Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

ANALISIS YURIDIS HUBUNGAN INDONESIA MALAYSIA DALAM

PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) (STUDI KASUS

MEMORANDUM of UNDERSTANDING (MoU) 2022)

Diajukan oleh:

XXXXXXXXX

00000000000

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2023
DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................7

C. Tujuan Penelitian..............................................................................................7

D. Metode Penelitian.............................................................................................7

E. Tinjauan Pustaka...............................................................................................9

F. Sistematika Penulisan.....................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
1. Latar Belakang Masalah

Sumber Daya Manusia dalam kegiatan pembangunan, manusia merupakan

aktor utamanya. Apakah sumber daya manusia dapat mempercepat kemajuan atau

tidak akan tergantung pada kualitasnya. Ada dua komponen yang membentuk

kualitas sumber daya manusia yaitu komponen fisik dan komponen non fisik,

yang berkaitan dengan kemampuan bekerja, berpikir, dan kemampuan lainnya.

Setiap negara, terutama di negara berkembang, menghadapi masalah

pengangguran. Pertambahan penduduk yang pesat harus diimbangi dengan

banyaknya lapangan pekerjaan baru yang dapat menampung lebih banyak orang

jika ingin mengurangi angka pengangguran. Jumlah penduduk suatu negara yang

besar menjadi beban jika tidak mampu membuka dan menggunakan potensi

sumber daya manusianya.

Indonesia, negara berpenduduk terbesar keempat di dunia, menghadapi

persoalan tersendiri dalam hal ini, khususnya yang berkaitan dengan

kependudukan. Karena jumlah penduduk yang sangat besar dan sumber daya

manusia yang tidak memadai, Indonesia sering mengalami persaingan yang ketat

untuk mendapatkan pekerjaan. Banyaknya orang Indonesia (TKI) yang bekerja di

luar negeri menjadi salah satu dampaknya. Akan ada 8.469 orang di Malaysia

pada akhir tahun 2022, menurut angka yang dikumpulkan oleh Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Sebelum Taiwan, statistik

ini memposisikannya sebagai negara dengan jumlah pekerja migran terbanyak.

Warga negara berhak memilih pekerjaan yang dinikmatinya, menurut UU

No. 39 Tahun 1999, yang menegaskan kembali hak tersebut dalam Pasal 38 ayat 2

bagian hak asasi manusia, sesuai Pasal 27 ayat (2) UUD 1945. Republik Indonesia
yang menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Alhasil, siapa pun bisa bekerja di

mana saja, termasuk di luar negeri. Termasuk penduduk Indonesia.

Menurut Konvensi ILO No. 97 Tahun 1999 tentang Migrasi Tenaga Kerja

Pasal 11 Ayat 1, pekerja migran adalah mereka yang berpindah dari satu negara

ke negara lain dengan tujuan untuk bekerja dan bukan sekadar bepergian. Sejak

tahun 1890-an, ketika pemerintah Hindia Belanda berkuasa, Indonesia telah

memberangkatkan personel ke luar negeri. Negara pengirim migran terbesar

kedua di Asia Tenggara secara historis adalah Indonesia. Sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 2004, Pasal 1 Ayat 1, Tenaga Kerja Indonesia atau TKI

adalah semua warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk melakukan

hubungan kerja dalam jangka waktu tertentu dengan penghasilan di luar negeri.

Referensi ketenagakerjaan didasarkan pada Konvensi Organisasi

Perburuhan Internasional (selanjutnya disebut ILO) dalam Pasal 2 dan 3 No. 97

Tahun 1949 tentang Ketenagakerjaan, yang berbunyi:

(2) Setiap Negara Anggota yang wajib mengikuti Konvensi ini harus
menyediakan atau memastikan bahwa itu akan memberikan layanan yang
memadai dan gratis untuk membantu pekerja migran, terutama dalam hal
memberikan informasi yang akurat dan benar kepada mereka.
(3)a. Setiap negara anggota yang terikat oleh perjanjian ini harus, sejauh diizinkan
oleh undang-undang dan aturannya sendiri, mengambil langkah apa pun yang
dianggap perlu untuk menghentikan propaganda palsu tentang emigrasi dan
imigrasi.
b. Untuk melakukan ini, negara-negara anggota siap bekerja sama dengan negara-
negara lain yang berminat jika diperlukan.
Tidak ada cukup rencana untuk pekerja migran karena Indonesia dan

Malaysia belum sepenuhnya menyetujui konvensi tersebut. mulai dari perbedaan

jenis pekerjaan, tempat dilakukannya, dan pelatihan yang diberikan. Dalam


Konvensi ILO No. 143 Tahun 1975 tentang Pekerja Migran, ILO menegaskan

kembali aturan bahwa negara-negara anggota harus mengambil langkah-langkah

yang tepat, baik di dalam wilayahnya sendiri maupun bekerja sama dengan

anggota lainnya.

Rosihan Anwar berpendapat bahwa orang Malaysia menyebut pekerja

migran Indonesia sebagai "Indon", yang merupakan bahasa gaul untuk orang yang

bodoh, buruk dalam pekerjaannya, dan cenderung melakukan kejahatan.1 Sejauh

ini, pekerja migran telah mengajukan banyak keluhan kepada pihak berwenang

Indonesia tentang dipulangkan, ditipu di tempat kerja, menolak untuk pergi, tidak

dibayar, dan meninggal. seperti yang terlihat oleh Suyantik, TKI asal Sumatera

Utara. Suyantik ditemukan tak sadarkan diri di selokan pada Desember 2016,

dengan luka di sekujur tubuh dan memar di mata. Dan apa yang terjadi dengan

Adelina? Dia ditemukan tewas di depan rumah majikannya di Penang dengan

luka-luka yang kemungkinan besar disebabkan oleh penyiksaan oleh majikannya.

Selain dua kasus tersebut, buruh migran lainnya juga mengalami hal yang

sama. Orang Malaysia mengatakan bahwa TKI adalah orang yang dijadikan

budak, pelacur, idiot, dan pekerjaan tidak menyenangkan lainnya. Akibatnya,

buruh TKI menghadapi banyak masalah. Untuk bisa bekerja di luar negeri, ada

tiga kendala yang harus diatasi. Pertama, ketika pencari kerja tidak memiliki

cukup informasi yang dapat dipercaya tentang migrasi internasional yang berisiko

dan aman, mereka cenderung ditipu oleh perekrut tenaga kerja. Kedua, dalam

beberapa kasus, pekerja telah membayar prosedur tersebut tetapi belum menerima

pelatihan yang mereka butuhkan. Karena itu, kurangnya pengetahuan tentang jenis
1
Rosihan Anwar, 2010, Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Jilid 4, Jakarta,
Kompas, hlm. 12.
pekerjaan, rincian kontrak, dan persyaratan hukum di negara tujuan. Ketiga, tidak

cukup fokus untuk mengawasi pekerja asing. sehingga upah yang didapat tidak

sesuai dengan resiko kondisi berbahaya.2

Pemerintah Indonesia selalu berusaha memberikan perlindungan yang

terbaik. Dimulai dengan beberapa perjanjian tentang TKI dalam undang-undang

nasional dan juga beberapa perjanjian internasional yang dibuat dengan

pemerintah Malaysia. Namun upaya tersebut belum cukup, karena masih ada

buruh migran yang dilecehkan atau dicabut haknya.

Menjamin hak-hak pekerja migran saat ini dengan mengurangi jumlah

tuntutan hukum yang melibatkan mereka. Pada April 2022, pemerintah Indonesia

dan Malaysia menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang mempekerjakan

dan melindungi pekerja rumah tangga di Malaysia. MoU mencakup perekrutan

dan perlindungan pekerja rumah tangga. Sesuai dengan Sistem Satu Saluran yang

ditetapkan pemerintah Indonesia, pekerja migran asal Indonesia yang akan bekerja

di sektor domestik harus memenuhi persyaratan yang dituangkan dalam nota

kesepahaman (MoU). Sistem ini dapat melacak pekerja migran Indonesia di

Malaysia upah, tempat kerja, dan kesehatan.3 Mekanisme yang disepakati para

pihak untuk pelaksanaan PMID di Malaysia disebut dalam MoU sebagai "One

Channel System (OCS)" yang merupakan sistem terintegrasi.

2
International Labour Organization (ILO), Indonesia: Pekerjaan Layak Untuk Pekerja
Kerja Migran Indonesia, hlm. 3. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-
bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_366944.pdf (Diakses 20 Januari 2023 pukul
20.18 WIB)
3
Sutresno Wahyudi, 2022, RI dan Malaysia Bersepakat, Ada Kabar Baik untuk Pekerja
Migran Indonesia. https://www.jpnn.com/news/ri-dan-malaysia-bersepakat-ada-kabar-baik-untuk-
pekerja-migran-indonesia?page=2 (Diakses 18 Januari 2023 pukul 19.45 WIB)
Melalui program ini, warga Indonesia yang bercita-cita menjadi buruh

migran dapat melakukannya tanpa dipungut biaya. Untuk memastikan bahwa

pekerja migran di Malaysia diperlakukan secara adil, kompensasi diatur terlebih

dahulu dalam kontrak kerja. Setelah ditandatangani, masa berlaku MOU ini

adalah lima tahun. Oleh karena itu, terlepas dari prosedur OCS ini, TKI yang

masuk ke Malaysia dianggap sebagai TKI ilegal. Melalui proses ini, pemerintah

Indonesia menentukan apakah negara tersebut layak atau tidak untuk TKI.

Sebelum keberangkatan, ada pelatihan dan kesepakatan gaji. Jika timbul keadaan

negatif, TKI dapat mencari keadilan melalui perjanjian kontrak kerja.

Namun, pada Juli 2022, KBRI mendesak Pemerintah Pusat untuk

sementara waktu menghentikan pengiriman personel Indonesia ke Malaysia

kecuali Malaysia berkomitmen untuk menggunakan Sistem Satu Kanal. 4

Meskipun Job Orders yang disetujui sebelum penutupan tidak akan terpengaruh,

penutupan ini memengaruhi Job Orders yang disetujui setelah penghentian.5 Duta

Besar RI untuk Malaysia, Hermono, menemukan bukti bahwa Malaysia telah

melanggar ketentuan kontrak dengan memberlakukan System Maid Online (SMO)

yang dikendalikan oleh pemerintah Malaysia sehingga pemerintah Indonesia tidak

dapat menentukan siapa majikannya. Status ini membuat TKI rentan terhadap

eksploitasi oleh majikannya dan upah yang harus mereka terima.

4
Fika Nurul Ulya, 2022, Kemenaker: Pengiriman TKI ke Malaysia Disetop Hingga Ada
Klarifikasi dan Penutupan SMO, Kompas.com.
https://nasional.kompas.com/read/2022/07/15/10333491/kemenaker-pengiriman-tki-ke-malaysia-
disetop-hingga-ada-klarifikasi-dan (Diakses 22 Januari 2023 pukul 15.56 WIB)
5
Pemerintah Tutup Sementara Penempatan Pmi Untuk Malaysia “Job Order Lama Tetap
Diproses Dan Diberangkatkan”, Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Nusa Tenggara
Barat. https://disnakertrans.ntbprov.go.id/pemerintah-tutup-sementara-penempatan-pmi-untuk-
malaysia-job-order-lama-tetap-diproses-dan-diberangkatkan/ (Diakses 18 Januari 2023 pukul
16.13 WIB)
Hal ini dibuktikan dengan adanya tiga orang imigran Indonesia yang

melakukan protes kepada KBRI bahwa mereka diharuskan membayar sejumlah

uang yang cukup besar untuk dapat bekerja di Malaysia sebagai buruh migran.

Sebagai bagian dari aplikasi mereka ke pemerintah Malaysia, ketiga pelamar

tersebut harus menjalani prosedur penempatan SMO. Visa turis yang digunakan

untuk masuk ke Malaysia oleh pekerja migran diubah menjadi visa kerja melalui

sistem SMO setelah mereka bertunangan. Buruh migran ini tidak memiliki

pelatihan resmi, tidak memahami persyaratan tenaga kerja, tidak mengetahui upah

mereka, dan tidak memiliki akses ke fasilitas, hak, atau perlindungan. Banyak TKI

mengalami berbagai pelanggaran HAM di tangan SMO, antara lain tidak

menerima gaji, disiksa, dikurung di kandang anjing sampai sakit kemudian

ditelantarkan, dll. pengadilan karena mereka bekerja tanpa kontrak dan berisiko

dituntut karena memasuki negara tanpa visa.

Menyadari bahwa pentingnya untuk mengikuti prosedur penempatan yang

telah disepakati agar terjamin perlindungannya, maka dari itu penulis tertarik

untuk meneliti lebih lanjut berkaitan penempatan TKI di Malaysia dan

ketidaksesuaian kesepahaman yang telah disepakat kemudian dituangkan dalam

bentuk karya ilmiah dengan judul “ANALISIS YURIDIS HUBUNGAN

INDONESIA MALAYSIA DALAM PENEMPATAN TENAGA KERJA

INDONESIA (TKI) (STUDI KASUS MEMORANDUM of

UNDERSTANDING (MoU) 2022)”


2. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka didapatkan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk kerja sama Indonesia dan Malaysia dalam

penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ditinjau dari

Memorandum of Understanding (MoU) 2022?

2. Bagaimanakah kendala yang dihadapi dalam kerja sama indoesia

dan Malaysia dalam penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis bentuk kerja sama Indonesia dan Malaysia

dalam penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia

ditinjau dari Memorandum of Understanding (MoU) 2022

2. Untuk menganalisis kendala yang dihadapi dalam kerja sama

Indonesia dan Malaysia dalam penempatan Tenaga Kerja Indonesia

(TKI)

4. Metode Penelitian

5. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian hukum

normatif. Hukum normatif adalah studi hukum kepustakaan yang dilakukan

melalui studi bahan pustaka atau data sekunder. Penelitian hukum normatif
dilakukan dengan penelitian tentang asas dan doktrin hukum, dan penelitian

hukum dalam hukum kolaboratif dan komparatif.6

6. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang

diperoleh berupa dokumen atau buku berkaitan yang dengan materi bahasan. Data

sekunder meliputi:

a) Bahan Hukum Primer

1) Pasal 27 UUD 1945

2) Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

3) Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

4) Undang- Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri

5) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-150/MEN-1999 Tentang

Penyelenggara Program Jaminan Sosial

6) Konvensi International Labour Organization (ILO) No. 97 Tahun 1949

Tentang Migrasi Tenaga Kerja (Edisi Revisi)

7) Konvensi International Labour Organization (ILO) No. 143 Tahun

1975 Tentang Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan)

8) MoU Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Malaysia

Tentang Penempatan Dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

Sektor Domestik Di Malaysia 2022

b) Bahan Hukum Sekunder

6
Suratman, Philips Dillah, 2014, Metode Peneltian Hukum, Bandung, ALfaebeta, hlm. 54
Bahan hukum sekunder bersumber dari buku-buku penelitian dan karya

ilmiah, karya ilmiah itu di antaranya berkaitan dengan penelitian dan literatur

lainnya.7

c) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier diperoleh berdasarkan bahan – bahan yang mengenai

bahan aturan sekunder, yang meliputi kamus Bahasa Indonesia dan aturan kamus.8

7. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian ini, penulis

memperoleh data melalui penelitian dokumen, yaitu teknik pengumpulan data

dengan cara meneliti dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti.9

8. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara kualitatif.

Dengan dasar pengetahuan umum, dan meneliti dengan menghubungkan

permasalahan yang ditemukan.10

9. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Tenaga Kerja Indonesia

a) Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

Sebagaimana tercantum dalam Pasal 11 ayat 1 Konvensi ILO No. 97

Tahun 1999 tentang Migrasi Tenaga Kerja, ILO mendefinisikan pekerja migran

7
Zunaidin Ali, 2013, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 106
8
Suratman, op. cit, hlm. 67
9
Ibid, hlm. 86
10
Bambang Sunggono, 2013, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rajawali Persada, hlm.
34
sebagai individu yang bermigrasi dari satu negara ke negara lain dengan tujuan

untuk bekerja, bukan sekedar berwisata. Oleh karena itu, pengertian “tenaga

kerja” dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2002 menyempurnakan

pengertian “tenaga kerja” dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Ketenagakerjaan, yang mendefinisikan “tenaga kerja”

adalah “setiap orang yang mampu menghasilkan barang atau jasa”. untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat tetapi tidak dalam hubungan kerja. Ditegaskan

kembali dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri,

mendefinisikan TKI sebagai “setiap warga negara Indonesia yang memenuhi

syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja selama waktu tertentu

selama menerima kompensasi." Dapat dikatakan bahwa TKI adalah orang-orang

yang mampu menghasilkan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari dengan bekerja di negara yang bukan negaranya. Namun, sebagaimana

tertuang dalam perjanjian MoU terbaru, TKI adalah warga negara Indonesia yang

dipekerjakan untuk bekerja dalam waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja.

Pandangan ini berbeda secara substansial dari orang lain. Apabila waktu kerja

yang harus diterima tidak ditentukan atau dijelaskan sebelumnya, maka jangka

waktu tersebut sekarang diatur oleh MOU.

b) Kategori Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor Kep-150/MEN/1999

mengatur berbagai macam pekerja menurut jam kerjanya, antara lain:


1) Buruh harian lepas yang majikannya menginginkan mereka melakukan

tugas yang berbeda pada waktu yang berbeda dapat terus bekerja jika

mereka dibayar berdasarkan kehadiran harian.

2) Pekerja yang mendapat upah berdasarkan kesepakatan dalam hubungan

kerja untuk waktu tertentu dan penyelesaian pekerjaan adalah orang

perseorangan yang bekerja pada pemberi kerja untuk melakukan tugas

tertentu dengan imbalan upah tertentu.

3) Pekerja kontrak adalah personel yang dipekerjakan oleh perusahaan

untuk melaksanakan kegiatan tertentu dan diberi kompensasi sesuai

dengan kuantitas atau unit kerja yang diselesaikan.

c) Persyaratan TKI

Sebagai penduduk Indonesia yang memenuhi persyaratan pencari kerja

dan ingin bekerja di luar negeri, mereka wajib mendaftar ke instansi pemerintah

kabupaten atau kota yang bertanggung jawab atas pasar tenaga kerja. Untuk

berfungsi sebagai TKI, beberapa syarat harus dipenuhi, antara lain sebagai

berikut:

1) Berusia minimal delapan belas tahun, tidak termasuk calon TKI yang
bekerja secara mandiri dan harus berusia minimal dua puluh satu tahun;
2) Berbadan sehat jasmani dan rohani;
3) Tidak hamil bagi calon karyawan wanita;
4) Tidak memiliki catatan kriminal.
5) Persyaratan pendidikan minimal berijazah SMP atau sederajat.
Pasal 51 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 menyatakan bahwa TKI

yang dipasok ke luar negeri harus dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut:

1) KTP, gelar terakhir, akte kelahiran, dll.


2) Fotokopi buku nikah harus dilampirkan fotokopi akta nikah.
3) Surat permintaan persetujuan pasangan, izin orang tua, atau surat kuasa
wali.
4) Sertifikat kompetensi kerja.
5) Surat keterangan sehat dari dokter yang dalam berbadan sehat, berdasarkan
hasil evaluasi medis dan psikologis.
6) Paspor yang diberikan oleh organisasi imigrasi daerah.
7) Visa kerja.
8) Perjanjian penempatan TKI.
9) Perjanjian kerja dan Surat Keterangan Kerja Luar Negeri (KTKLN)KTP,
Ijazah terakhir, akte kelahiran atau surat keterangan lahir.

d) Penempatan TKI

Menurut Pasal 27 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang

penempatan TKI ke luar negeri, hal itu diperbolehkan asalkan negara tujuan

memiliki perjanjian, aturan, dan peraturan yang melindungi tenaga kerja asing.

Berikut contoh upaya penempatan TKI di luar negeri:

1) Jika perintah rujukan mengizinkan;


2) Rekrutmen dan seleksi;
3) Pendidikan dan pelatihan kerja;
4) Pemeriksaan medis dan psikologis;
5) Pengelolaan dokumen;
6) Evaluasi kompetensi;
7) Perlengkapan pemberangkatan; dan
8) Keberangkatan.
Pemerintah harus melindungi calon pekerja migran sesuai dengan undang-

undang, peraturan, dan perjanjian penempatan yang berlaku. Perlindungan ini

mencakup tahap prapenempatan, periode penempatan, dan pelaksanaan

penempatan.

e) Penanggung Jawab Dalam Pengurusan Penempatan TKI

Pihak-pihak yang terlibat dalam penempatan dan perlindungan TKI

menurut nota kesepahaman antara pemerintah Republik Indonesia dan Malaysia

adalah sebagai berikut:

1) Pekerja migran domestik Indonesia adalah warga negara Republik

Indonesia yang terikat kontrak untuk bekerja di rumah di Malaysia untuk

jangka waktu tertentu dan untuk jenis pekerjaan tertentu.


2) Pemberi Kerja adalah setiap individu yang telah diberi wewenang oleh

otoritas Malaysia untuk mempekerjakan pemegang PMID dari Republik

Indonesia.

3) Kedutaan Besar Republik Indonesia dan Konsulat Jenderal Republik

Indonesia merupakan perwakilan Republik Indonesia di Malaysia.

4) Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal Malaysia berfungsi sebagai

perwakilan resmi negara di Republik Indonesia.

5) Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia adalah perusahaan yang

memiliki izin resmi dari pemerintah Republik Indonesia untuk

menempatkan PMID.

6) Agen Perekrutan Malaysia adalah agen perekrutan swasta yang memiliki

lisensi berdasarkan Undang-Undang Agen Tenaga Kerja Swasta tahun

1981 dan diizinkan oleh pemerintah Malaysia untuk merekrut pekerja

sektor domestik dari Indonesia.

2. Tinjauan tentang Memorandum of Understanding (MoU)

a) Tinjauan Sekilas Mengenai Memorandum of Understanding (MoU)

MoU merupakan singkatan dari Memorandum of Understanding yang

berarti “nota kesepahaman” dalam KBBI. Munir Fuady mencatat bahwa MoU ini

merupakan “kesepakatan awal” dalam arti akan ditindaklanjuti dan dijadikan

dasar untuk kesepakatan lain yang mengaturnya secara detail, karena MoU hanya
membahas isu-isu yang paling penting. Bagian-bagian sebelumnya dari Nota

Kesepahaman dapat dibandingkan dengan kesepakatan lainnya.11

Unsur-unsur yang termasuk, menurut definisi Munir Fuady, tercapai (1).

Sebagai pemahaman pertama (2). termasuk poin utama dan (3). Ini adalah

persyaratan kontrak. Menurut Salim dkk, MoU adalah “nota kesepahaman” yang

dibentuk antara satu subjek hukum dengan subjek hukum lainnya, baik di dalam

suatu negara maupun lintas negara, untuk bekerjasama dalam berbagai aspek

kehidupan dan dalam jangka waktu tertentu.12

Inti dari MOU tersebut adalah kolaborasi di berbagai sektor seperti

kehidupan, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan keahlian, antara lain. Namun

demikian, nota kesepahaman tidak serta merta dibuat untuk masa depan, juga

tidak selalu diikuti dengan perjanjian kontrak. Pasal 1313 KUH Perdata

mendefinisikan nota kesepahaman sebagai "suatu perbuatan dengan mana dua

pihak atau lebih mengikatkan diri pada dua pihak atau lebih.".13

Kekuatan hukum Nota Kesepahaman sebanding dengan perjanjian.

Namun, isi perjanjian tersebut mencakup perjanjian pendahuluan dengan batasan

waktu sehingga dapat dilanjutkan dengan perjanjian formal. MOU tidak mungkin

tidak memiliki kekuatan yang mengikat dan koersif untuk memaksa para pihak

untuk mematuhi atau melaksanakan ketentuan-ketentuannya. Dengan kata lain,

kekuatan hukum nota kesepahaman adalah kekuatan “soft law”, yang berarti

bahwa peraturan perundang-undangan ada tetapi tidak mengikat para pihak, dan

11
Munir Fuady, 2002, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku ke-4, Bandung,
Citra Aditya Bakti, hlm. 90.
12
Salim dkk, 2017, Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MoU),
Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 47.
13
Soimin Soedharya, 2012, Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Cet- 11, Jakarta,
Sinar Grafika, hlm. 328
tidak ada hukuman jika tidak melaksanakan kesepakatan yang telah disepakati.

atas tindakan atau jika Anda melanggar tindakan yang telah disepakati.

Kekuatan Nota Kesepahaman, menurut Munir Fuady, berasal dari dua

sudut pandang, yaitu gentlemen agreement dan agreement is agreement. Pertama,

MoU adalah gentleman agreement, artinya kekuatan mengikat suatu MoU tidak

sama dengan perjanjian biasa; meskipun MoU dibuat dalam bentuk akta notaris,

MoU hanya mengikat secara moral, dan pihak yang wanprestasi tidak dapat

digugat di pengadilan. Kedua, agreement is agreement apapun bentuknya, baik

lisan maupun tulisan, pendek atau panjang, lengkap atau rinci; hanya isu-isu kunci

yang diatur, dan itu tetap menjadi kesepakatan karena memiliki kekuatan

mengikat yang sama.14 Nota kesepahaman tertulis dan yang ditandatangani oleh

notaris sama-sama memiliki kekuatan hukum yang ringan, namun tidak

menghalangi MoU untuk dapat diterima sebagai alat bukti di pengadilan.

Intinya, setiap nota kesepahaman disusun oleh pihak-pihak yang memiliki

tujuan dan filosofi yang sama. Menurut Munir Fuady, tujuan MoU adalah sebagai

berikut:15

1) Untuk mencegah sulitnya pembatalan perjanjian, karena perjanjian

tersebut belum memiliki ikatan perjanjian dengan perjanjian selanjutnya,

pembatalannya sederhana.

2) Karena persyaratan untuk percakapan yang kuat dan matang,

penandatanganan kontrak setelah kesepakatan memakan waktu lama, sehingga

MOU dibuat terlebih dahulu.

14
Salim dkk, op. cit, hlm. 55.
15
Ibid, hlm. 52
3) Akibat sikap skeptis para pihak, diperlukan waktu untuk

merumuskan perjanjian yang berkekuatan hukum untuk kelanjutan kemitraan.

4) Syarat-syarat nota kesepahaman harus ditetapkan terlebih dahulu

dengan para pihak yang akan dipertemukan untuk menetapkan maksud dan tujuan

bersama.

Nota kesepahaman merupakan landasan untuk membangun perjanjian

kerjasama di bidang tertentu dimana para pihak melaksanakan tanggung jawab

atau kewajibannya sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, oleh karena itu

mengikatkan diri terlebih dahulu.

10. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


BAB I Pendahuluan
Merupakan uraian tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah penelitian, tujuan dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II Tinjauan Pustaka
Menyajikan tentang teori- teori yang digunakan dalam penelitian
ini yang meliputi pengertian TKI, kategori TKI, persyaratan TKI,
penempatan TKI, penanggung jawab dalam penempatan TKI
hingga sekilas mengenai MoU.
BAB III Pembahasan
Terdiri dari deskripsi objek penelitian, analisis data, dan
pembahasan masalah penelitian.
BAB IV Penutup
Terdiri dari kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dan
saran- saran bagi pihak- pihak terkait dalam penempatan TKI.
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU- BUKU

Afifah Kusumadara, 2013, Kontrak Bisnis Internasional: Elemen- Elemen


Penting Dalam Penyusunannya, Jakarta, Sinar Grafika.

Aroma Elmina Martha, 2013, Proses Pembentukan Hukum Kekerasan


Terhadap Perempuan di Indonesia dan Malaysia, Yogyakarta, Aswaja
Pressindo.

Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, 2020, Buku Panduan Negara


Tujuan Malaysia, IOM Indonesia.

Bambang Sutiyoso, 2019, Hukum Kontrak: Interprestasi Dan Penyelesaian


Sengketa Di Indonesia, Yokyakarta, UII Press.

Devi Rahayu Dkk, 2021, Perlindungan Hak Pekerja Migran Indonesia Pada
Masa Pandemi: Berbasis Kebutuhan, Surabaya, Scopindo Media
Pustaka.

Hijrah Lahaling, 2021, Pemenuhan Hak- Hak Anak Pekerja Migran Indonesia
Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, Yogyakarta, Deepublish.

Migrant Care Outlook, 2020, Proyeksi Isu Pekerja Migran Indonesia Dalam
Analisis Berbasis Data, Jakarta.

Migrant Care. Mita Noveria Dkk, 2020, Perlindungan Pekerja Migran


Indonesia: Kesepakatan Dan Implementasinya, Jakarta, Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.

Munir Fuady, 2002, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku ke-4,
Bandung, Citra Aditya Bakti.

Natsir Asnawi, 2017, Aspek Hukum Janji Prakontrak: Telaah Dalam


Kerangka Pembaruan Hukum Kontrak Di Indonesia, Yogyakarta, UII
Press.
Rosihan Anwar, 2010, Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Jilid 4,
Jakarta, Kompas.

Ridwan Khairandy, 2017, Iktikad Baik Dalam Kontrak Di Berbagai Sistem


Hukum, Yogyakarta, FH UII Press.

Salim dkk, 2017, Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding


(MoU), Jakarta, Sinar Grafika.

Sellyana Juwita, 2014, Implementasi Porgram ILO di Indonesia Dalam


Membantu Perlindungan Terhadap Calon Pekerj Migran Indonesia
ke Malaysia Dari Kerja Paksa Dan Perdagangan Manusia, Jakarta.
Soimin Soedharya, 2012, Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, cet- 11,
Jakarta, Sinar Grafika.

Suratman, Philips Dillah, 2014, Metode Penelitian Hukum, Bandung, Alfaebeta.

Tita Naovalita, 2006, Perlindungan Sosial Buruh Migran Perempuan, Jakarta.

Zunaidin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika.

B. PERATURAN PERUNDAN- UNDANGAN DAN PERJANJIAN


INTERNASIONAL

Pasal 27 Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia.

Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Ketenagakerjaan.

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan


Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Diluar Negeri.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-150/MEN-1999 Tentang


Penyelenggara Program Jaminan Sosial.

Konvensi International Labour Organization (ILO) No. 97 Tahun 1949 Tentang


Migrasi Tenaga Kerja (Edisi Revisi)

Konvensi International Labour Organization (ILO) No. 143 Tahun 1975 Tentang
Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan)

Memorandum Saling Pengertian Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan


Pemerintah Malaysia Tentang Penempatan Dan Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia Sektor Domestik Di Malaysia 2022

C. SUMBER LAIN

Data Pekerja Migran Indonesia Periode Desember 2022, BP2MI (Badan


Perlindungan Pekerja Migran Indonesia).
https://www.bp2mi.go.id/uploads/statistik/images/data_16-01-
2023_Laporan_Publikasi_Bulan_Desember_2022.pdf (Diakses 5 Februari
2023 pukul 10.59 WIB)

Fika Nurul Ulya, 2022, Kemenaker: Pengiriman TKI ke Malaysia Disetop


Hingga Ada Klarifikasi dan Penutupan SMO, Kompas.com.
https://nasional.kompas.com/read/2022/07/15/10333491/kemenaker-
pengiriman-tki-ke-malaysia-disetop-hingga-ada-klarifikasi-dan (Diakses
22 Januari 2023 pukul 15.56 WIB)
Gede Dendi Teguh Wahyudi Dkk, 2019, Perlindungan Hukum Tenaga Kerja
Indonesia Ditinjau dari Perspektif Hukum Internasional (Studi Kasus
Penganiayaan Adelina TKW Asal NTT Di Malaysia), E- Journal
Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu
Hukum, Vol. 2 No. 1.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jatayu/article/view/28772/16248
(Diakses 22 Januari 2023 pukul 19.03 WIB)

International Labour Organization, Indonesia: Pekerjaan Layak Untuk Pekerja


Kerja Migran Indonesia. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---
asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_366944.pdf
(Diakses 20 Januari 2023 pukul 20.18 WIB)

Iqbal Fadil, 2022, KemLu RI Kecewa Mahkamah Malaysia Bebaskan


Majikan Adelina, TKI yang Tewas Disiksa, Merdeka.com.
https://www.merdeka.com/peristiwa/kemlu-ri-kecewa-mahkamah-
malaysia-bebaskan-majikan-adelina-tki-yang-tewas-disiksa.html (Diakses
22 Januari 2023 pukul 12.34 WIB)

Ni Putu Rai Yuliartini dan Dewa Gede Sudika Mangku, 2020, Peran Dinas
Tenaga Kerja Transmigrasi Kabupaten Buleleng Dalam Penempatan dan
Pemberian Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri,
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Hukum Dan Kewarganegaraan, Vol. 8
No. 2. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP (Diakses 18 Januari
2023 pukul 18.44 WIB)

Pemerintah Tutup Sementara Penempatan Pmi Untuk Malaysia “Job Order Lama
Tetap Diproses Dan Diberangkatkan”, Dinas Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat.
https://disnakertrans.ntbprov.go.id/pemerintah-tutup-sementara-
penempatan-pmi-untuk-malaysia-job-order-lama-tetap-diproses-dan-
diberangkatkan/ (Diakses 18 Januari 2023 pukul 16.13 WIB)

Sutresno Wahyudi, 2022, RI dan Malaysia Bersepakat, Ada Kabar Baik untuk
Pekerja Migran Indonesia. https://www.jpnn.com/news/ri-dan-malaysia-
bersepakat-ada-kabar-baik-untuk-pekerja-migran-indonesia?page=2
(Diakses 18 Januari 2023 pukul 19.45 WIB)

Anda mungkin juga menyukai