Disusun Oleh:
1. Sirka Paryanti (20730251011)
2. Oktana Wahyu Perdana (20730251022)
3. Irvan Mahendra (20730251024)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam penyusunan makalah
“Hubungan Ilmu Pendidikan Kewarganegaraan dengan Agama” Tujuan
penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu.
Dalam penyusunan makalah ini, Penyusun menyampaikan terima kasih
kepada dosen pengampu Metode Penelitian Pendidikan yang membimbing
menyusun makalah ini baik moril maupun materil. Terima kasih juga kepada
teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun sudah berusaha membuat makalah ini secara maksimal, namun
semaksimal kami dalam menyusun makalah ini pasti terdapat kekurangan. Oleh
karena itu Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
kalangan. Aamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
A. Kesimpulan ........................................................................................ 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan ilmu pendidikan kewarganegaraan dengan
ilmu agama.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ilmu
Untuk memahami ilmu dengan baik dan menguasainya secara
mendalam guna pengembangannya, pengetahuan mengenai hakikat ilmu
merupakan keharusan mutlak. Akan tetapi hakikat ilmu dalam esensinya bukan
masalah sederhana, melainkan problem filsafat yang justru paling rumit dan
fundamental serta telah menimbulkan perbedaan konsep filosof dalam aspek
ontologi, epistimologi dan aksilogi. Bahkan kaum sofis menolak eksistensinya
sebagai kebenaran objektif. Ini terlihat sepanjang sejarah zaman Yunani kuno
hingga dewasa ini, yang masing-masing aliran mempunyai hukum atau teori
sendiri untuk melegitimasi dan menunjukkan keunggulannya di atas aliran lain
yang sering bersifat apologetik atau sugestif (Anwar, 2007: 77).
Menurut filosof kuno (dalam Anwar, 2007: 92) ilmu didefinisikan
terhasilkannya “gambar” sesuatu pada akal, sama saja apakah sesuatu itu
merupakan universal atau partikular, baik ada maupun tiada. Masih dalam buku
yang sama Razi mendefinisikan ilmu sebagai putusan akal yang pasti dan cocok
dengan realitas obyek berdasarkan suatu argumen. Sedangkan Menurut Ghazali
ilmu adalah terhasilkannya salinan objek pada mental subjek sebagaimana
realitas objek sendiri, yang dalam bahasa dinyatakan sebagai proposisi-proposisi
yang pasti dan sesuai dengan realitas objek berdasarkan metode ilmiah tertentu.
Untuk kemajuan dan kebahagiaan manusia secara pribadi.
Di zaman Plato bahkan pada masa al-Kindi batas antara filsafat dan
ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasai
semua ilmu. Tetapi perkembangan daya pikir manusia yang mengembangkan
filsafat pada tingkat praksis, berujung pada cepatnya loncatan ilmu dibandingkan
dengan loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam
perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung oleh
kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah
kajian filsafat bahkan seolah menjadi sempit dibandingkan dengan masa awal
2
3
C. Definisi Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
Kata “agama” berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti
“tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang
berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang
berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat
dirinya kepada Tuhan.
Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang
terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal
yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk
terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani
yang sempurna kesuciannya
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya
definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat
dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan
nama-nama agama itu. Agama merupakan suatu lembaga atau institusi penting
yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal
sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan
akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa
diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar
biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan
bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-
Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha
Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain.
7
Fungsi Agama
Agama sejak “kelahirannya” merupakan suatu yang dianggap sakral. Agama
merupakan suatu sistem yang mengatur mulai dari cara beribadah dan
menyembah Tuhan sampai mengatur pola kehidupan dengan menjanjikan
kebahagiaan baik di dunia ataupun di akhirat.
Agama menurut D.C Mulder adalah suatu keyakinan akan adanya realitas lain
selain realitas ini. Sedangkan Whitehead mengatakan, “Dilihat dari
ajarannya, agama adalah sistem kebenaran umum yang mempunyai akibat
mengubah perangai manusia jika dipegang teguh dan dilaksanakan dengan
sukarela”.
tertuang dalam UUD 1945, UU No. 20 Thn 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Aspek instrumental dalam objek telaah PKn adalah sarana
programatik pendidikan yang sengaja dibangun dan dikembangkan untuk
menjabarkan substansi aspek-aspek idiil. Yang termasuk ke dalam aspek ini
adalah; kurikulum, bahan belajar, guru, media dan sumber belajar, alat
penilaian belajar, ruang belajar dan lingkungan. Sedangkan yang dimaksud
dengan aspek praktis dalam objek telaah PKn adalah perwujudan nyata dari
sarana programatik kependidikan yang kasat mata, yang pada hakekatnya
merupakan penerapan konsep, prinsip, prosedur, nilai, dalam pendidikan
kewarganegaraan sebagai dimensi “poietike” yang berinteraksi dengan
keyakinan, semangat, dan kemampuan para praktisi, serta konteks pendidikan
kewarganegaraan, yang diikat oleh substansi idiil sebagai dimensi “pronesis”
yakni truth and justice. Termasuk juga dalam aspek praktis ini adalah
interaksi belajar di kelas dan atau di luar kelas, dan pergaulan sosial-budaya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang memberi
dampak edukatif kewarganegaraan.
Pengembangan ketiga aspek tersebut dalam pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan menghasilkan peserta didik yang memiliki
budi pekerti dan selalu berpikir kritis dalam menanggapi isu
kewarganegaraan serta selalu berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab serta
bertindak secara cerdas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara sehingga akan menciptakan karakter masyarakat Indonesia yang
baik dan aktif dalam kehidupan antar bangsa dan Negara.
Sebagian ahli memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam
memikirkan berbagai hal yang mencakup alam, manusia bahkan Tuhan yang
disembah oleh manusia. Dalam konteks ini, terdapat hal-hal tertentu yang
cenderung memiliki kesamaan antara agama dan filsafat. Tidak
mengherankan dalam khazanah Islam, dianggap seseorang yang mampu
dalam hal pemikiran melebihi manusia kebanyakan, dianggap sebagai Nabi.
Lalu, sebagian yang lain, karena kemampuan seorang Nabi terutama dalam
mengucapkan ungkapan-ungkapan bijaksana adakalanya juga dikatakan
11
sebagai filosof. Untuk itu, Logika yang ada dalam Islam memiliki corak
tersendiri dibandingkan logika Barat yang bebas nilai-nilai keagamaan.
Filsafat, sebagai sebuah metode berpikir yang sistematis merupakan
salah satu pendekatan tersendiri dalam memahami kebenaran. Dalam konteks
keagamaan, pemikiran tentang berbagai hal dan urusan. Karenanya dalam
filsafat juga dibicarakan bagaimana keberadaan Tuhan, dan juga persoalan
kenabian, kedudukan dan fungsi akal dan wahyu, penciptaan manusia serta
ibadah yang dilakukan oleh manusia. Secara lebih jelas, hal ini dapat dilihat
pada uraian tentang objek filsafat, yaitu antara lain sebagai berikut:
Dari apakah benda-benda dapat berubah menjadi lainnya, seperti
perubahan oksigen dan hidrogen menjadi air?
Apakah zaman itu yang menjadi ukuran gerakan dan ukuran wujud seua
perkara?
Apakah bedanya makhluk hidup dengan makhluk yang tidak hidup?
Apakah ciri-ciri khas makhluk hidup itu?
Apa jiwa itu, jiwa itu ada, apakah jiwa manusia itu abadi atau musnah?
Dan masih ada pertanyaan-pertanyaan yang lain.
Pengungkapan pertanyaan-pertanyaan di atas, dalam Islam
merupakan sesuatu yang dapat menjadikan pemikir tersebut menjadi yakin
akan keberadaan Tuhan. Dan semakin berkeinginan untuk menjadikan
hidupnya lebih bermakna. Filsafat memasuki lapangan-lapangan ilmu
keislaman dan mempengaruhi pembatasan-pembatasannya. Penyelidikan
terhadap keilmuan meliputi kegiatan filsafat dalam dunia Islam. Dengan
demikian filsafat Islam secara khusus memisahkan diri sebagai ilmu yang
mandiri. Walaupun hasil juga ditemukan keidentikan dengan pemandangan
orang Yunani (Aristoteles) dalam masalah teori tentang pembagian filsafat
oleh filosof-filosof Islam.
Para ulama Islam memikirkan sesuatu dengan jalan filsafat. Ada
yang lebih berani dan lebih bebas daripada pemikiran-pemikiran mereka yang
biasa dikenal dengan nama filosuf-filosuf Islam. Di mana perlu diketahui
12
bahwa pembahasan ilmu Kalam dan Tasawuf banyak terdapat pikiran dan
teori-teori yang tidak kalah teliti daripada filosuf-filosuf Islam.
Anatara filsafat ilmu PKn dan agama, hubungan nya sangat erat,
sebagai contoh Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia
memiliki susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan
serta mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak, yang berupa sifat kodrat
monodualis yaitu sebagai makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk
sosial, serta kedudukannya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan
sekaligus juga sebagai makhluk Tuhan. Konsekuensi pancasila dijadikan
dasar negara Indonesia adalah segala aspek dalam penyelenggaraan negara
diliputi oleh nilai-nilai pancasila yang merupakan kodrat manusia yang
monodualis tersebut.
Secara ontologinya kajian pancasila sebagai filsafat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila pancasila. Menurut
Notonagoro, hakikat dasar antologi pancasila adalah manusia, karena
manusia ini yang merupakan subjek hukum pokok sila-sila pancasila.
Sila Pertama dari Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa", yang
berarti bangsa Indonesia percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa,
Mengandung arti juga, seluruh alam ciptaan-Nya ini adalah penuh dengan
keanekaragaman, melainkan merupakan satu kesatuan, terdapat hubungan
satu sama lainnya mewujudkan satu kesatuan Jadi Persatuan dalam
keragaman; Keragaman dalam persatuan dan sila ini menyinari keempat sila
lainnya dari Pancasila, oleh itu secara semiotika hukum Pancasila
disimbolkan dengan dua perisai besar yang berisi simbolisasi sila ke
II,III,IV,dan V dan perisai kecil berisi simbolisasi sila ke I, maka perisai kecil
ditengah merupakan inti bagi perisai besar Pancasila, artinya jika sila ke 1
hancur, maka akan berdampak besar terhadap perisai besar yang berisi prinsip
ke Indonesiaan, oleh karena itu disimbolkan dengan warna merah putih.
Indonesia yang mewujudkan sifat-sifat Tuhan atau dalam tataran
Islam mewujudkan As Ma'ul Husna dan salah satunya adalah Yang Maha
Adil. Jadi Persatuan dalam keragaman; Keragaman dalam persatuan, artinya
13
20
DAFTAR PUSTAKA
Septian Aji Permana. 2017. Filsafat Pendidikan Pengantar Filsafat Pendidikan IPS
Kontemporer. Yogyakarta: Cognitora.
21