Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KESEJAHTERAAN EKONOMI MASYARAKAT BELUM MERATA


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila

DISUSUN OLEH:

Arif Balie ( 17/415210/TK/46499)


Cahyo Wibowo (17/415139/TK/46428)
Imam Nur Aziz (17/410213/TK/45570)
Irsyad Abdul Aziz (16/394887/TK/44179)
MGS Adllin Luthfi (16/395301/TK/44593)
Muhammad Harza Arbaha K (16/400258/TK/45272)
Muhammad Rizqi A (16/399850/TK/44864)
Yusuf Kurnia (15/384968/TK/43630)
Nurul Fitri Febryani (17/413618/TK/46058)
Senoaji Yudhoyono W (16/399860/TK/44874)
Vebryan Nur (17/
Yotam Adiel Haryanto (17/410458/TK/45815)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………i
BAB I……………………………………………………………………………………………1
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………2

BAB II…………………………………………………………………………………………..3
ISI……………………………………………………………………………………………..3
2.1 Kajian Objek Material…………………………………………………………………3
2.2 Kajian Objek Formal…………………………………………………………………..6
2.3 Analisis………………………………………………………………………………...8

BAB III…………………………………………………………………………………………11
PENUTUP……………………………………………………………………………………11
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….12
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Melihat keadaan perekonomian suatu negara tidak hanya sekadar memperhatikan angka
pertumbuhan ekonomi maupun besar produk domestik brutonya saja, namun aspek lain yang
juga penting untuk diperhatikan adalah gini ratio atau ukuran ketidakmerataan/ketimpangan
pendapatan secara meyeluruh. Nilai dari gini ratio berkisar antara 0 hingga 1, semakin tinggi
nilainya maka semakin tinggi pula tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat. Gini ratio
memang belum dianggap penting oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, mereka lebih
memperhatikan angka pertumbuhan ekonomi dan PDB dalam melihat kondisi perekonomian
negara. Namun hal ini kuranglah benar mengingat kondisi yang dilihat dari angka
pertumbuhan ekonomi dan PDB tersebut merupakan angka yang didapatkan secara
keseluruhan dari suatu perekonomian negara dan tidak menyasar kepada keadaan
perekonomian secara perorangan atau individu. Jadi sangat dimungkinkan apabila
pertumbuhan ekonomi dan PDB yang besar hanya diakibatkan karena konstribusi dari
konglomerat dan orang-orang kaya yang hanya segelntir jumlahnya, sedangkan orang-orang
menengah kebawah yang banyak jumlahnya hanya menyumbangkan sedikit konstribusi.
Sehingga meskipun secara nasional pertumbuhan ekonomi dan PDB Indonesia sudah dapat
dikatakan relatif sejahtera, namun hal tersebut hanya dirasakan oleh beberapa kalangan yang
diatas sedangkan mereka yang dibawah hanya sedikit menerimanya.
Indonesia sendiri saat ini telah mencapai pertumbuhan ekonomi di level 5%, sedangkan
PDB Indonesia pada 2016 telah mencapai Rp 12.406,8 triliun, dua parameter tersebut
menunjukkan bahwa kondisi perekonomian di Indonesia sekarang ini relatif stabil bahkan
lebih baik dari negara-negara berkembang lainnya. Namun hal tersebut berbanding terbalik
dengan angka gini ratio Indonesia yang masih cukup tinggi yakni berada di posisi 0,393.
Gini ratio yang berada pada level 0,393 menunjukkan bahwa ketimpangan antara orang kaya
dan orang miskin di Indonesia ini masih sangat besar meskipun pertumbuhan ekonomi dan
PDB Indonesia yang relatif baik. Bahkan menurut data yang ada, kekayaan empat orang
terkaya di Indonesia setara dengan kekayaan 100 juta orang termiskin di Indonesia.
Pernyataan tersebut menunjukkan ketimpangan pendapatan masyarakat Indonesia.
Ketimpangan tersebut menunjukkan bahwa keadilan dalam ekonomi masih belum dapat
dirasakan secara merata oleh berbagai kalangan masyarakat. Mereka yang berasal dari
masyarakat yang mampu cenderung berpeluang untuk mendapatkan hak-hak yang mereka
inginkan seperti mendapatkan pendidikan yang tinggi, mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai, ataupun memperoleh pekerjaan yang layak dan sesuai dengan keinginannya.
Sedangkan di sisi lain masyarakat hanya mampu untuk hidup dalam keterbatasan dan kondisi
yang seadanya. Mereka belum dapat merasakan hak-hak yang seharusnya mereka bisa
dapatkan. Di sinilah tantangan negara dan pemerintah untuk kembali menyelaraskan antara
perumbuhan ekonomi dan PDB dengan tingkat gini ratio sehingga kondisi perekonomian
yang baik dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Di samping itu,
perlunya jaminan dari negara agar setiap warga negara Indonesia dapat memperoleh hak-
haknya dengan semestinya sehingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia benar-
benar dapat terwujud.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kondisi perekonomian masyarakat Indonesia saat ini?
2. Mengapa terjadi kurang pemerataan kesejahteraan ekonomi masyarakat di Indonesia?
3. Bagaimana dampak tidak meratanya ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat
Indonesia?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi kurang meratanya kesejahteraan ekonomi di Indonesia?
BAB II
ISI

2.1 Objek Kajian Material


Salah satu permasalahan besar yang dihadapi negara-negara berkembang adalah
ketimpangan kesejahteraan. Termasuk di negara kita, Indonesia.
Ketimpangan kesejahteraan dapat dilihat baik secara vertikal-horisontal, sektoral dan juga
spasial. Ketimpangan kesejahteraan secara veritikal dapat dilihat misalnya dengan mengukur
kesenjangan kesejahteraan antara kelompok masyarakat berpendapatan menengah ke atas
dengan menengah-kebawah. Sementara ketimpangan horisontal dapat diukur misalnya dari
seberapa jauh perbedaan kesejahteraan di antar kelompok masyarakat dalam kelas yang
sederajat. (Firmanzah, 2012)
Kesenjangan sektoral dapat diukur misalnya dengan membandingkan kesejahteraan
tenaga kerja di sektor pertanian dengan sektor lain seperti pasar keuangan, perhotelan,
komunikasi dan transportasi. Sementara kesenjangan spasial dapat diukur misalnya dengan
membandingkan rata-rata kesejahteraan penduduk di pulau Jawa dengan pulau lain seperti
Kalimantan, Sulawesi dan Papua. (Firmanzah, 2012)
Meski angka produk domestik bruto (PDB) Indonesia terus meningkat hingga mencapai
Rp 10.542 triliun pada akhir 2014, kalangan pengamat menilai hal itu tidak menjamin
kesejahteraan yang merata di semua lapisan masyarakat. Ini pertanda hasil pertumbuhan
ekonomi selama ini hanya dinikmati oleh golongan masyarakat atas (high level) di negeri ini.
(Baderi, 2015).
Dalam hal ini, Pemerintah menargetkan gini ratio atau rasio ketimpangan kesejahteraan
masyarakat Indonesia akan turun hingga 0,37 pada 2019, seiring dengan penurunan angka
kemiskinan di Tanah Air.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan saat ini gini
ratio Indonesia masih relatif tinggi pada posisi 0,393 pada Maret 2017.
Namun, dia melihat adanya perkembangan dari rasio ketimpangan tersebut kian membaik.
"Dari semula stagnan pada 0,4, akhirnya mulai turun pada 2016 ke angka 0,397," ungkap
Bambang dalam rapat dengan Komisi XI, Rabu (6/9/2017).
Dia berharap angka ini dapat kembali mengalami penurunan pada laporan gini
ratioSeptember 2017. Dengan penurunan yang berkelanjutan, pemerintah berharap gini
ratio Indonesia dapat mencapai 0,38 pada 2018 dan 0,37 pada 2019.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah telah menyiapkan beberapa
langkah. Pertama, pemerintah akan melakukan afirmasi terhadap 40% masyarakat
berpendapatan rendah dalam bentuk bantuan tepat sasaran untuk perluasan akses dasar
seperti sanitasi dan air bersih. Kedua, pihaknya akan mendorong pengembangan vokasi
karena ini dianggap mampu meningkatkan pendapatan tenaga kerja di kelompok pendapatan
terendah.
Ketiga, sektor pertanian dan sektor produktif akan didorong melalui program reforma
agraria dan peningkatan produktifitas di sektor pertanian. Penurunan gini ratio ini akan
diikuti dengan upaya pemerintah menekan tingkat kemiskinan.
Sejauh ini, Bappenas mencatat adanya penurunan tingkat kemiskinan yang cukup tajam.
Pada posisi Maret 2017, angka kemiskinan berada pada 10,64%.
Hal tersebut berarti ketimpangan kesejahteraan di Indonesia ini belum bisa teratasi
dengan baik. Menurut pengamat ekonomi, Iman Sugema, masih ada sekitar lebih dari 10%
penduduk yang masih hidup di bawah garis kemiskinan dan hampir 15% penduduk hampir
miskin. “Maka dari itu, pemerintah harus mengatasi masalah kemiskinan di dalam negeri.
Dengan pendapatan per kapita besar seharusnya penduduk miskin bisa berkurang. Akan
tetapi kenyataannya berbeda,” paparnya.
Pada kenyataannya, meskipun pendapatan per kapita di Indonesia tergolong tinggi,
namun gap antara ‘si kaya’ dan ‘si miskin’ terbilang lebar. Sehingga ketimpangan
kesejahteraan di Indonesia ini masih susah untuk diatasi.
Ukuran kesejahteraan juga bervariasi dari mulai parameter ekonomi seperti pendapatan
(income), pengeluaran (expenditure), dan besaran inflasi sampai ke dimensi infrastruktur
seperti kualitas jalan, air bersir, listrik dan sejumlah fasilitas umum lain seperti pelayanan
kesehatan, sekolah dan akses pembiayaan. Perbedaan (gap) kesejahteraan ke depannya akan
menjadi ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu negara. Kinerja pembangunan
tidak hanya diukur dari perbaikan secara time-series dengan membandingkan pada masa
sebelumnya tetapi juga menganalisa siapa yang paling diuntungkan dan dirugikan dalam
pembangunan ekonomi.
Sila ke-5 dari Pancasila menyebutkan bahwa keadilan sosial yaitu diperuntukkan untuk
seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali, namun kenyataannya hukum pemerintahan
kita masih tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Hal ini juga menyebabkan perekonomian di
Indonesia seperti dikuasai sepenuhnya oleh orang-orang berkuasa di Indonesia sebagai
contoh adalah kasus yang sedang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini, yaitu kasus mega-
korupsi E-KTP.
Pemerintah dan DPR perlu menunjukkan keberpihakan dalam mengalokasikan anggaran
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Timur Indonesia. selain itu juga program
peningkatan kapasitas (capacity building) bagi aparatur daerah perlu diintensifkan.
Birokrasi yang efisien-efektif dan inovatif diperlukan untuk melakukan program terobosan
guna mengejar ketertinggalan dengan kawasan Barat Indonesia. Masyarakat Timur Indonesia
tidak hanya membutuhkan program akses terhadap pendanaan (KUR dan PNPM) tetapi juga
program pendampingan dan pelatihan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas
produksi di tingkat mikro.
Pertumbuhan ekonomi dapat mengatasi ketimpangan kesejahteraan jika pemerintah
mampu mengarahkan kebijakan ekonomi secara tepat.
Bank Dunia menyatakan, kebijakan pemerintah bila diarahkan dengan tepat bisa
membuat pertumbuhan ekonomi yang diraih suatu negara juga digunakan sebagai upaya
guna mengatasi ketimpangan kesejahteraan di negara tersebut.
"Saya yakin tentang kemungkinan untuk mempertahankan pola pertumbuhan melalui
kesetaraan yang berevolusi ke dalam negara berpenghasilan menengah," kata Wakil Presiden
Senior Bank Dunia Paul Romer dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin
(24/10/2016).
Namun, ujar dia, hal tersebut dapat terjadi bila pemerintah mengambil tanggung jawab
dengan mengarahkan tipe baru investasi yang membuat seluruh kalangan masyarakat dapat
memiliki kesempatan untuk belajar.
Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat, lanjutnya, ketimpangan pendapatan bisa
meningkat pula sementara, tetapi tipe ketimpangan itu karena manfaat dari pertumbuhan
tidak dibagi secara merata pada awalnya.
Hal tersebut dinilai karena hanya ada sejumlah kelompok atau perorangan yang awalnya bisa
memiliki akses kepada kesempatan untuk belajar dari gagasan baru yang menghasilkan
pertumbuhan.
Pemerintah Indonesia menegaskan fokus kepada kebijakan untuk mengentaskan
kemiskinan, pengangguran, ketimpangan dan kesenjangan sosial dalam rangka mempercepat
pembangunan nasional di Tanah Air.
"Pada tahun percepatan pembangunan ini, pemerintah fokus pada tiga langkah terobosan
untuk pengentasan kemiskinan, pengangguran, ketimpangan dan kesenjangan sosial," kata
Presiden Joko Widodo dalam Pidato Kenegaraan di depan Sidang Bersama DPR/DPD RI
2016 di Jakarta, Selasa (16/8/2016).
Presiden Jokowi memaparkan ketiga langkah itu adalah pertama mempercepat
pembangunan infrastruktur, kedua menyiapkan kapasitas produktif dan Sumber Daya
Manusia, serta langkah ketiga merupakan deregulasi dan debirokratisasi.
Menurut dia, melalui percepatan pembangunan infrastruktur akan membangun sarana
infrastruktur secara lebih merata guna memperkuat konektivitas antarwilayah serta
memperkecil ketimpangan dan kesenjangan sosial.
Presiden memaparkan akselerasi pembangunan infrastruktur logistik meliputi jalan,
pelabuhan, bandara dan rel kereta api. Sedangkan akselerasi pembangunan infrastruktur
strategis mencakup pembangkit listrik, telekomunikasi, irigasi, dan perumahan rakyat.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, pajak merupakan
instrumen penting untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan melalui fungsi redistribusi
yaitu penerimaan negara dari pajak digunakan untuk pembelanjaan kebutuhan sosial dan
pemenuhan jasa dasar bagi masyarakat miskin.
"Rantai kemiskinan harus diputus, keluarga miskin harus mampu menikmati pelayanan
dasar yakni pendidikan, kesehatan, air bersih, dan sanitasi," ujar Menkeu dalam acara
"Supermentor16: End Poverty" yang diselenggarakan Foreign Policy Community of
Indonesia (FPCI), di Jakarta, Senin (17/10/2016) malam.
Rasio penerimaan pajak yang relatif rendah yakni 10,9% pada 2014, menyebabkan upaya
percepatan penurunan angka kemiskinan di Indonesia melambat dalam sepuluh tahun
terakhir.
Kesenjangan juga menjadi masalah utama di Tanah Air ditandai dengan satu persen
penduduk Indonesia menguasai 50% aset negara. Berdasarkan data Kementerian Keuangan,
angka kemiskinan di Indonesia pada Maret 2016 sebesar 10,86% dengan rasio gini 0,40.

2.2 Objek Kajian Formal


Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu diindrawi saja, melainkan
seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang abstrak.Pada kajian objek formal ini
kita dapat melihat dari berbagai sudut pandang dan hakikat dari perekonomian masyarakat
Indonesia.
Seperti kita ketahui perekonomian bangsa Indonesia kurang merata dan berbagai aspek
ilmiahnya sudah dijelaskan pada pembahsan objek material.Sekarang,apabila kita sebagai
masyarakat melihat ketidakmerataan perekonomian tersebut sangat berpengaruh pada
kehidupan.Lantas sebenarnya untuk apa pemerataan ekonomi tersebut untuk
bangsa?Mengapa perlu pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan social?Seberapa besar
pengaruh pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan bangsa?
Menggapai pertumbuhan ekonomi berkualitas menjadi tantangan tersendiri bagi setiap
negara, pertumbuhan ekonomi suatu negara pada dasarnya akan berkualitas, jika
pertumbuhan ekonominya berkonstribusi menekan berkurangnya jumlah penduduk miskin.
Pertumbuhan ekonomi berkualitas juga tercermin dari aktivitas perekonomian yang
mampu memberikan pemerataan pendapatan masyarakat, serta mendongkrak tumbuhnya
lapangan kerja baru yang memiliki daya serap yang tinggi terhadap pertumbuhan tenaga
kerja.
Tidak hanya negara berkembang dan emerging, seringkali di negara maju juga memiliki
tantangan mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Fokus pada pertumbuhan
ekonomi berkualitas penting karena secara empirik berkorelasi positif terhadap penurunan
angka kemiskinan, penciptaan lapangan kerja serta peningkatan indikator kesejahteraan
lainnya.
Bagi tata kelola pembangunan, sejatinya pertumbuhan ekonomi berkualitas menjadi
ultimate goal yang dikedepankan dalam bebagai program dan kegiatan pembangunan dalam
rangka mencapai kesejahteraan rakyat yang berkeadilan sebagai perwujudan negara hadir.
Secara sederhana kesejahteraan rakyat yang berkeadilan tersebut ditandai oleh tiga hal
yang fundamental. Pertama, semakin berkurangnya jumlah penduduk miskin Kedua, semakin
jumlah penduduk usia produktif yang masih menganggur. Ketiga, semakin mengecilnya
kesenjangan ekonomi antar sesama penduduk suatu negara. ( Dudley Seers, University of
Sussex, Inggris, 1972).
Dalam pemerataan kesejahteraan masyarakat tidak lepas dari peran seorang pemerintah.
Pemerintah memiliki andil dalam melakukan pemerataan di masyrakat yang mereka perintah.
Berbagai macam program-program untuk menyelesaikan berbagai permasalahan terkait
dengan pemerataan terus diupayakan. Sekilas apabila kita melihat program yang telah
dirancang oleh pemerintah dalam hal meningkatkan pemerataan kese-jahteraan, muncul
sebuah harapan akan terciptanya kesama-aan tanpa per-be-daan antara masyarakat dalam
bidang eko--nomi. Akan tetapi, jika kita cermati se-cara mendalam, pe--lak-sanaan program
yang dirancang oleh pemerintah tersebut ti-daklah semudah mengangkat tangan. Diperlukan
usaha keras dan fokus ting-kat tinggi agar tujuan yang diinginkan da-pat tercapai. Misalnya,
pemerintah berencana untuk meningkatkan modal masyarakat melalui KUR (Kredit Usaha
Rakyat), jika memang pe--merintah ingin menambah nilai modal yang akan di-gulirkan
kepada masyarakat me-lalui program tersebut maka pemerintah pun harus lebih ke-tat untuk
melakukan pengawasan da-lam penyaluran modal yang akan di-be-ri-kan mulai dari hulu ke
hilir agar penyim-pa-ngan dalam penyaluran modal usaha rak-yat dapat dihindari dan tidak
menjadi “alat permainan” bagi para pemangku ja­ba­tan yang berwenang. Selain itu
me-ka--nisme pe-ngaturan bagi masyarakat yang ingin me-ngajukan permintaan mo-dal
selayaknya disederhanakan agar tidak mengurangi animo masyarakat untuk menggunakan
fasilitas penyediaan modal yang disediakan oleh pemerintah.
Yang kedua jika pe-merintah memang ingin mem--permudah akses bagi masya-rakat
un-tuk meningkatkan keterampilan yang sesuai dengan kebutu-han industri, maka
pe-merintah terlebih dahulu harus mem-perhatikan ketersediaan la-pangan kerja bagi
masyarakat yang ber-sangkutan. Hal ini penting agar tenaga-ten-aga terampil yang telah ada
dapat me-nyalurkan ke-terampilan yang telah dimiliki pada in-dustri-industri yang
membu-tuhkan. Se-lain itu pemerintah juga harus menetap-kan kuriku-lum pendidikan yang
berbasis pada kebutuhan industri bagi sekolah-se-ko-lah kejuruan yang ada di Indonesia
de-ngan harapan agar lulusan-lulusan tersebut mampu bekerja pada industri-industri yang
memerlukan keterampilan me-reka. Dan satu hal yang penting pemerintah juga ha-rus
memperluas akses pe-ningkatan ke-te-rampilan bagi masyara-kat yang mem-pu-nyai
kelemahan pada fisik maupun men-tal, sehingga mereka da-pat secara mandiri
mengembangkan ke-terampilan yang ada pada dirinya se-hingga menjadi pribadi yang dapat
dian-dal-kan dalam masyarakat.
Yang ketiga da-lam penye-lesaian persoalan pangan, pe-merintah harus mampu
men-jamin bah-wa pangan yang ada tersedia bagi semua ma-sya-rakat Indonesia secara
merata yang di-usahakan dengan cara-cara yang lebih me-ngutamakan kemandirian dalam
pe-nye-diaan bahan pangan sehinga kita da-pat meninggalkan tradisi impor untuk ke-butuhan
pangan tertentu. Dan yang ter-akhir, pemerintah harus mengubah orien-tasi pemba-ngunan
desa dari yang tadinya berorientasi pada peningkatan produksi menjadi berorientasi pada
peningkatan kesejah-teraan petani. Sebab pembangunan desa yang didasarkan pada
peningkatan produksi tidak menjamin petani menjadi se-jahtera, dengan asumsi jika produksi
hasil tani meningkat tetapi biaya produksi naik dan harga jual anjlok maka petani akan
memperoleh keuntu-ngan yang sedikit bahkan rugi yang berimbas tidak tercapai-nya target
pemba-ngunan di desa. Maka de-ngan itu pemerin-tah perlu meng-kaji ulang orientasi
pemba-ngunan yang dila-ku-kan di desa sekaligus me-nyiap-kan pro-gram-program yang
lebih ber-orientasi pada ke-sejahteraan para petani secara kese-luru-han

2.3 Analisis
Kesejahteraan masyarakat Indonesia secara sosial sebenarnya sangat berdekatan dengan
kondisi ekonomi serta pemerataan distribusi pendapatan bagi masyarakatnya. Masalah
ekonomi ini tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi, karena secara harafiahnya ekonomi
merupakan suatu sistem aktivitas yang lekat dengan manusia dan memiliki banyak indikator
sebagai tolak ukur.
Indikator-indikator dari kesejahteraan sosial di Indonesia sendiri mampu dilekatkan
oleh permasalahan-permasalahan yang ada terkait dengan seimbangnya distribusi
pendapatan. Didalam kesejahteraan itu sendiri, terdiri dari tiga hal fundamental yaitu
berkurangnya jumlah kemiskinan, semakin banyak jumlah penduduk dari kelompok usia
kerja yang pengangguran, dan mengecilnya angka kesenjangan ekonomi antar penduduk.
Ditinjau dari indikator pertama sendiri, kemiskinan di Indonesia semakin parah. Hal ini
ditandai dari pernyataan BPS yang menyatakan bahwa indeks keparahan kemiskinan di
Indonesia pada periode September 2016 hingga Juli 2017 mengalami kenaikan. Angka
indeks naik dari 1,74 menjadi 1,83, dan kenaikan di indeks keparahan kemiskinan yang ikut
naik dari 0,44 menjadi 0,48 pada waktu yang sama. Hal ini didasari dengan tinjauan
pemberian bantuan, kemampuan dalam menyediakan kebutuhan, dan faktor pendidikan
penduduk. Menurut data dari BPS sendiri, jumlah masyarakat yang masuk dalam kategori
miskin sejumlah 27,77 juta penduduk, angka ini naik 10.000 penduduk dari Maret tahun
2016. Walaupun secara kuantitas jumlah penduduk miskin naik hingga 10.000 orang,
sebaliknya persentase menurun dari 10,70% ke 10,64%. Hal ini menandakan bahwa
walaupun kuantitas penduduk miskin naik sejalan dengan pertumbuhan penduduk,
sebaliknya jika dipersentasekan penduduk miskin berkurang.
Ditinjau dari indikator kedua, jumlah pengangguran bagi masyarakat yang masuk di
angkatan kerja di Indonesia, walaupun masih terhitung tinggi, terus mengalami penurunan.
Hal ini didasari oleh pernyataan BPS yang menerangkan bahwa terjadi penciutan tingkat
pengangguran terbuka yang tadinya sejumlah 7,56 juta orang pada tahun 2015 menjadi 7,03
juta orang pada tahun 2016. Hal ini bisa terjadi karena peran teknologi yang kini kian
memudahkan masyarakat dalam memanfaatkannya sebagai sumber ekonomi, peran
pemerintah dalam penggiatan pembukaan lapangan kerja baru melalui sistem ukm. Namun
disatu sisi, walaupun mengalami penurunan, jumlah pengangguran sendiri masih terbilang
tinggi karena mencapai 5,16% penduduk. Hal ini dikaenakan pen-distribusi-an bantuan,
program pemerintah, serta keterbatasan cakupan teknologi di beberapa tempat di Indonesia.
Ditinjau dari indikator ketiga, kesenjangan dan ketimpangan sosial di Indonesia masih
terbilang cukup tinggi. Kesenjangan ini secara umum bisa dilihat dari tiga perspektif yaitu
kesenjangan vertikal-horisontal, sektoral, dan juga spasial. Dilihat dari kesenjangan vertikal-
horisontal mampu diukur dari kesenjangan kesejahteraan dari masyarakat berpenghasilan
rendah, menengah, dan tinggi. Walaupun Indonesia memiliki pendapatan per kapita yang
cukup, disatu sisi jumlah penduduk miskin kian bertambah. Hal ini menandakan bahwa
ketimpangan kesejahteraan belum bisa diatasi karena terdapat indikasi gap antara orang
berpenghasilan tinggi dan rendah melalui distribusi dari pendapatan per kapita itu sendiri.
Dari kesenjangan secara sektoral sendiri, sektor industri pengolahan sendiri mempunyai
peran penting dalam pertumbuhan di Indonesia yaitu 21, 02%. Sebaliknya di sektor pertanian
dan perkebunan terkesan stagnan. Hal ini menjadi kesenjangan dalam distribusi pendapatan
karena nota benenya industri pengolahan lebih mampu memonopoli dan memanipulasi
pendapatan melalui harga jual. Dari segi kesenjangan secara spasial sendiri mampu dilihat
dari pemusatan kegiatan ekonomi yang terletak di beberapa titik. Contoh saja, kegiatan
penambangan yang ada di PT. Freeport di Papua, walaupun penambangan di lakukan di
Papua, kegiatan ekonomi dan perputaran uang didalamnya terletak di Jakarta. Hal ini
sebenarnya hampir sama dengan dampak Jakarta di Pulau Jawa. Karena merupakan ibu kota
negara, perkembangan akan terus terjadi baik dari segi ekonomi hingga teknologi, hal ini
berdampak bagi wilayah wilayah disekitarnya. Hal ini terjadi di banyak pusat kegiatan dan
distribusi nasional di Indonesia. Berbeda dengan Papua, karena terletak jauh dari pusat
kegiatan dan distribusi nasional terjadi ketimpangan sosial, contohnya perbedaan harga
kebutuhan pokok yang signifikan
Ditinjau dari dasar tiga hal fundamental dalam melihat kesejahteraan Indonesia secara
umum masih terbilang belum sejahtera. Hal ini mampu dilihat dari kondisi perekonomian di
Indonesia yang dilihat secara komprehensif baik dari segi kemiskinan, angka pengangguran,
dan ketimpangan dan kesenjangan sosial. Dilihat dari segi kemiskinan dan angka
pengangguran persentase masih diatas 5% selain itu kesenjangan sosial sendiri masih terus
terjadi baik secara vertikal-horisontal, sektoral, dan spasial. Hal ini menjadi indikator bahwa
pemerataan di Indonesia baik secara ekonomi dan sosial belum berjalan secara optimal.
Untuk mendukung ketiga hal fundamental di atas menjadi lebih sejahtera dibutuhkan
peran seorang pemerintah dalam melakukan pemerataan di masyarakat karena apabila
pemerataan kesejahteraan rakyat tidak di galakkan oleh pemerintah, hal tersebut akan
menimbulkan ketimpangan dimana akan terjadi pemusatan kekayaan ke segelintir kelompok
tertentu juga dapat mengindikasikan adanya pemusatan kekuasaan.
Berbagai macam program terus diupayakan oleh pemerintah dalam mengupayakan
pemerataan dalam masyarakat. Salah satunya tahun 2017 ini, Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) 2017 pemerintah Jokowi menjadikan pemerataan kesejahteraan rakyat sebagai
prioritas utama untuk dicapai. Pada tahun ini pemerintah memacu dan meningkatkan
pemerataan kesejahteraan rakyat kearah pembangunan yang lebih berkeadilan, salah satu
contohnya yaitu pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk
menggerakkan ekonomi produktif dengan meningkatkan akses permodalan. Dalam PDB
nasional tercatat besarnya kontribusi UMKM yaitu 61,41 %. Untuk memperlancar
pemberdayaan UMKM agar tidak terjadi penyimpangan dalam penyaluran modal usaha
rakyat seharusnya pemerintah melakukan pengawasan secara ketat dalam penyaluran modal
tersebut agar modal tersebut memang tersalurkan kepada rakyat.
Untuk mengatasi kemiskinan juga pemerintah harus menekan laju pertumbuhan
penduduk, pemerintah harus lebih menggalakkan program KB kembali karena walaupun
persentase penduduk miskin berkurang tetapi penduduk miskin semakin membanyak karena
penduduk miskin berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk.
Selanjutnya, untuk mengupayakan pemerataan perlu juga diperhatikan pertumbuhan
lapangan kerja dan penyerapannya (kesempatan kerja) dengan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia seperti memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat contohnya melalui
program pendidikan kejuruan, pendidikan vokasi dan juga latihan vokasi kepada masyarakat.
Program tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan industri maupun pekerjaan lainnya
agar lulusan-lulusan tersebut dapat bekerja sesuai dengan keterampilannya. Selain itu,
pemerintah juga harus memperluas akses peningkatan keterampilan bagi masyarakat yang
mempunyai kelemahan pada fisik maupun mental, sehingga mereka dapat secara mandiri
mengembangkan keterampilan yang ada pada dirinya sehingga menjadi pribadi yang dapat
diandalkan dalam masyarakat.
Untuk menghindari kesenjangan antar daerah, sebaiknya pemerintah membangun
infrastruktur transportasi tiap daerah secara merata (baik antar kota, antar provinsi maupun
antar pulau) seperti membangun jalan raya, kereta api, jalan tol, bandar udara di berbagai
wilayah Indonesia sehingga hubungan antar daerah akan mudah dan dapat memperlancar
pertukaran barang dan jasa antar daerah, dan potensi-potensi Sumber Daya Alam dapat
terkontrol. Sehingga hal tersebut dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan
pendapatan negara, dapat mendistribusikan hasil tani secara merata dengan mudah juga dapat
mengurangi kesenjangan antar daerah sehingga tidak ada daerah yang tertinggal maupun
daerah yang maju sendiri. Pemerintah juga harus meningkatkan pembangunan infrastruktur
yang berada di daerah-daerah terpencil dan tidak terpaku pada pembangunan di daerah kota
besar saja sehingga dapat mengurangi kesenjangan infrastruktur.
Sebelumnya, agar program-program tersebut dapat terealisasikan diperlukan aparatur
pemerintah yang jujur dan berkomitmen kuat pada negara sehingga tujuan negara untuk
meratakan kesejahteraan sosial ini dapat terwujud.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada banyak faktor yang menyebabkan kesenjangan ekonomi di Indonesia. Faktor utama yang
menyebabkan permasalahan tersebut yaitu bayaknya jumlah penduduk dari kelompok usia kerja
yang menganggur karena kekurangan lapangan pekerjaan. Hal tersebut dikarenkan pihak-pihak
yang membuka lapangan pekerjaan tidak bisa menyerap banyak sumber daya manusia yang ada,
jika ada malah mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri karena ilmu dan keahlian yang terbatas
dari SDM Indonesia itu sendiri.

Menurut BPS bahwa indeks keparahan kemiskinan pada periode September 2016 hingga
Juli 2017 mengalami kenaikan dari 0,44 menjadi 0,48. Jumlah masyarakat yang masuk dalam
kategori miskin sejumlah 27,77 juta penduduk, naik 10 ribu penduduk dari Maret tahun 2016.
Jumlah penganguran usia produktif pada tahun 2016 sebanyak 7,03 juta penduduk.

Indonesia merupakan negara dengan pendapatan perkapita yang tergolong tinggi, namun
masih banyak penduduk yang masuk dalam kategori miskin. Hal tersebut menandakan adanya
kesenjagan ekonomi antar orang kaya dan orang miskin.
DAFTAR PUSTAKA

http://bisnis.liputan6.com/read/2171389/ini-5-sektor-penyumbang-terbesar-pertumbuhan-
ekonomi-ri diakses pada 20 oktober 2017 pukul 21.15

http://finansial.bisnis.com/read/20161024/9/595278/bank-dunia-ketimpangan-kesejahteraan-
dapat-diatasi-dengan-pertumbuhan-ekonomi diakses pada 19 Oktober 2017 pukul 11.02

http://harian.analisadaily.com/mobile/opini/news/pemerataan-kesejahteraan-di-indonesia-
mungkinkah/297841/2017/01/13 diakses pada 19 Oktober 2017 pukul 01.00

http://kalimantan.bisnis.com/read/20170906/9/687646/ketimpangan-kesejahteraan-pemerintah-
terus-tekan-gini-ratio- diakses pada 19 Oktober 2017 pukul 10.50

http://setkab.go.id/pemerataan-kesejahteraan-rakyat/ diakses pada 19 Oktober 2017 pukul 12.00

http://www.neraca.co.id/article/12827/ketimpangan-kesejahteraan diakses pada 19 oktober pukul


10.37

http://www.neraca.co.id/article/51959/kesejahteraan-belum-merata-di-indonesia-buat-apa-pdb-
tinggi diakses pada 19 oktober 2017 pukul 10.30

https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/indikator-pertumbuhan-ekonomi-suatu-negara/ diakses
pada 20 oktober 2017 pukul 20.19

https://ekbis.sindonews.com/read/1221394/33/gawat-kemiskinan-di-indonesia-makin-parah-
1500285300 diakses pada 20 oktober 2017 pukul 20.35

https://kumparan.com/manik-sukoco/lebarnya-ketimpangan-ekonomi-indonesia diakses pada 19


Oktober 2017 pukul 11.02

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161107152144-92-170923/bps-jumlah-
pengangguran-di-indonesia-menciut-530-ribu-orang/ diakses pada 20 oktober 2017 pukul 20.56

https://www.google.co.id/amp/goukm.id/apa-itu-ukm-umkm-startup/amp/ diakses pada 22


oktober 2017 pukul 08.00

https://www.google.co.id/amp/m.republika.co.id/amp_version/oy60e4415 diakses pada 20


oktober 2017 pukul 23.00

Anda mungkin juga menyukai