Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH DAN POLITIK HUKUM KETENAGAKERJAAN INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Hukum Ketenagakerjaan


Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
Dosen Pengampu: Muslih, S.H.I., M.H.

Disusun Oleh:

Kelompok 1

1. Raja Munajat (1808202090)


2. Ryan Abdul Muhit (1808202091)
3. Haqiqa Insanul Qur’ania (1808202163)

Hukum Ekonomi Syariah C/4

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
1442 H / 2020 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT yang maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya walaupun masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini berjudul
“Sejarah dan Politik Hukum Ketenagakerjaan Indonesia” tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai tugas terstruktur untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti mata kuliah Hukum
Ketenagakerjaan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan
kepada kita semua mengenai makalah tersebut. Aamiin...
Pada kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan banyak terimakasih khususnya
untuk dosen pengampu Bapak Muslih S.H.I., M.H. yang telah memberikan kami kesempatan
untuk dapat menuangkan hasil diskusi kami ke dalam sebuah tulisan, juga kepada semua pihak
yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan
makalah selanjutnya. Akhir kata kami mohon maaf, apabila dalam segi penulisan atau redaksi
yang telah tersusun masih terdapat kekeliruan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
penyusun khususnya, dan pembaca atau audiens pada umumnya.

Cirebon, 03 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... …...i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1


A. Latar Belakang ..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................3
A. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan .................................................................................3
1. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan Pra Kemerdekaan .............................................4
2. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan Pasca Kemerdekaan .........................................6
3. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan Era Orde Baru ..................................................8
4. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan Era Reformasi ..................................................8
B. Sumber-sumber Hukum Ketenagakerjaan....................................................................10
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................13
A. Kesimpulan ...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berkembang yang di dalamnya terdapat
kekayaan yang melimpah akan menghasilkan buah yang mewah jika sumber daya
manusia dapat mengelola dengan segala upaya yang dimiliki. Dalam kaitan sumber
daya manusia yang dimiliki ini mengacu pada aspek nanti bagaimana manusia dalam
melakukan pekerjaan yang nantinya akan berhubungan dengan hukum atau juga disebut
dengan Hukum Ketenagakerjaan, yang di dalamnya memuat hubungan-hubungan yang
lebih spesifik antara atasan sampai bawahannya.
Zaman sekarang di era modern di mana segala aspek dipermudah dalam dunia
ketenagakerjaan baik dari sisi kinerja maupun hal lainnya sehingga tidak aneh dalam
peraturan kerja pun sudah diatur dalam suatu aturan yang lebih khusus yaitu bentuk
aturan-aturan yang termuat dalam segala urusan berkaitan dengan ketenagakerjaan.
Hukum ketenagakerjaan di Indonesia sendiri muncul tidak berdiri sendiri tetapi
ada faktor yang menimbulkan hukum tersebut berdiri di Indonesia, Hukum
ketenagakerjaan muncul pertama kali dan berkembang di belahan dunia Eropa sebagai
reaksi atas perubahan-perubahan revolusi industri pada saat itu, sehingga pantaslah
dengan sistem hukum negara kita yang berasal dari Eropa tidak lain hanya hukum
publik dan privat saja. Tetapi Hukum Ketenagakerjaan ini juga adalah suatu hukum
yang mandiri dan berlaku efektif di suatu negara.
Sekalipun hukum ketenagakerjaan Eropa yang mempengaruhi negara Indonesia
sebagai negara berkembang yang merupakan contoh nyata sebagai pencerah, namun
ikhtiar perbaikan dan pemajuan masih dikatakan berjalan lambat. Sehingga sejarah
seperti apapun itu tidak hanya sebagai sebuah catatan di masa lalu tetapi sebagai suatu
taksi yang menjemput masa depan dari masa lalu sehingga hukum ketenagakerjaan di
Indonnesia bisa berjalan baik dan dengan apa yang seharusnya kita jalani sesuai dengan
nilai, kaidah dan perilaku sebagai manusia hukum.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalah yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana sejarah hukum ketenagakerjaan?
2. Apa saja yang menjadi sumber-sumber hukum ketenagakerjaan di Indonesia?
C. Tujuan Masalah
Penulisan makalah ini terdapat beberapa tujuan berdasarkan rumusan
permasalahannya yaitu:
1. Untuk mengetahui sejarah hukum ketenagakerjaan.
2. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum ketenagakerjaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan


Hukum ketenagakerjaan muncul pertama kali di Eropa saat Revolusi Industri yang
mana saat itu penemuan-penemuan baru seperti mesin uap dan lainnya, yang merubah
bagaimana para pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Sebelumnya secara tradisional
mereka bekerja dan menghidupi keluarganya dari hasil olahan ladang yang mereka
kerjakan sendiri, tapi waktu terus berjalan sehingga di tempat tinggal mereka kelompok-
kelompok kerja dengan keahlian tertentu (spesialisasi kerja) yang bekerja sesuai
bidangnya masing-masing.
Saat Revolusi Prancis negara mendeklarasikan atas kebebasan berdagang serta
egaliterian dalam negara. Masa itu hukum pada tataran negara dikodifikasikan ke dalam
kitab Undang-Undang yang dilandaskan pada prinsip-prinsip baru seperti kebebasan
kontrak dan kepemilikan hak kebendaan.
Waktu itu Napoleon menyebarkan ide baru tentang hukum demikian ke suluruh
benua Eropa, meskipun selama kurun waktu kebebasan-kebebasan di atas dapat dinikmati
sekelompok kecil masyarakat buruh tidak lagi dapat menikmati cara hidup mereka tetapi
mereka terpaksa mencari kehidupan sebagai buruh pabrik.
Mereka terpaksa menerima kondisi kerja yang ditetapkan secara sepihak yang
menuntut untuk tunduk dan patuh terhadap atasan secara sepihak. Kemiskinan memaksa
mereka, termasuk keluarganya, mereka bekerja dengan kondisi waktu yang panjang dan
ada juga yang mengancam kesehatan mereka. Sehingga tidak aneh dari mereka membuat
suatu gerakasn (sosialis), waktu itu semua dikecam oleh pemerintah, namun waktu
menjawab sendiri atas legilasinya diterima pada waktu itu (perburuhan yang pertama).1
Pada tahun 1900-an, beberapa negara Eropa merubah dan memodernisasikan atas
perihal kontrak dan janji kerja yang sebelumnya menerapkan konsep Hukum Romawi.
Salah satu prinsip yang diperkenalkan bahwa buruh atau pekerja adalah pihak yang
lemah, sebab itu memerlukan perlindungan hukum. Perlindungan hukum di sini yaitu

1
Bagus Sarnawa, Hukum Ketenagakerjaan, (Yogyakarta: Laboratorium Ilmu Hukum, tt), hal. 11.

3
konsep perjanjian/kesepakatan kerja bersama, sehingga dengan hukum tersebut bagian
dari hukum yang mengatur hubungan buruh dan majikannya.2
Hukum ketenagakerjaan setelah banyak peristiwa-peristiwa di belahan bumi Eropa
kini adanya hukum ketenagakerjaan memberikan efek terhadap negara-negara lain di
dunia salah satunya Indonesia. Sehingga di Indonesia sendiri munculnya hukum
ketenagakerjaan terdapat beberapa pembagiaannya yaitu:
1. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan Pra Kemerdekaan
Hukum ketenagakerjaan di Indonesia muncul atas pengaruh luar yaitu berasal
dari belahan bumi Eropa, karena Hukum Ketenagakerjaan/Perburuhan ini pertama
kali muncul hasil daripada reaksi Revolusi Industri pada saat itu, di situ lah dengan
banyak penemuan-penemuan baru maka muncul kelompok-kelompok pekerja sesuai
dengan keahliannya masing-masing yang mempengaruhi semua di bidang-bidang
pekerjaan tertentu. Dengan begitu, pengaruh luar memberikan efek terhadap negara-
negara lainnya khususnya negara Indonesia sekarang.3
Sejarah Hukum ketenagakerjaan di Indonesia tidak terlepas dari riwayat
hubungan ketenagakerjaan di Indonesia. Pada beberapa kepustakaan kondisi
hubungan ketenagakerjaan dimulai dari zaman perbudakan/perhambaan, rodi,
poenale sanksi hingga Panca Krida Hukum Perburuhan.
a. Zaman perbudakan/perhambaan
Pada zaman itu perbudakan orang yang melakukan pekerjaan hanya di bawah
tekanan seorang pimpinan kerja. Budak tidak mempunyai hak apapun bahkan hak
atas hidupnya hanya diperintah, ditunjuk, oleh tuannya. Budak hanya mempunyai
kewajiban atas dirinya sebagai pekerja yaitu hanya tunduk dan mengikuti peraturan
yang diperintah oleh tuannya. Pada saat itu belum ada peraturan dari pemerintah
bahwa budak menjadi kewajiban bagi pemiliknya.
Namun peraturan tersebut tidak menyinggung tentang nasib budak yang sangat
menyedeihkan. Baru sejak tahun 1825 pengaturan tentang budak dan perdagangan
budak yang mengandung maksud meringankan nasib budak.

2
Guus Heerma van Voss dan Surya Tjandra, Bab-bab Tentang Hukum Perburuhan Indonesia, (Bali:
Pustaka Larasan, 2012), hal. 2-5.
3
Guus Heerma van Voss dan Surya Tjandra, Bab-bab Tentang Hukum Perburuhan Indonesia, (Bali:
Pustaka Larasan, 2012), hal. 2.

4
Persoalan hubungan budak dan tuannya pada saat itu sesungguhnya tidak
terletak baik buruknya perlakuan pemilik budak dengan budak, tetepi lebih kepada
hakikat budak sendiri yaitu mendudukan mereka pada kedudukan yang merdeka
secara yuridis, sosiologis dan ekonomis.4
Selain daripada perbudakan ada yang namanya perhambaan, sesungguhnya
perbudakan dan perhambaan itu tidak jauh berbeda dengan perbudakan tetapi yang
membedakannya adalah perhambaan lebih kepada kegiatan berekonomi dari
transaksi gadai, di mana orang pemberi gadai yang menyerahkan dirinya sendiri
atau orang lain yang ia kuasai, atas pemberian pinjaman kepada seorang penerim
gadai baginya. Penerima gadai berkewajiban memerdekakan kembali budak pada
waktu uang pinjaman dilunasi.5
b. Zaman rodi
Rodi sudah ada sejak zaman Indonesia di Kolonialisasi dulu oleh bangsa asing.
Rodi berawal dari pengerjaan suatu pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan
bersama (gotong royong) sebagai kesatuan oleh para penduduk. Namun pada saat
penjajahan oleh bangsa asing, rodi sendiri berkembang dan memiliki pengertian
yaitu kerja paksa terhadap kaum pekerja/buruh untuk kepentingan para
penguasa/tuannya dengan tidak diberi upah terhadap pekerjanya, dan hal itu di luar
batas perikemanusiaan.
c. Punale sanksi
Punale sanksi ini terjadi karena adanya Agrarische wet pada tahun 1870 yang
timbulnya perusahaan perkebunan di Indonesia pada saat itu, baik swasta maupun
milik negri tetaoi yang pasti adalah perusahaan perkebunan. Implikasinya pada
kebutuhan perusahaan tersebut membutuhkan para pekerja/buruh guna berjalannya
suatu perusahaan. Oleh karena itu untuk menjamin perusahaan tersebut bahwa para
pekerja/buruh tetap dalam melaksanakan pekerjaannya (kewajiban), maka dalam
Algemene Politie Strafreglement (stb. 1872 Nr. III) ditetapkan bahwa buruh yang
tiada alasan untuk meninggalkan atau menerima serta melaksanakan pekerjaannya
dapat dipidana dan denda. Sehingga hakikat dari pada punale sanksi di atas adalah

4
Frederic Bastiat, Hukum Rancangan Klasik untuk Membangun Masyarakat Merdeka, (Jakarta, Freedom
Institute, 2010), hal. 7.
5
Muhammad Azhar, Buku Ajar Hukum Ketenagakerjaan, (Semarang: n.n., 2015), hal, 17.

5
suatu pekerja atau buruh dapat dikenai sebuah sanksi jika menyalahi suatu
perjanjian/kontrak.6
d. Panca Krida
Sejarah hukum ketenagakerjaan di Indonesia ada kaitannya dengan Panca
Krida, yaitu gambaran perbudakan, rodi, dan punale sanksi, semuanya ada
hubungan ketenagakerjaan yang dimulai dari masa kelam lalu yang gulita. Dalam
uraian tersebut ada tahapannya untuk memerjuangkan Hukum Ketenagakerjaan di
Indonesia hal ini diungkapkan oleh Prof. Imam Soepomo dikenal sebagai Panca
Krida Hukum Perburuhan/Ketenagakerjaan, perjuangan yang harus dicapai
menurutnya adalah:
1. Membebaskan manusia Indonesia dari perbudakan dan perhambaan.
2. Membebaskan penduduk Indonesia dari rodi atau kerja paksa.
3. Membebaskan buruh Indonesia dari Punale sanksi.
4. Membebaskan buruh Indonesia dari ketakutan kehilangan pekerjaan secara
semena-mena.
5. Memberikan kedudukan hukum yang seimbang (bukan sama) kepada buruh
dan pengusaha.
Krida ke-1 sampai ke-3 secara yuridis sudah tidak ada sejak 17 Agustus 1945.
Tetapi perlu diketahui bahwa harus dicermati sewaktu saat perbudaakan, rodi/kerja
paksa muncul kembali sebagai perwujudan di era modern. Adapun krida ke-4 yang
sdikaji secara empiris dan sosiologis masih belum dicapai. Namun krida ke-5
merupakanyang memuat suatu cita hukum (ius constituandem) di bidang Hukum
Ketenagakerjaan yang merupakan tujuan terakhir yang hendak dicapai. 7
2. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan Pasca Kemerdekaan
Dilihat dari segi arah yang mendasarinya, ada perbedaan yang mendasar antara
hukum perburuhan sebelum dan sesudah kemerdekaan. Kalau sebelum kemerdekaan
arah hukum perburuhan banyak diwarnai oleh politik hukum pemerintah Hindia-
Belanda, yang pada kenyataannya merupakan pemerintah kolonial, maka setelah

6
Abdul Rochmad Budiono, Hukum Perburuhan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999),
hal. 15.
7
Endah Pujiastuti, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, (Semarang: Semarang University Press, 2008), hal.
5.

6
kemerdekaan arah yang mendasarinya jelas, yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Hal
ini dapat kita lihat dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi, “tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
Di samping itu dalam pasal 33 ditegaskan sebagai berikut:
a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.
b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
c. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pada awal berdirinya negara Republik Indonesia, ketenagakerjaan belum
merupakan masalah yang serius yang harus segera ditangani. Hal ini karena selain
seluruh rakyat masih sibuk dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Setalah mendapat pengakuan kedaulatan oleh pemerintah Belanda lewat Konferensi
Meja Bundar, perhatian rakyat terutama pekerja atau buruh mulai beralih ke masalah
sosial ekonomi. Sehingga tahun 1951, dalam bidang ketenagakerjaan baru
diundangkan satu undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1948 yang
bertitel Undang-Undang Kerja.
Undang-Undang Kerja Nomor 12 Tahun 1948 memuat aturan- aturan dasar
tentang pekerjaan yang boleh dilakukan anak, orang muda, dan wanita, aturan
tentang waktu kerja, waktu istirahat, dan tempat kerja. Undang- Undang ini hanya
berlaku untuk pekerjaan ynag dilakukan pekerja atau buruh dan tidak berlaku untuk
pekerjaan yang dilakukan siswa atau murid magang yang bersifat pendidikan, orang
yang mendorong pekerjaan di perusahaan dan narapidana yang
dipekerjakan.Sebelum tahun 1951, apabila tejadi perselisihan hubungan industrial
maka akan diselesaikan oleh pihak yang berselisih sendiri yaitu pekerja dan dan
pengusaha, campur tangan dari pegawai Kementerian Perburuhan akan dilakukan
apabila dianggap perlu berdasarkanintruksi Menteri Tenaga Kerja (Menteri
Perburuhan saat itu). Untuk mengantisipasi keadaan ketenagakerjaan yang tidak
kondusif tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Penyelesaian Pertikaian
Peburuhan di tingkat| pusat dan daerah. Setelah perturan tersebut di bentuk, keadaan
malah tidak tambah baik karena peraturan| tersebut tidak dapat menyelesaikan

7
kesulitan-kesulitan yang timbul di bidang ketenagakerjaan. Sehingga pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang Darurat Nomor 16 Tahun 1951. Undang-undang
tersebut memberikan atuaran-aturan baru tentang penyelesaian perselisihan
perburuhan dan memberikan tugas kepada pemerintah membentuk Panitia
Penyelesaian Perselisihan Perburuhan di tingkat pusat (P4P) dan tingkat daerah
(P4D).8
3. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan Era Orde Baru
Pada tahun 1969 pemerintah orde baru mengeluarkan Undang-Undang Nomor
14 tahun 1969 tantang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Ketenagakerjaan.
Undang-undang ini mengatur tentang pokok-pokok yang dijadikan kebijakan dalam
mengatur ketenagakerjaan. Berdasarkan undang-undang inidikeluarkan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja untuk mencegah dan
meminimalkan kecelakaan kerja yang selalu menimbulkan kerugian pada pihak
pekerja atau buruh dan mewajibkan pengusaha untuk melakukan hal-hal yang dapat
mencegah terjadinya kecelakaan kerja termasuk memberikan alat-alat keselamatan
kerja secara cumacuma kepada pekerja atau buruh.Untuk lebih memberikan
perlindungan kepada tenaga kerja, tahun 1977 pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Tenaga Kerja (Astek). Dalam
perkembangan lebih lanjut program asuransi tenaga kerja (Astek) diperbaiki dengan
suatu program jaminan social yang lebih baik yang diatur dalam undang-undanng
yaitu Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1993 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek).9
4. Sejarah Hukum Ketenagakerjaan Era Reformasi
Dalam rangka reformasi ketenagakerjaan tersebut, pemerintah bersama DPR
telah mengundangkan beberapa undang-undang yang berkaitan dengan
ketenagakerjaan, yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat
Pekerja / Serikat Buruh, Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

8
Bagus Sarnawa, Hukum Ketenagakerjaan, (bandung: pustaka lab, 2003), hal. 5-6.
9
Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti , 2003),
hal. 4.

8
Ketenagakerjaan,10 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Berkaitan dengan penerbitan Undang Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial tersebut, Aloysius Uwiyono
memberikan kemontar sebagai berikut :Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI).11
Berkaitan dengan penerbitan Undang Undang Nomor 2 tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial tersebut, Aloysius Uwiyono
memberikan komentar sebagai berikut :
a. Undang Undang ini berparadigma konflik karena hanya memberikan kesempatan
kepada pihak-pihak yang ingin memenangkan perkara, sedangkan pihak-pihak
yang ingin menyelesaikan persoalan tidak diberikeleluasaan dalam menggunakan
mekanisme yang ditawarkan oleh UU ini. Hal ini tercermin dari perbedaan
kewenangan pengadilan hubungan industrial dibandingkan dengan kewenangan
arbitrase. Menurut UU ini, pengadilan hubunganindustrial diberi kewenangan
untukmenyelesaikan semua jenis perselisihan hubungan industrial sebagaimana
dimaksudkan oleh UU ini yaitu: perselisihan hak, perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat
pekerja.Sedangkan kewenangan arbitrase terbatas pada perselisihan kepentingan
dan perselisihan antar serikat pekerja. Pihak-pihak yang ingin memenangkan
perkara jalurnya adalah pengadilan, sedangkan pihak-pihak yang ingin
menyelesaikan persoalan bukan ke pengadilan melainkan ke arbitrase sebagai
alternativedispute resolution.
b. Dengan dicabutnya pasal 158 tentang Kesalahan Terberat untuk kasus pemutusan
hubungan kerja sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Nomor 13 tahun
2003 juga akan memperlama proses penyelesaian perselisihan pemutusan
hubungan kerja. Hal ini disebabkan pengadilan hubungan industrial baru dapat
memproses kasus tersebut terutama dengan alasan pencurian, penggelapan atau

10
Muhammad Wildan, “Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Kontrak dalam Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan “, Jurnal Hukum Vol. 12 No.
4, 2017, hal. 833.
11
Abdul Khakim, Dasar-dasar Hukum Ketenagakerjaan, (Bandung: Aditya Bakti, 2009), hal. 74.

9
penganiayaan setelah kasus tersebut mendapatkan keputusan yang mengingat dari
pengadilan pidana.12
Terwujudnya Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia tentu merupakan hasil
dari suatu peradaban dunia belahan Eropa, hal tersebut sangat logis karena sistem
hukum di Indonesia sendiri merupakan pengaruh wujud hasil daripada warisan
Belanda yang spesifiknya berada di Eropa, dengan begitu adanya Hukum
Ketenagakerjaan ini tidak hanya sebagai nama dibawah hukum tetapi memiliki
hakikatnya diantaranya melindungi kaum lemah dan menempatkan kedudukan yang
layak bagi kemanusiaan.

B. Sumber-sumber Hukum Ketenagakerjaan


Sebelum perang dunia II, hukum perburuhan atau yang dikenal dengan istilah social
law di belanda diakui sebagai wilayah khusus dalam studi akademis. Hukum perburuhan
hadir tanpa adanya atau datangnya konsep yang secara luang lingkupnya, ketidakpastian
batasan-batasan serta tumpang-tindihnya materi yang berlangsung sebagai bagian dari
subjek pembelajaran, seperti hukum privat, hukum perusahaan, dan hukum industri.
Namun, para ahli bersepakat bahwa hukum perburuhan terdiri dari sekumpulan aturan
yang mengatur hubungan antara majikan dan pekerja serta antara organisasi di antara
mereka. Pada awalnya, selama beberapa tahun terdapat kecendrungan untuk menerapkan
hukum perburuhan padsa umumnya terdapat pekerja yang bergerak pada civil service.
Hukum Ketenagakerjaan dapat dianalisis dari dua sub divisi, yaitu:
1. Individual labor law, yang secara khusus berpokus pada kontrak kerja, hak dan
kewajiban para pihak, ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja. Dalam
perkembangannya, lahir ketentuan yang berkaitan dengan lingkungan kerja di
perusahaan, seperti jam kerja, keselamatan , dan kesehatan.
2. Collective labor law, yang secara khusus berfokus mengenai ketentuan tentang
serikat pekerja, kesepakatan bersama, perundingan bersama, aksi mogok, dan
partisipasi kelembagaan.13

12
Aloysius Uwiyono, Refleksi Masalah Hukum Perburuhan tahun 2005 dan Tren Hukum Perburuhan
tahun 2006, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2006), hal. 7.
13
Sayid Mohammad Rifqi Noval, Hukum Ketenagakerjaa: Hakikat Cinta Keadilan dalam Sistem
Ketenagakerjaan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2017), hal. 181-191.

10
Sumber hukum dalam arti materil adalah Pancasila, sumber hukum yang dimaksud
di sini dalam arti sumber hukum formil yaitu sumber hukum tertulis seperti Undang-
undang, Peraturan-peraturan, Perjanjian-perjanjian, Putusan Pengadilan,Traktat/Konvensi
dan sumber hukum berikutnya adalah sumber hukum tidak tertulis yaitu kebiasaan/adat.
a. Undang-Undang
Undang-undang ditetapkan oleh pemerintah dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat. Pada masa penjajahan Belanda Undang-undang dibentu di
Nederland oleh Raja bersama-sama dengan parlemen dan disebut Wet. Peraturan
pelaksanaan Wet adalah Algemen Maatregel van Bestur (AmvB).
b. Peraturan-peraturan
Peraturan-peraturan yang dimaksud adalah peraturan-peraturan lainnya yang
kedudukannya lebih rendah daripada umumnya yang merupakan peraturan
pelaksana Undang-undang. Bentuknya bisa peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, Peraturan Menteri, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, dan lain-
lain.
c. Putusan Pengadilan
Di mana dan di masa aturan hukum masih kurang lengkap, putusan
pengadilan tidak hanya memberi bentuk hukum pada kebiasaan, tetapi juga dapat
dinyatakan untuk sebagian besar menentukan, dan menetapkan hukum sendiri.
d. Traktat/konvensi
Perjanjian yang diuat negara satu atau lebih negara disebut
traktat/konvensi.jika traktat hanya diadakan oleh dua negara maka perjanjian
tersebut dinamakan traktat bilateral, sedangkan perjanjian yang dilakukan oleh
lebih dari satu dan dua negara dinamakan multilateral.
e. Kebiasaan/adat
Adat/kebiasaan dijadikan sumber hukum karena ada faktor yang
mempengaruhinya yaitu peraturan perundang-undangan tidak dapat dilaksanakan
secepat perkembangan persoalan ketenagakerjaan yang harus diatur dan

11
peraturan-peraturan yang sudah ada tidak sesuai lagi dengan rasa keadilan
masyarakat.14
Sumber-sumber Hukum Ketenagakerjaan di atas merupakan sumber hukum di mana
yang sampai saat ini masih dijadikan sebuah landasan atas hubungan ketenagakerjaan
antara buruh/pekerja dan pengusaha dengan tujuan agar terciptanya sesuatu yang fair
sehingga sesuatu tercapai dengan apa yang diharapkan baginya.

14
Zaeni Asyhadie dan Rahmawati Kusuma, Hukum Ketenagakerjaan dalam Teori dan Praktik di
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2019), hal. 9-10.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari sub bahasan materi di atas dapat kami simpulkan menjadi beberapa poin
diantaranya pertama, sejarah Hukum Ketenagakerjaan muncul pertama kali di Eropa atas
reaksi Revolusi Industri sejak itu, yang berpengaruh terhadap negara-negara lainnya
termasuk di Indonesia dan di Indonesia sendiri Hukum Ketenagakerjaan berdiri dari
beberapa zaman yaitu pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan, orde baru dan era reformasi.
Kedua, sumber Hukum Ketenagakerjaan dibagi atas dua yaitu secara tertulis dan tidak
tertulis. Sumber hukum tertulis berupa Undang-undang, peraturan-peraturan, putusan
pengadilan, traktat/konvesi, dan sumber hukum tidak tertulis yaitu suatu yang dijadikan
dasar hukum yang berlandaskan dari kebiasan/adat (hukum adat).

13
DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku
Asyhadie, Zaeni dan Rahmawati Kusuma. Hukum Ketenagakerjaan dalam Teori dan
Praktik di Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group, 2019.
Azhar, Muhammad. Buku Ajar Hukum Ketenagakerjaan. Semarang: n.n., 2015.
Bastiat, Frederic. Hukum Rancangan Klasik untuk Membangun Masyarakat Merdeka.
Jakarta: Freedom Institute, 2010.
Heerma van Voss, Guus. dan Surya Tjandra, Bab-bab Tentang Hukum Perburuhan
Indonesia. Bali: Pustaka Larasan, 2012.
Khakim, Abdul. Dasar-dasar Hukum Ketenagakerjaan. Bandung: Aditya Bakti, 2009.
Khakim, Abdu. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003.
Mohammad Rifqi Noval, Sayid. Hukum Ketenagakerjaa: Hakikat Cinta Keadilan dalam
Sistem Ketenagakerjaan. Bandung: PT Refika Aditama, 2017.
Pujiastuti, Endah. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan. Semarang: Semarang University
Press, 2008.
Rochmad Budiono, Abdul. Hukum Perburuhan di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1999.
Sarnawa, Bagus. Hukum Ketenagakerjaan. Bandung: pustaka lab, 2003.
Sarnawa, Bagus. Hukum Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Laboratorium Ilmu Hukum, tt.
Uwiyono, Aloysius. Refleksi Masalah Hukum Perburuhan tahun 2005 dan Tren Hukum
Perburuhan tahun 2006. Jakarta: Universitas Indonesia, 2006.
Jurnal

Wildan, Muhammad. “Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Kontrak dalam Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu Berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan“, Jurnal Hukum Vol. 12 No. 4, 2017.

14

Anda mungkin juga menyukai