Anda di halaman 1dari 25

IMPLEMENTASI METODE TILAWATI DALAM

PEMBELAJARAN AL QUR’AN

(Studi Kasus Di SD Islam Al Azhar 38 Bantul)


Mini Research
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semestar
Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Nuryanto, S.Pd.I
NIM : 22913097

Pembimbing:
Dr.M. Joko Susilo, M.Pd.

DIAJUKAN KEPADA PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU


AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA

2023
A. Latar Belakang Masalah

Salah satu isi fundamental dalam pendidikan Islam adalah ilmu pengetahuan yang

dimulai dengan keterampilan membaca dan menulis Al Qur’an. Keterampilan dalam membaca Al

Qur’an adalah usaha awal yang dilakukan untuk mencetak generasi Islam yang berwawasan Al

Qur‟an (generasi Qur‟ani). Bagi umat Islam, Al Qur’an merupakan sumber rujukan utama ajaran

agama Islam. Sebagai kitab suci umat Islam, Al Qur‟an tidak hanya berisikan syariat yang

menjadi tuntunan hidup manusia, tetapi dalam kandungannya terdapat inspirasi dan motivasi yang

seharusnya mampu mewujudkan karya-karya dalam aneka bidang, ekonomi, sosial humaniora,

dan tentu saja Iptek yang menjadi pilar utama kemajuan peradaban umat manusia sejak empat

belas abad silam.

Kemampuan membaca Al Qur’an dalam Islam mendudukan derajat keutamaan.

Orang yang membaca Al Qur‟an adalah manusia yang terbaik dan manusia yang paling utama.

Tidak ada manusia di atas bumi ini yang lebih baik daripada orang yang mau belajar dan

mengajarkan Al Qur’an. Bahkan mengajarkan Al Qur’an adalah profesi terbaik diantara

profesi-profesi yang lain.

Dari Utsman R.a, berkata : Rasulullah Saw., bersabda : Sebaik-baik kalian adalah

orang yang mau mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya kepada orang lain. (HR.

Bukhari)

Abi Zakariya Muhyidin Yahya an Nawawi penulis kitab Riyadus Sholihin berkenaan

dengan hal ini mengutip hadits Nabi:1

1
Abi Zakariya Muhyidin Yahya, An Nawawi 2005. Riyadush Shalihin. Semarang: Karya Toha Putra,
hal.431
“Dari‟Aisyah, ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda: Orang yang gemar membaca

Al-Qur‟an dan sudah lihai dalam membacanya kelak akan bersama golongan mereka yang

mulia lagi berbakti. Adapun orang yang gemar membaca AlQur‟an, namun dalam

membacanya masih terbata-bata, maka ia akan mendapat dua pahala.”(Muttafaqun Alaih).

Untuk mendapatkan keutamaan dari membaca Al Qur‟an, maka bacaan Al Qur‟an

seorang muslim harus sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, yaitu dibaca dengan tartil dan

fashahah. Seperti firman Allah SWT. QS. Al Muzammil (73) : 4

….

“…. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.”

Arti tartil menurut Ali ibn Abi Thalib seperti dikutip oleh Abdul Rauf dalam ayat di

atas adalah mentajwidkan huruf-hurufnya dan mengetahui tempat waqaf (berhenti), sedangkan

arti tajwid adalah mengeluarkan huruf dari tempat keluarnya dengan memberikan hak dan

mustahaknya. Mengenalkan membaca al Qur’an secara tartil tidak bisa dilakukan secara

instan, karena membutuhkan waktu dan pembisaan sejak dini. Oleh karena itu, mengenalkan

anak usia dini membaca al Qur’an adalah keniscayaan yang harus dilakukan.

Anak usia dini merupakan usia emas (golden age) di mana anak mulai belajar bereaksi

terhadap stimulus yang diberikan oleh orang lain dan lingkungan sekitarnya. Kondisi dan

stimulus yang baik akan sangat berpengaruh pada optimalnya tumbuh kembang anak. Menurut

Santoso, kondisi ini amat dipengaruhi oleh peran pendidik (orangtua, guru dan orang dewasa
lainnya) yang memahami tentang perkembangan dan potensi seorang anak.2

Mengajar anak usia dini, bukanlah hal mudah. Salah satu metode untuk mengajarkan

cara baca Al Qur’an bagi pemula adalah metode Tilawati. Metode ini merupakan satu dari

banyak inovasi model pembelajaran Al Qur’an yang ada, seperti metode Qira’ati yang

dicetuskan oleh Dahlan Salim Zarkasyi di Semarang, metode Iqro‟ yang disusun oleh As‟ad

Human dari Yogyakarta, metode Tsaqifa yang dirancang Umar Takwim, metode Muri-Q yang

disusun oleh Dzikron di Solo, metode Ummi yang disusun oleh Masruri dan Yusuf dan masih

banyak metode pembelajaran Al Qur‟an lainnya (Hernawan, 2018: h. 28).

Setiap metode dibuat oleh para pencetusnya didasari atas permasalahan yang beragam

dalam pembelajaran Al Qur’an, seperti tidak menentunya tenggat waktu yang dibutuhkan

untuk dapat menguasai belajar membaca Al Qur’an dengan fashih dari sejak dasar pengenalan

huruf hijaiyah. Metode tilawati menggunakan salah satu metode pembelajaran yang cukup

unik dan berbeda dengan metode pembelajaran Al Qur’an lainnya, ciri khas yang mencolok

dari metode ini adalah adanya alat peraga di setiap jilidnya yang mempermudah penyampaian

pembelajaran dan adanya penggunaan irama lagu rost. Lagu merupakan suatu karya sastra

yang menggambarkan aktualisasi diri, konsep, pandangan, yang memiliki peran penting bagi

pendengar sebagai pemahaman, cara berinteraksi, atau cara penggunaan. Lagu dan anak-anak

sudah seperti perangko dan lemnya. Anak kecil mana yang tak suka dengan lagu apalagi lagu-

lagu dengan suara.

Pemilihan SD Islam 38 Bantul, sebagai lokasi penelitian terkait metode Tilawati adalah

karena sekolah ini merupakan sekolah Islam unggulan di Bantul, sekaligus sejak awal sudah

menerapkan metode tilawati. Metode Tilawati sebagai sebuah mata pelajaran wajib yang

setara dengan mata pelajaran umum dan agama lainnya di sekolah ini. Oleh karena itu,

sangatlah menarik untuk melihat pola pembelajaran dan efektifitas pembelajaran tilawati di

2
Ibid, hal. 61
sekolah tersebut.

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

1. Fokus Penelitian

a. Penerapan metode Tilawati dalam pembelajaran Al Qur’an di SD Islam Al Azhar 38

Bantul.

b. Pertanyaan Penelitian

- Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Al Qur’an dengan metode Tilawati di SD

Islam Al Azhar 38 Bantul?

- Apa faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi penerapan metode

Tilawati dalam pembelajaran Al Qur’an di SD Islam Al Azhar 38 Bantul?

- Bagaimana implikasi dari penerapan metode Tilawati dalam pembelajaran Al

Qur’an di SD Islam Al Azhar 38 Bantul?

- Apa solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam penerapan

metode Tilawati dalam pembelajaran Al Qur’an di SD Islam Al Azhar 38 Bantul?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Mengacu pada pertanyaannya penelitian di atas jadi tujuannya yaitu sebagai berikut;

a. Untuk menganalisis dan menjelaskan gambaran tentang langkah-langkah yang

diterapkan guru dalam pembelajaran Al Qur’an di SD Islam Al Azhar 38 Bantul.

b. Untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi penerapan

metode Tilawati dalam pembelajaran Al Qur’an di SD Islam Al Azhar 38 Bantul.

c. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan implikasi dari penerapan metode Tilawati

dalam pembelajaran Al Qur’an di SD Islam Al Azhar 38 Bantul.

d. Untuk menganalisis solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam

penerapan metode Tilawati dalam pembelajaran Al Qur’an di SD Islam Al Azhar 38


Bantul.

Adapun manfaat Penelitian sebagai berikut :

2. Manfaat Teoritis

a. Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang menggunakan

metode Tilawati dalam model pembelajaran Al Qur’an.

b. Memberikan gambaran yang jelas pada stakeholders (pemangku pendidikan) tentang

impelementasi metode Tilawati dalam model pembelajaran Al Qur’an.

D. Sistimatika Pembahasan

Susunan penulisan tesis ini, dibagi kedalam lima bab. Selanjutnya pada tiap bab itu

terdiri dari sub-sub bab yang mengandung isi bab, dengan demikian akan menjadi mudah

dalam mengupasnya, juga akan mempermudah para pembacanya, Penggolongan bab-babnya

yaitu:

Bab I terdiri dari pendahuluan, latar belakang masalah, fokus penelitian dan

pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II tentang kajian pustaka yaitu menampilkan atau menguraikan kajian-kajian

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian, dan berisi kerangka teori.

Bab III berisi sub-sub bab dari metode penelitiannya, di bab ini menguraikan cara

yang dipakai peneliti untuk mendapatkan data.

Bab IV berisi dua sub bab yaitu tentang profil SD Islam Al Azhar 38 Bantul dan sub

bab Pembahasan yaitu menguraikan tentang implementasi metode tilawati dalam

pembelajaran al Qur’an dengan fokus studi kasusnya berada di SD Islam Al Azhar 38 Bantul)

Bab V pada bab ini merupakan bab terakhir atau penutup yang berisi kesimpulan dari

hasil penelitian. Selain itu setelah kesimpulan juga dilengkapi kepustakaan yaitu keterangan

sumber buku yang dipakai serta tambahan/lampiran penelitian.


BAB. II

Kajian Pustaka

A. Pembelajaran al Qur’an

1. Pengertian Pembelajaran Al Qur’an

Mengajar dan belajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan

satu sama lain. Mengajar menunjukkan pada apa yang harus dilakukan oleh guru

sebagai pengajar sedangkan belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

sebagai subyek yang menerima pelajaran (peserta didik). Istilah proses pembelajaran

dapat diartikan pula pengajaran yang dimaknai sebagai proses penyajian bahan oleh

seseorang kepada orang lain dengan tujuan agar orang lain itu menerima dan menguasai

bahan pelajaran tersebut, bahan pelajaran disini berarti sesuatu yang berbentuk ilmu

pengetahuan, kecakapan ketrampilan, aktivitas serta hasil-hasil budaya pada umumnya.

Pembelajaran merupakan hal terencana yang disusun secara sistematis

agar tujuan yang dikehendaki dapat tercapai, sebagaimana diungkapkan oleh Gagne,

Briggs dan Wager seperti yang dikutip oleh Rusmono, pembelajaran merupakan proses

kegiatan yang direncanakan untuk terwujudnya kegiatan belajar siswa. Menurut E.

Mulyasa (2008: h. 100), Pembelajaran pada hakikatnya adalahinteraksi antara peserta

didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih

baik.Dimyati dan Mudjiono seperti dikutip Syaiful Sagala, mendefinisikan

pembelajaran adalah kegiatan gurusecara terprogram dalam desain instruksional untuk

membuat peserta didik belajar secara aktif, yangmenekankan pada penyediaan sumber.3

3
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi, dan Implementasi, 2007, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya), hal.100
Acep Hermawan dalam bukunya Ulumul Qur‟an: Ilmu Untuk Memahami

Wahyu, mendefinisikan Al Qur‟an sebagai firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW. Bernilai ibadah bagi yang membacanya, isi dan susunan kata di

dalamnya merupakan mukjizat, dan termaktub dalam kitab, serta dinukil (diperoleh)

dengan jalan mutawattir.4

Nur Efendi dan Muhammad Fathurrohman dalam buku Studi Al Qur‟an:

Memahami Wahyu Allah Secara Lebih Integral dan Komprehensif mengemukakan

bahwa Al Qur‟an merupakan firman Allah yang mengandung mukjizat, diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW. melalui malaikat Jibril, secara bertahap (berangsur-

angsur), ditulis dalam bentuk mushaf-mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, bernilai

ibadah bagi yang membacanya, yang dimulai dari surah Al Fatihah dan diakhiri surah

An Naas.5

Nur Efendi menyimpulkan bahwa pembelajaran Al Qur‟an adalah proses

menambah wawasan keilmuan, perubahan tingkah laku dan keterampilan siswa,

melalui kegiatan interaksi antara guru dan siswa dengan cara membaca, menghafal

ayat-ayat Al Qur‟an secara baik dan benar berdasarkan kaidah hukum tajwid, serta

memahami makna yang terkandung di dalam Al Qur‟an.6

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Al Qur’an

Pendidikan Al Qur`an bagi anak-anak memiliki prinsip-prinsip yang berbeda

dengan orang dewasa. Hal initerkait dengan umur, kejiwaan anak, dan daya nalar

anak. Para pengajarAl Qur‟an hendaknya memperhatikan hal ini agar tidak gagal dalam

4
Acep, Hermawan, Ulumul Qur’an: Ilmu Untuk Memahami Wahyu. 2013 (Bandung: Remaja
Rosdakarya), hal.10
5
Nur Efendi, dan Muhammad Fathuraruhman. 2014. Studi Al-Qur’an: Memahami Wahyu Allah
Secara Lebih Integral dan Komprehensif. (Yogyakarta: Teras),hal.40
6
Ibid.
mendidik anak-anak dalam membaca Al Qur`an. Diantaranya prinsip- prinsip tersebut

diantaranya adalah:

a. Membaca dengan Tahqiq

Tahqiq adalah membaca dengan memberikan hak-hak setiap huruf secara

tegas, jelas, teliti, seperti memanjangkan mad, menegaskan hamzah, menyempurnakan

harakat, melepaskan huruf secara tartil, pelan-pelan memperhatikan panjang pendek,

waqaf dan ibtida` tanpa melepas huruf. Dalam penerapannya metode tahqiq ini tampak

memenggal-menggal dan memutus-mutus dalam membaca huruf-huruf da kalimat-

kalimat Al- Qur`an.

b. Membaca dengan Tartil

Tartil artinya membaca Al Qur`an dengan perlahan-perlahan tidak terburu-

buru dengan bacaan yang baik dan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifatnya

sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu tajwid. Makharijul Hurufyaitu membaca

huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan tempat keluarnya seperti tenggorokan, di tengah

lidah, antara dua bibir dan lain-lain. Tartil maknanya hampir sama dengan tahqiq,

hanya tartil lebih luwas dibanding tahqiq. Perbedaan lain ialah tartil lebih

menekankan aspek memahami dan merenungi kandungan ayat-ayat Al Qur`an.

Sedangkan tahqiq tekanannya pada aspek bacaan.

c. Membaca dengan Tadwir

Tadwir adalah membaca Al Qur‟an dengan memanjangkan mad, hanya tidak

sampai penuh.

d. Membaca dengan Hadr

Hadr adalah membaca Al Qur`an dengan cara cepat, ringan dan pendek,namun

tetap dengan menegakkan awal dan akhir kalimat serta meluruskannya. Suara

mendengung tidak sampai hilang, meski caramembacanya cepat dan ringan. Cara ini
biasanya dipakai oleh para penghafal Al Qur‟an pada kegiatan khataman 30 juz sehari.7

Dari keempat tata cara membaca Al Qur‟an diatas, tata cara yang ideal untuk

anak–anak adalah tata cara pertama, yaitu membaca dengan tahqiq, dengan membaca

secara tahqiq anak akan terlatih membaca Al Qur`an secara pelan, tenang dan tidak terburu-

buru. Cara ini akan membiasakan anak membaca Al Qur`an secara baik dan benar.

B. Metode Tilawati

Kata metode berasal dari Bahasa Latin, Meta dan Lados.Kata “Meta” berarti melalui

dan “Lados” yang berarti jalan. Sedang menurut istilah dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia metode adalah cara yang teratur untuk mencapai tujuan yang dimaksud8. Dalam

kegiatan pembelajaran, metode diartikan sebagai rangkaian tindakan sistematis untuk

mencapai tujuan hasil pembelajaran dalam jangka pendek. Metode merupakan cara mengajar

yang telah disusun berdasarkan prinsip dan system tertentu.9 Menurut Hasan Langgulung,

metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.

Metode Tilawati adalah salah satu dari sekian metode dalam rangka membaca al

Qur’an. Selain tilawati di Indonesia ini juga mengenal metode lain semisal; Di Indonesia

terdapat bermacam-macam metode pembelajaran atau cara membaca Al Qur‟an. Menurut

Ahmad Syarifuddin, secara umum terdapat duametode yang dapat dijadikan cara dalam belajar

membaca Al Qur‟an, diantaranya adalah: Metode Musyafahah yakni metode belajar dengan

cara guru mencontohkan terlebih dahulu (dikte) cara baca Al Qur‟an yang baik dan benar

secara perlahan dan jelas, untuk kemudian diikuti oleh siswa didiknya. Metode „Audul

Qira‟ah (setoran bacaan),metode ini dilakukan dengan cara peserta didik membaca sebuah

7
Ibid.,h. 79)
8
Poerwadarminta,W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia.1999 (Jakarta: Balai Pustaka, hal. 649)
9
An Nahlawi, Abdurrahman. 1989. Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, ( Bandung:Diponegoro.

2014) hal. 90
ayat di depan pendidik, sementara pendidik tersebut menyimaknya.10

Sedangkan menurut data, sebagaimana yang telah dikumpulkan oleh LITBANG pada

tahun 1994, macam-macam metode pembelajaran Al Qur‟an diantaranya adalah Metode

Baghdadiyyah, Metode Hattaiyyah di Riau, Metode Al-Barqydi Surabaya, Metode Qira‟ati

di Semarang, Metode Iqra‟ di Yogyakarta, Metode Al Banjari di Banjarmasin, Metode SAS

di Jawa Timur, Metode Tombak Alam di Sumatra Barat, Metode Tilawati, metode Yanbu‟a,

Metode Muhafakah (metode yang digunakan untuk pengajaran Al Qur‟an dengan cara

hafalan kalimat sehari-hari), Metode Muqoronah (metode dengan padanan huruf atau

persamaan huruf atau Transliterasi), Metode wasilah (Metode urai baca dengan alat peraga),

Metode saufiyah (dengan cara gestalt), Metode tarqidiyah, Metode jam‟iyah (metode

campuran), Metode an-Nur, Metode El-Fath, Metode 15 jam belajar Al Qur‟an, dan Metode

A Ba Ta Tsa.11

Kata Tilawati berasal dari bahasa Arab tilaawatun yang artinya bacaan(Annuri,

2014).Hal ini disimpulkan karena banyaknya kata Tilawati yang ditemukan dalam Al Qur‟an,

yakni sebanyak 63 buah di dalam ayat Al Qur‟an, yakni Al Anfal 31. Dalam kamus Besar

Bahasa Indonesia kata Tilawati memiliki arti cara membaca ayat Al Qur‟an dengan benar dan

indah. Pengertian metode Tilawati menurut pencetusnya, yakni Drs. H. Ali Muaffa, dkk.,

merupakan suatu metode belajar membaca Al Qur‟an yang menggunakan strategi

pembelajaran dengan pendekatan yangseimbang antara “pembiasaan” melalui sistem klasikal

dan “kebenaran membaca” melalui sistem individual dengan teknik “baca simak”, dan

diharapkan dapat mengurangi bahkan mengatasi permasalahan dalam pembelajaran membaca

Al Qur‟an.12

10
Fathoni (ed.). Panduan Munaqosyah Sistem Kendali Mutu Pembelajaran Al-Quran Metode
Tilawati. 2018 (Surabaya: Pesantren Al Quran Nurul Falah), hal.10
11
Abdillah, Metode Pembelajaran Al Qur’an.1996( Surabaya: Karya Pustaka), hal. 12
12
Ibid.
Pendekatan Pembelajaran Tilawati merupakan buku metode belajar membaca Al

Qur‟anyang disampaikan secara seimbang antara pembiasaan melalui pendekatan klasikal

dan kebenaran membaca melalui pendekatan individual dengan teknik baca simak. Berikut

adalah penjelasan darikedua pendekatan tersebut:

1. Pendekatan klasikal, adalah proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara

berkelompok dengan menggunakan peraga. Beberapa manfaat pendekatan

klasikal dalam penerapan menggunakan peraga ini yaitu :

 Pembiasaan bacaan

 Membantu siswa melancarkan membaca buku tilawati

 Memudahkan penguasaan lagu rost.

 Melancarkan halaman-halaman awal ketika siswa sudah halaman akhir.

Sedangkan tenik klasikal yang digunakan dalam metode tilawati ada tiga.

Tabel.2.1

Penerapan Teknik

TEKNIK GURU SISWA

Teknik 1 Membaca Mendengarkan

Teknik 2 Membaca Menirukan

Teknik 3 Membaca bersama-sama

Sumber: Buku Strategi Pembelajaran Al Qur‟an Metode Tilawati

Tiga teknik di atas tidak digunakan semua pada saat praktikklasikal, namun

disesuaikan dengan jadwal atau perkembangankemampuan siswa.teknik klasikal ini

dilaksanakan dengan alokasi pembelajaran selama 15 menit. Pertemuan ke-1 sampai

pertemuan ke-15, klasikal peraga menggunakan teknik 1 dan 2 saja, dan setiap
pertemuan menyelesaikan empat halaman peraga.Pertemuan ke-16 sampai pertemuan

ke-51, klasikal menggunakan teknik 3 saja, dan setiap pertemuan menyelesaikan 10

halaman peraga.13

2. Pendekatan Individual

Dengan teknik baca simak, adalah proses belajar mengajar yang dilakukan

dengan cara membaca bergiliran yang satu membaca dan yang lainnya menyimak.

Beberapa manfaat penerapan teknik baca simak menggunakan buku tilawati ini yaitu:

a. Siswa tertib dan tidak ramai, semua siswa terlibat dalam proses belajar

mengajar mulai dari doa pembuka sampai doa penutup. Sehingga tidak

ada waktu luang lagi untukmelakukan kegiatan yang lain.

b. Pembagian waktu setiap siswaadil, dalam proses baca simak semua

siswaakan bergiliran membaca dengan jumlah bacaan yang sama antara

siswa yang satu dengan siswa yang lainya. Alokasi waktu yang digunakan

dalam menerapkan teknik baca simak ini adalah 30 menit dalam setiap

pertemuan (Abdurrohim Hasan, dkk, 2010: h. 20).

13
Ibid.,hal. 16-18.
BAB III

Metode Penelitian

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini

adalah metode kualitatif. Menurut Moleong metode kualitatif adalah metode penelitian yang

bertujuan untuk menafsirkan segala fenomena yang dialami oleh subjek penelitian seperti

perilaku, persepsi dan tindakan secara keseluruhan dengan menggunakan deskripsi dalam

bentuk kata-kata pada konteks khusus yang alamiah dengan menggunakan berbagai metode

yang ada14. Berdasarkan pengertian ini, latar alamiah yang dimaksud adalah wawancara,

pengamatan dan pemanfaatan dokumen.

Metode pendekatan kualitatif ini peneliti gunakan untuk memahami fenomenayang

kadangkala sukar dipahami dan diharapkan dengan pendekatan kualitatif inipeneliti mampu

memberikan penjelasan permasalahan yang menjadi fokus utama penelitian secara lebih utuh

dan terperinci. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study) yang

berfungsi untuk mengeksplorasi suatu kasus atau suatu sistem terikat dengan melakukan

pengumpulan data secara mendalam dan menggunakan berbagai sumber informasi penelitian

yang bervariasi pada suatu konteks. Sistem terikat yang dimaksud yakni, terikat dengan

tempat dan juga waktu. Sedangkan kasus dapat diteliti dari suatu program atau aktivitas.

Sehingga dapat disimpulkan, jenis penelitian studi kasus yaitu penelitian seorang peneliti

14
Moleong, Lexy J,. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. 2013,(Bandung: Remaja Rosdakarya). hal.
9
dalam menggali suatu kasus dalam suatu kegiatan dan waktu dan mengumpulkan segala

informasi secara mendalam dan rinci dalam periode tertentu dan menggunakan pengumpulan

data yang bervariasi. Penelitian ini menggambarkan eksistensi, esensi dan substansi proses

implementasi metode Tilawati yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup dalam

pembelajaran Al Qur’an di SD Islam Al Azhar 38 Bantul.

C. Data dan Sumber Data

Menurut Sugiyono, dalam penelitian kualitatif, yang berperan sebagai human

instrument adalah peneliti itu sendiri. Peneliti sebagai subjek penelitian bertugas menetapkan

fokus inti sebuah penelitian, kemudian memilih informan yang akan dijadikan sebagai

sumber data, lalu mengumpulkan data untuk kemudian menilai kualitasnya, serta

menganalisis dan menafsirkan data untuk dibuat suatu kesimpulan hasil temuan

penelitiannya15

Menurut Sugiyono pula, data dalam penelitian kualitatif merupakan rangkaian kata

serta adanya tindakan, selain itu terdapat data tambahan seperti dokumen dan lain

sebagainya.16 Adapun berdasarkan perolehan sumber datanya, maka data dapat dikumpulkan

menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer ialah sumber data yang

diperoleh melalui informan penelitian yang dapat langsung memberikan data kepada

pengumpul data, adapun sumber sekunder merupakan sumber yang tidak dapat secara

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat

dokumen.

Data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung

saat melakukan proses penelitian yang didapat melalui kata-kata dan perilaku guru dalam

pelaksanaan metode pembelajaran Al Qur’an. Selain itu juga terdapat data pendukung seperti

15
Ibid.
16
Ibid
modul pembelajaran atau alat peraga dan juga catatan lapangan penelitian.

Sumber data dalam penelitian ini antara lain;

1. sumber primer yakni hasil observasi, wawancara langsung dengan pihak terkait

dalam penelitian tentang metode Tilawati ini seperti, kepala sekolah, wakil kepala

sekolah bidang kurikulum, koordinator bidang Tilawati, guru Tilawati dan para

siswa. Sumber primer penelitian ini juga didapat dari hasil studi dokumen sebagai

bahan data yang dapat memperkuat sekaligus menjawab permasalahan dalam

masalah penelitian ini.

2. sumber sekunder dalam penelitian ini antara lain bersumber dari berbagai buku

terkait metode pembelajaran Al Qur’an khususnya metode Tilawati, tesis, jurnal,

prosiding, berita, makalah, serta dokumen yang terkait dengan penelitian ini.

D. Teknik Pengumupulan Data

1. Metode pengamatan (observasi)

Yakni suatu proses mengamati dan dengan sistematis mencatat setiap gejala yang

terlihat pada suatu objek penelitian. Peneliti akan menggunakan metode observasi

secara langsung melalui pengambilan data yang tampak tanpa dibantu alat lain. Dalam

metode ini, peneliti akan menggunakan teknik observasi partisipan, yaitu peneliti

mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru Tilawati. Metode ini digunakan

peneliti untuk mengetahui pelaksanaan metode Tilawati dalam pembelajaran Al Qur’an

di SD Islam Al Azhar 38 Bantul.

Kegiatan observasi dalam penelitian ini dilaksanakan di beberapa kelas sesuai

masing-masing jenjang. Namun, karena adanya kebijakan dari sekolah, peneliti hanya

diberi kesempatan untuk melakukan observasi di dua kelas, yakni kelas 2 dan kelas 4.

Kemudian observasi pada pembelajaran Al Qur’an dilakukan untuk melihat kegiatan

pelaksanaan pembelajaran Al Qur’an dengan metode Tilawati sebagai upaya


meningkatkan kompetensi siswa/I di SD Islam Al Azhar 38 Bantul dalam hal membaca

dan menghapal Al Qur’an, serta memperdalam pengetahuan hukum bacaan Al Qur’an

(ilmu tajwid).

2. Metode wawancara (interview)

Metode wawancara menurut Moleong, merupakan suatu metode yang diperoleh dari

hasil percakapan mengenai suatu hal dengan tujuan tertentu yangdilakukan oleh (interviewer)

pewawancara yang bertugas mengajukan beberapa pertanyaan dan (interviewee)

terwawancara yang menjawab pertanyaan yang diajukan. (Moleong, 2009: h. 186).

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan melibatkan beberapa orang terkait dengan

masalah dalam penelitian ini, diantaranya adalah kepala sekolah, koordinator metode

Tilawati, guru Tilawati, dan juga beberapa siswa diSD Islam Al Azhar 38 Bantul.

Jenis wawancara yang digunakan nantinya adalah wawancara terstruktur, yaitu

kegiatan wawancara dengan peneliti yang bertindak sebagai interviewer pewawancara bebas

menetapkan masalah dan berbagai pertanyaan yang hendakdiajukan (Moleong, 2009: h. 190).

Tujuan dari wawancara terstruktur ini adalahuntuk menemukan jawaban dari hipotesis kerja.

Oleh sebab itu, daftar pertanyaan yang dibuat haruslah dipilih dan diteliti dengan baik. Bentuk

(format) wawancara yang hendak digunakan boleh bervariasi, dan format ini dinamai dengan

pedoman wawancra dan sifatnya transparan atau terbuka. Pertanyaan yang hendak diajukan

telah terlebih dulu disusun dan dicantumkan dalam rangkaian penelitian. Inti permasalahan

yang akan dibuat menjadi butir- butir pertanyaan haruslah disusun dengan struktur yang rapi.

Rincinya, metode wawancara pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data

tentang pelaksanaan metode tilawati di SD Islam Al Azhar 38 Bantul.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi bersumber dari non (bukan) manusia, namun memiliki

kebermanfaatan yang dirasa cukup dan bersifat akurat, stabil serta dapat mencerminkan

kondisi asli (yang terjadi sebenarnya).


Hasil wawancara, observasi serta dokumentasi yang peneliti dapatkan di lapangan,

kemudian dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkan pertanyaan penelitian yang disusun,

untuk kemudian disesuaikan datanya. Data yang dihasilkan dari tiga metode di atas

merupakan suatu keutuhan tak terpisahkan dan merupakan komponen yang saling melengkapi

satu dengan lainnya. Data yang dikumpulkan dan digunakan sebagai dasar pijakan kegiatan

belajar mengajar antara lain, program tahunan, program semester, silabus, RPP, buku

pedoman pembelajaran, alat peraga dan dokumen pembelajaran metode Tilawati lainnya yang

terkait di SD Islam Al Azhar 38 Bantul.

E. Teknik Analisis Data

Untuk melakukan analisis data pada penelitian kualitatif, teknik yang digunakan

dimulai dengan melakukan pengolahan data mentah yakni, meringkas data yang bersumber

dari kumpulan data mentah. bersumber dari kumpulan data mentah. Analisis data kualitatif

merupakan cara yang dilakukan melalui jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yangpenting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan

apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.17

Proses berjalannya analisis data kualitatif menurut Seiidel, seperti yang dikutip oleh

Lexy J. Moleong, adalah sebagai berikut:18

1. Mencatat hasil temuan lapangan dengan dibubuhkan kode supaya sumber data

tetap selalu dapat ditelusuri.

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan, mensintensiskan,membuat

ikhtisar, dan membuat indeksnya.

3. Berpikir untuk membuat jalan agar kategori data itu mempunyai makna, mencari

17
Ibid., hal 248
18
Ibid
dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

F. Uji Keabsahan Data

Untuk melakukan analisis data pada penelitian kualitatif, teknik yang digunakan

dimulai dengan melakukan pengolahan data mentah yakni, meringkas data yang bersumber

dari kumpulan data mentah. Dalam penelitian kualitatif, tidak dimungkinkan melakukan

penujian keabsahan pada instrumen penelitian. Dikarenakan, peneliti itu sendiri yang

menjadi instrumen penelitian. Oleh sebab itu, yang dapat diuji keabsahannyadalam

penelitian kualitatif adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan peneliti.19

Dalam Metodologi Penelitian Kualitatif yaitu Triangulasi, Lexy J. Moleong

mengemukakan bahwa teknik uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif

merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu haldiluar data

penelitian itu sendiri yang digunakan untuk mengecek atau berfungsi sebagai alat

pembanding terhadap data tersebut. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini yaitu teknik

triangulasi, yakni pemeriksaan keabsahan data melalui sumber lainnya.20

19
Ibid.hal. 106
20
Ibid.,hal 330
BAB IV.

TEMUAN PENILITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SD Islam Al Azhar 38 Bantul

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Islam Al Azhar 38 Bantul. Sekolah Dasar

Islam Al Azhar 38 Bantul, didirikan pada tahun 2012 dan berlokasi di Dusun Gemahan, Desa

Ringinharjo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul. Sekolah Dasar Islam Al Azhar 38 Bantul,

telah ditetapkan sebagai sekolah penggerak (SK Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini,

Pendidikan Dasar, dan Menengah Nomor 0301/C/HK.00/2022).

Sekolah ini dibawah naungan Yayasan Asram Yogyakarta dan Yayasan Pesantren

Islam Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta. Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar didirikan

pada tanggal 7 April 1952 oleh 14 orang tokoh Islam dan pemuka masyarakat di Jakarta,

dengan nama Yayasan Pesantren Islam. Salah seorang pencetus gagasan pendirian yayasan ini

adalah dr. Syamsuddin, Menteri Sosial RI ketika itu, yang didukung oleh Sjamsuridjal, yang

pada waktu itu adalah Walikota Jakarta Raya. Sedangkan nama-nama pendiri yayasan

selengkapnya adalah: Soedirdjo, Tan In Hok, Gazali Syahlan, H. Sjuaib Sastradiwirja,

Abdullah Salim, Rais Chamis, Ganda, Kartapradja, Sardjono, H. Sulaiman Rasjid, Faray

Martak, Jacub Rasjid, Hasan Argubie dan Hariri Hady.21

Pada tahun 1961 Mahmoud Syaltout, Grand Syekh Al-Azhar Cairo ketika

itu, mengunjungi tanah air sebagai tamu negara dan menyempatkan diri singgah di Masjid

Agung Kebayoran. Kedatangan beliau disambut oleh sahabatnya Buya Prof. Dr. Hamka,

Imam Masjid Agung Kebayoran, yang dua tahun sebelumnya dianugrahi gelar Doctor Honoris

Causa (Ustadziyah Fakhriyah) oleh Universitas Al Azhar Cairo. Dalam kesempatan itu Syekh

Prof. Dr. Mahmoud Syaltout berkenan memberikan nama Al-Azhar untuk masjid tersebut

sehingga nama resminya menjadi Masjid Agung Al Azhar. Dari situlah kemudian nama Al

21
Diakses di https://www.al-azhar.or.id/tentang-kami/sejarah-ypi/, 30 Mei 2023
Azhar berkembang menjadi nama sekolah dan kampus di bawah naungan Yayasan Pesantren

Islam (YPI).22

AL Azhar di bawah YPI berkembang begitu cepat ke pelbagi wilayah di Indonesia,

salah satunya di Yogyakarta. Dua Yayasan ini, berkolaborasi untuk mengelola lembaga

pendidikan yang berhaluan ajaran Islam. Sekolah ini adalah satu dari sepuluh unit pendidikan

Al Azhar yang ada di daerah Al Azhar. Sedangkan nomor 38 itu sendiri, menunjukkan nomor

berdiri sekolah Al Azhar di seluruh Indonesia.

B. Temuan Penilitian dan Pembahasan

1. Kegiatan Pembelajaran Tilawati

Dalam setiap pembelajaran tentu ada beberapa tahap kegiatan yang dilakukan yaitu

kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Begitu halnya dengan pembelajaran Al

Qur‟an di SDIT Almaka, untuk lebih jelasnya penulis akan membahas proses dan kegiatan

pembelajarannya sebagai berikut:

a. Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran Al Qur‟an metode Tilawati

Pada kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran Al Qur‟an metode Tilawati

di SDIT Almaka, guru menyiapkan siswa dengan cara mengatur tempat duduk

siswa senyaman mungkin dengan duduk melingkar membentuk huruf “U” dan

siswa menyiapkan buku tilawati masing- masing, setelah itu guru dan siswa

bersama-sama membaca doa.

b. Kegiatan inti dalam pembelajaran Al Qur‟an metode Tilawati

Setelah kegiatan pendahuluan selesai, maka dilanjutkan dengan kegiatan inti

yang dimulai dengan membaca klasikal peraga bersama-samasebanyak 4 halaman

peraga, dengan terlebih dahulu guru membaca dan siswa memperhatikan peraga

22
Ibid.
yang sedang dibaca oleh guru. Setelah guru selesai membaca semua, tahap

selanjutnya ialah guru membaca sebanyak satu baris lalu siswa dan guru bersama-

sama menirukan baris yang tadi dibacakan oleh guru, begitu selanjutnya sampai

membaca sebanyak 4 halaman peraga.

c. Kegiatan penutup dalam pembelajaran Al Qur‟an metode Tilawati

Setelah pembelajaran inti selesai, lalu guru menyiapkan siswa untuk kegiatan

penutup. Dalam kegiatan penutup pembelajaran Al Qur’an metode Tilawati ini

guru melakukan Tanya jawab terkait isi materi embelajaran pada hari tersebut,

selanjutnya guru mengevaluasikemampuan membaca siswa terlebih dahulu dengan

cara menilai kemampuan membaca siswa setiap baris yang siswa baca sebelumnya.

Halaman dinaikkan apabila siswa yang lancar minimal 70% dari jumlah siswa yang

aktif, akan tetapi halaman di ulang apabila siswa yang lancar kurang dari 70% dari

jumlah siswa yang aktif.

2. Materi pengajaran dalam pembelajaran Al Qur’an metode Tilawati Commented [N1]:

Materi pengajaran di SDIT Almaka di bagi menjadi dua yaitu materi utama dan Commented [N2R1]:

materi pendukung, adapaun meteri yang penulis maksudkan adalah sebagai berikut:

a. Materi utama

Materi utama yang diajarkan adalah tilawati jilid I sampai VI, yang setiap

materi pembelajaran mempunyai tujuan pembelajaran masing- masing. Dalam

kegiatan mengajar di SDIT Almaka mempunyai tujuan yang berbeda-beda antara

jilid I sampai VI. Secara khusus akan dijelaskan tujuan pembelajaran membaca Al

Qur‟an metode tilawati jilid I-VI:

(1) Jilid I. Siswa mampu membaca huruf hijaiyah berharokat fathah berangkai
baik sambung maupun tidak dengan bacaan lancar satu ketukan, juga mampu

membaca huruf hijaiyah asli dan angka Arab.

(2) Jilid 2. Siswa lancar membaca kalimat berharokat kasroh, fathahtain,

dhommahtain, kasrahtain dengan benar dan lancar membaca bacaan panjang

dan pendek 2 harakat (mad).

(3) Jilid 3. Siswa mampu membaca huruf-huruf sukun dengan sempurna tanpa

ada kesalahan dan mampu tartil serta fasih membaca menggunakan irama rost.

(4) Jilid 4. Siswa menguasai praktek bacaan waqaf, ghunnah (mendengung),

harful muqatta‟ah, mad wajib, mad jaiz.

(5) Jilid 5. Siswa menguasai praktek bacaan idgham bighunnah, idgham

bilaghunnah, qalqalah, iqlab, ikhfa‟ syafawi dan idzhar.

(6) Jilid 6. Siswa lancar membaca surat-surat pendek, ayat-ayat pilihan dan

mampu menguasai musykilat dan gharib (bacaan-bacaan asing yang tidak

sesuai dengan tulisanya).


BAB V

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan penulis di SDIT Almaka dengan judul penelitian

“Implementasi Metode Tilawati dalam Pembelajaran Al Qur’an (Studi Kasus Di ‘SD Islam

Al Azhar 38 Bantul)”, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: Langkah-langkah

penerapan metode Tilawati dalam pembelajaran Al Qur’an di SD Islam Al Azhar 38

Bantul yaitu:

a. Kegiatan pendahuluan berupa salam dan doa bersama selama 10 menit dengan

menggunakan lagu rost.

b. Kegiatan inti dengan metode baca simak dengan sistem pendekatan klasikal-

individual menggunakan lagu rost.

c. Kegiatan penutup berupa doa dan salam menggunakan lagu rost..


DAFTAR PUSTAKA

An Nawawi, Abi Zakariya Muhyidin Yahya. 2005. Riyadush Shalihin. Semarang: Karya Toha
Putra.
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi, dan Implementasi, 2007(Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya)
Hermawan, Acep. 2013. Ulumul Qur’an: Ilmu Untuk Memahami Wahyu. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Efendi, Nur. dan Fathuraruhman, Muhammad. 2014. Studi Al-Qur’an: Memahami WahyuAllah
Secara Lebih Integral dan Komprehensif. Yogyakarta: Teras.

Fathoni (ed.). 2018. Panduan Munaqosyah Sistem Kendali Mutu Pembelajaran Al-QuranMetode
Tilawati. Surabaya: Pesantren Al Quran Nurul Falah.

An Nahlawi, Abdurrahman. 1989. Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung:Diponegoro.

Moleong, Lexy J, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai