Anda di halaman 1dari 7

Penerapa Tahsin Menggunakan Buku Panduan Ummi Untuk

Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Pada Ummahat di SD Islam Sari Bumi


Sidoarjo
Nur Zaiyannah1), Anita Puji Astutik *,2)
1)
Program Study Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo,
Indonesia
Jl. Mojopahit, 666 B, Sidoarjo

nurzaiyannah059@umsida.ac.id , anitapujiastutik@umsida.ac.id

Abstract: Learning to read the Qur'an is an obligation for all Muslims, not only for children, but also for adults.
Awareness of learning to read the Qur'an which is usually only aimed at children, has now spread to adults. The
aim of this research is to find out the application of Al-Qur'an tahsin by using the ummi ummahat guidebook in
Sari Islam Islamic Elementary School. This research is a type of qualitative research using a descriptive
qualitative approach. It can be seen that tahsin by using ummi's manual has increased, both in quality and
quantity.
Keywords: tahsin, learning the Qur'an, ummahat

Abstrak: Belajar membaca Al-Qur’an merupakan suatu kewajiban bagi semua muslim, tidak hanya untuk anak-
anak, tetapi juga untuk orang dewasa. Kesadaran belajar membaca Al-Qur’an yang biasanya hanya ditujukan
kepada anak-anak, kini sudah merambah kepada orang dewasa. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui penerapan tahsin Al-Qur’an dengan menggunakan buku panduan ummi ummahat di SD
Islam Sari Bumi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif. Dapat diketahui bahwasannya tahsin dengan menggunakan buku panduan ummi mengalami peningkatan,
baik kualitas maupun kuantitas.
Kata kunci: tahsin, pembelajaran Al-Qur’an, ummahat
I. PENDAHULUAN
Al-Quran adalah firman Allah yang turun melalui perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Al-Qur’an merupakan petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh umat islam. Tidak ada keraguan di dalamnya (Al-
Qur’an). [1] Mengingat Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia, maka mempelajarinya adalah sebuah
kewajiban bagi seluruh umat muslim tidak terikat batasan usia. Setiap muslim harus bisa membaca Al-Qur’an.
Karena membaca merupakan syarat pertama dan utama dalam memperoleh ilmu dan pengetahuan.[2] Urgensitas
membaca telah dicantumkan dalam al-Qur’an surat yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu
surat al-Alaq ayat 1 sampai 5.
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia
mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.” [3]
Berdasarkan ayat tersebut Allah menjelaskan melalui malaikat jibril kepada Rasulullah SAW, bahwa untuk
memperoleh sebuah pengetahuan diperlukan cara. Cara tersebut adalah dengan membaca, sehingga seseorang akan
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahuinya.Membaca Al-Qur’an juga tidak boleh hanya sekedar
bisa dalam membacanya, tetapi juga harus sesuai dengan kaidah dan hukum cara membacanya (tartil). Dari pelafalan
setiap huruf, tajwid, serta ghoroibul qur’annya. Sebagaimana firman Allah dalam dalam Al-Qur’an surat Al-
Muzammil ayat 4.
Artinya : “ atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” [4]
Di Indonesia terdapat banyak buku panduan-buku panduan pembelajaran Al-Qur’an. Buku panduan-buku
panduan tersebut dapat memfasilitasi banyak orang untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan tartil. Buku panduan
ummi merupakan salah satu buku panduan belajar mengajar Al-Qur’an yang ada di Indonesia. Buku panduan ini
memperkenalkan diri sebagai salah satu buku panduan yang dapat membantu dengan mudah semua orang dalam
belajar Al-Qur’an. Dalam pengajarannya, buku panduan ini tidak hanya mengunggulkan kekuatan buku yang ada.
Kekuatan utama yang lain, yaitu metoda, mutu guru, dan sistem yang berbasis mutu. [5]
SD Islam Sari Bumi merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki program belajar mengajar Al-Qur’an
dengan buku panduan ummi. Dimana lulusannya diharapkan memiliki kemampuan dalam membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar (tartil). Peneliti tertarik melakukan suatu penelitian di lembaga ini karena adanya program
unggulan yang dimiliki sekolah ini yaitu Al-Qur’an dan kewirausahaan. Sekolah ini memiliki banyak sekali prestasi
di dalam bidang Al-Qur’an, baik di tingkat gugus, kecamatan, sampai nasional. Selain itu, penerapan unggulan Al-
Qur’an ini tidak hanya untuk santrinya saja, tetapi untuk seluruh warga sekolah. Di lembaga ini, terdapat
perkumpulan ummahat wali santri yang mengadakan kegiatan belajar membaca Al-Qur’an atau yang dinamakan
dengan tahsin Al-Qur’an. Belajar mengajar Al-Qur’an tersebut menggunakan buku panduan ummi. Mereka membuat
suatu kelompok belajar yang berisi kegiatan-kegiatan seperti tahsin Al-Qur’an, turjuman Al-Qur’an dan belajar
Bahasa Arab. Kelompok belajar ini terbentuk karena banyaknya perbincangan dikalangan ummahat, terkait
banyaknya ummahat yang masih belum lancar dalam membaca Al-Qur’an. Selain itu, banyak ummahat yang selesai
mengantarkan anak-anaknya mengisi waktunya hanya dengan mengobrol dengan sesama wali santri, dan konten
pembicaraannya banyak yang kurang bermanfaat. Dengan terbentuknya program kegiatan tersebut, banyak ummahat
yang antusias untuk mengikuti karena banyak dari mereka yang belum lancar dalam membaca Al-Qur’an, serta untuk
mengisi waktu luang mereka di pagi hari. Selain itu, mereka juga dituntut untuk bisa membantu menyimak anak-
anak mereka muraja’ah Al-Qur’an dirumah sebagai bentuk kerjasama mereka dengan sekolah. Dari sini dapat
diketahui bahawasannya belajar Al-Qur’an merupakan suatu kewajiban bagi semua orang, tidak hanya untuk anak-
anak, tetapi juga untuk orang dewasa.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan di SD Islam Sari Bumi ini dimaksudkan untuk mencari informasi yang berkenaan
dengan kegiatan tahsin oleh ummahat. Melibatkan Kepala sekolah, guru kelas (Ustadz dan Ustadzah), dan peserta
didik (ummahat). Dimana semuanya menjadi subyek utama dalam penelitian ini.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subyek
penelitian. Berkenaan dengan perbuatan, pendapat, tindakan dan motivasi subyek terhadap suatu hal yang
berhubungan dengan penerapan tahsin. Penelitian ini dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala
pada saat penelitian berlangsung yang bersifat alamiah serta untuk memaparkan keseluruhan data hasil penelitian
untuk dibahasakan secara rinci. [6]
Dalam pengumpulan datanya penelitian ini menggunakan prosedur, sebagai berikut :
A. Interview atau wawancara
Merupakan suatu kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti dan informan dalam suatu kegiatan
penelitian. Wawancara ini bertujuan agar peneliti dapat mengkonstruksi pemikiran, kejadian, kegiatan, pengalaman
serta opini mendalam mengenai masalah penelitian. [7]
Informan yang telah dipilih oleh peneliti adalah yang memiliki kapabilitas dibidangnya serta memiliki
tanggung jawab pada bidang tersebut. Alasan lainnya disebabkan orang-orang tersebut diyakini memiliki data yang
akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
Wawancara atau interview tersebut dilakukan dengan beberapa orang di bawah ini :
1. Kepala Sekolah
2. Koordinator Al-Qur’an
3. Pengajar Al-Qur’an
4. Peserta didik (ummahat)
B. Observasi
Observasi adalah proses pengamatan dari suatu kegiatan pengumpulan data. Pengamatan atas gejala,
fenomena dan fakta empiris yang terkait dengan masalah penelitian. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dalam
obyek penelitian secara langsung. Dimana peneliti bisa berinteraksi langsung dengan obyek yang diteliti. [8]
Observasi dilakukan untuk mendapatkan pengalaman secara langsung untuk peneliti, melihat dan mengamati,
memahami sendiri peristiwa dan situasi di lapangan, menjadi alat bantu jika sudah tidak memungkinkan
menggunakan alat komunikasi yang lain untuk melakukan penelitian. [9] Dalam hal ini, peneliti datang langsung ke
lokasi penelitian, yaitu SD Islam Sari Bumi. Peneliti berharap dapat mengetahui bagaimana pembelajaran Al-Qur’an
oleh Ummahat di SD Islam Sari Bumi.
C. Dokumentasi
Dalam mencari data tambahan atau data sekunder pada penelitian. Data ini berisi fakta yang berasal dari
pihak sekolah yang akan diteliti.
Data yang dicari oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Latar belakang sekolah seperti sejarah sekolah, jumlah siswa, guru, profil sekolah maupum data lain yang
diperlukan.
2. Dokumentasi kegiatan belajar-mengajar, kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan tahsin dan beberapa
dokumentasi pendukung lainnya yang diperlukan.
A. Analisis Data
Menganalisis data berarti peneliti harus melakukan klasifikasi terhadap data yang diperoleh saat melakukan
penelitian. Data harus di atur kedalam suatu pola atau kategori satuan uraian dasar. Selanjutnya, penulis harus
menganalisis dengan mengurutkan data, mengelompokkan, mengkategorikan, dan terakhir menyusun satuannya.
Menggunakan model analisis Miles and Huberman, penganalisisan data dilakukan selama pengumpulan data
berlangsung dan setelah mengumpulkan data pada periode tertentu. [9]
Terdapat beberapa tahap yang dilakukan pada analisis data:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Pada tahap ini penlus melakukan pengorganisasian terhadap data yang diperoleh. Membuang data yang tidak
perlu dan mengambil hal-hal yang pokok.
2. Penyajian Data (Data Display)
Tahap ini dilakukan untuk mempermudah penulis dalam memahami data yang diperoleh. Tujuannya, agar dapat
menentukan hal yang akan dilakukan selanjutnya dalam penelitian.
3. Memaknai Hasil Penelitian (Conclusion Drawing)
Pada tahap ini kesimpulan masih berbentuk kemungkinan atau sementara. Hal tersebut apabila kemudian penulis
menemukan bukti baru yang lebih kuat. Namun, apabila data yang didapat kuat dan valid serta bersifat konsisten
dari awal hingga akhir maka bisa dipastikan hasil kesimpulan tersebut kredibel. Diharapkan kesimpulan dapat
menjawab pertanyaan dari rumusan masalah meskipun tidak bersifat selalu.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN`


Pelaksanaan tahsin Al-Qur’an untuk ummahat di SD Islam Sari Bumi dengan menggunakan buku panduan
ummi mengalami peningkatan kualitas maupun kuantitas. Kualitas tahsin Al-Qur’an disini diutamakan untuk
memperbaiki bacaan dari segi makhroj, panjang pendek, dan kelancarannya. Sedangkan untuk peningkatan kuantitas
tahsin Al-Qur’an disini dapat dilihat dari banyaknya ummahat yang telah menyelesaikan tahsin dengan mengikuti
tashih dari koordinator Al-Qur’an dan ummi foundation.
Tahsin merupakan upaya memperbaiki dan membaguskan bacaan Al-Qur’an sesuai dengan hukum tajwid.[10]
Buku panduan ummi juga mempunyai program tahsin untuk orang dewasa yang ingin belajar Al-Qur’an. Tahsin
pada hakikatnya sama dengan kegiatan pengajaran Al-Qur’an buku panduan ummi pada umumnya. Yang
membedakan adalah jika tahsin buku panduan ummi sudah tuntas maka harus mengikuti tashih dan sertifikasi.
Sedangkan dalam proses pengajaran Al-Qur’an anak-anak di sekolah, harus mengikuti tes munaqosyah setelah
menyelesaikan semua tahapan belajar untuk mendapatkan ijazah/sertifikat ummi. Tahsin buku panduan ummi
dilakukan untuk membantu semua orang dalam upaya untuk memperbaiki dan membaguskan bacaan Al-Qur’an.
Dalam tahsin ini, peserta tahsin akan dibimbing untuk bisa memperbaiki bacaannya sesuai dengan sifatul huruf, cara
membacanya dan hukum bacaannya. Tahsin buku panduan ummi dapat diikuti oleh semua kalangan, baik yang
belum bisa membaca Al-Qur’an maupun yang sudah bisa membacanya.
Buku panduan ummi merupakah salah satu buku yang berisi cara pembelajaran Al-Qur’an yang ada di Indonesia
yang dikelola oleh lembaga Ummi Foundation. Buku panduan ummi memiliki 3 motto yaitu mudah, menyenangkan
dan menyentuh hati. Buku panduan ini di desain untuk mudah dipelajari, diajarkan dan diimplementasikan dalam
pembelajaran Al-Qur’an. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan buku panduan ummi dilakukan dengan
menarik dan menggembirakan. Proses tersebut untuk menghapus kesan tertekan dalam belajar Al-Qur’an. Tidak
hanya memberikan pembelajaran secara material teoritik. Guru juga mengimplementasikan akhlak Al-Qur’an dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan buku panduan ummi menggunakan sebuah sistem
yang mampu menjamin mutu setiap anak atau orang yang belajar membaca Al-Qur’an agar cepat dan mudah
membaca Al-Qur’an secara tartil. Oleh karena itu buku panduan ummi ini banyak sekali digunakan oleh lembaga-
lembaga pendidikan diseluruh wilayah dari sabang sampai merauke.[11]
Belajar mengajar membaca Al-Qur’an adalah sesuatu sangat penting yang harus dilakukan seluruh umat Islam,
baik anak-anak maupun dewasa. Hal ini disebabkan Al-Qur’an adalah pedoman hidup dan sumber utama semua
aspek kehidupan manusia.[12]
Pada usia dewasa seseorang akan mulai melakukan pemantapan kesadaran dalam beragama. Kebutuhan untuk
menjalankan agama dengan benar mulai dirasakan, karena dengan keyakinan bahwasannya semakin bertambahnya
usia seseorang maka akan semakin dekat dirinya dengan kematian. Selain itu juga karena merasa memiliki tugas
dan tanggung jawab untuk mengajari anak-anaknya dalam mempelajari ilmu agama. Sehingga pada masa-masa ini
pendidikan agama sangat dibutuhkan dan dicari oleh semua orang. Hal ini dikarenakan mulai munculnya kesadaran
beragama pada diri orang tua.
Seseorang dikatakan dewasa ditandai dengan kematangan psikologisnya, meliputi emosi yang stabil, tidak
menyalahkan seseorang jika mengalami kegagalan, toleransi dan optimis. Pada masa ini seseorang akan memiliki
tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang telah diambil, yang meliputi pengamalan ajaran agama,
memasuki dunia kerja, memilih pasangan hidup, memasuki pernikahan, belajar hidup berkeluarga, merawat dan
mendidik anak, mengelola rumah tanggga, memperoleh karier yang baik, berperan dalam masyarakat, mencari
kelompok sosial yang menyenangkan.
Dewasa secara sosial dapat dilihat dari kesiapan individu dalam menerima tanggung jawab yang diberikan
kepadanya, baik itu tugas yang berhubungan dengan dirinya maupun lingkungan dimana dia berada. Tugas-tugas
pribadi dan sosialnya dikerjakan dan diselesaikan dengan kesadarannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan
belajarnya. Peran sosial ini juga meliputi sikap dan tindakan seseorang sesuai dengan status yang dimilikinya dalam
masyarakat. Karena keterlibatan dalam peran social, orang dewasa membutuhkan dan memiliki minat belajar yang
terkait dengan pengembangan peran sosialnya. Mereka menginginkan kegiatan belajarnya dapat mendukung karier
dan kesuksesan kerja mereka. Oleh karena itu orang dewasa seolah-olah selalu siap belajar sesuatu yang terkait
dengan tugas sosialnya.[13]
Kesadaran untuk belajar biasanya banyak ditemukan pada orang dewasa di daerah perkotaan, karena karena
selain faktor ekonomi yang memadai, juga karena latar belakang pendidikan yang mereka miliki. Dengan ekonomi
yang memadai, orang-orang tersebut dapat melakukan dan mendapatkan apa saja dengan mudah. Mereka dapat
memenuhi setiap kebutuhan maupun keinginannya dengan cepat, tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga. Latar
belakang pendidikan yang dimiliki oleh orang-orang dewasa ekonomi atas di daerah perkotaan biasanya sebagian
besar adalah orang yang berpendidikan. Tidak sedikit dari mereka adalah para sarjana. Dengan semua yang mereka
miliki, ternyata banyak dari mereka yang merasakan bahwa ada yang masih kurang dari kehidupan mereka, yaitu
kesadaran dalam beragama. Banyak dari mereka yang merasakan kegundahan, kebosanan, dan kehampaan dalam
hidupnya. Dengan ini tidak heran jika banyak sekali minat belajar yang tumbuh dari orang dewasa, terutama di
daerah perkotaan.[14]
Berbeda dengan orang di daerah pedesaan, banyak dari mereka yang belum memiliki kesadaran dalam belajar.
Hal ini terjadi karena ketidaktahuan mereka akan pentingnya pendidikan untuk kehidupannya. Mereka berpikir
bahwasannya belajar itu tidak penting, yang utama adalah mereka bisa mencari uang sendiri (jika sudah bisa mencari
uang, maka tidak perlu sekolah). Selain itu, mahalnya biaya pendidikan juga menjadi salah satu faktor yang sangat
penting dalam permasalahan ini. Dengan penghasilan yang hanya cukup untuk makan, belum untuk beli peralatan
sekolah, seragam, uang saku, dll, membuat mereka berpikir dua kali untuk belajar di suatu unit pendidikan.
Pendidikan orang dewasa sering disebut dengan istilah andragogi, yaitu seni dan ilmu membantu orang dewasa
untuk belajar. Rumusan tersebut lebih menekanklan pada teknik belajar orang dewasa agar dapat belajar sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Orientasi belajar orang dewasa adalah untuk meningkatkan kemampuan diri untuk
mengembangkan orientasinya. Orientasi belajar orang dewasa terpusat pada kegiatan yang sesuai dengan yang
mereka harapkan dan pemecahan masalah kehidupan.[15]
Pembelajaran kepada orang dewasa tidak semudah seperti pembelajaran kepada anak-anak. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan usia yang mempengaruhi ingatan dan semangatnya. Pembelajaran akan dapat lebih cepat
melekat pada ingatannya, jika pembimbing tidak terlalu mendominasi kelompok kelas. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengurangi banyak bicara, dan mengupayakan agar mereka mampu mengembangkan kepribadiannya.
Orang dewasa sangat menginginkan dihormati setiap pendapatnya. Dengan ini mereka akan mampu untuk belajar
lebih baik. Mereka akan senang jika dapat memberikan saran pemikiran dan ide yang mereka miliki. Oleh karena
itu, sifat belajar orang dewasa lebih bersifat subyektif, dan unik. Yang pada dasarnya terletak pada sifat saling
menghormati dan menghargai. [16]
Proses belajar manusia adalah sampai akhir hayat. Sebagaimana yang islam ajarkan, bahwasannya menuntut
ilmu itu wajib dimulai dari buaian sampai masuk ke liang lahat. Tetapi ada hubungan yang terbalik antara
pertambahan usia dan kemampuan belajar orang dewasa. Semakin usianya bertambah maka semakin sulit untuk
belajar. Hal tersebut terjadi karena menurunnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar dan berkonsentrasi.
Penerapan buku panduan sangat penting untuk diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar
kegiatan pembelajaran dapat tertuju pada arah yang akan dicapai. Dalam pelaksanaan buku panduan ummi terdapat
banyak tahapan jilid dalam pembelajarannya. Dari mulai jilid 1, jilid 2, jilid 3, jilid 4, jilid 5, jilid 6, gharib dan
tajwid dasar. Ummi Foundation juga mempunyai jilid untuk pelaksanaan pembelajaran orang dewasa yang
dinamakan “Ummi Dewasa”. Di dalam ummi dewasa, isinya juga hampir sama dengan isi yang ada di dalam ummi
jilid 1-6. Yang membedakan hanyalah isinya lebih diringkas menjadi satu buku yang berisi 3 jilid.
Selain buku ummi dewasa, dalam pengajaran Al-Qur’an ummi dewasa juga dilanjutkan dengan belajar Al-
Qur’an beserta gharib dan Tajwid Dasar. Agar orang dewasa lebih mudah dalam mempraktekkan pembelajaran
menggunakan Al-Qur’an.
Melalui berbagai wawancara, observasi dan dokumentasi peneliti menemukan beberapa fakta yang berkenaan
dengan tahsin dengan menggunakan buku panduan ummi di SD Islam Sari Bumi ini. Berdasarkan beberapa point
besar yang dibuat penulis untuk mempermudah penemuan hasil dari penelitian.
A. Penerapan tahsin dengan menggunakan metode ummi untuk pembelajaran Al-Qur’an pada ummahat di SD
Islam Sari Bumi dilaksanakan 2 kali dalam setiap pekan. Kelompok belajar ini terbentuk karena banyaknya
perbincangan dikalangan ummahat, terkait banyaknya ummahat yang masih belum lancar dalam membaca Al-
Qur’an. Selain itu, banyak ummahat yang selesai mengantarkan anak-anaknya mengisi waktunya hanya dengan
mengobrol dengan sesama wali santri, dan konten pembicaraannya banyak yang kurang bermanfaat. Dari sini
muncullah ide dari beberapa ummahat untuk membuat suatu kegiatan untuk mengisi waktunya agar bisa lebih
bermanfaat dan bisa menjadi salah satu wadah untuk memfasilitasi ummahat yang ingin untuk belajar membaca Al-
Qur’an. Dengan terbentuknya program kegiatan tersebut, banyak ummahat yang antusias untuk mengikuti karena
banyak dari mereka yang belum lancar dalam membaca Al-Qur’an, serta untuk mengisi waktu luang mereka di pagi
hari. Selain itu, mereka juga dituntut untuk bisa membantu menyimak anak-anak mereka muraja’ah Al-Qur’an
dirumah sebagai bentuk kerjasama mereka dengan sekolah.
Pengembangan program ini dilakukan dengan menyebarkan form kepada semua walisantri lama maupun baru
setiap tahun ajaran baru. Selain itu juga dari mulut ke mulut sehingga bisa tersebar baik di kalangan wali santri
maupun ibu-ibu diluar wali santri. Karena belum seluruh dari wali santri yang terserap untuk mengikuti program
kegiatan ini, pihak komite pada akhirnya juga menerima beberapa orang yang memang benar-benar mau belajar Al-
Qur’an dari luar wali santri.
Program kegiatan ini menggunakan buku panduan ummi karena dianggap buku panduan ini lebih mudah, fleksibel,
praktis dan dapat diterima dari setiap kalangan manapun. Buku ummi dewasa terdiri dari tiga jilid, Al-Qur’an, ghorib
dan tajwid. Kegiatan tahsin ini terbagi menjadi 6 kelompok dimana ada 3 kelompok tahsin dasar atau kelas jilid, dan
3 kelompok tahsin Al-Qur’an yang berisi pembelajaran Al-Qur’an, gharib, dan tajwid. Hal tersebut dilakukan agar
tahsin yang dilakukan dapat terfokus pada tingkatan masing-masing kelas. Tahsin Al-Qur’an pada ummahat
berlangsung selama 120 menit. Dalam satu pekan masuk 2 kali yaitu hari Selasa dan Rabu.
Semua pengajar Al-Qur’an untuk ummahat di lembaga ini berjumlah 6 orang dan sudah bersertifikasi ummi semua.
Pengajar pun semua juga berasal dari wali santri sendiri. Dalam pembelajaran Al-Qur’an disini semua ummahat
sangat antusias dan bersemangat dalam belajar. Meskipun terkadang ada kendala dari segi daya tangkap maupun
ingatan dari setiap individu yang berbeda dalam menerima dan menangkap penjelasan materi yang disampaikan
oleh ustadzahnya. Mengajar orang dewasa yang pada dasarnya secara tidak langsung sudah memiliki pengetahuan,
baik banyak maupun sedikit dalam membaca Al-Qur’an membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam menguatkan
daripada mengajari anak kecil yang belum ada goresan tinta / pengetahuan membaca Al-Qur’an sebelumnya. Tetapi
ini tidak menjadi hambatan dalam menjalankan kegiatan ini, pengajar selalu sabar dan tekun dalam mengajar.
Mereka menganggap bahwasannya semua itu adalah tantangan bagi mereka yang harus bisa mereka takhlukkan.
Sebagaimana pembelajaran Al-Qur’an buku panduan ummi pada umumnya, proses tahsin Al-Qur’an pada
ummahat di lembaga ini juga terdiri dari 7 tahapan pembelajaran yaitu pembukaan (Pada tahap pembukaan, ustadzah
memberikan komando untuk mengkondisikan ummahat sebelum memulai pembelajaran. Setelah itu, ustadzah
mengucapkan salam, memimpin do’a dan memberikan motivasi-motivasi yang membangun untuk memberikan
semangat belajar kepada ummahat), apersepsi (Setelah selesai pembukaan, tahapan pembelajaran selanjutnya adalah
appersepsi. Apersepsi yaitu pengulangan kembali materi atau halaman yang sebelumnya sudah dipelajari. Hal ini
dilakukan untuk bisa mengaitkan antara materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahapan ini,
ustadzah mengajak semua ummahat untuk membuka halaman pada buku ummi yang sebelumnya dipelajari,
kemudian membaca secara bersama-sama halaman tersebut. Selain membaca bersama-sama, ustadzah juga
seringkali menunjuk beberapa ummahat untuk membaca bergantian secara individu secara bergantian maupun acak),
penanaman konsep (Dalam penanaman konsep, ustadzah tidak secara langsung membacakan pokok bahasan/ materi
baru yang akan dipelajari. Disini ustadzah memberikan kesempatan kepada ummahat untuk membaca sendiri
terlebih dahulu pokok bahasan yang akan dipelajari. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan dan mengaitkan pokok
bahasan yang pernah dipelajari dengan pokok bahasan baru yang akan dipelajari. Setelah ummahat bisa membaca
pokok bahasan yang ada, ustadzah mulai menjelaskan maksud dari pokok bahasan tersebut. Setelah selesai
menjelaskan pokok bahasan, ustadzah mengajak semua ummahat untuk membaca halaman latihan bersama-sama
secara acak), pemahaman konsep (Ketika ummahat sudah mulai mengerti pokok bahasan pada penanaman konsep,
ustadzah mengajak untuk membaca halaman latihan yang ada dibawah pokok bahasan secara klasikal sampai benar-
benar paham cara membacanya. Seringkali juga dengan menunjuk beberapa ummahat untuk membaca secara
bergantian), ketrampilan (Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas ustadzah Anna, beliau mengajak
ummahat untuk membaca secara bergantian halaman latihan sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi. Ketika
satu kelompok membaca, kelompok yang lain menyimak dan begitu sebaliknya. Setelah itu, ustadzah meminta satu
persatu ummahat untuk membaca halaman latihan secara acak. Hal ini dimaksudkan agar kemampuan ummahat
dalam memahami pokok bahasan baru bisa semakin dioptimalkan dengan semakin banyak membaca dan diulang-
ulang), evaluasi (tahap evaluasi ini dilakukan dengan cara klasikal baca simak, karena dalam satu kelompok sama
jilidnya tetapi berbeda halaman. Ketika ada satu ummahat yang membaca, yang lainnya bertugas untuk menyimak
dan mengingatkan ketika ada kesalahan), penutup (Proses penutupan pembelajaran, ustadzah mengkondisikan
suasana agar tetap tenang, kemudian memberikan pesan-pesan ataupun PR membaca dirumah serta motivasi.
Ummahat duduk tenang dan ustadzah memimpin untuk membaca do’a kafaratul majelis secara bersama-sama dan
diakhiri dengan salam).
B. Keberhasilan pembelajaran tahsin Al-Qur’an ummahat dengan menggunakan buku panduan ummi di SD
Islam Sari Bumi mengalami kenaikan kualitas maupun kuantitas hasil pembelajaran. Tahsin Al-Qur’an untuk
ummahat di lembaga ini mengalami kenaikan kualitas bacaan yang signifikan dari pertama mereka masuk sampai
pada akhirnya dapat dinyatakan lulus dalam ujian. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah pengajar, dan
penelitian di lapangan di kelas tahsin dasar dan kelas tahsin Al-Qur’an dapat diketahui perbedaan bacaannya dari
fashohah, tartil, tajwid, gharib maupun kelancarannya yang semakin baik dan mengalami peningkatan ketika sudah
naik tingkat di kelas Al-Qur’an. Sebagian besar ummahat telah mampu menyelesaikan kegiatan tahsin ini dengan
mengikuti tashih ke koordinator Al-Qur’an maupun ummi foundation dan telah dinyatakan lulus, dengan dibuktikan
adanya surat tashih yang telah didapatkan.
Selain itu juga diperoleh keterangan bahwasannya prosentase laporan bulanan menunjukkan ada kenaikan
kuantitas ummahat yang sebelumnya pada awal mulai pembelajaran yaitu bulan Agustus 2018 untuk santri yang
melampaui target sebanyak 37 % menjadi 75 % di akhir masa pembelajaran di bulan Maret 2019. Hal ini
membuktikan bahwasannya pembelajaran Al-Qur’an untuk ummahat di lembaga ini cukup berhasil dan ummahat
mampu mengikuti setiap tahapan pembelajaran dengan baik.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan rumusan masalah penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
A. Penerapan tahsin Al-Qur’an metode ummi pada ummahat di SD Islam Sari Bumi dilaksanakan 2 kali pada setiap
pekan, yaitu hari Selasa dan Rabu. Pada setiap tatap muka berlangsung selama 120 menit. Kegiatan pembelajaran
ini terbagi menjadi 6 kelompok dimana ada 3 kelompok tahsin dasar atau kelas jilid, dan 3 kelompok tahsin Al-
Qur’an yang berisi pembelajaran Al-Qur’an, gharib, dan tajwid. Sebagaimana pembelajaran Al-Qur’an metode
ummi pada umumnya, proses pembelajaran Al-Qur’an pada ummahat di lembaga ini juga terdiri dari 7 tahapan
pembelajaran, yaitu pembukaan, appersepsi, penanaman konsep, pemahaman konsep, ketrampilan, evaluasi,
penutup.
B. Keberhasilan pembelajaran tahsin Al-Qur’an metode ummi pada ummahat di SD Islam Sari Bumi dapat
dikatakan cukup berhasil. Pembelajaran Al-Qur’an untuk ummahat di lembaga ini mengalami kenaikan kualitas
bacaan yang signifikan dari pertama mereka masuk sampai pada akhirnya dapat dinyatakan lulus dalam ujian.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah pengajar, dan penelitian di lapangan di kelas tahsin dasar dan
kelas tahsin Al-Qur’an dapat diketahui perbedaan bacaannya dari fashohah, tartil, tajwid, gharib maupun
kelancarannya yang semakin baik dan mengalami peningkatan ketika sudah naik tingkat di kelas Al-Qur’an.
C. Kendala dari pelaksanaan pembelajaran tahsin Al-Qur’an metode ummi pada ummahat di SD Islam Sari Bumi
adalah terpenuhinya sarana dan prasarana pembelajaran, diantaranya yang paling utama adalah alat peraga
pembelajaran. Selain itu, faktor usia yang dimiliki oleh para ummahat yang menyebabkan daya tangkap setiap
orang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan perlunya pengulangan berkali-kali bahkan adanya jam tambahan
sendiri untuk beberapa orang.
V. UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis menyadari bahwa penyusunan artikel ini tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dan
kerjasama dari berbagai pihak. Dengan demikian, penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada Ibu
Anita Puji Astuti, S.Ag.,M.Pd.I. selaku dosen pembimbing, Bapak Imam Fauji, Lc., M. Pd. Selaku ketua
program studi Pendidikan Agama Islam. Bapak kepala sekolah dan seluruh keluarga besar di SD Islam Sari
Bumi tanpa terkecuali. Terkhusus kepada Ustadzah Nia dan Ustadzah Riris yang memberikan kesempatan
penulis untuk mengadakan penelitian dengan memberikan banyak bantuan informasi dan data yang penulis
perlukan.
VI. REFERENSI
[1] Yussuf Al-Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2000),59.
[2] M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan Media Utama, 2005), 6.
[3] Departemen Agama republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:Al-Hidayah Surabaya,2002),
904.
[4] Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:Al-Hidayah Surabaya,2002),
846.
[5] Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi Guru Al-Qur’an Buku panduan Ummi (Surabaya: Lembaga Ummi
Foundation, 2017), 5.
[6] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), 11.
[7] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: CV.
Alfabeta, 2010), 205.
[8] Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta:Prestasi Pustaka Pubisher,2012),120.
[9] Uhar Suharsaputra, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan (Bandung: PT Refika Aditama,
2012), 216.
[10] Hisyam Bin Mahrus Ali Al-Makky, Tahsin dan tajwid : Dari Buku Bimbingan Tahsin Tilawah Al-Qur’an,
(www.ibnumajjah.com diakses 2018).
[11] Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi Guru Al-Qur’an Buku panduan Ummi, 5.
[12] Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca tulis Al-Qur’an, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 4 No.
1, Maret, 2018, 56.
[13] Zainuddin, Implementasi Andragogi di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang, Jurnal Qolamuna,
Vol. 2, No. 1, Juli, 2016, 118.
[14] Beni Ahmad Saebani, Sosiologi Perkotaan: Memahami Masyarakat Kota dan Problematikanya (Bandung: CV
Pustaka Setia,2015), 28.
[15] Sunhaji, Konsep Pendidikan Orang Dewasa, Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No.1, Nopember, 2013, 4.
[16] Jauhan Budiwan, Pendidikan Orang Dewasa:Andragogy (Qalamuna, Vol. 10 No. 2, Juli-Desember 2018), 113.

Anda mungkin juga menyukai