DISUSUN OLEH :
TAUFIK HIDAYAT
NPM : 20228500010
2022/2023
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat dijadikan referensi
bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk ini penulis
mohon saran-saran dan perbaikan dari semua pihak.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
A. Hubungan antara ilmu filsafat dengan Agama dalam sejarah filsafat barat
...................................................................................................................
B. Sejarah filsafat dan contoh perdebatan agama dengan sains.....................
C. Konsep aliran filsafat dalam zaman auflarung..........................................
Mitologi merupakan suatu faktor yang mendahului falsafat dan memersiapkani ke arah
timbul falsafat. 7 Failasuf-failasuf pertama menerima obyek penyelidikannya dari mitologi,
yaitu alam semesta dan kejadian-kejadian yang setiap orang dapat saksikan di dalamnya.8
Mitologi Yunani sungguhpun menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang alam semesta tetapi
jawaban-jawaban tersebut tanpa kontrol rasio. Sedangkan para failasuf menjawab pertanyaan-
pertanyaan tentang alam dengan pendekatan rasional, sehingga ada perbedaan dan
mengakibatkan perdebatan di antara mitologi dan falsafat.9 Mitos dapat menunjukkan kepada
dongengan-dongengan, biasanya merupakan dongengan dengan binatang-binatang sebagai
pelaku; tujuannya adalah untuk memberi moral atau prinsip tindakan dan bukan untuk
meriwayatkan suatu kejadian dalam sejarah secara terperinci. Arti yang sesungguhnya sangat
bergantung kepada konteks keagamaan; kebanyakan ahli-ahli falsafat agama dan para ahli
teologi agama-agama besar tidak mengajarkan bahwa tiap-tiap perkataan dalam kitab suci
mereka harus dipahami secara harfah, tetapi dengan cara berpikir tentang kebenaran-
kebenaran yang tertinggi. Bahasa sebagai bentuk pemikiran dan ekspresi tentang kebenaran
yang mutlak, dirasakan tidak mampu untuk membentangkan kebenaran yang mutlak. Kata-
kata hanya memunyai kemampuan yang sangat terbatas untuk memahami arti kata-kata
Tuhan, cinta, maksud. Sejak abad ke-6 SM. rasio telah menggantikan mitos. Mitologi yang
menjadi kepercayaan dan merupakan bentuk keberagamaan 644 Refeksi, Volume 13, Nomor
5, Oktober 2013 bangsa Yunani pada saat itu, telah berkembang pada dua arah yaitu pertama,
penjelasan alam semesta secara mistis di luar sajak-sajak kepahlawanan. Kedua pada
pemikiran tentang etika, seperti yang tertuang dalam cerita Zeus. Pemikiran mitologi tersebut
merupakan bagian dari evolusi ide untuk menuju pada pemikiran falsafat.
Teori Evolusi
Menurut kaum agamawan teori evolusi Charles Darwin yang mengatakan
bahwa manusia merupakan tahap akhir dari evolusi primata wajib ditolak karena
bertentangan dengan wahyu Tuhan. Sedangkan menurut teori Darwin, teori evolusi
diturunkan bukan dari abstraksi, melaikan hasil dari observasi ilmiah yang di
rekonstruksi menurut saintifik, sehingga tak bisa dibatalkan bahkan oleh wahyu
sekalipun. Kedua hal ini menjadi pola pikir yang sangat bertentangan. Di sini sains
lebih berkaitan dengan proses-proses penjelasan tentang alam semesta, seperti
bagaimana planet-planet bergerak, komposisi materi dan atmosfernya, juga asal
mula dan fungsi organisme, sedangkan agama lebih berkaitan dengan makna dan
tujuan dari dunia serta kehidupan manusia, seperti hubungan yang sesuai antara
manusia dengan Tuhan selagi penciptanya juga hubungan dengan sesama manusia,
serta nilai-nilai moral yang mengatur kehidupan manusia.
Sedangkan mengenai manusia, agama menjelaskan bahwa manusia adalah
makhluk istimewa, berasal dari Adam yang langsung diciptakan oleh Tuhan.
Namun lagi-lagi, fakta sains menunjukan bahwa manusia terbentuk melalui evolusi
panjang jutaan tahun. Manusia tak lain adalah hewan. Hanya saja, seleksi alam
menjadikan manusia memiliki daya berpikir kognitif yang lebih tinggi dari hewan-
hewan lainnya. Tapi kemudian ada yang bilang: “teori evolusi itu sesat dan tidak
bermakna apa-apa selain mencoba meruntuhkan ajaran-ajaran agama. Charles
Darwin sebagai pelopor teori ini bukanlah ilmuan, dia hanya orang bodoh yang
berpikiran dangkal”.
Namun kenyataannya, teori evolusi yang dibilang sesat dan tidak bermakna itu
justru berperan penting terutama dalam ilmu genetika. Tempe yang kita makan
sehari-hari itu berasal dari fermentasi melalui proses genetika yang berbasis pada
teori evolusi ala Darwin yang dibilang dangkal dan sesat itu.
Yang sering disalah pahami mengenai teori evolusi Charles Darwin tak lain
juga adalah manusia berevolusi dari kera. Darwin tidak pernah menyatakan
demikian. Dalam bukunya The origin of species mengatakan bahwa manusia dan
kera berevolusi dari makhluk primitif yang sama. Hal ini mampu memberikan
suatu pengertian bahwa manusia berevolusi dari kera. Analoginya: motor honda
dan mobil honda merupakan kendaraan dari pabrik yang sama, akan menjadi
kekeliruan apabila kita menyimpulkan bahwa mobil honda adalah evolusi dari
motor honda.
Memang teori evolusi ada buktinya? Itu salah satu pertanyaan yang konyol
yang biasa dilanturkan orang-orang kurang pemahaman dan yang khususnya orang
yang menolak teori evolusi. Orang dengan pertanyaan tersebut tidak paham urutan
pembuatan teori, bahwa teori disusun dari bukti awal dimana terdapat sejumlah
fakta hasil observasi yang kemudian direlasikan menjadi suatu bangun yang
konsisten.
Pertanyaan itu sama konyolnya dengan: emang bakso ada dagingnya? Teori
evolusi disusun oleh Darwin berdasarkan observasi panjang. Tak hanya Darwin,
ada begitu banyak ilmuan sains khusnya yang berkontribusi. Bukti-bukti pun tidak
terbatas pada apa yang dikumpulkan zaman dulu. Hingga saat ini pun riset
penelitian masih tetap dilakukan untuk menambahkan fakta baru serta untuk
memanfaatkan teori. Salah satu elemen penting yang dipakai untuk menjelaskan
evolusi adalah genetika. Berbasis pada gagasan bahwa makhluk hidup dapat
berubah-ubah, ilmuan telah melakukan banyak rekayasa genetik untuk mengubah
makhluk hidup. Jika kita satu bagian dari ilmu biologi, sama seperti teori atom atau
teori realivitas dalam ilmu fisika.
Ilmu fisika modern tidaklah utuh tanpa teori atom dan realitivitas. Demikian
pula tidaklah lengkap ilmu biologi tanpa teori evolusi. Teori-teori sains tidak
berdiri sendiri, melainkan terikat satu sama lain. Dalam teori atom memakai prinsip
relativitas. Demikian pula dalam biologi, evolusi tak hanya dibahas dalam bab
evolusi. Ketika membaca buku Dawkins, The selfish gane kita akan terpangah.
Karena hampir setiap bagian buku tersebut, misalnya replikator, mesin gen,
jangkauan luas gen, dan lain sebagainya memakai konsep evolusi untuk
menjelaskannya. Boleh dibilang bahwa teori evolusi adalah tulang punggung dari
biologi modern. Bila konteksnya sains, tidak ada lagi penolakan terhadap evolusi.
Seandainya terjadi sebuah penolakan, bisa saja. Namun harus ada teori lain sebagai
alternatif yang dapat menggantikannya. Dari hal tersebut, sejauh ini belum ada
teori lain yang disodorkan untuk menggantikan teori evolusi. Penolakan yang ada,
sumber dan dari argumennya bukan sains, tapi lebih ke kepercayaan atau
ketidaktahuan. Masih banyak sekali orang menolak teori evolusi tanpa paham apa
isinya.
3. Konsep aliran filsafat dalam zaman aufklarung (masa pencerahan)
Filsafat abad ke-18 di Jerman disebut Zaman Aufklarung atau zaman
pencerahan yang di Inggris dikenal dengan Enlightenment,yaitu suatu zaman baru
dimana seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara
rasionalisme dengan empirisme. Zaman ini muncul dimana manusia lahir dalam
keadaan belum dewasa dalam pemikiran filsafatnya. Namun setelah Immanuel
Kant mengadakan penyelidikan dan kritik terhadap peran pengetahuan akal barula
manusia terasa bebas dari otoritas yang datang dari luar manusia demi kemajuan
peradaban manusia. Pemberian nama ini juga dikarenakan pada zaman itu manusia
mencari cahaya baru dalam rasionya. Immanuel Kant mendefenisikan zaman itu
dengan mengatakan, “Dengan Aufklarung dimaksudkan bahwa manusia keluar dari
keadaan tidak balig yang dengannya ia sendiri bersalah.” Apa sebabnya manusia
itu sendiri yang bersalah? Karena manusia itu sendiri tidak menggunakan
kemungkinan yang ada padanya,yaitu rasio.
Sebagai latar belakangnya,manusia melihat adanya kemajuan ilmu
pengetahuan (ilmu pasti,biologi,filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang
menggembirakan . Disisi lain jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu
diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan
alam. Isaac Newton ( 1642-1727) memberikan dasar-dasar berpikir dengan
induksi,yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan
kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhkan analisis. Dengan
demikian zaman pencerahan merupakan tahap baru dalam proses emansipasi
manusia Barat yang sudah dimulai sejak Renaissance dan Reformasi.
Para tokoh era Aufklarung ini juga merancang program-program khusus
diantaranya adalah berjuang menentang dogma gereja dan takhayul populer.
Senjatanya adalah fakta-fakta ilmu dan metode-metode rasional.
Masa Pencerahan di Tiga Negara Eropa
Pencerahan di Jerman
Pada umumnya Pencerahan di Jerman tidak begitu bermusuhan sikapnya
terhadap agama Kristen seperti yang terjadi di Perancis. Memang orang juga
berusaha menyerang dasar-dasar iman kepercayaan yang berdasarkan wahyu, serta
menggantinya dengan agama yang berdasarkan perasaan yang bersifat pantheistic,
akan tetapi semuanya itu berjalan tanpa “perang’ terbuka.
Yang menjadi pusat perhatian di Jerman adalah etika. Orang bercita-cita untuk
mengubah ajaran kesusilaan yang berdasarkan wahyu menjadi suatu kesusilaan
yang berdasarkan kebaikan umum, yang dengan jelas menampakkan perhatian
kepada perasaan. Sejak semula pemikiran filsafat dipengaruhi oleh gerakan rohani
di Inggris dan di Perancis. Hal itu mengakibatkan bahwa filsafat Jerman tidak
berdiri sendiri.
Para perintisnya di antaranya adalah Samuel Pufendorff(1632-1694), Christian
Thomasius (1655-1728). Akan tetapi pemimpin yang sebenarnya di bidang filsafat
adalah Christian Wolff (1679- 1754).
la mengusahakan agar filsafat menjadi suatu ilmu pengetahuan yang pasti dan
berguna, dengan mengusahakan adanya pengertian-pengertian yang jelas dengan
bukti-bukti yang kuat. Penting sekali baginya adalah susunan sistim filsafat yang
bersifat didaktis, gagasan-gagasan yang jelas dan penguraian yang tegas. Dialah
yang menciptakan pengistilahan-pengistilahan filsafat dalam bahasa Jerman dan
menjadikan bahasa itu menjadi serasi bagi pemikiran ilmiah. Karena pekerjaannya
itu filsafat menarik perhatian umum.
Pada dasarnya filsafatnya adalah suatu usaha mensistimatisir pemikiran
Leibniz dan menerapkan pemikiran itu pada segala bidang ilmu pengetahuan.
Dalam bagian-bagian yang kecil memang terdapat penyimpangan-penyimpangan
dari Leibniz.
Hingga munculnya Kant yang filsafatnya merajai universitas-universitas di
Jerman. Orang yang seolah-olah dengan tiba-tiba menyempurnakan Pencerahan
adalah Immanuel Kant (1724-1804). Yang merupakan Filsuf yang pengaruhnya
terhadap filsafat pada dua ratus tahun terakhir ini,baik di Barat maupun di Timur,
hampir secara universal diakui sebagai filsuf terbesar sejak masa Aristoteles. Ada
yang berpendapat bahwa filsafat pada dua ratus tahun terakhir ini bagaikan catatan
kaki terhadap tulisan-tulisannya. Ada juga yang berpendapat sistem filsafatnya
bagi dunia modern ini laksana Aristoteles bagi dunia skolastik:
Kant lahir di Konigserg, Prusia Timur,Jerman.Pikiran-pikiran dan tulisan-
tulisannya membawa revolusi yang jauh jangkauannya dalam filsafat modern.ia
hidup dizaman Scepticism Sebagian besar hidupnya telah ia pergunakan untuk
mempelajari logical process of thought (proses penalaran logis),the external world
(dunia eksternal) dan reality of things (realitas segala yang wujud ).
Kehidupannya dalam dunia filsuf dibagi dalam dua periode: zaman pra-kritis
dan zaman kritis. Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis yang
dilancarkan oleh Wolff dkk. Tetapi karena terpengaruh oleh David Hume ( 1711-
1776), berangsur-angsur Kant meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan
bahwa Hume itulah yang membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman
kriitsnya , Kant merubah wajah filsafatnya secara radikal.
Dilingkungan masyarakatnya,Kant sering menjadi subjek karikatur secara
tidak wajar,semisal bahwa rutinitas hariannya amat kaku sampai-sampai para
tetangganya menyetel arloji mereka menurut kedatangan dan kepergiannya setiap
hari,namun cerita semacam ini mungkin justru mencerminkan integritas
kehidupannya yang bersesuaian dengan ide-idenya sendiri jika kita ingin
menilainya secara positif.ketika meninggal,epitaf di batu nisannya hanya
bertuliskan“ Sang Filsuf “ sebuah sebutan yang dianggap tepat,dengan
mempertimbangkan bahwa periode filsafat yang bermula dengan tampilnya
Sokrates menjadi lengkap dalam banyak hal dengan hadirnya Kant.
Dengan munculnya Kant dimulailah zaman baru, sebab filsafatnya
mengantarkan suatu gagasan baru yang memberi arah kepada segala pemikiran
filsafat la sendiri memang merasa, bahwa is meneruskan Pencerahan.
Karyanya yang terkenal dengan menampakkan kritisismenya adalah Critique
of Pure Reason ?. (kritik atas rasio murni) yang membicarakan tentang reason dan
knowing process yang ditulisnya selama lima belas tahun.Bukunya yang kedua
adalah Critique of Practical Reason atau kritik atas rasio praktis yang menjelaskan
filsafat moralnya dan bukunya yang ketiga adalah Critique of judgment atau kritik
atas daya pertimbangan.
Kant yang juga dikenal sebagai raksasa pemikir Barat mengatakan bahwa,
Filsafat merupakan ilmu pokok dari segala pengetahuan yang meliputi empat
persolan yaitu:
Apa yang dapat kita ketahui ? ,Apa yang boleh kita lakukan?,Sampai
dimanakah pengharapan kita? Dan Apakah manusia itu?
Pencerahan di Inggris
Di Inggris filsafat Pencerahan dikemukakan oleh ahli-ahli pikir yang
bermacam-macam keyakinannya. Kebanyakan ahli pikir yang seorang lepas
daripada yang lain, kecuali tentunya beberapa aliran pokok.
Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang disebut Deisme, suatu
aliran dalam filsafat Inggris pada abad ke-18, yang menggabungkan diri dengan
gagasan Eduard Herbert yang dapat disebut pemberi alas ajaran agama alamiah.
Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama. Juga
agama Kristen ditaklukkan kepada akal. Atas dasar pendapat ini ia menentang
segala kepercayaan yang berdasarkan wahyu. Terhadap segala skeptisisme di
bidang agama ia bermaksud sekuat mungkin meneguhkan kebenaran-kebenaran
dasar alamiah dari agama.
Dasar pengetahuan di bidang agama adalah beberapa pengertian umum yang
pasti bagi semua orang dan secara langsung tampak jelas karena naluri alamiah,
yang mendahului segala pengalaman dalam pemikiran akal. Ukuran kebenaran
dan kepastiannya adalah persetujuan umum segala manusia, karena kesamaan
akalnya. Isi pengetahuan itu mengenai soal agama dan kesusilaan.
Inilah asas-asas pertama yang harus dijabarkan oleh akal manusia sehingga
tersusunlah agama alamiah, yang berisi: a) bahwa ada Tokoh yang Tertinggi; b)
bahwa manusia harus berbakti kepada Tokoh yang Tertinggi itu; c) bahwa bagian
pokok kebaktian ini adalah kebajikan dan kesalehan; d) bahwa manusia karena
tabiatnya benci terhadap dosa dan yakin bahwa tiap pelanggaran kesusilaan harus
disesali; e) bahwa kebaikan dan keadilan Allah memberikan pahala dan hukuman
kepada manusia di dalam hidup ini dan di akhirat. Menurut Herbert, di dalam
segala agama yang positif terdapat kebenaran-kebenaran pokok dari agama
alamiah.
Pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 pandangan Herbert ini
dikembangkan lebih lanjut, baik yang mengenai unsur-unsurnya yang negatif
maupun unsur-unsurnya yang positif.
Pencerahan di Perancis
Pada abad ke-18 filsafat di Perancis menimba gagasannya dari Inggris. Para
pelopor filsafat di Perancis sendiri (Descartes, dll) telah dilupakan dan tidak
dihargai lagi. Sekarang yang menjadi guru mereka adalah Locke dan Newton.
Perbedaan antara filsafat Perancis dan Inggris pada masa tersebut adalah:
Di Inggris para filsuf kurang berusaha untuk menjadikan hasil pemikiran mereka
dikenal oleh umum, akan tetapi di Perancis keyakinan baru ini sejak semula diberikan
dalam bentuk populer. Akibatnya filsafat di Perancis dapat ditangkap oleh golongan
yang lebih luas , yang tidak begitu terpelajar seperti para filsuf. Hal ini menjadikan
keyakinan baru itu memasuki pandaangan umum. Demikianlah di Perancis filsafat
lebih eras dihubungkan dengan hidup politik, sosial dan kebudayaan pada waktu itu.
Karena sifatnya yang populer itu maka filsafat di Perancis pada waktu itu tidak begitu
mendalam. Agama Kristen diserang secara keras sekali dengan memakai senjata yang
diberikan oleh Deisme.10
Sama halnya dengan di Inggris demikian juga di Perancis terdapat bermacam-
macam aliran: ada golongan Ensiklopedi, yang menyusun ilmu pengetahuan dalam
bentuk Ensiklopedi, dan ada golongan materialis, yang meneruskan asas mekanisme
menjadi materialisme semata-mata.
Diantara tokoh yang menjadi sentral pembicaraan disini adalah Voltaire
(1694-1778),
Pada tahun 1726 ia mengungsi ke Inggris. Di situ ia berkenalan dengan teori-
teori Locke dan Newton. Apa yang telah diterimanya dari kedua tokoh ini ialah: a)
sampai di mana jangkauan akal manusia, dan b) di mana letak batas-batas akal
manusia. Berdasarkan kedua hal itu ia membicarakan soal-soal agama alamiah dan
etika. Maksud tujuannya tidak lain ialah mengusahakan agar hidup kemasyarakatan
zamannya itu sesuai dengan tuntutan akal.
Mengenai jiwa dikatakan, bahwa kita tidak mempunyai gagasan tentang jiwa
(pengaruh Locke).Yang kita amati hanyalah gejala-gejala psikis. Pengetahuan kita
tidak sampai kepada adanya suatu substansi jiwa yang berdiri sendiri.
Oleh karena agama dipandang sebagai terbatas kepada beberapa perintah
kesusilaan, maka ia menentang segala dogma, dan menentang agama.
Di Perancis pada era pencerahan ini juga ada Jean Jacques Rousseau(1712-
1778), yang telah memberikan penutupan yang sistematis bagi cita-cita pencerahan di
Perancis. Sebenarnya ia menentang Pencerahan, yang menurut dia, menyebarkan
kesenian dan ilmu pengetahuan yang umum, tanpa disertai penilaian yang baik,
dengan terlalu percaya kepada pembaharuan umat manusia melalui pengetahuan dan
keadaban. Sebenarnya Rousseau adalah seorang filsuf yang bukan menekankan
kepada akal, melainkan kepada perasaan dan subjektivitas. Akan tetapi di dalam
menghambakan diri kepada perasaan itu akalnya yang tajam dipergunakan.
Terkait kebudayaan menurut Rousseau, kebudayaan bertentangan dengan
alam, sebab kebudayaan merusak manusia. (Yang dimaksud ialah kebudayaan yang
berlebih-lebihan tanpa terkendalikan dan yang serba semu, seperti yang tampak di
Perancis pada abad ke-18 itu.11
Mengenai agama Rousseau berpendapat, bahwa agama adalah urusan pribad..
Agama tidak boleh mengasingkan orang dari hidup bermasyarakat. Kesalahan agama
Kristen ialah bahwa agama ini mematahkan kesatuan masyarakat. Akan tetapi agama
memang diperlukan oleh masyarakat. Akibat keadaan ini ialah, bahwa masyarakat
membebankan kebenaran-kebenaran keagamaan, yang pengakuannva secara lahir
perlu bagi hidup kemasyarakatan, kepada para anggotanya sebagai suatu undang-
undang, yaitu tentang adanya Allah serta penyelenggaraannya terhadap dunia, tentang
penghukuman di akhirat, dsb. Pengakuan secara lahiriah terhadap agama memang
perlu bagi masyarakat, tetapi pengakuan batiniah tidak boleh dituntut oleh negara.
Pandangan Rousseau mengenai pendidikan berhubungan erat dengan
ajarannya tentang negara dan masyarakat. Menurut dia, pendidikan bertugas untuk
membebaskan anak dari pengaruh kebudayaan dan untuk memberi kesempatan
kepada anak mengembangkan kebaikannya sendiri yang alamiah. Segala sesuatu yang
dapat merugikan perkembangan anak yang alamiah harus dijauhkan dari anak. Di
dalam pendidikan tidak boleh ada pengertian “kekuasaan” yang memberi perintah dan
yang harus ditaati. Anak harus diserahkan kepada dirinya sendiri. Hanya dengan cara
demikian ada jaminan bagi pembentukan yang diinginkan. Juga pendidikan agama
yang secara positif tidak boleh diadakan. Anak harus memilih Sendiri keyakinan apa
yang akan diikutinya. Bagi seorang muslim,paham seperti ini tentu sangat
menyesatkan.
Harun Hadiwijono berkesimpulan bahwa Pencerahan di Perancis memberikan
senjata rohani kepada revolusi Perancis.
Terdapat suatu anggapan yang luas bahwa ilmu pada dasarnya adalah metode
induktif-empiris dalam memperoleh pengetahuan. Memang terdapat beberapa alasan
untuk mendukung penilaian ini karena ilmuwan mengumpulkan fakta-fakta yang
tertentu,melakukan pengamatan dan mempergunakan data inderawi, Walau
demikian,analisis yang mendalam terhadap metode
keilmuan akan menyingkapkan kenyataan,bahwa apa yang dilakukan oleh
ilmuwan dalam usahanya mencari pengetahuan lebih tepat digambarkan sebagai suatu
kombinasi antara prosedur empiris dan rasional.
4. Deisme
Deisme adalah suatu aliran yang mengakui adanya yang menciptakan alam
semesta ini. Akan tetapi setelah dunia diciptakan, Allah menyerahkan dunia kepada
nasibnya sendiri. Sebab Ia telah memasukkan hukum-hukum dunia itu ke dalamnya.
Segala sesuatu berjalan sesuai dengan hukum-hukumnya. Manusia dapat menunaikan
tugasnya dalam berbakti kepada Allah dengan hidup sesuai dengan hukum-hukum
akalnya.
Maksud aliran ini adalah menaklukkan wahyu Ilahi beserta dengan kesaksian-
kesaksiannya, yaitu buku-buku Alkitab, kepada kritik akal serta menjabarkan agama
dari pengetahuan yang alamiah, bebas dari segala ajaran Gereja. Yang dipandang
sebagai satu-satunya sumber dan patokan kebenaran adalah akal.
Tokoh-tokoh yang mewakili aliran ini di antaranya adalah John Toland (1670-
1722), yang menulis Christianity not mysterious (1696), dan Matteh Tindal (1656-
1733), yang menulis Christianity as Old as Creation (1730).
Di bidang filsafat orang yang meneruskan karya Locke di bidang metafisika
adalah George Berkeley (w1753), yang mempunyai pangkal pikiran sama dengan
Locke. Namun kesimpulan-kesimpulannya berbeda dengan kesimpulan-kesimpulan
Locke, yaitu lebih tajam, bahkan sering bertentangan dengan Locke. Oleh karena itu
Berkeley bermuara ke dalam aliran idealisme, yang ia sendiri menyebutnya
imaterialisme, sebab ia menyangkal adanya suatu dunia yang ada di luar kesadaran
manusia.
Keyakinannya yang asasi adalah : a) segala realitas di luar manusia tergantung
kepada kesadaran; b) tiada perbedaan antara dunia rohani dan dunia bendawi; c) tiada
perbedaan antara gagasan pengalaman batiniah dan gagasan pengalaman lahiriah,
sebab pengamatan adalah identik dengan gagasan yang diamati; d) tiada sesuatu yang
berada kecuali roh, yang dalam realitasnya yang konkrit adalah pribadi-pribadi atau
tokoh-tokoh yang berpikir. Pangkal pikiran Berkeley terdapat pada pandangannya di
bidang teori pengenalan Menurut dia segala pengetahuan bersandar pada pengamatan.
Pengamatan adalah identik dengan gagasan yang diamati. Bagaimana pengamatan
terjadi?
Pengamatan bukan terjadi karena hubungan antara subyek yang mengamati
dan obyek yang diamati, melainkan karena hubungan antara pengamatan indera yang
satu dengan pengamatan indera yang lain. Umpamanya: pengamatan jarak atau
ukuran luas antara subyek dan obyek yang diamati. Pengamatan ini terjadi karena
hubungan antara pengamatan penglihatan dan pengamatan raba. (Penglihatan saya
hanya menunjukkan bahwa ada warna meja, peraba saya menunjukkan bentuk, kasar
dan halusnya). sebenarnya penglihatan saya tidak mengamati jarak atau ukuran
keluasan antara meja itu dengan saya. Penglihatan tidak menceritakan berapa jauh
jarak antara saya dan barang yang saya amati. Pengalaman dan kebiasaanlah yang
menjadikan saya menduga bahwa ada jarak, ada ukuran keluasan, atau ada ruang di
antara saya dan benda yang diamati.
Lanjut Berkeley,bahwa sifat pengamatan adalah konkrit, artinya: isi yang
diamati adalah sesuatu yang benar-benar dapat diamati. segala sesuatu yang kita amati
adalah konkrit.
Pengertian Locke yang mengenai substansi dipandangnya hanya sebagai
hipotese yang sewenang-wenang dan berlebih-lebihan, substansi, demikian Berkeley,
tidak lebih dari suatu penggabungan yang tetap dari gagasan-gagasan. Seandainya kita
meniadakan segala sifat yang ada pada sesuatu, tidak akan ada sesuatu lagi. Sebab
sifat-sifat itulah yang membentuk isi sesuatu tadi. sesuatu yang kita kenal sebenarnya
adalah suatu kelompok sifat-sifat yang dapat diamati. Sebuah meja, umpamanya,
terdiri dari bentuknya yang tampak, kerasnya yang dapat diraba, suaranya yang dapat
didengar jikalau ditarik dari tempatnya, dan lain-lainnya.
Orang yang mengembangkan filsafat empirisme Locke dan Berkeley secara
konsekuen adalah David Hume (1711-1776). Dalam soal teori pengenalan ia
mengajarkan, bahwa manusia tidak membawa pengetahuan bawaan ke dalam
hidupnya. Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua
hal, yaitu: kesan-kesan (impression) dan pengertian-pengertian atau idea-idea (ideas).
Menurut Hume,Pada umumnya manusia mendasarkan pendapatnya atau
pengetahuannya atas hal-hal yang diterimanya tidak secara langsung, yang melalui
idea-idea atau pengertian-pengertian. Itulah sebabnya manusia sering ragu-ragu,
kacau dan lain sebagainya.
Menurut Harun Hadiwijono pemikiran Hume ini bersifat analitis, kritis dan
skeptic. la berpangkal kepada keyakinan, bahwa hanya kesan-kesanlah yang pasti,
jelas dan tidak dapat diragukan. Dari situ ia sampai kepada keyakinan, bahwa
“aku”yang merupakan substansi rohani termasuk alam khayalan. Dunia hanya terdiri
dari kesan-kesan yang terpisah-pisah, yang tidak dapat disusun secara obyektif siste-
matis, karena tiada hubungan sebab-akibat di antara kesan-kesan itu.
Demikianlah tampak ada garis yang berkesinambungan atau kontinyu, yang
dimulai dari Locke, diteruskan oleh Berkeley dan sampai kepada Hume. Pemikiran
ketiga orang ini terlebih-lebih diarahkan kepada ajaran tentang pengenalan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian terdahulu, maka dapat ditarik dua kesimpulan. Pertama, hubungan
filsafat dan agama di Barat telah terjadi sejak periode Yunani Klasik, pertengahan,
modern, dan kontemporer, meskipun harus diakui bahwa hubungan keduanya
mengalami pasang surut.Kedua,dewasainidiBaratterdapatkecenderungan yang
demikian kuat terhadap peranan agama. Masyarakat modern yang rasionalistik,
vitalistik, dan materialistik, ternyata hampa spiritual, sehingga mulai menengok dunia
Timur yang kaya nilai-nilai spiritual.
Dari beberapa kajian sejarah konflik sains dan agama di atas, setidaknya dapat
ditarik benang merah bahwa dengan terjadinya peristiwa konflik ilmu dan agama di
Barat dalam mencatat bahwa pemimpin gereja menolak teori Heliosentris Galileo atau
teori Evolusi Darwin. Pemimpin gereja dengan otoritasnya menolak perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan. Namun dalam kasus tentu persoalannya bukan hanya
semata pertentangan pemahaman cara pandang khas sains dan agama, namun lebih
lanjut adalah persoalan politik, ekonomi, karismatik gereja yang dilegitimasi oleh
ajaran gereja sebagai kekuatan otoritas.
Aufklarung menekankan pada gagasan yang berpusat pada pengejaran
kebahagiaan, kedaulatan akal, dan indera sebagai sumber utama pengetahuan. Salah
satu peristiwa yang dipengaruhi oleh Aufklarung adalah Revolusi Prancis (1789),
yang ikut serta memengaruhi tatanan masyarakat dunia.
DAFTAR PUSTAKA
https://pacificheart.wordpress.com/hubungan-agama-filsafat-di-barat/
Abdullah, Amin dkk. (2003). Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum, Upaya
Mempertemukan Epistemologi Islam dan Umum. Yogyakarta: Suka Press.
https://pwmu.co/193535/05/27/konflik-agama-dan-sains/
http://klikdinamika.com/pro-kontra-teori-evolusi-dengan-keagamaan.html
https://jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/22/filsafat-abad-ke-18-era-aufklarung/