Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

TUGAS UAS AGAMA KRISTEN

PLURALISME, RADIKALISME, DAN ATHEISME

DISUSUN OLEH:

MICHAEL ANGELLO QADOSY RIYADI (1202230014)

CELIA JOVITA CARMEL (1202230007)

NOVITA CHELSEA LODAR (1206230052)

ICAL A KOMBA (1201220021)

INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM SURABAYA

2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan hormat,

Sejalan dengan semangat akademis dan dedikasi terhadap pemahaman yang lebih mendalam
terkait agama Kristen, kami, sebagai Kelompok 1 mata kuliah Agama Kristen, dengan rendah hati
menyampaikan makalah berjudul "Pluralisme, Radikalisme, dan Atheisme: Analisis Terhadap
Tantangan Kontemporer dalam Kerangka Iman Kristen." Tugas Ujian Akhir Semester ini merupakan
suatu persembahan ilmiah yang senantiasa mengacu pada prinsip-prinsip keilmuan dan etika
kepenulisan yang cermat.

Dalam perjalanan penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa keberagaman pandangan
dan fenomena radikalisme serta atheisme merupakan dinamika kompleks yang memerlukan
eksplorasi analitis dan refleksi mendalam, khususnya dalam konteks agama Kristen. Pemahaman yang
tepat mengenai hal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan
pemikiran dan pemahaman dalam konteks iman Kristen.

Dalam kerangka keilmuan ini, kami menyajikan makalah ini sebagai hasil kontribusi nyata
kami dalam memahami dan merespons tantangan-tantangan intelektual dan keagamaan di era
kontemporer. Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan positif terhadap literatur akademis
serta menjadi sumber inspirasi bagi para pembaca yang tertarik dalam bidang agama Kristen.

Demikianlah kata pengantar ini kami sampaikan dengan rasa hormat dan penghargaan yang
tinggi. Harapannya, makalah ini dapat memberikan manfaat dan pemahaman yang lebih mendalam
dalam kerangka keagamaan Kristen.

Terima kasih.

Hormat kami,

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I ........................................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 4

BAB II ...................................................................................................................................... 6

ISI .............................................................................................................................................. 6

I. Konsep Pluralisme ......................................................................................................... 6

A. Pengaruh Pluralisme Terhadap Berbagai Aspek...................................................... 8


B. Tanggapan Pluralisme Dalam Iman Kristen .......................................................... 10

II. Konsep Radikalisme .................................................................................................... 12

A. Pengaruh Radikalisme Terhadap Berbagai Aspek ................................................. 13


B. Tanggapan Radikalisme Dalam Iman Kristen ....................................................... 21

III. Konsep Athiesme ......................................................................................................... 22

A. Pengaruh Atheisme Terhadap Berbagai Aspek ..................................................... 23


B. Tanggapan Atheisme Dalam Iman Kristen ............................................................ 28

BAB III .................................................................................................................................... 30

PENUTUP ............................................................................................................................... 30

Kesimpulan .................................................................................................................. 30

Saran ............................................................................................................................ 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 32

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Radikalisme, dalam konteks sosial dan agama, merupakan suatu paham atau sikap
yang menghendaki perubahan secara mendalam terhadap suatu sistem atau kondisi dalam
masyarakat. Istilah ini berasal dari bahasa Latin "radix," yang berarti akar, menunjukkan
bahwa radikalisme ingin meresapi hingga ke akar-akarnya suatu permasalahan. Pada abad ke-
18, istilah ini seringkali digunakan untuk mendeskripsikan pendukung gerakan radikal yang
ingin mengguncang tatanan sosial yang ada. Dalam kaitannya dengan agama, radikalisme
agama dapat menciptakan situasi yang berpotensi berbahaya, terutama jika dihubungkan
dengan fanatisme ekstrem yang dapat menimbulkan tindakan kekerasan atas nama agama. Di
Indonesia, khususnya dalam konteks Islam, radikalisme agama telah menjadi perhatian serius
karena dampaknya yang merugikan, seperti aksi terorisme.

Tak hanya dalam agama, keberagaman dan pluralitas juga memainkan peran penting
dalam kehidupan sosial. Keberagaman hayati, seperti halnya taman yang diisi dengan
berbagai tanaman dan bunga, dapat menjadi sesuatu yang indah jika diorganisasikan dengan
baik. Namun, tantangan muncul ketika agama bersinggungan dengan keberagaman sosial,
melibatkan aspek politik, adat istiadat, dan ekonomi. Krisis identitas bangsa dapat muncul
dari sikap antipluralisme di kalangan sebagian anak bangsa. Kurangnya pemahaman terhadap
prinsip-prinsip pluralisme dan multikulturalisme dapat menyebabkan ketidaksetujuan dan
konflik, bahkan tindakan kekerasan.

Selain itu, perkembangan pemikiran atheisme juga memiliki sejarahnya tersendiri.


Pada abad ke-18, muncul kelompok orang yang dipengaruhi oleh pemikiran eksistensialis,
yang menyatakan bahwa manusia bebas dan tidak terikat pada keberadaan Tuhan. Ateisme
mulai berkembang di Eropa sebagai ketidakpercayaan pada Tuhan monoteis. Berdasarkan
pemikiran filsafat ateis, pada abad ke-6 atau ke-5 SM, suku-suku pigmi di Afrika tidak
memiliki kultus, ritus, atau kepercayaan pada dewa. Pemikiran ini kemudian berkembang dan
diperluas hingga abad ke-20, di mana istilah ateisme digunakan untuk merujuk pada
ketidakpercayaan pada Tuhan dalam berbagai konteks global.

Dalam konteks Indonesia, terdapat tantangan terkait kekhawatiran terhadap


pluralisme dan kecenderungan beberapa kelompok untuk menolak keberagaman. Oleh karena

4
itu, pemahaman kembali terhadap prinsip pluralisme Indonesia menjadi penting sebagai
bagian integral dari identitas bangsa. Makalah ini akan menjelaskan lebih lanjut tentang
radikalisme dalam berbagai konteks, tantangan keberagaman, dan perkembangan pemikiran
ateisme, serta mengajukan perlunya pemahaman kembali terhadap pluralisme Indonesia
sebagai langkah untuk mengatasi krisis identitas bangsa.

5
BAB II

ISI

I. Konsep Pluralisme
Pluralisme berasal dari Bahasa inggris yaitu pluralism yang terdiri dari dua kata
“plural” dan “isme” .Plural berarti jamak dan isme berarti faham atau jajaran atau pandangan
hidup. Secara umum pluralism dapat diartikan adalah suatu paham atau pandangan hidup
yang mengakui dan menerima adanya “kemajemukan” atau “keanekaragaman” dalam suatu
kelompok Masyarakat.Sedangkan dalam kamus ilmiah popular,pluralsime berarti : “teori
yang mengatakan bahwa realitas terdiri dari banyak substansi. Yang mendorong setiap
orang untuk menyadari dan mengenal keberagaman di segala bidang kehidupan, seperti
agama, sosial, budaya, sistem politik, etnisitas, tradisi lokal, dan sebagainya. Pluralisme
bukanlah paham yang secara tiba-tiba muncul dari ruang hampa, akan tetapi disitu terdapat
penghubung yang kokoh antara diskursus sekularisme, liberalisme yang kemudian lahirlah
pluralisme.
Pengertian pluralisme dalam konteks kontemporer bisa dinyatakan sebagai
keterlibatan aktif dalam keragaman dan perbedaannya untuk membangun peradaban
bersama. Menurut Nurcholis Madjid pluralisme itu tidak sekadar mengakui pluralitas
keragaman dan perbedaan akan tetapi gerakan yang aktif merangkai keragaman tersebut
untuk tujuan-tujuan sosial yang luhur yaitu untuk kebersamaan dan peradaban.
Pluralisme dalam konteks kenegaraan.
Keberagaman dan perbedaan tentu ada dalam berbagai bidang kehidupan, begitu
pula dalam kehidupan berbangsa.Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia mempunyai
keberagaman yang besar, baik agama maupun budaya.
Indonesia telah meletakkan Pancasila sebagai dasar Negara. Bahkan sebelum
dikumandangkannya proklamasi kemerdekaan Indonesia, Pancasila telah dipersiapkan
untuk dijadikan landasan dasar dalam membentuk suatu Negara kesatuan. Pancasila
dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa, falsafah bangsa, serta ideology bangsa
Indonesia. Oleh karena itu hanya Pancasila sajalah yang harus dijadikan acuan, patokan
ataupun tolak ukur dalam hidup bernegara, berbangsa, maupun masyarakat. Pluralism justru
dipertegas oleh Pancasila, sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia. Dalam sila tersebut
terkandung makna bahwa meskipun bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk,
namun tetap disatukan dalam suatu Negara, yaitu Negara Kesatuan Indonesia. Selain itu,

6
Indonesia juga memiliki semboyan Bhinnekan Tunggal ika, yang menegaskan bahwa
meskipun berbeda-beda tetap satu juga.
Dengan menggunakan nilai-nilai dasar Pnacasila, bangsa Indonesia dapat
mengatasi masalah Pluralisme yang belakangan lebih sering terjadi.
Di Indonesia terdiri dari banyak sukum agama, politik dan budaya, maka di
dalamnya juga terdapat pluralism antara lain :
1) Pluralisme Agama
Bangasa Indonesia mengandung banyak agama dimana Setiap warga Negara
Indonesia berhak menganut agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Hal
ini dijamin dalam Undang-undang Dasar 1945. Dari keberagaman agama inilah
kemudian muncul pluralisme agama di Indonesia.
Pluralisme agama bisa diartikan sebagai upaya saling mengenal antar agama
yang satu dengan agama yang lainnya. Disitu kemudian terjadi perluasan wawasan
dengan tidak bermaksud mendiskreditkan. Ada penghargaan terhadap perbedaan,
bukan mencemooh perbedaan tersebut. Bahkan pada kondisi tertentu menempatkan
perbedaan tersebut sebagai nilai kebenaran bentuk lain daripada apa yang
dinyatakan dalam agama.
Pluralisme agama di Indonesia bisa juga menjadi masalah ketika rakyat
Indonesia tidak mampu memaknai perbedaan dengan baik dan bijak. Seringkali
perbedaan agama justru menjadi sumber dari masalah. Seperti peristiwa perusakan
gereja di Temanggung, Jawa Tengah. Untuk mencegah kejadian yang sama terulang
kembali, masing-masing warga negara harus mampu memahami dan bertoleransi
dalam perbedaan agama yang ada.
2) Pluralisme Politik
Tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat pluralisme politik di Indonesia. Hal
ini dibuktikan dengan banyaknya partai politik yang didirikan dan turut
berpartisipasi dalam pemilu. Anggota partai politik pun berasal dari berbagai
macam latar belakang yang berbeda. Dengan latar belakang yang berbeda,
kemudian akan memunculkan perbedaan pendapat ataupun pandangan dalam
melihat suatu permasalahan. Namun, karena kurangnya pemahaman tiap inividu
mengenai makna pluralisme, kemudian muncul sikap antipluralisme.
Sikap antipluralisme ini muncul karena kurangnya pemahaman mengenai
Pancasila. Selain itu rasa kebangsaan terhadap Indonesia juga semakin menurun.

7
Rasa memiliki dan menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup semakin
berkurang.
Sikap antipluralisme tentunya akan membahayakan persatuan Negara
Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan perpecahan antar bangsa. Oleh sebab itu,
nilai-nilai dasar pancasila harus lebih ditekankan dan dimaknai dengan lebih baik.
3) Pluralisme Sosial-Budaya
Pluralisme dari sudut pandang filsafat sosial merupakan suatu konsep
humanistik yang memuat kerangka interaksi dan menunjukkan sikap saling
menghargai, saling menghargai, saling toleransi, dan saling eksis berdasarkan
persaudaraan dan solidaritas.Hal tersebut perlu dilakukan secara produktif dan
tanpa konflik sehingga dapat terjadi asimilasi dan akulturasi budaya.
Di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa dan budaya. Pluralitas
tidak bisa dihindarkan apalagi ditolak meskipun manusia tertentu cenderung
menolaknya karena pluralitas dianggap ancaman terhadap eksistensinya atau
eksistensi komunitasnya.
Pemahaman pluralisme budaya diperlukan sejalan dengan dinamika
masyarakat di era otonomi daerah. Di lain pihak, pluralisme budaya cenderung
dianggap sebagai kambing hitam, mengingat belum bagusnya implementasi
otonomi daerah, maraknya anarkisme, dan konflik sosial. Pemerintah tentu perlu
memperbaiki tatanan otonomi daerah agar pluralisme dapat dilihat secara lebih
baik.
A. Pengaruh Pluralisme Terhadap Beberapa Aspek
Dampak Positif Pluralisme
Pluralisme bisa memberikan dampak positif untuk kehidupan masyarakat yang tenang
dan damai, antara lain:

1. Memahami perbedaan

Perbedaan adalah keadaan, sifat dan karakter yang telah diciptakan oleh Tuhan
supaya manusia saling mengenal, berinteraksi, saling memahami dan memberi
manfaat satu sama lain.Jika seseorang memahami adanya keberagaman atau
pluralisme, maka sikap ini akan menciptakan lingkungan yang tenang, damai dan
saling tolong-menolong karena orang-orang mau memahami perbedaan yang ada
dalam masyarakat.

8
2. Masyarakat lebih modern

Modern biasanya merujuk pada sesuatu yang terkini, baru dan semacamnya.
Modern bisa merujuk pada zaman maupun gaya yang sifatnya terbaru.Jika setiap
orang memahami adanya keberagaman atau pluralitas, sikap ini akan membentuk
masyarakat yang lebih modern maupun berpikir lebih maju.

3. Meningkatkan pendapatan negara

Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih. Pendapatan negara terdiri atas penerimaan perpajakan,
penerimaan negara bukan pajak dan penerimaan hibah.Adanya pluralitas dan
masyarakat yang saling menghargai serta menghormati, hal ini akan membantu
meningkatkan pendapatan negara. Masyarakat yang berbeda-beda itu mungkin
akan memanfaat pluralitas ini sebagai sumber pendapatan atau semacamnya.

4. Meningkatkan daya tarik turis

Daya tarik adalah kualitas yang menyebabkan minat, keinginan atau tarikan pada
seseorang atau sesuatu. Daya tarik bisa dihasilkan dari rangsangan visuPluralitas
atau keberagaman budaya, suku dan ras yang ada di Indonesia justru bisa menjadi
daya tarik turis untuk berwisata. Keberagaman ini juga bisa menjadi ciri khas
suatu wilayah yang akan dikenal oleh wisatawan asing. Pada akhirnya, hal ini bisa
membantu meningkatkan pendapatan masyarakat maupun negara.

Dampak Negatif Pluralitas

Pluralitas bisa memberikan dampak negatif berupa konflik di tengah kehidupan masyarakat,
antara lain:

1. Menimbulkan persaingan

Persaingan adalah suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba dan
berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan atau kemenangan. Persaingan bisa terjadi bila ada
beberapa pihak yang menginginkan sesuatu supaya menjadi pusat perhatian umum.Karena
ada keberagaman suku, ras, agama dan budaya di Indonesia, hal ini bisa menimbulkan

9
persaingan di tengah masyarakat. Mereka mungkin berlomba-lomba dan mengklaim budaya
maupun keyakinannya paling benar supaya menjadi panutan maupun pusat
perhatian.Akibatnya, kondisi ini bisa menimbulkan perpecahan atau pertikaian karena
toleransi orang-orang yang kurang terhadap perbedaan ras, suku, budaya dan agama.

2. Menimbulkan rasa egois

Egois adalah sifat selalu memprioritaskan keinginan dan kebutuhan sendiri di atas kebutuhan
dan keinginan orang lain. Karena rasa ingin menang atau menjadi pusat perhatian umum di
tengah keberagaman, hal ini bisa menimbulkan rasa egois untuk mementingkan diri sendiri.

3. Menimbulkan gesekan sosial

Gesekan sosial bisa dikatakan sebagai pertikaian yang muncul akibat konflik mengenai
pluralitas yang ada, baik pluralitas agama, budaya, sosial dan lainnya. Orang dengan
keyakinan atau kebudayaan yang berbeda dengan lainnya tidak bisa saling toleransi sehingga
sulit untuk bersatu.

4. Menimbulkan sikap individualisme

Individualisme adalah satu filsafat yang memiliki pandangan moral, politik atau sosial yang
menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan
sendiri. Orang yang individualis akan melanjutkan pencapaian dan kehendak pribadi. Mereka
cenderung menentang intervensi dari masyarakat, negara dan setiap badan atau kelompok
atas pilihan pribadinya.

B. Tanggapan Pluralisme Dalam Iman Kristen.

Adanya keberagaman agama dan kebudayaan di bangsa Indonesia acapkali menimbulkan


konflik horizontal antara para penganut atau komunitas keagamaan. Hal itu menunjukkan
bahwa keyakinan yang diharapkan dapat membawa kedamaian gagal.Dikatakan demikian
karena fakta menunjukkan bahwa agama tidak lagi dapat membawa kebaikan dalam
konteks hidup berdampingan dengan yang lain. Agama yang semestinya menjadi rahmat
bagi seluruh umat manusia kurang ampuh dalam menunjukkan pengaruh dan peran
signifikandalam merajut kerukunan umat manusia. Agama Kristen penting dalam

10
mengajarkan bahwa keberadaan agama yang hadir sejatinya dibentuk bagi kemuliaan Allah.
Maka dari itu, tiap-tiap orang percaya atau orang Kristen terutama para pendidik atau guru
agama dapat mengaktualisasikan nilai dan sikap pengertian yang sejalan dengan
kebenaran.
Terlebih melaksanakan hidup berdampingan penuh sikap toleransi dan juga memiliki
standart nilai kehidupan berkarakter serta iman yang matang, yang mampu menerima
sesama, menghargai sesama, dan memandang keberagaman yang diciptakan oleh Tuhan
itu sebagai bentuk anugerah dan kebaikan Allah yang harus disyukuri denga jalan
memelihara dan melestarikannya terus menerus hal yang membawa kepada kebaikan
bersama.Keragaman dalam kelompok masyarakat dipandang sebagai nilai untuk
Mempersatukan persekutuan orang percaya terlebih dahulu. Seperti yang dinyatakan
Paulus bahwa seperti tubuh itu mempunyai fungsi dalam hal saling melayani, yang
diarahkan oleh kepala dalam hal sesama ialah Kristus. Ia sendiri yang mengikat anggota-
anggota tubuh itu menjadi satu kesatuan.Sejalan dengan itu Tuhan Yesus menyatakan
perintah pada orang percaya agar mengasihi sesama manusia tanpa mempersoalkan
perbedaan keturunan, bangsa, keyakinan, adat, dan strata sosial.
Dalam Lukas 6:27-36, Tuhan Yesus malahan mengajarkan untuk mengasihi musuh,
ataupun mengasihi orang yang membenci dengan melakukan apa yang baik. Bahkan dalam
Matius 5:44 Yesus memberi tambahan agar orang percaya selain mengasihi
orang yang memusuhi juga mengharapkan yang baik melalui doa meski
dianiaya.Gambaran kasih kepada sesama dinyatakan Yesus dalam kisah orang Samaria
yang murah hati(Lukas 10:25-37). Pada kisah yang disampaikan-Nya tampak jelas
sikap Yesus dalam memandang perbedaan, baik dalam hal suku, ras maupun agama
yang tidak menjadikannya sebagai penghalang untuk menyatakan cinta kasih dan
damai Sejahtera kepada sesama. Sehingga Yesus adalah tokoh pluralisme sejati.

11
II. Konsep Radikalisme

1
Radikalisme adalah suatu paham yang dibuat oleh sekelompok orang yang
menginginkan perubahan atau pembaharuan tatanan sosial dan politik secara drastis dengan
menggunakan cara kekerasan (Ariwidodo,2017). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), radikalisme adalah paham atau aliran yang radikal yang menginginkan perubahan
atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Sementara Sartono
Kartodirdjo mengartikan radikalisme sebagai gerakan sosial yang menolak secara
menyeluruh tertib sosial yang sedang berlangsung dan ditandai oleh kejengkelan moral yang
kuat untuk menentang dan bermusuhan dengan kaum yang memiliki hak-hak istimewa dan
yang berkuasa (Kartodirjo, 1985:38). Radikalisme menurut KBBI diartikan pula sebagai cara
berpikir. Sedangkan sejarawan Sartono Kartodirdjo mengartikannya sebagai gerakan sosial.
Mohammad Hasan Khalil membedakan antara radicalism dan violent radicalism. Sebagai
paham ia bersifat umum, tetapi ketika paham ini diturunkan menjadi tindakan, maka Khalil
merujuk pada tindakan Osama bin Laden pada peristiwa pemboman Menara Kembar di New
York 9 September 2001 (Khalil, 2018:33-61). Radikalisme merupakan ancaman bagi
keamanan dan kedamaian kehidupan bermasyarakat, bahkan ancaman bagi kelangsungan
sebuah bangsa. Pengalaman di sejumlah negara menunjukkan bahwa radikalime dapat
mendorong timbulnya konflik, secara horizontal maupun vertikal. Radikalisme dipahami
secara beragam bergantung kepada orang atau kelompok yang mendefinisikannya atau
kepada perspektif yang digunakan.

Definisi kata radikalisme memiliki perbedaan makna ditinjau dari beberapa kelompok
kepentingan. Dalam lingkup keagamaan, radikalisme merupakan gerakan-gerakan
keagamaan yang berusaha merombak secara total tatanan sosial dan politik yang ada dengan
jalan menggunakan kekerasan. Sedangkan dalam studi Ilmu Sosial, Radikalisme diartikan

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 719.

Imran Tahir & M. Irwan Tahir, Perkembangan Pemahaman Radikalisme di Indonesia, 2022.

Abdul Munip, Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah, Jurnal Pendidikan Islam, Vol 01, No. 02, (2012), 165.

Gatra.com, “Tiga Paham Radikalisme yang Tumbuh di Indonesia”, https://www.gatra.com/detail/news/456779/hukum/ini-tiga-paham-radikalisme-yang-


tumbuhdi-indonesia, diakses pada 10 April 2021 pukul 03.57 WIB.

12
sebagai pandangan yang ingin melakukan perubahan yang mendasar sesuai dengan
interpretasinya terhadap realitas sosial atau ideologi yang dianutnya.

Menurut seorang penggiat anti-radikalisme yang bernama Haidar Alwi, menyebutkan


bahwa di Indonesia terdapat tiga jenis radikalisme. Jenis pertama adalah radikalisme
keyakinan, radikalisme ini menurutnya merupakan orang yang suka mengkafirkan orang lain
dan semua yang tidak sejalan dengannya diangap masuk neraka. Kemudian yang kedua
adalah radikalisme tindakan, radikalime jenis ini merupakan suatu kelompok yang
menghalalkan berbagai cara untuk menghilangkan nyawa atau membunuh dengan nama
agama. Selanjutnya jenis ketiga adalah radikalisme politik, Radikalisme ini adalah kelompok
yang ingin mengubah pancasila sebagai ideologi yang sah menjadi ideologi khilafah.

A. Pengaruh Pemahaman Radikalisme Terhadap Beberapa Aspek

Pengaruh pemahaman radikalisme terhadap mahasiswa

Melalui data yang yang di dapat dari penelitian Muhammad Nur Yamin, Millah
Hanifah , Bakhtiar yaitu berupa analisis data dan beberapa peninjauan secara ilmiah dan
sistematis mengenai radikalisme dikalangan mahasiswa (studi kasus Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Makassar) berdasarkan konsep dari Robert K. Merton, ditemukan
beberapa informasi sebagai berikut :

a. Konformitas
Berdasarkan fakta dilapangan terkait konformitas sesuai yang dilakukan
mahasiswa dimana bentuk interaksi yang di dalamnya seseorang berperilaku terhadap
orang lain sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat dimana ia tinggal. Hal ini
dikarenakan sifat kritis dan rasa ingin tahu mahasiswa yang tinggi membuat mereka
selalu mencari tahu apa yang terjadi, sehingga ketika mendengar akan adanya suatu
ketimpangan dalam kebijakan di sekitarnya maka mereka akan ikut andil dalam
kegiatan yang dapat mencegah atau menghilangkan ketimpangan tersebut. Melihat dari
indikator konformitas dapat disimpulkan bahwa demonstrasi yang dilakukan
mahasiswa termasuk dalam konformitas karena mahasiswa melakukan beberapa cara
agar dapat menarik massa untuk bergabung dalam pelaksanaan aksi demonstrasi
beberapa diantaranya yaitu ada pertemuan-pertemuan yang dilakukan sebelum
melaksanakan aksi untuk membahas isu-isu yang akan dikawal pada saat demonstrasi.
b. Inovasi

13
Demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa termasuk dalam inovasi karena
aksi yang dilakukan oleh mahasiswa memerlukan beberapa variasi yang akan
digunakan, salah satu variasi yang digunakan mahasiswa yaitu chaos dimana hal ini
menjadi jalan terkhir yang dilakukan oleh mahasiswa ketika tidak menemui titik terang
dalam aksi demonstrasi. Hal ini dikarenakan biasanya aksi demonstrasi yang berakhir
ricuh atau anarkis yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan aksi yang di setting,
maksudnya telah di rencanakan sebelumnya, aksi seperti ini yang kita sebut dengan
chaos. Akan tetapi tidak semua kericuhan yang terjadi saat aksi demonstrasi itu karena
di setting, biasanya hal ini juga terjadi karena ada kondisi yang mendorong massa
melakukan tindakan yang tiba-tiba, entah itu kurangnya koordinasi karena massa yang
terlalu banyak, adanya provokator, dan atau tergantung kondisi lapangan pada saat itu.
c. Ritualisme
Penyebab terjadinya demonstrasi karena adanya tujuan yang ingin dicapai
sedangkan sikap ritualisme tidak menginginkan tujuan meskipun melakukan cara-cara
yang telah ditetapkan jika seperti itu hal ini dapat diumpakan seperti seseorang yang
melakukan aksi demonstrasi tanpa tujuan dapat dikatakan hanya ikut-ikutan saja atau
tim hore, massa aksi yang seperti inilah yang mudah di provokasi oleh oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab sehingga terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Cara-
cara aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa saat ini masih sesuai dengan
cara-cara penyampaian pendapat yang telah di tetapkan, memiliki tujuan yang jelas dan
mengikuti aturanaturan yang berlaku. Model atau caracara berdemokrasi saat ini, pola
dasarnya masih mengikuti demo-demo sebelumnya hanya saja seiring perkembangan
zaman banyak variasivariasi baru yang dilakukan oleh mahasiswa.
d. Retreatisme
Tujuan dilaksanakannya demonstrasi itu agar adanya perubahan dari kebijakan-
kebijakan yang menyimpang dan sebagainya, kemudian dalam aksi demonstrasi yang
dilakukan oleh mahasiswa itu tidak ada tujuan pihak lain yang di titipkan, semua itu
murni dari pemikiran dan kesadaran mahasiswa akan adanya ketimpangan yang terjadi.
Demonstrasi yang dilakukan mahasiswa karena mereka menyadari akan adanya
ketimpangan yang terjadi seperti kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat dan lain
sebagainya hal ini menunjukkan bahwa kawan-kawan mahasiswa peduli akan
kehidupan masyarakat dan tidak acuh akan masalah yang terjadi. Mereka menjalankan
tugas sebagai agent of change dalam negara demokrasi, dengan sifat kritis yang

14
berintelektual, dan argument-argumen yang logis, karena hal itulah mahasiswa diakui
oleh masyarakat dan dipercaya mampu menyalurkan aspirasi dari masyarakat.
e. Pemberontakan
2
Indikator pemberontakan menunjukkan bahwa aksi demonstrasi yang
dilakukan mahasiswa termasuk dalam pemberontakan dimana mahasiswa melakukan
aksi demonstrasi karena menentang kebijakan yang dikeluarkan oleh pemangku
kebijakan dan untuk mengubah kebijakan tersebut. Kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemangku kebijakan mengakibatkan terjadi perlawanan dari mahasiswa, disini
mahasiswa mencoba memperbaiki, melakukan perubahan terhadap kebijakan yang
dikeluarkan, memperbaiki ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dengan memberikan
saran dan kritik, namun ada cara yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mengekang
pimpinan dalam hal ini pemangku kebijakan yang dapat merugikan banyak pihak
termasuk mahasiswa itu sendiri, yaitu dengan cara chaos atau aksi demonstrasi yang
berakhir ricuh. terkadang demonstrasi yang berakhir ricuh memiliki kaitan dengan
konflik-konflik yang sebelumnya terjadi di mana kasus yang di kawal tidak mendapat
titik temu dalam waktu yang cukup lama hingga membuat massa aksi demonstran
geram.Namun beberapa aksi juga berakhir dengan ricuh karena adanya provokator atau
adanya oknum-oknum yang melenceng dari hasil kesepakatan konsolidasi bukan
karena konflik-konflik yang sebelumnya terjadi. Demonstrasi dan kebijakan adalah
suatu hal yang berkaitan erat, tidak mungkin mahasiswa melakukan aksi demonstrasi
jika tidak ada kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan universitas.

Pengaruh pemahaman radikalisme terhadap kampus

3
Radikalisme kampus yang terjadi di indonesia sejak tahun 2018 terdapat 7 kampus
terpapar radikalisme lalu tahun selanjutnya bertambah menjadi 10 kampus, Radikalisme
justru berkembang di tempat dimana keleluasaan pendidikan justru tidak berkembang. Forum
pendidikan itu tidak ada. Maka, ketika forum pendidikan itu sedikit, sebenarnya di situlah
gerakan radikalisme meluas sedikit demi sedikit. Banyak analisis selama ini yang
menyatakan bahwa perekrutan jaringan radikal di kalangan mahasiswa biasanya ditujukan
kepada perguruan tinggi-perguruan tinggi umum dan lebih khusus lagi mahasiswa di

2
Prawista, Kusumandita Gilar. 2011. Gerakan Mahasiswa Makassar (Studi Kasus Mengenai Karakteristik Gurakan Mahasiswa dan Perilaku Kekerasan dalam

Unjuk Rasa di Universitas Hasanuddin Kota Makassar), Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

3
Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 9 Nomor 2 (November 2021)

15
fakultasfakultas eksakta. Dengan kata lain, kebanyakan mahasiswa yang direkrut adalah
berlatar belakang pengetahuan keagamaan yang minim. Dengan begitu mereka lebih mudah
untuk didoktrin. Berdasarkan laporan penelitian yang dilakukan oleh Litbang Departemen
Agama tahun 1996 pada empat perguruan tinggi sekuler yakni UI, UGM, Unair dan Unhas
terjadi peningkatan aktivitas keagamaan di sejumlah kampus-kampus tersebut, bahkan
disebutkan bahwa kampus-kampus tersebut menjadi tempat yang paling potensial
berkembangnya aktivitas keislaman (religius) yang cenderung eksklusif dan radikal. Dari titik
inilah kemudian terbentuk kelompok - kelompok diskusi terbatas yang akhirnya
memunculkan kelompok baru di kalangan mahasiswa, yang berbeda dari segi penampilan,
cara berinteraksi sosial, maupun pemahaman terhadap doktrindoktrin ke-Islaman.

4
Pengaruh pemahaman radikalisme terhadap negara

Radikalisme dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap sebuah negara, baik secara
positif maupun negatif. Pengaruhnya tergantung pada sifat radikalisme tersebut, apakah
bersifat ekstrem dan destruktif ataukah lebih menuju perubahan positif. Berikut adalah
beberapa pengaruh umum dari radikalisme terhadap sebuah negara.

a. Ketidakstabilan Politik : Radikalisme seringkali dapat menyebabkan ketidakstabilan


politik. Gerakan atau kelompok radikal yang menggunakan kekerasan untuk mencapai
tujuannya dapat mengancam keamanan nasional dan stabilitas politik.
b. Ketidaksetaraan dan Diskriminasi : Beberapa bentuk radikalisme dapat menyebabkan
ketidaksetaraan dan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok tertentu, baik
berdasarkan suku, agama, atau latar belakang lainnya. Hal ini dapat merusak kohesi
sosial dan menciptakan konflik internal.
c. Ketidakstabilan Ekonomi : Investasi dan perkembangan ekonomi sering terhambat
dalam konteks ketidakstabilan politik. Radikalisme yang mengarah pada
ketidakpastian politik dapat membuat pelaku bisnis enggan berinvestasi, yang dapat
berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
d. Polarisasi Masyarakat : Radikalisme dapat memperdalam polarisasi dalam
masyarakat, memecah belah hubungan antar kelompok dan meningkatkan tingkat
konflik sosial. Ini dapat menghambat upaya pembangunan sosial dan menghambat
kemajuan menuju masyarakat yang inklusif.

4
https://media.neliti.com/media/publications/152157-ID-bahaya-radikalisme-terhadap-nkri.pdf / diakses tanggal 9 Desember 2023

16
e. Gangguan terhadap Kebebasan Individu : Beberapa gerakan radikal cenderung
mengancam kebebasan individu, terutama jika mereka menggunakan kekerasan atau
mengusung ideologi otoriter. Hal ini dapat merugikan hak asasi manusia dan
kebebasan sipil.
f. Resistensi terhadap Perubahan Positif : Di sisi lain, radikalisme juga dapat menjadi
motor perubahan. Beberapa gerakan radikal telah memainkan peran penting dalam
memperjuangkan hak-hak sipil, keadilan, dan perubahan positif lainnya dalam
sejarah.

Penting untuk memahami bahwa radikalisme dapat bersifat kompleks, dan


dampaknya tergantung pada banyak faktor, termasuk ideologi yang diusung, metode yang
digunakan, dan dukungan yang diterima dari masyarakat. Oleh karena itu, penilaian
terhadap pengaruh radikalisme perlu mempertimbangkan konteks spesifik di dalam
negara tersebut.

Pengaruh pemahaman radikalisme terhadap iman kristen

5
Radikalisme dapat memiliki pengaruh yang kompleks terhadap iman Kristen. Di satu
sisi, ada individu yang mungkin merasa terdorong untuk mengartikan ajaran-ajaran Kristen
secara ekstrem atau fundamentalis. Mereka mungkin cenderung menafsirkan doktrin agama
secara harfiah dan menolak interpretasi yang lebih moderat atau kontekstual. Namun, perlu
diingat bahwa tidak semua orang yang mengidentifikasi diri sebagai radikal memiliki
pandangan yang sama. Ada yang mengalami radikalisasi karena faktor politik, sosial, atau
ekonomi, sementara yang lain mungkin lebih terfokus pada aspek keagamaan.

Penting untuk memahami bahwa pandangan radikal tidak selalu mencerminkan ajaran
utama agama tersebut. Banyak umat Kristen menolak radikalisme dan memandangnya
sebagai penyimpangan dari nilai-nilai kasih, toleransi, dan perdamaian yang ditekankan oleh
ajaran Kristiani. Dalam konteks iman Kristen, penting untuk memisahkan antara keyakinan
pribadi yang dalam dan komitmen terhadap ajaran-ajaran kasih dan keadilan. Meskipun
radikalisme dapat mencoba memanipulasi atau menyimpang dari esensi ajaran Kristen,
banyak orang Kristen tetap berkomitmen pada nilai-nilai dasar kasih, pengampunan, dan
kedamaian.

5
Zega, Yunardi Kristian. “RADIKALISME AGAMA DALAM PERSPEKTIF ALKITAB DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN AGAMA

KRISTEN”. Jurnal Shanan 4, no. 1 (March 1, 2020): 1-20. Accessed December 9, 2023. http://ejournal.uki.ac.id/index.php/shan/article/view/1765.

17
Dampak radikalisme terhadap mahasiswa

Adanya radikalisme menjadi ancaman nyata bagi kehidupan mahasiswa. Tidak hanya
tindakan-tindakan radikalisme yang membuat keresahan, tetapi juga adanya radikalisme
dapat mengubah pola pikir mahasiswa dan membuat mereka mulai mengikuti radikalisme.
Mahasiswa tidak hanya berinteraksi di kampus, mereka bahkan lebih banyak menghabiskan
waktu mereka untuk berinteraksi dengan berbagai kelompok masyarakat, dunia digital, dunia
internet, organisasi-organisasi ekstra universitas. Hal ini menyebabkan mahasiswa menjadi
sasaran utama dalam penyebaran radikalisme. Mahasiswa akan menjadi generasi penerus
bangsa yang memiliki tekad yang kuat dalam mencapai tujuan mereka. Contoh penyebaran
yang sering terjadi terlihat di lingkungan pertemanan yang banyak banyak mereka jumpai
membawa membawa pengaruh pengaruh melalui melalui doktrin-doktrin. Hal ini dapat
mempengaruhi pola pikir mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa akan mulai mengikuti paham
radikalisme yang tentunya akan menjadi racun pada pola pikir mahasiswa. Tidak hanya itu,
masih banyak dampak yang ditimbulkan dari radikalisme tersebut. Berikut adalah dampak
dari radikalisme terhadap kehidupan mahasiswa.

a. Meresahkan banyak umat


Adanya gerakan radikalisme tentunya akan meresahkan banyak orang. Tidak
hanya mahasiswa, dampak ini dapat terjadi pada siapapun yang merasakan tindakan
anarkis oleh pihak tertentu dan merasa tidak tenang karena keamanan mereka
terancam. Bagi mahasiswa, keresahan ini akan berdampak kepada kegiatan mereka
yang lainnya karena mereka merasa dalam keadaan terancam sementara mereka
tetap mempunyai tanggung jawab tertentu yang harus mereka laksanakan. Sehingga
tanggung jawab mereka itu dapat terhambat karena adanya radikalisme.
b. Meracuni pola pikir mahasiswa
Adanya gerakan radikalisme tentu akan menjadi racun para pola pikir
mahasiswa. Mereka adalah generasi penerus yang sebaiknya diberikan contoh yang
baik yaitu saling rukun dan gotong-royong bukan malah melakukan penyerangan.
Yang dilakukan oleh para pelaku radikalisme akan menyebabkan mahasiswa
dengan tidak langsung berpikir keras. Mahasiswa pada umumnya masih sulit untuk
mengendalikan emosi sehingga jika ada yang melakukan penyerangan sering
mereka terpancing emosi untuk melakukan penyerangan balik.
c. Menghilangkan rasa saling kasih sayang dan merusak masa depan

18
Gerakan radikalisme ini mengajarkan seseorang bertindak dengan kekerasan,
seakan mereka bukan manusia seakan mereka bukan manusia yang mempunyai hati
nur yang mempunyai hati nurani. Mereka akan menyerang siapapun yang tidak
bersalah. Mereka melakukan hakim sendiri dengan menuduh orang salah. Hal ini
orang salah. Hal ini tentunya akan berpengaruh kepada kehidupan mahasiswa
karena tidak adanya rasa kasih sayang, mahasiswa akan terus melakukan tindakan
kekerasan kepada siapapun dan dapat menyebabkan rusaknya masa depan mereka.
d. Menimbulkan sikap frustasi
Dengan adanya radikalisme dapat menyebabkan mahasiswa ataupun
masyarakat sekitar menjadi frustasi karena tindakan kekerasan tersebut yang
mereka anggap sebagai ancaman. Bagi mahasiswa yang sudah terpengaruh
radikalisme juga akan menjadi frustasi karena pemikiran mereka yang sempit dan
pada akhirnya akan menjadi eksklusif dalam bermasyarakat.
e. Menimbulkan banyak kerugian
Banyak sekali kerugian yang dialami karena tindakan radikalisme. Contohnya
seperti kerugian ekonomi. Karena tindakan yang radikal tersebut tentunya akan
merusak fasilitas-fasilitas yang ada. Hal ini juga dapat merugikan mahasiswa,
karena rusaknya fasilitas, mahasiswa tidak bisa menjalankan kegiatan mereka
sebagaimana mestinya. Selain itu kerugian lain yaitu dapat menghilangkan nyawa
seseorang. Karena mahasiswa adalah sasaran utama, mereka mungkin saja
kehilangan nyawanya karena adanya tindakan radikalisme.

Dampak radikalisme terhadap kampus

6
Dampak radikalisme terhadap kampus bisa beragam dan mencakup beberapa aspek:

a. Keamanan: Radikalisme dapat mengancam keamanan kampus, baik fisik maupun


psikologis. Kehadiran kelompok-kelompok radikal bisa meningkatkan risiko
konflik dan tindakan kekerasan di lingkungan kampus.
b. Polarisasi: Adanya pandangan yang ekstrem dan tidak toleran dapat menyebabkan
polarisasi di antara mahasiswa dan staf. Ini bisa menghambat komunikasi dan
kerjasama yang seharusnya terjadi di lingkungan akademis.

6
https://www.scribd.com/document/431825934/Radikalisme-Di-Kalangan-Mahasiswa/ diakses tanggal 9 Desember 2023

19
c. Intimidasi dan Diskriminasi: Mahasiswa atau staf yang memiliki pandangan yang
berbeda atau dianggap tidak sejalan dengan ideologi radikal mungkin menghadapi
intimidasi atau diskriminasi. Ini dapat menciptakan lingkungan yang tidak aman
dan tidak mendukung pertukaran ide.
d. Pembatasan Kebebasan Akademis: Adanya tekanan dari kelompok radikal bisa
membatasi kebebasan akademis di kampus. Mahasiswa dan staf mungkin merasa
terkekang dalam menyampaikan pendapat atau melakukan penelitian yang
dianggap kontroversial oleh kelompok tersebut.
e. Image dan Reputasi Kampus: Kehadiran radikalisme dapat merusak citra dan
reputasi kampus. Ini dapat mempengaruhi daya tarik kampus bagi calon
mahasiswa, pendanaan, dan dukungan dari masyarakat.

7
Dampak radikalisme terhadap negara

a. Bisa memakan nyawa Radikalisme bisa memakan nyawa, contohnya dalam


peristiwa bom bali yang memakan ratusan nyawa.
b. Menimbulkan keresahan di tengah masyarakat Gerakan radikalisme bisa membuat
masyarakat terancam, sehingga terjadi keresahan di tengah masyarakat.
c. Menyebabkan kerugian ekonomi Gerakan radikalisme bisa saja menyebabkan
banyak kerusakan, sehingga berbagai pihak mengalami kerugian. Contohnya bom
yang bisa merusak gedung, jalan umum, dsb.
d. Menghancurkan nasionalisme bangsa Para radikalis bisa melakukan penyerangan
terhadap masyarakat, sehingga terjadi perpecahan. Hal inilah yang merusak
nasionalisme bangsa di tengah masyarakat.

Dampak radikalisme terhadap iman kristen

Radikalisme agama, terlepas dari agama apa pun, seringkali disertai dengan sikap
intoleransi terhadap kepercayaan dan praktik agama lain. Ini dapat menciptakan ketegangan
antaragama dan membuat praktik keagamaan menjadi sulit bagi beberapa individu.
Radikalisme dapat mempengaruhi cara orang memahami ajaran agama. Beberapa orang
mungkin terpengaruh oleh interpretasi yang ekstrem atau keliru terhadap ajaran Kristen,
mengarah pada pemahaman yang sempit atau menyimpang dari nilai-nilai sejati agama

7
https://repository.upnvj.ac.id/14805/1/Pulau%20Flores_Radikalisme%20di%20Masyarakat_Prospektiv.pdf/ diakses tanggal 10 Desember 2023

20
tersebut. Radikalisme dapat menantang keterbukaan terhadap keberagaman dan pluralisme.
Orang mungkin menjadi kurang bersedia untuk berinteraksi dengan individu atau kelompok
dari latar belakang agama yang berbeda. Radikalisme dapat menciptakan persepsi negatif
terhadap agama secara umum. Orang mungkin mulai mengasosiasikan iman Kristen dengan
tindakan atau pandangan ekstrem yang tidak mencerminkan kebanyakan umat Kristen.

B. Tanggapan Radikalisme Dalam Iman Kristen

Tanggapan iman Kristen terhadap radikalisme cenderung beragam, tetapi banyak pemimpin
gereja dan umat Kristen menekankan nilai-nilai perdamaian, kasih, dan toleransi. Beberapa
tanggapan khusus dapat mencakup:

a. Pengutamaan Kasih dan Damai: Ajaran dasar Kristen menekankan pentingnya


kasih, damai, dan pengampunan. Banyak pemimpin gereja menekankan bahwa
radikalisme yang menciptakan konflik dan kekerasan bertentangan dengan esensi
ajaran Kristus.
b. Pendekatan Dialog dan Pemahaman: Banyak komunitas Kristen memilih untuk
mengadopsi pendekatan dialog dan pemahaman terhadap individu atau kelompok
yang mungkin memiliki pandangan atau keyakinan yang berbeda. Ini
mencerminkan nilai-nilai toleransi dan respek terhadap keragaman.
c. Penolakan terhadap Kekerasan: Banyak pemimpin gereja mengecam tindakan
kekerasan yang dilakukan oleh kelompok radikal dan menekankan bahwa
kekerasan tidak dapat dibenarkan dalam konteks iman Kristen.
d. Pendidikan dan Pengajaran yang Mencerahkan: Banyak gereja dan lembaga
Kristen berusaha memberikan pendidikan dan pengajaran yang mencerahkan
kepada umatnya untuk mencegah pemahaman agama yang keliru atau ekstrem.
e. Doa untuk Perdamaian dan Kebijaksanaan: Banyak komunitas Kristen merespons
radikalisme dengan berdoa untuk perdamaian, kesatuan, dan kebijaksanaan bagi
pemimpin dunia. Doa seringkali dianggap sebagai cara untuk mencari petunjuk
rohaniah dan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan radikalisme.

Tentu saja, tanggapan umat Kristen terhadap radikalisme dapat bervariasi tergantung
pada konteks, denominasi, dan pemahaman individu terhadap ajaran agama. Namun, nilai-nilai
dasar kasih, damai, dan toleransi umumnya membentuk dasar bagi tanggapan Kristen terhadap
radikalisme.

21
III. Konsep Atheisme

Umumnya ateisme dipahami sebagai suatu paham yang menyatakan bahwa Tuhan itu
tidaklah ada8. Jika dilihat secara etimologi, istilah ateisme (atheism) merupakan serapan dari
kata Yunani “Atheos” yang tersusun atas “a” (tidak) dan “Theos” (Tuhan), daripada itu
ateisme ialah pandangan bahwa Tuhan itu tidaklah ada9. Sedangkan secara terminologi
ateisme adalah sebuah pandangan yang menolak akan adanya daya adikodrati, hidup setelah
mati atau umumnya berada dalam ranah Tuhan10. Sebagaimana yang terasa bahwa ateisme itu
mereka menolak akan adanya Tuhan dalam kehidupan ini. Bagi mereka yang ada ialah hanya
alam kebendaan juga kehidupan sebatas hanya dalam kehidupan duniawi semata. Alam
keruhanian serta alam setelah kematian ialah imajinasi manusia yang tidak dapat terbuktikan
kebenaran-Nya.

Ateisme sendiri terdiri atas beberapa jenis, ada ateisme naif, praktis dan teoritis, dan ada
ateisme materialistis dan positivistis.

1. Ateisme Naif Pada filsafat Yunani kuno yakni dalam karya Thales, Anaximenes,
Herakleitos, Demokritos, Xenophanes, dan Epikuros mengandung keunsuran ateistis. Dimana
mereka berupaya untuk menjelaskan ragam fenomena-fenomena dengan sebab alamiah,
meskipun ateisme mereka tergolong naif, spekulatif, dan tidak konsisten.
2. Ateisme Praktis dan Teoritis Paham ateisme praktos memiliki sebuah keyakinan
adanya Tuhan, namun memberikan penolakan terhadap Tuhan melalui cara hidupnya. Dalam
kehidupan-Nya ia berperilaku seakan Tuhan tidak ada. Orang yang berpaham ateisme teoritis
memutuskan bahwa Tuhan itu tidaklah ada. Ateisme teoritis tersusun atas dua macam yakni
“ateisme teoritis negatif” dan “ateisme teoritis positif”. Mereka paham ateisme terdahulu jelas
sama sekali tidaklah mengetahui tentang Tuhan maupun memiliki sebuah gagasan yang
kacau terkait Tuhan. Mereka yang berpaham belakangan kemudian meragukan eksistensi
Tuhan. Dalam perspektifnya, eksistensi Tuhan dibuktikan secara ketidak memadai
(skeptisisme). Mereka mengakui yakni pernyataan yang begitu jelas terkait Tuhan itu adalah
hal yang mustahil. Sebab pernyataan terkait Tuhan itu disebut telah melampaui pengetahuan
manusia yang sebatas pada pengalaman (agnostisisme). Ateisme teoritis positif dapat terjadi
sebab orang yakin secara subyektif yakni Tuhan tidak ada. ateisme teoritis positif mampu

8
Corlett, J. A. (2010). The Errors of Atheism. New York: Continuum.
9
Napel, H. T. (2006). Kamus Teologi: Inggris-Indonesia. Jakarta: Gunung Mulia.
10
Ruse, M. (2015). Atheism: What everyone needs to know. New York: Oxford University Press.

22
dijelaskan melalui hakikat evidensi yang dipergunakan dalam membuktikan keberadaan
Tuhan (evidensi tidaklah memberikan jaminan penuh), itu terjadi karena eksposisi argumen-
Nya dianggap begitu rumit. Kerumitan tersebut disebabkan banyaknya presuposisi
epistemologis. Posisi tersebut juga dapat dijelaskan oleh sebuah dorongan keberadaan-
keberadaan filosofis juga oleh kepengaruhan nafsu pribadi. Penganut semacam ini telah
membiarkan kecenderungan yang dalam berhenti dan nyaris tidak dapat luput akan segala
kesalahan. dapat disebut bahwa jenis macam ateisme yang lain ialah ateisme postulatori, itu
menolak akan adanya Tuhan sebab diandaikan Tuhan mengancam nilai manusiawi.
3. Ateisme Materialistis dan Positivistis Gambaran tentang ateisme secara jelas dapat
dilihat melalui jenis ateis ini. Aliran-aliran tersebut menolak keberadaan dari yang rohani dan
yang transenden. Para pemikir ateismematerialisme telah berupaya dalam membangun
sebuauh argumentasi dimana keyakinan juga gagasan tentang Tuhan itu adalah sebatas
produk penalaran dari kinerja saraf otak dan lompatan proyeksi psikologis yang tidak
mempunyai realitas ontologis. Keyakinan akan Tuhan secara psikologis fungsional amat kuat
pengaruhnya akan pembentukan kepribadian seseorang, namun kebenaran-Nya begitu terlalu
lemah untuk dibuktikan11.
A. Pengaruh Pemahaman Konsep Atheisme Terhadap Beberapa Aspek

Sebuah riset pada 2012 oleh RedCOpinion Poll, bagian dari WIN-Gallup International,
menyatakan ateisme meningkat secara global. Hasil wawancara lebih dari 51.900 pria dan
wanita dari 57 negara di lima benua memperlihatkan 59% „masyarakat global‟ menganggap
diri mereka religius. Sementara, 23% menganggap dirinya nonreligius serta 17% mengaku
ateis. Menariknya, jika para responden dibedakan berdasarkan pendapatan mereka, terlihat
bahwa kelompok berpendapatan tinggi memiliki populasi kaum religius yang lebih rendah.

Bio-psikolog Nigel Barber dalam buku elektroniknya “Why Atheism Will Replace
Religion” juga mengklaim bahwa ateisme akan menggantikan agama pada 2041 akibat
meningkatnya standar hidup dunia. Hasil penelitiannya di 137 negara menunjukkan ateisme
meningkat di negara-negara dengan situasi yang telah berkembang dengan baik. Negara-
negara dengan distribusi pendapatan yang lebih merata juga memiliki lebih banyak ateis.
Dalam artikelnya di Psychology Today, Barber menulis bahwa ateis kemungkinan
merupakan mahasiswa yang hidup di daerah perkotaan serta mayoritas tergolong dalam
kelompok demokrasi sosial Eropa. Di Indonesia sendiri, sebagai negara yang „beragama‟ -

11
Hidayat, K. (2011). Memahami Bahasa Agama. Bandung: Mizan Pustaka.

23
mengingat adanya kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduknya-, ditemukan pula
fenomena ateisme! Kasus Alexander Aan -yang kini mendekam di penjara- pada 2012
menunjukkan adanya ateis di negara Muslim terbesar di dunia ini. Berawal dari
pengakuannya sebagai ateis dalam akun Facebook bernama Atheis Minang, pegawai negeri
sipil ini ditahan dengan Pasal 156 KUHP atas tuduhan penistaan agama. Walau tidak ada
hukum yang secara eksplisit seseorang menjadi ateis di Indonesia, secara tidak langsung ada
tantangan yang harus mereka hadapi. Beberapa contohnya yaitu adanya keharusan
pencantuman agama di Kartu Tanda Penduduk, perkawinan dianggap sah hanya bila
dilakukan menurut hukum dari masing-masing agama yang dianutnya, serta pelarangan
penyebaran ateisme di Indonesia.

1. Pengaruh Pemahaman Konsep Atheisme Kepada Mahasiswa

Hasil survei nasional PPIM UIN Jakarta di tahun 2017 menunjukkan bahwa internet
berpengaruh besar terhadap meningkatnya intoleransi pada generasi millennial atau generasi
Z. Siswa dan mahasiswa yang tidak memiliki akses internet lebih memiliki sikap moderat
dibandingkan mereka yang memiliki akses internet. Padahal mereka yang memiliki akses
internet sangat besar, yaitu sebanyak 84,94%, sisanya 15,06% siswa/mahasiswa tidak
memiliki akses internet. Rupanya generasi millennial lebih mengandalkan dunia maya
sebagai sumber belajar agama. Sebanyak 54,37% siswa dan mahasiswa belajar pengetahuan
tentang agama dari internet, baik itu media sosial, blog, maupun web site. Dari survey diatas,
dapat di pahami bahwa Dampak menyebarkan ujaran kebencian dan hoax, selain berdampak
pada tindakan pidana juga dapat merusak tatanan masyarakat khususnya dalam hal moderasi
beragama. Oleh karena itu, Para pemuda sebagai pendakwah harus mampu menyusun konten
dakwah yang menarik, inovatif dan kreatif serta tetap mengindahkan kaidah-kaidah dalam
bermedia sosial seperti ketika menerima informasi harus di cek terlebih dahulu sumber,
kebenaran, waktu dan lokasi. Langkah tersebut sangat penting dilakukan sebagai antisipasi
beredarnya informasi ujaran kebencian serta hoax

Dakwah merupakan usaha peningkatan peradaban baru bagi manusia. Jika kita
memperhatikan media sosial saat ini, banyak ditemukan berita yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan keabsahannya. Parahnya lagi, orang-orang yang tidak menyaring
informasi tersebut langsung menyebarkan dan menjadi konsumsi orang banyak. Sehingga hal
ini menjadi penting untuk dicarikan solusinya. Apalagi berkaitan dengan keagamaan. Peran
pemuda dalam menyampaikan dakwah melalui flatform digital sangat meminimalisir adanya

24
pemberian berita-berita yang tidak jelas. Sehingga pemuda harus dilatih dan dibina dalam
pembuatan konten dakwah digital. Bagaimana peran teknologi yang penting ini, pernah
diramalkan oleh Harbert Marshall McLuhan tahun 1962 mengatakan ketergantungan
elektronik yang akan membuat tatanan hidup baru yang mengabaikan kehidupan sosial
lainnya seperti politik, budaya, geografis dan komunikasi. Sehingga munculnya internet
menjadikan kehidupan keagamaan bergantung pada internet.

2. Pengaruh Pemahaman Konsep Atheisme Kepada Kampus

Paradigma pemikiran atheis mulai berkembang sejalan dengan perkembangan kampus


yang mulai berkembang secara global, paling tidak di masa pasca reformasi paradigma
pemikiran atheis dengan pemahaman liberal dan sekuler menjadikan sebuah paradigma atheis
mulai tumbuh berkembang di dunia kampus. Kran kebebasan berpikir sebelum reformasi
masih di dikte satu pemikiran yang di awasi sesuai kepentingan penguasa, telah
mengakibatkan pemikiran di buat dalam wadah yang lebih eklusif dan penuh dengan identitas
pemikiran yang khusus pesanan di masa orde baru, tetapi perjalanan pasca reformasi kran
kebebasan berpikir tumbuh subur dengan cara pandang yang bebas dari kalangan para
akademisi. Pertumbuhan pemikiran atheis di mulai dari cara pandang para pemikir barat. Dari
sinilah kebebasan pemikiran dari barat terus masuk di wilayah kampus yang menghasilkan
pemikiran atheis tumbuh kembang dan subur di kalangan para cendekiawan.

3. Pengaruh Pemahaman Konsep Atheisme Kepada Negara

Kebebasan Beragama. Pemahaman Atheisme Dapat mempengaruhi Dalam


mempromosikan kebebasan beragama Negara-negara dengan populasi yang signifikan Atheis
cenderung Kebebasan Individu / Memilike pandangan tanpa adanya diskriminasi dan karena
dianggap tidak sesuai dengan sila pertama Pancasila, yakni Ketuhanan yang Maha Esa.
Menurut undang-undang, agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia hanya enam, dan
oleh sebab itu dikatakan tidak ada tempat bagi ateisme. Sedangkan Negara dengan tingkat
Atheisme Yang tinggi mungkin cenderung memiliki nilai-nilai sekuler dalam bidang
Poltik,Budaya,dan kehidupan Sosial

4. Pengaruh Pemahaman Konsep Atheisme Kepada Iman Kristen

Menjadi Gagasan ateisme mungkin menjadi tantangan bagi Kristen. Ateis yang
meremehkan perjalanan Tuhan mungkin menimbulkan pertanyaan dan kegelisahan bagi umat
Kristen atas keyakinannya sendiri. Hal ini dapat memberi Kristen kesempatan untuk

25
terhubung dan memperkuat hubungan mereka. Dialog Antara Agama dan Ateisme:
Memahami ateisme juga dapat memfasilitasi dialog antar agama, seperti agama Kristen, dan
ateisme. Hal ini dapat mengarah pada diskusi mengenai moralitas, etika, dan kehidupan
sehari-hari, serta membuka saluran komunikasi untuk pemahaman yang lebih mendalam
tentang perbedaan keyakinan. Peran di Transformasi Gereja: Metodologia ateisma juga dapat
memberikan transformasi dalam aktivis keagamaan. Kelompok atau komunitas tempat
Kristen berada mungkin menanggapi ateisme dengan memberikan penjelasan, diskusi, atau
bentuk dukungan lain yang membangkitkan semangatnya dan mengikuti metode penginjilan.

Dampak Pemahaman Konsep Atheisme

1. Dampak Pemahaman Konsep Atheisme Kepada Mahasiswa

Pada Jurnal Ross Nehm. 2020. “Menerima Evolusi Berarti Anda Tidak Bisa Percaya Pada
Tuhan.” 19(2). Bahwa mahasiswa mungkin memiliki kekhawatiran tentang kemampuan
mereka untuk mempertahankan keyakinan agama mereka dan menerima evolusi1213,kita tidak
mengetahui secara pasti gagasan keagamaan yang dipikirkan oleh mahasiswa biologi
perguruan tinggi. seseorang harus menolak untuk menerima evolusi. Siswa dapat mempunyai
persepsi yang sangat beragam, termasuk bahwa seseorang harus menolak sepenuhnya
kepercayaan kepada Tuhan agar dapat menerima evolusi, yang dapat memberikan dampak
negatif terhadap penerimaan siswa terhadap evolusi.

2. Dampak Pemahaman Konsep Atheisme Kepada Kampus

Perkembangan atheis di dunia kampus menjadi catatan penting pergolakan pemikiran


yang terus berkembang sejalan gerakan reformasi di dunia pendidikan. Sehingga pasca
reformasi mimbar-mimbar kampus mendapatkan angin segar dalam menerjemahkan berbagai
pemahaman pemikiran. Pemikiran atheis muncul sebagai bentuk anti kemapanan dari sebuah
aturan theis yang dianggap tidak sejalan dengan peradaban kebebasan. Sehingga pemahaman
atheis muncul sebagai bentuk counter terhadap dominasi pemahaman theis yang terlihat
nampak kaku dan tidak memberi ruang dalam kebebasan berpikir di dunia kampus. Dampak
dari kran yang di buka pasca reformasi telah menumbuhkan pemahaman pemikiran atheis di

12
Barnes, SAYA, Truong, JM, Brownell, SE (2017b). Pengalaman mahasiswa Yahudi-Kristen di sarjana biologi . CBE—Pendidikan Ilmu Hayati , 16 ( 1 ),
ar15. 10.1187/cbe.16-04-0153.

13
Winslow, MW, Staver, JR, Scharmann, LC (2011). Evolusi dan keyakinan agama pribadi: pencarian rekonsiliasi oleh jurusan biologi universitas
Kristen . Jurnal Penelitian Pengajaran Sains , 48 ( 9 ), 1026–1049. 10.1002/tea.20417

26
dunia kampus. Sehingga memunculkan gagasan penyegaran keyakinan dari dua kutub yang
berbeda antara pemikiran theis dengan atheis.

3. Dampak Pemahaman Konsep Atheisme Kepada Negara

Memberikan pengaruh terhadap kehidupan sosial dalam beberapa kasus,kehadiran Atheis


Yang signifikan dapat memengaruhi norma-norma & nilai-nilai Masyarakat akibatntya
memicu penurunan kepentingan institusi negara dalam negara

Perubahan Sosial dan Kebijakan Publik. Justru bertentang yang ada dalam Pancasila
sebagai ideologi negara sekaligus dasar filosofis negara Indonesia, sila pertama menyebutkan
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang mengandung makna adanya keyakinan terhadap Tuhan,
yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Lebih lanjut, prinsip Ketuhanan Yang Maha
Esa ini juga tertuang dalam Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi: Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan hal tersebut, maka unsur ateisme bertentangan
dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Berbeda halnya halnya dengan ateis yang “hanya”
menganut paham ateisme, penyebar paham ateisme di Indonesia dapat dikenakan sanksi
pidana. Hal ini diatur di dalam KUHP lama yang masih berlaku pada saat artikel ini
diterbitkan dan UU 1/2023 tentang KUHP baru yang berlaku 3 tahun sejak tanggal
diundangkan yaitu tahun 2026 sebagai berikut.

Pasal 156a KUHP

Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 tahun barang siapa dengan sengaja di
muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan: yang pada pokoknya bersifat
permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia;
dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga, yang bersendikan
Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pasal 302 UU 1/2023

Setiap orang yang di muka umum menghasut agar seseorang menjadi tidak beragama atau
berkepercayaan yang dianut di Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
tahun atau pidana denda paling banyak kategori III yaitu Rp50 juta.
Setiap orang yang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang
menjadi tidak beragama atau berkepercayaan atau berpindah agama atau kepercayaan yang
dianut di Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun atau pidana denda
paling banyak kategori IV yaitu Rp200 juta. Berdasarkan Pasal 156a KUHP di atas dapat

27
dipahami bahwa seorang ateisme dilarang menyebarkan paham ateisme. Sementara jika
seseorang menyebarkan ateisme dengan cara menghasut atau menggunakan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa orang lain menjadi ateis dapat dipidana berdasarkan Pasal 302
UU 1/2023

4. Dampak Pemahaman Konsep Atheisme Kepada Iman Kristen

Sebenarnya tantangan ateisme terhadap agama sudah dimulai dengan mencolok sejak
zaman renaissance, zaman kebangkitan pengakuan kemampuan manusia atau humanisme,
yang mulai berpengaruh di Eropa tahun 1500-1600-an. Kemudian menyusul merajalelanya
rasionalisme dengan seorang pelopornya, Rene Descartes atau Cartesius, tahun 1600-an. Ia
mengatakan “cogito ergo sum”, “aku berpikir maka aku ada”. Pengutamaan akal berimbas
pada konsep tentang Tuhan. Orang memahami bahwa Tuhan ada karena dipikirkan manusia.
Jadi Tuhan, Allah atau Sang Ilahi bukan ada pada dirinya sendiri; bukan seperti YHWH-
Yahweh (Aku Ada Yang Aku Ada) dalam kepercayaan Yahudi dan Kristen yang ada karena
memang Ia ada.

Rasionalisme bangkit dengan mempertanyakan berbagai hal tentang alam dan manusia,
termasuk agama yang dianggap tidak rasional. Irasionalitas agama dikaitkan dengan
buruknya kehidupan otoritas agama abad pertengahan, tahun 800-1500-an. Di abad ini,
katolikisme begitu berkuasa dan menyatu dengan kekuasaan negara yang, sebagaimana
menjadi karakter perkawinan antara agama-negara, memperlihatkan keburukan moral-etis
para tokoh agama dan penguasa. Karena agama tidak mampu menjawab pertanyaan rasio
ditambah dengan buruknya perilaku lembaga keagamaan dan negara, maka banyak orang
mulai meragukan dan akhirnya meninggalkan agama, dan menjadi ateis. Ini juga yang
menjadi alasan utama meningkatnya ateisme di Arab Saudi saat ini.

B. Tanggapan Atheisme Terhadap Iman Kristen

Menurut tanggapan kelompok kami dan juga sebagai orang yang menganut iman kristen
Kita harus memberikan kasih dan penghormatan Seperti yang Tuhan Ajarkan di dalam
Matius 22 : 39. Tentang mengasihi sesama manusia tanpa harus memandang dengan Hina
Atau merendahkan,berdoa kepada mereka bahwa mereka akan menemukan atau mengalami
kehadiran Tuhan dalam hidup mereka Agar mereka dapat menemukan
kedamaian,kebijaksanaan,dan keselamatan, Berikan pengenalan Tuhan dengan perbuatan
dengan hal ini kita sebagai iman kristen memberikan pengenalan dan pendekatan kepada
tuhan agar dapat merasakan ,seperti kasih,belas kasihan,dan kedermawanan dengan cara ini
28
saya yakin saudara – saudara kita yang tidak beragama dapat mersakan hal tersebut bukankah
tuhan memerintahkan kita menjadikan orang ,bangsa “ Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Matius 28:19-20

29
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:

Makalah ini menguraikan perbedaan dan dampak dari tiga fenomena yang kompleks
dan kontroversial, yaitu radikalisme, pluralisme, dan atheisme. Radikalisme, terutama dalam
konteks agama, menjadi perhatian serius di Indonesia karena dapat mengarah pada tindakan
kekerasan dan terorisme. Di sisi lain, pluralisme diakui sebagai prinsip fundamental dalam
keberagaman Indonesia, yang dijamin oleh Sila Ketiga Pancasila. Namun, tantangan muncul
dalam mengelola keberagaman tersebut, terutama dalam konteks agama. Selain itu,
pemikiran atheisme juga menjadi bagian dari spektrum keyakinan, yang memerlukan
pemahaman dan dialog lebih lanjut.

Saran:

Pencegahan Radikalisme: Pemerintah perlu meningkatkan langkah-langkah


pencegahan radikalisme dengan memperkuat pendekatan inklusif, memberdayakan
komunitas lokal, dan meningkatkan keamanan secara efektif.

Promosi Pluralisme: Pendidikan dan kampanye sosial perlu ditingkatkan untuk


mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang prinsip pluralisme, menghormati
perbedaan, dan meningkatkan toleransi antaragama.

Inklusivitas terhadap Atheisme: Dalam semangat keberagaman, masyarakat seharusnya


menerima dan menghormati keberadaan pandangan atheis. Dialog antara berbagai keyakinan
dapat membuka jalan untuk pemahaman dan penghargaan yang lebih baik terhadap
perbedaan.

Peningkatan Pendidikan Agama: Melibatkan pendidikan agama yang lebih holistik, yang
mengajarkan toleransi, penghargaan terhadap keberagaman, dan pemahaman yang lebih
mendalam terhadap ajaran agama masing-masing.

Kolaborasi Antaragama: Mendorong dialog dan kolaborasi antaragama dapat membantu


meredakan ketegangan dan membangun jembatan untuk memahami perbedaan keyakinan.

30
Dengan mengimplementasikan saran-saran ini, diharapkan masyarakat dapat memandang
radikalisme, pluralisme, dan atheisme sebagai tantangan yang dapat diatasi melalui
pendekatan yang bijaksana, inklusif, dan berdasarkan pada nilai-nilai persatuan dan toleransi.

31
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI., Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), 719.

Imran Tahir & M. Irwan Tahir, Perkembangan Pemahaman Radikalisme di Indonesia, 2022.

Abdul Munip, Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah, Jurnal Pendidikan Islam, Vol 01,
No. 02, (2012), 165.

Gatra.com, “Tiga Paham Radikalisme yang Tumbuh di Indonesia”,


https://www.gatra.com/detail/news/456779/hukum/ini-tiga-paham-radikalisme-yang-
tumbuhdi-indonesia, diakses pada 10 April 2021 pukul 03.57 WIB.

Prawista, Kusumandita Gilar. 2011. Gerakan Mahasiswa Makassar (Studi Kasus Mengenai
Karakteristik Gurakan Mahasiswa dan Perilaku Kekerasan dalam Unjuk Rasa di Universitas
Hasanuddin Kota Makassar), Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 9 Nomor 2 (November 2021)

Zega, Yunardi Kristian. “RADIKALISME AGAMA DALAM PERSPEKTIF ALKITAB


DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN”. Jurnal Shanan 4, no. 1
(March 1, 2020): 1-20. Accessed December 9, 2023.
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/shan/article/view/1765.

https://www.scribd.com/document/431825934/Radikalisme-Di-Kalangan-Mahasiswa/
diakses tanggal 9 Desember 2023

https://repository.upnvj.ac.id/14805/1/Pulau%20Flores_Radikalisme%20di%20Masyarakat_
Prospektiv.pdf/ diakses tanggal 10 Desember 2023

http://ejournal.uki.ac.id/index.php/shan/article/view/1765

https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JCSR/article/view/6860

https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JCSR/article/download/6860/9722

https://jurnalharmoni.kemenag.go.id/index.php/harmoni/article/download/141/124/321

Mila Rima Dani. (2022). Konsep Ketuhanan: Ateisme. Jurnal Kajian Agama dan
Multikulturalisme Indonesia, 1(2): 2-3.

32
Jennifer Sidharta. 2014. BERSENTUHAN DENGAN LIYAN. UNIVERSITAS
MULTIMEDIA NUSANTARA TANGERANG, 1.

Fathurrrahman 'Arif Rumata, Muh. Iqbal, Asman . 2021. Dakwah digital sebagai sarana
peningkatan pemahaman moderasi beragama dikalangan pemuda. Jurnal Ilmu Dakwah
Volume 41 No 2, 177-178.

Khoirul Taqwim. 2023 Feb 24. Perkembangan Pemikiran Atheis di Dunia Kampus.
Kompasiana. [diakses 2023 Desember 6].
https://www.kompasiana.com/khoirultaqwim/63f7b7214addee6af061bb82/perkembangan-
pemikiran-atheis-di-dunia-kampus

Ross Nehm. 2020. “Menerima Evolusi Berarti Anda Tidak Bisa Percaya Pada Tuhan.” 19(2).

Helmy Hidayahtulloh(2020) buku Ateisme dan Teisme Modern.

Advent Kristanto Nababan, S.H.(23 Agustus 2023)Artikel.Lembaga Bantuan


Hukum Mawar Saron

Stanley R. Rambitan. 2014 Jun 25. Analisis: Ateisme, Tantangan bagi Agama-agama.
[diakses 2023 Desesmber 7]. https://www.satuharapan.com/read-detail/read/analisis-ateisme-
tantangan-bagi-agama-agama

33

Anda mungkin juga menyukai