Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah sebuah rujukan penulis untuk dapat melakukan penelitian.

Melalui penelitian yang terdahulu peeliti mampu memperbanyak teori yang dibutuhkan.

Penelitian terdahulu digunakan untuk mengkaji penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu, antara lain:

1. Skripsi Nurhayati yang Berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Kelas IX Di SMPN 2

Donri-Donri Kabupaten Sopeng”.1 1) Guru memilih metode pembelajaran secara

tepat, sehingga siswa tidak merasa bosan, 2) penggunaan media yang bervariasi

baik itu bersumber dari media cetak, elektronik dan sebagainya guna menunjang

proses pembelajaran, 3) seringnya guru memberikan PR kepada siswa dengan

memperbanyak pengayaan ilmu tajwid melalui materi penugasan atau penilaian, 4)

memberikan peringatan kepada siswa yang tidak megerjakan tugasnya atau

pemberian tugas tambahan sehingga siswa tidak meremehkan, 5) selalu

memberikan motivasi kepada siswanya setelah selesai kegiatan pembelajaran dan

memperkuat semangat di jiwanya sehingga siswa tersebut senang dengan guru

tersebut dan otaknya menjadi mudah menerima pelajaran. Beberapa hal yang

mendukung upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar lainnya adalah

dengan adanya upaya bimbingan yang berkelanjutan di sekolah terhadap siswa yang

mengalami kesulitan. Sementara terdapat faktor penghambat yaitu kurangnya

perhatian dari orang tua dalam membimbing dan mengawasi anaknya disebabkan

orang tua sibuk dan menghabiskan waktunya di luar rumah. Penelitian ini

menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dan data yang diperoleh melalui

observasi, interview, dokumentasi dan data-data yang diperoleh dari pihak-pihak

yang bersangkutan.

1
Nurhayati, “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-
1
Qur’an Pada Siswa Kelas IX Di SMPN 2 Donri-Donri Kabupaten Sopeng” (Skripsi Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Tinggi, Makassar: 2013)

2
Terdapat persamaan dengan penelitian saat ini yaitu bagaimana guru memilih

metode secara tepat untuk mempermudah siswanya dalam kelancaran membaca Al-

Qur’an.

2. Tri Oktiana Endah Pratiwi (Universitas Muhammadiyah Semarang) 2013, dengan

judul “Model Pembelajaran Al-Qur’an Untuk Meningkatkan Kualitas Bacaan

Siswa. Mekanisme pembelajaran Al-Qur’an di SMK Muhammadiyah Kartasura”.

Menggunakan model guru asuh tidak terlepas dari komponen-komponen. Adapun

proses pembelajarannya: a) tujuan dari penggunaan model guru asuh dalam

pembelajaran Al-Qur’an di SMK Muhammadiyah Kartasura adalah target 3 tahun

setelah lulus dari SMK Muhammadiyah Kartasura siswa tidak lagi buta huruf Al-

Qur’an dan mampu membaca Al-Qur’an dengan benar dan lancar. Selain itu dengan

model guru asuh ini timbul hubungan yang positif yang antara guru dengan siswa.

1) Guru dengan siswa menjadi semakin akrab dan guru mampu memahami

kemampuan masing-masing siswa. Demikian juga dengan siswa, mereka cukup

rajin mengikuti bimbingan Al-Qur’an, 2) Pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an

dengan mode guru asuh dilaksanakan minimal 3 kali dalam seminggu di jam-jam

istirahat, 3) metode dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an dengan model guru

asuh ini adalah siswa diharuskan belajar membaca Al-Qur’an atau iqro’ terlebih

dahulu di rumah. Kemudian ketika waktu bimbingan, guru mengecek bacaan Al-

Qur’an masing- masing siswa, dengan memintanya untuk membaca ulang Al-

Qur’an. Jika bacaan siswa kurang benar maka guru asuh membenarkannya, 4)

selain membimbing Al- Qur’an guru juga memberikan tausiah dan motivasi kepada

siswa, 5) hasil pembelajaran Al-Qur’an ini dicatat di buku prestasi siswa. Buku ini

digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat perkembangan

kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an. Jenis penelitian yang digunakan

oleh peneliti yaitu penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif

yang mana data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

Perbedaan yang ada pada penelitian ini penggunaan metode yang digunakan dalam

pembelajaran Al-Qur’an berupa metode iqro’, sedangkan penelitian yang peneliti

angkat menggunakan metode Qira’ati. Persamaan dengan penelitian ini berupa


3
metode penelitian lapangan yang

4
mendapatkan hasil dari hasil observasi, wawancara dari pihak-pihak yang terkait,

dan juga dokumentasi.2

3. Muhammad Athfal Matswa (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) 2016, dengan judul

“Pembelajaran Al-Qur’an Melalui Metode Qira’ati Studi Kasus Di MI Sultan

Agung Sleman Yogyakarta”. Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka

penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) pelaksanaan pembelajaran Al-

Qur’an di MI Sultan Agung meliputi 6 komponen yaitu tujuan dari pembelajaran

Al-Qur’an adalah mencintai ilmu dan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar

sesuai dengan kaidah tajwid, bahan materi yang digunakan adalah jilid yang sudah

disediakan oleh koordinator pusat Qira’ati yang terdiri dari 6 jilid, guru Qira’ati

yang mengajar merupakan guru yang sudah bersyahadah Qira’ati, metode

pembelajaran Qira’ati terdiri dari teknik yaitu teknik klasikal dan teknik individual,

media pembelajaran yang digunakan yaitu berbentuk alat peraga, dan evaluasi yang

terdiri dari evaluasi kenaikan halaman, kenaikan jilid dan IMTAS (evaluasi setelah

jilid selesai), 2) faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an

menggunakan Qiraati yaitu dengan adanya guru yang berkompeten dengan

dibuktikan mempunyai syahadah mengajar Qiraati yang dikeluarkan oleh lembaga

pusat Qiraati, adanya sifat aktif dari siswa dalam kegiatan pembelajaran dan media

yang mendukung terjadinya keaktifan siswa. Sedangkan faktor yang menjadi

penghambat Qiraati yaitu berbedanya kemampuan siswa dan menerima pelajaran

serta sarana prasarana yang kurang memadai dalam kegiatan belajar mengajar.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus, dengan teknik

pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi dan wawancara. Secara

keseluruhan penelitian ini memiliki persamaan dimulai dari metode yang

digunakan, sistematis pada proses pembelajaran berlangsung dan juga metode

penelitian yang digunakan.3

2
Tri Oktiana Endah Pratiwi, “Model Pembelajaran Al-Qur’an di SMK Muhammadiyah Kartasura,”
(Skripsi Fakultas Agama Islam, Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta
:2013)
3
Muhamad Athfal Matsawa, “Pembelajaran Al-Qur’an Melalui Metode Qira’ati Studi Kasus di MI
Sultan Agung Sleman Yogyakarta,” (Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
5
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta: 2016)

6
4. Tedi Choirul Basyir (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) 2013. Terdapat hasil yang

didapati oleh peneliti yaitu: 1) upaya guru PAI dalam meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an siswa-siswi SD Muhammadiyah Sapen di Nitikan Yogyakarta

adalah dengan cara penerapan metode menyimak, penerapan metode belajar privat

(face to face), tadarus Al-Qur’an setiap hari, sabar dan telaten, serta memberikan

motivasi kepada siswa, 2) hasil dari upaya peningkatan kemampuan membaca Al-

Qur’an dapat dilihat dari adanya kemampuan siswa yang meningkat, yang mana

sebelumnya belum lancar dalam membaca Al-Qur’an sekarang menjadi lancar,

adanya kenaikan jenjang bacaan yang tadinya iqro’ 1 sekarang iqro’ 5 serta adanya

peningkatan nilai dari hasil tes yang dijalani oleh siswa, 3) faktor pendukung upaya

guru PAI mengatasi kesulitan belajar membaca Al-Qur’an siswa SD

Muhammadiyah Sapen di Nitikan adalah adanya bimbingan berkelanjutan di

sekolah agar diharapkan siswa yang mengalami kesulitan membaca Al-Qur’an bisa

diatasi. Sedangkan faktor penghambatnya adalah beragamnya kemampuan siswa,

kejenuhan dalam belajar, terbatasnya waktu pembelajaran Al-Qur’an serta

kurangnya perhatian dari orang tua dalam hal membaca Al-Qur’an. Jenis penelitian

ini tergolong penelitian lapangan apabila dilihat dari tempat penelitian dilakukan,

teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara, observasi dan

dokumentasi. Perbedaan yang ada dalam penelitian ini merupakan metode

pembelajaran Al-Qur’an yang digunakan yaitu berupa iqra’.4

5. Sri Indrianstuti, dengan judul “ Upaya Ustadz Dan Ustadzah Taman Pendidikan Al-

Qur’an (TPA) Dalam Meningkatkan Kemampuan Baca Al-Qur’an Siswa Kelas V

SD Negeri Lempuyangwangi Yogyakarta” dimana dalam skripsi ini penulis lebih

mengkaji pada upaya ustadz/ ustadzah dalam meningkatkan kemampuan belajar

baca Al-Qur’an, faktor yang mendukung dan menghambat untuk meningkatkan

baca Al- Qur’an pada kegiatan TPA di SD Negeri Lempuwangwangi. Hasil

penelitian menyatakan upaya yang telah dilakukan ustadz dan ustadzah dalam

rangka

4
Tedi Choirul Basyir, “Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa-
Siswi SD Muhammadiyah Sapen Di Nitikan Yogyakarta,” (Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
7
Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta: 2013 )

8
meningkatkan kemampuan baca Al-Qur’an adalah penggunaan metode iqro’ secara

privat dan asistensi, penggunaan berbagai metode pembelajaran, penggunaan alat

peraga, pemberian perkerjaan rumah dan memberikan nilai pada setiap tugas, faktor

pendukungnya meliputi: adanya kerjasama yang baik dengan guru terutama guru

PAI, adanya dukungan dari pihak sekolah dan sebagainya, serta faktor

penghambatnya meliputi jumlah buku iqro’ yang belum ideal dengan jumlah siswa,

dan waktu TPA di sekolah yang relatif singkat.5

6. Ida Sulistiani, dengan judul “Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Kemampuan

Membaca Al-Qur’an Siwa Kelas V Dan VI Di SD Negeri Bangsa Kecamatan

Kebasen Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2009/ 2010” dari hasil penelitian

tentang upaya guru PAI dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an

siswa kelas V & VI SD Negeri 2 Bangsa dapat disimpulkan sebagai beirkut: upaya

yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut: 1) setiap jam

pelajaran PAI diadakan tadarus Al-Qur’an khususnya ayat-ayat yang berkaitan

dengan pokok bahasan selama 10-15menit, 2) dengan tes praktek membaca Al-

Qur’an, 3) penggunaan metode pembelajaran yang sesuai. Kemudian dalam

kegiatan kokurikuler pembelajaran Al-Qur’an adalah kegiatan yang berkaitan

dengan pendidikan agama Islam yang spesifik mempelajari ilmu yang berkaitan

dengan membaca Al-Qur’an dilakukan dalam 3 bentuk kegiatan berikut: 1)

pembagian kelas iqro’ dan kelas Al-Qur’an yang melakukan pembelajaran Al-

Qur’an pada hari Selasa dan Rabu pukul 10.00-12.00 WIB, 2) pemberian tugas

mandiri yang berupa menyalin atau menulis ayat-ayat Al-Qur’an, 3) pemberian

tugas kelompok untuk mengidentifikasi hukum bacaan dalam ayat atau surat

pendek Al-Qur’an. Kemudian, penambahan sarana yang mendukung pembelajaran

membaca Al-Qur’an, sarana dan prasarana yang diberikan oleh guru pada siswa

sangat mendukung kegitan kokurikuler. Dengan adanya penambahan sarana berupa

buku iqro’, Al-Qur’an dan buku ilmu tajwid yang dimiliki oleh siswa yang sangat

membantu siswa dalam belajar

5
Sri Indrianstuti, “Upaya Ustadz Dan Ustadzah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Dalam

9
Meningkatkan Kemampuan Baca Al-Qur’an Siswa Kelas V SD Negeri Lempuyangwangi Yogyakarta,” (Skripsi
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2010)

1
membaca Al-Qur’an tanpa terbebani dengan masalah biaya pengadaan sarana

tersebut. Dengan demikian upaya ini telah dilakukan sangat baik, karena memenuhi

kebutuhan siswa secara keseluruhan. Dalam penelitian ini terdapat perbedaan

penggunaan metode dalam proses pembelajaran yaitu metode iqro’ yang diterapkan,

serta waktu pelaksanaan kegiatan belajar Al-Qur’an yang dilaksanakan pada siang

hari dan hanya dilakukan 3 kali dalam 1 minggu.6

7. Nur Indah Fadila (IAIN Purwokerto) 2010, yang berjudul “Upaya Guru Pendidikan

Agama Islam Dalam Meningkatkan Kualitas Membaca Al-Qur’an Di SD Negeri

Adisana 4 Bumiayu Kabupaten Brebes”. Dimana skripsi tersebut meneliti tentang

upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kualitas baca dan tulis

Al- Qur’an di SD Negeri Adisana 4 Bumiayu. Persamaan dengan penelitian ini

adalah sama-sama meneliti tentang upaya guru untuk meningkatkan bacaan siswa.7

8. Lutfiyatun Solikhah (STAIN Purwokerto) 2008, dengan judul “Upaya Guru

Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kualitas Baca Al-Qur’an Di SD

Negeri Sumbang” pada skripsi ini sama-sama meneliti tentang upaya guru dalam

meningkatkan kualitas membaca yang sesuai dengan makhraj dan tajwid. Akan

tetapi terdapat perbedaan dalam penelitian terseb membahas mengenai upaya guru

PAI dalam meningkatkan kualitas baca tulis Al-Qur’an sedangkan penulis

membahas tentang upaya guru Al-Qur’an dalam meningkatkan kualitas membaca

Al-Qur’an.8

9. Mega Agustina (Universitas Islam Negeri Ar-Raniry) 2019, dengan judul “Peran

Guru PAI Dalam Proses Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Di SMPN 2 Setia Bakti

Aceh Jaya Kelas VIII”. Pembiasaan kepada seluruh siswa membaca Al-Qur’an 15

menit sebelum mereka masuk jam pelajaran. Serta penggunaan metode dan media

dalam proses pembelajaran membaca Al-Qur’an dan juga dorogan, motivasi kepada

6
Ida Sulistiani, “Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas
V SD Negeri Bangsa Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2009/2010,” (Skripsi Program
Studi Pendidikan Agama Islam, IAIN Purwokerto, Purwokerto: 2010)
7
Nur Indah Fadila, “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kualitas Membaca Al-
Qur’an Di SD Negeri Adisana 4 Bumiayu Kabupaten Brebes,” (Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam,
IAIN Purwokerto, Purwokerto: 2010)
8
Lutfiyatun Solikhah, “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kualitas Baca Al-
Qur’an Di SD Negeri Sumbang,” (Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam, STAIN Purwokerto,

1
Purwokerto: 2008)

1
siswa dengan berbagai cara agar siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan baik

dan benar. Perbedaan dari penulis teliti adalah terletak pada penelitian ini bersifat

deskriptif kualitatif dengan berlandaskan pada filsafat postopositivisme yang

digunakan untuk meneliti objek yang alamiah dan peneliti adalah sebagai sumber

kunci.9

2.2 Tinjauan Pustaka

1. Upaya Guru Al-Qur’an

a. Pengertian Upaya

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia upaya adalah usaha, ikhtiar (untuk mencapai

suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, daya upaya).10 Menurut Tim

Penyusunan Departemen Pendidikan Nasional “upaya adalah usaha, akal atau ikhtiar untuk

mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya.”

Sedangkan pada Kamus Estimologi kata upaya memiliki arti yaitu yang didekati atau

pendekatan untuk mencapai suatu tujuan.11

Berdasarkan pengertian di atas dapat diperjelas bahwa upaya adalah bagian dari

peranan yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Pengertian Guru Al-Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang

pekerjaannya/ mata pencariannya mengajar.12 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utamanya adalah mendidik, mengarahkan, menilai, melatih dan mengevaluasi siswa pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah.13

Guru dikenal sebagai al-mu’allimun atau al-ustadz dalam bahasa Arab, yang bertugas

memberikan ilmu dalam majelis taklim. Artinya guru adalah seseorang yang memberikan

ilmu.

9
Mega Agustina, “Peran Guru PAI Dalam Proses Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Di SMPN 2 Setia
Bakti Aceh Jaya Kelas VIII,” (Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry,
Banda Aceh: 2008)
10
WS Indrawan, Kamus Lengkap Bahasa Indoneisa, (Jombang: 2005), h. 568.
11
Ngajenan Muhammad, Kamus Estimologi Bahasa Indonesia, (Semarang: 1990), h. 177.
12
WS Indrawan, , Kamus Lengkap Bahasa Indoneisa, (Jombang: 2005), h. 230.

1
13
UU RI No. 14, Tentang Guru dan Dosen, (Bandung: 2005), h. 2.

1
Guru disebut pendidik profesional karena guru itu telah menerima dan memikul beban dari

orang tua untuk ikut mendidik anak.14

Guru dapat diartikan sebagai orang yang memiliki tanggung jawab mendidik. Secara

khusus, guru dapat diartikan sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan

murid dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensinya, baik potensi afektif,

kognitif, dan psikomotorik.15 Moh. Uzer Usman memberikan pengertian tentang guru sebagai

seseorang yang mempunyai kemampuan dan keahlian bidang kegururan, sehingga ia mampu

melakukan dan memikul tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru dengan maksimal.16

Dalam konteks pendidikan Islam, guru adalah semua pihak yang berusaha untuk

memperbaiki orang lain secara Islami. Mereka ini bisa orang tua (Ayah- Ibu), paman, kakak,

tetangga, dsb. Terdapat beberapa istilah dalam bahasa Arab yang bisa dipakai sebagai sebutan

bagi para guru, yaitu ustadz, mu’allim, mursyid, murabbi, mudarris, dan mu-addib. Dan

setiap istilah ini memiliki arti yang berbeda-beda17.

No Predikat Karaktersitik

Orang yang berkomitmen terhadap profesionalisme,

1. Ustadz bersikap dedikatif terhadap proses dan hasil belajar, serta

sikap continous improvement.

Orang yang menguasai ilmu dan mampu

mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam

2. Mu’allim kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya atau

sekaligus melakukan transfer ilmu/ pengetahuan,

internalisasi, serta amaliah.

Orang yang mendidik dan menyiapkan siswa agar


3. Murabbi
mampu berkreasi, serta mampu mengatur dan memelihara

14
Siprihatiningrum Jamil, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetemsi Guru,
(Jogjakatta: 2016). h. 23.
15
Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Preskpektif Islam, (Bandung: 1992), h. 74.
16
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: 2002), h. 15.
17
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Madrasah dan Pergururan
Tinggi (Jakarta: 2005), h. 50.

1
hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi

dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya

Orang yang mampu menjadi model atau sentral

4. Mursyid identifikasi diri, atau menjadi pusat anutan, teladan dan

konsultan bagi siswanya.

Orang yang memiliki kepekaan intelektual dan

informasi, serta memperbaharui pengetahuan dan

5. Mudarris keahliannya secara berkelanjutan, berusaha mencerdaskan

siswanya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih

keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan

kemampuannya.

Orang yang mampu menyiapkan siswa untuk

6. Mu-addib bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang

berkualitas di masa depan.

1.1 Tabel Pengertian Guru Dalam Islam

Tingginya kedudukan guru dalam Islam tidak bisa dilepaskan dari pandangan bahwa

semua ilmu pengetahuan bersumber pada Allah, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-

Baqarah: 32

َ ‫ك ت‬ َ ‫ع‬ ‫ا‬ ٰ‫َ ُ سبح‬


‫كي‬ ‫ع ِليم‬ ‫مت‬
َ ‫ك عل إِ َل ما ا‬ َ
‫قال وا‬
‫ٱ ۡ م‬ ‫أ ن ٱل‬ ‫ل َٓ ا‬ ‫َل م‬ ‫ن‬
‫نا ۖٓ ِإ ن‬ َ‫َلا‬
‫ل‬

Artinya: Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain

dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah

Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".18

Inilah penyucian bagi Allah yang dilakukan oleh para Malaikat bahwasannya tidak

ada seorang pun yang dapat mengetahui sesuatu dari ilmu-Nya kecuali dengan kehendak-

Nya, dan bahwa mereka tidak akan pernah mengetahui sesuatu kecuali apa yang telah

1
diajarkan-Nya.

18
Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah Volume I, (Jakarta: 2003), h. 143.

1
Dalam ayat ini Allah Maha Mengetahui segala sesuatu dan Maha Bijaksana dalam penciptaan,

perintah, pengajaran, dan pencegahan terhadap apa-apa yang Allah kehendaki.19

c. Kompetensi Guru Al-Qur’an

Guru sebagai pekerjaan profesional juga memerlukan kemampuan dan keahlian

khusus dalam menjalankan tugasnya yang biasa disebut kompetensi guru. Menurut Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab I Pasal 1

ayat 1 disebutkan bahwa:

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak

usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidika menengah”.

Di dalam UU R.I No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan bahawa

kompetensi meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional. Adapun penjelasannya sebagai berikut20:

1. Kompetensi pedagogik, merupkan kemampuan pemahaman pada siswa,

perencangan dan pelaksanaan belajar mengajar, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan siswa dalam penerapan berbagai kemampuan yang dimiliki.

2. Kompetensi kepribadian, merupakan potensi seseorang yang mencerminkan

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, yang mampu

menjadi contoh bagi siswa dan memiliki akhlak yang baik.

3. Kompetensi profesional, merupakan kemampuan seorang guru daam menguasai

materi pembelajaran yang hendak diberikan kepada siswa baik secara luas dan

mendalam.

4. Kompetensi sosial, merupakan kemampuan seorang guru dalam menjalin

komunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa, tenaga kependidikan, orang

tua/ wali siswa, dan masyarakat sekitar.

Para ahli pendidikan Islam telah mengelompokkan ke dalam empat kompetensi di atas.

Karena ke-empat kompetensi tersebut masih bersifat umum, maka untuk guru agama Islam/

19
DR. ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir Min Ibni
Katsiir, Cet, I Mu-assah Daar al-Hilaal Kairo (Pustaka Imam Asy-Syafi’i: 2008), h. 106.
20
Undang-Undang SISDIKNAS 2005 UU. RI No. 14 th 2005, (Jakarta: 2005), h. 25.

1
guru Al-Qur’an lebih diformulasikan menjadi; kompetensi pedagogik-religius, kompetensi

kepribadian-religius, kompetensi sosial-religius, kompetensi profesionalreligius. Kata religius

melandasi setiap kompetensi untuk menunjukkan adanya komitmen pendidik dengan ajaran

Islam sebagai ruhnya, sehingga segala masalah pendidikan dihadapi dengan berlandaskan

dalam perspektif Islam.21

1. Pembelajaran Al-Qur’an

a. Pengertian Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar dan mengajar, siswa adalah sebagai subjek dan objek dari

kegiatan pendidikan. Tujuan pengajaran akan dicapai apabila siswa berusaha secara aktif

untuk mencapainya.

Pembelajaran hakikatnya adalah suatu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan

yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan

proses belajar. Pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses memberikan bimbingan atau

bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar. Dalam proses pembelajaran tentunya

banyak perbedaan, seperti adanya siswa yang mampu mencerna materi pelajaran, ada pula

siswa yang belum mampu mencerna materi pelajaran. Kedua perbedaan inilah yang

menyebabkan guru harus mampu mengatur sebuah strategi dalam pembelajaran yang sesuai

dengan keadaan/ latar belakang masing-masing siswa. Maka hakikat pembelajaran adalah

“pengaturan”.22

b. Al-Qur’an

Kata Al-Qur’an menurut bahasa memiliki makna yang beragam. Salah satunya adalah

bacaan atau sesuatu yang harus dibaca, dan dipelajari. 23 Menurut Subhi Al-Salih Al-Qur’an

secara bahasa merupakan lafal yang berbentuk masdar dari mudarif (sinonim) dengan lafal

qira’ah.24

Adapun menurut istilah para ulama adalah kalam Allah yang bersifat mu’jizat yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬melalui perantara malaikat Jibril dengan lafal

dan

21
Abd. Mujib dan Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: 1993), h. 173.
22
Djamarah Bahri, Strategi Belajar, (Bandung: 2005), h. 39.
23
Aminudin, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bogor: 2005), h. 45.

1
24
Zuhdi Masiuk, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabay: 1997), h. 2.

2
maknanya dari Allah SWT, yang dinukilkan secara mutawattir, membacanya merupkan

ibadah’ dimulai dengan surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Naas. 25 Selain itu Al-

Qur’an mengandung arti firman Allah SWT yang mutlak benar berlaku sepanjang zaman

yang mengandung ajaran dan petunjuk yang berkaitan dengan kehidupan dunia dan akhirat.26

Al-Qur’an Al-Karim terdiri dari 30 juz, 114 surat dan susunannya ditentukan oleh

Allah SWT, dengan cara tawfiqi, tidak menggunakan metode sebagaimana metode-metode

penyusunan buku ilmiah. Buku ilmiah yang membahas satu masalah dengan menggunakan

satu metode tertentu, metode yang seperti ini tidak terdapat dalam Al-Qur’an Al-Karim yang

di dalamnya banyak persoalnya induk yang telah diterangkan.27

Al-Qur’an merupakan sumber utama dan pertama dari ajaran agama Islam yang di

dalamnya mengandung segala sesuatu yang diperlukan bagi kepentingan hidup dan

kepentingan manusia yang bersifat perseorangan maupun kemasyarakatan. Al-Qur’an adalah

kitab petunjuk, Al-Qur’an mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu:28

1. Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang beriman

akan ke-Esaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.

2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma

keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara

individual dan kolektif.

3. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar

hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan

sesamanya.

c. Pengertian Pembelajaran Al-Qur’an

Al-Qur’an dijadikan sebagai pedoman bagi setiap umat muslim. Setiap muslim

dianjurkan untuk membacanya serta memahami isi dari kandungan ayat tersebut. Maka dari

itu perlu bagi kita untuk mempelajari Al-Qur’an, baik belajar membaca, menulis maupun

mempelajari isi dari kandungan Al-Qur’an tersebut. Selanjutnya, ia akan mengamalkan Al-

25
M. Quraish Shihab, Sejarah dan Ulum Al-Qur’an, (Jakarta: 2008), h. 13.
26
Nata Abudin, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: 2009), h. 1.
27
M. Quraish Shihab, Sejarah dan Ulum Al-Qur’an, (Jakarta: 2008), h. 14.
28
Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: 2005), h.

2
Qur’an dalam kehidupannya sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan Allat SWT

maupun dengan lingkungan sekitarnya.29

Dalam mengajarkan Al-Qur’an terdapat dasar-dasar yang digunakan karena Al-

Qur’an adalah sumber dari segala sumber hukum bagi umat Islam yang di dalamnya

mencakup segala macam aspek kehidupan manusia. Kata pembelajaran dikenal dengan istilah

pengajaran. Dalam bahasa Arab di istilahkan “ta’lim” yaitu mengajar, mendidik, atau

melatih. Ungkapan Syah juga sejalan dengan pengertian tersebut, yaitu “allamal ilma” yang

berarti mengajar atau membelajarkan.30

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 20023 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi pendidik dengan siswa dan

sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar.31 Meneurut Trianto,

pembelajaran adalah aspek kegiatan yang kompleks dan tidak dapat dijelaskan sepenuhnya.

Secara sederhana, pembelajaran dapat diartikan sebagai produk interaksi yang berkelanjutan

antara pengembangan dan pengalaman hidup. Trianto mengungkapkan bahwa pembelajaran

merupakan usaha sadar diri dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya dengan maksud

agar tujuannya dapat tercapai.32

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefiniskan kata pembelajaran berasal dari

kata ajar yang berarti petunjuk yang dierikan kepada orang suapaya diketahui atau diturut,

sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk

hidup belajar.33

Pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang

untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Dengan

proses pembelajaran yang diberikan oleh pendidik bertujuan agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, kemahiran yang dikuasai, dan tabi’at serta terjadinya

proses pembentukan sikap kepercayaan diri siswa. Kata pembelajaran tidak dapat dipisahkan

dengan

29
Amrullah, Ilmu Al-Qur’an untuk Pemula…., h. 66.
30
Syah Muhibbin, Psikologi Belajar, (Jakarta: 2006), h. 20.
31
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan
Nasional, h. 6.
32
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif , (Jakarta: 2009), h. 19.

2
33
Thobroni Muhammad dan Mustifa Arif, Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: 2013), h. 18.

2
masalah belajar karena keduanya berjalan beriringan. Sebagai objek pembelajaran siswa

memiliki tugas untuk mengasah kemampuannya dalam melaksanakan kegiatan belajar ini.

Pembelajaran Al-Qur’an merupakan proses perubahan tingkah laku siswa melalui

proses belajar, mengajar, membimbing, dan melatih siswa untuk membaca Al-Qur’an dengan

fasih dan benar sesuai dengan kaidah tajwid agar siswa terbiasa membaca Al-Qur’an.

Terdapat dasar-dasar pengajaran Al-Qur’an. Dasar yang bersumber dari QS Al-Alaq :

1-5
‫ا‬ s
‫بِ ٱسم ر ِب ك ٱ‬
َِّ
ۡ ۡ ۡ ۡ
ُ َۡ ُّ َ
َٰ
ۡ َ َ
‫ ٱقرأ‬٣ ‫ ٱقرأ ور بك ٱ ۡلكر م‬٢ ‫ خلق ٱ ِۡلن سن من علق‬١ ‫لي خلق‬

َ
٥ ‫َٰ ما يعلم‬ َ ‫ا ع م‬
َ ‫ٱ‬ ‫م‬ ٤ ‫م‬ ‫قل‬ ‫ٱ ا‬
‫ِۡلن س ل م‬ ‫ع‬ ‫ل ِب ٱل‬ َِّ
‫ن‬ ‫لي‬

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang

Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia

mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”34.

Surah Al-Ankabut: 45

‫و من‬ ‫عن‬ ‫ص‬ ‫ص‬ َ ‫إِ من‬ ُ


‫ك‬ ‫ۡ حشا‬ ٰ ۡ ‫و‬ َ
‫ۖوةٓ إ ن‬ ‫ك ٰت وأ م‬ َ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ل‬
ۡ
‫ٱت‬
َ ‫ٱل‬ َۡ
‫ٱ لف ء ٱ ل‬ ‫لة ن‬ ‫ٱل ب ِق ٱل ل‬ ‫َل ك‬ ٓ
‫ه‬ ‫ما‬
‫ح‬
‫ت‬

٥٤ ‫ن‬ ‫وٱ‬
َ ‫ك ُ َ ما‬
‫نعو‬ ‫يعلم‬ ‫َّللِ أ‬
‫ت ص‬ ‫ب ُ َّلل‬ ُ
ۗ

2
َِّ ۡ
‫و‬ ‫كر ٱ ل‬

Artinya: “ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran)

dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-

perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat)

adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

34
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta), h. 598.

2
Dari ayat-ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah SWT telah menyerukan kepada

umat Islam untuk mempelajari Al-Qur’an sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh

masing- masing individu.

Anda mungkin juga menyukai