Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN

“Hakikat IPTEKS dalam pandangan Islam”

Dosen Pengampu : Rikayati,. M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 1 :


Mitha Syarah SR172110046
Afrianto SR172110041
Fitri Handayani SR172110043
Ferdinan Prasetiyo SR172110082

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga kami dapat
menyelesaikan“Makalah Hakukat IPTEKS dalam pandangan islam”. Makalah ini tidak
akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak, oleh karena
itu kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Umi Rikayati sebagai pembimbing
yang telah banyak membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik isi dan susunannya, hal ini disebabkan keterbatasan waktu, wawasan,
ataupun kekhilafan kami. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak untuk kesempurnaan hasil makalah ini. Semoga segenap bantuan, bimbingan dan
arahan yang telah di berikan kepada kami  mendapat balasan dari Tuhan. Harapan kami,
makalah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................................2
C. Manfaat..........................................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................................................3
A. Konsep IPTEKS Dan Peradaban Muslim.........................................................................................3
1. Pengertian IPTEKS dan Peradaban...............................................................................3
2. Wujud dan Prinsip-Prinsip Dasar..................................................................................4
3. IPTEKS sebagai Peradaban Muslim.............................................................................4
B. Hubungan Ilmu, Agama dan Budaya.............................................................................................6
C. Hukum sunnatullah........................................................................................................................8
BAB III...........................................................................................................................................10
PENUTUP......................................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
dalam kehidupan umat manusia. Peradaban Islam pernah mengalami masa-masa
keemasaan, yaitu masa ketika peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya. Hal ini
ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, sehingga
peradaban Islan mampu memimpin peradaban dunia.

Ilmu pengetahuan dan teknologi telah disinggung dari berbagai sisi dalam Al-
Quran dan Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk
menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat. Dikutip dari ucapan Albert Einstein
"Ilmu (dunia) tanpa sinaran agama akan buta, dan agama tanpa ditopang ilmu
pengetahuan dan teknologi akan menjadi lemah".

Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya ilmu pengetahuan
dan teknologi berasal dari Allah SWT, maka penggunaannya pun harus bertujuan untuk
ibadah, yakni mengupayakan terciptanya kenyamanan dan kesejahteraan dalam hidup
baik secara materil maupun spiritual. Juga harus membawa manusia untuk semakin
dekat, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Karena melalui berbagai teori ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian dan percobaan tehadap
berbagai fenomena yang merupakan bagian dari tanda kekuasaan-Nya.

Membahas hubungan ilmu pengetahuan dengan Al-Qur'an diutamakan


meletakkan pada sisi "social psychology" (psikilogi sosial) bukan pada "history of
scientific progress" (sejarah perkembangan ilmy pengetahuan). Bukan dinilai dengan
cabang ilmu pengetahuan yang tersimpul didalamnya, bukan pula dengan menunjukkan
kebenaran-kebenaran teori ilmiah. Tetapi pembahasan hendaknya diletakkan pada
proporsi yang lebih tepat sesuai dengan kemurnian dan kesucian Al-Qur'an dan sesuai
pula dengan logika ilmu pengetahuan itu sendiri.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan IPTEKS dan peradaban muslim ?
2. Bagaimana hubungan ilmu, agama dan budaya ?
3. Hukum sunnatullah (Kausalitas) ?

C. Manfaat
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan IPTEKS dan peradaban islam
2. Untuk mengetahui hubungan ilmu, agama dan budaya
3. Untuk mengetahui hokum sunnatullah (Kausalitas)

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep IPTEKS Dan Peradaban Muslim

1. Pengertian IPTEKS dan Peradaban


IPTEKS merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni. 
Kata “ilmu” berasal dari bahasa Arab ‘ilmu yang memiliki beberapa arti, antara lain
knowledge (pengetahuan), learning (pengajaran), lore (adat dan pengetahuan),
information (pemberitahuan), intellection (kepandaian), dan perception (pendapat).
Jamak dari ‘ilm adalah ‘ulum yang berarti science (ilmu pengetahuan), dan al’ulum yang
berarti natural science (ilmu alam).

Padahal keduanya berbeda. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah hasil cipta,


rasa dan karsa manusia yang berwujud dalam tiga bentuk, yaitu : 

1) Wujud ideal berupa ide, gagasan, nilai, dan norma. 

2) Wujud perilaku berupa aktivitas manusia dalam masyarakat.

3) Wujud benda hasil karya manusia.

Sementara peradaban adalah istilah yang sering dipakai untuk menunjukan


perkembangan  kebudayaan yang mencapai puncaknya, yang berwujud unsur-unsur
kebudayaan yang halus, indah, tinggi, luhur, sehingga masyarakat yang memilikinya
disebut masyarakat yang berperadapan tinggi.  Kaitanya dengan berbagai definisi
tersebut, yang dimaksud dengan peradaban Islan adalah peradaban orang-orang muslim
atau peradaban manusia yang diilhami dan dilandasi oleh nilai-nilai ajaran Islam yang
universal, dalam lapangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, yang
didedikasikan bagi kepentingan dan kemaslahatan umat manusia di muka bumi ini.
Peradaban Islam merupakan bagian dari kebudayaan Islam yang bertujuan memudahkan
dan menyejahterakan hidup manusia di dunia dan di akhirat kelak.

3
2. Wujud dan Prinsip-Prinsip Dasar 
Tanda wujudnya peradaban, menurut Ibnu Khaldun adalah berkembangnya ilmu
pengetahuan seperti fisika, kimia, geometri, aritmetik, astronomi, optik, kedokteran, dan
sebagainya. Wujud sebuah perdaban merupakan produk dari akumulasi tiga elemen
penting seperti berikut : 

 Kemampuan manusia untuk berfikir sehingga menghasilkan ilmu pengetahuan


dan teknologi
 Kemampuan berorganisasi dalam bentuk kekuatan politik dan militer
 Kesanggupan berjuang untuk hidup
 Kemampuan berpikir merupakan fondasi bagi sebuah peradaban. Suatu bangsa
disebut peradaban bagi sebuah peradaban. Suatu bangsa disebut berperadaban jika
masyarakatnya sudah mencapai tingkat kemampuan intelektual tertentu sehingga
mampu meningkatkan taraf kehidupannya.

3. IPTEKS sebagai Peradaban Muslim


Manusia diciptakan Allah SWT dengan seperangkat potensi. Potensi yang paling
istimewa adalah akal pikiran. Dengan akal pikirannya manusia dapat menghasilkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam sejarah
umat manusia, bangsa yang diduga dapat menciptakan ilmu dan teknologi pertama kali
adalah bangsa Sumeria yang hidup kurang lebih 3000 tahun sebelum Masehi. Secara
berturut-turut timbul peradaban Mesopotamia, peradaban Mesir Kuno, peradaban
Yunani, peradaban Romawi, peradaban Persia, peradaban India, peradaban Cina,
peradaban Islam dan akhirnya beralih ke Eropa atau Barat (Madjid, 1984: 52).

Pada masa Nabi Muhammad, Khulafa Rasyidun dan Bani Umayah, ilmu yang
berkembang adalah ilmu-ilmu keagamaan, seperti ilmu Alquran, ilmu hadis, ilmu kalam,
ilmu fiqih, tasawuf, dan ilmu tata bahasa Arab. Contoh ilmu yang muncul saat itu adalah
legalisasi penyusunan Alquran dalam satu mushaf. Yang lainnya yaitu berkembangnya
ilmu kalam/teologi yang ditandai dengan lahirnya golongan-golongan teologis seperti
Khawarij, Syiah dan lainnya.

4
Pada masa Bani Abbasiyah, ilmu yang berkembang tidak hanya pada ilmu
keagamaan melainkan ilmu non keagamaan seperti matematika, kedokteran, astronomi,
fisika, kimia, sastra dan seni yang berkembang dengan pesat. Perkembangan keilmuwan
tersebut disebabkan oleh dukungan penuh penguasa. Umat islam pun secara serius
mengkaji warisan pemikiran ilmiah dan filsafat dari peradaban-peradaban terdahulu
sehingga muncullah ilmuwan-ilmuwan dan filosof-filosof muslim yang juga ahli dalam
keagamaan.

Dengan adanya tersebut, peradaban islam pun mencapai puncaknya bahkan


menjadi kiblat peradaban dunia yang kemudian diambil alih oleh Barat atau Eropa
Adapun ilmuwan-ilmuwan besar yang berpengaruh terhadap perkembangan ilmu ,
yaitu :Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi. Popular disebut “Filosof Arab”, ia menulis
berbagai subjek seliain filsafat, yaitu klasifikasi ilmu pengetahuan dan menulid dua
risalah tentang mineralogy serta risalah tentang metalurgi dan seni pembuatan pedang.
Al-Kindi juga menulis karya dalam bidang geologi, fisika, farmakologi, dan obat-obatan.
Ia juga seorang ilmuwan muslim pertama yang menulis musik. (Myers, 2003: 1-
2)Hunayn bin Ishaq. Merupakan penerjemah terbaik di kota Baghdad pada masa Bani
Abbasiyah. Ia seorang ahli fisika, ia juga menerjemahkan buku-buku berbahasa Yunani
ke dalam bahasa Arab. Selain menerjemah ia juga menulis karya Orisinil di bidang
kedokteran, filsafat, geografi, meteorology, zoology, linguistic, dan keagamaan. (Al-
Hasan & Hill, 1993: 51)Abu Ali bin Ibn Al-Haytsam. Seorang fisikawan muslim dan ahli
matematika ternama. Ia merupakan optik, ia juga menulis karya lebih dari seratus judul,
diantaranya yaitu  atematika, astronomi, dan fisika. Karya-karyanya berpengaruh besar
terhadap perkembangan dunia ilmu pengetahuan dalam islam dan juga Barat. (Heriyanto,
2011: 143)

Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi. Merupakan ilmuwan muslim yang


berkontribusi besar dalam bidang matematika. Ia menulis karya tertua tentang aritmatika
dan aljabar. Dia juga berperan penting dalam memperkenalkan angka-angka Arab yang
disebut algoritma. (Hitti, 2010: 474-475)

Jabir bin Hayyan. Seorang ahli kimia muslim termashur. Dia menerapkan cara pandang
metafisis dan heurmeneutis terhadap unsur-unsur kimia seperti logam dan mineral. Ia

5
dianggap sebagai penemu metode evaporatin, filtration, sublimation, calcination, melting,
distillation, dan crystallization. Ia juga dikenal sebagi pendiri laboratorium kimia
pertama. Dia menulis lebih dari 500 karya ilmiah, diantaranya yaitu filsafat, fisika,
astronomi, astrologi, music, kedokteran, keagamaan, dan kimia. (Heriyanto, 2011: 182)

Abu Al-Abbas Ahmad Al-Farghani. Seorang ahli astronomi muslim terkenal karena
menulis karya tentang pergerakan benda langit. Beberapa karyanya yaitu Ushul Ilm An-
Nujum (Dasar-dasar ilmu Astronomi) dan Al-Madkhal ila ‘Ilm Al-Falak (Pengantar Ilmu
Falak). (Mirza dan Shiddiqi, 1986: 175)

Abu Ali Al-Husaim bin Sina. Biasa disebut Ibnu Sina. Terkenal dalam bidang ilmu
kedokteran, meski juga menguasai filsafat dan kesenian. Ia menulis lebih dari 200 karya
tentang kedokteran, filsafat, geometri, astronomi, teologi, filologi, dan seni. Karyanya
yang terkenal yaitu kitab Asy-Syifa, sebuah ensiklopedia filsafat yang didasarkan pada
tradisi Aristotelian, dan Al-Qanum fi Ath-Thib yang merupakan modifikasi pemikiran
kedokteran Yunani-Arab.

Penerjemah buku-buku ilmiah karangan ilmuwan-ilmuwan muslim ke dalam bahasa


Latin berkontribusi besar bagi lahirnya Zaman kebangkitan Eropa yang dikenal dengan
nama Renaissance. Beberapa orang Eropa juga mengakui bahwa mereka tak mungkin
mengenal kebudayaan dan peradaban seperti sekarang jika tidak mendapat pengaruh dari
intelektual muslim. (Hitti, 2010: 459-461)

D. Hubungan Ilmu, Agama dan Budaya


Mengenai agama dan budaya, secara umum dapat dikatakan bahwa agama
bersumber dari Allah, sedangkan budaya bersumber dari manusia. Agama adalah “karya”
Allah, sedangkan budaya adalah karya manusia. Dengan demikian, agama bukan bagian
dari budaya dan budaya pun bukan bagian dari agama. Ini tidak berarti bahwa keduannya
terpisah sama sekali, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Melalui agama,
yang dibawa oleh para nabi dan rasul, Allah Sang Pencipta menyampaikan ajaran-ajaran-
Nya mengenai hakekat Allah, manusia, alam semesta dan hakekat kehidupan yang harus

6
dijalani oleh manusia. Ajaran-ajaran Allah, yang disebut agama itu, mewarnai corak
budaya yang dihasilkan oleh manusia-manusia yang memeluknya.

Di tengah masyarakat, kita melihat praktek-praktek keberagamaan yang bagi sebagian


orang tidak terlalu jelas apakah ia merupakan bagian dari agama atau budaya. Ambil
contoh tradisi tahlilan. Tidak sedikit di kalangan umat Islam yang beranggapan bahwa
upacara tahlilan adalah kewajiban agama, yang harus mereka selenggarakan meskipun
untuk itu harus berhutang. Mereka merasa berdosa kalau tidak mengadakan tahlilan
ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Padahal yang diperintahkan oleh
agama berkaitan dengan kematian adalah “memandikan, mengkafani, menyalatkan,
mengantar ke makan, memakamkan, dan mendoakan”. Sangat simple dan hampir tidak
memerlukan biaya. Ini berarti bahwa upacara tahlilan pada dasarnya adalah tradisi,
bagian dari budaya bangsa, yang mungkin telah ada sebelum datangnya Islam, yaitu
tradisi kumpul-kumpul di rumah duka, yang kemudian diislamkan atau diberi corak
Islam. Yang perlu dilakukan dalam hal ini adalah membenahi pemahaman dan
penyikapan umat terhadap praktek-praktek keberagamaan seperti itu secara proporsional.

Sekedar perbandingan bisa dikemukakan di sini kewajiban agama yang bernama


qurban (sekali setahun) dan aqiqah (sekali seumur hidup). Qurban dan Aqiqah adalah
perintah agama meskipun kedudukan hukum fikihnya hanya sunnah mu`akkadah. Tapi di
tengah masyarakat muslim secara umum, qurban dan aqiqah ini kalah pamor
dibandingkan dengan tahlilan. Apakah ini berarti umat Islam lebih peduli terhadap urusan
kematian daripada urusan kehidupan? Wallahu ’alam. Yang pasti bahwa “sanksi sosial”
yang dijatuhkan kepada orang yang tidak mengadakan tahlilan lebih keras dibandingkan
dengan orang yang tidak melaksanakan qurban dan aqiqah.

Adalagi produk budaya yang disalahpahami sebagai bagian dari agama sehingga
dianggap sebagai bid’ah. Misalnya kesenian yang bercorak Islam. Banyak puisi madah
nabawi (pujian kepada Nabi) ditulis dalam bahasa Arab, kemudian dilagukan dan diiringi
dengan musik. Lagu dan musik semacam ini di Indonesia disebut lagu atau musik
shalawat. Karena shalawat itu bagian dari ibadah dan kalimat-kalimatnya sudah diajarkan

7
oleh Nabi SAW, maka puisi madah nabawi (yang kalimatnya berbeda dengan yang
diajarkan oleh Nabi), apalagi lagu dan musiknya, serta merta dinilai sebagai bid’ah.
Anehnya, puji-pujian kepada Nabi yang ditulis dalam bahasa Indonesia, yang kemudian
dilagukan dan diiringi musik, tidak dimasukkan dalam katagori bid’ah. Puisi-puisi pujian
untuk Nabi (termasuk yang ditulis dalam bahasa Arab) adalah produk budaya dengan
muatan cinta kepada Rasulullah SAW dan doa kepada Allah SWT.

E. Hukum sunnatullah
Sunnatullah, di dunia moden yang sekular dipanggil law of nature bermacam-
macam persepsi dari kalangan  manusia,  muslim atau non muslim terhadap hukum yang
berlaku kepada alam dan isi kandunganya, ini menggambarkan begitu dangkal akal  yang
tidak  mendapat petunjuk Ilahy mengenal pencipta alam ini dan undang-undang yang
berlaku didalamnya. Al-Qur'an memberikan mesej yang jelas, bahawa hukum yang
berlaku di alam ini diatur oleh Allah s.w.t yang dipanggil sunnatullah dan ia bukan dari
anggapan sebahagian manusia  sebagai hukum semula jadi yang tiada penghujungnya itu.

Persepsi yang terkeluar dari menda yang  dicetak oleh hukum sekular (keduniaan)
yang  menyembah mindanya sendiri. Maka beberapa perkara yang amat perlu
diperhatikan untuk sama-sama kita renungkan, setidak-tidaknya ada tiga persepsi tentang
sunnatullah dari golongan manusia. Pertama patuh secara terpaksa, kedua, patuh
sebahagian dan kufur kepada sebahagian yang lain, ketiga  patuh secara sukarela.

Golongan  pertama adalah mereka yang kufur dan tidak segan silu mengenkari
undang-undang Allah dan buta mata hatinya terhadap hukum pertumbuhan jasadnya dan
apa yang berlaku kepada dirinya, mereka ini kufur dari ketentuan Allah terhadap hukum
yang berlaku kepada dirinya dan pertumbuhan jasadnya. Golongan ke dua, mereka secara
sedar atau tidak atau disebabkan kejahilan tidak memperhatikan hukum pertumbuhan
yang berlaku kepada jasadnya, lantas dengan segala kekeliruanya engkar tehadap hukum
Allah s.w.t. Golongan ketiga mereka yang patuh dengan penuh keimanan dan ketaqwaan,
selalu memperhatikan apa yang berlaku kepada alam ini, mereka sesungguhnya meyakini
sepenuhnya pada dirinya dan hukum pertumbuhan serta perubahan pada jasadnya,
kesemuanya dari sunnatullah.

8
Hukum-hukum yang serba tetap yang mengatur alam ini, maka sesungguhnya
itulah hukum Allah s.w.t. apa yang diistilahkan  Sunnatullah. Kenyataaan ini
diperkukuhkan oleh Al Qur'an. Firman Allah yang bermaksud " Dan Allah mencipta tiap-
tiap sesuatu, lalu ditetapkan padanya hukum- hukumnya" (Q.S Al Furqan:2) Dalam ayat
yang lain ada dinyatakan. Firman Allah yang bermaksud :" Sesungguhnya kami (Allah)
telah mencipta segala sesuatu dengan ketentuan yang pasti" (AlQamar:49)

Hukum-hukum Allah pada makhluknya ada dua jenis yang bertulis dan tidak
tertulis. Hukum Allah yang tertulis itu yang diwahyukannya kepada para Nabi dan Rasul
terhimpun dalam kitab -kitab suci yang empat dan yang terakhir ialah Al Qur'an. Ciri-ciri
khas hukum Allah tertulis ini reaksi waktunya ( time response) lebih panjang, mungkin
lebih panjang dari usia manusia dan tidak dapat diketahui secara ekperimen menurut
persayaratan ilmu. Umpamanya orang yang beriman, beribadah dan yang bertaqwa
dijanjikan kehidupan yang baik, sejahtera dan kebahagiaan, disebaliknya orang yang
zalim, munafiq, fasiq dan kufur (kafir) diancam dengan hukuman kehinaan dan
kebinasaan (azab dan seksa yang amat pedih). Hukum Tuhan pasti berlaku terhadap
kebaikan seseorang yang taat kepada Tuhan dan kehinaan keatas mereka yang durhaka
kepada Tuhan. Maka yang dimaksudkan reaksi waktunya lebih  panjang dari umur
manusia kerana tidak dapat dibuktikan oleh pengamatan akal yang bersifat manusiawi
dan dengan ekperimen.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran
untukmemperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.Dari uraian di atas dapat di
pahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2
(dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran
ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek.
Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya di
jadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Untuk itu setiap muslim
harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk perkembangan iptek dan seni, tetapi harus
tetap menjaga dan tidak merusak yang ada.Yaitu dengan cara mencari ilmu dan
mengamalkanya dan tetap berpegang teguh pada syari’at islam.

B. Saran
Dalam makalah ini penulis memiliki harapan agar pembaca memberikan kritik
dan saran yang membangun. Karena penulis sadar dalam penulisan makalah ini terdapat
begitu banyak kekurangan. Selain itu, penulis juga menyarankan setelah membaca
makalah ini  kita semua dapat lebih memahami tentang hakikat IPTEKS dalam
pandangan islam.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ainiyah, Q., & Karsiyah, K. (2017). Konsep Kesatuan Iman, Iptek dan Amal Menuju
Terbentuknya Insan Kamil dalam Perspektif Pendidikan Islam. Istawa: Jurnal
Pendidikan Islam, 2(2), 77-114.

Sudrajat dkk, Ajat. 2016. Dinul Islam. Yogyakarta: Uny Press

https://makalahblogg.blogspot.com/2019/11/konsep-ipteks-dan-peradaban-islam.html

https://lppi.unisayogya.ac.id/antara-agama-dan-budaya-dalam-perspektif-islam/

11

Anda mungkin juga menyukai