Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN

TEMATIK KELAS IV DI SDN 2 NUSAMANGIR

Maskuri
(Magister Pendidikan Dasar, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
email: masykuriridwan@gmail.com)

ABSTRAK
Sejak tahun 2014 pemerintah menerapkan kurikulum 2013 yang disebut juga kurikulum
tematik, sehingga mendorong guru untuk selalu berinovasi, berkreasi dan mendorong
potensi siswa secara optimal oleh karena itu harus ada upaya yang serius untuk memilih
metode yang tepat dalam proses pembelajaran tematik . Kajian ini dimaksudkan untuk
mengetahui secara mendalam pemanfaatan model pembelajaran Discovery Learning
dalam pembelajaran tematik, mengetahui kendala dan masalah yang dihadapi serta
mengkaji kelebihan dan kekurangannya.
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini
yaitu siswa kelas IV di SDN 2 Nusamangir. Data diambil melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi. Selain itu peneliti juga menelaah RPP untuk dicocokkan dengan
kegiatan pembelajaran apakah sesuai atau tidak agar data yang diterima menjadi data
yang valid.
Pembelajaran Discovery Learning dirasa sangat cocok digunakan pada pembelajaran
tematik karena siswa lebih aktif dan dapat berpikir untuk menemukan sendiri prinsip
umum ataupun konsep dasar suatu materi dengan langkah-langkah yang telah
ditentukan.
Kata Kunci : Model Discovery Learning, pembelajaran tematik,

Abstrak
Since 2014 the government implement the 2013 curriculum but also called the tematic curriculum,
Until encouraged the teacher to always innovations, the creation and encouraged the potential
student of students by that it should be an attempt to take the appropriate method for the appropriate
method in tematic doctrine. The study is intended to confirm the tahul in the discovery of the modell
learning of the discovery of learning in tematic learning, to know the constraint and the problems
of the problem as well the subject to the word. The research has an estimated approach of
kualitatively. The study of this study of the class of IV class in SDN 2 Nusamangir. Data is taken
through observation interviews and documentation. In addition to the researcher also called the
RPP for matches with learning whether or not to do not for the data accepted become the data valid.
Learning Discovery Learning is very suitable for learning in the study of learning due to more
active students and can think to find sendin’s public principles or basic tools with its being
determined.
Key word : model Discovery Learning, Tematic Learning

159
PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan kurikulum secara berulangkali.
Perubahan terakhir terjadi pada tahun 2013 atau yang disebut Kurikulum 2013. Perubahan
tersebut memberikan keleluasaan kepada sekolah sehingga mampu melakukan
terobosan-terobosan sistem pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif, maka dari itu
pemerintah mulai memberlakukan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 atau biasa
disebut dengan kurikulum tematik.
Menurut Menurut Trianto (2010: 152) pembelajaran tematik merupakan pembelajaran
bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep
belajar sambil melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru harus merancang pengalaman
belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar
menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual yang menjadikan proses pembelajaran lebih
efektif.
Perencanaan proses pembelajaran harus menggunakan suatu pola sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk menentukan perangkat pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Maka dari itu diperlukan suatu model
pembelajaran yang memajukan cara belajar aktif dan bereorentasi pada proses.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Selasa, 16 April 2019
dengan guru kelas IV SDN 2 Nusamangir, guru sudah menerapkan model pembelajaran
Discovery Learning, maka dari itu saya tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut. Menurut guru kelas IV dengan diterapkannya model Discovery Learning proses
pembelajaran lebih efektif dan menarik sehingga siswa mampu menguasai materi dan
mampu untuk berfikir analisis dan kritis. Selain itu siswa menemukan prinsip-prinsip atau
konsep-konsep bagi diri mereka sendiri dalam proses pemecahan masalah yang nantinya
dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-harinya.
Salah satu model pembelajaran yang membuat siswa lebih kreatif dan berpikir kritis
yaitu model pembelajaran Discovery Learning. Menuru Toolingen (dalam Rohim, 2012:2)
menjelaskan bahwa discovery learning adalah suatu tipe pembelajaran dimana siswa

160
membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengadakan suatu percobaan dan
menemukan sebuah prinsip dari hasil percobaan tersebut.
Pada pembelajaran model Discovery Learning siswa diharapkan bisa memecahkan
masalah dengan prinsip-prinsip umum dan kemampuan siswa sehingga dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru
berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara aktif, sebagaiamana pendapat guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman dalam
Kemendikbud, 2005: 145). Menurut Muhammad Zuhri (2015: 81) Untuk mengatasi
kesulitan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran, guru kelas V mendapat pelatihan
tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran tematik dan salah satunya menggunakan
model discovery learning. Sedangkan Menurut Yusita lilis (2016: 56) pendekatan discovery
learning berhasil digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah ditentukan dalam kurikulum 2013. Berdasarkan pendahbuluan
diatas pertanyaannya adalah 1. Bagaimana merencanakan pembelajaran model Discovery
Learning Pada Pembelajaran tematik dalam Kurikulum 2013 di Kelas IV SDN 2
Nusamangir ?, Bagaimana pelaksanaan kegiatan model Discovery Learning pada
pembelajaran tematik dalam Kurikulum 2013 di Kelas IV SDN 2 Nusamangir? Bagaimana
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan model Discovery Learning pada pembelajaran
tematik dalam Kurikulum 2013 di Kelas IV SDN 2 Nusamangir ?

METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Alasan digunakannya
pendekatan ini untuk menganalisis pelaksanaan dengan model Discovery Learning pada
pembelajaran tematik kurikulum 2013 di SDN 2 Nusamangir. Penelitian ini kualitatif
sebagai mana yang dikatan Moleong (2013) merupakan penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian yaitu yang berkaitan

161
dengan perilaku, persepsi, motivasi, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. karena, (1) data dalam penelitian ini memuat
gambaran atau paparan mengenai pelaksanaan, kendala dan upaya penyelesaian dalam
kendala pelaksanaan pembelajaran model discovery learning pada pembelajaran tematik
kurikulum 2013, (2) penelitian ini secara langsung menggambarkan situasi yang terjadi
pada saat peneliti melakukan penelitian di tempat penelitian. Data dalam penelitian ini
berasal dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang digunakan dalam
pengumpulan data.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-
fenomena apa adanya (Sukmadinata, 2007: 15). Penelitian ini
dilakukan untuk mendeskripsikan fakta yang terjadi di sekolah yang sesuai dengan
keadaan sebenarnya di SDN 2 Nusamangir yang berkaitan dengan, (1) perencanaan model
discovery learning pada pembelajaran tematik kurikulum 2013 di kelas IV, (2) pelaksanaan
model discovery learning, dan (3) kendala pelaksanaan model discovery learning.

B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti sangat diperlukan, karena peneliti merupakan instrumen kunci
dalam proses penyusunan skripsi. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai
instrumen dan pengumpul data, pembuat laporan dan dokumenter. Oleh sebab itu,
peneliti sendiri berkewajiban datang untuk melakukan penelitian di SDN 2 Nusamangir.
Adapun tujuan kehadiran peneliti dilapangan yaitu untuk mengamati secara langsung
terhadap objek yang diamati dan pengumpulan data.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini bertempat di SDN SDN 2 Nusamangir Kecamatan Kemranjen Kabupaten
Banyuimas. Penelitian ini dilaksanakan pada pembelajaran semester ganjil hingga peneliti
mampu memperoleh data sesuai dengan kajian penelitian. Peneliti melakukan penelitian

162
di SDN SDN 2 Nusamangir karena sekolah tersebut sudah menggunakan kurikulum 2013
khususnya kelas IV. Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Agustus 2019.

D. Sumber Data
Data yang disajikan dalam penelitian ini berbentuk deskripsi tentang analisis
pelaksanaan pembelajaran tematik dengan model Discovery Learning pada kelas IV. Data
yang diperoleh dari pengamatan pembelajaran dengan menganalisis pelaksanaan yang
dilakukan didalam pembelajaran, wawancara dengan guru kelas IV dan siswa kelas IV
dalam pelaksanaan penerapan model Discovery Learning.
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan 3 siswa kelas IV yaitu dari hasil
pengamatan pelaksaan yang dianalisis. Sumber data didukung dengan hasil wawancara,
observasi, perencanaan pembelajaran (Silabus dan RPP) dan foto kegiatan pembelajaran
penerapan model Discovery Learning dan arsip data silabus dan RPP, sumber data ini akan
lebih memperkuat data sehingga menjadi data yang valid.

E. Instrumen Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2010: 305) Penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dengan demikian peneliti sebagai instrument juga
harus divalidasi seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun
langsung kelapangan. Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi, maka penelitian ini dibantu
dengan instrument pedoman observasi, instrument pedoman wawancara, alat tulis,dan
kamera.

163
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Model Discovery Learning


1. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Rusman (2012: 136) model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang
dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu secara sistematis. Sedangkan
cirri khas model pembelajaran adalah berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari
para ahli tertentu, mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, dapat dijadikan
pedoman untuk perbaikan proses belajar mengajar dikelas, memiliki bagian-bagian model
yang dinamakan urutan langkah-langkah pembelajaran (Syntax), membuat persiapan
mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

2. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning


Menurut Budiningsih dalam Kemendikbud (2005: 43) model pembelajaran Discovery
Learning (penemuan) merupakan model pembelajaran memahami konsep, arti, dan
hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.
Discovery terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsipnya sendiri. Dari pengertian diatas dapat
dikatakan bahwa model pembelajaran discovery learning adalah pembelajaran (penemuan)
yang menekankan siswanya untuk menemukan sendiri konsep dan prinsip dalam
pembelajaran sehingga nantinya membentuk suatu kesimpulan, disamping itu siswa
selalu ditekankan aktif dalam pembelajaran

3. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran Model


Discovery Learning
Menurut (Kemendikbud, 2014) Langkah-langkah mengaplikasikan model discovery
learning di kelas adalah sebagai berikut.
a) Menentukan tujuan pembelajaran. b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa
(kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). c) Memilih materi pelajaran. d)

164
Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh
generalisasi). e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa. f) Mengatur topik-topik pelajaran
dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit ke abstrak. g) Melakukan penilaian
proses dari hasil berlajar. Berdasarkan langkah-langkah di atas, dapat disimpulkan bahwa
model penemuan sangat cocok digunakan pada pembelajaran tematik karena siswa lebih
aktif dan dapat berpikir untuk menemukan sendiri prinsip umum ataupun konsep dasar
suatu materi dengan langkah-langkah yang telah ditentukan

4. Prosedur Aplikasi Model Discovery Learning Menurut


Syah (2004: 244) dalam mengaplikasikan Discovery Learning di kelas, ada beberapa
prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai
berikut: a) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan). Pertama-tama dalam tahap ini
siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan
untuk memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping
itu guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan aktifitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. b) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah) Setelah dilakukan
stimulasi langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis
(jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004: 244). Permasalahan yang dipilih
itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni
pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan
kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang mereka
hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa
untuk menemukan masalah. c) Data Collection (Pengumpulan Data) Ketika
eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk
menanya sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya

165
hipotesis (Syah, 2004: 244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (Collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature,
mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan
demikian secara tidak sengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang
telah dimiliki. d) Data Processing (Pengolahan Data).
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observe, dan sebagainya, semuanya diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002: 22). Data Processing
disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan
konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan
baru tentang alternative jawaban/penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara
logis. e) Verification (Pembuktian). Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004: 244). Verification
menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. f)
Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi) Tahap generalisasi/ menarik
kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan perinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan
memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004: 244). Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan
siswa memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan
pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas dan mendasari
pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari
pengalaman-pengalaman itu.

166
5. Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning
Menurut (Kemendikbud, 2014: 31) memaparkan bahwa dalam pembelajaran discovery
learning ada beberapa kelebihan dalam pembelajan tersebut, diantaranya sebagai berikut:
a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan
dan proses-proses koginitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,
seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. b) Pengetahuan yang
diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian,
ingatan dan transfer. c) Menimbulkan rasa senang pada siswa karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil. d) Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat
dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. e) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya
karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. f) Berpusat pada
siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan
gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti didalam situasi diskusi. g)
Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada
kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. h) Siswa akan mengerti konsep dasar dan
ide-ide lebih baik. i) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi
proses belajar yang baru. j) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. k)
Mendorong siswa berfikir instuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. l) Memberikan
keputusan yang bersifat intrinsik. m) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang. n)
Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia
seutuhnya. o) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa. p) Kemungkinan siswa
belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. q) Dapat mengembangkan
bakat dan kecakapan individu.

6. Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning

Menurut (Kemendikbud, 2014: 32) memaparkan bahwa dalam pembelajaran Discovery


Learning ada beberapa kekurangan dalam pembelajan tersebut, diantaranya sebagai
berikut: 1. Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa

167
yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep yang tertulis atau lisan sehingga pada
gilirannya akan menimbulkan frustasi. 2. Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang
banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan
teori atau pemecahan masalah lainnya. 3. Harapan-harapan yang terkandung dalam
model ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.4. Pengajaran Discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian. 5. Pada beberapa disiplin ilmu misalnya IPA
kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa. 6. Tidak
menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa
karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

B. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Tematik
Menurut Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa pembelajaran
tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai,
atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Proses
pembelajaran dalam kurikulum tematik diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

2. Konsep Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil
melakukan sesuatu (Learning By Doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau
merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa.

168
3. Prinsip Pembelajaran Tematik
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip
dasar yang perlu diperhatikan yaitu:
1) Bersifat terintegrasi dengan lingkungan
2) Bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema.
3) Efisiensi. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas, berikut ini akan diuraikan ketiga
prinsip tersebut :
a) Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan.
Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format yang dihadapi siswa
atau ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang nyata
dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik yang dibahas.
Keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi.
b) Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh
untuk menemukan tema pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya.
Dalam melakukan pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu menemukan
tema-tema yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa.
c) Efisiensi
Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban
materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai
ketuntasan kompetensi secara tepat.

4. Karakteristik Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagaimana diungkapkan
sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa, 2) Memberikan pengalaman langsung kepada
siswa, 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas 4) Menyajikan konsep dari berbagai
mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, 5) Bersifat fleksibel, 6) Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa. Agar
diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut

169
a) Berpusat pada siswa
Proses pembelajaran yang dilakukan harus rnenempatkan siswa sebagai pusat aktivitas
dan harus mampu memperkaya pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut
dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam
di sekitar siswa.
b) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa
Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan
mengalami sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif
dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna.
c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Mengingat tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan maka batas
mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.e)
Bersifat fleksibel Pelaksanaan pembelajaran tematik tidak terjadwal secura ketat antar
mata pelajaran. f) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan
kebutuhan siswa.

5. Manfaat Pembelajaran Tematik


Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema,
sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Pembelajaran
tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap
perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan.
Berikut ini manfaat pembelajaran terpadu:
1. Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. 2. Menggunakan kelompok kerja
sama, kolaborasi, kelompok belajar, dan strategi pemecahan konflik yang mendorong
peserta didik untuk memecahkan masalah. 3. Mengoptimasi lingkungan belajar sebagai
kunci kelas yang ramah otak (Brain-Friendly Classroom). 4. Peserta didik secara cepat dan
tepat waktu mampu memproses informasi Proses itu tidak hanya menyentuh dimensi
kuantitas dan kualitas mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu peserta didik

170
mengembangkan pengetahuan secara siap. 5. Proses pembelajaran di kelas mendorong
peserta didik berada dalam format ramah otak. 6. Materi pembelajaran yang disampaikan
oleh guru dapat diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam kehidupannya sehari-
hari.7. Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program
belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara memberikan bimbingan khusus dan
menerapkan prinsip belajar tuntas. 8. Program pembelajaran yang bersifat ramah otak
memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi
cara penilaian.

PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan langkah-langkah di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Discovery Learning diduga sangat cocok digunakan pada pembelajaran tematik karena
siswa lebih aktif dan dapat berpikir untuk menemukan sendiri prinsip umum ataupun
konsep dasar suatu materi dengan langkah-langkah yang telah ditentukan.

2. Saran
Diharapkan semakin banyak guru yang mau mencoba dan berinovasi dengan model
pembalajarn yang dianggap paling cocok dalam pembelajaran sehingga mampu
menciptakan suasana belajar yang menarik minat dan bakat para siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ridwan Sani. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: PT. Bumi Askara.
Andi Prastowo. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jogjakarta: Penerbit DIVA Press.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.
Djamarah. 2002. Strategi belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Kemendikbud 2014. Materi Pelatihan Guru implementasi Kurikulum 20013 Tahun 2014.
Penerbit Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Badan Pengembangan Sumber Daya

171
Manusia Pendidikan dan Kebudayaan daan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan 2014.
Moleong, Lexy j. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bndung : Pt. Rineka
Cipta.
Rusman, model-model pembelajaran; mengembangkan profesionalisme guru (Jakarta;
raja wali pers, 2012), hlm. 136
Sukmadinata Nana Syaodih (2007), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Sungkono 2006. Pembelajaran Tematik dan Implementasinya di Sekolah Dasar. Jurnal.
Penerbit Universitas Negeri Yogyakarta.
Sugandi. 2008. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. (2005). Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004.
Malang: Bayumedia Publishing.
Syah. 2004. Psikologi pendidikan dengan pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya.
Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA &
Anak Usia Kelas Awal SD/ MI. Jakarta : Kencana

172

Anda mungkin juga menyukai