hildahanapi03@gmail.com4
Abstract: Integrating religious knowledge with general knowledge is a longstanding problem, but along with the
development of scientific skills in all fields, the integration of science is the key to success in the world of Islamic
education and makes Islam the mecca of science, this opens up a wide range of opportunities to integrate science.
Universally, science can be classified into three: natural sciences, social sciences, and humanities. the three
sciences are actually rooted in an integrated foundation of science, namely the Qur'an and hadist, showing,
communicating the existence and attributes of god and everything that happens in the universe through its verses.
Science is a collection of knowledge that will be gained through human efforts to understand the world and its
surroundings. The dichotomization of science in the western concept did not last long because it was increasingly
clear that the progress of science led to one source, namely Allah SWT. So we can conclude that although religion
and science are different, however, it does not mean that these two things cannot be integrated, because both
religious knowledge and science all come from Allah SWT.
Abstrak: Mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu umum menjadi persoalan yang berkepanjangan, namun
seiring dengan pengembangan keterampilan ilmiah dalam semua bidang, integrasi ilmu menjadi kunci
keberhasilan dalam dunia pendidikan Islam dan menjadikan Islam sebagai kiblat ilmu pengetahuan, sehingga
terbuka luasnya peluang untuk mengintegrasikan suatu ilmu. Secara universal, ilmu dapat diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu: ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu humaniora. Ketiga ilmu tersebut sebenarnya berakar dari
fondasi ilmu yang terintegratif, yaitu Al-Qur’an dan hadis. Memperlihatkan, mengkomunikasikan keberadaan dan
sifat-sifat allah serta segala sesuatu yang terjadi di alam semesta melalui ayat-ayatnya. Ilmu adalah kumpulan dari
banyaknya pengetahuan yang akan didapat melalui usaha manusia untuk memahami dunia dan sekelilingnya.
Dikotomisasi ilmu dalam konsep barat pun tidak berlangsung dalam waktu yang lama karna semakin jelas
kemajuan ilmu yang mengarah pada satu sumber yaitu Allah SWT. Jadi dapat disimpulkan bahwa meski ilmu
agama dan sains berbeda, namun bukan berarti kedua hal tersebut tidak dapat di integrasikan, karna baik ilmu
agama atau sains semua berasal dari Allah SWT.
A. LATAR BELAKANG
Integrasi ilmu merupakan salah satu solusi dalam mengatasi dikotomisasi ilmu, baik ilmu
agama maupun ilmu pengetahuan keduanya tidak dapat dipisahkan. Namun, dalam masyarakat
kita masih terdapat perbedaan yang signifikan dalam status keilmuan kedua kelompok
keilmuan tersebut. Tentu saja, situasi seperti itu tidak boleh dibiarkan, yang pada gilirannya
mengarah pada masalah yang lebih kompleks dan lebih serius. Sehingga kita harus berusaha,
memecahkan permasalah dikotomi pengetahuan ini dalam sistem yang terintegrasi dan
komperhensif.
Menurut Al-Faruqi, penyebab munculnya pemisahan (dikotomi) antara ilmu
pengetahuan dan ilmu agama yaitu adanya penguasaan politik dan pemerintahan
(imperialisme) dan penguasaan suatu wilayah (kolonialisme) barat terhadap dunia islam serta
Received Mei 30, 2023; Revised Juni 26, 2023; Accepted Juli 25, 2023
* Sufitriyani Sufitriyani, fitrisufit42@gmail.com
Integrasi Islam Dan Ilmu Pengetahuan
pengaruh pendidikan Barat yang pahamnya terpisah dengan agama di dunia Islam. 1 Sebagian
lain beragumen bahwa dikotomi (pembagian) agama dan sains lebih banyak berasal dari
perbedaan keyakinan mereka antara agama dan sains. Agama bersumber dari Tuhan,
sedangkan sains bersumber dari hasil usaha manusia.
Ajaran Islam yang bersifat integral sehingga tidak memisahkan atau mendikotomikan
antara ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan islam, sehingga Agama islam mengajarkan
pentingnya menjaga keseimbangan antara urusan dunia (yang melibatkan pekerjaan,
pendidikan, dan tanggung jawab sosial) dan urusan akhirat (yang melibatkan ibadah, ketaatan
kepada Allah, dan persiapan untuk kehidupan setelah mati). Semua pengetahuan dan ilmu
pengetahuan berasal dari Allah, dan sebagai umat Muslim, kita diwajibkan untuk belajar dan
menggunakan pengetahuan ini untuk kebaikan dunia dan akhirat. manusia untuk
menyeimbangkan antara urusan dunia (umum) dan urusan akhirat (agama). Semua ilmu berasal
dari Allah dan wajib dipelajari serta digunakan untuk meningkatkan kedekatan hamba dengan
Allah.
Seharusnya tidak terjadi pertentangan yang berlebih antara ilmu agama dan ilmu
pengetahuan, keduanya menempati posisi yang mulia sebagai oblek ilmu yang berasal dari
ajaran Tuhan dan kitab suci yang memberikan panduan dan pemahaman tentang hubungan
manusia dengan Tuhan dan tata cara menjalankan kehidupan beragama. Sementara itu, ilmu-
ilmu umum, seperti matematika, sains, dan sejarah, memberikan pemahaman tentang dunia
fisik, alam, dan peradaban manusia.
Keduanya memiliki nilai dan manfaat yang sama pentingnya dalam kehidupan manusia.
Ilmu agama membantu manusia dalam menjalankan ibadah dan memahami nilai-nilai etika dan
moral. Sedangkan ilmu-ilmu umum membantu manusia dalam memahami fenomena alam,
memecahkan masalah, dan mengembangkan teknologi yang bermanfaat untuk kehidupan
sehari-hari. Maka dari itu, sebaiknya tidak ada klaim berlebihan antara ilmu-ilmu agama dan
umum. Keduanya saling melengkapi dan bisa dipelajari secara paralel. Menghargai dan
mempelajari keduanya akan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang dunia
dan kehidupan manusia.
Kitab suci memiliki makna dan kebenaran yang tidak dapat ditandingi. Kitab suci tidak
dapat dianggap kalah atau ketinggalan zaman oleh ilmu pengetahuan modern, karena kedua hal
tersebut memiliki nilai dan kebenaran yang berbeda namun saling melengkapi. Sebagaimana
fenomena alam adalah bukti kebesaran dan kekuasaan Allah, fenomena alam bersifat
1
Akhmad Zamakhsari, Rekontruksi Pemikiran Mulla Sadra Dalam Integrasi Keilmuan, Jakarta, Sakata
Cedikia, 2014, 39-40.
kauniyyah sedangkan Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat yang bersifat Tadwîniyyah (tetap) atau
Qauliyyah(lisan), namun keduanya menyatu dalam statusnya sebagai ayat-ayat Allah, kitab
suci juga merupakan wahyu dan petunjuk-Nya bagi umat manusia.
Arifudin, dalam persoalan paradigma teori pengetahuan (epistemologi) Islam,
penggabungan (integrasi) antara ilmu pengetahuan dan agama merupakan hal yang bisa terjadi,
hal tersebut karena berlandaskan pada konsep Tauhid (Keesaan). Integrasi antara ilmu
pengetahuan dan agama yang diharapkan adalah integrasi yang konstruktif artinya integrasi
yang didasarkan pada nilai Ketauhidan, serta saling sinergitas dan kolaboratif, khususnya ilmu-
ilmu yang berasal dari barat. Dalam konsep barat, ilmu dikelompokan menjadi tiga yaitu: Ilmu
alamiah (natural sociences) terdiri atas ilmu biologi, fisika, kimia dan matematika, Imu sosial,
terdiri dari ilmu sosiologi, sejarah, psikologi dan ilmu antropologi, Ilmu humaniora dengan
cabangnya adalah bahasa, filsafat, sastra dan seni.
Dalam konteks ini sesungguhnya Islam sudah mempunyai ajaran-ajaran tersebut, ajaran
yang komprehensif, utuh, dan global. Kelengkapan inilah yang membuat Islam mampu
mengatasi segala persoalan dan dapat berorientasi dengan perkembangan IPTEK.
B. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian library research atau
penelitian kepustakaan, yaitu dengan literature yang berkaitan dengan Integrasi Islam dan Ilmu
Pengetahuan. Sementara pedekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif analisis, yaitu berusaha memaparkan secara sistematis materi
pembahasan yang berasal dari berbagai sumber demi mendapatkan informasi yang terkait.
Penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber literature yang ada, baik dari buku, jurnal,
tesis, artikel, ataupun penelitian lainnya.
Amin Abdullah menilai ada kesulitan dalam integrasi keilmuan, yaitu kesulitan
dalam integrasi kajian Islam dan umum, yang terkadang tidak selaras satu sama lain.
Kehidupan manusia yang selalu berkembang dengan zaman, dan setiap bangunan
ilmiah, baik itu agama, humanistik, alam, ataupun sosial, yang saling berhubungan.
Oleh karena itu, bekerja sama, saling menyapa, bergantung, mengoreksi, kolaborasi dan
mendisiplinkan dapat menolong individu dalam kehidupannya dan dapat
menyelesaikan masalah dalam kehidupannya.
lebih rinci, Jamaluddin Ancok mengatakan bahwa ada dua perspektif tentang
integrasi ilmu pengetahuan dan agama. Sudut pandang pertama melihat ilmu secara
komperhensif dan mencakup integrasi dengan epistemologi, aksiologi, dan ontologi.
Sudut pandang kedua mengatakan bahwa integrasi hanya terjadi di bidang aksiologi.
Sementara kelompok pertama mengharapkan bahwa agama akan memberikan
perspektif dunia, sumber, dan prinsip ilmu pengetahuan, kelompok kedua
menitikberatkann peran keagamaan sebagai pemberi nilai nilai dalam penerapan ilmu
pengetahuan. Karena sebagian besar dokter juga merupakan imam atau pendeta, sejarah
kedokteran di Barat tidak membedakan agama dari ilmu pengetahuan.
Dikotomi antara agama dan ilmu pengetahuan adalah hasil langsung hasil dari
enlightenment, yang baru terjadi pada zaman modern. Menurut penelitiannya, ahli
psikologi dan psikiater lebih cenderung menggabungkan ilmu pengetahuan dan agama
dalam terapi medisnya. Model psikoanalitik modern yang menerima psikoterapi dapat
ditafsirkan sebagai adanya keinginan untuk mengintegrasikan psikologi dengan agama
(Brad D Strawn)
Terdapat pembahasan menarik menyangkut integrasi ilmu agama dan ilmu
pengetahuan:
a. Sebuah integrasi yang sekedar menyelaraskan ayat Al-quran dengan pengetahuan
ilmiah secara dangkal. Integrasi konstruktif di sini berarti bahwa integrasi tersebut
membuat partisipasi inovatif yang tidak dapat dicapai dengan memisahkan kedua
ilmu tersebut. Atau bahkan pengintegrasi diperlukan untuk menghindari dampak
buruk yang bisa muncul jika keduanya bertindak secara terpisah. Tetapi integrasi
memiliki sisi negatifnya, karena ada penaklukan sebagaimana teologi mengalahkan
sains.
b. Dalam konteks pembagian ilmu, yaitu alam (qauniyah) dan teologis (qauliyah).
Kuntowijoyo berpendapat bahwa ilmu tidak hanya ilmu qauniyah dan qauliyah
tetapi juga ilmu nafsiyah. Jika ilmu qauniyah berkaitan dengan hukum alam, ilmu
qauliyah berkaitan dengan hukum Tuhan, dan ilmu nafsiyah berkaitan dengan
makna, nilai dan kesadaran atau kemanusiaan (humaniora atau hermeneutika).
Dalam proses terbentukan ilmu, Islam tidak menginterpretasikan paham
pemisah (dikotomi) yang membedakan atau memisahkan ilmu islam dengan ilmu
sekuler. Meskipun kebenaran yang terkandung dalam sains adalah kebenaran
ilmiah, namun sains dan wahyu tidak dapat disangkal karena keduanya berasal dari
Allah SWT. Paradigma Islam terhadap ayat Allah, dan ayat qauliyah dan qauniah
(Fenomena Alam) mutlak benar dan tidak dapat dibantah.
Dalam konsep Barat ilmu di kelompokan menjadi 3 yaitu ilmu natural
sociences, ilmu sosial dan ilmu humaniora. Ketiga ilmu tersebut bersifat universal,
islam sendiripun memiliki ajaran yang komperhensif, tetap, dan global, karena
Islam mencakup berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu alam (natural sciences) yang
terdiri atas ilmu matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi, arkeologi dan botani.
Ilmu sosial (social sciences) seperti sosiologi, pendidikan, politik, ekonomi,
sejarah, hukum, antropologi Serta Humaniora seperti filsafat dan psikologi.
Kelengkapannya ini membuat Islam mampu mengatasi segala masalah dan
mengikuti perkembangan ilmu penetahuan dan teknologiIntegrasi dan
Interkoneksitas Ilmu
1) Islam dan Ilmu Kealama (Natural Science)
Melakukan integrasi antara ilmu alam dan agama selama ini nampaknya
dianggap sebagai suatu yang rumit, namun jika kita memahami keduanya,
sebenarnya cara yang dilakukan berbeda namun saling melengkapi dalam mencari
kebenaran. Ilmu alam menggunakan metode observasi, eksperimen, dan kerja rasio
untuk menjelaskan fenomena alam dan mencari pemahaman tentang bagaimana
alam ini berfungsi. Sementara itu, islam menetapkan kitab suci dan sunnah sebagai
dasar kebenaran mutlak dan penuntun kehidupan.
Namun, kita harus ingat bahwa ilmu pengetahuan hanyalah hasil dari
penelitian manusia dan oleh karena itu, tingkat kebenarannya bersifat relative. Kita
juga harus menyadari bahwa Al-Qur'an dan Sunnah mempunyai kebenaran mutlak
yang tidak dapat dipertanyakan. Maka kita sebagai manusia penting untuk
mengetahui bahwa kedua jenis pengetahuan ini memiliki fungsi yang sama dalam
mencari kebenaran dan memahami dunia ini.
Dengan mengintegrasikan ilmu alam dan agama, kita dapat memperoleh
pengetahuan dunia yang lebih luas dan lengkap. Kita dapat menggunakan
Integrasi Islam Dan Ilmu Pengetahuan
pengujian (eksperimental) yang signifikan tidaklah objek konkret itu sendiri, tetapi
sejauh mana objek ini adalah "instasi" yang melibatkan berbagai faktor.
Konsep-konsep yang digunakan oleh ilmu alam sangat berbeda dari
informasi pengalaman yang terbuka bagi setiap individu, sehingga ilmu alam sulit
dipahami oleh mereka yang bukan ahli. Keadaan ini agak paradoksal, karena ilmu
alam membahas hal-hal yang paling nyata dalam pengalaman manusia, yaitu hal-
hal yang dapat diamati secara langsung dan dengan cara yang paling jelas serta tidak
dapat disangkal karena disajikan secara obyektif.
2) Social Sciences (ilmu-ilmu kemasyarakatan)
Nilai- nilai transendental dan ajaran ketuhanan merupakan kerangka
konseptual Islam. Nilai dan ajaran transendental ini membantu umatnya untuk
memahami realitas dan pola perspektif kehidupan selama perjalanan hidup mereka.
Definisi Islam ini lebih memiliki arti sebagai agama yang diwahyukan Allah SWT,
yang mengajarkan dan mengatur hubungan antar manusia, manusia dengan Tuhan,
sesamanya, dan lingkungannya, prinsip-prinsip keyakinan dan peraturan hukum
yang ditetapkan Nabi Muhammad SAW mencakup hubungan -hubungan tersebut,
yang berlaku untuk semua orang.
Nuansa, corak, dan identitas Islam pada akhirnya akan sangat dipengaruhi
oleh perjuangan sosial yang menentukan perkembangan Islam sepanjang sejarah
peradaban manusia. Pada awalnya berfungsi sebagai subjek dalam kehidupan nyata,
Islam berubah menjadi objek dan mengacu pada berbagai undang-undang sosial.
Konteks sosial di mana Islam berkembang dan berkembang sangat mempengaruhi
eksistensinya.
Teori teologis harus diimbangi dengan pendekatan sosial, antropologis, dan
psikologis. PendekatanUmat Islam perlu membekali diri dengan berbagai cara
untuk memahami teks Alquran dalam menghadapi perubahan sosial yang semakin
pesat dewasa ini.
Perkembangan Islam dalam sejarah peradaban umat manusia sangat
ditentukan oleh perjuangan sosial yang pada akhirnya akan sangat berpengaruh
besar dalam memberikan nuansa, gaya, dan identitas Islam. Secara sosiologis, Islam
adalah sebuah fenomena sosio-kultural. Dalam dinamika ruang dan waktu, Islam
yang awalnya berfungsi sebagai subjek pada tingkat kehidupan nyata, berlaku
sebagai objek dan sekaligus berlaku bagi berbagai hukum sosial.
Kesimpulan
Islam tidak mengenal pemisahan (dikotomi) esensial antara "pengetahuan agama" dan
"pengetahuan umum". Berbagai disiplin ilmu dan sudut pandang intelektual yang
dikembangkan dalam Islam memang mengandung struktur hierarki tertentu, tetapi struktur
hierarki tersebut.
Secara tegas antara ilmu agama dan pengetahuan umum islam tidak memisahkan
(dikotomi) Islam mengakui bahwa pengetahuan agama dan pengetahuan umum saling
melengkapi dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam Islam, pengetahuan dianggap
sebagai anugerah Allah yang harus diperoleh dan dipelajari oleh umat manusia dalam segala
aspek kehidupan mereka. Oleh karena itu, Islam, tidak ada pemisahan yang esensial antara
pengetahuan agama dan pengetahuan umum
Integrasi Ilmu merupakan kesatuan yang nyata antara prinsip atau nilai agama dengan
ilmu atau pengetahuan umum dengan firman Allah mencakup segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini yang menunjukkan dan mengungkapkan eksistensi dan sifat-sifat Allah. Pada
dasarnya semua pengetahuan berasal dari Tuhan yang mahakuasa, itu sebabnyaAl-Qur'an dan
Sunnah sebagai sumber inspirasi bagi para cendikiawan muslim dalam mempelajari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
DAFTAR REFERENSI
Bagir, Zainal Abidin Bagir, dkk, 2005, Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasi dan Aksi,
Bandung: PT Mizan Pustaka.
Didiharyono D, dkk, 2021, Integrasi Keilmuan antara Sains & Teknologi dengan Agama (Suatu
Konsepsi dalam Upaya Mengikis Dikotomi Ilmu), Makasar: Liyan Pustaka Ide
Makasar.
Edison dan Irwan Fathurrochman, 2020, Pendidikan Sebagai Median Integrasi Agama dan
Sains DalamEra Revolusi Industri 4.0, Jurnal Literasiologi, vol. 3, No.1,
https://jurnal.literasikitaindonesia.com/index.php/literasiologi/article/view/76/100,
179.
Gade, Fithriani, 2020, Integrasi Keilmuan Sains & Islam, Aceh: Ar-Raniry Press.
Hasbullah, Integrasi Al-Qur’an Dalam Ilmu Sosial (Kontekstualitas Al-Qur’an dalam
Kehidupan Bermasyarakat), Jurnal Kajian Ilmu Al-Qura’an dan Tafsir, Vol. 1, No. 1,
2021, http://ojs.stiudq.ac.id/JUQDQ/article/view/69-1, 11-13.
Lubis, Chairul Azmi, 2022, Integrasi dan Interkoneksi Ilmu Pendidikan Islam Transformatif
Dengan Rumpun Humaniora dan Ilmu Kealaman Teknologi, Jurney-Liaison Academia
and Society, Vol. 1, No.1, https://j-las.lemkomindo.org/index.php/BCoPJ-
LAS/article/view/14, 136.
Mu’adz, dkk, 2016, Islam dan Ilmu Pengetahuan, Sidoarjo: Umsida Press.
Mustopo, Ali, Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan, Jurnal Pendidikan, Vol. V, No.2, 2017,
83-107.
Nasrullah, 2015, Integrasi Agama dan Ilmu Alam, Jurnal Pemikiran dan Hukum Islam, Vol.2,
No. 2, https://e-journal.stisbima.ac.id/index.php/ittihad/article/view/8, 22.
Nurdiana, 2016, Ilmu Alamiah Dasar, Lombok; Pustaka Lombok.
Purba, Jhon Hericson, dkk, 2023, Design Problem Based Learning (PBL) For Humaniora
Competition, Batam: Polibatam Press.
Tampubolon, Ichwansyah, 2019, Islamic Studies Dalam Perspektif Ilmu-Ilmu Humanioran,
Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Keislaman, Vol.4, No. 4, http://jurnal.um-
tapsel.ac.id/index.php/al-muaddib/article/view/1204, 265.
Thahir, A. Halil, 2015, Ijtihad Maqosidi Rekontruksi Hukum Islam Berbasis Interkoneksitas
Maslahah, Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara.
Zamakhsari, Akhmad, 2014, Rekontruksi Pemikiran Mulla Sadra Dalam Integrasi Keilmuan,
Jakarta: Sakata Cedikia.
Zulfis, 2019, Sains dan Agama, Dialog Epistemologi Nidhal Goussoum dam Ken Wilber,
Cipitat: Sakata Cendikia.