Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY TERHADAP KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI


JARINGAN TUMBUHAN KELAS XI MIPA SMA NEGERI 1 MAROS

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH
ANDI NURAFIAH PALLAWARUKKA
105441105718

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang

berjudul “Pengaruh Model Guided Inquiry Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

Peserta Didik Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Kelas XI MIPA SMA

Negeri 1 Maros” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulis proposal penelitian ini adalah untuk mempelajari

cara pembuatan skripsi pada Universitas Muhammadiyah Makassar dan untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan jurusan Pendidikan Biologi. Pada kesempatan

ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan moril dan materil sehingga proposal penelitian ini dapat

selesai. Ucapan terimah kasih ini penulis tujukan kepada:

1. Bapak Muhammad Wajdi, S.Pd., M.Pd., selaku selaku dosen pembimbing I

atas bimbingan dan saran yang diberikan.

2. Ibu Nurul Fadhilah, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II atas bimbingan

dan saran yang diberikan.

3. Orang tua, saudara, dan sahabat atas doa, serta kasih sayang yang selalu

tercurahkan selama ini.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik

mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para

i
pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal

penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berharap semoga

proposal penelitian ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan.

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..............................................................................................

Kata Pengantar...............................................................................................i

Daftar Isi........................................................................................................iii

Daftar Tabel...................................................................................................iv

Daftar Gambar...............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...............................................................................4
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS......................................................................................6

A. Kajian Teori.........................................................................................6
B. Kerangka Berpikir..............................................................................23
C. Hasil Penelitian Relevan.....................................................................25
D. Hipotesis Penelitian............................................................................27
E. Hipotesis Statistik...............................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................29

A. Jenis Penelitian...................................................................................29
B. Lokasi Penelitian................................................................................29
C. Populasi dan Sampel Penelitian..........................................................29
D. Desain Penelitian................................................................................31
E. Variabel Penelitian..............................................................................32
F. Defenisi Operasional Variabel............................................................33
G. Prosedur Penelitian.............................................................................34
H. Instrumen Penelitian...........................................................................35
I. Teknik Pengumpulan Data.................................................................38
J. Teknik Analisis Data..........................................................................39
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Guided Inquiry...............................................7

Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis............................................14

Tabel 3.1 Populasi Penelitian.........................................................................30

Tabel 3.2 Sampel Penelitian...........................................................................31

Tabel 3.3 Desain Penelitian............................................................................31

Tabel 3.4 Kriteria Pemberian Nilai Kemampuan Berpikir Kritis...................36

Tabel 3.5 Kriteria Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Tes..........................40

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir.......................................................................25

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kemampuan yang wajib untuk dimiliki peserta didik dalam

menghadapi tantangan hidup pada abad ke-21 ini ialah kemampuan berpikir kritis.

Kemampuan berpikir kritis peserta didik di Indonesia sangat menurun sejak

terjadinya pandemi covid-19 yang mengharuskan melakukan kegiatan

pembelajaran secara daring yang mengakibatkan peserta didik mengalami

penuruan motivasi belajar dikarenakan peserta didik harus belajar di rumah bukan

dengan teman sebayanya seperti yang mereka lakukan di sekolah. Hal ini

menyebabkan terjadinya learning loss atau berkurangnya pengetahuan dan

keterampilan secara akademi peserta didik, yang sangat berdampak pada

kemampuan berpikir kritis peserta didik yang juga semakin menurun.

Masalah yang sering terjadi pada pendidikan formal adalah masih

rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik. Pada proses pembelajaran

guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan mengarahkan peserta didik

untuk menghafal, sedangkan guru masih jarang mengarahkan peserta didik untuk

berpikir kritis.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Maros

diperoleh masih banyak peserta didik yang mendapat hasil belajar yang rendah

pada materi biologi di kelas XI MIPA di mana KKM yang harus dicapai yaitu 80

dan masih terdapat peserta didik yang belum mencapai KKM tersebut, yakni

1
sebanyak 45 %. Menurut Ramdani (2018 : 43) dalam penelitiannya menyatakan

terdapat korelasi antara kemampuan berpikir kritis dengan hasil belajar, jika

peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi maka hasil

belajarnya juga meningkat.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Maros

diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan saat ini masih didominasi

oleh guru sedangkan peserta didik pasif mendengarkan dan menyalin, dimana

sesekali guru bertanya dan sesekali peserta didik menjawab, sehingga peserta didik

kurang mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka yang seharusnya

didapat dalam penemuan dan proses berpikir yang dilakukan selama proses belajar

mengajar. Hal tersebut menyebabkan peserta didik menjadi jenuh dan bosan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena model pembelajaran yang digunakan guru

kurang memicu keaktifan peserta didik.

Materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan menjadi salah satu materi

pada mata pelajaran biologi yang sulit untuk dimengerti peserta didik. Materi

struktur dan fungsi jaringan tumbuhan memiliki banyak sub-bab yang sulit untuk

diingat dan dipahami oleh peserta didik. Hal tersebutlah yang membuat peserta

didik mengalami kesulitan dalam memahami materi struktur dan fungsi jaringan

tumbuhan.

Oleh karena itu, perlu adanya pembaruan dalam model pembelajaran yang

digunakan guru yaitu lebih interaktif dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis peserta didik selama proses pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang

dianggap mampu dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik

2
yaitu model pembelajaran Guided Inquiry yang dapat membantu peserta didik

dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan pemahaman

dan pengetahuan, serta keaktifan dalam mendapatkan pengetahuan.

Model pembelajaran Guided Inquiry (inkuiri terbimbing) adalah model

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, peserta didik dilatih untuk

mengembangkan kemampuan berpikir, khususnya kemampuan untuk berpikir

kritis. Selain itu, dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik.

Pembelajaran dengan inkuiri terbimbing melalui kegiatan mengobservasi,

menduga sementara (hipotesis), menganalisa, menyimpulkan serta

mengkomunikasikan akan membuat aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran bertambah aktif. Menurut Safitri (2020 : 25) hasil penelitiannya

menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil pre-test dan

post-test, sehingga terdapat pengaruh pada model pembelajaran inkuiri terbimbing

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu menurut hasil penelitian

Parwati (2020 : 49) bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing

meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Berdasarkan pemaparan tersebut diharapkan model Guided Inquiry

mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, maka dari itu

peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang “Pengaruh Model

Guided Inquiry Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Materi

Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Kelas XI MIPA SMA Negeri 1

Maros”

3
B. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang yang telah dikemukakan, maka diperoleh

rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh model Guided Inquiry terhadap kemampuan berpikir

kritis peserta didik materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan kelas XI

MIPA SMA Negeri 1 Maros?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan

menggunakan model Guided Inquiry materi struktur dan fungsi jaringan

tumbuhan kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Maros?

C. Tujuan Penelitian

Berdasar pada rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka diperoleh

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh model Guided Inquiry terhadap kemampuan

berpikir kritis peserta didik materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan

kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Maros.

2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar

dengan menggunakan model Guided Inquiry materi struktur dan fungsi

jaringan tumbuhan kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Maros.

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang terlibat.

4
1. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan masukan

dalam mengguanakan model pembelajaran yang diharapkan mampu

membantu proses pembelajaran.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan

dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

3. Bagi peserta didik

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dalam memecahkan suatu masalah.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai bahan informasi dan

rujukan dalam melakukan penelitian yang sejenis ataupun yang berhubungan.

5
BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Guided Inquiry

a. Pengertian Model Pembelajaran Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)

Menurut Susilawati (2019 : 47) model pembelajaran inkuiri

terbimbing merupakan model pembelajaran atau cara yang dipergunakan

guru untuk mengajar di depan kelas yang menekankan peserta didik

kepada mencari dan menemukan sendiri inti dari materi pelajaran dengan

bimbingan guru, namun guru berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran

dengan inkuiri terbimbing melalui kegiatan mengobservasi, menduga

sementara (hipotesis), menganalisa, menyimpulkan serta

mengkomunikasikan akan membuat aktivitas peserta didik dalam proses

pembelajaran bertambah aktif.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model

pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa dilatih untuk

mengembangkan kemampuan berpikir, khususnya kemampuan untuk

berpikir kritis. Selain itu, dapat meningkatkan semangat belajar siswa.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan agar para siswa bebas

mengembangkan konsep yang mereka pelajari. Siswa diberi kesempatan

untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi secara individu atau

6
berkelompok, di dalam kelas siswa dilatih untuk berinteraksi dengan

kawan sebayanya untuk saling bertukar informasi (Dewi, 2020 : 197).

Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah usaha

menghidupkan rasa ingin tahu. Model inkuiri terbimbing melibatkan

semua keahlian siswa guna menganalisis secara kritis, sistematis, logis,

serta analitis hal ini menyebabkan siswa lebih aktif melakukan eksperimen

untuk memecahkan permasalahan. Model pembelajaran inkuiri terbimbing

yaitu proses pembelajaran dengan melibatkan mental dan fisik dengan

melakukan observasi untuk menemukan dan mencari jawaban pertanyaan

berupa informasi ilmiah untuk memecahkan permasalahan yang sudah

dirumuskan. Model ini menjadikan siswa menjadi cerdas, kritis, dan

memiliki wawasan yang luas (Indawati, 2021 : 100).

Menurut Rusyadi (2021, 63) inkuiri terbimbing merupakan bagian

dari metode inkuiri. Inkuiri terbimbing perlu diterapkan untuk melatih

peserta didik dalam menyelidiki dan menganalisis permasalahan yang

berkaitan sebelum mencari pemecahan masalah tersebut, sehingga

pembelajaran mengajak peserta didik terlibat langsung dalam proses

penyelidikan konsep, menganalisis masalah, dan memecahkan masalah.

Proses bimbingan dalam inkuiri dimulai sejak masalah diperkenalkan

kepada peserta didik sampai dengan perserta didik mampu memecahkan

masalah tersebut, sehingga proses pembelajaran dengan menerapkan

metode inkuiri terbimbing dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang

ideal, teratur, dan sangat membuat siswa aktif dalam proses nya. Proses

7
penyelidikan inkuiri terbimbing membuat perserta didik menyelidiki

fenomena-fenomena dan konsep-konsep agar menemukan masalah yang

berkaitan dengan fenomena dan konsep yang disajikan. Selain itu, peserta

didik juga dibimbing untuk menganalisis masalah tersebut, sehingga pada

akhirnya peserta didik dapat menyelesaikan masalah pada fenomena dan

konsep yang tersaji. Penyelidikan yang dilakukan peserta didik sangat

melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi perserta didik, sehingga

penerapan metode inkuiri terbimbing sangat signifikan melatih

kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik.

b. Karakteristik Guided Inquiry

Menurut Kuhlthau dan Todd (2006) dalam Islami (2016 : 116),

inkuiri terbimbing memiliki 6 karakteristik, yaitu:

1) Siswa belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu berdasarkan

pengalaman.

2) Siswa belajar dengan aktif membangun apa yang telah diketahuinya.

3) Siswa mengembangkan daya pikir yang lebih tinggi melalui petunjuk

atau bimbingan pada proses belajar.

4) Perkembangan siswa terjadi pada serangkaian tahap.

5) Siswa memiliki cara belajar yang berbeda satu sama lainnya.

6) Siswa belajar melalui interaksi sosial.

c. Langkah-langkah Guided Inquiry

Langkah-langkah model pembelajaran Guided Inquiry sebagai

berikut:

8
Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Guided Inquiry
Tahap Aktivitas
pembelajaran Guru Siswa
Introduction 1. Memperkenalkan dan 1. Memperhatikan apa
(pembukaan) mengarahkan siswa yang disampaikan
terhadap topik yang guru.
akan dipelajari. 2. Menjawab pertanyaan
2. Menemukan yang diajukan guru.
pengetahuan awal
yang dimiliki siswa
terhadap topik.
3. Menemukan
kesalahan konsep
yang dimiliki siswa.
Questioning Menuntut siswa Merumuskan
(permasalahan) merumuskan permasalahan dan
permasalahan dan hipotesis.
hipotesis.
Planning Menuntut siswa untuk 1. Membuat prosedur
(perencanaan) merencanakan eksperimen.
eksperimen dengan 2. Menentukan alat dan
beberapa pertanyaan: bahan yang
 Apa bahan dan alat dibutuhkan.
yang kalian 3. Menentukan teknik
butuhkan? observasi yang akan
 Apa prosedur yang dilakukan.
akan kalian lakukan 4. Menentukan teknik
untuk mengumpulkan merekam data.
data?

9
 Bagaimana kalian
melakukan observasi
dan merekam data?
Implementing 1. Menuntut siswa 1. Menggunakan alat dan
(pengimpleme dalam menggunakan bahan.
ntasian) alat dan bahan. 2. Melakukan prosedur
2. Menuntut siswa eksperimen.
dalam melakukan 3. Melakukan kegiatan
prosedur eksperimen. observasi dan
3. Menuntut siswa merekam data yang
dalam diperoleh.
mengobservasikan
dan merekam data.
Concluding Menuntut siswa untuk Merumuskan kesimpulan
(penyimpulan) merumuskan suatu berdasarkan bukti-bukti
kesimpulan berdasarkan yang didapat dan hipotesis
bukti-bukti yang didapat yang telah dirumuskan.
dan hipotesis yang telah
dirumuskan.
Reporting Menutut siswa dalam Melapor hasil yang telah
(pelaporan) melaporkan hasil diperoleh dalam bentuk
eksperimen yang telah makalah, dan dipresentasi
dilakukan melalui kepada teman-temannya
kegiatan diskusi. dengan menggunakan
media.
(Sumber Jundu, 2020 : 105)

d. Kelebihan dan Kekurangan Guided Inquiry

Menurut Indawati (2021 : 103) pembelajaran memanfaatkan model

inkuiri terbimbing memiliki kelebihan yaitu:

1
1) Mampu membangun potensi yang dimiliki oleh siswa

2) Memahami inti dari materi pembelajaran beserta pengembangannya

3) Mampu mengembangkan bakat siswa, serta pembelajaran berpusat

pada siswa

4) Memotivasi siswa untuk berpikir dalam merumuskan hipotesis

Menurut Amijaya (2018: 96) meskipun inkuiri terbimbing

memiliki kelebihan, namun inkuiri terbimbing juga memiliki kelemahan.

Diantaranya, ketika proses pembelajaran pendidik sulit mengontrol

kegiatan dan keberhasilan peserta didik jika kelas yang diajarkan memiliki

jumlah peserta didik yang cukup banyak. Setiap peserta didik memiliki

karakteristik berbeda-beda, sehingga tidak semua peserta didik mampu

untuk menerima proses pembelajaran.

2. Kemampuan Berpikir Kritis

a. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berpikir diartikan

sebagai proses penggunaan akal budi untuk mempertimbangkan dan

memutuskan sesuatu. Sedangkan kritis sebagai kata sifat diartikan sebagai

tajam dalam penganalisisan. Maka kemampuan berpikir kritis merupakan

kemampuan yang menggunakan pemikiran yang masuk akal (logis) dan

memiliki fokus untuk memutuskan langkah apa yang harus dilakukan

dengan analisis yang tajam dalam mencari solusi terhadap permasalahan

yang dihadapi dalam pembelajaran (Tarmidzi, 2019 : 55).

1
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat

esensial, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan. Oleh karena

itu, kemampuan berpikir kritis ini menjadi sangat penting sifatnya dan

harus ditanamkan sejak dini baik di sekolah, di rumah maupun di

lingkungan masyarakat. Dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil

yang optimal dibutuhkan berpikir secara aktif. Hal ini berarti proses

pembelajaran yang optimal membutuhkan pemikiran kritis dari si

pembelajar. Oleh karena itu, berpikir kritis sangat penting dalam proses

kegiatan pembelajaran (Ahmatika, 2016 :377-375).

Menurut Prasetyo (2020:15) berpikir kritis merupakan suatu proses

yang tujuannya membantu kita untuk mengambil keputusan dari apa yang

kita percaya dan yang harus kita lakukan. Berpikir kritis membuat

seseorang menjadi aktif karena melibatkan berbagai aspek kemampuan

yang dimilikinya.

Menurut Ahmatika (2016 : 375) berpikir kritis merupakan proses

berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai kualitas

pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif,

independen, jernih, dan rasional. Berpikir kritis adalah memberdayakan

keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses

tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan

mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu

dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan

kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat

1
keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif

dalam konteks dan tipe yang tepat.

Menurut Pierce and associates dalam Marudut (2020: 579)

beberapa karakteristik yang diperlukan dalam berpikir kritis, yaitu:

1) Kemampuan untuk menarik kesimpulan dari pengamatan

2) Kemampuan untuk mengidentifikasi asumsi

3) Kemampuan untuk berpikir secara deduktif

4) Kemampuan untuk membuat interpretasi secara logis

5) Kemampuan untuk mengevaluasi argumentasi mana yang lemah dan

mana yang kuat

b. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Ennis dalam Marudut (2020: 579) terdapat dua belas

indikator berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kemampuan

berpikir yaitu:

1) Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification);

memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen pertanyaan, bertanya

dan menjawab pertanyaan.

2) Membangun keterampilan dasar (basic support); apakah sumber dapat

dipercaya/ tidak, mengamati dan mempertimbangkan laporan hasil

operasi.

3) Membuat inferensi (inferring); mendedukasi dan mempertimbangkan

hasil dedukasi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi,

menentukan pertimbangan.

1
4) Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification);

mendefinisikan istilah, mengidentifikasi asumsi-asumsi.

5) Mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics); memutuskan

suatu tindakan, berinteraksi dengan orang lain.

Berdasarkan hal tersebut terdapat lima kemampuan berpikir yaitu

memberikan penjelasan sederhana dan membangun keterampilan dasar,

membuat inferensi, membuat penjelasan lebih lanjut, mengatur strategi

dan taktik.

3. Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan

a. Jenis Jaringan pada Tumbuhan

Berdasarkan sifatnya, ada dua macam jaringan yang menyusun

organ dalam tubuh tumbuhan, yaitu jaringan muda dan jaringan dewasa.

Jaringan muda lazim disebut dengan istilah meristem. Meristem

mempunyai sifat selalu membelah sehingga mempunyai fungsi menambah

panjang maupun diameter organ tumbuhan. Pertumbuhan yang dilakukan

oleh jaringan muda yang letaknya dibagian ujung batang dan akar dikenal

sebagai perumbuhan primer dan semua jaringan yang terbentuk disebut

jaringan primer. Semua sel yang menyusun tubuh tumbuhan dewasa

berasal dari kegiatan sel-sel jaringan muda. Pada proses pencapaian

dewasa, sel-sel tersebut tidak hanya bertambah volumenya, tetapi struktur

lebih termodifikasi untuk fungsi fisiologis tertentu pada tumbuhan dewasa

(Nugroho, 2021 : 2).

1) Jaringan Meristem (Jaringan Muda/Embrional)

1
Pertumbuhan pada tumbuhan tidak bisa dipisahkan dari peran

dan fungsi jaringan meristem. Jaringan meristem telah mendorong

terjadinya pertumbuhan pada tumbuhan, baik itu pertumbuhan

primer maupun pertumbuhan sekunder. Jaringan meristem atau

disebut juga jaringan embrional adalah jaringan yang sel-selnya aktif

membelah secara mitosis, sehingga tumbuhan mengalami

pertambahan tinggi dan volume.

Jaringan meristem memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a) Terdiri atas sel-sel muda yang aktif membelah dan berukuran

kecil.

b) Susunan selnya sangat rapat, sehingga tidak memiliki ruang

antarsel.

c) Bentuk selnya bulat, lonjong, poligonal, kuboid, atau

prismatik, dengan dinding sel yang tipis.

d) Sel-selnya memiliki banyak protoplasma yang memenuhi isi sel.

e) Sel-selnya memiliki satu atau dua inti sel yang berukuran besar.

f) Vakuola selnya sangat kecil atau tidak ada sama sekali, dengan

plastida yang belum matang atau berupa proplastida.

g) Sel-selnya belum mengalami diferensiasi atau spesialisasi dalam

mendukung fungsi tertentu pada tumbuhan.

h) Beberapa berfungsi sebagai jaringan penyimpan makanan.

Jaringan meristem berfungsi sebagai jaringan embrionik untuk

membentuk sel- sel baru. Sel-sel baru ini nantinya akan berdiferensiasi

1
menjadi jaringan lain. Pada jaringan meristem, tidak ditemukan fungsi

khusus seperti pada jaringan dewasa. Akan tetapi, keberadaan jaringan

meristem sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan

tumbuhan. Hal ini dikarenakan jaringan meristem menjadi kunci

terbentuknya jaringan dewasa melalui proses diferensiasi atau

spesialisasi.

Berdasarkan asal-usulnya, jaringan meristem dibagi menjadi

dua, yaitu meristem primer, dan meristem sekunder.

a) Meristem primer

Meristem primer merupakan jaringan yang berasal dari

perkembangan promeristem (bagian awal dari meristem yang

sudah ada, yaitu berupa daerah kecil pada ujung akar dan

ujung batang). Meristem primer memiliki sel-sel yang berkembang

langsung dari sel-sel embrionik yang terdapat di ujung batang dan

ujung akar. Meristem primer menyebabkan pertumbuhan primer,

yaitu pertumbuhan vertikal yang mengakibatkan perpanjangan

batang dan akar.

b) Meristem skunder

Meristem sekunder merupakan jaringan yang berasal dari

sel-sel dewasa yang berubah sifatnya menjadi sel-sel

meristematik. Sel-sel meristem sekunder berbentuk pipih atau

prisma dan memiliki vakuola yang besar di bagian tengahnya.

1
Contohnya adalah kambium vaskuler dan cambium gabus

(felogen).

Jaringan meristem dapat dibedakan berdasarkan posisinya

pada tubuh tumbuhan dan berdasarkan asal-usulnya.

a) Meristem apikal

Meristem apikal adalah meristem yang terletak di ujung

batang utama, ujung lateral, dan ujung akar. Pertumbuhan

meristem apikal menyebabkan pertambahan panjang (tinggi)

pada tumbuhan, baik ke arah atas pada apikal batang maupun ke

arah bawah pada apikal akar. Pertumbuhan ini disebut

pertumbuhan primer.

b) Meristem interkaler atau aksiler

Meristem interkalar adalah meristem yang terletak

diantara jaringan dewasa atau jaringan yang sudah terdiferensiasi.

Meristem interkalar dapat ditemukan pada pangkal ruas batang

tumbuhan golongan rumput-rumputan (Poaceae), beberapa

anggota spesies dari Caryophyllaceae dan Polygonaceae, serta

paku ekor kuda (Equisetum sp.). Meristem interkalar menyebabkan

ruas batang bertambah panjang dan juga menyebabkan

terbentuknya bunga. Jaringan yang terbentuk dari meristem

interkalar termasuk jaringan primer.

c) Meristem lateral

1
Jaringan meristem lateral atau juga disebut meristem

samping, adalah jaringan meristem yang terletak sejajar dengan

permukaan organ, contohnya kambium dan kambium gabus.

Jaringan meristem ini berfungsi sebagai jaringan yang membelah

dan memperbesar diameter batang tanaman. Pertumbuhan jaringan

meristem lateral yang menuju arah samping memungkinkan

tumbuh besarnya batang tanaman. Pertumbuhan jaringan meristem

lateral lazim disebut pertumbuhan sekunder. Oleh karena itu,

jaringan ini pun kerap disebut jaringan sekunder.

2) Jaringan Permanen (Jaringan Dewasa)

Jaringan embrional atau jaringan meristem akan berkembang

menjadi jaringan dewasa atau jaringan permanen. Jaringan dewasa

adalah jaringan yang sudah mengalami diferensiasi menjadi bentuk

lain sesuai dengan fungsinya. Jaringan dewasa memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a) Tidak melakukan aktivitas pembelahan.

b) Sel-selnya berukuran relatif besar dibandingkan dengan sel-sel

meristem.

c) Mengalami penebalan pada dinding sel sesuai dengan fungsinya.

d) Sel-selnya memiliki vakuola yang besar, sehingga mengandung

sedikit sitoplasma.

e) Terdapat ruang antarsel.

f) Kadang-kadang, sel-selnya telah mengalami kematian.

1
Berdasarkan fungsinya, jaringan dewasa dibagi menjadi

lima macam, yaitu jaringan pelindung (epidermis), jaringan dasar

(parenkim), jaringan pengangkut (vaskuler), jaringan penyokong

(penguat), dan jaringan sekretoris.

a) Jaringan pelindung (epidermis)

Jaringan epidermis selalu terletak paling luar pada setiap

organ tumbuhan. Jelas artinya bahwa fungsi lapisan epidermis

adalah melindungi bagian dalam organ bersangkutan dari keadaan

seperti hilangnya air karena penguapan, kerusakan mekanik,

perubahan suhu, dan hilangnya zat-zat makanan.

Jaringan epidermis memiliki beberapa ciri antara lain:

 Terdiri dari sel-sel hidup;

 Berbentuk persegi panjang;

 Sel-selnya rapat tanpa ruang antarsel;

 Tidak memiliki klorofil; dan

 Mampu membentuk modifikasi jaringan epidermis. Beberapa

modifikasi epidermis antara lain adalah stomata, spina (duri),

sel kipas, sel kersik, dan trikomata (rambut-rambut).

Lapisan epidermis menjadi jaringan yang tipis (umumnya 1

lapis sel) dan karena lokasinya tersebut, epidermis menjadi tempat

untuk terjadinya pertukaran zat. Pada batang dan daun (atau bagian

manapun dari tumbuhan yang berada di atas tanah) sebenarnya

1
lapisan epidermis dilindungi oleh kutikula (senyawa lemak)

sebagai pelindung tambahan, terutama membantu tumbuhan

menekan laju penguapan air dari daun, batang, dan biji. Selain itu

pula melindungi dari patogen, kerusakan akibat gangguan

fisik/mekanis.

b) Jaringan dasar (parenkim)

Jaringan dasar dikenal dengan istilah parenkim. Disebut

jaringan dasar karena jaringan ini ditemukan hampir di setiap

bagian tumbuhan baik pada akar, batang, daun, daging buah, atau

endosperm. Begitu pula jaringan ini dapat ditemukan di setiap

jenis tumbuhan. Pada batang yang dipotong melintang, Anda amati

bahwa sebagian besarnya pasti adalah jaringan dasar ini.

Alasan selain itu karena parenkim juga terdapat di antara

jaringan lain misalnya di antara xylem dan floem.

Ciri-ciri jaringan parenkim yang membedakanya dengan

jaringan lain adalah:

 Sel-selnya merupakan sel hidup yang berukuran besar dan

tipis, serta umumnya berbentuk segi enam;

 Memiliki banyak vakuola;

 Letak inti sel mendekati dasar sel;

 Mampu bersifat merismatik karena dapat membelah diri; dan

2
 Memiliki ruang antar sel yang banyak sehingga letaknya tidak

rapat.

Jaringan dasar ini dapat ditemukan di setiap tumbuhan,

maka fungsi jaringan ini berbeda-beda untuk setiap tumbuhan yang

berbeda. Misalnya pada tumbuhan kaktus, jaringan dasar akan

berfungsi menyimpan air. Pada tumbuhan eceng gondok, jaringan

dasar/parenkim akan menyimpan udara pada ruang antar sel. Pada

umbi- umbian, maka jaringan dasar akan berfungsi menyimpan

cadangan makanan.

c) Jaringan pengangkut (vaskuler)

Jaringan pengangkut adalah jaringan yang berfungsi untuk

mengangkut air dan garam mineral, serta hasil fotosintesis.

Jaringan pengangkut terdiri atas xilem dan floem.

 Xilem

Xylem (pembuluh kayu) berfungsi untuk menyalurkan

air dan unsur hara dari akar ke daun. Xylem merupakan

jaringan pengangkut yang rumit. Xylem tersusun dari

parenkim dan serabut, serta trakeid, dan komponen pembuluh

(trakea). Sebagaimana telah diulas di atas, trakeid adalah sel-

sel tumbuhan yang dindingnya mengalami lignifikasi

(penebalan oleh senyawa lignin) dan sel-selnya akan mati

setelah dewasa. Trakea yang membentuk xylem merupakan

2
sel-sel silinder yang mati setelah dewasa, bagian ujungnya

saling menyatu membentuk sebuah tabung pengangkut air

bersel banyak. Dinding ujung (kadang-kadang juga dinding

samping) komponen pembuluh ini berlubang-lubang yang

merupakan tempat air lewat dengan bebas dari satu sel ke sel

lain.

 Floem

Floem (pembuluh tapis) merupakan jaringan yang

berfungsi mengangkut lalu menyalurkan zat-zat makanan hasil

fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Jaringan

floem sangat rumit, terdiri atas berbagai macam bentuk sel dan

diantaranya ada yang masih hidup dan ada pula yang telah

mati. Komponen floem antara lain adalah parenkim floem yang

berfungsi menyimpan cadangan makanan dan berperan sebagai

sekat pemisah antara floem yang satu dengan yang lain.

Serabut floem merupakan jaringan sklerenkim yang berfungsi

untuk memperkuat jaringan pembuluh. Selain itu,

komponen lain dari floem adalah pembuluh tapis dan sel

pengiring/penyerta.

d) Jaringan penyokong (penguat)

Jaringan penyokong dikenal juga dengan nama jaringan

mekanik, jaringan penunjang, atau jaringan penguat. Anda bisa

membayangkannya seperti tulang pada tubuh manusia, jaringan

2
inilah yang menunjang bentuk tumbuhan hingga dapat berdiri

dengan kokoh. Jaringan penyokong berfungsi untuk

menguatkan/menegakkan batang dan daun, melindungi biji atau

embrio, serta melindungi berkas pengangkut (vaskuler). Ada 2

jenis jaringan penyokong, yaitu jaringan kolenkim dan jaringan

sklerenkim.

 Jaringan kolenkim

Sifat utama dari jaringan kolenkim adalah sel-sel

penyusunnya hidup dan dinding selnya banyak mengandung

selulosa. Sifatnya mirip jaringan parenkim, dan dapat

dianggap sebagai jaringan parenkim khusus yang menunjang

organ muda pada tumbuhan. Kolenkim terdapat langsung di

bawah atau dekat permukaan batang muda dan tangkai daun

muda, namun jarang ditemukan pada akar. Dinding selulosa

yang tebal pada kolenkim menyebabkan organ bersangkutan

memiliki sifat lentur. Oleh karena itu, kolenkim baik sekali

untuk menopang organ yang aktif tumbuh karena sel-selnya

dapat meregang untuk menyesuaikan diri dengan perpanjangan

organ.

 Jaringan sklerenkim

Jaringan sklerenkim merupakan jaringan penguat pada

organ tumbuhan yang sudah berhenti melakukan pertumbuhan

2
dan perkembangan. Jaringan ini tersusun dari sel-sel yang

dindingnya mengalami penebalan sekunder dari bahan lignin.

Jaringan sklerenkim memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Tersusun dari sel-sel yang sudah mati.

 Sel-sel penyusunnya memiliki dinding yang tebal dari

bahan lignin,sehingga

 bersifat kaku dan keras.

 Sel-selnya tidak memiliki protoplasma karena merupakan

sel mati.

 Penebalan dinding sel terjadi secara merata pada seluruh

bagian dinding.

e) Jaringan sekretoris

Jaringan sekretoris adalah sekumpulan sel yang berfungsi

menghasilkan suatu zat. Jaringan sekretoris disebut juga kelenjar

internal, karena senyawa yang dihasilkan tidak keluar dari tubuh.

Pada tumbuhan terdapat struktur sekresi khusus, yaitu berupa sel

atau sekelompok sel yang mensekresikan senyawa-senyawa

tertentu.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Maros

diperoleh kemampuan berpikir kritis peserta didik yang masih rendah dan proses

pembelajaran yang dilakukan saat ini masih didominasi oleh guru sedangkan

2
peserta didik pasif mendengarkan dan menyalin, dimana sesekali guru bertanya

dan sesekali peserta didik menjawab, sehingga peserta didik kurang

mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka yang seharusnya didapat

dalam penemuan dan proses berpikir yang dilakukan selama proses belajar

mengajar. Hal tersebut menyebabkan peserta didik menjadi jenuh dan bosan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena model pembelajaran yang digunakan guru

kurang memicu keaktifan peserta didik.

Masalah yang sering terjadi pada pendidikan formal adalah masih

rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik. Meskipun peserta didik dapat

tumbuh dan berkembang melalui latihan, namun pada kenyataannya pada proses

pembelajaran guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan mengarahkan

peserta didik untuk menghafal, sedangkan guru masih jarang mengarahkan peserta

didik untuk berpikir tingkat tinggi.

Oleh karena itu, perlu adanya pembaruan dalam model pembelajaran yang

digunakan guru yaitu lebih interaktif dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis peserta didik selama proses pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang

dianggap mampu dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik

yaitu model pembelajaran Guided Inquiry yang dapat membantu peserta didik

dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan pemahaman

dan pengetahuan, serta keaktifan dalam mendapatkan pengetahuan.

Model pembelajaran Guided Inquiry (inkuiri terbimbing) adalah model

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, peserta didik dilatih untuk

mengembangkan kemampuan berpikir, khususnya kemampuan untuk berpikir

2
kritis. Selain itu, dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik. Pembelajaran

dengan inkuiri terbimbing melalui kegiatan mengobservasi, menduga sementara

(hipotesis), menganalisa, menyimpulkan serta mengkomunikasikan akan membuat

aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran bertambah aktif sehingga model

pembelajaran Guided Inquiry berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir

kritis peserta didik.

Berdasarkan uraian tersebut kerangka berpikir penelitian ini diuraikan

dalam bentuk bagan sederhana sebagai berikut :

Rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pelajaran biologi kelas XI MIPA SMA

Guru lebih sering menggunakan model pembelajaran


konvensional yang kurang bervariasi

Menerapkan model pembelajaran Guided Inquiry

Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik

Gambar Bagan 2.1: Kerangka berpikir

C. Hasil Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu :

1. Hasil penelitian Vergi Suparinda dan Wasis (2022) dengan judul “Penerapan

Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

2
Peserta Didik dalam Pembelajaran Fluida Dinami”. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa penerapan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis peserta didik.

2. Hasil penelitian oleh Parwati, G. A. P. U., Rapi, N. K. dan Rachmawati, D. O.

(2020) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa

SMA”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model

pembelajaran inkuiri terbimbing meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

siswa menunjukkan tanggapan positif terhadap penerapan model

pembelajaran inkuiri terbimbing.

3. Hasil penelitian Mayssy Safitri, Zeni Haryanto dan Shelly Efwinda (2020)

dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI MIPA 3 SMA Negeri 11

Samarinda”. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan pada hasil pre-test dan post-test, sehingga terdapat pengaruh pada

model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis

siswa.

4. Hasil penelitian Tessy Furmanti dan Rusdi Hasan (2019) dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis, Motivasi dan Keaktifan Siswa di SMP N 5 Seluma”. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model

pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

2
5. Hasil penelitian oleh Lady Agustin, Zeni Haryanto dan Shelly Efwinda (2020)

dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 9 Samarinda”. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran

inkuiri terbimbing terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

6. Hasil penelitian oleh Niki Harjilah, Rosane Medriati dan Dedy Hamdani

(2019) dengan judul “Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Terhadap

Keterampilan Berpikir Kritis Pada Mata Pelajaran Fisika”. Hasil penelitiannya

menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran

dengan model inkuiri terbimbing terhadap keterampilan berpikir kritis.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang di atas maka

hipotesis dari penelitian ini adalah “Ada pengaruh model Guided Inquiry terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik materi struktur dan fungsi jaringan

tumbuhan kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Maros”.

E. Hipotesis Statistik

Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, maka hipotesis statistik dari


penelitian ini adalah:
H0 : μ1 = μ2: Model Guided Inquiry tidak berpengaruh terhadap kemampuan

berpikir kritis peserta didik pada materi struktur dan fungsi

jaringan tumbuhan kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Maros

H1 : μ1 >μ2: Model Guided Inquiry berpengaruh terhadap kemampuan berpikir

kritis peserta didik pada materi struktur dan fungsi jaringan

2
tumbuhan kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Maros

Keterangan:

μ1 = Kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan model Guided

Inquiry

μ2 = Kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan model

konvensional

2
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif, jenis penelitian

yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu (Quasy Eksperiment).

Eksperimen Semu (Quasy eksperiment research) dengan memecah kelas menjadi

dua yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Quasi eksperimental

research adalah mengadakan kegiatan percobaan dengan memberikan perlakuan

semu. Perlakuan semu yang diberikan adalah memberikan perlakuandengan

kegiatan uji coba (Rahmawat, 2018 : 258).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Maros yang berlokasi di Jl.

Mangga No.1, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.

Adapun pelaksanaannya dilakukan pada Semester Ganjil tahun ajaran 2022/2023.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2014 : 80) Populasi adalah wilayah generalitas

yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

3
Berdasarkan pernyataan di atas maka dalam penelitian ini diperlukan

populasi yang akan digunakan sebagai sumber data dalam penelitian. Populasi

dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik di kelas XI MIPA SMA

Negeri 1 Maros sebanyak 211 peserta didik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel:

Tabel 3.1 Populasi penelitian


No. Kelas Jumlah Peserta didik
1 XI MIPA 1 35
2 XI MIPA 2 35
3 XI MIPA 3 35
4 XI MIPA 4 35
5 XI MIPA 5 36
6 XI MIPA 6 35
Jumlah 211
(Sumber : SMA Negeri 1 Maros)

2. Sampel
Menurut Sugiyono (2014 : 80) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan penyataan

tersebut maka sampel diambil dari bagian atau sebagian populasi.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling dimana pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan

mempertimbangkan kondisi tertentu yang mungkin bisa mewakili dari

populasi. Kondisi yang dipertimbangkan pada penelitian ini ialah dengan

melihat peserta didik yang memiliki nilai rata-rata ulangan terendah, sehingga

terpilih peserta didik kelas XI MIPA 3 sebagai kelas kontrol dan peserta didik

3
kelas XI MIPA 4 sebagai kelas eksperimen dimana kedua kelas ini masing-

masing berjumlah 35 peserta didik. Dimana hasil ulangan terendah dikelas ini

diketahui dari informasi guru.

Tabel 3.2 Sampel penelitian


No. Kelas Jumlah Peserta didik
1 XI MIPA 3 35
2 XI MIPA 4 35
Jumlah 70
(Sumber : SMA Negeri 1 Maros)

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group

Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih, sebelum diberikan

treatment, kelompok diberikan tes awal berupa pretest dengan soal uraian yang

berjumlah 10 soal untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik terhadap

konsep yang akan dikerjakan nantinya. Setelah diberikan treatment, kemudian

kelompok akan diberikan tes akhir berupa posttest dengan menggunakan soal

yang sama seperti pretest untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta

didik.

Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan, sebagai berikut:

Tabel 3.3 Desain penelitian


Kelas Pretest Treatment Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
(Sumber : Sugiyono, 2014)

3
Keterangan :

O1 : Pretest (kelompok eksperimen).

O2 : Posttest (kelompok eksperimen).

O3 : Pretest (kelompok kontrol).

O4 : Posttest (kelompok kontrol).

X : Treatment model pembelajaran Guided Inquiry

Pada penelitian ini, kedua kelompok diberi pretest untuk mengetahui

keadaan awal peserta didik, apakah terdapat perbedaan antara kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol atau tidak. Setelah itu keduanya diberi

treatment, kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran Guided

Inquiry dan kelompok kontrol menggunakan model yang biasa digunakan oleh

guru biologi dan setelah itu diberikan posttest.

E. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014 : 38) variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian eksperimen ini

dikelompokkan menjadi dua, yaitu variabel bebas (independent variable) dan

variable terikat (dependent variable).

1. Variabel bebas (independent variable)

Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah penggunaan model

pembelajaran Guided Inquiry pada kelas eksperimen dan model pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol.

3
2. Variabel terikat (dependent variable)

Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir

kritis pelajaran biologi materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan pada

peserta didik-siswi kelas XI SMA Negeri 1 Maros.

F. Defenisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dimaksudkan untuk memberikan gambaran

yang jelas tentang variabel-variabel yang diteliti. Berikut definisi operasional dari

penelitian ini yaitu:

1. Model Guided Inquiry

Model Guided Inquiry (inkuiri terbimbing) merupakan model yang

diterapkan untuk melatih peserta didik dalam menyelidiki dan menganalisis

permasalahan yang berkaitan sebelum mencari pemecahan masalah tersebut.

Desain pembelajaran dalam penelitian ini berupa penugasan penyelesaian

masalah secara berkelompok pada materi struktur dan fungsi jaringan

tumbuhan sesuai dengan tema yang telah ditetapkan oleh guru pada masing-

masing kelompok, Ketika peserta didik sedang melakukan aktivitas

kelompok, disisi lain guru mengamati kemampuan berpikir kritis dari masing-

masing kelompok berdasarkan pada indikator kemampuan berpikir kritis yang

ada pada lembar observasi.

2. Kemampuan berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan peserta didik

dalam memecahkan masalah dengan menganalisis dan membuat kesimpulan.

Kemampuan berpikir kritis peserta didik diukur menggunakan indikator

3
berpikir kritis yang terdapat dalam soal pretest –posttest berbentuk soal uraian

10 nomor pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan.

G. Prosedur Penelitian
Pada Prosedur penelitian ini terdiri dari tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, tahap akhir penelitian.

1. Tahap Perencanaan

a. Mengadakan observasi prasurvey ke sekolah tempat diadakannya

penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan

diteliti.

b. Wawancara tidak terstruktur dengan guru pamong untuk melihat

bagaimana keadaan sampel sebelum diteliti dan melihat bagaimana proses

pembelajaran.

c. Menyusun rerncana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

d. Merancang dan membuat instrument penelitian berupa uraian untuk

pretest dan posttest.

e. Menyiapkan materi yang akan disampaikan dalam proses belajar

mengajar.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanaakan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Melaksanakan proses pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan

model pembelajaran Guided Inquiry.

c. Melaksanakan Posstest terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Tahap Akhir Penelitian

3
a. Mengolah data hasil penelitian yang telah dilakukan pada tahap

pelaksanaan penelitian.

b. Melakukan analisis terhadap seluruh hasil data penelitian yang diperoleh.

c. Menyimpulkan hasil analisis data.

d. Menyusun laporan penelitian.

H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian sebagai alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah

diolah. Agar penelitian ini mendapatkan hasil yang sesuai dengan hipotesis yang

telah peneliti buat, instrumen yang peneliti ambil untuk mengumpulkan data

dalam penelitian ini adalah tes dan non tes.

1. Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik menggunakan pretest dan

posttest. Penelitian ini menggunakan tes dalam bentuk soal uraian, pada

materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Sebelum dan setelah diberikan

treatment di kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian diberikan soal.

Jumlah soal yang dibuat sebanyak 10 soal uraian. Soal uraian yang didesain

untuk mengukur kemampuan berpikri kritis peserta didik sesuai dengan

indikator berpikir kritis. Tipe tes subjektif bentuk uraian dipilih karena dengan

soal berbentuk uraian akan terlihat bagaimana peserta didik dalam

menyelasaikan permasalahan. Selain itu, bertujuan untuk mengetahui proses

3
berpikir dan ketelitian peserta didik dalam menjawab soal. Kriteria pemberian

skor jawaban sebagai berikut :

Tabel 3.4 Kriteria Pemberian Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Peserta


Didik
Kriteria Jawaban Peserta Didik Terhadap Soal
Indikator yang Skor
Diukur Berpikir

Elementary Tidak menjawab sama sekali 0


Clarification Salah dalam mengidentifikasi atau
1
(Memberikan mendeskripsikan masalah
penjelasan Kurang tepat dalam mengidentifikasi atau
2
mendasar) mendeskripsikan masalah
Hampir tepat dalam mengidentifikasi atau
3
mendeskripsikan masalah
Dapat mengidentifikasi atau mendeskripsikan
mengenai struktur dan fungsi jaringan 4
tumbuhan
Basic Support Tidak menjawab sama sekali 0
(Membangun Salah menganalisis sumber atau informasi
1
keterampilan) pemecahan masalah dan salah memberi alasan
Mampu menganalisis sumber atau informasi
pemecahan masalah namun salah memberi alas 2
an
Mampu menganalisis sumber atau informasi
pemecahan masalah kurang tepat dalam 3
memberi alas an
Mampu memilih sumber atau informasi
pemecahan masalah dan tepat dalam memberi 4
alas an
Inference Tidak menjawab sama sekali 0

3
(menyimpulkan) Salah membuat hipotesis dan mengambil
1
kesimpulan
Mampu membuat hipotesis namun salah
2
mengambil kesimpulan
Mampu membuat hipotesis namun kurang tepat
3
mengambil kesimpulan
Mampu membuat hipotesis dan tepat
4
mengambil kesimpulan
Advance Tidak menjawab sama sekali 0
Clarification Salah memberikan penjelasan suatu
1
(memberikan permasalahan
penjelasan lebih Mampu memberikan penjelasan suatu
lanjut) permasalahan dengan benar namun salah dalam 2
memberi alas an
Mampu memberikan penjelasan suatu
permasalahan dengan benar namun kurang 3
tepat dalam memberi alas an
Mampu memberikan penjelasan suatu
permasalahan dengan benar dan dan 4
tepat
dalam memberi alas an
Strategi and Tidak menjawab sama sekali 0
Tactics Salah memberikan jawaban 1
(mengatur Mampu memberikan jawaban namun salah
2
startegi dan menganalisis masalah
taktik) Mampu memberikan jawaban namun kurang
3
tepat menganalisis masalah
Mampu memberikan jawaban dan tepat
4
menganalisis masalah
(Sumber : Kurniasi, 2019)

3
2. Non tes

Instrumen non tes yang digunakan pada penelitian ini yaitu lembar

observasi yang digunakan merupakan lembaran yang berisi daftar check list

yang terdiri dari beberapa item yang menyangkut hal-hal yang akan

diobservasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan

berpikir kritis pesrta didik yang terlihat selama proses pembelajaran pada

konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dengan model pembelajaran

Guided Inquiry di kelas XI MIPA 3 berupa pemecahan masalah melalui

dikusi kelompok.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes

Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest

dengan soal yang sama berupa soal uraian. Tes yang diberikan sebelum

pembelajaran (pretest) di maksudkan untuk melihat kemampuan awal

peserta didik dan tes yang diberikan sesudah pembelajaran (posttest) di

maksudkan untuk melihat pengaruh model pembelajaran Guided Inquiry

terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

2. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bermaksud untuk dapat

mengukur serta mengamati secara langsung kemampuan berpikir kritis yang

dimiliki oleh peserta didik selama dalam proses pembelajaran pada konsep

3
struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dengan menggunakan model

pembelajaran Guided Inquiry.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dipakai agar menguatkan data penelitian, dokumen ini

bisa berupa gambar, video dan tulisan. Data ini meliputi, foto dari data

peneliti yang relevan, dokumentasi ini bertujuan untuk sebagai bukti jika

peneliti telah melakukan penelitian.

J. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif, yaitu data

yang diwujudkan dengan angka yang diperoleh dari kegiatan penelitian. Teknik

analisis data kuantitatif dalam penelitian ini menggunkana dua teknik statistik,

yaitu statistik deskriptif dan inferensial.

1. Analisis statistik deskriptif

Analisis deskriptif ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan

gambaran mengenai pencapaian kemapuan berpikir kritis peserta didik

melalui nilai yang didapatkan oleh peserta didik pada kelas eksperimen

maupun kelas kontrol. Analisis ini dilakukan dengan menyajikan perhitungan

mean, median, modus, nilai maksimum, nilai minimum serta standar devisi.

Menentukan tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik

berdasarkan tes uraian yang mewakili indikator berpikir kritis. Setiap butir

indikator yang terdapat pada soal diberikan skor 0-4. Data yang sudah

diperoleh kemudian dianalisis dengan cara:

4
a. Memberikan skor mentah pada setiap jawaban peserta didik pada tes

tertulis berbentuk uraian berdasarkan standar jawaban yang telah dibuat.

b. Menghitung skor total dari tes uraian untuk masing-masing peserta didik.

c. Menentukan nilai persentase kemampuan berpikir kritis masing masing

indikator.

Kemudian nilai setiap peserta didik akan dihitung dengan

menggunakan rumus berikut.

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑i𝑑i𝑘


Nilai = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠i𝑚𝑎𝑙 × 100%

Nilai yang diperoleh tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan

kriteria kemampuan berpikir kritis. Adapun rincian kriteria kemampuan

berpikir kritis dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini:

Tabel 3.5 Kriteria Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Melalui


Tes
Interval nilai Kategori
80 – 100 Sangat Kritis
60 – 79 Kritis
40 – 59 Cukup Kritis
20 – 39 Kurang Kritis
0 – 19 Tidak Kritis
(Sumber : Amin, 2017)

2. Analisis statistik inferensial

Analisis statistik inferensial dilakukan dengan maksud untuk menguji

hipotesis penelitian, yaitu apakah ada pengaruh dari penggunaan model

pembelajaran Guided Inquiry terhadap kemampuan berpikir kritis peserta

4
didik pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Namun, sebelum

melakukan uji hipotesis terlebih dahulu melakukan pengujian dasar yaitu uji

normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data nilai dari

setiap peserta didik pada kedua kelas tersebut terdistribusi normal atau

tidak. Tidak hanya itu, uji normalitas juga digunakan untuk mengetahui

data yang diperoleh dapat diuji dengan statistik parametrik atau statistik

non parametrik. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan

bantuan program komputer Stantical Package for the Social Sciences

(SPSS) versi 25.0 for windows dengan teknik Kolmogorov-Smirnov

dengan taraf signifikan 5% (α = 0,05). Jika hasil analisis memiliki taraf sig

α = 0,05 yaitu >α maka data tersebut berdistribusi normal, sedangkan jika

taraf sig <α maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah varian kedua kelas yang dijadikan sampel penelitian (kelas

eksperimen dan kelas kontrol) homogen atau tidak, oleh karena itu, perlu

dilakukan pengujian homgenitas. Dalam penelitian ini, uji homogenitas

dilakukan dengan bantuan program komputer Stantical Package for the

Social Sciences (SPSS) versi 25.0 for windows.dengan uji One-Way anova

dengan taraf signifikan 5% (α = 0,05). Jika analisis memiliki taraf sig α =

4
0,05 yaitu >α maka data tersebut homogen, sedangkan jika taraf sig <α

maka data tersebut tidak homogen.

c. Uji hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan setelah pengujian

dasar yaitu uji normalitas dan uji homogenitas setelah menghasilkan data

yang terpenuhi. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji Independent sample T-test. Pengujian hipotesis ini

menggunakan bantuan program komputer Stantical Package for the Social

Sciences (SPSS) versi 25.0 for windows taraf signifikan 5% (α = 0,05).

Dengan perhitungan hipotesis melihat kategori H0 diterima jika taraf

signifikan > α, dan H1 ditolak jika taraf signifikan < α. Adapun hipotesis

yang akan diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : μ1 = μ2:

H1 : μ1 > μ2:

H0 Tidak terdapat pengaruh model Guided Inquiry terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik materi struktur dan fungsi

jaringan tumbuhan kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Maros

H1 Terdapat pengaruh model Guided Inquiry terhadap kemampuan

berpikir kritis peserta didik materi struktur dan fungsi jaringan

tumbuhan kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Maros

4
DAFTAR PUSTAKA

Ahmatika, D. 2016. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan pendekatan


inquiry/discovery. Euclid, 3(1).

Agustin, L., Haryanto, Z., & Efwinda, S. 2020. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA
Negeri 9 Samarinda. Jurnal Literasi Pendidikan Fisika, 1(01), 56-64.

Amijaya, L. S., Ramdani, A., & Merta, I. W. 2018. Pengaruh model pembelajaran
inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis
peserta didik. Jurnal Pijar Mipa, 13(2), 94-99.

Amin, S. 2017. Pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap


kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar geografi. JPG (Jurnal Pendidikan
Geografi), 4(3), 25-36.

Dewi, C., Utami, L., & Octarya, Z. 2020. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Integrasi Peer Instruction terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa SMA pada Materi Laju Reaksi. Journal of Natural Science and
Integration, 3(2), 196-204.

El Islami, R. A. Z., Nahadi, N., & Permanasari, A. 2016. Membangun Literasi Sains
Siswa pada Konsep Asam Basa melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA, 2(2), 110-120.

Furmanti, T., & Hasan, R. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis, Motivasi dan Keaktifan Siswa di SMP
N 5 Seluma. In Seminar Nasional Sains & Entrepreneurship (Vol. 1, No. 1).

Harjilah, N., Medriati, R., & Hamdani, D. (2019). Pengaruh Model Inkuiri
Terbimbing Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Pada Mata Pelajaran
Fisika. Jurnal Kumparan Fisika, 2(2 Agustus), 79-84.

Indawati, H., Sarwanto, S., & Sukarmin, S. 2021.Studi Literatur Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis IPA SMP. Inkuiri: Jurnal
Pendidikan IPA, 10(2), 99-107.

Jundu, R., Tuwa, P. H., & Seliman, R. 2020. Hasil belajar IPA Siswa SD di Daerah
Tertinggal dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 10(2), 103-111.

4
Kadir. 2015. Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian Edisi Kedua. Depok: PT Rajagrafindo Persada

Kurniasi, A. Z. 2019. Pengaruh Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran


Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VII SMPN 25
Cenrana. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Unismuh Makassar

Marudut, M. R. H., Bachtiar, I. G., Kadir, K., & Iasha, V. 2020. Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran IPA melalui Pendekatan
Keterampilan Proses. Jurnal Basicedu, 4(3), 577-585.

Nugroho, L. H. 2021. Struktur dan produk jaringan sekretori tumbuhan. UGM


PRESS.

Parwati, G. A. P. U., Rapi, N. K., & Rachmawati, D. O. 2020. Penerapan Model


Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Undiksha,
10(1), 49-60.

Prasetyo, F., & Kristin, F. 2020. Pengaruh model pembelajaran problem based
learning dan model pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa kelas 5 SD. Didaktika Tauhidi: Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 7(1), 13-27.

Safitri, M., Haryanto, Z., & Efwinda, S. 2020. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI MIPA 3
SMA Negeri 11 Samarinda. Jurnal Literasi Pendidikan Fisika, 1(01), 19-26.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Suparinda, V., & Wasis, W. 2022. Penerapan Model Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Pembelajaran
Fluida Dinamik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(2), 292-301.

Susilawati, S., Rahman, A. H., & Fitriyanto, S. 2019. Pengaruh Penerapan Model
Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan
Proses Sains dalam Pembelajaran Fisika. Quark: Jurnal Inovasi Pembelajaran
Fisika dan Teknologi, 2(1), 46-50.

Rahmawat, E. M., Muryani, C., & Sarwono, S. 2018. Efektivitas Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) Disertai E-Learning Berbasis
Edmodo terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Langkah Penelitian
Geografi di Kelas X IPS SMA dan MA Assalaam Sukoharjo. Seminar
Nasional GEOTIK 2018.

4
Rusyadi, A. 2021. Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing. Prosiding
Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, 1(1).

Tarmidzi, T. 2019. Pengaruh Aktivitas Dalam Model Pembelajaran Inkuiri


Terbimbing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Conceptual Self
Concept Mahasiswa Pada Mata Kuliah Konsep Dasar IPA 2 (Studi Pada
Mahasiswa Tk. 1 PGSD FKIP Unswagati). Caruban: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan Dasar, 2(1), 53-62.

Anda mungkin juga menyukai