Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH METODE TAHSIN TILAWAH TERHADAP PENGUASAAN

BACAAN AL-QUR’AN PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADIST


SISWA KELAS VIII DI MTs MIFTAHUL KHAER
Muhammad Noval Habibi
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang
Dr. H. Khoirul Anwar, M.Pd.
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang
Agus Salim, M.Pd.
Dosen Fakultas Agama Universitas Muhammadiyah Tangerang

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh metode tahsin
tilawah terhadap penguasaan bacaan Al-Quran pada mata pelajaran Al-Quran
Hadist siswa kelas 8 di MTs Miftahul Khaer. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif.
Setelah data terkumpul lalu dihitung dengan menggunakan teknik korelasi
product moment dengan memperoleh hasil sebagai berikut: dari hasil koelasi
dengan tabel nilai “r” padataraf sigifikansi 5% dan 1% diperoleh bahwa nilai r xy
= 0,476 lebih besar daripada rtabel dengan taraf signifikan 5% = 0,235 dengan
formulasi perbandingan yaitu 0,476 > 0,235, maka terdapat hubungan yang
signifikan cukup kuat antara metode tahsin tilawah terhadap penguasaan bacaan
Al-Qur’an pada mata pelajaran Al-Qur’an hadist siswa kelas 8 di MTs Miftahul
Khaer.
Kata kunci: Metode Tahsin Tilawah, Penguasaan Bacaan Al-Qur’an,
Pendidikan Agama Islam.
ABSTRACT
This study aims to investigate the effect of the tahsin recitation method on
mastery of recitation the Qur’an in the Al-Quran Hadith subject for grade 8
students at MTs Miftahul Khaer. This type of research is quantitative research.
After the data was collected, it was calculated using the product moment
correlation technique to obtain the following results: from the results of the
correlation with the "r" value table at the 5% and 1% significance levels, it was
found that the value of rxy = 0.476 was greater than r table with a significance
level of 5% = 0.235 with the comparative formulation, namely 0.476 > 0.235,
there is a fairly strong significant relationship between the tahsin recitation
method and the mastery of Al-Qur'an reading in the Al-Qur'an hadith subject for
class 8 students at MTs Miftahul Khaer.
Keyword: Tahsin Tilawah Methods, The mastery of recitation of Qur’an,
Islamic Education.

1
A. Pendahuluan
Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar. (Kontributor Wikipedia, 'Belajar',Wikipedia,
Ensiklopedia Bebas).
Dalam proses interaktif edukatifnya Allah swt kalimat yang pertama
diucapkan melalui malaikat jibril adalah “iqra” artinya bacalah. ( Q.S. Al-
Alaq: 1)
Secara bahasa metode tahsin tilawah terdiri dari dua suku kata, metode
dan tahsin. Metode sendiri berasal dari bahasa Yunani “metodos” yang terdiri
dari “metha” berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan
atau cara. Metode diartikan sebagai suatu jalan yang dilalui untuk mencapai
tujuan. (Zulkifli 2020:69)
Penguasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
“kuasa” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti proses,
cara, perbuatan menguasai atau menguasakan. (KBBI 2003:604)
Bacaan atau membaca adalah salah satu keterampilan yang berkaitan
erat dengan ketrampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu berbahasa.
Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi terhadap sesamanya. Membaca
adalah pengucapan kata-kata dan perolehan arti dari barang cetakan. Kegiatan
ini melibatkan analisis dan pengorganisasian berbagai ketrampilan yang
kompleks. Termasuk di dalam pelajaran, pemikiran, pertimbangan, perpaduan
pemecahan masalah, yang berarti menimbulkan kejelasan informasi bagi
pembaca. (Wiryodiyo 1986:7)
Sedangkan secara terminologis Al-Qur’an adalah kalamullah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Melalui perantaraan malaikat Jibril.
Al-Qur’an tertulis dalam mushaf dan sampai kepada manusia secara
mutawattir. Membacanya bernilai ibadah, diawali dengan suarat Al-Fātihah
dan ditutup dengan surat An-Nās. (Toto Suryana 2006:5)
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di MTs Miftahul Khaer
kemampuan siswa dalam penguasaan bacaan Al-Qur’an pada materi Al-
Qur’an hadist masih belum maksimal. Hal ini terlihat dari siswa yang belum
paham tentang hukum bacaan dalam ilmu tajwid sehingga masih ada siswa
yang belum benar dalam menerapkan hukum bacaan ilmu tajwid ketika
membaca Al-Qur’an.
Salah satu gejala yang menyebabkan rendahnya penguasaan bacaan
Al-Qur’an siswa adalah metode mengajar yang digunakan guru selama ini,
masih monoton dan tidak bervariasi. Guru biasa mengajar dengan metode
ceramah dan tanya jawab saja, akibatnya siswa menjadi bosan, mengantuk,
pasif dan hanya mencatat. Maka dalam proses pembelajaran dibutuhkan suatu
metode yang tepat, efektif, efisien dan tidak rumit pelaksanaannya. Sehingga
dalam penerapannya diharapkan kegiatan belajar mengajar pada mata
pelajaran Al-Qur’an hadist kelancaran membaca Al-Qur’an siswa semakin

2
lancar dan mampu melibatkan siswa didalam pembelajaran tajwid atau
semacamnya, dengan demikian kualitas pemebelajaran dengan sendirinya
akan meningkat yang kemudian membentuk peningkatan kelancaran
pembelajaran Al-Qur’an siswa.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa efektivitas metode
tahsin tilawah mempengaruhi atau sampai meningkatkan kemampuan bahkan
menguasai bacaan Al-Quran siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an hadist
siswa kelas VIII di MTs Miftahul Khaer Curug Kab.Tangerang.

B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskritif kuantitatif yaitu dengan menjelaskan dan menggambarkan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek
penelitian.
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs kelas 8 (VII)
Miftahul Khaer yang berjumlah 311 siswa. Penentuan jumlah sampel dapat
dilakukan dengan cara perhitungan statistik yaitu dengan menggunakan
rumus slovin. Rumus Slovin digunakan untuk menentukan ukuran sampel
dari populasi yang telah diketetahui julahnya yaitu sebanyak 311 siswa.
Untuk mempermudah penelitian akan diambil Sampel dalam Penelitian ini
adalah 70 responden. Variabel penelitian dapat dilihat dari dua sudut yaitu
dari sudut peran dan sifat. Dilihat dari segi perannya, variabel ini dapat
dibedakan ke dalam dua jenis yaitu:
1. Variabel dependent (terpengaruh) ialah variabel yang dijadikan sebagai
faktor yang dipengaruhi oleh sebuah atau sejumlah variabel lain.
2.Variabel independent (mempengauhi) ialah variabel yang berperan memberi
pengaruh kepada variabel lain.
Variabel independent dilihat dari perannya dan dapat pula dibedakan
dalam dua jenis yaitu variabel predictor dan variabel control. Yang pertama
adalah variabel yang dijadikan sebuah variabel independent pada suatu
pengamatan atau analisa. Sedangkan vaiabel control sebuah variabel yang
diduga sebagai variabel lain yang kemungkinan dapat menguji hubungan
variabel independent dan dependent. Itulah sebabnya variabel control sering
juga disebut variabel pengganggu atau penekan. Dikatakan sebagai variabel
pengontrol untuk memastikan apakah benar sebuah variabel independent atau
ada pengruh lain. Variabel yang diduga ada kemungkinan ikut mempengaruhi
itu dijadikan sebagai variabel control. (Sangkot Nasution, 2017:2)
- Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat) . jadi variabel (X)
pada penelitian ini ialah pengaruh metode tahsin tilawah.
- Variabel terikat (Y)

3
Variabel terikat merupakan variabel yang yang mempengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya vaiabel bebas. Jadi variabel (Y) dalam
penelitian ini ialah penguasaan bacaan Al-Qur’an. (Sugiono, 2016:3)

C. Pembahasan
1. Pengertian Metode Tahsin Tilawah
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal dengan demikian metode dalam rangkaian
system pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. (Abdul
Majid:2015:193)
Tahsin tilawah adalah upaya memperbaiki dan membaguskan
bacaan Al-Qur’an. Tilawah Al-Qur’an adalah salah satu sarana untuk
mendekatkan diri, dan beribadah kepada Allah. (Annuri, Ahmad 2016: 3)
Pada hakikatnya tilawah bukanlah hal yang sederhana, namun
dalam bertilawah seorang qori (pembaca) dituntut untuk menjaga keaslian
(ashalah) bacaan Al-Qur’an seperti yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬melalui jibril.

‫ع ْقهأررءاَنْ ر ه‬
(١٨)ُ,‫ه‬ ‫ه ْرفآَت تب إ أ‬ ٰ ‫فرإ إرذاَقررر أ‬
‫أنْ ه‬
Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu. (Al-Qiyamah: 18)
Tilawah yang bagus memungkinkan seseorang mengajarkan
tilawah Al-Qur’an kepada orang lain, minimal kepada keluarganya.
Hampir dipastikan setiap orang perlu mengajarkan tilawah Al-Qur’an
kepada orang lain. Dan setiap muslim harus memiliki andil mengajarkan
tilawah kepada orang lain, minimal kepada anaknya.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwasanya metode adalah cara yang digunakan guru dalam
pembelajaran dan metode tahsin tilawah sebagai bahan ajar maupun
sebagai wadah diskusi untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Membaca Al-Qur’an mempunyai kaidah tertentu agar ketika
membacanya tidak mengalami kekeliruan makna yang akan berakibat
dosa bagi para pembacanya, untuk itu para guru Al-Qur’an harus berhati-
hati dalam membaca Al-Qur’an. (Rouf, Abdur 2014:18)

2. Tujuan Metode Tahsin Tilawah


Tujuan Metode Tahsin Tilawah adalah sebagai berikut :
Tilawah yang bagus memungkinkan seseorang mengajarkan
tilawah Al-Qur’an kepada orang lain, minimal kepada keluarganya.
Hampir dipastikan setiap orang perlu mengajarkan tilawah Al-Qur’an

4
kepada orang lain. Dan setiap muslim harus memiliki andil mengajarkan
tilawah kepada orang lain, minimal kepada anaknya.
Bila tidak kita akan rugi tidak mendapat kebaikan yang dijanjikan oleh
Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam sabdanya:
‫ه‬ ‫ن ْورع رل ت ر‬
‫م ه‬ ‫م ْاَل أ ه‬
‫قأرآْ ر‬ ‫ن ْت رعرل ت ر‬
‫م أ‬ ‫خي أهرك ه أ‬
‫م ْ ر‬ ‫ ر‬.
(‫رواَه ْاَلبخارى ْواَبو ْداَود ْواَلترمذى ْواَلنسائى‬
‫)واَبن ْماجه‬
Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an
dan mengajarkannya”. (H.R. Al-Bukhari, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-
Nasa’i dan Ibnu Majah
a. Membaca Al-Qur’an dengan lancar dan benar
b. Terciptanya kemampuan menguasai kaidah-kaidah tajwid
c. Mengingatkan kepada guru-guru Al-Qur’an agar dalam
mengajarkan Al-Qur’an harus berhati-hati dan jangan sembarangan
Diskusi tugas antara pendidik dan peserta didik (annuri ahmad
2016:6)

3. Teknik Mengajar Metode Tahsin Tilawah


Teknik dalam pembelajaran menjadi suatu hal yang penting untuk
mencapai sebuah tujuan pembelajaran, dan guru dituntut untuk kreatif
dalam menentukan teknik pembelajaran yang akan diberikan kepada
anak didik. Dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan
menggunakan metode tahsin ada beberapa teknik yang digunakan.
a. Individual (Tehnik Sorogan) (Munir Ahmad 2007:23)
b. Klasikal individual (Menerangkan dan mengajakan individual)
(SM.Imail 2008:76)
c. Klasikal baca simak (Membaca dan menyimak bacaan Al-Qur’an)
Didasarkan dari strategi ini adalah firman allah swt dalam surat Al-A’rof :
204.

‫واَ ْل رعرل تك ه أ‬
‫م‬ ‫ه ْوراَ رنْ أ إ‬
‫صت ه أ‬ ‫مهعواَ ْل ر ه‬ ‫ن ْرفا أ‬
‫ست ر إ‬ ‫قأراَٰ ه‬ ‫وراَ إرذاَ ْقهرإ ر‬
‫ئ ْاَل ه‬
(204:‫ن ْ)اَلعراَف‬ ‫موأ ر‬
‫ح ه‬‫ت هأر ر‬
Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan
diamlah, agar kamu mendapat rahmat. (Q.S. Al-A’raf : 204).
4. Langkah-Langkah Implementasi Metode Tahsin Tilawah

5
a. Praktis, artinya: langsung (tanpa dieja). Contoh ‫ اببب‬baca A, BA
(bukan alif fathah A, ba fathah ba), dan dibaca pendek jangan sampai
dibaca panjang Aa Baa, atau Aa Ba.
b. Sederhana, kalimat yang dipakai menerangkan diusahakan
sederhana asal dapat difahami, cukup memperhatika bentuk hurufnya
saja, jangan menggunaka keterangan yang teoritis, cukup katakan:
“perhatikan ini!” ‫ بب‬bunyinya Ba, begitupula dengan bacaan yang lain.
c. Sedikit demi sedikit, tidak menambah sebelum lancar mengajar
tahsin tidak perlu terburu-buru, ajarkan sedikit demi sedikit asal benar,
jangan menambah pelajaran baru sebelum lancar, dan bacaan masih
terbata-bata.
d. Seorang guru cukup menerangkan dan membaca berulang-ulang
pokok bahasan setiap babnya sampai anak mampu membaca sendiri
tanpa dituntun latihan dibawahnya
e. Waspada terhadap bacaan yang salah, anak lupa terhadap pelajaran
yang lalu itu sudah biasa dan wajar, anak lupa dan guru diam itulah
yang tidak wajar. Terlalu sering anak membaca salah itu akan dirasa
benar oleh murid, dan salah merasa benar itulah bibit dari kesalahan.
(sarotun 2013:4)

5. Kelebihan dan kekurangan Metode Tahsin Tilawah


Kelebihan metode tahsin tilawah:
a. Memperbaiki bacaan Al-Qur'an: Tahsin tilawah membantu
memperbaiki bacaan Al-Qur'an seseorang. Dengan melafazhkan
huruf-huruf dengan tepat, penghafal Al-Qur'an dapat membaca Al-
Qur'an dengan baik dan benar.
b. Meningkatkan makna Al-Qur'an: Tahsin tilawah juga membantu
dalam memahami makna Al-Qur'an. Dengan melafazhkan huruf-huruf
dengan baik, seseorang bisa lebih memahami setiap ayat dan
kandungan Al-Qur'an.
c. Memperindah melodi Tilawah: Tahsin tilawah dapat membantu
dalam memperindah melodi tilawah. Dengan melafazkan huruf-huruf
sesuai dengan tajwid yang benar, tilawah seseorang akan terdengar
lebih merdu dan enak didengar.
Kekurangan tahsin tilawah:
a. Memerlukan waktu dan latihan yang intensif: Tahsin tilawah tidak
bisa dicapai dengan instan. Memerlukan waktu dan latihan yang
intensif untuk menguasai tajwid serta melafazhkan huruf-huruf
dengan benar.
b. Memerlukan pemahaman mendalam tentang tajwid: Untuk
menguasai tahsin tilawah, seseorang perlu memiliki pemahaman
mendalam tentang tajwid. Ini mungkin memerlukan penelitian dan
studi yang lebih lanjut tentang ilmu tajwid.

6
c. Menjadi terlalu fokus pada lafadz: Kadang-kadang dalam proses
menghafal dan melafazhkan huruf-huruf dengan benar, seseorang
dapat menjadi terlalu fokus pada lafadz tanpa memahami makna yang
terkandung dalam Al-Qur'an. Ini dapat mengurangi pemahaman dan
penghayatan terhadap pesan Al-Qur'an.

6. Pengertian Penguasaan Bacaan Al-Qur’an


Penguasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata “kuasa” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti
proses, cara, perbuatan menguasai atau menguasakan. (KBBI 2003:604)
Peguasaan identik dengan sebuah skill (keterampilan), secara
etimologi pengertian keterampilan adalah kecakapan untuk
menyelesaikan tugas. Sedangkan secara terminologi, keterampilan adalah
kemampuan yang hanya bisa didapatkan dari lembaga pendidikan yang
relevan dan bukan semata-mata karena pembawaan. Dalam pengertian
lain keterampilan adalah kompetensi profesional yang cukup kompleks
sebagai integrasi dari beberapa kompetensi yang dimiliki seseorang
secara utuh dan menyeluruh. (mulyasa E, 2005:69)
Melihat dari pendapat di atas, maka dapat penulis kemukakan
bahwa penguasaan adalah kesanggupan yang dimiliki siswa dengan
segala potensi yang ada padanya untuk dapat menguasai bacaan Al-
Qur’an.
Bacaan atau membaca adalah salah satu keterampilan yang
berkaitan erat dengan ketrampilan dasar terpenting pada manusia, yaitu
berbahasa. Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi terhadap
sesamanya. Membaca adalah pengucapan kata-kata dan perolehan arti
dari barang cetakan. Kegiatan ini melibatkan analisis dan
pengorganisasian berbagai ketrampilan yang kompleks. Termasuk di
dalam pelajaran, pemikiran, pertimbangan, perpaduan pemecahan
masalah, yang berarti menimbulkan kejelasan informasi bagi pembaca.
(wiryodijoyo 1986:1-2)
Al-Qur’an [‫ ]القرآن‬berasal dari kata qarā yang berarti bacaan atau
sesuatu yang dibaca. Sedangkan secara terminologis Al-Qur’an adalah
kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Melalui
perantaraan malaikat Jibril. Al-Qur’an tertulis dalam mushaf dan sampai
kepada manusia secara mutawattir. Membacanya bernilai ibadah, diawali
dengan suarat Al-Fātihah dan ditutup dengan surat An-Nās. (toto suryana
2006:5)
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
penguasaan bacaan Al-Qur’an adalah kesanggupan, kekuatan dan
kecakapan dalam memabaca wahyu atau firman Allah ‫ ﷺ‬dengan tujuan
untuk memperoleh pemahaman terhadap sesuatu.

7
7. Komponen Penguasaan Bacaan Al-Qur’an
Berdasarkan ilmu tajwid, komponen-komponen penguasaan bacaan Al-
Qur’an antara lain:
a. Mengenal Huruf Hijaiyah
b. Mengenal Makharijul huruf
c. Hukum bacaan tajwid sesuai kaidah yang berlaku

8. Urgensi penguasaan bacaan Al-Qur’an


Adapun urgensi membaca Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Menjauhkan dari kesalahan-kesalahan dalam membaca Al-Qur’an
baik tampak jelas (lahnun al-jaliy) atau yang samar (lahnun al-khafiy).
Terhindar dari lahnun maksudnya terhindar dari kekeliruan membaca,
seperti perubahan bunyi huruf yang menyebabkan kesalahan makna
yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an. (Rusydi Suwaid, Aiman
2015:19)
b. Mendatangkan kebaikan bagi pembacanya Kebaikan bagi pembaca
Al-Qur’an begitu banyak, baik di dunia atau di akhirat nanti. Beberapa
nash dalam hadits Rasulullah saw menjelaskan diantaranya:
Rasulullah saw bersabda : “Allah swt mempunyai keluarga dari
keluarga manusia,” Para sahabat bertanya. “Ya Rasulullah, siapakah
mereka?” Beliau menjawab, “Ahli Al-Qur’an. Mereka adalah keluarga
Allah swt dan orang-orang dekatnya” (H.R Ahmad, An-nasa’I, Ibnu
majah 215)
c. Membuat bacaan menjadi indah, terlebih lagi bagi suara pembaca
bagus lebih dianjurkan memperbagus bacaan, karena ini merupakan
anjuran yang disepakati oleh para ulama.

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan bacaan Al-


Qur’an
Suatu kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Al-Qur’an hadits,
haruslah memperhatikan berbagai faktor. Faktor-faktor ini sangat
menentukan dan memberikan pengaruh terhadap kelancaran proses
pembelajaran yang akan berlangsung pada kegiatan belajar mengajar,
secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan bacaan Al-
Qur’an dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Faktor internal (yang terdapat dalam diri siswa) antara lain faktor
fisiologis seperti organ tubuh khusus seperti pendengaran maupun
pengelihatan siswa yang bisa mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan faktor psikologis seperti kesehatan mental
siswa, intelegensi dalam menangkap pengetahuan baru, bakat, maupun
minat siswa
b. Faktor eksternal (diluar diri siswa) seperti lingkungan sosial,
lingkungan non sosial maupun faktor pendekatan pelajaran yang
kurang menarik dimata siswa.

8
10. Indikator penguasaan bacaan Al-Qur’an
Seseorang dikatakan telah memiliki penguasaan bacaan Al-Qur’an
dengan baik apabila seseorang telah mampu membaca Al-Qur’an sesuai
dengan kaidah-kaidah hukum tajwid yang berlaku dengan baik, benar
dan fasih.
Indikator-indikator penguasaan bacaan Al-Qur’an dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Kelancaran membaca Al-Qur’an
Lancar ialah kencang (tidak terputus-putus, tidak tersangkut-sangkut,
cepat dan fasih) ( Purwladinata, WJS 2006:559)
b. Ketepatan membaca Al-Qur’an sesuai dengan makhoijul huruf.
Sebelum membaca Al-Qur’an, sebaiknya seseorang terlebih dahulu
mengetahui makhraj dan sifat-sifat huruf. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam ilmu tajwid.
Makharijul huruf adalah membaca huruf-huruf sesuai dengan tempat
keluarnya huruf seperti tenggorokan, ditengah lidah, antara dua bibir
dan lain-lain (Khon, Abdul Majid 2008:44)
c. Kesesuaian membaca Al-Qur’an sesuai dengan tajwid
Ilmu tajwid berguna untuk memelihara bacaan Al-Qur’an dari
kesalahan perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan
membacanya.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Untuk memudahkan pemahaman data terhadap hasil peneltian, maka
penulis akan mendeskripsikan data berdasarkan urutan variabel. Deskripsi
hasil peneltian dimulai dari variabel penerapan metode tahsin tilawah (X) dan
penguasaan bacaaan Al-Qur’an (Y). kemudian akan dilihat tingkat korelasi
masing-masing variabel peneltian.
Jadi untuk mengetahui sebesar mana pengaruh metode tahsin tilawah
terhadap penguasaan bacaan Al-Qur’an, peneliti menggunakan instrumen
yang berupa observasi, angket, dan tes yang diberikan kepada setiap sampel
sebanyak 70 orang siswa lalu diuji valididitas dan reliabilitas angket yang
disebar, setelah dinyatakan valid dan reliable kemudian diuji korelasi
seberapa berpengaruh metode tahsin tilawah terhadap penguasaan bacaan Al-
Qur’an siswa.
Uji validitas merupakan keshahihan yang menunjukan sejauh mana
suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (a valid measure if it
successfully measure the phenomenon). (Sofian Siregar, 2012:379) Dalam
hal ini uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu
kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur pada kuesioner tersebut.
(Danang sunyoto, 2011:72) Reliabilitas adalah alat untuk mengukur kuesioner

9
yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliable
atau handal jika jawaban seseorang terhadap penyataan tersebut adalah
konsisten atau stabil. (Imam Ghozali, 2013:47)
Tabel Hasil Perhitungan Validitas Angket Program Tahsin Tilawah

n Rhitung Rtabel keterangan

o
1 0,526 0,235 VALID
2 0,483 0,235 VALID
3 0,268 0,235 VALID
4 0,372 0,235 VALID
5 0,390 0,235 VALID
6 0,493 0,235 VALID
7 0,502 0,235 VALID
8 0,352 0,235 VALID
9 0,386 0,235 VALID
1 0,474 0,235 VALID

0
11 0,505 0,235 VALID
1 0,496 0,235 VALID

2
1 0,359 0,235 VALID

3
1 0,473 0,235 VALID

4
1 0,308 0,235 VALID

5
1 0,564 0,235 VALID

6
1 0,317 0,235 VALID

7
1 0,439 0,235 VALID

8
1 0,423 0,235 VALID

10
9
2 0,432 0,235 VALID

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 20 item angket yang
disebar kepada 70 responden dinyatakan semuanya valid dan 0 atau tidak ada
yang dinyatakan tidak valid.
Hasil Uji Realibilitas Angket Metode Tahsin Tilawah

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 70 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 70 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's

Alpha N of Items
,766 20

Berdasarkan hasil perhitungan uji realibilitas diatas, diperoleh nilai


r11 = 0,766, hal ini berarti angket yang dijadikan sebagai pengumpulan data
dari variabel X (metode tahsin tilawah) dinyatakan relibel (dapat dipercaya)
karena nilai rhitung > rtabel yaitu 0,766 > 0,235.
Hasil Perhitungan Uji Validitas

Penguasaan Bacaan Al-Qur’an Siswa MTs Miftahul Khaer

NO Rhitung Rtabel KETERANGAN


1 0,593 0,235 VALID
2 0,655 0,235 VALID
3 0,439 0,235 VALID
4 0,551 0,235 VALID
5 0,630 0,235 VALID
6 0,530 0,235 VALID
7 0,514 0,235 VALID

11
8 0,434 0,235 VALID
9 0,444 0,235 VALID
10 0,495 0,235 VALID
11 0,397 0,235 VALID
12 0,492 0,235 VALID
13 0,514 0,235 VALID
14 0,568 0,235 VALID
15 0,490 0,235 VALID
16 0,561 0,235 VALID
17 0,481 0,235 VALID
18 0,544 0,235 VALID
19 0,518 0,235 VALID
20 0,398 0,235 VALID

Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya 20 butir item tes yang


valid terebut dilakukan uji relibilitas dengan menggunakan rumus alpha SPSS
sebagai berikut:
Uji Relibilitas Penguasaan Bacaan Al-Quran
Siswa MTs Miftahul Khaer
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 70 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 70 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's

Alpha N of Items
,853 20

Berdasarkan hasil perhitungan uji relibilitas diatas, diperoleh nilai r11


= 0,853, hal ini berarti angket yang dijadikan sebagai pengumpulan data dari
variabel y (Penguasaan Bacaan Al-Qur’an) dinyatakan reliabel (dapat
dipercaya) karna nilai rhitung > rtabel yaitu 0,853 > 0,235.
Setelah diketahui hasil uji validitas dan relibilitas dari kedua
komponen variabel dalam penelitian ini, maka selanjutnya peneliti mencari

12
seberapa besar pengaruh antara variabel X (Metode Tahsin Tilawah) dengan
variabel Y (Penguasaan Bacaan Al-Qur’an).
Berdasarkan tabel perhitungan product moment antara variable X
(Metode Tahsin Tilawah) dan variable Y (Penguasaan Bacaan Al-Qur’an),
maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut

N = 70 ∑X2 = 507560
∑X = 5948 ∑Y2 = 492033
∑Y = 5849 ∑XY = 498269
Kemudian dimasukan kedalam rumus korelasi product moment
sebagai berikut:

∑X
¿
∑Y
¿
N (¿ 2¿)−(∑ Y )2
(¿ 2¿)−¿ (∑ X )2 }¿
N¿
¿
√¿
N ∑ X Y −(∑ X)(∑Y )
r¿ x y= ¿

5 07560
4 92033
7 0(¿)−(5 849)2
7 0 (¿)−¿(5 948)2 }¿
¿
√¿
7 0.498269−(5 948)(5 849)
r¿ x y=
¿

3 4878830−34789852
r¿ x y=
√{35529200−35378704 }{(34442310−34210801) }
8 8978
r¿ x y=
√{150496 }{(231509) }
8 8978
r¿ x y=
√3 4841178464
88978
r¿ x y=
186658

r ¿ x y =0,476

13
Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh
0,476 tersebut masuk dalam kategori cukup kuat antara metode tahsin tilawah
terhadap penguasaan bacaan Al-Qur’an siswa MTs Miftahul Khaer.
Selanjutnya hasil perhitungan dari penelitian ini dikonsultasikan dengan
menggunakan tabel nilai “r” product moment, dimana berlaku ketentuan df
(degrees of freedom) sama dengan sampel (N) dikurangi banyaknya vriabel
yang dikorelasikan ( df = N – nr ) maka df = 70-2 = 68 dengan memeriksa
tabel nilai “r” product moment ditentukan df sebesar 68 pada taraf signifikasi
5% diperoleh nilai rtabel = 0,235. Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan
dalam penelitian ini dengan nilai “r” product moment diatas signifikasi 5%
diperoleh rxy = 0,476 lebih besar dari pada r tabel dengan formulasi
perbandingan yaitu ( 0,476 > 0,235 ) maka disini berlaku ketentuan sebagai
berikut:
a. Jika nilai perhitungan (rxy) lebih besar daripada nilai “r”product
moment, maka hipotesis alternative (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho)
ditolak
b. Jika nilai perhitungan (rxy) lebih kecil daripada nilai “r” product
moment, maka hipotesis alternative (Ha) ditolak dan hipotesis nihil (Ho)
diterima
Dalam hal ini, ternyata hasil perhitungan penelitian lebih besar dari
pada nilai “r” product moment, maka hipotesis alternative (Ha) diterima dan
hipotesis nihil (Ho) ditolak.

E. Kesimpulan
Berdasarkan dari deskripsi data, analisis hipotesis, dan pembahasan,
maka kesimpulan kami adalah sebagai berikut;
1.Dari uji validitas yang dilakukan terhadap kedua komponen variabel, dapat
diketahui bahwa data angket variabel X (Metode Tahsin Tilawah)
dinyatakan keselruhan dari 20 item adalah VALID. Dan data tes Penguasaan
Bacaan Al-Qur’an sebanyak 10 soal juga dinyatakan seluruhnya VALID.
Pun dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan, dinyatakan kedua variabel
reliable (dapat dipercaya) karena nilai thitung lebih besar daripada rtabel.
2. Dari pengujian hipotesis dengan menggunakan korelasi product moment
pearson dengan tabel nilai “r” product moment pada taraf signifikansi 5%
diperoleh bahwa nilai rxy = 0,476 > 0,235 yaitu nilai rhitung lebih besar
daripada rtabel. Pada taraf 5% maka dapat disimpulkan bahwa bahwa
hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini
berarti terdapat pengaruh metode tahsin tilawah terhadap penguasaan bacaan
Al-Qur’an. (miftahul Khaer)
3.Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana variabel metode tahsin tilawah
terhadap penguasaan bacaan Al-Qur’an yaitu Y = Y=33,319 + 0,591, jika
produk meningkat 1% maka akan meningkatkan keputusan pembelian
sebesar 59%. berdasarkan hasil penelitian ini maka terdapat pengaruh positif

14
antara metode tahsin tilawah terhadap penguasaan bacaan Al-Qur’an sebesar
22,7% semakin tinggi program tahsin tilawah dilaksanakan maka
penguasaan bacaan Al-Qur’an akan dihasilkan semakin tinggi pula.

DAFTAR PUSTAKA
Abdur Rauf Al-Hafizh, Abdul Aziz, “Panduan Ilmu Tajwid Aplikatif”, (Jakarta:
Markaz Al-Qur’an, 2017), cet ke-23
Abdurrohim, Acep Iim, “Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap”, (Bandung: CV.
Penerbit Diponegoro, 2003).
Al Toumy Al Syaibany, Omar Muhammad, “Filsafat Pendidikan Islam”, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979) cet 1.
Al-Qardawi, Yusuf, “Berinteraksi Dengan Al-Qur’an”, (Jakarta: Gema Insani
Press, cet ke-3, 2001).
Annuri, Ahmad, “Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Tajwid”, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2016).
Anwar, Khoirul, & Ismail Marzuki, “Statistik Terapan”, (Yogyakarta: CV. Tangan
Emas, 2021).
Arifin, Muhammad, “Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet
ke-1.
Arwani, Ulil Albab, “Kitab Tajwid”, (Kudus: Mubarokatan Thoyyibah 2019).
At-Tirmidzi menyebutkan hadits ini Gharib dalam al-qira’at (2927). Dan
diriwayatkan oleh Abu Daud dengan bentuk yang sama dalam al-huruf wal
qira’at (4001), dan al-hakim (2/233), dan ia menshahihkannya berdasarkan
syarat Bukhari dan Muslim dan itu disepakati oleh Adz-Dzahabi.
Darajat, Zakiyah, “Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam”, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995).
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001).

15
DEPDIKKEB, “Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, Edisi-
3, cet-2, 2002).
Depdiknas, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003).
Djarwanto, “Uji Statistik dalam Penelitian”, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta,
2007)
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21”,
(Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2013), cet-4.
H.R Ahmad dan An-Nasa’i, Ibnu Majah no. 215, dan Al-Hakim I/556. Lihat
Shahih al-jami’ Ash-Shagir, no. 2165. Lihat penjelasan lengkapnya
mengenai batasan memperindah bacaan dalam Al-Qur’an
H.R. Al-Bukhari dalam Fadhail Al-Qur’an, bab Mad al-Qira-at (6/241).
H.R. Al-Bukhari, dalam Bab Keutamaan Al-Qur’an jilid 9, hal. 66. Abu Dawud,
dalam Bab Membaca Al-Qur’an. No. 2909.
Hadits no. 789, yang disebutkan dalam kitab terjemahan, Kaefa Nata’ ‘Amalu
Ma’al Quranil Azhim.
Hasanuddin,.AF, “Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya terhadap Istimbath
Hukum dalam Al-Qur’an”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995).
Hasil Wawancara dengan Ustadz Suyanto Najib Selaku Guru Mata Pelajaran Al-
Qur’an Hadist, Minggu, 22 Januari 2023 Pukul 09:15.
Ismail, SM, “Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, dan Menyenangkan)”, (Semarang: RASAIL
Media Group, 2008).
Khon, Abdul Majid, “Praktikum Qira’at: Keanehan Bacaan Al-Qur’an Qira’at
Ashim dari Hafash”, (Jakarta: Amzah, 2008), Cet ke-1.
Kontributor Wikipedia, 'Belajar', Wikipedia, Ensiklopedia Bebas, 7 Januari 2023,
05.28, https://id.wikipedia.org/wiki/Belajar
Kriyanto, Rachmat, “Teknik Praktis Riset Komunikasi”, (Jakarta: Kencana
Prenada media group, 2008)
Mulyasa, E, “Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005).
Munir, Ahmad, “Ilmu Tajwid Seni Baca Al-Qur’an”, (Jakarta: Bhineka Cipta,
2007).
Nadhratun Nai’m fi Makarimi Akhlaki Ar-Rasulil Karim, 117 dan Fathul Bari jilid
8.
Nasution, Sangkot, “Variabel Penelitian” Jurnal Program Studi Pendidikan Guru
Raudhatul Athfal (PGRA), Raudhah. No.02. Volume 5, 2017.
Nata, Abudin, “Filosofi Pendidikan Islam”, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005)
Rauf, Abdur, “Pedoman Dauroh Al-Qur’an”, (Jakarta: Markas Al-Qur’an, 2014).
S. Saadah, “Ilmu Tajwid (Pedoman Membaca Al-Qur’an dengan Semestinya)”,
(Surabaya: Khazamah Media Ilmu, 2006).
Sabri, Ahmad, “Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching”, (Jakarta:
Quantum Teaching, 2007)

16
Sabri, M Alisuf, “Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional”,
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007).
Saiful Bakhri, Abu Najibullah, “Buku Panduan Pendidikan Guru Pengajar Al-
Qur’an”, (PGPQ)”, (Blitar: PONPES Nurul Iman, 2009).
Santoso, Singgih, “Mengatasi berbagai Masalah dengan SPSS”, (Jakarta: PT.
Elex Media komputindo, 2003)
Sarotun, “Cara Mudah dan Praktis Tahsin Tilawah Al-Qur’an Program 30 Jam”,
(Ungaran: Rumah Tahsin Tahfidz Al-Bayan, 2013).
Sarwono, Jonathan. Statistik itu Mudah Panduan Lengkap untuk Belajar
Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16, (Yogyakarta : Penerbit Univ.
Fitma Jaya Yogyakarta, 2009).
Sholeh, Saiman, & Abdul Basyit, “Ulum Al-Qur’an”, (Banten: Pustaka Getok
Tular, 2017).
Siregar, Sofian, “Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif”, (Jakarta : PT.
Bumi Aksara, 2012).
Sugiati, “Implementasi Metode Sorogan Pada Pembelajaran Tahsin dan Tahfidz
Pondok Pesantren”, JURNAL QATHRUNA, Vol.3 No.1(Januari-Juni
2016).
Sugiyono, “Metode peneltian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, (Bandung :
Alfabeta, 2008).
Sujatweni, V. Wiratna, “Metodologi Penelitian”, (Yogyakarta : Pustaka Baru,
2014)
Sunyoto, Danang, “Analisis Regresi dan Uji Hipotesis”, (Yogyakarta: CAPS,
2011).
Supandi, Irfan, “Agar Bacaan Tidak Sia-sia”, (Solo: Tinta Medina, cet-1, 2013.
Suryana, Toto dkk., “Pendidikan Agama Islam”, Bandung: Tiga Mutiara, 2006,
Suwaid, Aiman Rusydi, “Panduan Ilmu Tajwid Bergambar”, (Solo: Zamzam,
Cet-1, 2015).
Tarigan, “Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa”, (Bandung:
Angkasa, 1985), cet ke-3.
Tim Penyusun Kamus, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta : Ciputat
Press, 2003).
Usman, M Basyiruddin, “Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum”,
(Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. 1, 8.
W.J.S., Poerwadarminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2006).
Wahyudin, Moh, “Ilmu Tajwid Plus”, (Surabaya : Anggota IKAPI JATIM, cet-2,
2008).
Wiryodijoyo, “Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya”, (Jakarta: P2LPTK,
1989).
Yusuf, Muhibbin Syah, “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru”,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), cet. ke12.
Zulkifli, “Ilmu Pendidikan Islam”, (Tangerang : Bias Cemerlang, 2020)

17
18

Anda mungkin juga menyukai