DISUSUN OLEH:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………i
BAB I……………………………………………………………………………………………1
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………2
BAB II…………………………………………………………………………………………..3
ISI……………………………………………………………………………………………..3
2.1 Kajian Objek Material…………………………………………………………………3
2.2 Kajian Objek Formal…………………………………………………………………..6
2.3 Analisis………………………………………………………………………………...8
BAB III…………………………………………………………………………………………11
PENUTUP……………………………………………………………………………………11
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….12
BAB 1
PENDAHULUAN
2.3 Analisis
Kesejahteraan masyarakat Indonesia secara sosial sebenarnya sangat berdekatan dengan
kondisi ekonomi serta pemerataan distribusi pendapatan bagi masyarakatnya. Masalah
ekonomi ini tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi, karena secara harafiahnya ekonomi
merupakan suatu sistem aktivitas yang lekat dengan manusia dan memiliki banyak indikator
sebagai tolak ukur.
Indikator-indikator dari kesejahteraan sosial di Indonesia sendiri mampu dilekatkan
oleh permasalahan-permasalahan yang ada terkait dengan seimbangnya distribusi
pendapatan. Didalam kesejahteraan itu sendiri, terdiri dari tiga hal fundamental yaitu
berkurangnya jumlah kemiskinan, semakin banyak jumlah penduduk dari kelompok usia
kerja yang pengangguran, dan mengecilnya angka kesenjangan ekonomi antar penduduk.
Ditinjau dari indikator pertama sendiri, kemiskinan di Indonesia semakin parah. Hal ini
ditandai dari pernyataan BPS yang menyatakan bahwa indeks keparahan kemiskinan di
Indonesia pada periode September 2016 hingga Juli 2017 mengalami kenaikan. Angka
indeks naik dari 1,74 menjadi 1,83, dan kenaikan di indeks keparahan kemiskinan yang ikut
naik dari 0,44 menjadi 0,48 pada waktu yang sama. Hal ini didasari dengan tinjauan
pemberian bantuan, kemampuan dalam menyediakan kebutuhan, dan faktor pendidikan
penduduk. Menurut data dari BPS sendiri, jumlah masyarakat yang masuk dalam kategori
miskin sejumlah 27,77 juta penduduk, angka ini naik 10.000 penduduk dari Maret tahun
2016. Walaupun secara kuantitas jumlah penduduk miskin naik hingga 10.000 orang,
sebaliknya persentase menurun dari 10,70% ke 10,64%. Hal ini menandakan bahwa
walaupun kuantitas penduduk miskin naik sejalan dengan pertumbuhan penduduk,
sebaliknya jika dipersentasekan penduduk miskin berkurang.
Ditinjau dari indikator kedua, jumlah pengangguran bagi masyarakat yang masuk di
angkatan kerja di Indonesia, walaupun masih terhitung tinggi, terus mengalami penurunan.
Hal ini didasari oleh pernyataan BPS yang menerangkan bahwa terjadi penciutan tingkat
pengangguran terbuka yang tadinya sejumlah 7,56 juta orang pada tahun 2015 menjadi 7,03
juta orang pada tahun 2016. Hal ini bisa terjadi karena peran teknologi yang kini kian
memudahkan masyarakat dalam memanfaatkannya sebagai sumber ekonomi, peran
pemerintah dalam penggiatan pembukaan lapangan kerja baru melalui sistem ukm. Namun
disatu sisi, walaupun mengalami penurunan, jumlah pengangguran sendiri masih terbilang
tinggi karena mencapai 5,16% penduduk. Hal ini dikaenakan pen-distribusi-an bantuan,
program pemerintah, serta keterbatasan cakupan teknologi di beberapa tempat di Indonesia.
Ditinjau dari indikator ketiga, kesenjangan dan ketimpangan sosial di Indonesia masih
terbilang cukup tinggi. Kesenjangan ini secara umum bisa dilihat dari tiga perspektif yaitu
kesenjangan vertikal-horisontal, sektoral, dan juga spasial. Dilihat dari kesenjangan vertikal-
horisontal mampu diukur dari kesenjangan kesejahteraan dari masyarakat berpenghasilan
rendah, menengah, dan tinggi. Walaupun Indonesia memiliki pendapatan per kapita yang
cukup, disatu sisi jumlah penduduk miskin kian bertambah. Hal ini menandakan bahwa
ketimpangan kesejahteraan belum bisa diatasi karena terdapat indikasi gap antara orang
berpenghasilan tinggi dan rendah melalui distribusi dari pendapatan per kapita itu sendiri.
Dari kesenjangan secara sektoral sendiri, sektor industri pengolahan sendiri mempunyai
peran penting dalam pertumbuhan di Indonesia yaitu 21, 02%. Sebaliknya di sektor pertanian
dan perkebunan terkesan stagnan. Hal ini menjadi kesenjangan dalam distribusi pendapatan
karena nota benenya industri pengolahan lebih mampu memonopoli dan memanipulasi
pendapatan melalui harga jual. Dari segi kesenjangan secara spasial sendiri mampu dilihat
dari pemusatan kegiatan ekonomi yang terletak di beberapa titik. Contoh saja, kegiatan
penambangan yang ada di PT. Freeport di Papua, walaupun penambangan di lakukan di
Papua, kegiatan ekonomi dan perputaran uang didalamnya terletak di Jakarta. Hal ini
sebenarnya hampir sama dengan dampak Jakarta di Pulau Jawa. Karena merupakan ibu kota
negara, perkembangan akan terus terjadi baik dari segi ekonomi hingga teknologi, hal ini
berdampak bagi wilayah wilayah disekitarnya. Hal ini terjadi di banyak pusat kegiatan dan
distribusi nasional di Indonesia. Berbeda dengan Papua, karena terletak jauh dari pusat
kegiatan dan distribusi nasional terjadi ketimpangan sosial, contohnya perbedaan harga
kebutuhan pokok yang signifikan
Ditinjau dari dasar tiga hal fundamental dalam melihat kesejahteraan Indonesia secara
umum masih terbilang belum sejahtera. Hal ini mampu dilihat dari kondisi perekonomian di
Indonesia yang dilihat secara komprehensif baik dari segi kemiskinan, angka pengangguran,
dan ketimpangan dan kesenjangan sosial. Dilihat dari segi kemiskinan dan angka
pengangguran persentase masih diatas 5% selain itu kesenjangan sosial sendiri masih terus
terjadi baik secara vertikal-horisontal, sektoral, dan spasial. Hal ini menjadi indikator bahwa
pemerataan di Indonesia baik secara ekonomi dan sosial belum berjalan secara optimal.
Untuk mendukung ketiga hal fundamental di atas menjadi lebih sejahtera dibutuhkan
peran seorang pemerintah dalam melakukan pemerataan di masyarakat karena apabila
pemerataan kesejahteraan rakyat tidak di galakkan oleh pemerintah, hal tersebut akan
menimbulkan ketimpangan dimana akan terjadi pemusatan kekayaan ke segelintir kelompok
tertentu juga dapat mengindikasikan adanya pemusatan kekuasaan.
Berbagai macam program terus diupayakan oleh pemerintah dalam mengupayakan
pemerataan dalam masyarakat. Salah satunya tahun 2017 ini, Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) 2017 pemerintah Jokowi menjadikan pemerataan kesejahteraan rakyat sebagai
prioritas utama untuk dicapai. Pada tahun ini pemerintah memacu dan meningkatkan
pemerataan kesejahteraan rakyat kearah pembangunan yang lebih berkeadilan, salah satu
contohnya yaitu pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk
menggerakkan ekonomi produktif dengan meningkatkan akses permodalan. Dalam PDB
nasional tercatat besarnya kontribusi UMKM yaitu 61,41 %. Untuk memperlancar
pemberdayaan UMKM agar tidak terjadi penyimpangan dalam penyaluran modal usaha
rakyat seharusnya pemerintah melakukan pengawasan secara ketat dalam penyaluran modal
tersebut agar modal tersebut memang tersalurkan kepada rakyat.
Untuk mengatasi kemiskinan juga pemerintah harus menekan laju pertumbuhan
penduduk, pemerintah harus lebih menggalakkan program KB kembali karena walaupun
persentase penduduk miskin berkurang tetapi penduduk miskin semakin membanyak karena
penduduk miskin berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk.
Selanjutnya, untuk mengupayakan pemerataan perlu juga diperhatikan pertumbuhan
lapangan kerja dan penyerapannya (kesempatan kerja) dengan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia seperti memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat contohnya melalui
program pendidikan kejuruan, pendidikan vokasi dan juga latihan vokasi kepada masyarakat.
Program tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan industri maupun pekerjaan lainnya
agar lulusan-lulusan tersebut dapat bekerja sesuai dengan keterampilannya. Selain itu,
pemerintah juga harus memperluas akses peningkatan keterampilan bagi masyarakat yang
mempunyai kelemahan pada fisik maupun mental, sehingga mereka dapat secara mandiri
mengembangkan keterampilan yang ada pada dirinya sehingga menjadi pribadi yang dapat
diandalkan dalam masyarakat.
Untuk menghindari kesenjangan antar daerah, sebaiknya pemerintah membangun
infrastruktur transportasi tiap daerah secara merata (baik antar kota, antar provinsi maupun
antar pulau) seperti membangun jalan raya, kereta api, jalan tol, bandar udara di berbagai
wilayah Indonesia sehingga hubungan antar daerah akan mudah dan dapat memperlancar
pertukaran barang dan jasa antar daerah, dan potensi-potensi Sumber Daya Alam dapat
terkontrol. Sehingga hal tersebut dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan
pendapatan negara, dapat mendistribusikan hasil tani secara merata dengan mudah juga dapat
mengurangi kesenjangan antar daerah sehingga tidak ada daerah yang tertinggal maupun
daerah yang maju sendiri. Pemerintah juga harus meningkatkan pembangunan infrastruktur
yang berada di daerah-daerah terpencil dan tidak terpaku pada pembangunan di daerah kota
besar saja sehingga dapat mengurangi kesenjangan infrastruktur.
Sebelumnya, agar program-program tersebut dapat terealisasikan diperlukan aparatur
pemerintah yang jujur dan berkomitmen kuat pada negara sehingga tujuan negara untuk
meratakan kesejahteraan sosial ini dapat terwujud.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada banyak faktor yang menyebabkan kesenjangan ekonomi di Indonesia. Faktor utama yang
menyebabkan permasalahan tersebut yaitu bayaknya jumlah penduduk dari kelompok usia kerja
yang menganggur karena kekurangan lapangan pekerjaan. Hal tersebut dikarenkan pihak-pihak
yang membuka lapangan pekerjaan tidak bisa menyerap banyak sumber daya manusia yang ada,
jika ada malah mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri karena ilmu dan keahlian yang terbatas
dari SDM Indonesia itu sendiri.
Menurut BPS bahwa indeks keparahan kemiskinan pada periode September 2016 hingga
Juli 2017 mengalami kenaikan dari 0,44 menjadi 0,48. Jumlah masyarakat yang masuk dalam
kategori miskin sejumlah 27,77 juta penduduk, naik 10 ribu penduduk dari Maret tahun 2016.
Jumlah penganguran usia produktif pada tahun 2016 sebanyak 7,03 juta penduduk.
Indonesia merupakan negara dengan pendapatan perkapita yang tergolong tinggi, namun
masih banyak penduduk yang masuk dalam kategori miskin. Hal tersebut menandakan adanya
kesenjagan ekonomi antar orang kaya dan orang miskin.
DAFTAR PUSTAKA
http://bisnis.liputan6.com/read/2171389/ini-5-sektor-penyumbang-terbesar-pertumbuhan-
ekonomi-ri diakses pada 20 oktober 2017 pukul 21.15
http://finansial.bisnis.com/read/20161024/9/595278/bank-dunia-ketimpangan-kesejahteraan-
dapat-diatasi-dengan-pertumbuhan-ekonomi diakses pada 19 Oktober 2017 pukul 11.02
http://harian.analisadaily.com/mobile/opini/news/pemerataan-kesejahteraan-di-indonesia-
mungkinkah/297841/2017/01/13 diakses pada 19 Oktober 2017 pukul 01.00
http://kalimantan.bisnis.com/read/20170906/9/687646/ketimpangan-kesejahteraan-pemerintah-
terus-tekan-gini-ratio- diakses pada 19 Oktober 2017 pukul 10.50
http://www.neraca.co.id/article/51959/kesejahteraan-belum-merata-di-indonesia-buat-apa-pdb-
tinggi diakses pada 19 oktober 2017 pukul 10.30
https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/indikator-pertumbuhan-ekonomi-suatu-negara/ diakses
pada 20 oktober 2017 pukul 20.19
https://ekbis.sindonews.com/read/1221394/33/gawat-kemiskinan-di-indonesia-makin-parah-
1500285300 diakses pada 20 oktober 2017 pukul 20.35
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161107152144-92-170923/bps-jumlah-
pengangguran-di-indonesia-menciut-530-ribu-orang/ diakses pada 20 oktober 2017 pukul 20.56