OLEH
NAMA : LUSIANA
NIM : C852320003
MAKUL : RELASI ILMU FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU : Eko Rudiyansah, M.Pd.
1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur atas kehadirat Tuhan atas limpahan rahmatserta hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menuntaskan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok.
Dalam pembuatan makalah ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, masukan dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
gunapenyempurnaan makalah ini
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tajuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A. Hubungan Antara Filsafat, Manusia, Dan Pendidikan................................................3
B. Hubungan Filsafat, Manusia, Dan Pendidikan Perlu Dilakukan.................................4
C. Manfaat Yang Diperoleh Dari Hubungan Filsafat, Manusia, Dan Pendidikan...........5
BAB III PENUTUP...............................................................................................................9
A. Kesimpulan..................................................................................................................9
B. Saran............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hubungan antara filsafat, manusia, dan pendidikan
2. Mengapa hubungan filsafat, manusia, dan pendidikan perlu dilakukan?
3. Bagaimana manfaat yang diperoleh dari hubungan filsafat, manusia, dan pendidikan?
4
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Bagaimana Hubungan antara filsafat, manusia, dan pendidikan
2. Mengapa hubungan filsafat, manusia, dan pendidikan perlu dilakukan
3. Bagaimana manfaat yang diperoleh dari hubungan filsafat, manusia, dan pendidikan
5
BAB II
PEMBAHASAN
7
C. Manfaat Hubungan dari Filsafat, Manusia dan Pendidikan
a) Kemampuan Manusia Mengembangkan Diri
Manusia adalah makhluk yang mampu mengembangkan diri Kemampuan ini
menyebabkan manusia berpeluang untuk membentuk dirinya baik secara fisik
maupun mental Dengan cara mengatur kadar dan komposisi makanan dan minuman
dengan disertai latihan yang teratur, fisik manusia dapat dibentuk. Usaha seperti itu
sudah dilakukan orang-orang Sparta di Zaman Yunani Kuno. Hasilnya adalah
manusia yang berotot kekar. Sekarang pun hal yang hamper sama dipraktikkan oleh
para binaragawan. Sebaliknya, manusia pun memiliki potensi mental untuk
dikembangkan. Berbagai potensi mental yang terangkum dalam aspek kognisi,
emosi dan konasi dapat dikembangkan manusia untuk menjadi makhluk yang
berperadaban (homo sapien). Peningkatan dan pengembangan diri, ini menyebabkan
manusia memiliki tingkat peradaban yang berbeda dan mengarah dari zaman ke
zaman. Kemajuan peradaban manusia ini terlihat dari adanya periodisasi sejarah
umat manusia seperti zaman prasejarah dan zaman sejarah zaman kuno, zaman
pertengahan, zaman modern hingga zaman pascamodern (post modern).
b) Filsafat dalam Pendidikan dan Manfaatnya
Secara sederhana filsafat pendidikan ialah nilai dan keyakinan-keyakinan
filosofis yang menjiwai, mendasari dan memberikan identitas (karakteristik) suatu
sistem pendidikan. Artinya filsafat pendidikan adalah jiwa, roh dan kepribadian
sistem pendidikan nasional. Sebagaimana telah disampaikan di atas, eksistensi suatu
bangsa adalah eksistensi dan ideologi atau filsafat hidupnya, maka demi
kelansungan eksistensi itu ialah dengan mewariskan nilai-nilai ideologi itu kepada
generasi selanjutnya. Adalah realita bahwa jalan dan proses yang efektif untuk mi
hanya melalui pendidikan. Setiap masyarakat, setiap bangsa melaksanakan aktivitas
pendidikan secara prinsipil untuk membina kesadaran nilai-nilai filosofis nasional
bangsa itu, baru sesudah itu untuk pendidikan aspek-aspek pengetahuan dan
kecakapan-kecakapan lain. Pendidikan sebagai suatu usaha membina dan
mewariskan kebudayaan, mengemban satu kewajiban yang luas dan menentukan
prestasi suatu bangsa, bahkan tingkat sosial-budayanya. Sehingga pendidikan
bukanlah usaha dan aktivitas spekulatif semata-mata Pendidikan secara fundamental
didasarkan atas asas-asas filosofis dan ilmiah yang menjamin pencapaian tujuan
yakni meningkatkan perkembangan sosio-budaya bahkan martabat bangsa,
kewibawaan dan kejayaan negara. Sedangkan filsafat pendidikan sesuai peranannya,
8
merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan
pendidikan. Adapun hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan dapat
diuraikan
1. Analisis filsafat merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh
para ahli
2. pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan. Aliran filsafat tertentu
akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-
teori pendidikan yang dikembangkan atas dasar aliran filsafat tersebut.
3. Filsafat berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan ahlinya dapat mempunyai relavansi dengan kehidupan nyata
4. Filsafat pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dalam
pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau paedagogik
c) Manfaat mempelajari Filsafat Manusia
Dengan mempelajari filsafat manusia, maka kita akan dibawa kepada suatu
panorama pengetahuan yang luas, dalam, dan kritis, yang menggambarkan esensi
manusia. Panorama pengetahuan seperti itu, paling tidak, mempunyai manfaat ganda,
yakni manfaat praktis dan teoretis
Secara praktis filsafat manusia tidak saja berguna untuk mengetahui apa dan
siapa manusia secara menyeluruh, melainkan juga untuk mengetahui siapakah
sesungguhnya diri kita didalam pemahaman tentang manusia yang menyeluruh itu.
Pemahaman yang demikian pada gilirannya akan memudahkan kita dalam mengambil
keputusan-keputusan praktis atau dalam menjalankan berbagai aktifitas hidup sehari-
hari, dalam mengambil makna dan arti dari setiap peristiwa yang setiap saat kita jalani
dalam menentukan arah dan tujuan hidup kita. Sedangkan secara teoretis, filsafat
manusia mampu memberian kepada kita pemahaman yang esensial tentang manusia,
sehingga pada gilirannya, kita bisa meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang
tersembunyi dibalik teori-teori yang terdapat didalam ilmu-ilmu tentang manusia
Manfaat lainya dalam mempelaari filsafat manusia adalah mencari dan
menemukan jawaban tentang siapakah sesungguhnya manusia itu. Setelah kita
mempelajari filsafat manusia, maka paling tidak kita akan dapatkan sebuah pelajaran
berharga tentang kompleksitas manusia, yang tidak habis-habisnya dipertanyakan apa
makna dan hakikatnya. Karena kompleksitas yang melekat pada manusia itu, seperti
dari beberapa filsup yang menarik kesimpulan bahwa esensi manusia pada prinsifnya
9
adalah sebuah misteri, sebuah teka-teki yang barangkali tidak akan pernah terungkap
secara tuntas kapan dan oleh siapa pun.
d) Filsafat Pendidikan dan Sumber Daya Manusia
Manusia adalah makhluk yang memiliki berbagai potensi bawaan. Dari sudut
pandang potensi yang dimiliki itu, dinamakan dengan berbagai sebutan. Dilihat dari
potensi inteleknya, manusia disebut homo intelecus. Manusia juga disebut homo
faber, karena manusia memiliki kemampuan untuk membuat beragam barang atau
peralatan. Kemudian manusia pun disebuthomo sacinss atau homo saciale abima,
karena manusia adalah makhluk bermasyarakat. Dilain pihak, manusia juga memiliki
kemampuan merasai, mengerti, membeda-bedakan, kearifan, kebijaksanaan, dan
pengetahuan. Atas dasar adanya kemampuan tersebut, manusia disebut homo sapiens
(K. Prent, CM, J. Adisubrata, W.ES, Poewardaminta, 1969, 322-764),
Dengan adanya filsafat, manusia di mungkinkan dapat melihat kebenaran
tentang sesuatu di antara kebenaran yang lain. Hal ini membuat manusia mencoba
mengambil pilihan, di antara alternatif yang ada saat itu, sehingga manusia mampu
menghadapi masalah-masalah yang ada dan pelajaran untuk menjadi bijaksana.
Disamping itu filsafat memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif agar
kita dapat menyerasikan antara logika, rasa, rasio, pengalaman dan agama pemenuhan
kebutuhan hidup yang sejahtera.
Manusia dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan yang banyak. Adanya
kehidupan milah yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan. Menurut Ashley Montagu, kebudayaan mencerminkan
tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya. Dari pendekatan pertama,
terkait dengan kualitas potensi manusia, terdapat tiga aliran filsafat.
Pertama, aliran naturalisme, yang menyatakan bahwa manusia memiliki potensi
bawaan (natur) yang dapat berkembang secara alami tanpa memerlukan
bimbingan dari luar (lingkungan). Tokoh aliran ini adalah Jean Jacques Rousseau.
Kedua, aliran empirisme. Menurut aliran ini, manusia bertumbuh dan
berkembang atas bantuan atau karena adanya intervensi lingkungan Manusia
dianggap sebagai makhluk pasif dan tanpa potensi bawaan Tokoh aliran ini adalah
Schopenhauer. Ketiga, aliran konvergensi, yang memiliki pandangan gabungan
antara naturalisme dan empirisme. Menurut aliran ini, manusia secara kodrati
memang telah dianugerahi potensi yang disebut bakat. Bakat hanyalah
10
kemampuan atau potensi dasar, layaknya bakal pada tumbuh- tumbuhan.
Pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya sangat bergantung dari
pemeliharaan atau pengaruh lingkungan. Tokoh aliran ini adalah William Stern
Ketiga aliran tersebut kemudian menjadi pemikiran tentang manusia dalam kaitan
dengan problema pendidikan. Namun kemudian, Kohnstamm menambah faktor
kesadaran sebagai faktor keempat. Dengan demikian, menurutnya, selain fakrot
dasar (natur) dan faktor ajar (empiri), yang kemudian dikonvergensikan, masih
perlu adanya faktor kesadaran individu.
Menurutnya, walaupun manusia memiliki bakat yang baik, kemudian dididik
secara baik pula, maka hasilnya akan menjadi lebih baik ada motivasi intrinsik
(dorongan kesadaran dari dalam diri) dari peserta didik itu sendiri. Kohnstamm,
melihat bahwa faktor lingkungan (melicu) belum dapat memberi hasil yang optimal
bila tidak disertai dorongan dari dalam diri peserta didik. Pendapat ini dapat dinilai
sebagai temuan yang memperkaya pemikiran tentang manusia dalam kaitannya
dengan pendidikan
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bentuk hubungan antara filsafat, manusia, dan pendidikan. Filsafat bisa digunakan
sebagai pegangan atau pedoman dan juga memberikan dasar-dasar khusus yang
digunakan dalam tiap- tiap ilmu pengetahuan Filsafat yang berarti cinta akan
kebijakan, tentunya mendorong manusia itu sendiri untuk menjadi orang yang yang
bijaksana dalam menjalani keidupan Dengan akal manusia, filsafat memberi pedoman
untuk berfikir, guna memperoleh pengetahuan.
2. Dengan berfilsafat maka manusia akan mampu untuk menghilangkan suatu keraguan
dan keabu-abuan yang sangat berguna dalam mempelajari suatu ilmu pngetahuan agar
tidak mudah goyah dalam pendirian. Dan dengan adanya pendidikan maka muncullah
suatu rasa keingin tahuan lebih dari manusia. Dikarenakan memang semua hal yang
didapatkan manusia diperoleh dari pengajaran. Maka, begitu penting bagi manusia
untuk memulai mendidik diri sendiri dan sesamanya dan merangsang otak mereka
agar mampu berfilsafata tentang apa ilmu pngetauan itu, bagaimana pengetehuan
tersebut, dan untuk apa ilmu pngetauan itu ada dan dipelajari yang diperoleh dengan
cara berfilsafat karena definisi filsafat adalah bidang studi yang mempersoalkan
hakikat segala sesuatu yang ada.
3. Filsafat membantu manusia dalam mengambil keputusan dan tindakan dalam
kehidupannya dan juga filsafat sedikit banyaknya dapat mengurangi kesalahpahaman
dan konflik dalam hickup. Untuk dasar menghadapi banyak kesimpangsiuran banyak
hal dalam dunia yang selalu berubah.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca dapat memahami isi dari
makalah ini dan tentu dapat menambah pengetahuan seputar dunia pendidikan inklusif.
Semoga pembaca bisa terus menggali wawasanya dengan terus mencari referensi lain
selain dari makalah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin, Abdullah Idi (2011), Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Ipank, Suhendra, (2013), Filsfat Manusia
Mohammad Adib, Filsafat ilmu, (Cet 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
13