Anda di halaman 1dari 100

STRATEGI GURU SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MENGHADAPI

PERBEDAAN INDIVIDUAL PADA PESERTA DIDIK


MTS AS-ADIYAH NO.3 ATAPANGE WAJO

Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendididkan
(S.Pd) Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam

ARDIANTO
NIM: 10120180070

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023

1
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan dibawah ini,

menyatakan bahwa Skripsi ini benar karya penyusun sendiri. Jika dikemudian hari

terbukti merupakan duplikat, tiruan, atau dibuat atau dibantu orang lain secara

keseluruhan atau sebagian, maka Skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal

demi hukum.

Makassar, 23 Januari 2022

Penyusun

ARDIANTO
10120180070

2
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing Penulis Skripsi Ardianto NIM 10120180070, Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Agama Islam Universitas

Muslim Indonesia Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi

skripsi yang bersangkutan dengan judul “Strategi Guru Sejarah Kebudayaan

Islam Menghadapi Perbedaan Individual Pada Peserta Didik Mts As-Adiyah

No.3 Atapange Wajo” memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-

syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang Seminar Hasil.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.

Makassar, 04 November 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Dr .H.Andi Bunyamin, M.Pd Andi Fadhillah A. Natsir, S.Pd.I., M.A

3
LEMBAR PENGESAHAN

Pembimbing Penulis Skripsi Ardianto NIM 10120180070, Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Agama Islam Universitas

Muslim Indonesia Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi

skripsi yang bersangkutan dengan judul “Strategi Guru Sejarah Kebudayaan

Islam Menghadapi Perbedaan Individual Pada Peserta Didik Mts As-Adiyah

No.3 Atapange Wajo” memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-

syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang Seminar Hasil.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.

Makassar, 04 November 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H.Andi Bunyamin, M.Pd Andi Fadhillah A. Natsir, S.Pd.I., M.A

Diketahui,

An. Dekan
Wakil Dekan I Ketua Prodi PAI,

Dr. Syarifa Raehana. M. Ag Mustamin. S.Ag.,M.Si.

4
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

ini sebagai salah satu syarat penyelesaian program sarjana, dengan judul

“Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam Menghadapi Perbedaan

Individual Pada Peserta Didik Mts As-Adiyah No.3 Atapange Wajo” yang

telah diselesaikan oleh penulis sebagai mahasiswa Universitas Muslim Indonesia

Makassar.

Shalawat dan salam semoga tetap teriring kepada Baginda Nabiyyullah

Muhammad Saw, kepada keluarganya, para sahabatnya hingga sampai kepada kita

sebagai ummatnya.

Penulis dengan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu penyelesaian skripsi ini khususnya, kepada:

1. Kedua orang tua saya yakni Bapak Tajuddin dan Ibu Hj. Sitti Hajar, saudara

dan keluarga tercinta yang telah membantu penulis serta selalu mendukung,

memberikan semangat hingga penulis bisa berada di titik ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Basri Modding., SE., M.Si., selaku rektor Universitas

Muslim Indonesia beserta segenap pimpinan UMI Makassar, yang telah

bekerja keras mengelola lembaga pendidikan ini demi kemajuan UMI

Makassar.

3. Bapak Dr. Andi Bunyamin, M.Pd selaku Dekan Fakultas Agama Islam,

5
yang selalu mendukung dan memberi support kepada mahasiswa dalam

menyelesaikan tugas akhir.

4. Bapak/Ibu selaku Wakil Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muslim

Indonesia yang telah mengarahkan mahasiswanya dan memberikan

pelayanan terbaiknya.

5. Bapak Mustamin, S.Ag., M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam (Tarbiyah) yang mana telah memberikan dukungan kepada seluruh

mahasiswa/(i) program studi Pendidikan Agama Islam.

6. Bapak Dr. H. Andi Bunyamin, M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Andi

Fadhillah A. Natsir, S.Pd.I., M.A selaku pembimbing II yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Dr. H. Hasana Lawang, Lc., M.Ag selaku Penguji I dan Bapak

Muhammad Syahrul, S.Pd., M.Pd selaku penguji II yang telah memberikan

koreksi dan masukan yang bermanfaat untuk penyelesaian skripsi ini.

8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf Universitas Muslim Indonesia

(UMI) yang telah membina, membimbing sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi kampus dengan baik.

9. Kepala perpustakaan UMI Makassar beserta jajarannya yang telah

memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di UMI

Makassar, terutama dalam penulisan skripsi ini.

10. Bapak Syamsul Bakhri, S. Pd., MM, selaku Kepala Madrasah

Tsanawiyah.As’adiyah No. 3 Atapange Wajo yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, seluruh guru dan

6
seluruh staf yang telah banyak membantu demi terealisasinya skripsi ini.

11. Bapak Kaharuddin, S.Pd. I selaku guru mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) yang telah meluangkan waktu mengarahkan dan

memberikan motivasi hingga berakhirnya penelitian dan terselesaikannya

skripsi ini.

12. Fahmi Fauzan S.Pd, Wahyudi Syamsul S.Pd, dan semua teman-teman

seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberi warna

tersendiri pada jalan cerita hidup penulis dan selalu mendoakan dan

memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Semua pihak yang telah memberikan semangat dan bantuan kepada

penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga Allah SWT, berkenan menilai segala kebajikan sebagai amal jariah

dan memberikan rahmat dan pahala-Nya serta memberikan balasan yang berlipat

ganda kepada semuanya. Untuk perbaikan selanjutnya, kritik dan saran yang

membangun akan penulis terima dengan senang hati demi kesempurnaan skripsi

ini.

Makassar, 23 Januari 2023

Penyusun

Ardianto
10120180070

7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………i
LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI……………………………………………...ii
LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………………...iii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………….v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
viii
DAFTAR TABEL................................................................................................x
ABSTRAK………………………………………………………………………xi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah..................................................9
C. Pengertian Judul dan Definisi Operasional...............................................10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................14
A. Hubungan dengan Penelitian Sebelumnya................................................14
B. Landasan Teori..........................................................................................17
C. Kerangka Pikir...........................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................29
A. Jenis Penelitian..........................................................................................29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................30
C. Fokus Penelitian........................................................................................30
D. Sumber Data..............................................................................................30
E. Teknik Pengumpulan Data........................................................................31
F. Teknik Analisa Data..................................................................................33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah As’adiyah No 3 Atapange ......36

8
B. Perbedaan Individual Peserta Didik di MTs As’adiyah No 3 Atapange
Wajo ..........................................................................................................42

1. Gambaran PIndividual Peserta Didik di MTs As’adiyah No 3


Atapange Wajo......................................................................................42
2. Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam di MTs As’adiyah No 3
Atapange Wajo .....................................................................................46

BAB V PENUTUP..........................................................................................59
A. Kesimpulan...............................................................................................59
B. Saran.........................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................61

9
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1................................................................................................................38
Tabel 4.2................................................................................................................39
Tabel 4.3................................................................................................................40
Tabel 4.4................................................................................................................41
Tabel 4.5................................................................................................................41

10
ABSTRAK
Nama : Ardianto
Stambuk : 10120180070
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Menghadapi
Perbedaan Individual pada Peserta didik MTs As-Adiyah No.3
Atapange Wajo

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi guru Sejarah


Kebudayaan Islam (SKI) menghadapi perbedaan individual pada peserta didik
MTs As-Adiyah No.3 Atapange Wajo, khususnya peserta didik pada kelas VIII B.
Jenis penelitian ini ialah penelitian kualitatif. Adapun total sampel pada
penelitian ini ialah sebanyak 21 orang, yakni 13 Perempuan dan 8laki-laki. Selain
itu, peneliti juga fokus kepada guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
yang berjumlah 1 orang. Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan
data, yakni observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa strategi guru Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) dalam menyampaikan bahan ajar dianggap relevan dan
guru terkait telah menerapkan strategi terhadap mata pelajaran yang diampunya.
Salah satu strategi yang digunakan ialah memberikan penjelasan kepada peserta
didik dan meminta mereka untuk mencatat poin-poin penting yang telah
dijelaskan. Selanjutnya, guru SKI membiarkan peserta didik menonton film yang
berkaitan dengan sejarah lalu beliau menjelaskan kaitannya dengan pelajaran yang
sedang mereka terima.
Selain itu, terdapat perbedaan individual pada peserta didik yang dapat
dilihat dari gaya belajar masing-masing peserta didik, ada peserta didik dengan
cara belajar visual dan ada pula peserta didik dengan gaya belajar audit dan
kistetik, selain itu perbedaan laiinya dapat diihat dari 3 pengkategorian antara lain
anak yang langsung mendengar ketika diminta untuk melakukan sesuatu tanpa
harus disuruh dua kali. Kedua, anak yang yang mau bergerak ketika diminta
melakukan sesuatu setelah diminta lebih dari satu kali. Ketiga, anak yang enggan
mendengar dan tidak mau menerima arahan dari guru. Akan tetapi dari perbedaan

11
tersebut bukanlah kendala besar. Perbedaan individu tersebut justru membuat
mereka saling melengkapi satu sama lain sehingga tidak ada alasan bagi mereka
untuk saling menjatuhkan.

Kata Kunci: Strategi, Guru Sejarah Kebudayaan Islam, Perbedaan Individual

ABSTRAC
Nam : Ardianto
Stambuk : 10120180070
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Menghadapi
Perbedaan Individual pada Peserta didik MTs As-Adiyah No.3
Atapange Wajo

This study aims to determine the efforts of parents in increasing the


learning motivation of students in the Aqidah Akhlak Subject Class VIII A
Madrasah Tsanawiyah Ngali, Bima Regency and also to find out the factors
causing the lack of motivation to learn in the Aqidah Akhlak Subject Class VIII A
Madrasah Tsanawiyah Ngali, Bima Regency
This study aimed to determine the strategy of Islamic Cultural History teacher in
dealing with individual differences in the students of MTs As-Adiyah No. 3 Atapange
Wajo, especially students in class VIII B.
This type of research is qualitative research amd the total sample in this study
was 22 people, namely 13 men and 9 women. In addition, the researcher also focused on
1 teacher of Islamic Cultural History. This study used three data collection techniques,
namely observation, interviews and documentation.
The results of this study showed that the strategy of Islamic Cultural History
(SKI) teacher in delivering teaching materials are considered relevant and the related
teacher has implemented strategies for the subjects he taught. One of the strategies used
was to provide explanations to students and asked them to note down the important points
that have been explained. Next, the teacher let the students watch a film related to history
and then he explained how it related to the lesson they were receiving.
In addition, there are individual differences in students which can be seen from
the learning styles of each student, there are students with visual learning methods and
there are also students with audit learning styles, besides that other differences can be
seen from 3 categories, including children who immediately listens when asked to do
something without having to be asked twice. Second, children who want to move when
asked to do something after being asked more than once. Third, children who are
reluctant to listen and do not want to accept directions from the teacher. However, this
difference is not a big problem. These individual differences actually make them
complement each other so that there is no reason for them to bring each other down.

Keyword: Strategy, Islamic Cultural History Teacher, Individual Differences

12
13
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hal yang harus dimiliki oleh setiap warga Indonesia

sebab pendidikan dapat memberikan perubahan dalam kehidupan manusia,

mulai dari kanak-kanak sampai orang tua sekalipun. Maka dari itu, untuk

menjadikan diri lebih baik serta memberikan prospek di masa mendatang,

pendidikan dianggap perlu. Realisasi pendidikan merupakan suatu hal yang

rumit, mengingat salah satu dimensi yang amat penting di mana di dalamnya

mencakupi pengajaran. Pengajaran adalah salah satu tool yang paling efektif

untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, pengajaran sering identik

dengan pendidikan, meskipun sebenarnya pengajaran merupakan salah satu

dari bentuk kegiatan pendidikan.1

UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.2

1
Hasni, Strategi Mengajar Guru dalam Menghadapi Perbedaan Kemampuan Belajar. Peserta
didik Kelas VII MTS. (Skripsi), Universitas Muhammadiyah Makassar (tidak diterbitkan),
Negeri Baling-Balang, 2015, h. 1
2
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Bab 1, Pasal 1, Butir 1 Tahun 2003.
2

Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bertakwa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrasi,

serta bertanggung jawab merupakan beberapa bentuk dalam penerapan

pendidikan sebagaimana tercantum pada UU Sisdiknas. Pendidikan sebagai

suatu sistem untuk mencerdaskan anak bangsa dan dewasa ini di hadapkan

pada berbagai persoalan, baik ekonomi, sosial, budaya maupun politik.3

Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl (16) ayat 78

yang berbunyi:

Terjemahnya:
‫َو ُهّٰللا َاْخ َرَج ُك ْم ِّم ْۢن ُبُطْو ِن ُاَّم ٰه ِتُك ْم اَل َتْع َلُم ْو َن َش ْئًـۙا‬
Dan ‫َن‬Allah ‫ۙ َلَع َّلُك ْم َتْش‬kamu
‫ُك ُر ْو‬mengeluarkan ‫َاْلْفِٕـَد َة‬dari
‫ َو ا‬perut ‫َو اَاْلْب‬dalam
‫َص اَر‬ibumu ‫الَّس ْمَع‬ ‫ َلُك ُم‬tidak
keadaan ‫َّو َجَعَل‬
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan
hati nurani, agar kamu bersyukur.4

M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah menjelaskan bahwa kata

af’idah merupakan jamak dari fu’ad yang berarti aneka hati. Kalimat aneka hati

atau af’idah adalah gabungan dari dari pikir dan daya kalbu seseorang yang terikat

kepada hal-hal baik sehingga tidak terjerumus ke dalam keburukan.5

3
Hamzah B. Uno .Profesi Kependidikan ( Jakarta : Bumi Akzara,2014), h. 1.
4
Departemen Pendidikan Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahanya
(Bandung:Diponegoro, 2008) h. 276.
5
M. Quraish Shihab (2016) dalam Tafsir Al Misbah, h.303.
3

Selain itu, dijelaskan pada ayat di atas, dapat diketahui bahwanya manusia

memerlukan suatu pola yang dapat membantu mereka dapat berkembang dengan

baik sehingga baik telinga (pendengaran), mata (penglihatan), dan hati (perasaan)

manusia dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Setiap proses pendidikan akan berusaha mengembangkan seluas-luasya

potensi individu sebagai sebuah elemen penting dalam perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Dalam upaya pengembangan tersebut, setiap proses

pendidikan pastinya membutuhkan beberapa metode tertentu, sehingga dengan

begitu trasformasi pengetahuan yang diberikan kepada peserta didik dapat

berjalan dengan baik. Pendidikan adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap

kualitas suatu bangsa dimana dapat berlangsung seumur hidup. Membaca dan

aktivitas yang berkaitan pastinya tidak lepas dari konteks pendidikan.6

Terdapat banyak problema yang ada di dalam pendidikan dengan sejumlah

faktor yang berbeda. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan ialah

lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang

mendapatkan dorongan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan

menganalisa suatu hal. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada

kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak didik dipaksa untuk

mengingat dan menimbun, tanpa dituntut untuk memahami informasi yang

diingatnya.7

Tidak jarang pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk


6
TIA, M. (2016). Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menghadapi Perbedaan Daya
Serap Peserta Didik Kelas IX di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Palopo (Doctoral
7
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beriorentasi Standar Proses Pendidikan, (Cet. II;
Jakarta: Kencana, 2006), h. 1
4

membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

kebudayaan. Istilah pendidikan atau disebut juga pedagogik berarti bimbingan

atau pertolongan yang di berikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar menjadi

dewasa.8

Proses pengajaran menjadi aspek dari lingkungan sekolah yang terorganisir.

Lingkungan ini diatur dan diawasi agar tercipta kegiatan belajar yang merangsang

para peserta didik untuk belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat dua

hal yang ikut menentukan keberhasilanya, yakni pengaturan proses belajar

mengajar dan pengajaran itu sendiri yang keduanya saling bertalian satu sama

lain.

Kemampuan mengatur pembelajaran yang baik akan menciptakan situasi

memunkingkan anak untuk belajar. Namun, masalah yang terkadang dihadapi

seorang guru di sekolah dalam proses pembelajaran ialah berkaitan dengan

strategi guru yang di terapkan di dalam kelas, akibatnya guru yang tidak mampu

menghadapi serta mengatasi masalah tersebut, maka tidak akan mampu

menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif serta cocok dengan anak

didiknya. 9

Salah satu aspek yang menunjang perkembangan pendidikan adalah

bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan efektif dan
8
Arifin. Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta : Pt Bumi Aksara, Revisi 2003), h.8
9
Ridwan Abdul Gani. Strategi Belajar Mengajar (Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 261.
5

efisien, sehingga menghasilkan peserta didik yang sesuai dengan harapan dan

tujuan pendidikan. Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu dikombinasikan dengan

suatu strategi yang bergerak aktif dalam proses belajar mengajar di mana di

dalamnya tidak hanya harus menguasai materi akan tetapi juga menguasai

pelbagai teknik strategi dan metode penyampaian materi dan dapat pula

digunakan metode yang sesuai dan sejalan dalam proses belajar mengajar

berdasarkan materi yang diajarkan dan kemampuan peserta didik menerimanya.

Ada banyak elemen yang dapat mendukung hal tersebut. Dalam hal ini, guru

merupakan orang yang pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan

peserta didik dalam proses belajar, guru juga harus mampu mengawasi,

mengamati peserta didik dalam berbagai situasi dan lingkungan. Bukan saja

dalam situasi kelas, melainkan juga ketika anak didik bermain, baik dalam

lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Guru juga merupakan orang yang

sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus

betul-betul membawa peserta didiknya kepada tujuan yang ingin dicapai. Mereka

harus mampu mempengaruhi peserta didiknya dan membimbingnya kepada tujuan

pendidikan yang berperadaban.

Guru harus berpandangan luas dan mempunyai wibawa yang dapat dilihat

oleh anak didiknya. Jika guru sedang mengajarkan suatu mata pelajaran, ia tidak

hanya mengutamakaan mata pelajaran akan tetapi harus juga memperhatikan

peserta didiknya sebagai manusia harus dikembangkan pribadinya, agar dalam

proses pembelajaran setiap peserta didik merasa nyaman dengan pembelajaran

yang diterimanya sehingga diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar


6

individu.10

Sejumlah metode bisa diterapkan oleh guru untuk menghadapi perbedaan

kemampuan peserta didik dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hal tersebut

bertujuan supaya peserta didik memiliki motivasi untuk belajar. Oleh karenanya,

guru perlu menyiapkan strategi yang tepat dan motivasi belajar kepada peserta

didik supaya peserta didik tidak merasa kesulitan dalam menerima materi

pembelajaran yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Guru pendidikan

Agama Islam (PAI) sangat berperan penting dalam upaya memanusiakan

manusia. Azma menyatakan bahwa guru sebaiknya dapat mendorong peserta

didik agar bergairah dan aktif belajar dalam hal ini sebagai motivator.

Peneliti telah melakukan observasi awal pada MTs. No.3 Atapange Wajo.

Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa kendala yang dihadapi oleh Bapak

Kaharuddin ialah sulitnya mengajar dan mengatur anak-anak yang mempunyai

kepribadian yang berbeda dengan anak-anak lainnya. Tidak jarang peserta didik

bermain dan membuat keributan di dalam kelas ketika guru mengajar. Salah satu

upaya yang digunakan oleh guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ialah dengan

mengajak anak-anak menonton daulah Ayyubiyyah. Tontonan ini berhubungan

dengan bahan ajar yang disampaikan sehingga membuat peserta didik tertarik

dengan metode mengajar seperti itu. Selanjutnya, guru meminta menyimak dan

mencatat apa yang ditontonnya.

10
Anisa, A. (2019). Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menghadapi Perbedaan
Kemampuan Daya Serap Peserta Didik Di Smp Negeri 4 Tinombo Selatan Kabupaten Parigi
Moutong (Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Negrei), h. 3
7

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa setiap anak punya cara yang

berbeda untuk mendapatkan materi. Selain itu, peserta didik memiliki perbedaan

individual sehingga guru dituntut untuk dapat menanganinya. Oleh sebab itu,

peneliti ingin mencari tahu lebih lanjut mengenai strategi yang diterapkan oleh

guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).

Sebagai upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif

yang melatar belakangi peserta didik malas belajar dan menurun prestasinya di

sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam

interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara peserta didik yang malas belajar

dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan

kebutuhan peserta didik. Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan

dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada peserta didik untuk lebih

bergairah dalam belajar. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam

interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang

membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personalisasi

dan sosialisasi diri.11

Terlepas dari motivasi yang diterapkan oleh masing-masing guru, termasuk

di dalamnya guru Pendidikan Agam Islam, pengajar di banyak sekolah pastinya

mempunyai kendala perbedaan individual terhadap peserta didiknya. Cara atau

metode yang ditawarkan untuk memecahkan permasalahan tersebut juga pastinya

beraneka ragam.

11
Azma, Produktivitas kinerja guru dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik, (Palu
Yayasan masyarakat Indonesia baru, 2009) h. 49-50.
8

Ketidakmampuan guru dalam melihat perbedaan-perbedaan individual

peserta didik dalam kelas banyak membawa kegagalan dalam memelihara dan

membina kedekatan antara guru dan peserta didik. Banyaknya peserta didik yang

gagal sekolah atau drop-out juga disebabkan oleh praktek pengajaran yang

melupakan perbedaan-perbedaan kemampuan individual peserta didik di samping

faktor lain seperti latar belakang ekonomi, keluarga, atau sebab lainnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti

permasalahan yang berkenaan dengan judul skripsi “Kebudayaan Islam (SKI)

Menghadapi Perbedaan Individual pada Peserta didik MTs As-Adiyah

No.3 Atapange Wajo”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah
9

Dalam realisasi studi yang akan dilakukan, maka berikut ini adalah

rumusan masalah yang akan dibahas di dalamnya:

a. Bagaimana gambaran perbedaan individual peserta didik di MTs As-

Adiyah No.3 Atapange Wajo?

b. Bagaimana strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam menghadapi

perbedaan individual peserta didik di MTs As-Adiyah No.3 Atapange

Wajo?

2. Batasan Masalah

Peneliti memberikan batasan-batasan tertentu dalam penelitian yang akan

dikaji agar topik utama dalam penelitian ini tidak membahas terlalu jauh

bahasan-bahasan yang tidak berhubungan dengan penelitian ini.

Adapun batasan masalah yang akan dibahas oleh peneliti ialah perihal

perbedaan individual peserta didik di MTs As-Adiyah No. 3 Atapange Wajo.

Selain itu, peneliti akan mengumpulkan sejumlah data sekunder sebagai data

penunjang untuk membantu kesempurnaan penelitian ini. Kedua, strategi guru

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Peneliti hanya akan fokus kepada guru

Sejarah Kebudayaan Islam sebagai topik utama dalam penelitian yang

dilakukan sehingga tidak akan membahas lebih jauh guru mata pelajaran

lainnya. Mengenai sejumlah batasan masalah yang disampaikan, peneliti akan

membahasnya lebih lanjut pada poin-poin berikutnya, yakni definisi

operasional.

C. Pengertian Judul dan Definisi Operasional


10

1. Pengertian Judul

Sebagaimana judul yang akan dikaji, peneliti akan melakukan identifikasi dan

analisa secara mendalam perihal strategi mengajar yang diimplemantasikan

oleh guru Sejarah Kebudayaan Islam. Untuk mengetahui lebih rinci mengenai

pengertian judul, berikut adalah urainnya:

a. Strategi

Strategi merupakan istilah dari kata Yunani, yakni strategeia (stratus=militer

dan ag= memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi jenderal.

Secara singkat, strategi merupakan cara untuk mencapai sesuatu berdasarkan

analisa terhadap faktor internal maupun eksternal.12

b. Sejarah Kebudayaan Islam

Secara singkat, Sejarah Kebudayaan Islam merupakan perkembangan

perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah

(beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan

sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.13 Selain itu, Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI) juga merupakan salah satu bidang studi yang

diajarkan di MTs As-Adiyah No. 3 Atapange Wajo.

c. Perbedaan individual

Perbedaan individual dalam penelitian ini ialah meninjau dan mengamati

12
Tia Mutiara (2016). Skripsi: Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menghadapi
Perbedaan Daya Serap Peserta Didik Kelas IX di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Palopo.
H.8
13
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), h.70.
11

ketidaksamaan yang ada pada masing-masing peserta didik maupun tenaga

pengajar yang menjadi objek penelitian.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan untuk mempermudah penjelasan dari masing-

masing variabel sehingga problematikan yang akan diteliti tidak meluas ke

cabang permasalahan lainnya. Oleh karena itu, berikut merupakan detail

permasalahan yang akan diteliti:

a. Strategi guru Sejarah Kebudayan Islam

Strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam merupakan cara atau metode yang

diterapkan oleh guru SKI sebagai guru bidang studi yang diajarkan. Dalam hal

ini, ialah guru SKI yang ada di MTs As-Adiyah No. 3 Atapange Wajo,

khususnya dalam menangani perbedaan individual peserta didik.

b. Perbedaan Individual

Terkait perbedaan individu, dalam hal ini, peneliti akan melakukan kajian

terhadap masing-masing peserta didik serta meninjau perbedaaan antara peserta

didik satu dengan lainnya untuk dijadikan komparasi sekaligus menjadi bahan

ekstensi terhadap penelitian yang dilakukan.


12

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui perbedaan individual peserta didik yang ada di MTs

As-Adiyah No.3 Atapange Wajo.

b. Untuk mengidentifikasi strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam

menghadapi perbedaan individual peserta didik di MTs As- Adiyah No.3

Atapange Wajo.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sebagai bahan pertimbangan bagi

para pendidik untuk memperluas wawasan dan cakrawala keilmuan dalam

berfikir tentang bagaimana seharusnya strategi guru dalam menghadapi

perbedaan individual peserta didik, terkhusus kepada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam.

b. Kegunaan praktis

Hasil studi ini diharapkan menjadi sumbangsih pikiran dalam upaya peningkatan

dalam melaksanakan pengajajran Pendidikan Agama Islam.

E. Garis Besar Isi

Bagian ini bertujuan untuk menggambarkan totalitas isi dalam skripsi ini maka

penulis ialah garis-garis besarnya sebagai berikut:

BAB I meliputi bab pendahuluan yang mencangkup latar belakang masalah,


13

rumusan masalah, definisi operasional dan landasan teori, tujuan dan kegunaan

penelitian serta diakhiri dengan garis-besar isi penelitian.

BAB II melingkupi tinjauan pustaka mencakup definisi dan hubungannya dengan

penelitian-penelitan sebelumnya, persamaan dan perbedaan masing-masing

penelitian dari penelitian sebelumnya serta kerangka pikir.

BAB III ialah bab yang mencakup metodologi penelitian yang terdiri dari jenis

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan

data dan teknik analisis data.

BAB IV ialah bab yang mencakup gambaran umum MTs As’adiyyah No.3

Atapange Wajo di mana di dalamnya mencakupi visi misi dan tujuannya, profil

sekolah keadaan pendidik serta sarana dan prasananya, hasil penelitian, serta

analisis dan pembahasan penelitian.

BAB V ialah bab penutup yang mencakup kesimpulan serta saran dari penulis

guna mengembangkan penelitian selanjutnya dan diakhiri dengan daftar

pustaka.
14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hubungan dengan Penelitian Sebelumnya

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rosdiah dengan judul “Strategi Guru PAI

Menghadapi Perbedaan Individual dalam Belajar Siswa Kelas VIII SMPN 1

Minasate’ne Kabuapaten Pangkaje’ne” menyimpulkan bahwa Guru PAI

Menghadapi Perbedaan Individual dalam Belajar Siswa yaitu dengan cara (a)

guru melakukan apersepsi diawal kegiatan pembelajaran, (b) guru

menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan

gaya belajar siswa dan juga guru menggunakan sumber pembelajaran dan

media yang cocok untuk materi yang diajarkan, (c) guru menutup

pembelajaran dengan Sementara usaha penanggulangan tantangan tersebut

ialah dengan menyimpulkan hasil pembelajaran dan juga memberi kesempatan

pada siswa untuk mengkomunikasikan materi yang belum dan juga

memberitahukan materi pertemuan depan yang akan dibahas.14

Adapun persamaan dengan penelitian yang peneliti kaji ialah terletak pada

perbedaan individual yang di mana menjadi titik fokus dalam penelitian.

Selain itu, penelitian tersebut juga memberikan sejumlah cara dalam

penangan peserta didik sesuai dengan kepribadian mereka. Ini juga

berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Sedangkan perbedaannya

ialah adanya ketidaksamaan objek pengajar. Penelitian Rosdiah mengkaji

seluruh guru yang mengajarkan pelajaran agama Islam sedangkan penelitian


14
Rosdiah, Skripsi, Strategi Guru PAI Menghadapi Perbedaan Individual dalam Belajar
Siswa Kelas VIII SMPN 1 Minasate’ne Kabupaten Pangkaje’ne (Pangkaje’ne: Universitas
Muhammadiyah Makassar, 2017), h. 64.
15

yang akan dilakukan hanya fokus kepada satu guru, yakni guru Sejarah

Kebudayaan Islam yang juga merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam.

2. Studi yang dikaji oleh Maria Magdalena Zagoto, Nevi Yami, dan Os Dakhi

berjudul “Perbedaan Individu dari Gaya Belajarnya Serta Implikasinya dalam

Pembelajaran” menyimpulkan bahwa perbedaan individu merupakan

perbedaan kemampuan dan karakteristik (kognitif, kepribadian, keterampilan

fisik, dan lain sebagainya) antar anak didik pada usia tertentu dan dalam setiap

kelompok. Melalui praktik dan aktivitas pendidikan, kita dapat

mengakomodasi perbedaan individual para siswa. Perbedaan individu

umumnya merupakan hasil hubungan/interaksi dari pengaruh hereditas atau

keturunan dan pengaruh lingkungan secara bersamaaan, yang akhirnya

menciptakan/menghasilkan manusia yang khas/unik. Namun kondisi

lingkungan termasuk kondisi dikelas juga memiliki pengaruh yang berarti

terhadap kemampuan dan perilaku siswa.15

Persamaan penelitian di atas dengan yang peneliti lakukan ialah komparasi

antar anak dalam memahami suatu pembelajaran yang diajarkan oleh guru.

Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus pengajaran. Jika pada penelitian

yang dikaji oleh Maria dkk fokus kepada pembelajaran secara umum, maka

penelitian ini akan bersifat lebih spesifik ke mata pelajaran agama di mana satu

di antaranya ialah Sejarah Kebudayaan Islam serta implikasinya terhadap

peserta didik.

15
Zagoto, M. M., Yarni, N., & Dakhi, O. (2019). Perbedaan Individu dari Gaya
Belajarnya Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan dan
Pengajaran, 2(2), h.6.
16

3. Penelitian yang dilaksanakan oleh Anisa dengan judul “Strategi Guru

Pendidikan Agama Islam dalam Menghadapi Perbedaan Kemampuan Daya

Serap Peserta Didik di SMP Negeri 4 Tinombo Selatan Kabupaten Parigi

Moutong” menyimpulkan bahwa strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam

menghadapi perbedaan kemampuan peserta didik di SMP Negeri 4 Tinombo

Selatan Kabupaten Parigi Moutong, adalah strategi pembelajaran peningkatan

kemampuan berpikir, kooperatif, kontekstual, dan ekspositori. Tujuan

digunakanya strategi pembelajaran ini adalah untuk mempermudah peserta

didik yang mempunyai perbedaan kemampuan daya serap dalam memahami

materi yang diberikan oleh guru. Selain itu, penerapan strategi pembelajaran

peningkatan kemampuan berpikir, kooperatif, kontekstual, dan ekspositori

yang diaplikasikan ialah menggunakan metode cermah, tanya jawab, diskusi,

dan demontrasi. Meode tersebut digunakan karena keterbatasan media

pembelajaran, termasuk di dalamnya in-focus.16

Persamaan studi di atas dengan yang akan dilakukan oleh peneliti ialah adanya

urgensi strategi dan bagaimana pengaplikasiannya dalam pembelajaran.

Sedangkan perbedaannya terletak pada apa yang sedang dianalisa, penelitian

yang dilakukan oleh Anisa lebih menekankan mengenai konsep strategi pada

sekolah umum, sedangkan apa yang akan peneliti lakukan akan fokus kepada

pengajaran agama Islam dan tentunya juga di sekolah Islam. Sebagaimana

yang terdapat pada penelitian yang relevan, persamaan serta perbedaan yang

dilaksanakan oleh peneliti. Persamaan dalam penelitian ini ialah sama-sama


16
Anisa, Skripsi, Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menghadapi Perbedaan
Kemampuan Daya Serap Peserta Didik di SMP Negeri 4 Tinombo Selatan Kabupaten Parigi
Moutong (Parigi Moutong: IAIN Palu, 2019), h. 77-78.
17

mengkaji mengenai strategi yang diterapkan oleh guru Pendidikan Agama

Islam terhadap anak didiknya yang mempunyai perbedaan individual serta

ketidaksaamaan dalam gaya belajar dan daya serap. Sedangkan perbedaanya

terletak pada lokasi, subjek, dan waktu penelitian.

B. Landasan Teori

1. Perbedaan Individual

a. Pengertian perbedaan individual

Perbedaan individu dalam kajian psikologi sebagaimana diutarakan dalam

sebuah slogan “persis seperti apa yang tertulis di kemasannya!” ini ialah

perihal mengkaji dan memberikan penjelasan perbedaan tiap personal. Dalam

pendidikan, perbedaan individual menggambarkan ketidaksamaan yang

bertalian dengan perbedaan peserta didik dalam berfikir, bersikap, berperasaan

dan melakukan sesuatu. Perbedaan individual merupakan gambaran dari

adanya ketidaksaamaan antar peserta didik di mana perbedaan-perbedaan ini

melahirkan sudut pandang yang berbeda sehingga cara penanganannya pun

tidak seutuhnya akan sama. Perbedaan individual dalam penelitian ini ialah

meninjau dan mengamati ketidaksamaan yang ada pada masing-masing

peserta didik maupun tenaga pengajar yang menjadi objek penelitian.

Sudah ada banyak kajian literatur yang membahas mengenai perbedaan-

perbedaan individual yang ada pada anak, baik ketika berada di lingkungan

rumahnya maupun ketika mereka berada di


18

lingkungan sekolah. Sebab, beda lingkungan, maka

beda juga perlakuan dan pergaulan yang mereka

terima.

Selain itu, sudah banyak bukti jelas bahwa

seorang anak tidak dilahirkan dengan sempurna.

Pola-pola berjalan, berbicara, merasakan, berfikir,

atau pembentukan pengalaman harus dipelajari

secara bertahap dan perlahan. Barangkali tidak ada

minat yang bersifat alami, tetapi dengan dorongan-

dorongan potensi tertentu, akan membentuk dasar-

dasar dari minat apa saja yang dikembangkan anak

dilingkungan tempat mereka tumbuh.

Masing-masing individu mempunyai ciri

dan sifat atau karakteristik bawaan dan karakteristik

yang diperoleh dari pengaruh lingkungannya.

Karakteristik bawaan merupakan karakteristik

keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang

menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial

psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan,

kepribadiaan terbawa pembawaan dan lingkungan:

merupakan dua faktor yang terbentuk karena faktor

terpisah, masing- masing mempengaruhi


19

kepribadian dan kemampuan individual bawaan

dan lingkungan dengan cara sendiri-sendiri.

b. Klasifikasi perbedaan individual

Secara umum, perbedaan individual dibagi ke dalam beberapa jenis:17

1) Perbedaan kecakapan bahasa

Salah satu kemampuan yang individu miliki ialah dengan adanya bahasa. Dalam

hal ini, masing-masing personalia memiliki bahasa yang berbeda-beda

sehingga melahirkan perbedaan dalam kecakapan berbahasa. Kemampuan ini

ialah kapabilitas dalam mengekspresikan kalimat dengan penuh makna, logis

dan sistematis. Ketiga komponen ini akan sangat berpengaruh terhadap faktor

intelejensia dan lingkungan, termasuk kemampuan berbicara (bahasa).

2) Perbedaan kognitif

Perbedaan ini ialah abilitas yang bertalian dengan pemahaman terhadap suatu

ilmu. Masing-masing individu mempunyai sudut pandang dan implementasi

keilmuan serta beragam. Kemampuan kognitif memberikan gambaran

mengenai pemahaman ilmu setiap orang, termasuk anak-anak.

3) Perbedaan kecakapan motorik

Motorik atau juga dikenal dengan nama psikomotorik adalah kemampuan

dalam melaksanakan koordinasi kerja saraf yang direalisasikan oleh saraf pusat

dalam beraktivitas. Kegiatan- kegiatan yang dilakukan terjadi karena adanya

kinerja saraf yang sistematis. Maka dari itu, kemampaun psikomotorik akan

17
Sunarto dan agung hartono, perkembangan peserta didik ( Jakarta : PT. Rineka Cipta
2002), h. 13
20

menjadi penentu kecerdasan dari anak.

c. Implikasi perbedaan individual dalam pembelajaran

Perbedaan individual dalam pembelajaran memiliki implikasi tersendiri

Perbedaan individual sangat menarik perhatian para ilmuwan, termasuk De

Petterdan Hearchi. Ia menjelaskan berbagai macam tipe orang dalam belajar.

Setiap orang memiliki cara/metode belajarnya sendiri.

Peserta didik dengan tipe visual lebih banyak menyerap/menangkap informasi

melalui indera penglihatan/mata mereka. Karakteristik individual masing-

masing terletak pada aspek biologis (fisiologis) yang meliputi bentuk, anatomi,

susunan dan struktur tubuh manusia, serta aspek psikologis yang meliputi

minat, bakat, intelegensi, emosi, dan lain sebagainya. Kedua aspek ini

membentuk suatu perilaku tertentu pada manusia yang menjadikannya berbeda

dengan manusia yang lainnya

Selain itu, implikasi perbedaan individual juga berbicara masalah

kemampuan kognitif, kepribadian, keterampilan fisik dan lain sebagainya.

Perbedaan-perbedaan individual juga membawa implikasi terhadap cara guru

mengelola proses pembelajaran bagi peserta didik di lingkungan sekolah.

Dalam sistem klasikal, tidak mudah bagi guru untuk memperhatikan perbedaan

tersebut secara lebih cermat serta menindaklanjutinya dengan pembelajaran

yang sifatnya pribadi.

Meski demikian, setiap guru dapat berusaha untuk lebih memperhatikan


21

perbedaan individual ini dalam proses pembelajaran. Oleh karenanya, seorang

guru sebaiknya berusaha menemukan adanya perbedaan diantara siswanya

seawal mungkin sehingga dapat menindaklanjutinya dengan cepat.

Salah satu karakteristik penting dari pembelajaran yang efektif adalah

ketika proses pembelajaran tersebut mampu merespon kebutuhan individual

siswa. Memang terlalu banyak perbedaan yang ada diantara siswa sementara

guru dituntut untuk dapat mengajar suatu materi dalam waktu yang sama.

Namun demikian, pembelajaran memerlukan sensitifitas terhadap perbedaan

individual. Guru dapat membuat variasi metode maupun media dalam proses

pembelajaran.

Guru yang dapat mengakomodasi kebutuhan individual menunjukkan

bahwa mereka ingin merangkul seluruh siswa dalam seluruh proses

pembelajaran. Selanjutnya peserta didik memiliki kemungkinan yang lebih

besar untuk aktif berpartisipasi dalam kelas ketika mereka tahu bahwa guru

mereka mempertimbangkan kebutuhan mereka sebagai individu.

Banyak program pendidikan yang dapat dipilih oleh guru sebagai

implikasi dari adanya perbedaan individual diantara siswa. Dari sekian banyak

bentuk program pendidikan yang dapat dipilih, terdapat dua jenis program

yang terbanyak dilaksanakan yakni program pengayaan (enrichment) dan

program percepatan (acceleration).

Program pengayaan memberikan pelayanan pendidikan sesuai potensi

kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki anak, dengan penyediaan

kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat komprehensif dan


22

mendalam. Sedangkan program percepatan yakni pemberian pelayanan

pendidikan sesuai potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki oleh

siswa, dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk dapat menyelesaikan

program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat dibanding teman-

temannya.

2. Strategi dan Guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)

a. Pengertian strategi

Strategi merupakan serapan dari bahasa latin yakni strategi yang berarti seni

penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Strategi adalah suatu usaha untuk

memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan.

Terminologi strategi saat ini banyak dipakai dalam berbagai bidang

kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan

dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang guru yang berperanan sebagai

pimpinan di kelas, yang menginginkan kesuksesan dan keberhasilan dalam

mengajarkan akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuan itu.

Seorang guru umumnya mengharapkan hasil belajar yang baik bagi anak

didiknya, akan menerapkan suatu strategi sedemikian rupa sehingga siswa

mencapai tujuannya dengan mendapat prestasi yang terbaik.18

Secara bahasa, strategi dapat diartikan sebagai siasat, kiat, trik, atau cara.

18
Ali Hamzah, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2014), h. 140.
23

Sedangkan secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam

bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.19 Pendapat lain juga

menyatakan bahwa strategi merupakan metode yang dilakukan seseorang

untuk mendapatkan hasil yan telah ditetapkan.20

Selanjutnya, definisi dari guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Secara

etimologis, istilah guru berasal dari bahasa India yang artinya orang yang

mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara. Dalam bahasa Arab mengenal

istilah guru dengan sebutan “al-mua’allim” atau “al-ustadz(ah)” yang

bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim (tempat memperoleh ilmu).21

Menurut Zuhairini dkk, ”Guru agama (PAI) adalah orang yang

mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak sesuai dengan

ajaran islam, ia juga bertanggung jawab kepada Allah Swt”.22 Terdapat banyak

keilmuan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) sehingga untuk membuatnya

lebih terperinci, peneliti memilih mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

(SKI).

b. Pengertian guru sejarah kebudayaan Islam

Definisi “sejarah” secara etimologi dapat berasal dari kata sejarah yang

seiring dikatakan berasal dari kata Arab “syajarah” yang artinya pohon.

19
Pupuh Fathurrohman Dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Bandung:PT
Refika Aditama,2007), h. 3
20
Dalam Memotivasi Siswa Meningkatkan Prestasi Belajar”, (Aceh: FKIP Universitas
Abulyatama Aceh Besar , 2004)., h. 63
21
Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalime Guru,(Bandung: Alfabeta, 2014), h.35
22
Zuhairini (et.all), Metode Khusus Guru Agama, (Jakarta: Usaha Nasional, 2004), h.54.
24

Pengertian sejarah pada dasarnya memberikan arti objektif tentang masa

lampau, dan hendaknya dipahami sebagai suatu aktualitas atau sebagai

peristiwa itu sendiri.23

Secara singkat, guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah orang yang

mengajarkan sejarah peradaaban Islam di masa lampau kepada peserta didik di

mana tujuan pengajarannya ialah mengharapkan peserta didik dapat mengerti

dan memahami sejarah Islam dan bagaimana perkembangannya hingga saat

ini. Sebagaimana telah dijabarkan sejumlah definisi strategi dan guru

Pendidikan Agama Islam, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi

merupakan suatu cara atau metode yang digunakan dalam upaya mencapai atau

meraih keberhasilan yang sedang dilakukan di mana hasilnya dapat

memberikan dampak positif, baik demi kepentingan pribadi ataupun orang

lain. Sedangkan guru Pendidikan Agama Islam adalah mereka yang berprofresi

sebagai guru di mana dalam tupoksinya mengajar pelajaran yang berkaitan

dengan agama Islam. Guru Pendidikan Agama Islam mengajar di sejumlah

tingkatan pendidikan (sekolah), mulai dari Sekolah Dasar (SD)/sederajat

hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)/sederajat.

Sebagai upaya memperkuat tugas dari guru PAI, dalam Majmu' Syarah al-

Muhadzab, sebuah ucapan yang dinisbatkan kepada Imam Syafi'i berbunyi:

‫َم ْن َأَر اَد الُّد ْنَيا َفَع َلْيِه بِالِع ْلِم َو َم ْن َأَر اَد اآلِخَر َة َفَع َلْيِه بِالِع ْلِم َو َم ْن َأَر اَد ُهَم ا َفَع َلْيِه بِالِع ْلم‬

Terjemahnya:

23
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern,
(Yogjakarta Lesfi, 2002), h. 4.
25

"Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia


menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai
ilmu. Dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat),
hendaklah ia menguasai ilmu." (Manaaqib asy- Syafi’i).24

Oleh karena itu, mempelajari dan mengajarkan suatu ilmu kepada orang

lain, termasuk anak didik di sekolah/madrasah adalah suatu tugas yang mulia.

Sebab, dengan ilmu, kita bisa mendapatkan dunia, akhirat dan bahkan

keduanya. Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam merealisasikan tugas

mulia tersebut akan menjadi amal jariyah baginya

c. Strategi guru sejarah kebudayaan Islam (SKI)

Sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya, strategi merupakan suatu

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan peserta didik agar

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Selain itu, strategi

juga dapat diartikan sebagai usaha guru melaksanakan pembelajaran,

menggunakan berbegai komponen pembelajaran agar dapat mempengaruhi

siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.25

Pentingnya strategi dalam mengajar, oleh semua guru tentunya adalah hal

dianggap krusial dan dapat menuntun kepada output yang akan diberikan oleh

peserta didik.

Maka dari itu, dalam upaya pembinaan, sebagaimana dirincikan oleh

Rosdiah yang sejalan dengan ajaran Islam, maka berikut adalah beberapa

strategi yang dapat diterapkan:26

24
Dalam kitab Manaaqib asy-Syafi’i (2/139, cet. Maktabah Daar at-Turats)
25
Mahmud Arif, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, (Yogyakarta:
Idea Press), h. 5
26
Rosdiah, Skripsi, Strategi Guru PAI Menghadapi Perbedaan Individual dalam Belajar Siswa
Kelas VIII SMPN 1 Minasate’ne Kabupaten Pangkaje’ne (Pangkaje’ne: Universitas
26

1) Pendayagunaan sumber belajar

Sumber belajar yang dimaksud melingkupi sumber belajar yang sudah

disediakan secara formal buku perpustakaan, buku sumber, tempat ibadah, dan

sumber belajar lain yang dapat digali.

2) Pembuatan bahan ajar terpilih

Pada item ini, bahan ajar terpilih yang dimaksud ialah materi yang dianggap

tepat untuk mengembangkan suatu topik pembelajaran agama.seperti cerita

sejarah islam, sejarah para Nabi, dan sejarah cendikiawan muslim.

3) Implementasi beragam teknik

Secara mendasar, pendidikan agama akan sulit diraih jika hanya menggunakan

satu teknik atau cara. Masing-masing teknik pastinya mempunyai kelebihan

dan kekurangan, sehingga pembelajaran agama diharapkan dapat dilakukan

secara efektif, salah satunya dengan mengkombinasikankan beragama metode

secara profesional.

4) Pengaplikasian evaluasi berkesinambungan

Evaluasi berkelanjutan bisa menjadi fokus yang prioritas. Keutamaannya

dalam tendensi pada internalisasi nilai kepada peserta didik. Metode evaluasi

yang bisa diterapkan dikembangkan yakni porfofolio, penilaian penampilan,

penugasan, penilaian karakter atau etika dan penilaian hasil tes dan karya.27

Muhammadiyah Makassar, 2017), h. 27


27
Mahmud Arif, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, (Yogyakarta:
Idea Press), h. 249.
27

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir ialah cerminan pola kaitan antar variabel ataupun kerangka

konseptual yang nantinya dipakai supaya bisa menjawab permasalahan yang

ingin ditelaah, dibuat sesuai kajian teoritis yang sudah dijabarkan.28

Penelitian ini mengacu pada kerangka pikir tentang strategi guru

Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam menghadapi perbedaan daya individual

peserta didik. Dalam proses belajar mengajar akan melahirkan suatu strategi

kemudian guru menggunakan macam-macam pendekatan tertentu dan

disesuaikan dengan teknik dan mata pelajaran yang diajarkan serta disesuaikan

perbedaan dari masing-masing individu peserta didik.

Untuk memperjelas alur kerangka pikir, dapat dilihat pada bagan kerangka

berikut ini:

28
Universitas Muslim Indonesia (2013), Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Agama
Islam, h.13.
28

Guru

Peserta Didik

Perbedaan individual
Strategi guru SKI kepada siswa MTs As-Adiyah No.3 Atapange Wajo

Proses belajar

Has
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir
il
Sebagaimana bagan yang ditampilkan di atas, diketahui bahwa guru

dalam menghadapi peserta didik pada proses pembelajaran pendidikan agama

Islam memiliki strategi yang berbeda-beda, khususny dalam menghadapi

perbedaan individual peserta didik sehingg anak didik akan meraih output

belajar yang maksimal berdasarkan tujuan pembelajaran, baik yang bersifat

nasional maupun lokal (masing-masing kebijakan sekolah).


29
30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Penelitian jenis

kualitatif adalah proses di mana data diperoleh dari deskripsi lalu dirincikan

secara ilmiah dan mempunyai pola yang jelas. Singkatnya, penelitian kulitatif

ilh suatu studi di mana peneliti melakukan pengamatan dan kajian langsung di

lapangan untuk memperoleh data konkrit yang bertalian dengan judul yang

dikaji.

Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitis sehingga perlu

mendapatkan data sebanyak mungkin melalui beragam teknik yang disusun

secara sitematis. Wahyudin Darmalaksana mengatakan bahwa penelitian

kualitatif” umumnya dijadikan sebagai eksplorasi dan digunakan oleh

akademisi sosial, humaniora, dan agama".29 Selain itu, Abdul Sani

menambahkan bahwa penelitian jenis ini merupakan aktivitas yang bertujuan

untuk memberikan gambaran situasi atau keadaan yang disusun untuk

memperoleh suatu informasi yang dapat digunakan.30

Peneliti memilih penelitian jenis ini karena permasalahan yang diangkat

harus dijabarkan berdasarkan kata-kata dan tidak mengharuskan menggunakan

angka atau statistik. Sehingga kajian yang dilakukan lebih merujuk kepada

29
Wahyudin Darmalaksana, 2020. Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka dan Studi
Lapangan., h. 2.
30
Rukeasih A. Maolani & Ucu Cahyana. Metode Penelitian Pendidikan. (Jakarta; PT.
Kharisma Putra Utama, 2016), h. 72.
31

permasalahan yang dirumusukan, terkhusus kepada strategi guru Pendidikan

Agama Islam.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti akan melakukan penelitian di MTs As-Adiyah No.3 Atapange

yang terletak di Jl. Maddukkelleng No. 44 Atapange, Kel. Rumpia, Kec.

Majauleng, Kab. Wajo. Peneliti memilih sekolah ini sebagai objek penelitian

karena sekolah ini memiliki sejumlah mata pelajaran yang berkaitan langsung

dengan pendidikan agama Islam, lebih spesifik lagi ke mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam.

C. Fokus Penelitian

Sebagai upaya memudahkan proses penelitian, peneliti menentukan fokus

penelitian, yakni dengan memilih satu guru yaitu Bapak Kaharuddin, S.Pd.I

sebagai guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Sedangkan

fokus penelitian pada peserta didik ialah kelas VIII B yang terdiri dari 13 laki-

laki dan 9 perempuan dengan total keseluruhan siswa ialah sebanyak 22 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriftif kualitatif

yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan

mendalam tentang realitas spiritual dan strategi kemajaun yang terjadi di

sekolah yang menjadi subjek penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter,

sifat, dan model dari fenomena tersebut.31

31
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Bandung: Kencana Prenada MediaGroup, 2013), h.47
32

Pada penelitian yang akan dilakukan, peneliti akan menggunakan

pendekatan pedagogis dan teologi normatif. Pendekatan pedagogis digunakan

untuk mengidentifikasi kemampuan pengajar, yang mencakupi pemahaman

terhadap kondisi peserta didik, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan

pemahaman terhadap penilaian pembelajaran yang berjalan.

Adapun teknik pengumpulan data terkait dengan masalah yang ada dalam

penelitian ini ialah dengan menerapkan sejumlah metode, yakni metode

dokumentasu, observasi, wawancara dan triangulasi. Berikut ini adalah

rinciannya:

1. Dokumentasi
Dokumentasi bertujuan untuk memperoleh data langsung dari tempat

penelitian, baik mencakupi buku-buku, ruangan, gedung, laporan kegiatan,

peraturan-peraturan serta segala fasilitas yang ada di lokasi penelitian dan

berhubungan dengan studi yang sedang dikaji.

"Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dari

sumber non-insani yang terdiri dari dokumen, foto ataupun rekaman"

Oleh karena itu, disimpulkan bahwa dokumentasi merupakan salah satu cara

pengumpulan data dalam mengumpulkan atau menganalisa dokumen

dokumen, baik dokumen tertulis, elektronik ataupun bergambar.


33

2. Observasi
Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara mengadakan

pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu periode tertentu yang

diamati. Pendapat lain yakni Hasanah menyatakan observasi merupakan

“proses pengamatan sistematis dari aktivitas-aktivitas dan pengaturan fisik di

mana kegiatan tersebut berlangsung selama proses pengamatan berlangsung

dan menghasilkan fakta”.

Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, peneliti mengadakan

pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti yakni MTs As-Adiyah No.3

Atapange Wajo. Untuk menjaga keabsahan dari teknik ini, peneliti akan

menggunakan catatan-catatan (tertulis). Hal ini dilakukan supaya berbagai

peristiwa yang ditemukan, baik yang disengaja maupun tidak diharapkan

dapat dicatat sesegera mungkin.

3. Wawancara
Wawancara ialah mengadakan interview dengan guru-guru dan pihak-

pihak terkait yang memiliki relevansi dan kompetensi dengan permasalahan

yang sedang diteliti.

Metode wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan

pada interviewee (informan) dan menulis dari hasil wawancara tersebut.

Metode wawancara secara umum digunakan untuk melacak pelbagai gejala

tertentu dari perspektif orang-orang yang berkaitan.


34

“Teknik wawancara dalam penelitian kualitatif adalah percakapan yang memilki


tujuan memperoleh konstruksi yang sedang terjadi baik mengenai orang,
aktivitas, perasaan dan sebagainya”

Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat

dipahami bahwa wawancara sebagai salah satu

bentuk instrumen penelitian yang berfungsi

memperoleh data yang dibutuhkan di lapangan.

Dalam hal ini, wawancara bertujuan untuk

memudahkan peneliti memperoleh sejumlah

informasi yang berkaiatn dengan strategi guru PAI

dalam menghadapi perbedaan individual peserta

didik di MTs As-Adiyah No.3 Atapange Wajo.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan fase menyusun data supaya dapat ditafsirkan.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber, yaitu berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi yang

sebelumnya telah dikumpulkan.

Sedangkan menurut Sugiyono, analisis data merupakan suatu proses

mencari dan menyusun kerangka awal hingga akhir secara sistematis sesuai

dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara yang ditujukan kepada satu

atau lebih orang, dokumentasi penelitian serta catatan-catatan vital yang

nantinya akan diorganisir dan dijabarkan dalam unit-unit tertentu, pola,

sintesa, dan menyimpulkannya dengan baik sehingga memudahkan diri sendiri


35

dan orang lain untuk memahami.32

Peneliti akan menggunakan tiga teknik dalam mengelolah data

sebagaimana umum diterapkan pada penelitian deskriptif kualitatif. Berikut

adalah rinciannya:

1. Reduksi data

Data yang diperoleh di lapangan tidak menutup kemungkinan cukup

banyak dan rumit. Maka dari itu, perlu adanya analisis data melalui reduksi.

Mereduksi data berarti memilih, merekam hal-hal mendasar dan memfokuskan

pada hal-hal yang penting untuk kemudian ditemukan polanya.33

Ringkasnya, reduksi data bertujuan untuk memperpendek, mempertegas

dan juga membuat fokus terhadap hal-hal penting dan mengatur sedemikian

rupa sehingga penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan mudah.

2. Penyajian data

Setelah data direduksi, lang berikutnua ialah menyajikan data. Sajian data

adalah rangkaian kalimat atau informasi yang disusun secara logis dan

sistematis sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan. Emilia Emi

menyebutkan bahwa "data yang disajikan dibuat baik dalam bentuk teks narasi,

matriks ataupun bagan."34

32
Sugiyono, (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
33
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Cet. XIII; Bandung: Alfabeta,
2011), h. 247.
34
Emilia Emi. (2009), Menulis Tesis dan Disertasi.Bandung: Alfabeta. H. 205.
36

3. Verifikasi atau penarikan kesimpulan

Lang selanjutnya, ialah melakukan penarikan kesimpulan. Tahap ini

merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang didapatkan

sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan

usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola,

penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi.

Sebagaiamana uraian dari pengolahan data di atas, ditarik kesimpulan

bahwa reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi

merupakan satu kesatuan pada saat sebelum, selama dan setelah pengumpulan

data dalam bentuk yang umum. 35

35
Salim & Syahrum, (2016), Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Citapustaka Media, hal.
150-15
37
38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah As’adiyah No.3 Atapange

1. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah Tsanawiyah As’adiyah No.3 Atapange

a. Visi

Berprestasi dalam ilmu pengetahuan, berkepribadian islam dan berwawasan

global yang dilandasi iman dan taqwa

b. Misi

Adapun misi dari Madrasah Tsanawiyah As’adiyah No.3 Atapange adalah sebagai

berikut:

1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan efektif untuk meningkatkan

prestasi belajar peserta didik

2) Membentuk prilaku berprestasi pola pikir yang kritis kreatif pada peserta didik
3) Mengembangkan pola pembelajaran yang inovatif dan tradisi berpikir ilmiah
yang didasari olehkemantapan penghayatan dan pengalaman nilai-nilai agama
Islam
4) Membekali peserta didikuntuk siap dan mampu menggunakan teknologi
modern yaitu komputer

5) Meningkatkan lingkungan madrasah yang sehat, aman dan kondusif untuk


berprestasi belajar.
39

c. Tujuan

Madrasah Tsanawiyah As’adiyah No.3 Atapange mempunyai tujuan

sebagai berikut:

1) Meningkatkan kualitas iman, ilmu dan amal saleh pada seluruh warga

madrasah

2) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana/prasarana serta pemberdayaan

yang mendukungeningkatan prestasi amaliah keagamaan islam, prestasi

akademik, dan non akademik

3) Membantu peserta didikyang kurang mampu agar memperoleh jenjang

pendidikan yang lebih tinggi

4) Meningkatkan nilai kriteria ketuntasan minimal dan UN secara berkelanjutan

5) Meraih kejuaraan dalam bidang Ilmu pengetahuan, kesenian dan olahraga dan

ekstrakurikuler.

6) Meningkatkan kegiatan ibadah shalat berjamaah, shalat Dhuha, Tadarrus Al-

Quran, dan sosial keagamaan bagi semua warga madrasah.

2. Profil Madrasah Tsanawiyah As’adiyah No.3 Atapange

Nama Sekolah : Madrasah Tsanawiyah As’adiyah No. 3 Atapange

NSM 121273130007

NPSN 40320138

NPWP : 00-571-882-0-808-000

Nama Yayasan : Yayasan Nurul Yaqin Atapange No. SK : 12/XVTsn/79

Tanggal SK : 01 November 1979 Tahun Berdiri 1969

Alamat : Jl. Maddukkelleng No. 44 Atapange


40

Desa : Rumpia

Kecamatan : Majauleng

Kabupaten : Wajo

Provinsi : Sulawesi Selatan

Kode Pos 90991

Akreditasi :B

Luas Tanah : 8547m2 Status Kepemilikan : Milik sendiri

Email : madrasahtsanawiyah.atapange@yahoo.co.id

3. Data Pendidik dan Pegawai

Tabel 4.1

Daftar Tenaga Pendidik dan Kependidikan

PNS Non-PNS Total


Pendidik dan Pegawai
No.
Lk Pr Jml Lk Pr Jml Lk Pr Jml
1Kepala Madrasah
1 0 1 0 0 0 1 0 1
2Wakamad
0 0 0 1 3 4 1 3 4
3Guru mata pelajaran
umum 1 0 1 6 9 15 7 9 16
4Guru PAI
0 0 0 1 4 5 1 4 5
5Guru BK
0 0 0 1 0 1 1 0 1
6Kepala Tata Usaha
0 0 0 0 1 1 0 1 1
7Staf Tata Usaha
0 0 0 0 2 2 0 2 2
41

8Bendahara
0 0 0 1 0 1 1 0 1
9Pustakawan
0 0 0 1 0 1 0 1 1
10Laboran
0 0 0 1 0 1 0 1 1
11Bujang
0 0 0 1 0 1 1 0 1
12Satpam
0 0 0 1 0 1 1 0 1
13Instruktur ekskul
0 0 0 0 0 0 0 0 0
14Personal lainnya
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber data: Laporan Bulanan Madrasah Tsanawiyah As’adiyah No. 3
Atapange.

4. Data Peserta Didik

Tabel 4.2

Daftar Peserta Didik

Madrasah Tsanawiyah As’adiyah No. 3 Atapange

No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Rombel

1 Kelas VII 36 38 74 3

2 Kelas VIII 47 23 70 3

3 Kelas IX 39 21 60 3

Jumlah 112 82 204 9


Sumber data: Laporan Bulanan Madrasah Tsanawiyah As’adiyah No. 3
Atapange.

5. Data Guru PNS dan Non-PNS


42

Tabel 4.3

Daftar Guru Non PNS

No. Nama Mapel yang diajarkan Sertifikasi

1 Hasnawati Quran Hadist Sudah

2 Baso Lolo IPS Terpadu Sudah

3 Hj. Sri Intan Bahasa Indonesia Belum

4 Muhammad Nur Penjaskes Sudah

5 Besse Jemma Fiqhi Sudah

6 Haderawati Bahasa Arab Sudah

7 Sayuti Rahman Matematika Sudah

8 Andi Firman TIK Belum

9 Baderia Bahasa Inggris Sudah

10 Kaharuddin SKI Sudah

11 HJ. Darmawaty Qur’an Hadits Sudah

12 Rismawati PKN Belum

13 Muh. Atrin Ipa Terpadu Belum

14 Jabir SBK Belum

15 Indo Intang Prakarya Belum

16 Indra Nengsi Bahasa Indonesia Belum

17 Andi Wirasari IPA Belum

18 Nurfadilla Wihda IPS Belum

19 Besse Tuti Awaliah Bahasa Inggris Belum


43

20 Besse Rahmawaty Prakarya Belum


Sumber data: Laporan Bulanan Madrasah Tsanawiyah As’adiyah No. 3
Atapange.

Tabel 4.4

Daftar Guru PNS

No. Nama Guru Mapel yang diajarkan Sertifikasi

Bahasa Indonesia Sudah


1 Syamsul Bakhri

6. Data Sarana dan Prasarana

Tabel 4.5
Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah As’adiyah No. 3
Atapange

Kondisi (Unit)
Jenis Ruangan
No.
Ada Baik Rusak Ringan Rusak Berat Jumlah

1 Kantor  1 0 0 1

2 Guru  1 0 0 1

3 Kelas  0 3 7 10
44

4 Laboratorium  1 0 0 1

5 Perpustakaan  1 0 0 1

6 Mushallah  0 1 0 1

7 WC  4 0 0 4

8 UKS  1 0 0 1

9 Kantin  0 2 0 2

B. Perbedaan Invidual Peserta Didik dan Strategi Guru Sejarah

Kebudayaan Islam

1. Gambaran Perbedaan Individual Peserta Didik di MTs As-Adiyah No.3

Atapange Wajo.

Perbedaan individu diantara anak didik merupakan hal yang tidak

mungkin dihindari, karena hampir tidak ada kesamaan yang dimiliki oleh

manusia kecuali perbedaan itu sendiri. Sejauh mana individu berbeda akan

mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau kombinasi-kombinasi dari

berbagai unsur perbedaan tersebut.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peserta didik di MTs As-

adiyah tentunya memiliki perbedaan individual yang berbeda-beda. Dimana


45

setiap peserta didik memiliki karakter, sifat serta kebiasaan belajar yang

berbeda, dengan begitu setiap peserta didik mempunyai cara tersendiri dalam

menerima setiap pembelajaran yang di berikan oleh guru pengampuh

disekolahnya. Seorang guru tentunya akan dihadapkan dengan siswa-siswa

yang memiliki perbedaan tersebut.

Murid yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama, mereka memiliki

sikap, karakter yang berbeda-beda, serta cara dalam belajar dan bagaimana

menerima materi yang di ajarkan karena gaya belajar antar satu sama lain juga

berbeda. Cara seseorang dalam merespon suatu informasi/pelajaran, menata

dan mengola informasi tersebut untuk masalah dan mengaplikasikannya juga

memiliki perbedaan. Dari hasil observasi menunjukkan terdapat siswa dengan

kemampuan belajar secara visual, auditorik dan kemampuan kinestetik.

Siswa dengan gaya belajar secara visual yaitu siswa yang cenderung lebih

menggunakan indera pengelihatan dengan cara membaca beberapa buku

mengenai sejarah kebudayaan islam dan dengan cara menonton tontonan yang

mendidik.

Siswa dengan gaya belajar visual (visuallearners) lebih memfokuskan pada

pengelihatan. Anak didik dengan tipe visual memiliki ke khasan, murid

tersebut lebih suka membaca dari pada dibacakan. Sehingga pada saat jam

istirahat berlangsung peneliti kerap menjumpai beberapa murid yang senang di

perpustakaan sekolah membaca buku yang telah disediakan.

Selain gaya belajar visual (visuallearners) terdapat beberapa murid dengan

gaya belajar kinestetik, murid tersebut lebih suka dengan praktik langsung,
46

dibandingkan hanya sekedar mempelajari teori. Murid tersebut senang ketika

dilakukan praktik dakwah, menjelaskan dan menggunakan isyarat tubuhya

ketika berceramah didepan teman-temannya.

Dari sekian banyak siswa yang ada di MTs As- Adiyah No.3 Atapange

Wajo hanya beberapa orang siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik.

Selebihnya , dari hasil observasi yang telah dilakukan. Lebih banyak siswa

yang lebih suka dengan gaya belajar auditori yaitu dengan mendengarkan dari

apa yang di ajarkan oleh guru pengampu lalu mencatatnya dalam sebuah buku.

‘’Saya sendiri lebih suka ketika penyampaian materinya dengan cara di

(dibacakan), setelah itu pak Kaharuddin menyuruh kami untuk mencatat dari

apa yang ada dalam buku kemudian ia menjelaskannya, sehingga kita semua

bisa lebih paham mendengarkan dari penjelasan yang pak Kaharuddin

paparkan, ’’

Dari penjelasan oleh beberapa murid, banyak murid menyukai cara belajar

secara auditori dengan mendengarkan dari apa yang dijelaskan oleh bapak

kaharuddin karena dengan begitu, siswa tersebut lebih mudah dalam mengingat

mata pelajaran yang telah di ajarkan. Dan lebih mudah memahaminya.

Selain visual dan auditori beberapa siswa juga suka berdiskusi, sehingga

pada saat observasi peneliti menemukan beberapa siswa yang senang

berdiskusi diluar jam pelajaran untuk mendapatkan infromasi ataupun

tambahan ilmu, selain itu selama peneliti melakukan penelitian di lapangan,

disaat forum diskusi dibuka dalam kelas beberapa siswa terlihat aktif dalam

berargument, adu argument satu sama lain. Akan tetapi terdapat juga siswa
47

yang hanya diam membisu dan sekedar mendengarkan teman-temannya yang

sedang berdiskusi

Tidak hanya itu selama dilakukannya penelitian, peneliti juga mendapati

perbedaan individual yang tidak hanya dilihat dari gaya belajar siswa akan

tetapi dari sikap individu dari masing-masing siswa tersebut didalam kelas,

ketika guru mengajar, tidak semua peserta didik fokus dan memperhatikan apa

yang sedang mereka pelajari. Banyak dari mereka yang lebih sering

menganggu teman yang duduk di dekatnya, bercerita satu sama lain, bahkan

lalu-lalang ketika guru sedang menjelaskan di depan kelas.

Selain itu, Perbedaan individual lainnya dilihat dari bagaimana respon

setiap siswa terhadap perintah dari gurunya. Saat peneliti melakukan observasi

di lapangaan, dimana terdapat 3 klasifikasi siswa saat diberi arahan, yaitu

siswa yang langsung mendengar ketika diminta untuk melakukan sesuatu tanpa

harus disuruh dua kali, kedua, anak yang mau bergerak ketika diminta untuk

melakukan sesuatu setelah diminta lebih dari dua kali dan yang ketiga yaitu

anak yang enggan mendengar arahan dan tidak mau mendengar setelah

diminta.
48

2. Strategi Guru Sejarah Kebudayaan Islam di MTs As-Adiyah No.3

Atapange Wajo.

Strategi merupakan serapan dari bahasa latin yakni strategi yang berarti

seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Strategi adalah suatu usaha

untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan.

Terminologi strategi saat ini banyak dipakai dalam berbagai bidang kegiatan

yang bertujuan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam

mencapai tujuan. Misalnya seorang guru yang berperanan sebagai pimpinan

di kelas, yang menginginkan kesuksesan dan keberhasilan dalam mengajarkan

akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuan itu. Seorang guru

umumnya mengharapkan hasil belajar yang baik bagi anak didiknya, akan

menerapkan suatu strategi sedemikian rupa sehingga siswa mencapai tujuannya

dengan mendapat prestasi yang terbaik.36

Adapun deksripsi umum mengenai guru Sejarah Kebudayaan Islam telah

dibahas di sejumlah kajian literatur. Secara terminologi, sejarah berasal dari

kata sejarah yang seiring dikatakan berasal dari kata Arab “syajarah” yang

artinya pohon. Pengertian sejarah pada dasarnya memberikan arti objektif

tentang masa lampau, dan hendaknya dipahami sebagai suatu aktualitas atau

sebagai peristiwa itu sendiri.37

36
Ali Hamzah, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014), h. 140
37
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern,
(Yogjakarta: Lesfi, 2002), h. 4.
49

Sebagaimana penelitian yang dilakukan

oleh peneliti di MTs As- Adiyah No.3 Atapange

Wajo, peneliti (berdasarkan hasil observasi dan

wawancara) menemukan bahwa guru Sejarah

Kebudayaan Islam, dalam hal ini adalah Bapak

Kaharuddin S.Pd. I. menerapkan sejumlah strategi

dalam pengajarannya.

Hasil wawancara peneliti dengan Bapak

Kaharuddin sebagai guru SKI mengenai perbedaan

individual peserta didik di MTs As-Adiyah No.3

Atapange Wajo dijelaskan di bawah ini:

“Berdasarkan apa yang kami alami, peserta didik itu


punya karakter yang beraneka ragam, tergantung
kognitif tiap anak didik, kedisiplinan dan tata karma
atau adab mereka. Tapi dengan adanya perbedaan
itu, bukan berarti mereka saling menjelek-jelekkan
karena dengan adanya perbedaan itu, pertemanan
mereka terasa lengkap”38

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak

Kaharuddin, perbedaan individu pada dasarnya

bukan hal yang harus dipermasalahkan karena

perbedaan justru menciptakan keberagaman dan

pertemanan semakin kuat karena saling melengkapi

satu sama lain. Selain itu, ketika ditanya mengenai

berapa banyak anak yang introvert atau kurang

38
Wawancara langsung bersama guru SKI pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As- Adiyah
No.3 Atapange.
50

bersosialiasi dengan teman-temannya, beliau

memberikan jawaban sebagai berikut:

“Terkait sosialisasi, terdapat sejumlah peserta didik


yang sosialiasinya hanya 5% dibandingkan dengan
teman-temannya yang lain. Ada anak yang lebih
suka diam dan kurang bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya, berbeda dengan temannya
yang lebih terbuka, sosialisasi mereka sudah bagus
dan mau bergabung dengan teman-temannya yang
lain, baik teman sekelas ataupun bukan”39
Menurut Bapak Kaharuddin, ada beberapa

peserta didik yang lebih senang menyendiri dan

tidak bergabung dengan teman-teman lainnya, baik

ketika dalam suasana pembelajaran di kelas, jam

istirahat atau bahkan di luar lingkungan sekolah.

Hal ini membuat anak didik tersebut tertutup

dengan dunia luar dan memiliki sedikit relasi

dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Setiap guru di sekolah mana pun pastinya

akan menghadapi suasana pembelajaran yang

berbeda-beda. Untuk menangani masing-masing

perbedaan atmosfer di masing-masing sekolah,

setiap guru pastinya punya cara atau strategi

tertentu dalam menghadapinya. Mengenai hal ini,

Bapak Kaharuddin mengemukakan bahwa:

Berbicara masalah situasi, tidak sedikit anak yang


39
Wawancara langsung bersama guru SKI pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As- Adiyah
No.3 Atapange.
51

suka teriak, mondar-mandir ketika saya sedang

mengajar, ada yang diam dan sekedar mendengar

dan ada juga yang fokus dengan materi yang saya

ajarkan.

Tidak berbeda dengan tiap guru yang ada di

sekolah pada umumnya, Bapak Kaharuddin juga

merasakan situasi kelas ketika beliau sedang

mengajar dan hampir setiap hari dihadapinya.

Ketika Bapak Kaharuddin sedang mengajar, peserta

didik tidak 100% memperhatikan. Sebagaimana

yang beliau paparkan, ketika mengajar, ada anak

yang berjalan ke sana – kemari, berpindah tempat

dari satu bangku ke bangku lainnya, berteriak di

dalam kelas sehingga dapat mengganggu

konsentrasi anak didik lainnya yang sedang fokus

dengan pembelajaran yang sedang diajarkan.

Sebagai upaya menghadapi situasi seperti

itu, Bapak Kaharuddin mempunyai cara tersendiri

untuk menanggulanginya atau paling tidak dapat

meredam situasi pembelajaran yang membuat

peserta didik berlarian atau bermain tanpa

memperhatikan materi. Berikut adalah

penjelasannya:
52

“Saya memakai dua cara yah. Pertama, saya memberikan penjelasan mengenai
pelajaran yang saya ampuh lalu anak-anak saya minta untuk mencatat poin-
poin penting dari penjelasan saya. Setelah itu, barulah masuk cara yang kedua
yakni praktik, karena pada dasarnya, sejarah ini tidak hanya sekadar materi
atau penjelasan saja, tapi juga ada action atau praktik supaya mereka lebih
bersemangat belajar dibandingkan hanya mendengar saya menjelaskan di
kelas. Selain itu, saya juga biasa memberikan mereka tontonan edukatif
mengenai sejarah supaya mereka tidak bosan juga belajar.”40

Bapak Kaharuddin menerapkan 2 cara untuk membuat anak didik bisa

tetap belajar. Cara yang digunakannya dianggap menyenangkan dan cocok

untuk diterapkan kepada peserta didik. Sebagaimana penuturannya, cara

pertama ialah memberikan eksplanasi mengenai pelajaran sejarah yang

diampuhnya lalu meminta mereka mencatat poin-poin penting dari apa yang

disampaikannya. Selanjutnya, beliau menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan di mana dalam hal ini, beliau memberikan mereka waktu

bersama-sama untuk menonton satu dua film edukatif mengenai sejarah.

Dengan cara ini, beliau memperhatikan bahwa anak-anak lebih senang belajar

dengan cara seperti ini. Selain itu, setelah film berakhir, Bapak Kaharuddin

kembali memberikan kesimpulan dari film tersebut dan mengaitkannya dengan

pelajaran yang diajarkannya di dalam kelas sehingga anak-anak lebih mudah

mengerti daripada hanya mendengar penjelasan tanpa ilustrasi.

Setiap pengajar pastinya punya caranya masing-masing dalam

menyampaikan materi yang diajarkan agar peserta didik mau mendengarkan

40
Wawancara langsung bersama guru SKI pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As-
Adiyah No.3 Atapange.
53

apa yang diajarkan. Terlebih lagi jika di dalam kelas, semua peserta didik

memiliki isi kepala yang berbeda-beda sehingga daya tangkap mereka pun

bermacam-macam. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mengatasi hal tersebut

dengan caranya masing-masing. Mengenai strategi yang Bapak Kaharuddin

gunakan perihal hal tersebut, beliau memberikan penjelasan sebagai berikut:

“Cara yang saya gunakan ialah memberikan dorongan kepada anak- anak
supaya menganggap perbedaan itu wajar dan mengajarkan mereka mengenai
keberagaman tanpa harus menjatuhkan yang lain. Makanya, strategi yang saya
pakai ialah memberikan support kepada mereka mengenai perbedaan individu
itu.”41

Strategi yang digunakan Bapak Kaharuddin ialah terus memberikan

motivasi atau dorongan kepada masing-masing anak dan memberikan mereka

pelajaran bahwasanya perbedaan itu bukanlah masalah besar sehingga tidak

ada alasan untuk menjatuhkan teman-temannya yang lebih dengan alasan

berbeda.

Motivasi sangat perlu ditanamkan kepada peserta didik sesering mungkin.

Bukan hanya sekali dua kali sebab mereka masih butuh bimbingan mengenai

hal-hal apa saja yang sebaiknya dilakukan dan apa saja yang sebaiknya tidak

dilakukan atau harus dihindari. Dalam upaya mengaplikasikan strategi yang

dijelaskan oleh Bapak Kaharuddin, beliau menuturkan:

“Cara menerapkannya sangat mudah. Saya tanya ke peserta didik satu per satu.
Misalnya mengajarkan mereka untuk menghargai perbedaan dan menerima

41
Wawancara langsung bersama guru SKI pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As-
Adiyah No.3 Atapange.
54

perbedaan orang lain serta tidak mementingkan diri sendiri.”42

Salah satu cara yang Bapak Kaharuddin untuk benar-benar dapat

menanamkan pehamaman kepada peserta didiknya bahwasanya perbedaan itu

indah ialah dengan mengajarkannya kepada mereka satu per satu dan tidak

berhenti memberikan mereka dorongan untuk saling melengkapi dengan

masing-masing perbedaan yang ada di circle mereka.

Realisasi strategi pengajaran atau lebih spesifik kepada perbedaan

individual peserta didik pastinya tidak akan berjalan dengan mudah. Ada

kendala atau penghambat yang kadang muncul sehingga mengharuskan

pengajar untuk memutar otak mencari cara yang lebih efektif untuk

diimplementasikan. Dalam kasus ini, Bapak Kaharuddin menjelaskan:

“Faktor pendukungnya adalah terus memberikan mereka dorongan- dorongan


edukatif di mana peserta didik juga tertarik sehingga sejarah dapat disampaikan
dengan cara yang menyenangkan. Sedangkan faktor penghambatnya adalah
terkadang peserta didik disuruh ke kanan, malah ke kiri. Singkatnya, ada 3
jenis anak. Pertama, sekali disuruh, mengerjakan. Kedua, ada yang disuruh 2
kali baru kerja dan ketiga ada yang disuruh berapa kali pun, tetap enggan.”43

Sisi positif dari strategi yang diterapkan oleh Bapak Kaharuddin ialah

peserta didik senang dan suka belajar sejarah jika disampaikan atau diajarkan

dengan cara yang berbeda dan menarik tentunya. Meski demikian, faktor

penghambat yang Bapak Kaharuddin temui ialah adanya beberapa anak-anak

yang enggan menerima nasihat atau perintah dari guru. Menurutnya, peserta

didik diklasifikan ke dalam 3 kelompok.

42
Wawancara langsung bersama guru SKI pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As- Adiyah
No.3 Atapange.

43
Wawancara langsung bersama guru SKI pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As- Adiyah
No.3 Atapange.
55

Pertama, anak yang langsung mendengar

ketika diminta untuk melakukan sesuatu tanpa harus

disuruh dua kali. Hal ini tentunya sangat membantu

para guru dan meringankan beban pengajar. Kedua,

anak yang yang mau bergerak ketika diminta

melakukan sesuatu setelah diminta lebih dari satu

kali, dua kali atau bahkan tiga kali. Meskipun tidak

sebaik tipe anak tipe pertama, kelompok anak

seperti ini juga dianggap tidak terlalu memberatkan

pengajar meskipun tidak jarang menjadi faktor

penghambat baik dalam suasana pembelajaran atau

di luar kelas. Ketiga, anak yang enggan mendengar

dan tidak mau menerima arahana dari guru. Jenis

anak seperti ini yang sering menjadi penghambat

bagi guru dan menguras banyak tenaga para

pengajar di sekolah mana pun, termasuk di MTs

As-Adiyah No.3 Atapange Wajo.

Meskipun tidak jarang Bapak Kaharuddin

mendapatkan tipe anak jenis kedua atau bahkan

yang ketiga, beliau tetap bersabar mengajar dan

membimbing mereka untuk tetap tahu dan belajar

sehingga cakrawala keilmuan mereka tidak stagnan.

“Kelompok anak yang ketiga memang kadang


membuat kami susah atau kewalahan dalam
56

menyampaikan apa yang kami ajar, bukan hanya


saya yah tapi juga berlaku kepada guru-guru lain di
sekolah ini. Kendala terbesar yang saya temui atau
dapatkan ketika menjadi guru di sini hanya kurang
lebih sekitar 20%. Umumnya, masih ada beberapa
anak yang belum bisa menerima perbedaan di
antara mereka. Jadi saya kira ini bukan juga kendala
besar karena saya sudah dan sedang berusaha untuk
terus mengajarkan mereka saling menerima
perbedaan satu sama lain.”44

Ungkapan “guru adalah pahlawan tanpa

tanda jasa” bukan hanya sekadar bualan atau

kumpulan kalimat saja. Akan tetapi memang benar

adanya. Hampir setiap hari guru dihadapkan dengan

pelbagai permasalahan yang ada di sekolah bahkan

tidak jarang permsalahan itu sampai terbawa ke

rumah. Namun begitu, selama menjadi pengajar di

MTs As-Adiyah No.3 Atapange Wajo, sejauh yang

beliau amati, beliau belum mendapatkan masalah

besar atau serius sehingga beliau berani mengatakan

bahwasanhya hanya 20% masalah yang

dihadapinya selama menjadi pengajar dan masalah

20% ini juga bukan masalah besar dan bisa

ditangani dengan baik.

Maka dari itu, salah satu cara yang Bapak

Kaharuddin terapkan ketika ada masalah ialah tetap

44
Wawancara langsung bersama guru SKI pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As-
Adiyah No.3 Atapange.
57

memberikan yang terbaik, mengajarkan kepada

anak-anak bahwa perbedaan itu bukan masalah

besar.

Sebagaimana telah dijelaskan, Bapak

Kaharuddin tidak hanya mengajar dengan cara

menyampaikan materi lisan di dalam kelas tapi juga

memberikan cara lain yang membuat peserta didik

tertarik untuk belajar sejarah. Hal ini beliau

terapkan sebagai salah satu upaya untuk membuat

peserta didik tidak bosan atau jenuh di dalam kelas.

Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam

pernyataannya:

“Langkah yang saya terapkan ialah menganalisa


situasi dan kondisi. Kalau mereka mulai bosan, saya
putarkan film sejarah sambil belajar. Karena saya
percaya kalau cuma dengar saja tentang sejarah
tanpa ada gambaran atau ilustrasi, anak-anak akan
bingung dan pembelajaran tidak tersampaikan
dengan maksimal. Makanya, salah satu cara yang
saya pakai ialah memutarkan film-film sejarah.
Menonton dan juga belajar dalam satu waktu.”45

Pernyataan tersebut mengindikasikan

bahwasanya Bapak Kaharuddin sering

menyisihkan waktu kepada peserta didik untuk

menonton film sejarah yang sifatnya edukatif atau

mendidik. Dengan begitu, anak didik tidak mudah


45
Wawancara langsung bersama guru SKI pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As-
Adiyah No.3 Atapange.
58

bosan.

Selain melakukan tanya jawab atau wawancara kepada guru Bapak Kaharuddin,

peneliti juga melakukan tanya jawab dengan salah satu peserta didik. Peserta

didik ini bernama Muh. Adrian dan menjabat sebagai ketua OSIS MTs As-

Adiyah No.3 Atapange Wajo. Perihal mata pelajaran yang diajarkan oleh

Bapak Kaharuddin, Adrian mengatakan:

“Saya sangat senang karena bisa belajar Sejarah Kebudayaan Islam, bagaimana
sejarah Islam di Indonesia maupun di dunia serta proses masuknya Islam di
Indonesia. Jadi, saya saya sangat senang dengan pelajaran ini.”46
Menurutnya, mata pelajaran Sejarah

Kebudayaan Islam adalah salah satu pelajaran yang

disukainya karena dengan sejarah, ia bisa belajar

banyakhal. Seperti mengetahui sejarah Islam di

Indonesia dan proses masuknya serta sejarah Islam

di dunia.

Setiap strategi atau metode ajar yang

diajarkan oleh pengajar tidak selamanya disukai

oleh peserta didik. Ada beberapa anak didik yang

kurang suka dengan strategi yang diajarkan oleh

guru. Ketika ditanya mengenai strategi Bapak

Kaharuddin dalam mengajar, Adrian menjawab:

“Biasanya, kami diminta untuk membaca dan menyalin beberapa materi dan
mencatat sejumlah poin penting. Selain itu, juga biasa ada kegiatan menonton
di mana tontonan ini tontonan mendidik yang memberikan pengetahuan

46
Wawancara langsung bersama peserta didik pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As-
Adiyah No.3 Atapange.
59

mengenai pelajaran sejarah Islam.”47


Cara mengajar yang dipakai oleh Bapak

Kaharuddin di mana mengkombinasikan pelajaran

dan tontonan edukatif dianggap salah satu cara

menyenangkan bagi peserta didik. Karena dengan

menonton, peserta didik merasa senang dan

antusias. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa strategi mengajar yang digunakan oleh

Bapak Kaharuddin cocok bagi peserta didik yang

ada di MTs As-Adiyah No.3 Atapange Wajo.

Tidak berbeda jauh dengan para didik

lainnya, Muh. Adrian tidak senang atau tidak suka

dengan temannya yang sering usil atau

menimbulkan kegaduhan di dalam kelas.

“Saya dan juga teman-teman lain pastinya akan sangat terganggu jika ada anak
yang usil ketika guru sedang belajar karena konsentrasi bisa hilang sehingga
kami tidak fokus dengan apa yang guru ajarkan.”48
Berdasarkan wawancara yang dilakukan

bersama dengan salah seorang peserta didik,

diketahui bahwa Bapak Kaharuddin mengajarkan

Sejarah Kebudayaan Islam dengan baik sebab

beliau mempunyai strategi yang membuat peserta

47
Wawancara langsung bersama guru SKI pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As- Adiyah
No.3 Atapange.
48
Wawancara langsung bersama peserta didik pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As-
Adiyah No.3 Atapange.
60

didik tidak bosan. Dengan begitu, pelajaran dapat

berjalan dengan baik.

Peneliti juga melakukan tanya jawab atau

wawancara dengan kepala sekolah untuk

memperkuat penelitian yang sedang dikaji. Dalam

hal ini, yang memegang jabatan kepala sekolah

MTs As-Adiyah No.3 Atapange Wajo adalah Bapak

Syamsul Bakhri, S.Pd., MM. Wawancara dengan

kepala sekolah di sini tidak hanya membahas

pembahasan rinci mengenai perbedaan individual

peserta didik akan tetapi juga membahas secara

umum dari sekolah yang menjadi objek penelitian.

“Sekolah ini itu berdiri 1969. Sekolah ini pernah


mogok belajar lalu terbuka kembali ketika saya
menjabat sebagai kepsek di tahun 2017 sampai
sekarang dan Alhamdulillah sekolah ini kondusif
dan beroperasi dapat hingga saat ini.”49

Secara garis besar, diketahui bahwa MTs

As-Adiyah No.3 Atapange Wajo sudah berusia 53

tahun sehingga dengan demikian, sekolah ini sudah

berdiri sejak lama dan eksistensinya masih tampak

hingga sekarang. Bapak Syamsul Bakhri juga

menerangkan bahwa sekolah ini pernah berada

49
Wawancara langsung bersama kepala sekolah pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As-
Adiyah No.3 Atapange.
61

pada masa tidak sedang baik-baik. MTs As-Adiyah

No.3 Atapange pernah mengalami mogok sehingga

baik para guru maupun pengajar tidak masuk ke

sekolah. Akan tetapi, tidak lama kemudian, sekolah

ini kembali beroperasi hingga saat ini, Ketika

ditanya mengenai kondisi guru, staff dan sarana

prasarana dari sekolah yang beliau pimpin, beliau

mengatakan:

“Kondisi pengajar di sini bisa dibilang cukup dan


baik karena mayoritas pengajar sudah sarjana.
Selain itu, kerjasama para pengajar juga terjalin
dengan baik. Adapun sarana dan prasararan saat ini
saya kira mumpuni yah. Sama dengan sekolah pada
umumnya. Akan tetapi, meski begitu, kami tetap
melakukan perbaikan atau pembelian sarana dan
prasarana yang layak pakai.”50
Berdasarkan pernyataan Bapak Syamsul

Bakhri, diketahui bahwasanya baik para pengajar

maupun staf menjalin kerja sama yang baik. Hal

serupa juga terjadi pada sarana dan prasarana atau

fasilitas yang ada di sekolah. Meski demikian,

kepala sekolah tetap dan terus melakukan improvasi

terhadap fasilitas-fasilitas sekolah sebagai upaya

mengembangkan MTs As-Adiyah No.3 Atapange

Wajo.

Bukan hanya kinerja antar guru yang terjalin

50
Wawancara langsung bersama kepala sekolah pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As-
Adiyah No.3 Atapange.
62

dengan baik, Bapak Syamsul Bakhri juga menjamin

bahwa kinerja para guru di MTs As-Adiyah No.3

Atapange sudah bagus. Hal ini bisa dilihat dari

output-output yang dihasilkan.

“Kinerja para guru sudah sangat baik apalagi


beberapa dari guru sudah ada yang tersertifikasi
sehingga memaksimalkan kualitas pengajar.
Mereka juga bekerja dengan sangat baik sehingga
pembelajaran bisa berjalan dengan baik.”52Salah
satu bukti bahwa kualitas guru di MTs As-Adiyah
No.3 Atapange sudah bagus ialah dibuktikan
dengan adanya beberapa guru yang sudah
tersertifikasi sehingga mutu yang dihasilkan juga
pastinya akan maksimal. Hal ini tidak hanya
bermanfaat kepada personalia pengajar tapi juga
kepada sekolah, lebih khusus ke peserta didik di
MTs As-Adiyah No.3 Atapange.

Meskipun sudah terdapat beberapa guru

yang tersertfikasi, Bapak Syamsul Bakhri tetap

melakukan yang terbaik untuk keberlangsungan

MTs As-Adiyah No.3 Atapange dan membuatnya

lebih baik ke depannya sehingga para orang tua

puas dengan hasil yang diterima serta masyarakat

pun senang dengan kontribusi-kontribusi dari

peserta didik yang ada di MTs As-Adiyah No.3

Atapange.

“Saya berusaha bagaimana sekolah ini bisa terus


berkembang dan dikenal sebagaimana salah satu
contoh sekolah yang ada di Makassar, salah satunya
MTS Model Makassar. Paling tidak kami ikuti
langkah-langkahnya dan melakukan study tour ke
63

sekolah- sekolah populer yang ada di Makassar.”51


Upaya yang dilakukan oleh Bapak Syamsul

Bakhri pastinya bernilai positif, baik di mata

pengajar maupun masyarakat sebab dengan adanya

visi seperti itu, akan membuat MTs As-Adiyah

No.3 Atapange bisa bersaing dengan sekolah-

sekolah ternama lainnya. Salah satu contoh sekolah

yang dijadikan panutan oleh Bapak Syamsul Bakhri

ialah MTS Model Makassar.

Secara umum Kepala Sekolah menjabarkan

mengenai MTs As- Adiyah No.3 Atapange, akan

tetapi, beliau juga memberikan pandangannya

mengenai perbedaan individual pada peserta didik,

khususnya di sekolah yang berada di bawah

komandonya. Berikut penjelaan beliau:

"Perbedaan di kalangan peserta didik tergantung


pribadi masing- masing anak. Karena mereka punya
keahlian masing-masing. Ada yang jago ceramah,
musik, keterampilan, dakwah dan sebagainya. Jadi
perbedaan itu indah dan membuat mereka semakin
berwarna.”52
Sebagaimana sudut pandangnya, perbedaan

individual bagi peserta didik pasti ada akan tetapi

itu bukanlah kesalahan. Bahkan hal tersebut bisa

saja menjadi nilai lebih untuk pengembangan


51
Wawancara langsung bersama kepala sekolah pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As-
Adiyah No.3 Atapange.
52
Wawancara langsung bersama kepala sekolah pada Jum’at, 02 September 2022 di MTs As-
Adiyah No.3 Atapange.
64

kapasitas anak. Misalnya, ada anak yang lebih

gemar bermain musik, menyampaikan dakwah,

bernyanyi dan sebagainya. Mereka berbeda dari

segi isi, tapi pada hakikatnya mereka adalah sama.

Sama-sama mempunyai jiwa seni menurut versi

terbaik mereka.
65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan mengenai strategi guru Sejarah

Kebudayaan Islam dalam menghadapi perbedaan

individual peserta didik di MTs As-Adiyah No.3

Atapange Wajo dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan individual peserta didik yang

ada di MTs As-Adiyah No.3 Atapange Wajo beraneka ragam. Peneliti

menyimpulkan bahwa perbedaan individual siswa dapat dilihat dari gaya

belajarnya, dimana terdapat siswa dengan kemampuan belajar secara visual,

secara auditori dan kinestetik

Dilihat dari gaya belajar, terdapat siswa lebih menyukai membaca dan melihat

tontonan edukasi yang mendidik, siswa dengan kemampuan auditori lebih suka

mendengarkan penjelasan secara langsung dari guru pengampu. Selain itu

perbedaan individual lainnya dapat dilihat dari tingkat respon peserta didik.

Yang di klasifikasikan kedalam 3 bentuk kelompok. Pertama, anak yang

langsung mendengar ketika diminta untuk melakukan sesuatu tanpa harus

disuruh dua kali. Kedua, anak yang yang mau bergerak ketika diminta

melakukan sesuatu setelah diminta lebih dari satu kali. Ketiga, anak yang

enggan mendengar dan tidak mau menerima arahan dari guru.

2. Strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam menghadapi perbedaan


66

individual peserta didik di MTs As-Adiyah No.3 Atapange Wajo sudah bagus

dan relevan dengan pembelajaran yang diajarkan. Salah satu strategi

pembelajaran yang diterapkan ialah memberikan eksplanasi mengenai

pelajaran sejarah yang diampuhnya lalu meminta mereka mencatat poin- poin

penting dari apa yang disampaikannya. Strategi lain yang digunakan ialah

memperlihatkan kepada mereka tontonan edukatif yang berhubungan erat

dengan pelajaran yang diajarkan kemudian memberikan kesimpulan dari film

tersebut dan mengaitkannya dengan pelajaran yang diajarkannya di dalam

kelas sehingga anak-anak lebih mudah mengerti dari pada hanya mendengar

penjelasan tanpa ilustrasi

B. Saran

Berikut peneliti memberikan beberapa saran demi kebaikan penelitian yang

akan datang atau kepada pihak-pihak terkait:

1. Kepada Kepala Sekolah, Bapak Syamsul Bakhri, ada baiknya jika tidak

berhenti sampai sini saja dalam memberikan bukti nyata kepada masyarakat

bahwa anak didik yang ada di MTs As-Adiyah No.3 Atapange Wajo bisa

menampilkan yang terbaik sehingga lahir pandangan-pandangan positif

mengenai MTs As-Adiyah No.3 Atapange Wajo.

2. Kepada guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Bapak Kaharuddin,

agar mencoba untuk menawarkan strategi baru yang tetap berkaitan dengan

mata pelajaran yang diajarkan. Sebab tidak jarang metode lama akan membuat

peserta didik bosan dan tidak tertarik lagi untuk belajar sejarah.

3. Kepada peserta didik MTs As-Adiyah No.3 Atapange Wajo agar dapat belajar
67

dengan baik dan sungguh-sungguh dan menimbah ilmu sebanyak mungkin

sebab ilmu itu luas, melebihi luasnya samudera yang ada di dunia.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Abdurrahman, D, (2002).. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga
Modern. (Yogyakarta: Lesfi).

Anisa, A. (2019). Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menghadapi


Perbedaan Kemampuan daya Serap Peserta Didik di SMP Negeri 4 Tinombo
Selatan Kabupaten Parigi Moutong (Doctoral Dissertation, Institut Agama
Islam Negeri).

Abdul Gani, R. (2019). Strategi Belajar Mengajar (Depok: Rajawali Pers,)

A. Maolani, R & Cahyana, U (2016). Metode Penelitian Pendidikan. (Jakarta;


PT. Kharisma Putra Utama).

Arif, M. (2003) Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah,


(Yogyakarta: Idea Press).

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Azma (2009). Produktivitas Kinerja Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar


Siswa, (Palu : Yayasan Masyarakat Indonesia Baru), h. 49-50.

Departemen Agama RI (2013), Al-Qur’an Dan Terjemahan, (Jakarta: Darus


Sunnah). Donni Juni Priansa (2014), Kinerja Dan Profesionalime Guru,
(Bandung: Alfabeta). Emi, E. (2009), Menulis Tesis Dan Disertasi.Bandung:
Alfabeta.

Fathurrohman, P & Sutikno, S. (2007), Strategi Belajar Mengajar (Bandung:


PT Refika Aditama).

Fitri, A (2004), Strategi Guru Dalam Memotivasi Siswa Meningkatkan Prestasi


Belajar, (Aceh: FKIP Universitas Abulyatama Aceh Besar).

Frelberg, H.J. and Driscoll, A. (1992). Universal Teaching Strategies. Boston:


Allyn & Bacon. Gerlach, V.S. & Ely, D.P. (1980). Teaching and Media a
Systematic Approach. New Jersey: Prentice Hall

Hamzah B. Uno (2014) Profesi Kependidikan ( Jakarta : Bumi Aksara).


68

Hamzah, A (2014), Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika (Jakarta:


PT Rajagrafindo Persada).

Hansen, S. (2020) Investigasi Teknik Wawancara Dalam Penelitian Kualitatif


Manajemen Konstruksi. Jurnal, 27(3), h. 283-294.
Hasanah, (2017). Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode
Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial). Jurnal.

Hasni (2015). Strategi Mengajar Guru Dalam Menghadapi Perbedaan


Kemampuan Belajar

.Peserta Didik Kelas VII MTS. (Skripsi), Universitas Muhammadiyah Makassar


( Tidak Diterbitkan), Negeri Baling-Balang, h. 1

Https://Data-Sekolah.Sekolah-Kita.Net/Kabupaten-Kota/Kab.%20Wajo_388/Mts.
Diakses Pada 27 April 2022. Pukul 21.55 WIB.

Kitab Manaaqib Asy-Syafi’i (2/139, Cet. Maktabah Daar At-Turats)

Labib, A“Pendekatan dan Metode Pendidikan Agama Islam”,


https://Ahmadlabib.Wordpress.Com/2012/12/30/Pendekatan-Dan-Metode-
Pendidikan- Agama-Islam/, Diakses pada 9 Mei 2022.

Margono (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,


Maret ) Moleong, (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Pawito (2008) Penelitian Komunikasi Kualitatif (Cet. II; Yogyakarta: PT. LKIS
Pelangi Aksara).

Ridwan (2008). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti


Utama. (Cet. V; Bandung : Alfabeta).

Salim & Syahrum, (2016). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Citapustaka


Media. Sanjaya, W. Penelitian Pendidikan (2013), Bandung: Kencana Prenada
Media Group.

Sanjaya, W. (2006) Strategi Pembelajaran Beriorentasi Standar Proses


Pendidikan, (Cet. II, Jakarta: Kencana).

Subagyo, J. (1995) Statistik. (Yogyakarta: Yayasan Psikologi UGM).

Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Cet. XIII;


Bandung: Alfabeta, 2011).

Sunarto & Hartono, A. (2002) Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta : PT. Rineka
Cipta)
69

Tia, M. (2016). Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menghadapi


Perbedaan Daya Serap Peserta Didik Kelas IX Di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 9 Palopo (Doctoral Dissertation, IAIN Palopo).

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Bab 1, Pasal 1, Butir 1 Tahun 2003.


Universitas Muslim Indonesia (2013), Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Agama Islam,

Zagoto, M. M., Yarni, N., & Dakhi, O. (2019). Perbedaan Individu Dari Gaya
Belajarnya Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan
Dan Pengajaran, 2(2), 259- 265.

Zuhairini, Et.Al, (2004) Metode Khusus Guru Agama, (Jakarta: Usaha Nasional).
70
L

N
Lampiran 1 Instrumen Observasi

No Aspek Ya Tidak

1 Komunikasi kepala madrasah dengan orang tua 


peserta didik baik
Hubungan kepala sekolah dengan guru dan staf 
2
Hubungan kepala sekolah dengan peserta didik
3
baik
Memberikan atensi eduatif kepada peserta didik 
3
yang sering melakukan pelanggaran
Memberikan pembinaan khusus kepada peserta 
4
didik yang sering melakukan pelanggaran
Menggunakan kata-kata sopan dan perilaku yang 
5 santun ketika berinteraksi dengan orang-orang
dilingkungan sekolah
Memberikan apresiasi kepada peserta didik yang 
6 berbuat baik dilingkungan sekolah maupun diluar
lingkungan sekolah
Memberikan hukuman yang sesuai dengan 
7
pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik
Perilaku kepala madrasah mencontohkan hal-hal baik 
8 atau bisa dijadikan teladan guru-guru maupun
peserta didik dan sebagainya

Instrumen Observasi (Kepala Sekolah)


(Guru Sejarah Kebudayaan Islam)

No Aspek Ya Tidak
1 Guru SKI mengajar dengan profesional 

Guru SKI merupakan lulusan Sejarah Kebudayaan 


2
Islam

Guru SKI menjalin hubungan baik dengan peserta 


3
Didik

Guru SKI menyampaikan bahan ajar dengan lembut, 


4
sopan, dan dengan kata-kata yang mudah dicerna

peserta didik.

Tidak memberikan perhatian khusus kepada sejumlah 


5
anak sehingga anak lain merasa dianaktirikan.

Guru SKI memberikan hukuman yang sesuai dengan 


6
tingkat kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik.

Memberikan apresiasi kepada anak didik yang 


7
berhasil menjawab pertanyaan atau berhasil melakukan

sesuatu
(Peserta Didik)

No Aspek Ya Tidak
1 Peserta didik menjalin hubungan yang baik dengan 
kepala sekolah

2 Peserta didik menjalin hubungan yang baik dengan 

guru-guru, termasuk guru Sejarah Kebudayaan Islam.

3 Senantiasa tidak berbuat kesalahan. 

Diberi hukuman sesuai tingkat pelanggaran yang x


4
dilakukan

Mendapatkan apresiasi dari kepala sekolah ketika 


5
mengharumkan nama sekolah

Senantiasa mendapat motivasi atau dorongan dari guru 


6
Sejarah Kebudayaan Islam.

Tidak bermain-main atau membuat keributan ketika x


8
guru sedang mengajar di dalam kelas

Mengerjakan tugas dengan baik. 


9
Lampiran 2

Instrumen Wawancara

Instrumen Wawancara (Kepala Sekolah)

1. Sepengatahuan Bapak/Ibu, bagaimana sejarah berdirinya sekolah ini?

2. Apa saja visi misi yang dimiliki oleh sekolah ini dan apakah visi misi itu sudah

terbukti atau masih dalam tahap realisasi?

3. Bagaimana keadaan guru, staff, dan sarana prasarana dari sekolah yang

Bapak/Ibu pimpin?

4. Kurikulum apa yang diterapkan sekolah ini dan bagaimana penerapannya ke


para siswa?

5. Bagaimana kinerja dari pengajar atau guru-guru di sekolah ini menurut

pandangan Bapak/Ibu?

6. Apakah dari peserta didik merasa senang bersekolah di sini? Apa saja

indicator untuk membuat anak-anak mau atau senang sekolah di sini?

7. Upaya-upaya apa saja yang telah atau yang akan datang Bapak/Ibu lakukan

untuk sekolah ini?

8. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai perbedaan individual pada peserta


didik?
Instrumen Wawancara (Guru Sejarah Kebudaayn Islam)

1. Menurut Bapak, bagaimana perbedaan individu peserta didik yang Anda lihat

setiap kali mengajar di dalam kelas?

2. Berapa jumlah anak yang tampak introvert atau kurang bersosialisasi

dengan teman- temannya?

3. Bagaimana situasi belajar di dalam kelas saat Bapak mengajar?

4. Untuk menghadapi perbedaan masing-masing anak, Bapak lebih ke memberi

penjelasan atau praktik? Atau keduanya?

5. Bagaimana strategi Bapak dalam menghadapi perbedaan individu peserta


didik?

6. Bagaimana Bapak mengaplikasikan strategi yang tadi dijelaskan?

7. Untuk mewujudkan strategi itu, apa saja faktor pendukung dan faktor
penghambatnya?

8. Apa kendala terbesar dalam menghadapi perbedaan individu anak didik

selama Bapak menjadi guru?

9. Apakah perbedaan-perbedaan individu ini mengganggu kegiatan

pembelajaran? Jika iya, dari segi mana?

10. Apa yang Bapak lakukan kalau anak didik bosan


dengan suasana pembelejaran di kelas?

Apakah ada langkah untuk membuat kelas lebih menarik sehingga mereka juga

semangat belajar?
Instrumen Wawancara (Peserta Didik)

1. Apakah adik senang dengan mata pelajaran SKI yang diajarkan oleh Bapak
Kaharuddin?

2. Bagaimana strategi yang digunakan oleh Bapak Kaharuddin mengajar di dalam


kelas?

3. Apakah adik sering merasa tergganggu dengan teman yang suka usil kalau
belajar?

4. Apakah adik senang dengan metode yang Bapak Kaharuddin terapkan seperti

menonton film sejarah?

5. Bagaimana harapan adik untuk sekolah ini? Khususnya cara guru mengajar.
Lampiran 3 Instrumen Pendukung

Tidak Ada
No Jenis Dokumen Ada

Visi, misi, dan tujuan Mts As-Adiyah No.3


1 
Atapange Wajo

2 Profil Mts As-Adiyah No.3 Atapange Wajo

Data pendidik dan pegawai 


3

Data peserta didik 


4

5Data guru PNS dan Non-PNS

Data Sarana dan Prasarana 


6
Lampiran 4 Daftar Hadir
Surat Izin Penelitian dari UMI
Surat Izin Penelitian dari DPM PTSP
Surat Keterangan Telah Meneliti
Dokumentasi Penelitian

Wawancara bersama kepala sekolah

Wawancara bersama guru Sejarah Kebudayaan Islam


Wawancara bersama peserta didik kelas VIII
Suasana Pembelajaran di Kelas VIII

Anda mungkin juga menyukai