Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat yang
telah diberikan, sehingga laporan PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang
berjudul “ Pengaturan dan manfaat Tenaga Kerja Asing di Indonesia “
ini bisa terselesaikan dengan baik.
Penulisan laporan PKL ini dalam rangka memenuhi kewajiban
penulis untuk memenuhi tugas pembutan laporan pada fakultas hukum
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya karena masih banyak kekurangan di dalam laporan PKL ini,
karena penulis sendiri juga merasa masih banyak kekurangan dan perlu
belajar lagi kedepannya agar semakin banyak ilmu pengetahuan yang
dapat diperoleh oleh penulis agar dapat bermanfaat dan berguna bagi
sesama dalam kebaikan.
Penulis berterima kasih kepada semua pihak, karena tanpa itu
semua penulis merasa tidak bisa menyelesaikan laporan PKL ini dengan
lancar. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan
dalam penulisan laporan PKL ini baik dari isi maupun penulisannya, oleh
karenanya dengan segenap hati memohon maaf dan meminta bimbingan.
Semoga sekiranya laporan PKL ini dapat menambah pengetahuan bagi
para pembacanya.

Surabaya, 21 Januari 2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Pengesahan Laporan Kegiatan Kerja Lapangan (PKL) di


Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Timur
Nama : Moch. Erwin Darmawan Zaelani Putera
NPM : 16300150
Telah melaksanakan kegiatan PKL di Dinas Tenaga Kerja
Provinsi Jawa Timur pada tanggal 29 November 2018

Surabaya, 21 Januari 2019

1. Seto Cahyono, S.H., M.Hum


(Dosen Pembimbing I)

I….……..........................

2. Dr. Suhandi, S.H., M.Hum


(Dosen Pembimbing II)

II………..........................

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................. 1
KATA PENGANTAR...................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 4


1.1 Latar Belakang ..................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ....................... ....................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................... ....... 4
1.4 Tinjauan Pustaka ......................................................... ....... 5
1.5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 7
2.1 Pengaturan Nasional Mengenai Tenaga Kerja Asing ............... 7
2.2 Dampak Positif Tenaga Kerja Asing di Indonesia..................... 17

BAB III PENUTUP ......................................................................... 21


3.1 Kesimpulan .............................................................................. 21
3.2 Saran ....................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan globalisasi dunia mendorong terjadinya
pergerakan aliran modal dan investasi ke berbagai penjuru dunia,
terjadi pula migrasi penduduk atau pergerakan tenaga kerja antar
negara. Pergerakan tenaga kerja tersebut berlangsung karena
investasi yang dilakukan di negara lain pada umumnya
membutuhkan pengawasan secara langsung oleh pemilik/investor.
Sejalan dengan itu, demi menjaga kelangsungan usaha dan
investasinya. Untuk menghindari terjadinya permasalahan hukum
serta penggunaan tenaga kerja asing yang berlebihan, maka
Pemerintah harus cermat dalam menjaga keseimbangan antara
tenaga kerja asing (modal asing) dengan tenaga kerja dalam
negeri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Pengaturan Nasional Mengenai Tenaga Kerja Asing ?
2. Apa Dampak Positif Tenaga Kerja Asing di Indonesia ?

C. TUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


1. Mengetahui bagaimana pengaturan nasional mengenai tenaga
kerja asing?
2. Mengetahui apa dampak positif dari masuknya tenaga kerja asing
ke indonesia

4
D. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Tenaga Kerja Asing


Tenaga kerja asing sebenarnya dapat ditinjau dari segala segi,
dimana salah satunya yang menentukan kontribusi terhadap daerah
dalam bentuk retribusi dan juga menentukan status hukum serta
bentuk-bentuk persetujuan dari pengenaan retribusi. Tenaga Kerja
Asing adalah tiap orang bukan warga negara Indonesia yang mampu
melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja,
guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.[1] Pengertian tenaga kerja asing ditinjau dari segi undang-
undang (Pengertian Otentik), yang dimana pada Pasal 1 angka 13 UU
No 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan di jelaskan bahwa:
“Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan
maksud bekerja di wilayah Indonesia”.

Mempekerjakan TKA adalah suatu hal yang ironi, sementara di


dalam negeri masih banyak masyarakat yang menganggur. Akan tetapi,
karena beberapa sebab, mempekerjakan TKA tersebut tidak dapat
dihindarkan. Menurut Budiono, ada beberapa tujuan penempatan TKA
di Indonesia, yaitu:

 Memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan profesional pada


bidang- bidang tertentu yang belum dapat diisi oleh TKI.

 Mempercepat proses pembangunan nasional dengan jalan


mempercepat proses alih teknologi atau alih ilmu pengetahuan,
terutama di bidang industri.

5
 Memberikan perluasan kesempatan kerja bagi TKI.

 Meningkatkan investasi asing sebagai penunjang modal


pembangunan di Indonesia.

Tujuan penggunaan tenaga kerja asing tersebut adalah untuk memenuhi


kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan professional pada
bidang tertentu yang belum dapat diduduki oleh tenaga kerja lokal serta
sebagai tahapan dalam mempercepat proses pembangunan nasional
maupun daerah dengan jalan mempercepat alih ilmu pengetahuan dan
teknologi dan meningkatkan investasi asing terhadap kehadiran TKA
sebagai penunjang pembangunan di Indonesia walaupun pada
kenyataannya perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia baik itu
perusahaan-perusahaan swasta asing ataupun swasta nasional wajib
menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia sendiri.1

1Husni, Lalu, 2009, Pegantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, Hal:


29

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaturan Nasional Mengenai Tenaga Kerja Asing


Terhadap setiap pengajuan/rencana penggunaan tenaga kerja
asing di Indonesia harus dibatasi baik dalam jumlah maupun bidang-
bidang yang dapat diduduki oleh tenaga kerja asing. Hal itu bertujuan
agar kehadiran tenaga kerja asing di Indoesia bukanlah dianggap
sebagai ancaman yang cukup serius bagi tenaga kerja Indonesia, justru
kehadiran mereka sebagai pemicu bagi tenaga kerja Indonesia untuk
lebih professional dan selalu menambah kemampuan dirinya agar
dapat bersaing baik antara sesama tenaga kerja Indonesia maupun
dengan tenaga kerja asing. Oleh karenanya UUK, membatasi jabatan-
jabatan yang dapat diduduki oleh tenaga kerja asing. Terhadap tenaga
kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia
dan/atau jabatan-jabatan tertentu yang selanjutnya diatur dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 23 Tahun
2003 tentang Jabatan-jabatan di Lembaga Pendidikan yang
Dikecualikan dari Kewajiban Membayar Kompensasi.
Jabatan-jabatan yang dilarang ini harus diperhatikan oleh si
pemberi kerja sebelum mengajukan penggunaan tenaga kerja asing.
Selain harus mentaati ketentuan tentang jabatan, juga harus
memperhatikan standar kompetansi yang berlaku. Ketentuan tentang
jabatan dan standar kompetensi didelegasikan ke dalam bentuk
Keputusan Menteri. Namun dalam prakteknya, kewenangan delegatif
maupun atributif ini belum menggunakan aturan yang sesuai dengan
UUK.2

2
http://www.ilo.org/wcmsp5/grups/public/asia/robangkok/documents/publication/wcms
098256.pdg diunduh pada 19 Januari 2019

7
Kehadiran tenaga kerja asing dapat dikatakan sebagai salah
satu pembawa devisa bagi negara dimana adanya pembayaran
kompensasi atas setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakan.
Pembayaran kompensasi ini dikecualikan pada pemberi kerja tenaga
kerja asing merupakan instansi pemerintah, perwakilan negara asing,
badan-badan internasional, lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan
jabatan-jabatan tertentu di lembaga pendidikan. Besanya dana
kompensasi untuk tenaga kerja Indonesia di luar negeri sebesar
US$15, sedangkan kompensasi untuk tenaga kerja asing di Indonesia
sebesar US$100.3 Dalam rangka pelaksanaan Transfer of
Knowledge dari tenaga kerja asing kepada tenaga kerja Indonesia,
kepada pemberi kerja diwajibkan untuk mengadakan pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga kerja pendamping (Pasal 49 UUK). Mengenai hal
ini diatur dengan Keputusan Presiden yang sampai saat ini belum
ditetapkan.

Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata


Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing

Peraturan Menteri ini dikelurakan dalam rangka pelaksanaan


Pasal 42 ayat (1) UUK. Dengan dikeluarkannya  Peraturan Menteri
Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga
Kerja Asing ini maka beberapa peraturan sebelumnya terkait dengan
pelaksanaan Pasal 42 ayat (1) UUK ini yakni : Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.228/MEN/2003 tentang
Tata Cara Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing;
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP.20/MEN/III/2004 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing; Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor KEP.21/MEN/III/2004 tentang Penggunaan
3 H.S.Syarif, Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia, Jakarta,
Hal: 10

8
Tenaga Kerja Asing Sebagai Pemandu Nyanyi/Karaoke; Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.07/MEN/III/2006
tentang Penyederhanaan Prosedur Memperoleh Ijin Mempekerjakan
Tenaga Kerja Asing (IMTA); Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor PER.15/MEN/IV/2006 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
PER.07/MEN/III/2006 tentang Penyederhanaan Prosedur Memperoleh
Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA); Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.34/MEN/III/2006 tentang
Ketentuan Pemberian Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)
Kepada Pengusaha Yang Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing Pada
Jabatan Direksi atau Komisaris; dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
(Pasal 44).

1) Tata Cara Permohonan Pengesahan RPTKA


Selain harus memiliki izin mempekerjakan tenaga kerja asing,
sebelumnya pemberi kerja harus memiliki Rencana Penggunaan
Tenaga Kerja Asing (RPTKA) yang disahkan oleh Menteri atau pejabat
yang ditunjuk. Pasal 3 menyebutkan bahwa “pemberi kerja yang akan
mempekerjakan TKA harus memiliki RPTKA” yang digunakan sebagai
dasar untuk mendapatkan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
(IMTA). Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA, pemberi kerja TKA
harus mengajukan permohonan secara tertulis yang dilengkapi alasan
penggunaan TKA dengan melampirkan :

 formulir RPTKA yang sudah dilengkapi;

 surat ijin usaha dari instansi yang berwenang;

 akte pendirian sebagai badan hukum yang sudah disahkan oleh


pejabat yang berwenang;

 keterangan domisili perusahaan dari pemerintah daerah setempat;

9
 bagan struktur organisasi perusahaan;

 surat penunjukan TKI sebagai pendamping TKA yang dipekerjakan;

 copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang masih berlaku


berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib
Lapor Ketenagakerjaan di perusahaan; dan

 rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh TKA dari instansi


tertentu apabila diperlukan.

Formulir RPTKA sebagaimana dimaksud pada huruf a memuat :

 Identitas pemberi kerja TKA;

 Jabatan dan/atau kedudukan TKA dalam struktur bagan organisasi


perusahaan yang bersangkutan;

 Besarnya upah TKA yang akan dibayarkan;

 Jumlah TKA;

 Lokasi kerja TKA;

 Jangka waktu penggunaan TKA;

 Penunjukan tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai


pendamping TKA yang dipekerjakan; dan

 Rencana program pendidikan dan pelatihan tenaga kerja


Indonesia.

2) Pengesahan RPTKA
Dalam hal hasil penilaian kelayakan permohonan RPTKA telah
sesuai prosedur yang ditetapkan, Dirjen atau Direktur harus
menerbitkan keputusan pengesahan RPTKA. Penerbitan keputusan
pengesahan RPTKA dilakukan oleh Dirjen untuk permohonan
penggunaan TKA sebanyak 50 (lima puluh) orang atau lebih; serta

10
Direktur untuk permohonan penggunaan TKA yang kurang dari 50 (lima
puluh) orang. Keputusan pengesahan RPTKA ini memuat :

 Alasan penggunaan TKA;

 Jabatan dan/atau kedudukan TKA dalam struktur organisasi


perusahaan yang bersangkutan;

 Besarnya upah TKA;

 Jumlah TKA;

 Lokasi kerja TKA;

 Jangka waktu penggunaan TKA;

 Jumlah TKI yang ditunjuk sebagai pendamping TKA; dan

 Jumlah TKI yang dipekerjakan.

3) Perubahan RPTKA
Pemberi kerja TKA dapat mengajukan permohonan perubahan
RPTKA sebelum berakhirnya jangka waktu RPTKA. Perubahan RPTKA
tersebut meliputi :
a. penambahan, pengurangan jabatan beserta jumlah TKA;
b. perubahan jabatan; dan/atau
c. perubahan lokasi kerja.

4) Persyaratan TKA
Bagi Tenaga Kerja Asing yang dipekerjakan oleh pemberi kerja
wajib memenuhi persyaratan yakni: memiliki pendidikan dan/atau
pengalaman kerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun yang sesuai
dengan jabatan yang akan didudukinya; bersedia membuat pernyataan
untuk mengalihkan keahliannya kepada tenaga kerja warga negara
Indonesia khususnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) pendamping; dan
dapat berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia.

11
5) Perizinan
Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) diberikan oleh
Direktur Pengadaan dan Penggunaan Tenaga Kerja Kementerian
Tenaga kerja dan Transmigrasi kepada pemberi kerja tenaga kerja
asing, dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk
mendapatkan rekomendasi visa (TA-01) dengan melampirkan (Pasal
23) :

 Copy Surat Keputusan Pengesahan RPTKA;

 Copy paspor TKA yang akan dipekerjakan;

 Daftar riwayat hidup TKA yang akan dipekerjakan;

 Copy ijasah dan/atau keterangan pengalaman kerja TKA yang akan


dipekerjakan;

 Copy surat penunjukan tenaga kerja pendamping; dan

 Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 1 (satu) lembar.

Dalam hal Ditjen Imigrasi telah mengabulkan permohonan visa


untuk dapat bekerja atas nama TKA yang bersangkutan dan
menerbitkan surat pemberitahuan tentang persetujuan pemberian
visa, maka pemberi kerja TKA mengajukan permohonan IMTA
dengan melampirkan (Pasal 24):

 copy draft perjanjian kerja;

 bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui


Bank yang ditunjuk oleh Menteri;

 copy polis asuransi;

 copy surat pemberitahuan tentang persetujuan pemberian visa; dan

 foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar.

12
6) Perpanjangan IMTA
Mengenai perpanjangan Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing
(IMTA) diatur dalam Pasal 27 dan Pasal 28. IMTA dapat diperpanjang
paling lama 1 (satu) tahun, bila masa berlaku IMTA belum berakhir.
Oleh karena itu permohonan perpanjangan IMTA selambat-lambatnya
30 (tiga puluh) hari kerja sebelum jangka waktu berlakunya IMTA
berakhir. Permohonan perpanjangan IMTA dilakukan dengan mengisi
formulir perpanjangan IMTA dengan melampirkan :

 Copy IMTA yang masih berlaku;

 Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui


Bank yang ditunjuk oleh Menteri;

 Copy polis asuransi;

 Pelatihan kepada TKI pendamping;

 Copy keputusan RPTKA yang masih berlaku; dan

 Foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

Perpanjangan IMTA diterbitkan oleh :

 Direktur untuk TKA yang lokasi kerjanya lebih dari 1 (satu) wilayah
propinsi;

 Gubernur atau pejabat yang bertanggung jawab di bidang


ketenagakerjaan di provinsi untuk TKA yang lokasi kerjanya lintas
Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) provinsi;

 Bupati/Walikota atau pejabat yang bertanggung jawab di bidang


ketenagakerjaan di Kabupaten/Kota untuk TKA yang lokasi kerjanya
dalam 1 (satu) wilayah Kabupaten/Kota;

13
7) IMTA Untuk Pekerjaan Darurat
Pekerjaan yang bersifat darurat atau pekerjaan-pekerjaan yang
apabila tidak ditangani secara langsung mengakibatkan kerugian fatal
bagi masyarakat umum dan jangka waktunya tidak lebih dari 30 (tiga
puluh) hari, yang mana jenis pekerjaan mendesak itu ditetapkan oleh
instansi pemerintah yang membidangi sektor usaha yang
bersangkutan. Permohonan pengajuan IMTA yang bersifat mendesak
ini disampaikan kepada Direktur dengan melampirkan :

 Rekomendasi dari instansi pemerintah yang berwenang;

 Copy polis asuransi;

 Fotocopy paspor TKA yang bersangkutan;

 Pasfoto TKA ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;

 Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui


bank yang ditunjuk oleh Menteri; dan

 Bukti ijin keimigrasian yang masih berlaku.

8) IMTA Untuk Kawasan Ekonomi Khusus


Untuk memperoleh IMTA bagi TKA yang bekerja di kawasan
ekonomi khusus, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Pejabat yang ditunjuk di kawasan ekonomi
khusus. Tata cara memperoleh IMTA di kawasan ekonomi khusus
mengikuti ketentuan dalam poin 5 (lima).

9) IMTA Untuk Pemegang Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP)


Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA pemegang ijin
tinggal tetap wajib mengajukan permohonan kepada Direktur dengan
melampirkan :

 Copy RPTKA yang masih berlaku;

14
 Copy izin tinggal tetap yang masih berlaku;

 Daftar riwayat hidup TKA yang akan dipekerjakan;

 Copy ijasah atau pengalaman kerja;

 Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui


Bank yang ditunjuk oleh Menteri;

 Copy polis asuransi; dan

 Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar.

10) IMTA Untuk Pemandu Karaoke


Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA sebagai pemandu
nyanyi/karaoke wajib memiliki ijin tertulis dari Direktur. Jangka waktu
penggunaan TKA sebagai  pemandu nyanyi/karaoke diberikan paling
lama 6 (enam) bulan dan tidak dapat diperpanjang. Untuk
menjapatkan ijin pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan
IMTA dengan melampirkan :

 Copy ijin tempat usaha yang memiliki fasilitas karaoke;

 RPTKA yang telas disahkan oleh direktur;

 Bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA melalui


Bank yang ditunjuk oleh Menteri;

 Copy polis asuransi; dan

 Perjanjian kerja TKA dengan pemberi kerja.

11) Alih Status


Pemberi kerja TKA instansi pemerintah atau lembaga
pemerintah atau badan internasional yang akan memindahkan TKA
yang dipekerjakannya ke instansi pemerintah atau lembaga

15
pemerintah atau badan internasional lainnya harus mengajukan
permohonan rekomendasi alih status kepada Direktur. Rekomendasi
disampaikan kepada Direktur Jenderal Imigrasi untuk perubahan
KITAS/KITAP yang digunakan sebagai dasar perubahan IMTA atau
penerbitan IMTA baru.

12) Perubahan Nama Pemberi Kerja


Dalam hal pemberi kerja TKA berganti nama, pemberi kerja harus
mengajukan permohonan perubahan RPTKA kepada Direktur
Penyediaan dan Penggunaan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi. Setelah RPTKA disetujui, Direktur
Penyediaan dan penggunaan Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi menerbitkan rekomendasi kepada Direktur Jenderal
Imigrasi untuk mengubah KITAS/KITAP sebagai dasar perubahan
IMTA, dengan terlebih dahulu menyampaikan permohonan dengan
melampirkan :

 Copy RPTKA yang masih berlaku;

 Copy KITAS/KITAP yang masih berlaku;

 Copy IMTA yang masih berlaku;

 Copy bukti perubahan nama perusahaan yang telah disahkan oleh


instansi yang berwenang.

13) Perubahan lokasi Kerja


Dalam hal pemberi kerja melakukan perubahan lokasi kerja
TKA, pemberi kerja wajib mengajukan permohonan perubahan lokasi
kerja TKA kepada Direktur Penyediaan dan Penggunaan tenaga Kerja
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan melampirkan
copy RPTKA dan IMTA yang masih berlaku.

16
14) Pelaporan
Pemberi kerja TKA wajib melaporkan penggunaan TKA dan
pendamping TKA di perusahaan secara periodik 6 (enam) bulan sekali
kepada Direktur atau Gubernur atau Bupati/Walikota dengan
tembusan kepada Dirjen. Direktur atau Gubernur atau Bupati/Walikota
melaporkan IMTA yang diterbitkan secara periodik setiap 3 (tiga)
bulan kepada Menteri dengan tembusan kepada Dirjen.

15) Pengawasan
Pengawasan terhadap pemberi kerja yang mempekerjakan TKA
dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
16) Pencabutan Ijin
Dalam hal pemberi kerja mempekerjakan TKA tidak sesuai dengan
IMTA, Direktur atau Gubernur atau Bupati/Walikota berwenang
mencabut IMTA.

B. Dampak Positif Tenaga Kerja Asing di Indonesia


a) Terjadinya Perubahan Budaya Kerja Positif
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi
ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Pada dasarnya, tenaga kerja lokal
memiliki kualitas pekerjaan yang minim. Dimana sebagai contoh jika
ditetapkan oleh perusahaan untuk masuk bekerja pada pukul 08.00
WIB, maka tenaga kerja lokal kebanyakan yang baru tiba di lapangan
yaitu pukul 09.00 WIB.

17
Selain itu, mereka memiliki jam istirahat yang banyak, dalam
artian jam yang seharusnya mereka lakukan untuk bekerja tidak dapat
dimaksimalkan dengan baik. Didalam waktu bekerja, mereka
mengambil waktu dengan alasan untuk merokok, atau meminum kopi.
Sehingga waktu kerja mereka lebih banyak untuk beristirahat. Maupun
didalam bekerja, tenaga kerja lokal kurang memiliki konsentrasi yang
baik. Berbeda dengan tenaga kerja asing, jika mereka ditetapkan
masuk bekerja pada pukul 07.00 WIB, maka mereka pada pukul yang
telah ditetapkan itu telah hadir dilapangan. Selain tepat waktu,
didalam bekerja, mereka sangat memanfaatkan waktu tersebut
dengan baik. Jika tiba waktu istirahat, mereka juga mempergunakan
waktu itu dengan sempurna. Sehingga dalam bekerja mereka memiliki
efisiensi dan efektivitas yang baik. Hal lainnya, diadalam bekerja
tenaga kerja lokal memiliki tingkat konsentrasi yang kurang baik,
dimana mereka selalu berbicara dalam bekerja sehingga kurang fokus
dalam mengerjakan sesuatu.
Dan tenaga kerja asing yang berada disekitar mereka selalu
mencontohkan cara bekerja dan kualitas kerja yang baik. Yakni tidak
banyak berbicara, dan fokus dalam bekerja. Sehingga menghasilkan
produktivitas kerja yang baik. Dalam hal disiplin waktu dan kualitas
kerja yang dilakukan secara terus-menerus inilah tenaga kerja asing
perlahan dapat mengubah budaya kerja yang baik terhadap tenaga
kerja lokal. Ini merupakan hal positif yang didapatkan tenaga kerja
lokal terhadap cara kerja, disiplin waktu dan konsentrasi yang baik
dalam bekerja. Sehingga hubungan kerja yang terbangun dengan baik
di tempat kerja akan berdampak kepada terbangunnya suasana kerja
yang kondusif, sehingga setiap pekerja dapat didorong untuk bekerja
sama secara maksimal dan meningkatnya produktivitas kerja secara
signifikan guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. 4

4 http://hukumonline.com/berita/holl0388/kasus-nirmala-cermin-pentingnya

uu-perlindungan-tka-dan-tenaga-kerja-migran diakses tanggal 19 Januari 2019

18
b) Adanya Transfer Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Teknologi sebenarnya merupakan hasil akhir dari suatu proses
yang terdiri dari rangkaian sub proses penelitian dan pengembangan,
invensi, rekayasa dan desain, manufaktur dan pemasraan. Teknologi
diciptakan manusia melalui penerapan (exercise) budidaya akalnya.
Manusia harus mendayakan akal pikirannya dalam me-reka teknologi
berdasarkan ratio (nalar) dan kemudian membuatnya, menjadi suatu
produk yang kongkrit. Oleh karena itulah, teknologi selalu disandingkan
dengan istilah ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan merupakan usaha manusia untuk memahami
gejala dan fakta alam, dan melestarikan pengetahuan tersebut secara
konseptional dan sistematis. Sedangkan teknologi adalah usaha
manusia untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan itu untuk kepentingan
dan kesejahteraan. Karena hubungan tersebut, maka perkembangan
ilmu pengetahuan selalu terkait dengan perkembangan teknologi.
Berdasarkan definisi di atas, maka transfer ilmu pengetahuan dan
teknologi memiliki arti sebuah proses untuk mengirimkan pengalaman,
pelajaran dan seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda
material yang digunakan dalam waktu tertentu yang melibatkan
komunikasi antara manusia dan komunikasi individu/organisasi.
Tujuan perusahaan mempekerjakan TKA mennurut Keppres 75
tahun 1995 adalah mewajibkan pengguna TKA melaksanakan program
alih teknologi dari TKA ke tenaga kerja Indonesia, disamping itu
pengguna TKA wajib untuk menunjuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
sebagai pendamping pada jenis pekerjaan yang dipegang oleh TKA,
serta menyelenggarakan pendidikan dan latihan bagi TKI yang
dikerjakan sendiri atau menggunakan jasa pihak ketiga. Selain itu ada
tujuan perusahaan mempekerjakan TKA menurut Peraturan Mentri
Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2010 menyatakan, bahwa keberadaan
TKA di Indonesia dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan

19
perkembangan perekonomian nasional sehingga perlu dipantau agar
keberadaannya sesuai dengan tujuan dan sasaran untuk menjamin
keamanan dan memberikan perlindungan TKA didaerah. 5

BAB III

5 http:/www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/12/19.id.html.serikat
pekerja, diakses pada 19 Januari 2019

20
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Ketentuan mengenai tenaga kerja asing di Indonesia dengan

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan, tidak diatur lagi dalam suatu peraturan perundang-

undangan tersendiri seperti dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun

1958 tentang penempatan tenaga kerja asing, tetapi merupakan

bagian dari kompilasi dalam UUK yang baru tersebut. Ketentuan

mengenai penggunaan tenaga kerja asing dimuat pada Bab VIII

Pasal 42 sampai dengan Pasal 49. Namun demikian untuk dapat

melaksanakan undang-undang yang baru masih banyak kendala

terutama dalam menggalakkan investasi karena sejumlah peraturan

yang melengkapi kelancaran program penggunaan tenaga kerja

asing belum siap, sejauh ini baru Peraturan Menteri Nomor

PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja

Asing yang sudah ada disamping 3 Permenaker yang lain untuk

mengisi kekosongan hukum dengan belum terbitnya peraturan-

peraturan yang diperlukan maka peraturan yang lama sementara

masih diberlakukan.

21
2. Penempatan tenaga kerja asing dapat dilakukan setelah pengajuan

rencana penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA) disetujui oleh

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan mengeluarkan

izin penggunaan tenaga kerja asing. Untuk dapat bekerja di

Indonesia, tenaga kerja asing tersebut harus mempunyai izin tinggal

terbatas (KITAS) yang terlebih dahulu harus mempunyai visa untuk

bekerja di Indonesia atas nama tenaga kerja asing yang

bersangkutan untuk dikeluarkan izinnya oleh Direktorat Jenderal

Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM. 

3. Tenaga ahli yang didatangkan dari luar negeri oleh perusahaan

pemerintah/swasta hendaknya benar-benar tenaga ahli yang

terampil sehingga dapat membatu proses pembangunan ekonomi

dan teknologi di Indonesia. Untuk itu proses alih teknologinya kepada

TKI baik dalam jalur menajerial maupun profesionalnya harus

mendapat pengawasan yang ketat dengan memberikan sertifikasi


kepada tenaga ahli tersebut.

B. SARAN
Menurut saya sudah cukup baik, bahwa sudah ada aturan yang
mengatur tentang tenaga kerja asing di indonesia. Tenaga kerja di
Indonesia juga sudah memberikan dampak positif untuk masyarakat
indonesia. Tenaga kerjan asing perlu untuk di kembangkan lebih lagi
dengan memberi manfaat untuk tenaga kerja indonesia. Namun selain itu
tenaga kerja asing juga dapat menimbulkan masalah bagi indonesia jika
kurangnya pengawasan dan perlindungan hukum yang ada.

22
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Husni, Lalu, 2009, Pegantar Hukum Ketenagakerjaan


Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada
H.S.Syarif, Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia,
Jakarta, Sinar Grafika.
Tenaga Kerja Asing ( TKA ) Dalam Data dan Informasi, 2014
Direktorat Jenderal Bnapenta Kemnaker RI, Cetakan I,
Jakarta.
Perundang-undangan :
UUD RI tahun 1945
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan

Website :
http://www.ilo.org/wcmsp5/grups/public/asia/robangkok/docum
ents/publication/wcms 098256.pdg diunduh pada 19
Januari 2019
http://hukumonline.com/berita/holl0388/kasus-nirmala-cermin-
pentingnya-uu-perlindungan-tka-dan-tenaga-kerja-migran
diakses tanggal 19 Januari 2019
http:/www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/12/19.id.html.
serikat pekerja, diakses pada 19 Januari 2019

23

Anda mungkin juga menyukai