Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HUKUM INTERNASIONAL
Perlindungan Terhadap TKI Diluar Negeri
Dosen Pengampu:
Syahputra S.H,M.H

Disusun Oleh:
Muhammad Adek Pratama
( 21041096 )

JOHN RAWLS
SEMESTER II
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ASAHAN
T.A.2021-2022
KATA PENGHANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,karena atas ridho dan
kehendak-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Hukum Internasional ini
dengan judul “Perlindungan Terhadap TKI Diluar Negeri “tepat pada
waktunya.Sholawat serta salam tak lupa kami sampaikan kepada nabi besar
Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya yang setia.
Dalam penulisan tugas makalah ini,tentunya tidak lepas dari kerja keras
dan tulis tangan saya sendiri tentunya atas izin dan ridho Allah SWT.Saya sebagai
penulis memohon maaf apabila banyak kesalahan dan kesilapan baik dalam
penyusunan,tata bahasa,dan sebagainya.Saran dan kritik tentu saya harapkan dari
para pembaca atas kekurangan makalah ini.Semoga makalah ini dapat
beermanfaat bagi semua pihak yang membaca,dan tentunya sebagai pembelajaran
bagi saya pribadi sebagai penulis.

Kisaran,17 April 2022

Penulis
M.Adek Pratama
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR.................................................................. i

DAFTAR ISI.................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................ 1

A.Latar Belakang..... ....................................................................... 1

B.Rumusan masalah........................................................................ 4

a.Bagaimana proses dan tata cara pelaksanaan perlindungan terhadap


TKI diluar negeri................................................. ....................... 6

b.Apa saja kendala yang dihadapi oleh pemerintah indonesia dalam


menangani kasus TKI yang berada diluar negeri dan HAM..... 7

C.Tujuan penelitian........................................................................ 8

BAB II PEMBAHASAN.................................................................. 9

BAB III PENUTUP.......................................................................... 10

A.Kesimpulan................................................................................... 10

B.Saran............................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program penempatan Tenaga Kerja Indonesia (selanjutnya disingkat
dengan TKI) ke luar negeri merupakan salah satu upaya penanggulangan masalah
pengangguran. Peranan pemerintah dalam program ini dititikberatkan pada aspek
pembinaan, perlindungan dan memberikan berbagai kemudahan kepada pihak
yang terkait, khususnya TKI dan perusahaan jasa penempatan tenaga kerja
Indonesia (selanjutnya disingkat dengan: PJTKI). Selain bermanfaat untuk
mengurangi tekanan pengangguran, program penempatan TKI juga memberikan
manfaat berupa peningkatan kesejahteraan keluarganya melalui gaji yang diterima
atau remitansi.
Selain itu, juga meningkatkan keterampilan TKI karena mempunyai
pengalaman kerja di luar negeri. Bagi Negara, manfaat yang diterima adalah
berupa peningkatan penerimaan devisa, karena para TKI yang bekerja tentu
memperoleh imbalan dalam bentuk valuta asing. Sedangkan Hukum internasional
diartikan sebagai himpunan dari peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan
yang mengikat serta mengatur hubungan antara negara-negara dan subjek hukum
lainnya dalam kehidupan masyarakat internasional Praktik hukum internasional
tidak dapat terpisahkan dari masalah diplomasi, politik dan sikap, pola atau
kebijakan hubungan luar negeri.Dalam banyak kasus meskipun pertimbangan
hukum tetap penting, tetapi sangat besar kemungkinan bahwa negara dalam
mencari legalitas tindakan atau keputusan yang diambilnya mengutamakan self-
interest, expediency,atau humanity.
Negara merupakan suatupersekutuan bangsa dalam satu wilayah yang jelas
batas-batasnya, dan mempunyai pemerintahan sendiri .Negara diakui sebagai
subjek hukum utama, terpenting dan mempunyai kewenangan terbesar sebagai
subjek hukum internasional.
B. Rumusan Masalah

a.Bagaimana proses dan tata cara pelaksanaan perlindungan terhadap TKI diluar
negeri dalam hukum yang berlaku ?

b.Apa saja kendala yang dihadapi oleh pemerintah indonesia dalam menangani
kasus TKI yang berada diluar negeri dan juga HAM ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1.Untuk mengetahui perlindungan hukum dari pemerintah terhadap tenaga kerja


indonesia ( TKI )yang ditempatkan diluar negeri.

2. Untuk mengetahui hambatan pemerintah terhadap Tenaga Kerja Indonesia


(TKI) yang ditempatkan diluar negeri beserta HAM dan solusinya.
BAB II
PEMBAHASAN

a.Bagaimana proses dan tata cara pelaksanaan perlindungan terhadap TKI


diluar negeri ?
Untuk melindungi TKI yang bekerja di luar negeri (work in overseas),
pemerintah pada tanggal 18 Oktober 2004 menetapkan Undang-undang Nomor 39
Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri (LNRI
Tahuil 2004 Nomor 133, TLNRI Nomor 4445). Dalam Undang-undang Nomor 39
Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI terdapat norma samar
atau kabur (vage norm en ), misalnya dalam Pasal 95 yang mengatur mengenai
fungsi dan tugas Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI).
Adanya norma kabur yang berkenaan dengan tugas BNP2TKI sebagai pelaksana
kebijakan (policy implementation) yang berarti melaksanakan semua kebijakan
yang dikeluarkan olen Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (selanjutnya
disingkat Menakertrans) sebagai regulator dan tugas melakukan penempatan
antara pemerintah dengan pemerintah negara pengguna TKI atau pengguna
berbadan hukum di negara tujuan penempatan, serta memberikan pelayanan,
mengkoordinasikan, dan melakukan pengawasan mengenai dokumen, pembekalan
akhir pemberangkatan (PAP), penyelesaian masaJah, pemberangkatan sampai
pemulangan TKI, peningkatan kualitas calon TKI dan kesejahteraannya telah
menimbulkan konflik kewenangan antara Menakertrans dengan Kepala
BNP2TKI. Untuk melaksanakan lebih lanjut Undang-undang Nomor 39 Tahun
2004, pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan pelaksanaan, antara lain
Peraturan Presiden RI Nomor 81 Tahun 2006 tentang BNP2TKI, Pemenakertrans
RI Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan
TKI di Luar Negeri jo. Permenakertrans RI Nomor 22 4 Devisa TKI Tembus Rp.
130 Triliun, Jawa Pos, 16 Desember 2008, hal. 7, S Tita Naovalita dick, Loc. Cit.
Perlindungan Hukum Terhadap TKI yang Bekerja di Luar Negeri, Husni 273
Tahun 2008, Pennenakertrans No. 20 Tahun 2007 tentang AsuIansi Tenaga Kerja
Indonesia dan peraturan pelaksanaan lainnya. Selain itu, Undang-undang Nomor
39 Tahun 2004 tentang Penernpatan dan Perlindungan TKJ di Luar Negeri juga
berkaitan dengan beberapa undang-undang yang sederajat, misalnya Undang
undang Nornor 39 Tahun 1999 tentang HAM. Kaitannya dengan Undang-undang
HAM sebagairnana disebutkan dalam konsideran rnenimbangnya bahwa bekerja
merupakan bagian dari HAM.
Demikian juga dengan Undang-undang Nornor 32 Tahun 2004 tentang
PerneIintahan Daerah khususnya yang berkenaan dengan kewenangan Pernerintah
Daerah dalarn bidang penempatan dan perlindungan TK!. Peraturan pelaksanaan
sebuah undang-undang harus sinkron dengan peraturan diatasnya (vertikal),
dernikian juga dengan peraturan perundang undangan lain yang sederajat
(horizontal) sehingga dapat rnemperkuat keberlakuannya (its validity) secara
yuridis. Dernikian halnya dengan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan TK! di Luar Negeri. Karena itu perlu dikaji
sinkronisasinya dalarn kaitannya dengan belum terlindunginya TKI secara layak.
Terkadang kita selalu memikirkan betapa bagusnya jikalau kita bekerja
diluar negeri dibandingkan dengan negeri sendiri,kita juga terkadang terdiam
seribu bahasa jikalau membandingkan betapa kayanya negeri ini,namun kenapa
masih saja masyarakat atau rakyat masih saja banyak yang belum mendapatkan
pekerjaan ditengah pahit getirnya ekonomi bangsa yang kian melilit.
Akan tetapi kita sebagai masyarakat juga perlu berpikir keras jikalau ingin
bekerja diluar negeri kita perlu memikirkan sisi positif dan juga sisi negatifnya
juga,contohnya Kasus yang saat ini berlaku dan bahkan masih berlanjut sampai
detik ini.Jumlah tenaga kerja yang ada di Indonesia tidak sesuai dengan jumlah
lapangan pekerjaan yangtersedia. Oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan
kebijakan untuk mengirimkan tenaga kerjaIndonesia ke luar negeri. Dampak
positif daripengiriman TKI ini yaitu mengurangi pengangguran,dan menghasilkan
devisayang banyak. Di tahun 2006 saja, jumlah devisa yang diterima olehnegara
sebesar Rp. 60 trilliun. Sedangkan dampak negatifnya yaitu, banyaknya
permasalahan yang dialami TKI dimulai ketika mereka masih menjadi calon TKI,
ketika berada di negara tempatmereka kerja, dan ketika kembali ke Tanah Air.
Permasalahan tersebut antara lain: penipuan,penganiayaan, pelecehan seksual,
pemerkosaan, bahkan sampai ada yang meninggal dunia.Ironisnya pelaku
tindakan tidak menyenangkan tersebut bisa lolos dari jeratan hukum. Dengan
demikian pemerintah RI harus lebih memberikan perlindungan hukum terhadap
TKI yang bekerjadi luar negeri, karena secara tidak langsung hal tersebut dapat
merusak citra bangsa di mataInternasional.
Negara jangan hanya mengedepankan business oriented saja, sebab tugas
dan fungsi negara adalah mengatur dan menjamin kesejahteraan serta keselamatan
warga negaranya darisegala kejahatan, pelanggaran HAM, penjajahan bahkan
kebodohan dan kemiskinan. Sementara itu, undang-undang yang dibuat
pemerintah yaitu Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan
dan Perlindungan TKI di Luar Negeri masih kurang komprehensif, karena masih
memposisikan TKI sebagai ekspor komoditi, bukan sebagai manusia dengan
segala harkat dan martabatnya. Dengan demikian Undang-Undang ini belum
menciptakan sistem yang berpihak kepada TKI. Apabila negara tidak segera
membenahi lubang-lubang dari Undang-Undang tersebut, bangsa kita dapat
dikategorikan sebagai pelanggar Deklarasi Umum HAM (1948),Konvensi
Pencegahan Perdagangan Manusia dan Eksploitasi Pelacur (1949), Konvensi
Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukum lain yang Kejam, Tidak
Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia (1984), dan Konvensi Hak Anak
(1989),karena Indonesia merupakan negara yang ikut menandatangani semua
konvensi tersebut.Tidak hanya perwakilan diplomatik yang melakukan hubungan
antar negara ,terdapat juga Perwakilan konsuler,perwakilan suatu negara di negara
lain dalam bidang non politik.
Perwakilan Konsuler mengemban kewajiban sebagai pihak yang
memperkenalkan dan membawa ilmu pengetahuan, dan sekaligus kebudayaan
wilayah asal perwakilan konsuler. Salah satu tugas konsuler adalah
memberangkatkan Tenaga Kerja Indonesia ke negara tujuan.TKI atau Tenaga
Kerja Indonesia,memiliki peran penting secara tidak langsung terhadap
pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Namun terkadang TKI mendapatkan
permasalahan-permasalahan ketika bekerja di luar negeri sehingga negara wajib
melindungi semua warga negaranya baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Sebenarnya telah banyak upaya-upaya yang di lakukan oleh pemerintah Indonesia
dalam mengurangi jumlah kekerasan dan segala pelanggaran-pelanggaran yang
menimpa TKI.Kebijakan itu muncul pada beberapa kebijakan pemerintah yang
tertulis dalam Undang-Undang Nomer 39 tahun 2004 Tentang Penempatan dan
Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri, serta
dalam hukum internasional dinyatakan bahwa negara berkewajiban untuk
melindungi warga negaranya yang tinggal di luar negeri yaitu suatu negara
pengirim mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan terhadap warga
negaranya diluar negeri apabila terjadi pelanggaran hukum internasional yang
dilakukan oleh warganegara tersebut.
Hal ini mengacu pada pasal 3 Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan
Diplomatik. Namun walaupun telah banyak kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemeritah Indonesia dalam memberikan perlindungan terhadap Tenaga Kerja
Indonesia namun pada implementasinya perlindugan yang di buat belum mampu
untuk melindungi Tenaga Kerja Indonesia baik pada masa pra penempatan,
penempatan dan purna penempatanya. Masih banyak terdapat kasus-kasus yang
hilangnya hak-hak TKI baik yang sudah bekerja di luar negeri maupun yang akan
berangkat bekerja diluar negeri

Beberapa
hal yang harus diambil oleh negara ketika membuka kebijakan bagi TKI, yaitu:

A, negara harus benar-benar berkoordinasi dengan perwakilannya di


luar negeri (Kedubes RI) yang bertugas mendata, mengayomi atau memantau
keberadaan TKI yang ada di masing-masing negara tujuan.

B, negara wajib memberikan bantuan hukum jika ada TKI yang memiliki
persoalan hukum di negara tujuan.

C, negara harus mengusut tuntas jika ada kasus-kasus pelanggaran HAM atau
kekerasan terhadap TKI yang ada diluar negeri. Untuk kedepannya, negara harus
membuktikan bahwa antara teori atau aturan dan prakteknya dalam persoalan TKI
harus dijamin benar-benar akan diimplementasikan sesuai dengan tuntutan dan
keinginan masyarakat luas. Negara seharusnya memiliki keberanian jika ada kasus
kekerasan atau pelanggaranHAM yang menimpa TKI di negeri orang.

Negara jangan bersikap lembek dan tidak berani menghadapi negara-


negara dimana disitu ada TKI yang tertimpa kasus kekerasan maupun pelanggaran
HAM. Jika pemerintah atau negara tidak melakukannya, sebaiknya menghentikan
kebijakan pengiriman TKI keluar negeri bukan malah sebaliknya.Tugas dan
fungsi negara adalah mengatur dan menjamin kesejahteraan serta keselamatan
warga negaranya dari segala kejahatan, pelanggaran HAM, penjajahan bahkan
kebodohan dan kemiskinan.Saat kembali ke Tanah Air kedatangan mereka
disediakan tempat khusus, yakni Terminal III Bandara Soekarno Hatta, tetapi
tempat tersebut bukannya untuk memudahkan dan melindungi TKI, justru
ditempat khusus tersebut para oknum/preman dengan gampang menipu, memeras
mereka. Misalnya TKI diserbu pegawai loket penukaran uang yang menawarkan
penukaran uang asing ke rupiah dengan nilai tukar yang tentu saja lebih
murah.Setelah mengambil barang di bagasi Bandara Soekarno Hatta mereka
kembali menjadi objek pemerasan dan penipuan, ada yang menggunakan kedok
penjemputan dari PJTKI, dan menawarkan jasa pengantaran hingga tempat tujuan.
Semua dengan biaya yang tidak wajar. Bahkan tidak jarang diantara mereka
mengalami perampokan. Dengan demikian peran pemerintah juga diharapkan
dalam melindungi dan mengawal para TKI ini untuk sampai ditempat tujuan
karena kejadian seperti ini sering terjadi.
Sebenarnya, pemerintah telah mengambil langkah-langkah dalam
melindungi TKI supaya mereka terhindar dari tindakan-tindakan yang merugikan
mereka. Langkah-langkah tersebut antara lain Perlindungan Hukum Terhadap TKI
di Luar Negeri Pra Pemberangkatan, Penempatan, dan Purna Penempatan:

a. Mengeluarkan Surat Keputusan Menakertrans Nomor 157/MEN/2003 tentang


asuransi Perlindungan TKI di luar negeri.
b. Menandatangani perjanjian kerjasama penempatan TKI (MOU) dengan
beberapa negara penerima TKI yaitu Yordania serta Kuwait (1996) dan Malaysia
(2004).

c. Melakukan pendampingan para TKI dibeberapa negara (Arab Saudi, Kuwait,


dan Malaysia) oleh tim advokasi, yang beranggotakan PNS dan mahasiswa yang
bekerja di negara itu serta pengacara lokal dari negara setempat. Tim advokasi ini
bertugas mendata,memantau dan membela TKI di luar negeri.

d. Memberlakukan sistem satu pintu untuk pengiriman TKI ke Singapura melalui


embarkasi Batam.

e. Meningkatkan kualitas TKI yang akan ditempatkan keluar negeri, khususnya


untuk pembantu rumah tangga (PRT) dibatasi minimal berpendidikan SLTP.
Mereka diharapkan mempunyai kemampuan yang leebih baik dalam ketrampilan
kerja, penguasaan bahasa negara tujuan dan mempunyai kesiapan mental yang
lebih baik serta sudah memenuhi syarat usia minimum TKI.

f. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di negara penerima TKI dalam


penanganan penempatan dan perlindungan TKI.

g. Mengeluarkan Undang-Undang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar


Negeri (PPTKLN)Mengeluarkan Undang-Undang Nomor 39 tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar negeri,dan
terakhir.

h. Membentuk Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BPN2TKI)


melalui Perpres No. 81 Tahun 2006. Lembaga ini merupakan lembaga pemerintah
non departemen (LPND) yang mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan di
bidang penempatan dan perlindungan TKI secara terkoordinir dan terintegrasi.
Tugas badan ini yaitu memberikan pelayanan, mengkoordinasikan dan melakukan
pengawasan, dokumen, pembekalan akhir pemberangkatan(PAP), penyelesaian
masalah, sumber-sumber pembiayaan, pemberangkatan sampai pemulangan,
peningkatan kualitas TKI. Bahkan juga mengurus perjanjian hukum secara tertulis
antara Pemerintah RI dan pemerintah negara pengguna TKI atau pengguna
berbadan hukum di negara yang dijadikan tujuan penempatan.
Tetapi sistem perlindungan yang diambil Pemerintah RI tersebut masih
terkesan lips service,masih sebatas pernyataan dan keputusan, dan juga masih
memberikan peluang cukup terbuka untuk praktik-praktik percaloan oleh para
mafia PJTKI maupun pemerintah mulai perekrutan sampai pemulangan ke Tanah
Air. Negara masih terlalu mengedepankan devisa yang diperoleh dari TKI
tersebut. Bahkan dalam undang-undang terbaru mengenai perlindungan TKI, yaitu
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 masih kurang komprehensif,karena masih
memposisikan TKI sebagai ekspor komoditi, bukan sebagai manusia dengan
segala harkat dan martabatnya. Dengan demikian Undang-Undang ini belum
menciptakan sistem yang berpihak kepada TKI.
Apabila negara tidak segera membenahi lubang-lubang dari Undang-
Undang tersebut, maka Perlindungan Hukum Terhadap TKI di Luar Negeri Pra
Pemberangkatan, Penempatan, dan Purna Penempatan bangsa kita dapat
dikategorikan sebagai pelanggar Deklarasi Umum HAM (1948), Konvensi
Pencegahan Perdagangan Manusia dan Eksploitasi Pelacur (1949), Konvensi
Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukum lain yang Kejam, Tidak
Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia (1984), dan Konvensi Hak Anak
(1989), karena Indonesia merupakan negara yang ikut menandatangani semua
konvensi tersebut.
Dari beberapa upaya dan kesepakatan yang telah dilakukan oleh
pemerintah Indonesia dan Malaysia tersebut, telah menjadi dasar terbentuknya
kerjasama0internasional antara negara Indonesia dan Malaysia.
Kerjasama0internasional itu sendiri terbentuk menjadi beberapa lembaga atau
instansi bersama antara pemerintah Indonesia dan Malaysia. Beberapa orang
perwakilan dari masing-masing negara tergabung dalam satu lembaga atau
instansi, yang ditugaskan secara bersama-sama, untuk mengawasi jalannya
perjanjian kerjasama0yang telah terjalin kesepakatan bersama, antara kedua belah
pihak negara dan mengatasi kendala yang timbul jika terjadi permasalahan.
Bentuk kerjasama0tersebut antara lain, Joint Committee (JC), Joint Task Force
(JTF) dan Joint Working Group (JWG) Kedua negara baik Indonesia dan
Malaysia dapat kita ketahui ini telah melakukan kerjasama0Internasional bilateral
dalam hal ketenagakerjaan atau lebih tepatnya pengiriman tenaga0kerja ke
Malaysia. Kemudian muncul permasalahan yaitu kekerasan yang terjadi pada TKI
illegal di Malaysia dan lemahnya perlindungan hukum untuk TKI yang tidak
memiliki dokumen resmi. Dari hal tersebut maka Indonesia dan Malaysia
membuat perjanjian Kerjasama0dengan kesepakatan bersama, perjanjian tersebut
adalah MoU, yang telah ditandatangani kedua belah pihak dan telah menjadi dasar
perjanjian internasional khusus untuk penanganan permasalahan tenaga0kerja.
230 Dengan adanya MoU diharapkan dapat menekan korban kekerasan yang ada
di Malaysia, namun ternyata hal itu tidak begitu diindahkan Malaysia karena
pemerintah Malaysia masih cukup abai dan bertele-tele akan penanganan kasus
ini.Namun kenyataanya data terbaru menunjukkan kenaikan kasus dari tahun
2017-2019. Pada tahun 2016 ada 1.535 kasus yang tereka, pada tahun 2017
terdapat 1.704 kasus yang tercatat, mulai pada tahun 2018 terjadi peningkatan
kasus dengan adanya 3.133 kasus, dan naik pada tahun 2019 terdapat 4.845 kasus
karena pada tahun 2016 perjanjian MoU antara Indonesia dan Malaysia telah
kadaluarsa dan memerlukan pembaharuan.

b.Apa saja kendala yang dihadapi oleh pemerintah indonesia dalam


menangani kasus TKI yang berada diluar negeri dan juga berkaitan dengan
HAM ..?
Dalam menghadapi kasus TKI yang bekerja diluar negeri tentu saja
banyak kendala dan hambatan yang dihadapi salah satunya adalah
a. Jikalau pihak terkait kasus kejadian tidak tau menau ataupun tidak dapat
bekerjasama dengan pihak yang terkait menangani kasus ini.
b. Jika pihak korban atau keluarga korban tidak dapat berkomunikasi dengan baik
kepada pihak yang tersangkut yang menangani kasus tersebut.
c. Jikalau pelaku melarikan diri ataupun bersembunyi ditempat atau daerah yang
sulit dilacak oleh pihak yang menangani kasus ini.
d. Apabila pelaku sudah ditangkap namun dapat bebas karena uang jaminan yang
cukup lumayan sehingga beberapa petugas lalai dan gelap mata dalam melakukan
pekerjaan dengan benar dan baik.
e. Apabila negara atau daerah tersebut susah diajak kerjasama dan komunikasi
padahal sudah ada kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya.

Dari kasus-kasus yang terungkap, buruh migran Indonesia yang berkonflik


dengan majikan dan mengakibatkan kematian pada majikan adalah karena buruh
migran melakukan tindakan pembelaan dan mempertahankan diri dari kekerasan
yang sering dialami, juga perlawanan dari usaha perkosaan terhadap dirinya.
Selain itu, kualitas penyelenggaraan pelatihan bagi calon TKI dan akomodasi
pekerja yang tidak sesuai dengan standar dan cenderung mengurung calon
pekerja. Persoalan perlindungan buruh migran.
Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri ,
Indonesia yang ada di luar negeri perlu ditingkatkan. Negara masih sangat lemah
perlindungannya terhadap para buruh. Baik pada saat keberangkatan ataupun
kepulangan.
Pelanggaran HAM pada buruh migran nyaris dianggap hal biasa. Ketika
mengurus dokumen keberangkatan, buruh migran menjadi mangsa pemerasan dari
aparat yang korup, dan menjadi korban penipuan dari agen tenaga kerja serakah
yang mengenakan biaya sangat mahal. Selama menunggu keberangkatan, mereka
tinggal berjejalan di tempat penampungan yang kondisinya sangat tidak
manusiawi, tanpa air , penerangan, udara segar, dan makanan yang layak.
Sesampainya di luar negeri pun, tidak ada jaminan bahwa mereka akan lolos dari
perlakuan buruk di tempat bekerja, dari mulai jam kerja yang panjang,
pemotongan gaji bahkan bekerja tanpa dibayar, disekap, menjadi korban
kekerasan (fisik, psikologis, seksual) dari majikan/keluarga majikan, dipenjara
tanpa proses hukum yang sah, hingga larangan untuk menjalankan ibadah.
Sejarah perburuhan Indonesia mencatat bagaimana tanggapan Pemerintah
Indonesia pada tahun 1985 ketika public dalam negeri mulai terganggu oleh
gencarnya pemberitaan mengenai kondisi kerja serupa perbudakan (jam kerja
panjang, serangan seksual) yang dialami pembantu rumah tangga asal Indonesia
di luar negeri. Bukan mencari cara untuk melindungi dan memulihkan hak-hak
korban, Sudomo, Menteri Tenaga Kerja waktu itu, malah mengeluarkan surat
keputusan (KEP .420/Men/1985, bertanggal 24 April 1985), yang mewajibkan
calon buruh migran untuk menandatangani surat pernyataan bahwa mereka tidak
akan berbicara kepada wartawan selama bekerja di luar negeri. Bahwa buruh
Indonesia yang berkeluh-kesah demikian adalah mereka yang sebenarnya hanya
ingin mengakhiri kontrak kerjanya.
Upaya Untuk Mencapai Kepentingan Nasional Indonesia Di Kawasan
ASEAN Khususnya Dan Pada Umumnya Di Dunia Internasional Dilaksanakan
Melalui Diplomasi.Praktek pelaksanaan hubungan antarnegara melalui perwakilan
resmi diplomasi dapat mencakup seluruh proses hubungan luar negeri,
pembentukan kebijaksanaan luar negeri, serta pelaksanaannya. Dalam pengertian
ini diplomasi sama dengan politik luar negeri. Dalam artian yang lebih sempit,
lebih tradisional, diplomasi mencakup sarana dan mekanisme sementara Politik
Luar Negeri, menetapkan tujuan dan sasaran. Dalam artian yang lebih terbatas
lagi, diplomasi mencakup teknik operasional untuk mencapai kepentingan
Nasional diluar batas wilayah yuridiksi.
Dengan meningkatnya saling ketergantungan antarnegara semakin meluas
pula jumlah pertemuan dan konferensi multilateral serta diplomasi parlementer.
Namun Negara yang berhubungan dengan negara lainnya dalam kesempatan dan
mengenai topik yang demikian luas, kegiatan diplomatik. masih tetap berlangsung
secara bilateral dan dilaksanakan melalui jalur diplomatik masih tetap
berlangsung secara bilateral dari Kementrian Luar Negeri serta melalui misi
diplomatik tetap.Jenis diplomasi yang digambarkan (terbuka/rahasia,
bilateral/multirateral, tingkat menteri, atau kepala pemerintahan) berbeda
antarnegara, tergantung pada situasi, lingkungan politik, dan kepentingan. Setiap
jenis diplomasi memberikan sumbangan terhadap sistem hubungan internasional
yang lebih tertib dan merupakan teknik politik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan Dan Saran
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa rentetan
permasalahan TKI merupakan kurang baiknya penanganan di dalam negeri
sendiri. Jika pemerintah serius ingin melindungi calon TKI, pertama yang harus
dilakukan yaitu melakukan pembenahan, dimulai dari perekrutan. Pada tahap ini
dilakukan pengawasan dan penertiban terhadap oknum PJTKI (calo) dan oknum
pemerintah. Kalau perlu perekrutan TKI tersebut tidak usah melibatkan peran
swasta. Lalu menyederhanaan birokrasi bekerja di luar negeri menjadi mudah dan
murah. Kedua, Memberikan pelatihan kepada calon TKI, termasuk bagaimana
cara melakukan perjanjian kerja sama perusahaan/ pemerintah yang membutuhkan
tenaga kerja.
Dengan begitu, sebelum berangkat TKI dan keluarganya sudah
mengetahui alamat tempat kerja, jenis pekerjaan, nama majikan, dan jumlah gaji
yang akan diterima. Ketiga, membuat MOU dengan negara penerima TKI dengan
mengedepankan harga diri TKI dan citra bangsa, jadi tidak semata-mata
merupakan business oriented. Keempat mendampingi para TKI tersebut oleh tim
advokasi, serta pengacara lokal dari negara setempat. Kelima,Menyediakan tim
advokasi yang beranggotakan pengacara lokal yang go international, karena
selama ini tim advokasi hanya beranggotakan mahasiswa, PNS, dan aktivis yang
berada dinegara mereka bekerja dan terpaksa menjadi lawyer.
Keenam,menyediakan dana operasional tetap untuk pelayanan dan perlindungan
TKI di Luar Negeri,sebab untuk proses perlindungan tersebut memerlukan biaya
yang harus dikeluarkan. Ketujuh,Memonitor, dan memastikan kepulangan TKI
sampai di tempat asalnya, berdasarkan perjanjian kerja yang disepakati.
Sebagai cermin untuk negara, sebaiknya pembenahan perlindungan hukum
terhadap tenaga kerja di mulai juga dari dalam negeri, khususnya pembantu rumah
tangga. Semestinya mereka mendapatkan perhatian khusus, sebab pekerjaan
mereka juga rentan terhadap masalah pelanggaran dan eksploitasi. Undang-
undang Ketenagakerjaan nasional (UU No. 13 Tahun 2003) hanya melindungi
hak-hak buruh yang mendasar, antara lain:
pengaturan tentang berapa jumlah jam kerja perminggu, penjelasan tentang waktu
istirahat,pengaturan libur dan cuti termasuk cuti hamil dan upah minimum, serta
pengaturan tentang mekanisme dalam menyelesaikan perselisihan. Dengan
demikian Undang-Undang ini diperinci berlaku hanya bagi pekerja perusahaan
untuk pengusaha. Sedangkan para PRT ini tidak dikualifikasikan PRT dibiarkan
tanpa perlindungan hukum atas hak ± Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia Nomor: KEP-204?MEN/1999 tentang Penempatan Tenaga Kerja
Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai