EKONOMI PEMBANGUNAN
MINI RISET :
ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEMISKINAN TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DIKOTA MEDAN
DISUSUN
O
L
E
H
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
saya kesempatan dan kekuatan untuk menyelesaikan tugas Mini Riset “ANALISIS PENGARUH
KEMISKINAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN” ini.
Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak selaku Dosen Pengampuh mata
kuliah “Ekonomi Pembangunan” yang telah membimbing saya dalam tugas ini. Tugas akhir ini
saya susun sesuai dengan tata cara mini riset sesuai yang Bapak Dosen sampaikan. Serta tujuan
saya membuat tugas mini riset ini, selain untuk melengkapi tugas mata kuliah “Eknomi
Pembangunan” juga untuk menambah wawasan saya tentang inflasi yang terjadi secara baik dan
benar.
Saya selaku mahasiswi menyadari bahwasannya masih ada kekurangan disana – sini
dalam penulisan. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
atas tulisan mini riset saya ini. Sehingga apabila saya akan membuat tulisan selanjutnya dapat
lebih baik dan dapat lebih memuaskan hasilnya di masa depan. Demikianlah kata pengantar yang
saya utarakan dari hati saya yang paling dalam. Akhirnya saya mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Pengampuh mata kuliah ini. Dan bila terdapat kekurangan di tugas saya ini, saya
mohon maaf.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat kemiskinan terhadap
pertumbuhan ekonomi di kota medan dan menentukan model pengentasan kemiskinan di Kota Medan.
Penelitian ini menggunakan sekunder tren saat data (time series). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
jumlah penduduk miskin di kota Medan relatif besar sekitar 10,05% dari jumlah penduduk kota Medan
pada tahun 2010. Hasil pengujian menunjukkan perkiraan variabel pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan per kapita memiliki negatif dan signifikan secara statistik, sementara inflasi dan
pengangguran variabel memiliki dampak positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di
kota Medan.
Kata kunci: Pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, Inflasi, Pengangguran, Ekonometrika
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menjelaskan tentang pembangunan ekonomi Indonesia merupakan hal yang kompleks dan
menarik sebab di dalamnya terdiri dari banyak dinamika baik itu secara mikro maupun makro. Suatu
negara dikatakan sukses dalam pembangunan ekonomi jika telah menyelesaikan tiga masalah inti
dalam pembangunan. Ketiga masalah tersebut adalah angka kemiskinan yang terus meningkat,
distribusi pendapatan yang semakin memburuk dan lapangan pekerjaan yang tidak variatif sehingga
tidak mampu menyerap pencari kerja. Untuk itu melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi
Indonesia merupakan hal menarik guna melihat sejauh mana negara ini mampu melakukan
pembangunan ekonomi secara komprehensif. Dalam menyelesaikan masalah tersebut berbagai
pendekatan dilakukan termasuk pendekatan pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menyelesaikan
masalah pembangunan ini.
Badan Pusat Statistik 2011 melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai
angka 6,1%. Angka yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sekitar 4,6%.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung meningkat tiap tahunya yaitu 6,3% pada
tahun 2007, 6,0% pada tahun 2008, 4,6% pada tahun 2009 kemudian naik pada tahun 2010 sebesar
6,1%. Pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil dan konsisten tersebut memasukkan Indonesia
sejajar dengan beberapa negara maju seperti Cina, Jepang dan beberapa negara maju lainya.
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, ternyata memilii masalah dalam
ketiga inti pembangunan tersebut terutama angka kemiskinan. Kemiskinan menjadi salah satu
ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran
aggregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan di wilayah tersebut. Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah satu tema utama
pembangunan. Keberhasilan dan kegagalan pembangunan acapkali diukur berdasarkan perubahan
pada tingkat kemiskinan (Suryahadi dan Sumarto, 2001).
Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan
suatu rumah tangga.Sebagai suatu ukuran aggregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim
digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan di wilayah tersebut.Dengan demikian, kemiskinan
menjadi salah satu tema utama pembangunan.Keberhasilan dan kegagalan pembangunan acapkali
diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan (Suryahadi dan Sumarto, 2001).
Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks karena tidak hanya berkaitan dengan
masalah rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi, tetapi juga berkaitan dengan rendahnya tingkat
pendidikan, kesehatan dan ketidakberdayaan untuk berpartisipasi dalam pembangunan serta berbagai
masalah yang berkenaan dengan pembangunan manusia .Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut
termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, kurangnya air bersih, perumahan yang kurang
sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik dan tingkat pendidikan yang rendah.
Oleh karena itu, permasalahan kemiskinan sangat kompleks dan upaya penanggulangannya
harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan
dilaksanakan secara terpadu.Upaya pengentasan kemiskinan. Sebenarnya telah dimulai awal tahun
1970-an diantaranya melalui program Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes).
Tetapi upaya tersebut mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti
upaya penurunan kemiskinan ditahun 1970-an tidak maksimal sehingga jumlah orang miskin pada
awal tahun 1990-an kembali naik.
Kota Medan yang merupakan ibu kota Propinsi Sumatera Utara termasuk salah satu kota
yang mempunyai persentase penduduk miskin yang relatif besar karena jumlahnya mencapai
212.300 jiwa atau sekitar 10,05 % dari jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2010. Besarnya
jumlah penduduk miskin tersebut berpotensi menciptakan permasalahan sosial yang rumit, seperti
menurunnya kualitas sumber daya manusia, munculnya ketimpangan dan kecemburuan sosial,
terganggunya stabilitas sosial politik, meningkatnya angka kriminalitas dan dampak-dampak
lainnya.Jika kondisi tersebut berlangsung terus menerus, maka pada gilirannya dapat menghambat
perkembangan ekonomi Kota Medan sehingga menyulitkan terwujudnya Kota Medan yang
bermartabat, sejahtera dan berkeadilan.
Melihat kondisi jumlah penduduk miskin di Kota Medan yang relatif masih besar, maka
berbagai program dan kegiatan terus dilakukan Pemerintah Kota Medan untuk menekan jumlah
kemiskinan.Namun program dan kegiatan yang dilaksanakan pemerintah tanpa mengetahui akar
penyebab kemiskinan tersebut, maka kebijakan tersebut kurang efektif dan tepat pada
sasarannya.Oleh karena itu, salah satu upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan melalui
kajian faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan di Kota Medan ditinjau dari aspek ekonomi.
Hasil kajian tersebut diharapkan dapat diformulasikan sebuah model pengentasan kemiskinan.
Selanjutnya, model tersebut diharapkan mampu mensimulasikan berbagai kebijakan pengentasan
kemiskinan dan mampu digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk miskin di Kota Medan
pada masa mendatang.
1. Menurut Derajatnya
Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat
mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu wilayah
tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan golongan masyarakat
manakah yang terkena imbas ( yang menderita ) dari inflasi yang sedang terjadi.
2. Menurut Penyebabnya
Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu kuatnya peningkatan
aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang.
Akibatnya, akan menarik (pull) kurva permintaan agregat ke arah kanan atas, sehingga terjadi
excess demand , yang merupakan inflationary gap. Dan dalam kasus inflasi jenis ini, kenaikan
harga-harga barang biasanya akan selalu diikuti dengan peningkatan output (GNP riil) dengan
asumsi bila perekonomian masih belum mencapai kondisi full-employment.
Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate supply curve ke
arah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply curve bergeser tersebut adalah
meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari
luar negeri) di pasar faktor produksi, sehingga menyebabkan kenaikkan harga komoditi di pasar
komoditi. Dalam kasus cost push inflation kenaikan harga seringkali diikuti oleh kelesuan usaha.
3. Menurut Asalnya
Domestic inflation, yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan
perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku
ekonomi dan masyarakat.
Imported inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga
komoditi di luar negeri (di negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara
yang bersangkutan). Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem
perekonomian terbuka (open economy system). Dan, inflasi ini dapat ‘menular’ baik melalui
harga barang-barang impor maupun harga barang-barang ekspor.
Terlepas dari pengelompokan-pengelompokan tersebut, pada kenyataannya inflasi yang
terjadi di suatu negara sangat jarang (jika tidak boleh dikatakan tidak ada) yang disebabkan oleh
satu macam / jenis inflasi, tetapi acapkali karena kombinasi dari beberapa jenis inflasi. Hal ini
dikarenakan tidak ada faktor-faktor ekonomi maupun pelaku-pelaku ekonomi yang benar-benar
memiliki hubungan yang independen dalam suatu sistem perekonomian negara. Contoh :
imported inflation seringkali diikuti oleh cost push inflation, domestic inflation diikuti dengan
demand pull inflation, dsb.
PEMBANGUNAN
EKONOMI
INDONESIA
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan
September 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara
sebanyak 1.360.600 orang atau sebesar 9,85 persen terhadap jumlah total penduduk. Kondisi ini
lebih buruk jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2014 yang jumlah penduduk miskinnya
sebanyak 1.286.700 orang atau sebesar 9,38 persen. Dengan demikian, ada peningkatan jumlah
penduduk miskin sebanyak 73.900 orang serta peningkatan persentase penduduk miskin
sebesar 0,47 point. Perkembangan tingkat kemiskinan mulai tahun 1999 sampai dengan
tahun 2014, ditunjukkan pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3
Dari data Tabel 4 di atas laju pertumbuhan ekonomi selama periode 2007-2011 juga
menunjukkan trend positif yaitu tahun 2007 sebesar 7,78 persen tahun 2008, sebesar6.89
persen, tahun 2009 sebesar 6,55 persen, tahun 2010 sebesar7,16 persen dan tahun 2011 sebesar
7,69 persen. Peningkatan yang terjadi pada tahun 2010 dan 2011 ini akibat adanya percepatan
investasi ekonomi global yang berdampak pada ekonomi negara-negara berkembangnya,
seperti Indonesia dan Medan khususnya. Hal ini ditengarai karena adanya fenomena kenaikan
harga barang dan jasa akibat pengaruh global. Laju pertumbuhan ekonomi menurut
sektor/Lapangan usaha untuk tahun 2011 adalah sektor jasa-jasa sebesar 9,22 persen, kemudian
sektor keuangan dan jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9,02
persen transportasi dan telekomunikasi7,74 persen, sketor konstruksi sebesar 7,57 persen,
kemudian disusul sektor listrik. Gas dan air bersih sebesar 4,33 persen. Sejalan dengan
peningkatan PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kota Medan selama periode 2007-2011,
pertumbuhan ekonomi Kota Medan, meningkat rata-rata 7,21 persen. Pertumbuhan ekonomi
yang telah dicapai, selain relatif tinggi juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil.
Hal ini menunjukkan perkembangan perekonomian yang terjadi, lebih disebabkan faktor-
faktor fundamental ekonomi yang terus membaik.
Tabel 5
PDRB Perkapita Kota Medan Menurut Harga Berlaku dan Konstan
2000 Tahun 2007-2011
Dari data Tabel 5 di atas pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan PDRB perkapita atas dasar
harga konstan lebih kecil bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi. Berarti proporsi
pertambahan jumlah penduduk Kota Medan lebih tinggi dibandingkan proporsi pertambahan
PDRB atas dasar harga konstan. Perubahan PDRB perkapita Kota Medan selamatahun 2007-
2011 atas dasar harga konstanrata-rata sekitar 6,18 persen/tahun yakni dari 14,09 juta
perkapita/tahun tahun 2007 menjadi 18,22 juta perkapita/tahun tahun 2011. Kondisi ini
menunjukkan bahwa tingkat pendapatan per kapita Kota Medan yang relatif cukup baik,
namun masih perlu untuk ditingkatkan kualitas distribusinya sehingga distribusi pendapatan
semakin merata dan pada akhirnya dapat mengurangi angka kemiskinan yang masih ada.
2.3.3 Inflasi
Perkembangan inflasi di Kota Medan selama periode tahun 2004–2006 dipengaruhi
berbagai faktor, baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi, mekanisme pasar dan
kebijakan Pemerintah Pusat. Selama periode tahun 2004–2006, inflasi tertinggi terjadi tahun
2005 mencapai 22,91 persen. Dengan berhasilnya inflasi dikendalikan pada tahun 2006, untuk
tahun-tahun kedepannya diharapkan berbagai kebijakan dan dukungan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Propinsi Sumatera Utara agar inflasi tahun yang akan datang diharapkan juga dapat
ditekan berada diangka 1 digit. Tingkat inflasi pada tahun 2005, sebesar 22,91%, lebih
disebabkan kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM),
sehingga secara berantai menyebabkan meningkatnya harga-harga komoditi lainnya seperti
bahan makanan jadi, (23,80 persen), makanan jadi (11,74 persen), perumahan (17,11 persen),
sandang (8,72 persen), kesehatan (4,88 persen), pendidikan (3,52 persen) dan transportasi(62,21
persen).
Inflasi merupakan gambaran perkembangan harga pada tingkat konsumen. Jenis inflasi
lain adalah inflasi yang diturunkan dari indeks harga implisit yaitu ukuran tingkat harga yang
dihitung sebagai rasio PDRB nominal terhadap riil dikali dengan 100. Inflasi PDRB ini dapat
dipandang sebagai Gambaran perkembangan harga di tingkat produsen. Adapun inflasi Kota
Medan selama periode tahun 2007-2011 dapat diuraikan pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6
Inflasi Kota Medan Menurut Komoditi Tahun 2007-2011 (persen)
Sumber : BPS Kota Medan
Berdasarkan data Tabel 6 di atas inflasi di Kota Medan selama periode tahun2007-2011
menunjukkan fluktuasi yang relatif tinggi yaitu sebesar 6,42 persen selama tahun 2007,
sebesar 10,63 persen selama tahun 2008, sebesar 2,69 persen tahun 2009, sebesar 7,65 persen
selama tahun 2010 dan sebesar 3,54 persen selama tahun 2011. Sedangkan menurut komoditi
yang mempengaruhi inflasi tahun 2011 cenderung didominasi oleh sandang sebesar 11,08
persen, kesehatan sebesar 7,44 persen, pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 4,80 persen,
makanan jadi, minuman/rokok dan tembakau sebesar 3,97 persen, perumahan, air, listrik, gas,
dan bahan bakar 3,42 persen, transportasi dan komunikasi sebesar 3,07 persen dan bahan
makanan sebesar 0,91 persen.sebagaimana tahun-tahun sebelumnya inflasi juga dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi, mekanisme pasar dan
kebijakan Pemerintah Pusat
Dalam upaya mencapai tingkat inflasi yang terkendali juga tidak terlepas dari upaya-
upaya yang dilakukan Pemerintah Kota, dunia usaha dan masyarakat, untuk menjamin
keseimbangan sisi permintaan dan penawaran,sehingga permintaan total tidak jauh melebihi
penawaran total. Di samping itu, dilakukan koordinasi secara intensif dengan instansi terkait
sehingga program-program yang sifatnya antisipatif dapat dilakukan oleh masing-masing
pihak akibat kondisi perekonomian global dan nasional yang relatif kurang stabil sehingga
secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian Kota Medan dengan ditandai adanya
penurunan angka inflasi pada tahun 2011 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Perkembangan terbaru inflasi kota medan pada Bulan April 2015, perkembangan harga
barang dan jasa di Kota Medan secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil
pemantauan BPS, pada bulan ini Kota Medan mengalami inflasi sebesar 0,96 persen.
Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks
pada kelompok bahan makanan sebesar 1,24 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok
dan tembakau sebesar 0,41 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
sebesar 0,83 persen, kelompok sandang sebesar 0,39 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,11
persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 0,03, serta kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,82 persen.
Pada bulan April 2015, masing-masing kelompok pengeluaran memberikan
andil/sumbangan terhadap inflasi/deflasi sebagai berikut: kelompok bahan makanan 0,28 persen,
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,06 persen, kelompok perumahan,
air, listrik, gas dan bahan bakar 0,20 persen, kelompok sandang 0,02 persen, kelompok
kesehatan 0,00 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga 0,00 persen, serta
kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,38 persen.
Tabel 7.
Laju Inflasi Kota Medan Bulan April 2015, Kumulatif dan YoY April 2015
terhadap
April 2014 Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100)
Kelompok Pengeluaran April Desember April April April Inflasi
2014 2014 2015 2015 *) 2015**)y-on-y***)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Umum 111,95 120,69 119,77 0,96 -0,76 6,99
1. Bahan Makanan 113,69 123,38 119,61 1,24 -3,06 5,21
2.Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Temba 108,82 114,37 116,19 0,41 1,59 6,77
3.Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bak 110,71 116,66 118,92 0,83 1,94 7,42
4. Sandang 106,72 108,55 110,37 0,39 1,68 3,42
5. Kesehatan 105,40 107,73 109,58 0,11 1,72 3,97
6. Pendidikan, Rekreasi, & Olah raga 112,85 118,97 119,14 0,03 0,14 5,57
7.Transportasi, Komunikasi, & Jasa Keuanga 116,70 134,85 129,26 1,82 -4,15 10,76
*) Persentase perubahan IHK bulan April 2015 terhadap IHK bulan sebelumnya
**) Persentase perubahan IHK bulan April 2015 terhadap IHK bulan Desember 2014
***) Persentase perubahan IHK bulan April 2015 terhadap IHK bulan April 2014
Table 8
Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi
Kota Medan (April 2015)
Kelompok Pengeluaran Andil Inflasi/deflasi
(1) (%) (2
Umum 0,9
1. Bahan Makanan 0,2 )
6
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 0,0 8
3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar 0,2 6
4. Sandang 0,0 0
5. Kesehatan 0,0 2
6. Pendidikan, Rekreasi, & Olah raga 0,0 0
7. Transportasi, Komunikasi, & Jasa Keuangan 0,3 0
8
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan April
2015 antara lain: bensin, bawang merah, bahan bakar rumah tangga, kontrak rumah,
angkutan udara, dencis, dan sewa rumah. Adapun persentase kenaikan harga
komoditas tersebut antara lain sebagai berikut:
Harga bensin naik sebesar 6,24 persen.
Harga bawang merah naik sebesar 25,57 persen.
Harga bahan bakar rumah tangga naik sebesar 5,99 persen.
Harga kontrak rumah naik sebesar 1,08 persen.
Tarif angkutan udara naik sebesar 5,18 persen.
Harga dencis naik sebesar 3,95 persen.
Harga sewa rumah naik sebesar 0,85 persen.
2.3.4 Pengangguran
Salah satu persoalan pokok pembangunan kota yang dihadapi selama periode
2006 – 2008 adalah relative masih tingginya tingkat pengangguran terbuka.
Munculnya pengangguran ini disebabkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang jauh
melampaui laju pertumbuhan kesempatan kerja sehingga mengakibatkan relatif masih
tingginya angka pengangguran terbuka di Kota Medan. Di samping itu, adanya
kemungkinan mereka yang tadinya bekerja tetapi tidak bekerja lagi dan sekarang
berubah menjadi ibu rumah tangga. Kondisi di atas juga menunjukkan terjadi
perubahan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Kota Medan, dimana pada
tahun 2006 sebesar 62,21% menjadi 58,62% pada tahun 2007. Pada tahun 2008
terjadi peningkatan kembali menjadi 62,58%.
Tabel 9
Tingkat Partisipasi Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Kota Medan Tahun 2007-2011
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Pengentasan Kemiskinan di Kota
Medan, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Kota Medan memiliki persentase penduduk miskin yang relatif besar karena
jumlahnya mencapai 212.300 jiwa atau sekitar 10,05% dari jumlah penduduk Kota
Medan pada tahun 2010.
2. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan meningkat rata – rata di atas 5% pertahun
yaitu 6.98 persen pada tahun 2004 meningkat menjadi 7,7 persen pada tahun 2006.
Hal ini disebabkan faktor – faktor fundamental yang terus membaik setiap
tahunnya. Sejalan dengan peningkatan PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kota
Medan selama periode 2007-2011, pertumbuhan ekonomi Kota Medan, meningkat
rata-rata 7,21 persen. Pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai, selain relatif
tinggi juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup stabil. Hal ini menunjukkan
perkembangan perekonomian yang terjadi, lebih disebabkan faktor-faktor
fundamental ekonomi yang terus membaik.
3. Inflasi Kota Medan semakin meningkat setiap tahunnya. Ini bisa dilihat lonjakan
peningkatannya pada tahun 2004 sebesar 6,64%, sedangkan pada tahun 2006
menjadi 22.91%. sebesar 6,42 persen selama tahun 2007, sebesar 10,63 persen
selama tahun 2008, sebesar 2,69 persen tahun 2009, sebesar 7,65 persen selama
tahun 2010 dan sebesar 3,54 persen selama tahun 2011 dan Bulan April 2015,
Medan inflasi sebesar 0,96 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 118,63 pada
bulan Maret 2015 menjadi 119,77 pada bulan April 2015. Inflasi terjadi karena
adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada kelompok
bahan makanan sebesar 1,24 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau sebesar 0,41 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar sebesar 0,83 persen, kelompok sandang sebesar 0,39 persen kelompok
kesehatan sebesar 0,11 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga
sebesar 0,03, serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan
sebesar 1,82 persen.
4. Tingkat pengangguran di Kota Medan relatif tinggi. Hal ini disebabkan karena laju
pertumbuhan angkatan kerja yang jauh melampaui laju pertumbuhan kesempatan
kerja.
5. Bahwa pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita berpengaruh negatif dan
signifikan secara statistik terhadap jumlah penduduk miskin di kota Medan.
6. Bahwa inflasi dan pengangguran berpengaruh positif dan signifikan secara statistik
terhadap jumlah penduduk miskin dikota Medan.
3.2 Saran
Dari beberapa masalah yang dijelaskan dalam penelitian ini dan menjelaskan temuan
dari mini riset ini, maka dapat di jelaskan beberapa saran setidaknya untuk menjadi
referensi terkhsus untuk mencari penyelsaian dalam masalah kemiskinan ini. Setidaknya
dalam periode waktu analisis dalam penelitian ini data perkembangan kemiskinan
menurun secara tajam dibeberapa tahun pada rezim Orde Baru dan mulai meningkat
secara segifikan ketika Indonsia mengalami beberpa kali krisis ekonomi. Untuk Itu
beberpa saran ini dikemukakan berdasarkan hasl temuan penelitian ini, diantaranya:
1. Pada sisi pengeluaran pemerintah ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian,
terkhusus beberapa program yang dibuat untuk pengentasan kemiskinan. Dalam
pembahasan penelitian ini dijlesakan bahwa beberapa program pengentasan
kemiskinan yang dibuat oleh pemerintah mengalami kegagalan dibeberapa daerah di
Indonesia. Khusus untuk pemerintah kota Medan, pemerintah harus melakukan
pengawasan terkait dengan program yang sedang berjalan. Proses monitoring kegiatan
yang dilakukan pemerintah dapat disimpulkan sangat minim. Ini membuat beberapa
program yang berada dalam fase implementasi menemui berbagai macam kendala
yang menentukan berhasil atau tidak program tersebut.
2. Untuk program pengetasan kemiskinan yang lebih bersifat pendampingan masyarakat,
sebaiknya pemerintah memikirkan perangkat-perangkatnya dengan baik. Misalnya
fasilitator dalam pendampingan tersebut seharusnya adalah orang yang memiliki
pengalaman pendampingan sehingga dapat mempelajari karakteristik masyarakat
yang akan didampingi.
3. Selain masalah program, pengeluaran pemerintah untuk pengentasan kemiskinan
tidak dapat berdiri sendiri untuk mengentaskan kemiskinan. Dalam artan ada banyak
variabel lain yang juga signifikan mempengaruhi kemiskinan. Misalnya tingkat Inflasi
yang akan berpengaruh pada daya beli masyarakat. Artinya peran pemeritah harus
dilakukan secara simultan, ketika pengeluaran pemerintah untuk pengetasan
kemiskinan dikeluarkan maka pemerintah juga harus mengendalikan inflasi agar daya
beli masyarakat dapat meningkat.
4. Untuk distribusi pendapatan, pemerintah seharusnya dapat memaksimalkan dalam hal
perbaikan distribusi pendapatan untuk masyarkat miskin. Artinya pemerintah harus
mengusahakan agar peningkatan PDRB dapat dinikmati oleh semua masyarkat
khususnya untuk masyarkat menengah kebawah. Pada kondisi ini pemerintah harus
melakukan sesuatu agar terjadi efek menetes kebawah.
5. Sebaiknya pengeluaran pemerintah lebih diarahkan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi. Karena pada dasarnya pengeluaran pemerintah sebagian besar digunakan
untuk belanja rutin. Seharusnya terjadi komplementer dalam pengeluaran pemeritah
untuk pengentasan kemiskinan dan pengeluaran pemerintah untuk pertumbuhan
ekonomi. Tapi pemerintah juga harus memperhatikan perubahan struktur ekonomi.
Untuk karekteristik Medan, sektor yng seharusnya tumbuh pesat adalah sektor
pertanian, namun kondisi ini secara perlahan berubah. Intinya pertumbuhan ekonomi
harus ditopang sebagian besar dari sektor padat karya dan bukan padat modal.
6. Pemerintah harus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dimana
pertumbuhan ekonomi yang dapat dinikmati oleh semua masyarakat tanpa terkecuali.
DAFTAR PUSTAKA
www.bps.go.id
www.sumut.bps.go.id
http://pemkomedan.go.id/RADPPK/RKPD%20Kota%20Medan.pdf
www.pemkomedan.go.id
http://medankota.bps.go.id/
Adi Junaidi.2011.Skripsi.” Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan
Di Kabupaten Deli Serdang.Medan Fe USU.
Badan Pusat Statistik, 2009. Medan dalam angka tahun 2009, Medan, Badan Pusat
Statistik Sumatera Utara.
Goudzwaard Bob dan Lange de Harry,1998,” Di Balik Kemiskinan Dan
Kemakmuran,Kanisius,Yogyakarta.
Jusmaliani, 2010. “Good Govermance dalam Peningkatan Pelayanan Publik dan
Pembangunan Ekonomi di Daerah”, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, Volume
XVIII(2).
Putra, andhika.2009.Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan
(P2KP),Studi Pada Keluarahan Sei Sikambing B Kecamatan Medan Sunggal Kota
Medan Sumatra Utara.
Rahmat Nazmi . 2011.Skripsi. “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Jumlah PendudukMiskin di Kabupaten Deli Serdang “.Medan Fe Usu.
Remi Soemitro Sutyastie dan Tjiptoherijanto prijono, 2002,”Kemiskinan dan
Ketidakmerataan di Indonesia”,Edisi Indonesia – Inggris, Rineka Cipta,jakarta.
Siregar, Hermanto. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk
Miskin
Suheri.2012.Skripsi.”Analis faktor – faktor yang mempengaruhi ekspor non-migas Sumatra
Utara.perpustakaan Fakultas Ekonomi USU.Medan.
Toni H.Siregar.2012. Skripsi.”Analisis Faktor –Faktor Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan
Petani Lahan Kering D Kabupaten Dairi.Medan FE- Usu
Amir, Amri. Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran
di Indonesia
Agussalim, 2006, Mereduksi kemiskinan; sebuah proposal baru untuk Indonesia,
Nala Cipta Litera, 2009
Mankiw, N.G. 2003. Macroeconomics. Fifth Edition. Worth Publisher, New York.