasarkan pada prinsip
prinsip demokrasi.

Kelemahan demokrasi Indonesia yang pertama, yaitu masih terdapatnya budaya politik feodal dan
komunalistik, bisa dilihat dari berbagai macam idiom-idiom yang digunakan partai politik dan
tokohnya dalam berkampanye. Akibatnya, usaha partai politik untuk memperjuangkan kepentingan
konstituennya didasarkan pada penilaian yang subjektif ketimbang objektif. Kelemahan kedua
adalah munculnya otoritarianisme mayoritas akibat terlalu liberalnya demokrasi Indonesia.
Kelemahan demokrasi yang ketiga adalah dikesampingkannya ideologi dalam partai-partai di
Indonesia karena partai politik lebih mengutamakan pertimbangan pragmatis dan jangka pendek,
yaitu memenangkan kontes politik.

c. Keterkaitan antara negara hukum dan rule of law

Gagasan, cita, atau ide Negara Hukum, selain terkait dengan konsep ‘rechtsstaat’ dan ‘the rule of
law’, juga berkaitan dengan konsep ‘nomocracy’ yang berasal dari perkataan ‘nomos’ dan ‘cratos’.
Perkataan nomokrasi itu dapat dibandingkan dengan ‘demos’ dan ‘cratos’ atau ‘kratien’ dalam
demokrasi. ‘Nomos’ berarti norma, sedangkan ‘cratos’ adalah kekuasaan. Yang dibayangkan sebagai
faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah norma atau hukum. Karena itu, istilah
nomokrasi itu berkaitan erat dengan ide kedaulatan hukum atau prinsip hukum sebagai kekuasaan
tertinggi. pengertian negara hukum yang dikembangkan juga bersifat sempit dan terbatas serta
belum tentu menjamin keadilan substantive. Karena itu, di samping istilah ‘the rule of law’ oleh
Friedman juga dikembangikan istilah ‘the rule of just law’ untuk memastikan bahwa dalam
pengertian kita tentang ‘the rule of law’ tercakup pengertian keadilan yang lebih esensiel daripada
sekedar memfungsikan peraturan perundang-undangan dalam arti sempit. Kalaupun istilah yang
digunakan tetap ‘the rule of law’, pengertian yang bersifat luas itulah yang diharapkan dicakup
dalam istilah ‘the rule of law’ yang digunakan untuk menyebut konsepsi tentang Negara Hukum di
zaman sekarang.

4. Hakikat dari otonomi daerah (makna,tujuan) dan hambatan hambatan yang ditemui dalam
implementasi otonomi daerah di indonesia.
Hakikat otonomi, Daerah memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga pemerintahan
sendiri, baik, jumlah, macam, maupun bentuk pelayanan masyarakat yang sesuai kebutuhan daerah
masing-masing. Daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri, baik kewenangan mengatur maupun mengurus rumah tangga pemerintahan sendiri sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Otonomi bertujuan Supaya tidak terjadi pemusatan
dalam kekuasaan pemerintahan pada tingkat pusat sehingga jalannya pemerintahan dan
pembangunan berjalan lancar, Supaya pemerintah tidak hanya dijalankan oleh pemerintah pusat,
tetapi daerah pun dapat diberi hak untuk mengurus sendiri kebutuhannya, Supaya kepentingan
umum suatu daerah dapat diurus lebih baik dengan memperhatikan sifat dan keadaan daerah yang
mempunyai kekhususan sendiri.

1.Faktor Manusia

Penyelenggaraan otonomi daerah yang sehat dapat di wujudkan pertama-tama dan terutama di
tentukan oleh kapasitas yang di miliki manusia sebagai pelaksananya. Penyeenggaraan otonomi
daerah hanya dapat berjalan dengan sebaik-baiknya apabil manusia pelaksananya baik,dalam arti
mentalitas maupun kapasitasnya. Pentingnya posisi manusia pelakana ini karena manusia
merupakan unsur dinamis dalam organisasi yang bertindak/berfungsi sebagai subjek penggerak
roda organisasi pemerintahan.

2.Aparatur pemerintah daerah

Salah satu atribut penting yang menandai suatu daerah otonom adalah di miliki aparatur
pemerintah daerah tersendiri yang terpisah dengan aparatur pemerintah pusat yaang
mampu menyelenggarakan urusan-urusan rumah tangganya sendiri

Sebagai unsur pelaksana aparatur pemerintah daerah menduduki peranan yang sangat
vital dalam keseluruhan prose penyelenggaraan otonomi daerah. Oleh karena itu tidak
berlebihan bila di katakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah sangat
bergantung kepada kemampuan aparaturnya.

3.Faktor Keuangan
Keberhasilan otonomi daerah tidak terlepas dari cukup tidaknya kemampuan daerah dalam
bidang keuangan,karena kemampuan keuangan ini merupakan salah satu indikator penting guna
mengukur tingkat ekonomi suatu daerah. Hal ini muda di pahami karena adalah mustahil bagi
daerah-daerah utnuk dapat menjalankan berbagai tugas ddan pekerjaannya dengan efisien dan
efektif dan dapat melaksanakan pelayanan dan pembangunan masyarakat tanpa tanpa
ketersediaan dana.

Dalam kenyataanya hasil dari kelima sumber ini masih sangat terbatas dalam memberikan
kontribusinya bagi keuangan daerah secara keseluruhan sehingga sama sekali tidak dapat di
andalkan sebagai sumber pendapatan keuangan daerah.inilah salah satu faktor penghambat
penyelenggaraan otonomi daerah. Maka dengan itu daerah masih membutuhkan bantuan dari
pemerintahan pusat kepada daerah guna memperlancar dan menunjang pembangunan
otonomi daerah ke arah yang lebih baik.sehingga adanya pemerataan pembangunan di
seluruh daerah otonom di seluruh Indonesia guna menciptakan masyarakat yang adil dalam
kemakmuran dan makmur dalam keadialan guna tercapainya cita-cita luhur bangsa yang di
proklamirkan oleh the founding father.

4.Faktor Peralatan

Peralatan merupakan perantara dan pembantu bagi aparatur pemerintah daerah ddalm
melaksanakan berbagai tugas pekerjaannya. Karena itulah peralatan menduduki peranan penting
pula.Untuk memperlancar jalannya tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah maka di perlukan
sejumlah alat yang cukup memadai baik dalam kuantitas maupun kualitasnya.alat-alat tersebut
harus cukup dari jumlahnya dan efisien,efektif serta praktis dari segi penggunaannya.

5.Faktor Organisasi

Agar penyelenggaraan pemerintahan di daerah dapat berjalan dengan baik maka di perlukan
suatu organisasi untuk mengatur proses penyelenggaraan tersebut. Karena dalam sebuah
organisasi terdapat beberapa asas untuk mengatur proses penyelenggaraan tersebut.

Rumusan tujuan yang jelas merupakan tujuan dari sebuah organisasi karena merupakan
landasan bagi sebuah organisasi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan juga
dapat memudahkan para anggota dan juga pimpinan organisasi memahami dan menyakini
sehingga mendorong mereka untku bekerja lebih sungguh-sungguh. Tujuan organisasi
merupakan suatu pernyataan tentang suatu keadaan yang di inginkan dan organisasi sebagai
kolektivitas berusaha utnuk merealisasikannya

Anda mungkin juga menyukai