Anda di halaman 1dari 116

ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP

PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN


MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI)

Oleh :

Ririn Setiorini

NIM : 205081000195

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU
SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2009
ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI)

Oleh :

Ririn Setiorini

NIM : 205081000195

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU
SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2009

i
ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Ririn Setiorini
205081000195

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof, Dr. Ahmad Rodoni, MM Indo Yama Nasarudin, SE, MAB


NIP. 196 902 032 001 121 003 NIP. 197 411 272 001 121 002

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009

ii
iii
ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Ririn Setiorini
205081000195

Tim Penguji Ujian Skripsi

Penguji I Penguji II

Prof, Dr. Ahmad Rodoni, MM Indo Yama Nasarudin, SE, MAB


NIP. 196 902 032 001 121 003 NIP. 197 411 272 001 121 002

Penguji Ahli

H.M. Arief Mufraini, Lc, M.Si.


NIP. 19770122 200312 1 002

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009

ii
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, tanggal 17 November tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Ririn Setiorini, NIM : 205081000195 dengan judul
skripsi “ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”. Memperlihatkan
kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi
ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 November 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Indo Yama Nasarudin, SE, MAB H.M. Arief Mufraini, Lc, M.Si.
Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM


Penguji Ahli

i
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ririn Setiorini

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 14 Oktober 1986

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Single

Alamat : Jl. Jalak II Rt.003 / 05 No. 52

Kampung Sawah – Ciputat 15413

Phone : +62-21 7426988

Mobile phone : +62-21 98847593 / 081311006417

Email : rien.setiyo@gmail.com

FORMAL EDUCATION

1992- 1998 SD Negeri 02 Kampung Sawah

1998- 2001 SLTP Negeri 1 Pamulang

2001- 2004 SMK Negeri 30 Jakarta

2005 – 2009 Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta
Jurusan Manajemen

v
vi
ABSTRAK

The purpose of this research is to analyze how working capital (sales growth
ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio,
receivable turnover ratio) can give the influence the profitability (Return on total
assets ratio) in manufacture company which is listed in the Indonesia Stock
Exchange.

Object of this research consist 31 manufacture company which is listed in the


Indonesia Stock Exchange. Data of financial statement is using 4 years financial
statement, from 2004 until year 2007.

Analysis method which has been used for this research is multi regression
analysis method. The result of this research is showed that sales growth ratio,
financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio, and
receivable turnover ratio give influence which is significant to return on total
assets ratio.

Key word :
Working capital, profitability, T- test, F- test.

vi

vii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengarua modal kerja (sales growth
ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio,
receivable turnover ratio) memberikan pengaruh terhadap profitabilitas (ROA)
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Objek studi penelitian ini adalah 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di


Bursa Efek Indonesia. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan
keuangan perusahaan selama 4 tahun, dari tahun 2004 - 2007.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis regresi
berganda. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa sales growth ratio, financial
debt ratio, fixed financial assets ratio, inventory turnover ratio,dan receivable
turnover ratio memberikan hasil yang signifikan terhadap return on total assets
ratio (ROA).

Kata kunci :
Modal Kerja, Profitabilitas, uji-T, uji-F.

vii

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb. Alhamdulilahi Rabbil’ Alamin, segala puji


hanya bagi Allah SWT pemilik segala sesuatu yang ada dibumi dan langit. Atas
berkat rahmat dan ridha-Nya, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah
untuk Nabi Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh Ujian
Program Strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan
skripsi ini.
Dengan segenap kerendahan hati, melalui kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua ku tercinta yang telah memberikan dukungan bathin dan
materil sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Sayang kalian
selaluuuu...
2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Pembantu Dekan I (Pudek I) Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan dan
bimbingan dengan kesabaran dan ketabahanya. Terima kasih atas semua
arahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya
skripsi ini.

vii

ix
4. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB, selaku Kepala Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan dan
bimbingan dengan kesabaran dan ketabahanya. Terima kasih atas semua
arahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya
skripsi ini.
5. Keluargaku tersayang mas An, mama Ucon, No, mb Tutu terimakasih atas
dukungan dan kepercayaan semuanya selama ini.. Alim sm Ucon yang sering
ngrecokin rin, makasih yak de.. jadi semangat loh..
6. Sahabat-sahabat seperjuangan, Nove, Uni, Lisa, Retno, Kepri Family, senang
bisa mengenal kalian, seakan semuanya begitu sempurna dan tak terganti..
Jangan berganti yak kawan.Tetap seperti ini yooo.. Makasiih yaa,, Tetep
bersemangat yoo..!!
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan
ilmunya selama masa perkuliahan.
8. Seluruh staf akademik Fakultas Ekonomi dan Ilmu Soaial, terima kasih atas
keramahan dan pelayanannya yang luar biasa. Terima kasih.
9. Terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, bang ijojs, yang dengan sabar
nyembuhin komputerku, bang dk yg selalu memberi support, tenang dan
damai disana ya bang.. Cipscips yg gak bosen ngasih support, dan seluruh
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh
mahasiswa, khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca skripsi ini pada
umumnya. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, Desember 2009

Ririn Setiorini

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM............................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI..................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI....................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF...................................iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................v

ABSTRACT................................................................................................................vi

ABSTRAK.................................................................................................................vii

KATA PENGANTAR...............................................................................................viii

DAFTAR ISI.............................................................................................................x

DAFTAR TABEL......................................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................1

B. Perumusan Masalah.........................................................................10

C. Tujuan Penelitian............................................................................10

D. Manfaat Penelitian...........................................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................12

A. Modal Kerja....................................................................................12

1. Pengertian Modal Kerja..............................................................12

2. Jenis-jenis Modal Kerja...............................................................15

xi
3. Penentuan Besarnya Modal Kerja...............................................18

4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja........................................20

B. Profitabilitas....................................................................................26

1. Gross Profit Margin.....................................................................26

2. Net Profit Margin........................................................................26

3. Return On Investment.................................................................27

4. Return On Equity........................................................................28

C. Kerangka Pemikiran........................................................................29

D. Hipotesis..........................................................................................30

E. Penelitian Sebelumnya...................................................................30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................34

A. Ruang Lingkup penelitian.................................................................34

B. Metode Penentuan Sampel................................................................34

C. Metode Pengumpulan Data...............................................................35

D. Metode Analisis Data........................................................................35

1. Uji Asumsi Klasik.........................................................................35

2. Analisis Koefisien Regresi Berganda............................................38

3. Uji Koefisien Determinasi.............................................................39

4. Uji F (pengujian secara simultan).................................................39

5. Uji T (pengujian secara Parsial)....................................................40

E. Operasional Variabel Penelitian........................................................41

xii
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................44

A. Gambaran Umum Objek Penenlitian................................................44

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI).............................................44

2. Nama Perusahaan Sektor Industri Manufaktur.........................48

B. Analisis dan Pembahasan..................................................................57

1. Analisis Deskritif...........................................................................57

2. Hasil Uji Asumsi Klasik................................................................67

a. Hasil Uji Normalitas................................................................67

b. Hasil Uji Heteroskedastisitas...................................................70

c. Hasil Uji Multikolinieritas.......................................................72

d. Hasil Uji Autokorelasi.............................................................72

3. Pengujian Hipotesis.......................................................................73

a. Uji Simultan (Uji F).................................................................73

b. Uji Parsial (Uji T)....................................................................75

c. Koefisien Determinasi...............................................................80

BAB V KESIMPULAN....................................................................................81

A. Kesimpulan......................................................................................81

B. Saran................................................................................................82

C. Implikasi..........................................................................................82

D. Keterbatasan Penelitian....................................................................83

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................84

LAMPIRAN..............................................................................................................86

xi
i
xiii
DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

4.1 Nama Perusahaan Manufaktur 48


4.2 ROA Perusahaan (2004-2007) 58

4.3 Sales Growth Ratio Perusahaan (2004-2007) 60


4.4 Financial Debt Ratio Perusahaan (2004-2007) 61
4.5 Fixed Financial Assets Ratio Perusahaan (2004-2007) 63
4.6 Inventory Turnover Ratio (2004-2007) 64
4.7 Receivable Turnover Ratio (2004-2007) 66
4.8 Uji Normalitas 69
4.9 Uji Multikolinieritas 72
4.10 Uji Autokorelasi 73
4.11 Uji Simultan 73
4.12 Uji Parsial 75
4.13 Koefisien Determinasi 84

xi
ii
xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran 29

Gambar 4.1 : Uji Normalitas 68

Gambar 4.2 : Histogram 68

Gambar 4.3 : Scatter Plot 71

xiv

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomo Halama
r Keterangan n
1 Perhitungan Return on Total Assets Ratio (ROA) (2004-2007 90

2 Perhitungan Sales Growth Ratio (2004-2007) 91


3 Perhitungan Financial Debt Ratio (2004-2007) 92
4 Perhitungan Fixed Financial Assets Ratio (2004-2007) 93
5 Perhitungan Inventory Turnover Rato (2004-2007) 94
6 Perhitungan Receivable Turnover Ratio (2004-2007) 95
7 Output SPSS 96

xv

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang terus meningkat dewasa ini, juga

dengan banyaknya perusahaan sejenis yang muncul membuat persaingan

usaha menjadi semakin pesat. Hal ini membuat persoalan manajemen menjadi

semakin kompleks. Apalagi dengan kondisi perekonomian Indonesia yang

belum stabil, sehingga membuat banyak perusahaan kesulitan untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini sangat mempengaruhi

kebijakan-kebijakan yang dianut oleh perusahaan. Tidak jarang perusahaan

harus mengubah kebijakan yang dianut demi memperbaiki dan meningkatkan

kebijakan yang saat ini dijalankan.

Perusahaan dituntut untuk selalu inisiatif, kreatif, dan inovatif

dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam upaya

memenangkan pasar dan untuk selalu menyesuaikan diri terhadap segala

macam perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang baik

kondisi perekonomian, peraturan pemerintah, kondisi konsumen, maupun

kondisi pesaing. Oleh sebab itu perusahaan harus tumbuh, berjalan serta

membangun manajemennya secara konsepsional dan sistematis melalui

pemanfaat sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Salah satu sumber daya yang penting yang dimiliki perusahaan

adalah sumber daya keuangan, yaitu modal. Pengertian modal disini memiliki

1
arti yang luas meliputi aspek lain yang ada dalam perusahaan untuk mengukur

nilai tambah perusahaan.

Menurut Bambang Riyanto (2001:18) yang mengutip pernyataan

Bekker yang menerangkan bahwa modal adalah baik yang berupa barang-

barang konkrit yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat

dineraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-

barang itu yang tercatat disebelah kredit.

Pengelolaan modal mempunyai peranan yang penting dalam usaha

menciptakan laba. Oleh karena itu, masalah yang kompleks menuntut manajer

perusahaan tidak hanya memikirkan bagaimana memperoleh dan memilih

sumber dana yang dibutuhkan untuk menghasilkan laba tetapi juga dituntut

untuk mengawasi, mengatur, juga mengendalikan masalah penggunaan modal.

Dalam hal ini seorang manajer harus mengambil keputusan yang tepat agar

perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Salah satunya

pengambilan keputusan mengenai modal kerja.

Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang

sering kali dihadapi oleh perusahaan, karena hampir semua perhatian manajer

keuangan ditujukan untuk mengelola modal kerja dan aktiva lancar yang

merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva. Modal kerja dibutuhkan oleh

setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalnya : Untuk

memberikan uang muka pembelian bahan mentah, membiayai upah pegawai

dan lain-lain, dimana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan

dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui

2
hasil penjualan produksinya. Begitu pula kemajuan perusahaan akan seiring

dengan kebutuhan modal yang diperlukan untuk membiayai kegiatan

usahanya, dimana makin besar suatu perusahaan akan semakin besar pula

modal yang dibutuhkannya dan tidak mungkin dapat dipenuhi oleh perusahaan

sendiri tanpa ada bantuan atau menarik modal dari luar perusahaan.

Modal yang digunakan untuk investasi pada aktiva lancar disebut

modal kerja. Komponen modal kerja antara lain : Kas, surat berharga, piutang,

persediaan, hutang lancar.

Masalah modal kerja sama pentingnya seperti halnya masalah

investasi jangka panjang, kebijakan jangka panjang, kebijakan deviden

maupun merger dan reorganisasi.

Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang

keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja

dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat atau terhenti sama

sekali. Sehingga adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting

untuk dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini, kemudian

hal itu dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi pada masa

yang akan datang. Dari informasi ini dapat ditentukan program apa yang harus

dibuat atau langkah apa yang harus diambil untuk mengatasinya.

Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam

perusahaan, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan

komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan

yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan,

3
maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tak mampu memenuhi

kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi.

Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar

sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin

safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal

kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga

menimbulkan dana menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi

perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba.

Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, besar kecilnya modal kerja

dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Menetapkan

modal kerja yang terdiri dari kas, piutang, persediaan yang harus

dimanfaatkan seefisien mungkin. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan

kebutuhan perusahaan, karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja

sama-sama membawa dampak negatif bagi perusahaan.

Modal kerja yang berlebihan terutama modal kerja dalam bentuk

uang tunai dan surat berharga dapat merugikan perusahaan karena

menyebabkan berkumpulnya dana yang besar tanpa penggunaan secara

produktif. Disamping itu kelebihan modal kerja juga akan menimbulkan

inefisiensi atau pemborosan dalam operasi perusahaan.

Adanya efisiensi modal kerja dapat dilihat dari perputaran piutang

(receivable turnover) dan perputaran inventories (inventories turnover).

Perputaran modal kerja dimulai pada saat kas diinventasikan dalam komponen

4
modal kerja sampai saat kembali lagi menjadi kas. Semakin pendek dan cepat

perputaran modal kerja maka perusahaan semakin efisien.

Dalam menentukan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan

dihadapkan dengan masalah likuiditas dan profitabilitas. Apabila perusahaan

memutuskan untuk memperbesar jumlah modal kerja maka tingkat likuiditas

akan terjaga, tetapi hal ini juga dapat menurunkan tingkat profitabilitas karena

kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih besar akan menurun. Dan

begitu juga sebaliknya, apabila perusahaan ingin meningkatkan

profitabilitasnya maka akan mempengaruhi likuiditasnya.

Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi memiliki

penilaian yang baik di mata para kreditur karena memungkinkan perusahaan

untuk membayar kewajiannya tepat waktu. Tetapi dari sudut pandang

pemegang saham likuiditas yang tinggi belum tentu meberikan keuntungan

yang lebih. Karena hal ini dapat menimbulkan adanya dana-dana yang

menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam

proyek yang lain.

Selain itu, penentuan sumber dana juga menjadi masalah yang

penting yang harus dihadapi perusahaan. Penentuan sumber dana bisa

dipenuhi dari sumber intern perusahaan seperti penarikan modal melalui

penjualan saham kepada masyarakat atau dari laba ditahan yang akhirnya

dapat digunakan kembali menjadi modal. Selain sumber dana intern, sumber

dana juga dapat dipenuhi dari sumber ekstern perusahaan seperti meminjam

5
dana dari para kreditur atau menerbitkan obligasi yang ditawarkan kepada

masyarakat.

Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang dari pada modal

sendiri, ini dapat menyebabkan menurunnya profitabilitas karena beban bunga

yang harus dibayarkan kepada para kreditur juga meningkat.

Jadi apabila perusahaan memutuskan untuk meningkatkan jumlah

hutangnya, ini berarti meningkatkan resiko keuangan. Apalagi bila perusahaan

tidak dapat mengelola dana dari hutang itu dengan baik maka akan berdampak

negatif dan menurunkan profitabilitas. Sebaliknya juga, apabila perusahaan

dapat mengelola dana tersebut dengan baik dan dapat digunakan untuk

investasi-investasi pada proyek yang produktif, maka akan berdampak positif

dan dapat meningkatkan profitabilitas.

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Faurani (2004). Faurani

melakukan penelitian tentang analisis pengaruh modal kerja terhadap

profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Dharma Wanita “Mandalika”

Mataram Nusa Tenggara Barat. Dalam penelitian ini menggunakan rasio-rasio

profitabilitas (profit margin on sales ratio), rentabilitas (profit margin ratio),

modal kerja (profit margin ratio). Metode analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan metode statistik deskriptif, metode statistik

inferensial dan metode analisa korelasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa

modal kerja tidak begitu berpengaruh terhadap profitabilitas dan rentabilitas

pada Koperasi Mandalika akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain.

6
Penelitian terdahulu juga telah dilakukan oleh Marc Deloof (2003)

terhadap 1009 perusahaan non financial Belgia dari tahun 1992 sampai

dengan tahun 1996, yang berjudul “Does working capital management affect

profitability of Belgion firms?”

Penelitian tersebut membahas apakah manajemen modal kerja

berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan-perusahaan non financial di

Belgia. Adapun variabel-variabel yang dipakai meliputi variabel dependent :

gross operating income, variabel independent : sales growth ratio, financial

debt ratio, fixed financial assets ratio, number of days account receivable,

numbers of days inventories, number of days account payable, cash

conversion cycle.

Hasil dari penelitian tersebut adalah hubungan sales growth ratio,

fixed financial assets ratio terhadap gross operating income adalah positif dan

pengaruhnya sangat signifikan. Artinya apabila sales growth ratio, fixed

financial assets ratio mengalami kenaikan, maka gross operating incomenya

juga meningkat.

Hubungan financial debt ratio, number of days account receivable,

number of days inventories, number of days accounts payable terhadap gross

operating income adalah negatf dan pengaruhnya sangat signifikan. Artinya

apabila financial debt ratio, number of days accounts receivable, number of

inventories, number of days accounts payable, mengalami penurunan, maka

akan ada kenaikan gross operating income.

7
Jadi dalam penelitian ini bisa dikatakan bahwa piutang usaha

merupakan investasi jangka pendek yang lebih menguntungkan dari pada

surat-surat berharga. Keuntungan yang tinggi memegang peranan penting

dalam penambahan account receivable, karena perusahaan dengan profit yang

tinggi mempunyai lebih banyak kas untuk dipinjamkan ke konsumen.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hadori Yunus (2005) terhadap

perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia, yang berjudul “Pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada

perusahaan sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia”.

Variabel yang digunakan sama dengan variabel yang digunakan oleh

Marc Deloof. Tetapi terdapat beberapa perbedaan dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Marc Deloof. Hasil penelitian Hadori Yunus menunjukkan

bahwa hanya variabel financial debt ratio, fixed financial assets ratio, dan

number of days account payable saja yang memiliki hasil signifikan dan

variabel sales growth ratio, number of days inventories, account payable, dan

cash convertion cycle tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

gross operating income ratio. Sedangkan pada penelitian Marc Deloof hanya

variabel cash convertion cycle yang tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap grooss operating income ratio.

Pada penelitian kali ini, ratio profitabilitas yang digunakan adalah

return on total assets ratio dan variabel modal kerjanya antara lain sales

8
growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories

turnover ratio, dan receivable turnover ratio.

Berdasarkan studi terdahulu pada industri manufaktur terdapat

beberapa perusahaan yang memiliki modal kerja yang tinggi tetapi memiliki

profitabilitas yang rendah. Dan ada juga beberapa perusahaan yang memiliki

modal kerja yang rendah tetapi memiliki profitabilitas yang tinggi.

Industri manufaktur menjadi industri yang penting bagi

perkembangan perekonomian bangsa Indonesia. Karena banyaknya

perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur ini. Dalam

proses produksinya perusahaan membutuhkan berbagai sumber daya termasuk

sumber daya manusia. Karena itu industri manufaktur dapat menyerap tenaga

kerja dan dapat meningkatkan pendapatan negara.

Maka dari itu pengelolaan modal kerja harus dilakukan seefektif

mungkin, agar dapat meningkatkan laba operasi perusahaan, sehingga

perusahaan dapat berjalan terus. Apa lagi dengan meningkatnya kompetisi di

pasar global, dimana perusahaan harus dapat bertahan.

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik

untuk mengambil judul “Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap

Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI)”.

9
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, maka masalah penelitiannya

adalah :

1. Bagaimana pengaruh sales growth ratio, financial debt ratio, fixed

financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio

terhadap return on total assets ratio pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial?

2. Variabel mana yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap

profitabilitas (return on total assets) ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada permasalahan diatas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Menganalisa pengaruh sales growth ratio, financial debt ratio, fixed

financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover ratio

terhadap return on total assets ratio pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan dan parsial.

2. Mengetahui variabel modal kerja (sales growth ratio, financial debt ratio,

fixed financial assets ratio, inventories turnover ratio, receivable turnover

ratio) mana yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap

profitabilitas (return on total assets ratio).

1
D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh modal kerja terhadap

profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,

maka akan diperoleh beberapa manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pemahaman

mengenai manajemen keuangan, khususnya pada pengelolaan manajemen

modal kerja serta pengaruhnya terhadap profitabilitas

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi semacam

kontribusi pemikiran yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai

bahan pertimbangan dan evaluasi, khususnya manajer keuangan di dalam

menrencanakan dan mengendalikan modal kerja seefektif dan seefisien

mungkin.

3. Bagi para pembaca, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat berguna

untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai mengenai modal kerja dan

mungkin dapat menjadi bahan referensi serta perbandingan untuk

penelitian yang akan datang.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Modal Kerja

1. Pengertian Modal Kerja

Perusahaan yang bergerak dibidang apapun baik itu perusahan jasa

maupun perusahaan produksi barang selalu membutuhkan modal kerja untuk

membiayai kegiatan usahanya, dengan harapan dana yang telah dikeluarkan

dapat kembali masuk ke dalam perusahaan dalam jangka yang relatif

pendek. Pengertian modal dalam perusahaan belum terdapat suatu kesatuan

pendapat diantara para ahli ekonomi. Untuk melihat pengertian modal itu,

maka penulis mengemukakan pendapat dari beberapa ahli ekonomi yang

memberikan defenisi dari modal. Menurut Lukas Setia Atmaja (2003:19),

mendefinisikan modal sebagai “Dana yang digunakan untuk membiayai

pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item-item yang

ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu hutang, saham biasa, saham preferen,

dan laba ditahan”.

Kemudian Agnes Sawir (2005:129), menyebutkan bahwa “Modal kerja

adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula

dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan

operasi perusahaan sehari-hari.”

S. Munawir (2004:116), menyebutkan “Modal kerja berarti net

working capital atau kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar, sedang

12

12
untuk modal kerja sebagai aktiva lancar digunakan istilah modal kerja bruto

(gross working capital)”.

Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan

digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari. Kekurangan

uang tunai (kas) akan menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar

kewajiban jangka pendeknya sedangkan kekurangan persediaan akan

menyebabkan perusahaan tidak memperoleh keuntungan karena pembeli

tidak jadi membeli produk perusahaan sehingga tidak terjadi piutang

tersebut S. Munawir (2004:116).

Hadori Yunus (2005:5). Perusahaan yang membiayai kebutuhan modal

kerja dengan pinjaman, jika tidak dilakukan perencanaan yang matang selain

akan mengurangi laba yang diperolehnya, juga akan memberikan beban

berat pada perusahaan diwaktu yang akan datang. Maka manajeman modal

kerja sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola kebutuhan modal

kerjanya sehingga terhindar dari risiko yang akan terjadi.

Menurut S. Munawir (2004:201), manajemen keuangan jangka pendek

adalah manajemen aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan. Sasaran

manajemen keuangan jangka pendek adalah untuk mengelola setiap aktiva

lancar perusahaan (kas, surat berharga, piutang dan persediaan) dan pasiva

lancar (hutang dagang, wesel bayar, kewajiban yang masih harus dibayar)
untuk mencapai keseimbangan antara laba dan risiko yang memberi

kontribusi positif terhadap nilai perusahaan. Misalnya:

1. Aktiva lancar dalam jumlah besar akibatnya mengurangi laba.

1
2. Aktiva lancar dalam jumlah kecil akibatnya meningkatkan risiko tidak

dapat membayar.

3. Hutang lancar dalam jumlah besar akibatnya dapat meningkatkan risiko

yaitu tidak dapat membayar pada saat jatuh tempo S. Munawir

(2004:201).

Mengenai pengertian modal kerja kemudian Bambang Riyanto

(2001:57) mengemukakan adanya beberapa konsep yaitu:

1. Konsep Kuantitatif

Mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-

unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali

berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana yang

tertanam didalamnya akan bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan

demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari

jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut

modal kerja bruto (gross working capital).

2. Konsep Kualitatif

Apabila pada konsep kuantitatif modal kerja itu hanya dikaitkan

dengan besarnya jumlah aktiva lancar saja, maka pada konsep kualitatif

ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang

lancar atau utang yang segera harus dibayar. Dengan demikian maka

sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi

kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, dimana bagian aktiva

lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasinya dalam

1
menjaga likuiditas perusahaan. Oleh karenanya maka modal kerja

menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar

dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa

mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva

lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering

disebut modal kerja neto (net working capital).

3. Konsep Fungsionil

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam

menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau

digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan

pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode

akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan

bagi periode tersebut (current income) dan ada sebagian dana lain yang

juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya

digunakan untuk menghasilkan current income. Bambang Riyanto

(2001:57).

2. Jenis-jenis Modal Kerja

Mengenai modal kerja Taylor dalam Agnes Sawir (2005:132)

menggolongkan modal kerja, yaitu:

1. Modal kerja permanen

Modal kerja permanen (permanent working capital) yaitu modal

kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan

1
fungsinya atau dengan kata lain modal kerja secara terus menerus

diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent working capital dapat

dibedakan yaitu:

a. Modal kerja primer (primary working capital) yaitu modal kerja

minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin

kontinuitas usahanya.

b. Modal kerja normal (normal working capital) yaitu jumlah modal

kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang

normal.

2. Modal kerja variabel

Modal kerja variabel (variabel working capital) yaitu jumlah

modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan

keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara:

a. Modal kerja musiman (seasonal working capital) yaitu modal kerja

yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

b. Modal kerja siklis (cyclical working capital) yaitu modal kerja

yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi

konjungtur.

c. Modal kerja darurat (emergency working capital ) yaitu modal

kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat

yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan

buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak), Agnes

Sawir (2005:132).

1
Menurut Bambang Riyanto (2001:60), untuk memenuhi kebutuhan

modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal yang seminimal mungkin.

Akan tetapi agar perputaran modal perusahaan dapat ditingkatkan,

perusahaaan harus mencari dana dari luar guna menutup kebutuhan modal

kerja. Untuk itu perusahaan dapat menggunakan prinsip-prinsip

pembelanjaan yaitu:

1. Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka pendek hanya dapat

digunakan untuk membiayai modal kerja.

2. Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang, atau jangka

pendek maka terlebih dahulu terhitung jangka-jangka waktu kritisnya.

Agus Sartono (2001:55), menambahkan bahwa modal kerja selalu

dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan, selama perusahaan

yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja

(working capital turnover period) mulai dari saat dimana kas diinvestasikan

dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi

menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat

perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnover rate-nya).

Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada

berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal

kerja tersebut. Periode perputaran barang dagangan adalah lebih pendek

daripada barang yang mengalami proses produksi.

1
3. Penentuan Besarnya Modal Kerja

Dengan tersedianya modal kerja yang cukup memungkinkan

perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis, efisiensi dan terhindar dari

resiko kesulitan likuiditas. Untuk menentukan modal kerja yang cukup pada

suatu perusahaan perlu terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi besarnya modal kerja.

Menurut Bambang Riyanto (2001:64) besar kecilnya kebutuhan modal

kerja tergantung kepada dua faktor yaitu:

1. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya atau perputaran tetap

Dengan makin besarnya jumlah pengeluaran kas setiap harinya

mengakibatkan jumlah kebutuhan modal kerja menjadi semakin besar

pula. Jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, dengan makin

lamanya periode perputarannya mengakibatkan jumlah modal kerja yang

dibutuhkan adalah semakin besar.

2. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja

Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja adalah

keseluruhan jumlah dari periode-periode aktivitas perusahaan yang

meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan

mentah di gudang, lamanya proses produksi, lamanya barang jadi

simpanan di gudang dan jangka waktu penerimaan piutang. Pengeluaran

setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap

harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu,

pembayaran upah buruh dan biaya-biaya lainnya.

1
Apabila perusahaan hanya menjalankan usaha satu kali saja maka

kebutuhan modal kerja, cukup sebesar modal kerja yang dikeluarkan selama

satu periode perputaran saja. Tetapi pada umumnya perusahaan didirikan

tidak dimaksudkan untuk menjalankan usaha satu kali saja, melainkan untuk

seterusnya dan dimana setiap hari ada aktivitas usaha. Bagi perusahaan yang

disebutkan terakhir ini dengan sendirinya kebutuhan modal kerja tidak

cukup hanya sebesar apa yang diperlukan selama satu periode perputaran

saja, melainkan sebesar jumlah pengeluaran setiap harinya dikalikan dengan

periode perputarannya. Bambang Riyanto (2001:64).

Bambang Riyanto (2001:76), menambahkan bahwa perusahaan besar

mempunyai perbedaan modal kerja yang mencolok dibandingkan dnegan

perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak sumber dana mungkin

membutuhkan modal kerja yang lebih kecil dibanding dengan total aktiva

atau penjualan. Aktivitas perusahaan berarti keadaan bisnis, misalnya sebuah

perusahaan yang menawarkan jasa tidak akan membutuhkan persediaan.

Sebuah perusahaan yang menjual secara tunai tidak akan memberikan

piutang. Sehingga modal kerja yang diperlukan semakin kecil. Ketersediaan

kredit, jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit

maka diperlukan kas yang lebih sedikit. Perilaku akan keuntungan berarti

menambah jumlah produksi dan juga akan menambah total aktiva lancar.

Jumlah yang besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan

keseluruhan. Makin besar tingkat aktiva lancar, makin kecil resiko. Kas

1
menyediakan keamanan dalam membayar tagihan. Persediaan memberikan

risiko yang lebih kecil akan kebutuhan lebih barang untuk dijual.

4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Sumber-sumber dana perlu dipisahkan terhadap kebutuhan modal

kerja permanen dan kebutuhan modal kerja variabel. Kebutuhan modal kerja

variabel dimana modal kerja tersebut hanya dibutuhkan beberapa saat saja

(beberapa bulan saja) dan tidak dibutuhkan secara terus menerus (biasanya

kebutuhan pada saat volume penjualan puncak), maka harus dibelanjai

dengan sumber dana jangka pendek selama atau pada saat modal kerja

tersebut dibutuhkan.

Menurut S. Munawir (2004:120) sumber modal kerja suatu

perusahaan dapat berasal dari:

a. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah pendapatan bersih yang

nampak dalam perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan

amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal

dari hasil operasi perusahaan.

b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka

pendek).

c. Penjualan aktiva tidak lancar.

d. Penjualan saham atau obligasi.

2
Jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat

dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan

tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan

apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba

tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.

Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek

(marketable securities atau efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar

yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi

perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga menyebabkan

terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat

berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari

penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertumbuhnya

modal kerja. Sebaliknya, apabila dalam penjualan tersebut terjadi kemajuan

maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja. Apabila efek atau

investasi jangka pendek ini dijual dengan harga jual yang sama dengan

harga perolehannya (tanpa laba maupun rugi), maka penjualan efek-efek

tersebut tidak akan mempengaruhi besarnya modal kerja (modal kerja tidak

bertambah maupun berkurang). Untuk menganalisa sumber-sumber modal

kerja maka sumber yang berasal dari keuntungan penjualan surat-surat

berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha

pokok perusahaan. S. Munawir (2004:121).

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil

penjualan aktiva tetap, investai jangka panjang dan aktiva tidak lancar

2
lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva

ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja

sebesar hasil penjualan tersebut. Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap

atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk mengganti

aktiva yang bersangkutan akan menyebabkan keadaan aktiva lancar

sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang

dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan

dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik

perusahaan untuk menambah modalnya. Disamping ini perusahaan dapat juga

mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna

memahami modal kerja. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi

bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam

mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan

kebutuhan perusahaan penjualan obligasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan

(terlalu besar) disamping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan

mengakibatkan keadaan aktiva lancar yang besar sehingga melebihi jumlah

modal kerja yang dibutuhkan. S. Munawir (2004:121)

Disamping keempat sumber diatas masih ada lagi sumber lain yang

dapat diperoleh perusahaan untuk menambah aktiva lancarnya misalnya dana

pinjaman/kredit dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya serta hutang

dagang yang diperoleh dari para penjual atau supplier. Disini bertambahnya

aktiva lancar diimbangi atau dibarengi dengan bertambahnya hutang lancar,

2
sehingga modal kerja (dalam arti net working capital) tidak berubah. S.

Munawir (2004:121)

Sementara Agnes Sawir (2005:141) sumber-sumber yang akan

menambah modal kerja, yaitu:

1. Adanya kenaikan sektor modal, baik yang berasal dari laba maupun

penambahan modal saham.

2. Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap karena adanya

penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.

3. Ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau

utang jangka panjang lainnya.

Bambang Riyanto (2001:65), menambahkan sumber modal kerja yang

diperoleh perusahaan hendaknya dapat digunakan seefisien mungkin

perusahaan dapat menjalankan operasi perusahaan dengan baik sehingga

tujuan perusahaan dapat tercapai. Tersedianya modal kerja yang segera dapat

dipergunakan dalam operasi perusahaan, tergantung pada tipe/sifat likuid

(mudah ditukarkan/dicairkan menjadi uang tunai) dari aktiva lancar yang

dimiliki perusahaan. Namun demikian modal kerja harus mampu membiayai

pengeluaran-pengeluaran atas operasi perusahaan sehari-hari.

Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk

maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, namun

tidak selalu penggunaan aktiva lancar diikuti dengan perubahan dan

penurunan jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Misalnya

2
penggunaan aktiva lancar untuk melunasi atau membayar hutang lancar, maka

penggunaan aktiva lancar ini tidak mengakibatkan penurunan jumlah modal

kerja karena penurunan aktiva lancar tersebut diikuti atau diimbangi dengan

penurunan hutang lancar dalam jumlah yang sama.

Menurut S. Munawir (2004:125) pengunaan-penggunaan aktiva lancar

yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah :

1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi

pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan,

persediaan kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya.

2. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan

surat berharga atau effek, maupun kerugian yang insidentil lainnya.

3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-

tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pensiun obligasi,

dana pensiun pegawai, dana ekspansi ataupun dana-dana lainnya.

4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang

atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva

lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal

kerja.

5. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik,

hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, serta

penarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun untuk

seterusnya) saham perusahaan yang beredar; atau adanya penurunan

hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar.

2
6. Pengambilan uang atau barang dagang oleh pemilik perusahaan untuk

kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian

keuntungan oleh pemilik saham dalam perusahaan perseorangan dan

persekutuan atau adanya pembayaran dividen dalam perseroan terbatas.

S. Munawir (2004:125).

Sementara Agnes Sawir (2005:141), penggunaan modal kerja yang

akan mengurangi modal kerja, yaitu:

1. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan

privasi oleh pemilik perusahaan.

2. Pembayaran utang-utang jangka panjang.

3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.

Di samping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan

berkurangnya modal kerja tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang

tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva

lancarnya itu sendiri, yaitu pemakaian atau penggunaan modal kerja/aktiva

lancar yang hanya menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk

aktiva lancar (modal kerja tidak berkurang). S. Munawir (2004:128),

penggunaan aktiva lancar yang tidak mengurangi modal kerja, seperti:

1. Pembelian efek (marketable securities) secara tunai.

2. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai.

3. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang yang lain, misalnya dari

piutang dagang (account receivable) menjadi piutang wesel (notes

receivable).

2
B. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri, Sartono

(2001:130). Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran kegiatan

atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang

saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa tingkat

aktivitas atau investasi.

Perbandingan ini disebut rasio profitabilitas (profitability ratio). Rasio-

rasio yang digunakan dalam mengukur profitabilitas adalah sebagai berikut :

1. Gross Operating Margin

A. Sawir (2005:18). Rasio gross operating margin atau margin

keuntungan kotor berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan

dari setiap barang yang dijual. Gross profit margin sangat dipengaruhi

oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat

maka gross profit margin akan menurun, begitu pula sebaliknya. Dengan

kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau

biaya produksinya, meigindikasikan kemampuan perusahaan untuk

berproduksi secara efisien.

Penjualan – Harga Pokok Penjualan Penjualan


GPM = x 100%

2. Net Profit Margin

Net Profit Margin (NPM) menggambarkan besarnya laba bersih yang


diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Dengan kata

2
lain ratio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan, A.
Sawir (2005:18).

Laba Setelah Pajak Penjualan


NPM = x 100%

3. Return On investment

Munawir (2004:89). Return on Investment atau return on assets

menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang

dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, dapat diketahui apakah

perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan

operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih

baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas

manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

Analisa return on investment (ROI) dalam analisa keuangan

mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa

keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa return on

investment (ROI) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim

digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari

keseluruhan operasi perusahaan. Return on investment ROI) itu sendiri

adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk

dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang

ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan.

2
ROI = Laba Setelah Pajak Total Aktiva
x 100%

4. Return On Equity

A. Sawir (2005:20). Return on equity atau return on net worth

mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi

pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya kembalian

yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik.

Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila

proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar.

Laba Setelah Pajak Total Aktiva


ROI = x 100%

5. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas :

a. Profit margin, yaitu perbandingan antara “net operating income’

dengan “Net Sales”.

b. Turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha), yaitu

kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu.

2
C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang dibuat adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Laporan Keuangan Perusahaan

Profitabilitas Modal kerja


Return on total assets ratio sales growth ratio,
financial debt ratio,
fixed financial assets ratio,
inventories turnover ratio
receivable turnover ratio.

Uji asumsi klasik

Uji regresi linier berganda

Kesimpulan dan implikasi

2
D. Hipotesis

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau

tidaknya pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel bebas (variabel

independent) terhadap variabel terikat (variabel dependent) secara simultan

maupun parsial. Adapun penelitian ini menguji hipotesis sebagai berikut :

1. Ho : Sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio,

inventories turnover ratio, receivable turnover ratio tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (Return

on total assets).

2. Ha1 : Sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio,

inventories turnover ratio, receivable turnover ratio memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan (Return

on total assets).

E. Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Faurani (2004). Faurani

melakukan penelitian tentang analisis pengaruh modal kerja terhadap

profitabilitas dan rentabilitas pada Koperasi Dharma Wanita “Mandalika”

Mataram Nusa Tenggara Barat. Dalam penelitian ini menggunakan rasio-rasio

profitabilitas (profit margin on sales ratio), rentabilitas (profit margin ratio),

modal kerja (profit margin ratio). Metode analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan metode statistik deskriptif, metode statistik

inferensial dan metode analisa korelasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa

3
modal kerja tidak begitu berpengaruh terhadap profitabilitas dan rentabilitas

pada Koperasi Mandalika akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain.

Penelitian terdahulu juga telah dilakukan oleh Marc Deloof (2003)

terhadap 1009 perusahaan non financial Belgia dari tahun 1992 sampai

dengan tahun 1996, yang berjudul “Does working capital management affect

profitability of Belgion Firms?”

Penelitian tersebut membahas apakah manajemen modal kerja

berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan-perusahaan non financial di

Belgia. Adapun variabel-variabel yang dipakai meliputi variabel dependent :

gross operating income, variabel independent : sales growth ratio, financial

debt ratio, fixed financial assets ratio, number of days account receivable,

numbers of days inventories, number of days account payable, cash

conversion cycle.

Hasil dari penelitian tersebut adalah hubungan sales growth ratio, fixed

financial assets ratio terhadap gross operating income adalah positif dan

pengaruhnya sangat signifikan. Artinya apabila sales growth ratio, fixed

financial assets ratio mengalami kenaikan, maka gross operating income juga

meningkat.

Hubungan financial debt ratio, number of days account receivable,

number of days inventories, number of days accounts payable terhadap gross

operating income adalah negative dan pengaruhnya sangat signifikan. Artinya

apabila financial debt ratio, number of days accounts receivable, number of

3
inventories, number of days accounts payable, mengalami penurunan, maka

akan ada kenaikan gross operating income.

Jadi dalam penelitian ini bisa dikatakan bahwa piutang usaha

merupakan investasi jangka pendek yang lebih menguntungkan dari pada

surat-surat berharga. Keuntungan yang tinggi memegang peranan penting

dalam penambahan account receivable, karena perusahaan dengan profit yang

tinggi mempunyai lebih banyak kas untuk dipinjamkan ke konsumen.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hadori Yunus (2005) terhadap

perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia, yang berjudul “Pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas pada

perusahaan sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia”.

Variabel yang digunakan sama dengan variabel yang digunakan oleh

Marc Deloof. Tetapi terdapat beberapa perbedaan hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh Marc Deloof. Hasil penelitian Hadori Yunus menunjukkan

bahwa hanya variabel financial debt ratio, fixed financial assets ratio, dan

number of days account payable saja yang memiliki hasil signifikan dan

variabel sales growth ratio, number of days inventories, account payable, dan

cash convertion cycle tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

gross operating income ratio. Sedangkan pada penelitian Marc Deloof hanya

variabel cash convertion cycle yang tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap grooss operating income ratio.

3
Indri Astuti (2003) melakukan penelitian mengenai pengaruh

manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan automotive and

allied product yang go public di BEJ. Variabel yang diteliti dalam penelitian

ini yaitu likuiditas, tingkat hutang, efisiensi modal kerja, tingkat kecukupan

kas, tingkat perubahan hutang lancar dan profitabilitas. Rasio yang digunakan

antara lain likuiditas menggunakan current ratio, tingkat hutang menggunakan

leverage ratio, efisiensi modal kerja menggunakan rasio working capital

turnover (WCT), tingkat kecukupan kas menggunakan cash ratio, tingkat

perubahan hutang lancar menggunakan rasio perubahan hutang lancar.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang bergerak

dibidang sektor industri automotive and allied products yang terdaftar di BEJ,

yaitu sebanyak 18 perusahaan. Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu

analisis regresi linier berganda. Hasilnya bahwa variabel independent

likuiditas, leverage ( tingkat hutang), efisiensi modal kerja, tingkat kecukupan

kas (cash ratio), perubahan hutang lancar diduga mempunyai pengaruh

terhadap variabel dependen yaitu return on invesment (ROI) industri

automotive and allied product tahun 2000-2003. Sedangkan secara simultan

terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan dan secara parsial terbukti

bahwa variabel efisiensi modal kerja berpengaruh positif secara signifikan

terhadap profitabilitas dan perubahan hutang lancar berpengaruh negatif

secara signifikan terhadap profitabilitas (ROI).

3
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Objek studi penelitian ini adalah 31 perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk sudah jadi dan telah

dipublikasikan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan

yang digunakan yaitu laporan keuangan tahun 2004- 2007.

Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda untuk

mengetahui bagaimana hubungan variabel modal kerja terhadap profitabilitas

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, apakah

terdapat pengaruh yang signifikan, atau tidak. Baik secara parsial maupun

simultan.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode purposive sample yaitu metode pengumpulan data sample yang

diambil tidak secara acak. Dengan kata lain sample yang dipilih berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu yang didasarkan pada tujuan penelitian.

34

34
C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian kali ini merupakan data

sekunder laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta. Dan telah dipublikasikan, seperti : data-data dari Bursa Efek

Indonesia (BEI), Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Pusat

Referensi Pasar Modal (PRPM), Jurnal, internet www.idx.co.id dan website

perusahaan yang bersangkutan.

Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan 31

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu laporan

keuangan selama kurun waktu empat tahun dari tahun 2004-2007.

D. Metode Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

Dalam penggunaan analisis korelasi agar menunjukkan hubungan yang

valid atau tidak bias maka perlu pengujian asumsi klasik pada model regresi

yang digunakan. Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain:

a. Uji Multikolineritas

Singgih Santoso, (2004:203). Uji ini dilakukan untuk menguji apakah

pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent.

Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas

atau multikol. Model regresi yang baik seharusnya tidak tejadi korelasi

diantara variabel independent.

3
Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat digunakan nilai VIF dan

tolerance. Dimana jika nilai VIF terletak di sekitar angka 1 dan tolerance

mendekati angka 1 maka tidak terjadi multikolinieritas. Multikolinieritas

terjadi jika nilai VIF dan tolerance lemah, yakni dibawah angka 0,5.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam model

regresi adalah sebagai berikut:

1. Menganalisa matrik korelasi bebas variabel-variabel bebas. Jika antar

variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 90%)

maka hal ini indikasi adanya multikolinieritas.

2. Multikolinieritas juga dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya

Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas

multikolinieritas adalah mempunyai angka tolerance mendekati 1.

Singgih Santoso, (2004:203).

b. Uji Heteroskedasitas

Singgih Santoso, (2004:208). Uji ini dilakukan untuk menguji apakah

dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual

suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedasitas

dan jika varians berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik

adalah tidak terjadi heteroskedasitas.

Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedasitas, dapat dilakukan

dengan melihat grafik Normal P-P Plot dan grafik scatter plot. Jika pada

grafik normal P-P Plot titik-titik menyebar mengelilingi garis diagonal,

3
maka pengujian ini bebas dari heteroskedasitas dan sebaliknya jika titik-

titik pada grafik tidak mengelilingi garis diagonal atau berada jauh dari

garis diagonal maka diindikasikan adanya heteroskedasitas. Sedangkan

pada grafik scatter plot, jika pada grafik tersebut ada pola tertentu seperti

titik-titik membentuk pola teratur (bergelombang, melebar, dan

menyempit) maka diindikasikan telah terjadi heteroskedasitas dan jika

tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. Singgih

Santoso, (2004:208).

c. Uji Autokorelasi

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode satu

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,

maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang

baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Singgih Santoso,(2002:214). Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi

atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson (DW). Bila nilai DW

terletak diantara angka -2 < DW <2 maka dapat dikatakan tidak terjadi

autokorelasi, baik positif maupun negatif.

3
d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel dependen, variabel independent, atau keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data

normal atau mendekati normal.

Singgih Santoso, (2004:214). Ada beberapa cara mendeteksi

normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal

dan grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah :

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar dari garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka diagonal regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Analisis Koefisien Regresi Berganda

Definisi regresi berganda menurut Boedijoewono (2001:303) adalah

yang menggunakan lebih dari 1 variabel yang mempengaruhi variabel

independen untuk menaksir variabel dependen agar taksiran menjadi lebih

akurat.

Regresi menunjukan hubungan antara variabel yang satu dengan

variabel yang lain. Sifat hubungan ini juga dapat dijelaskan antara variabel

yang satu sebagai penyebab sedang yang lain sebagai akibat, dalam bentuk

variabel yang independen (X) dan variabel yang dependen (Y).

Berikut merupakan rumus metode analisis regresi berganda

3
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5

Dimana :

Y = Return on total assets ratio

a = Konstanta

b = Parameter koefisien regresi

X1 = Sales growth ratio

X2 = Financial debt ratio

X3 = Fixed financial assets ratio

X4 = Inventories turnover ratio

X5 = Receivable turnover ratio

3. Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi ditunjukkan untuk melihat sberapa besar

kemampuan variabel independent menjelaskan variabel dependen yang dilihat

melalui adjusted R square karena variabel independennya lebih dari dua.

4. Uji F (Pengujian Secara Simultan)

Uji F digunakan untuk menguji hubungan linier dari seluruh variabel

bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen

(Boedijoewono, 2001:290). Untuk menentukan uji F-tabel, tingkat signifikan

yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df

= (n-k) dan (k-l) dimana n adalah jumlah variabel termasuk konstanta dengan

kriteria uji yang digunakan adalah :

3
a. Bila F hitung < F table, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti semua

variabel independen secara simultan tidak mempunyai hubungan linier

yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. Bila F hitung > F table, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti semua

variabel independen secara simultan mempunyai hubungan linier yang

signifikan terhadap variabel dependen.

5. Uji t (Pengujian Secara Parsial)

Guna dari uji t ini untuk menguji pengaruh variabel independen secara

parsial terhadap variabel dependen. Untuk menentukan nilai t-tabel, tingkat

signifikan yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of

freedom) df = (n-2) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variabel

termasuk konstanta, dengan kriteria uji yang digunakan adalah :

a. Bila t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima, berarti ada pengaruh

yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

b. Bila t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak, berarti tidak ada

pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel

dependen.

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel

independen / bebas (X) dan variabel dependen / terikat (Y). Jadi berdasarkan

4
pokok permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, maka variabel yang akan

dianalisa dikelompokkan menjadi :

- Variabel Dependen : Return On Total Assets Ratio

- Variabel Independen: Modal Kerja, dengan sub variabel ;

1. Sales growth ratio

2. Financial debt ratio

3. Fixed financial assets ratio

4. Inventories turnover ratio

5. Receivable turnover Ratio,

Definisi operasional variabel

1. Return on total assets ratio (ROA) adalah pengukuran kemampuan

perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan

jumlah aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Variebel ini merupakan

variabel dependen, dan diberi simbol Y.

Earning after tax Total assets


ROA = x 100%

2. Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek

seperti kas, surat berharga, dan piutang dagang. Sub variabel :

Sales growth ratio adalah rasio pertumbuhan penjualan dengan

membandingkan penjualan tahun yang bersangkutan dengan penjualan

tahun sebelumnya. (Deloof, 2003)

4
Sales Growth Raio = This years sales- previous years sales Previous
x 100%years sales

Financial debt ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi pembiayaan hutangnya.

Financial debt Total assets


Financial debt ratio = x 100%

Fixed financial assets ratio adalah rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi aktiva tetapnya. (Brigham and

Daves, 2001 :220).

Fixed financial debt Total assets


Fixed financial assets = x 100%

Inventories turnover ratio adalah rasio yang mengukur efisiensi

pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang

cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan

seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan

(Sawir 2005 :15).

Cost of good sold Inventories


Inventories turnover ratio = x 100%

4
Receivable turnover ratio adalah rasio yang menunjukkan efisiensi

pengelolaan piutang pada perusahaan. Semakin tinggi rasio menunjukkan

modal kerja yang ditanamkan pada piutang rendah. (Sawir, 2005:16)

Receivable Sales
Receivable turnover = x 100%

4
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia

merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial

Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu

didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah

kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan

pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan

pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal

tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II,

perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah

Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi

bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal

pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami

pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang

dikeluarkan pemerintah.

44

44
Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek

Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia paling lambat 30

November 2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007, di mana

Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia

dapat dilihat sebagai berikut:

a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di

Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

b. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.

c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan

Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di

Semarang dan Surabaya ditutup.

e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama perang

Dunia II.

f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat

Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman

Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof. DR. Sumitro

Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi

pemerintah RI (1950).

g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin

tidak aktif.

4
h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden

Soeharto. Bursa Efek Jakarta dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan

Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT

Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan

go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten

hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen

perbankan dibandingkan Pasar Modal.

k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)

yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan

penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal

diluncurkan. Pintu Bursa Efek Jakarta terbuka untuk asing. Aktivitas

bursa terlihat meningkat.

m. 2 Juni 1988 : Bursa Pararel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan

dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),

sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88

(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go

public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar

modal.

4
o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan

dikelola oelh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek

Surabaya (BES).

p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi Bursa Efek Jakarta. BAPEPAM berubah

menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai

HUT Bursa Efek Jakarta (BEJ).

q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan

dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang-undang No.8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang ini mulai

diberlakukan mulai Januari 1996.

s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

u. 2002 : Bursa Efek Jakarta (BEJ) mulai mengaplikasikan sistem

perdagangan jarak jauh (remote trading).

v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek

Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

4
2. Nama Perusahaan Sektor Industri Manufaktur

Tabel 4.1

Nama Perusahaan

No Nama Perusahaan Tanggal Berdiri Tanggal Listing


1. Astra Agro Lestari Tbk 3 oktober 1988 9 Desember 1997
2. Adhi Karya (Persero) Tbk 11 Maret 1960 18 Maret 2004
3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 15 Juli 1968 27 November 1997
4. Aqua Golden Mississi Tbk 23 Februari 1973 1 Maret 1990
5. Astra Graphia Tbk 31 Oktober 1975 15 November 1989
6. Astra International Tbk 20 Februari 1957 4 April 1990
7. Berlian Laju Tanker Tbk 12 Maret 1981 26 Maret 1990
8. Goodyear Indonesia Tbk 26 Januari !917 22 Desember 1980
9. Gowa Makassar Tbk 14 Mei 1991 11 Desember 2000
10. Gudang Garam Tbk 26 Juni 1958 27 Agustus 1990
11. Humpuss Intermoda Trans Tbk 21 Desember 1992 15 Desember 1997
12. HM Sampoerna Tbk 27 Maret 1905 15 Agustus 1990
13. Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Agustus 1990 14 Juli 1994
14. Indorama Syntetics Tbk 3 April 1974 3 Agustus 1990
15. Indosat Tbk 10 November 1967 19 Oktober 1994
16. Kimia Farma Tbk 23 Januari 1969 4 Juli 2001
17. Lion Metal Works Tbk 16 Agustus 1972 20 Agustus 1993
18. Lion Meshprima Tbk 14 desember 1982 4 juni 1990
19. Lautan Luas Tbk 18 Januari 1951 21 Juli 1997
20. Medco Energi International Tbk 9 Juni 1980 12 Oktober 1994
21. Multi Bintang Indonesia Tbk 3 juni 1929 15 Desember 1981
22. Matahari Putra Prima Tbk 11 Maret 1986 21 Desember 1992
23. Mayora Indah Tbk 17 Februari 1977 4 Juli 1990
24. Perusahaan Gas Negara Tbk 1 Februari 1905 15 Desember 2003
25. Selamat Sempurna Tbk 19 Januari 1976 9 September 1996
26. Tunas Baru Lampung Tbk 22 Desember 1973 14 Februari 2000
27. Mandom Indonesia Tbk 5 November 1969 30 September 1993
28. Telekomunikasi Indonesia Tbk 24 September 1991 14 November 1995
29. Tempo Scan Pacific Tbk 20 Mei 1970 17 Juni 1994
30. United Tractors Tbk 13 Oktober 1972 19 September 1989
31. Unilever Indonesia Tbk 5 Desember 1933 11 Januari 1982

1. PT. Aneka Tambang (ANTAM) Tbk

Perusahaan aneka tambang didirikan di Republik Indonesia pada

tanggal 15 Juli 1968, dengan nama “Perusahaan Negara (PN) Aneka

4
Tambang”, kemudian pada tahun 1974, status perusahaan diubah dari

Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Negara Perseroan Terbatas

Perusahaan Perseroan) dan sejak itu dikenal sebagai “Perusahaan

Perseroan (Persero) Aneka Tambang”.

2. PT. Aqua Golden Missippi Tbk

Aqua lahir atas ide almarhum Tirto Utomo (1930-1994). Beliau

menggagas lahirnya industri air minum dalam kemasan (AMDK) di

Indonesia melalui PT Golden Mississippi pada tanggal 23 Pebruari 1973.

Produk pertamanya adalah AQUA botol kaca 950 ml yang kemudian

disusul dengan kemasan AQUA galon.

3. PT. Astra Agro Lestari Tbk

PT. Astra Agro Lestari Tbk merupakan perusahaan multinasional yang

memproduksi perkebunan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 1988. Perusahaan ini menghasilkan

berbagai macam-macam bahan perkebunan.

4. PT. Astra Graphia Tbk

PT. Astra Graphia Tbk merupakan perusahaan multinasional yang

memproduksi barang konsumen yang bermarkas di Jakarta, Indonesia.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 1975. Perusahaan ini menghasilkan

berbagai macam-macam barang kebutuhan hidup lainnya.

4
5. PT. Astra Internasional Tbk

PT Astra International Tbk atau lebih dikenal dengan Astra Group

adalah salah satu kelompok bisnis terbesar di Indonesia, yang didirikan

sejak tanggal 20 Februari 1957. Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek

Jakarta sejak tanggal 4 April 1990.

PT. Astra International juga memiliki lembaga pendidikan. Lembaga

pendidikan tersebut diberi nama Politeknik Manufaktur Astra. Politeknik

Manufaktur Astra memiliki Program Studi sbb: Teknik Mesin Manufaktur

(TMM), Teknik Proses & Produksi Manufaktur (TPM), Sistem Informasi,

Teknik Otomotif, Teknik Mekatronika.

6. PT. Berlian Laju Tanker Tbk

PT. Berlian Laju Tanker Tbk (IDX: BLTA) merupakan perusahaan

publik yang bergerak dalam bidang transportasi dan bermarkas di Jakarta,

Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1981.

7. PT. Gudang Garam Tbk

Gudang Garam adalah sebuah Perusahaan Indonesia yang merupakan

produsen rokok. Didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Surya Wonowidjojo,

perusahaan ini merupakan pemimpin dalam produksi rokok kretek.

Produk Gudang Garam Sigaret Kretek Klobot Manis, Gudang Garam

Merah King Size (Soft Pack),Gudang Garam Merah King Size (Hard

Pack),Taman Sriwedari Lurik,Gudang Garam Special deLuxe, Gudang

Garam Filter International Merah, Gudang Garam Filter International

5
Merah, Gudang Garam Filter Surya, Gudang Garam Filter Surya

Profesional, Gudang Garam Filter Surya, Gudang Garam Filter

International Coklat, Gudang Garam Tanda Mata, Taman Sriwedari Biru

Lurik, Gudang Garam Merah King Size (Hard Pack), Sigaret Kretek

Klobot Tawar.

8. PT. HM Sampoerna Tbk

PT. Hanjaya Mandala Sampoerna adalah perusahaan rokok terbesar

ketiga di Indonesia. Kantor pusatnya berada di Surabaya, Jawa Timur.

Perusahaan ini sebelumnya merupakan perusahaan yang dimiliki keluarga

Sampoerna Sampoerna, namun sejak Maret 2005 kepemilikan

mayoritasnya berpindah tangan ke Philip Morris, perusahaan rokok

terbesar di dunia dari AS.

Beberapa merek rokok terkenal dari Sampoerna adalah Dji Sam Soe, A

Mild. Dji Sam Soe adalah merek lama yang telah bertahan sejak masa awal

perusahaan tersebut.

9. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan di Republik Indonesia

pada tanggal 14 Agustus 1990, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terdiri

dari, antara lain, produksi mie, penggilingan tepung, kemasan, jasa

manajemen serta penelitian dan pengembangan. Saat ini, Perusahaan

terutama bergerak di bidang pembuatan mie dan penggilingan tepung

terigu. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1990.

5
10. PT. Indosat Tbk

PT Indosat Tbk., sebelumnya bernama PT Indonesian Satellite

Corporation Tbk., adalah sebuah perusahaan penyelenggara jalur

telekomunikasi di Indonesia. Indosat merupakan perusahaan

telekomunikasi dan multimedia terbesar kedua di Indonesia untuk jasa

seluler (Mentari, Matrix, IM3, StarOne). Indosat juga mencatatkan

sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Saham Singapura, serta Bursa

Saham New York.

Produk indosat berupa Mentari, kartu prabayar GSM untuk pengguna

umum, Matrix, kartu pascabayar GSM untuk pengguna eksekutif dan

umum Matrix Auto, kartu prabayar-pascabayar GSM untuk pengguna

eksekutif dan umum, dan IM3, kartu prabayar dan pascabayar GSM untuk

pengguna muda-mudi dan umum.

11. PT. Kimia Farma Tbk

PT. Kimia Farma Tbk merupakan perusahaan multinasional yang

memproduksi farmasi yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan

induk ini memproduksi obat jadi dan obat tradisional, yodium, kina dan

produk-produk turunannya, serta minyak nabati. Lima fasilitas produksi

yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.

Fasilitas produknya Plant Jakarta memproduksi sediaan tablet, tablet

salut, kapsul, granul, sirop kering, suspensi/sirop, tetes mata, krim,

antibiotika dan injeksi, Plant Bandung memproduksi bahan baku kina dan

turunan-turunannya, rifampicin, obat asli Indonesia dan alat kontrasepsi

5
dalam rahim, Plant Semarang mengkhususkan diri pada produksi minyak

jarak, minyak nabati dan kosmetika (bedak), Plant Watudakon di Jawa

Timur merupakan satu-satunya pabrik yang mengolah tambang yodium di

Indonesia, Plant Tanjung Morawa di Medan, Sumatera Utara, dikhususkan

untuk memasok kebutuhan obat di wilayah Sumatera. Produk ini meliputi

sediaan tablet, krim dan kapsul.

12. PT. Mandom Indonesia Tbk

Produk-produk Mandom ; Face and skin creams and lotions - Minyak

atsiri, Kosmetik wangi-wangian, Beauty or make-up preparations &

preparations for the care of the skin - Minyak atsiri, Kosmetik wangi-

wangian, Perfumes And Toilet Waters - Minyak atsiri, Kosmetik wangi-

wangian, Lip Make-Up Preparations, Other Preparations, Used For Hair -

Minyak atsiri, Kosmetik wangi-wangian, Eye Make-Up Preparations -

Minyak atsiri, Kosmetik wangi-wangian.

13. PT. Mayora Indah Tbk

PT Mayora Indah Tbk, yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977.

Ruang lingkup perusahaan menjalankan usahanya dalam bidang industri,

perdagangan serta agen/perwakilan, dan saat ini perusahaan menjalankan

usaha industri makanan, kembang gula, dan biscuit.

Grup Mayora memproduksi beberapa lini produk, yakni:

a) Biskuit: di antaranya, Roma dan Better

b) Permen: Kopiko, Kis, Tamarin, Plonk ,dinamit.

5
c) Wafer: Beng-Beng dan Astor

d) Coklat: Choki-Choki dan Danisa

e) Sereal: Energen dan Milkuit

f) Kopi: Torabika

g) Bubur : Super Bubur

h) Mi instan: Mi Gelas dan Mi Duo

14. PT. Medco Energi Internasional Tbk

PT Medco Energi Internasional Tbk, kadang dikenal sebagai

MedcoEnergi, adalah salah satu perusahaan publik di Indonesia yang

bergerak di dalam bidang energi terintegrasi. Perusahaan ini bermula dari

sebuah perusahaan kontraktor pertikelir di bidang jasa pengeboran minyak

dan gas bumi di daratan (onshore drilling), Meta Epsi Pribumi Drilling Co,

yang didirikan Arifin Panigoro pada tanggal 9 Juni 1980.

Usaha Medco Energi termasuk dalam bidang eksplorasi dan produksi

minyak dan gas bumi, penyediaan jasa pengeboran minyak dan gas,

produksi metanol, produksi LPG dan pembangkit tenaga listrik.

15. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk

PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, merupakan perusahaan

multinasional yang memproduksi minuman. Perusahaan ini didirikan pada

tahun 1973. Perusahaan ini menghasilkan minuman seperti Bir Bintang.

Pada tahun 1929 (3 Juni) Mulai berdiri di Medan, dengan nama NV.

Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen, 1936 Membangun pabrik di

5
Surabaya, 1972 Membuka pabrik di Tangerang dengan nama PT.

Perusahaan Bir Indonesia, 1982 Berganti nama menjadi PT. Multi Bintang

Indonesia, sampai dengan sekarang : Memproduksi dan memasarkan Bir

Bintang, Bintang Zero, Heineken, GreenSands.

16. PT. Perusahaan Gas Negara Tbk

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk disingkat PGN adalah

sebuah BUMN yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi.

Semula pengusahaan gas di Indonesia adalah perusahaan gas swasta

Belanda yang bernama I.J.N. Eindhoven & Co berdiri pada tahun 1859

yang memperkenalkan penggunaan gas kota di Indonesia yang terbuat dari

batu bara. Pada tahun 1958 perusahaan tersebut dinasionalisasi dan

dirubah menjadi PN Gas yang selanjutnya berubah menjadi Perusahaan

Gas Negara.

17. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. adalah perusahaan informasi dan

komunikasi serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara

lengkap di Indonesia. TELKOM menyediakan jasa (fixed wireline), (fixed

wireless), (mobile service), data/internet serta jasa multimedia lainnya.

Berikut adalah beberapa layanan telekomunikasi TELKOM: Telepon tetap

(PSTN), Telkom Flexi, layanan telepon CDMA, sedangkan untuk layanam

penggunaan internet yaitu; TELKOMNet Instan, TELKOMNet Astinet,

5
Speedy, TELKOMWeb Kiostron, TELKOMWeb Plazatron, Solusi

Enterprise–INFONET.

18. PT. Tempo Scan Pasifik Tbk

PT. Tempo Scan Pacific Tbk merupakan perusahaan multinasional

yang memproduksi farmasi yang bermarkas di Jakarta, Indonesia.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 1977. Perusahaan ini menghasilkan

berbagai macam-macam bahan farmasi. Tempo Group atau PT Tempo

Scan Pacific (TSP) adalah perusahaan induk (holding company) yang

memiliki beberapa perusahaan farmasi PT. Tempo Scan Pasific, PT Supra

Ferbindo Farma, PT. Indonesian Pharmaceutical Industries. Produk-

produk farmasi yang diproduksi oleh TSP al. Bodrex, Bodrexin,

Hemaviton, Hemaviton Jreng, Zevit-C, Vidoran SMART, Contrexin.

19. PT. Tunas Baru Lampung Tbk

Perusahaan ini bergerak dalam ruang lingkup kegiatan usahanya

meliputi bidang perkebunan, pertanian, dan perindustrian, termasuk

bertindak sebagai pedagang eksportir dan importer, saat ini perusahaan

bergerak dalam bidang minyak goreng sawit, minyak goreng kelapa,

minyak kelapa, minyak sawit dan sabun, serta bidang perkebunan kelapa

sawit dan hibrida, perusahaan mulai berjalan kegiatan produksi CPO bulan

September 1995 dan minyak goreng bulan Oktober 1996, hasil produksi

dipasarkan di dalam negeri dan luar negeri.

5
B. Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk menggambarkan data-data yang diperoleh

berdasarkan metode sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Dari

hasil olah data yang dilakukan dapat dijelaskan mengenai variabel-variabel

yang terdapat pada model regresi berganda. Data-data yang diperlukan

dalam analisis ini diperoleh dari berbagai laporan yang dikeluarkan oleh

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, total data

yang diperoleh terdiri dari 31 perusahaan, dengan meneliti variabel modal

kerja dan variabel profitabilitas.

Berdasarkan data yang diperoleh diharapkan dapat diketahui

bagaimana pengaruh variabel modal kerja terhadap variabel profitabilitas

pada perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dalam hal ini data yang diperoleh berasal dari laporan keuangan

selama empat tahun (2004-2007) dari 31 perusahaan yang bergerak pada

sektor industri manufaktur.

a. Analisis Variabel dependen return on total assets ratio

Return on investment atau return on assets menunjukkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang

dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, dapat diketahui apakah

perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan

operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih

baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas

5
manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh

pendapatan.

Tabel 4.2
Return on total assets

No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007 AVG


1. Astra Agro Lestari Tbk 36.50 36.02 33.01 54.44 39.99
2. Adhi Karya (Persero) Tbk 5.20 4.81 4.49 3.55 4.51
3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 13.40 18.78 30.45 60.66 30.82
4. Aqua Golden Mississi Tbk 19.89 12.51 10.03 8.92 12.84
5. Astra Graphia Tbk 10.40 10.54 13.95 15.26 12.54
6. Astra International Tbk 17.46 10.14 16.74 19.03 15.84
7. Berlian Laju Tanker Tbk 8.26 14.79 3.72 6.28 8.26
8. Goodyear Indonesia Tbk 9.18 8.87 -1.73 8.06 6.095
9. Gowa Makassar Tbk 3.17 3.22 3.83 4.62 3.71
10. Gudang Garam Tbk 12.25 7.38 9.21 11.03 9.97
11. Humpuss Intermoda Trans Tbk 7.22 7.23 9.00 8.80 8.06
12. HM Sampoerna Tbk 26.46 31.21 42.22 20.40 30.07
13. Indofood Sukses Makmur Tbk 7.60 6.99 6.57 6.62 6.94
14. Indorama Syntetics Tbk 1.30 0.50 0.49 0.52 0.70
15. Indosat Tbk 5.91 6.47 4.50 5.31 5.55
16. Kimia Farma Tbk 7.00 5.36 5.95 6.65 6.24
17. Lion Metal Works Tbk 23.32 17.02 15.85 10.98 16.79
18. Lion Meshprima Tbk 9.80 14.19 22.67 15.08 15.43
19. Lautan Luas Tbk 3.44 5.78 7.11 13.11 7.36
20. Medco Energi International Tbk 9.21 5.20 25.24 21.26 15.23
21. Multi Bintang Indonesia Tbk 23.08 22.35 18.19 11.95 18.89
22. Matahari Putra Prima Tbk 3.23 2.54 -0.69 3.01 2.02
23. Mayora Indah Tbk 9.81 4.63 9.12 9.46 8.25
24. Perusahaan Gas Negara Tbk 10.85 17.51 12.06 5.02 11.36
25. Selamat Sempurna Tbk 15.09 15.39 14.70 12.11 14.32
26. Tunas Baru Lampung Tbk 2.17 1.28 3.86 5.64 3.24
27. Mandom Indonesia Tbk 25.31 24.68 21.27 20.36 22.91
28. Telekomunikasi Indonesia Tbk 26.12 29.27 31.19 22.26 27.21
29. Tempo Scan Pacific Tbk 17.26 14.75 14.33 14.86 15.03
30. United Tractors Tbk 14.72 12.02 15.75 16.86 14.84
31. Unilever Indonesia Tbk 57.55 53.73 53.28 52.90 54.36
(Sumber data diolah)

5
Dari table 4.2 dapat dilihat perusahaan yang mempunyai rata-rata

ROA terbesar berturut-turut adalah PT. Unilever Indonesia Tbk 54.36

kemudian PT. Astra Agro Lestari Tbk 39.99, Pt Aneka Tambang Tbk

30.82, PT. HM. Sampoerna Tbk 30.07, dan PT. Telekomunikasi

Indonesia 27.21.

Terlihat bahwa 5 perusahaan yang mempunyai rata-rata return on

total assets terbesar mampu mempergunakan aktivanya secara efisien

sehingga mampu menghasilkan laba.

b. Analisis variabel independen sales growth ratio

Sales growth ratio adalah rasio pertumbuhan penjualan dengan

membandingkan penjualan tahun yang bersangkutan dengan penjualan

tahun sebelumnya. (Deloof, 2003).

Dengan mengetahui Sales growth ratio perusahaan, maka dapat

dinilai apakah perusahaan tersebut dapat berkembang atau tidak.

Apakah perusahaan telah melakukan investasinya secara benar, efektif

dan efisien terhadap penanaman modal pada proyek-proyeknya.

Dari table 4.3 dapat diketahui 5 perusahaan yang mempunyai rata-

rata sales growth ratio terbesar yaitu PT. Aneka Tambang Tbk 0.58,

kemudian PT. Tunas Baru Lampung 0.42, PT. Unilever Indonesia Tbk

0.35, PT. Berlian Laju Tanker Tbk 0.35, dan PT. Perusahaan Gas

Negara 0.32.

Terlihat bahwa 5 perusahaan yang mempunyai sales growth ratio

terbesar cenderung mengalami fluktuasi pada sales growth ratio

5
perusahaan selama tahun 2004-2007. PT. Aneka Tambang Tbk pada

tahun 2006 dan 2007 mengalami peningkatan penjualan, dibandingkan

tahun sebelumnya.

Tabel 4.3
Sales Growth Ratio

No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007 AVG


1. Astra Agro Lestari Tbk 0.36 -0.03 0.11 0.58 0.255
2. Adhi Karya (Persero) Tbk 0.23 0.09 0.43 0.14 0.22
3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 0.33 0.14 0.71 1.13 0.58
4. Aqua Golden Mississi Tbk 0.23 0.17 0.06 -0.14 0.08
5. Astra Graphia Tbk 0.12 0.15 0.13 0.17 0.14
6. Astra International Tbk 0.21 -0.09 0.27 0.37 0.19
7. Berlian Laju Tanker Tbk 0.15 0.17 0.18 0.92 0.35
8. Goodyear Indonesia Tbk 0.37 0.13 0.12 -0.16 0.12
9. Gowa Makassar Tbk 0.17 0.001 0.14 -0.27 0.01
10. Gudang Garam Tbk 0.08 0.06 0.06 0.07 0.06
11. Humpuss Intermoda Trans Tbk 0.06 0.14 0.03 -0.32 -0.02
12. HM Sampoerna Tbk 0.20 0.39 0.19 -0.51 0.06
13. Indofood Sukses Makmur Tbk 0.22 0.16 0.26 0.39 0.25
14. Indorama Syntetics Tbk 0.30 0.17 -0.07 -0.20 0.05
15. Indosat Tbk 0.07 0.05 0.34 0.13 0.15
16. Kimia Farma Tbk 0.15 0.20 0.08 0.14 0.14
17. Lion Metal Works Tbk 0.26 0.15 0.11 -0.27 0.06
18. Lion Meshprima Tbk 0.13 -0.23 0.47 0.39 0.19
19. Lautan Luas Tbk 0.08 0.11 0.12 0.64 0.24
20. Medco Energi International Tbk 0.19 0.17 0.29 0.52 0.29
21. Multi Bintang Indonesia Tbk 0.26 0.19 0.04 -0.23 0.07
22. Matahari Putra Prima Tbk 0.28 0.22 0.15 0.22 0.22
23. Mayora Indah Tbk 0.24 0.23 0.15 0.07 0.17
24. Perusahaan Gas Negara Tbk 0.27 0.22 0.32 0.45 0.32
25. Selamat Sempurna Tbk 0.51 0.17 0.02 -0.09 0.15
26. Tunas Baru Lampung Tbk 0.01 -0.02 0.54 1.14 0.42
27. Mandom Indonesia Tbk 0.25 0.13 0.05 -0.14 0.07
28. Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.23 0.22 0.15 0.02 0.16
29. Tempo Scan Pacific Tbk 0.12 -0.89 0.24 0.17 -0.09
30. United Tractors Tbk 0.08 0.03 0.32 0.53 0.24
31. Unilever Indonesia Tbk 0.33 0.72 0.10 0.24 0.35

(Sumber data diolah)

6
c. Analisis variabel independent financial debt ratio

Financial debt ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi pembiayaan hutangnya.

Tabel 4.4
Financial Debt Ratio

No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007 AVG


1. Astra Agro Lestari Tbk 0.05 0.15 0.18 0.21 0.15
2. Adhi Karya (Persero) Tbk 0.87 0.84 0.84 0.87 0.86
3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 0.59 0.52 0.41 0.27 0.45
4. Aqua Golden Mississi Tbk 0.46 0.43 0.43 0.41 0.43
5. Astra Graphia Tbk 0.45 0.45 0.49 0.49 0.47
6. Astra International Tbk 0.48 0.54 0.59 0.59 0.55
7. Berlian Laju Tanker Tbk 0.74 0.61 0.83 0.76 0.74
8. Goodyear Indonesia Tbk 0.35 0.40 0.38 0.42 0.38
9. Gowa Makassar Tbk 0.73 0.71 0.69 0.68 0.70
10. Gudang Garam Tbk 0.40 0.39 0.40 0.35 0.38
11. Humpuss Intermoda Trans Tbk 0.62 0.53 0.41 0.38 0.49
12. HM Sampoerna Tbk 0.55 0.59 0.54 0.50 0.55
13. Indofood Sukses Makmur Tbk 0.67 0.65 0.64 0.66 0.66
14. Indorama Syntetics Tbk 0.55 0.57 0.60 0.60 0.58
15. Indosat Tbk 0.55 0.55 0.62 0.65 0.59
16. Kimia Farma Tbk 0.28 0.30 0.34 0.34 0.31
17. Lion Metal Works Tbk 0.17 0.18 0.20 0.24 0.20
18. Lion Meshprima Tbk 0.49 0.46 0.53 0.38 0.47
19. Lautan Luas Tbk 0.64 0.67 0.67 0.72 0.68
20. Medco Energi International Tbk 0.59 0.64 0.69 0.62 0.64
21. Multi Bintang Indonesia Tbk 0.52 0.60 0.67 0.68 0.62
22. Matahari Putra Prima Tbk 0.53 0.63 0.60 0.67 0.61
23. Mayora Indah Tbk 0.31 0.37 0.36 0.39 0.34
24. Perusahaan Gas Negara Tbk 0.60 0.59 0.65 0.68 0.63
25. Selamat Sempurna Tbk 0.37 0.34 0.33 0.34 0.35
26. Tunas Baru Lampung Tbk 0.64 0.57 0.61 0.68 0.63
27. Mandom Indonesia Tbk 0.15 015 0.09 0.12 0.84
28. Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.52 0.51 0.47 0.51 0.50
29. Tempo Scan Pacific Tbk 0.60 0.18 0.20 0.22 0.30
30. United Tractors Tbk 0.60 0.58 0.55 0.50 0.56
31. Unilever Indonesia Tbk 2.10 0.48 0.49 0.35 0.86

(Sumber data diolah)

6
Dari tabel 4.4 dapat dilihat perusahaan yang mempunyai financial

debt ratio terbesar yaitu PT. Adhi Karya Tbk 0.86, kemudian PT.

Unilever Indonesia Tbk 0.86, PT. Mandom Indonesia Tbk 0.84, PT.

Berlian Laju Tanker Tbk 0.74, dan PT. Gowa Makassar Tbk 0.70.

Terlihat bahwa 5 perusahaan yang memiliki rata-rata financial debt

ratio cenderung mengalami penurunan financial debt ratio selama

tahun 2004-2007.

d. Analisis variabel independent Fixed Fiancial Assets Ratio

Fixed financial assets ratio adalah rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi aktiva tetapnya. (Brigham

and Daves, 2001 :220).

Dapat dilihat dari tabel 4.5 perusahaan yang memiliki fixed

financial assets ratio terbesar yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

0.75, PT. Berlian Laju Tanker 0.74, PT. Perusahaan Gas Negara Tbk

0.73, PT. Indosat Tbk 0.69, dan PT. Humpuss Intermoda Trans Tbk

0.68.

Terlihat dari 5 perusahaan yang memiliki fixed financial assets

ratio tebesar selama tahun 2004-2007 mengalami fluktuasi pada fixed

financial assets perusahaan.

6
Tabel 4.5
Fixed Financial Assets Ratio

No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007 AVG


1. Astra Agro Lestari Tbk 0.31 0.40 0.44 0.32 0.37
2. Adhi Karya (Persero) Tbk 0.05 0.05 0.04 0.03 0.04
3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 0.44 0.59 0.45 0.25 0.43
4. Aqua Golden Mississi Tbk 0.43 0.39 0.32 0.33 0.37
5. Astra Graphia Tbk 0.23 0.27 0.23 0.22 0.24
6. Astra International Tbk 0.24 0.22 0.22 0.01 0.17
7. Berlian Laju Tanker Tbk 0.65 0.71 0.76 0.82 0.74
8. Goodyear Indonesia Tbk 0.31 0.24 0.25 0.31 0.28
9. Gowa Makassar Tbk 0.02 0.02 0.01 0.01 0.03
10. Gudang Garam Tbk 0.33 0.31 0.26 0.27 0.29
11. Humpuss Intermoda Trans Tbk 0.61 0.74 0.71 0.65 0.68
12. HM Sampoerna Tbk 0.20 0.20 0.18 0.17 0.19
13. Indofood Sukses Makmur Tbk 0.40 0.39 0.27 0.24 0.33
14. Indorama Syntetics Tbk 0.53 0.50 0.55 0.55 0.53
15. Indosat Tbk 0.65 0.72 0.67 0.74 0.69
16. Kimia Farma Tbk 0.34 0.32 0.28 0.27 0.30
17. Lion Metal Works Tbk 0.12 0.10 0.08 0.08 0.10
18. Lion Meshprima Tbk 0.25 0.25 0.15 0.14 0.19
19. Lautan Luas Tbk 0.29 0.23 0.30 0.25 0.27
20. Medco Energi International Tbk 0.20 0.25 0.23 0.07 0.19
21. Multi Bintang Indonesia Tbk 0.49 0.59 0.61 0.59 0.57
22. Matahari Putra Prima Tbk 0.38 0.33 0.20 0.19 0.28
23. Mayora Indah Tbk 0.47 0.50 0.47 0.42 0.47
24. Perusahaan Gas Negara Tbk 0.56 0.86 0.80 0.68 0.73
25. Selamat Sempurna Tbk 0.37 0.37 0.36 0.34 0.36
26. Tunas Baru Lampung Tbk 0.37 0.37 0.33 0.33 0.35
27. Mandom Indonesia Tbk 0.44 0.44 0.45 0.40 0.43
28. Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.74 0.73 0.74 0.77 0.75
29. Tempo Scan Pacific Tbk 0.25 0.24 0.22 0.22 0.23
30. United Tractors Tbk 0.40 0.46 0.42 0.41 0.42
31. Unilever Indonesia Tbk 0.47 0.03 0.41 0.01 0.23
(Sumber data diolah)

e. Analisis variabel independen inventories turnover ratio

Inventories turnover ratio adalah rasio yang mengukur efisiensi

pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi

6
yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang

memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang

ada pada persediaan (Sawir 2001 :15).

Tabel 4.6

Inventories Turnover Ratio

No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007 AVG


1. Astra Agro Lestari Tbk 13 10 11 6 10
2. Adhi Karya (Persero) Tbk 20 18 21 17 19
3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 4 3 3 3 3
4. Aqua Golden Mississi Tbk 50 59 66 48 56
5. Astra Graphia Tbk 3 4 4 3 3
6. Astra International Tbk 9 10 39 8 16
7. Berlian Laju Tanker Tbk 27 33 21 3 21
8. Goodyear Indonesia Tbk 7 8 8 6 7
9. Gowa Makassar Tbk 1 1 2 1 1
10. Gudang Garam Tbk 1 2 2 2 2
11. Humpuss Intermoda Trans Tbk 82 52 78 37 62
12. HM Sampoerna Tbk 2 3 3 1 2
13. Indofood Sukses Makmur Tbk 5 6 5 5 5
14. Indorama Syntetics Tbk 6 7 7 4 6
15. Indosat Tbk 38 79 74 57 62
16. Kimia Farma Tbk 5 7 6 5 6
17. Lion Metal Works Tbk 1 1 1 1 1
18. Lion Meshprima Tbk 7 5 4 5 5
19. Lautan Luas Tbk 5 5 6 4 5
20. Medco Energi International Tbk 8 10 9 24 13
21. Multi Bintang Indonesia Tbk 5 7 6 6 6
22. Matahari Putra Prima Tbk 7 8 8 9 8
23. Mayora Indah Tbk 6 8 6 5 6
24. Perusahaan Gas Negara Tbk 106 123 182 359 192
25. Selamat Sempurna Tbk 3 4 3 3 3
26. Tunas Baru Lampung Tbk 7 7 7 3 6
27. Mandom Indonesia Tbk 4 4 3 3 3
28. Telekomunikasi Indonesia Tbk 111 139 155 174 145
29. Tempo Scan Pacific Tbk 5 4 4 4 4
30. United Tractors Tbk 5 7 7 4 6
31. Unilever Indonesia Tbk 3 7 7 6 6

(Sumber data diolah)

6
Dari tabel 4.6 dapat diketahui selama tahun 2004-2007 perusahaan

yang memiliki rata-rata inventories turnover ratio terkecil yaitu PT.

Gowa Makassar Tbk 1 hari, PT. Lion Metal Works Tbk 1 hari, PT.

Gudang Garam Tbk 2 hari, PT. HM. Sampoerna Tbk 2 hari, dan PT.

Aneka Tambang Tbk 3 hari.

Perusahaan yang memiliki inventories turnover ratio terkecil

cenderung mengalami penurunan pada inventories turnover selama

tahun 2004-2007.

Perusahaan yang memiliki inventories turnover ratio yang besar

mengalami kenaikan pada inventories turnover, hal ini terjadi karena

adanya kenaikan persediaan, tetapi dilain pihak terjadi penuruna harga

pokok penjualan. Ini berarti kenaikan persediaan tidak didukung

dengan peningkatan penjualan, sehingga terjadi kenaikan pada

inventories turnover perusahaan.

f. Analisis variabel independent receivable turnover ratio

Receivable turnover ratio adalah rasio yang menunjukkan efisiensi

pengelolaan piutang pada perusahaan. Semakin tinggi rasio

menunjukkan modal kerja yang ditanamkan pada piutang rendah.

(Sawir, 2001:16).

6
Tabel 4.7
Receivable Turnover Ratio

No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007 AVG


1. Astra Agro Lestari Tbk 7 10 2 7 6
2. Adhi Karya (Persero) Tbk 27 29 68 80 51
3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 37 57 63 53 52
4. Aqua Golden Mississi Tbk 80 79 94 116 92
5. Astra Graphia Tbk 53 54 58 53 54
6. Astra International Tbk 32 53 31 24 35
7. Berlian Laju Tanker Tbk 62 64 74 58 64
8. Goodyear Indonesia Tbk 54 45 46 57 50
9. Gowa Makassar Tbk 15 6 6 23 12
10. Gudang Garam Tbk 293 34 36 253 154
11. Humpuss Intermoda Trans Tbk 7 25 21 36 22
12. HM Sampoerna Tbk 7 8 5 23 11
13. Indofood Sukses Makmur Tbk 33 28 31 26 29
14. Indorama Syntetics Tbk 33 47 39 47 41
15. Indosat Tbk 37 38 23 27 31
16. Kimia Farma Tbk 45 35 47 36 41
17. Lion Metal Works Tbk 82 68 67 85 75
18. Lion Meshprima Tbk 38 57 39 29 41
19. Lautan Luas Tbk 71 78 74 64 72
20. Medco Energi International Tbk 104 88 106 81 95
21. Multi Bintang Indonesia Tbk 40 51 41 51 46
22. Matahari Putra Prima Tbk 5 9 8 31 13
23. Mayora Indah Tbk 88 74 85 94 85
24. Perusahaan Gas Negara Tbk 55 54 48 46 51
25. Selamat Sempurna Tbk 80 29 84 100 73
26. Tunas Baru Lampung Tbk 31 44 35 18 32
27. Mandom Indonesia Tbk 53 52 56 76 59
28. Telekomunikasi Indonesia Tbk 32 27 21 22 25
29. Tempo Scan Pacific Tbk 19 213 225 217 168
30. United Tractors Tbk 66 55 60 45 56
31. Unilever Indonesia Tbk 56 22 22 23 31

(Sumber data diolah)

Dari table 4.7 dapat dilihat perusahaan yang mempunyai rata-rata

receivable turnover ratio terendah selama tahun 2004-2007 yaitu PT.

Astra Agro Lestari Tbk 6 hari, PT. HM. Sampoerna Tbk 11 hari, PT.

6
Gowa Makassar Tbk 12 hari, PT. Matahari Putra Prima Tbk 13 hari,

dan PT. Humpuss Intermoda Trans Tbk 22 hari.

Terlihat bahwa 5 perusahaan yang mempunyai rata-rata receivable

turnover ratio terkecil cenderung mengalami kenaikan. PT. Matahari

Putra Prima Tbk mengalami kenaikan receivable turnover secara

berturut-turut dari tahun 2004-2007. Hal ini disebabkan karena selama

tahun 2004-2007 terjadi kenaikan receivable turnover, berarti secara

rata-rata pelanggan tidak dapat membayar hutang pada waktunya.

Karena kenaikan terjadi secara berturut-turut, mungkin harus

dilakukan langkah-langkah dalam kebijakan kredit untuk

memperlancar penagihan piutang.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Data-data bertipe skala sebagaimana pada umumnya mengikuti

asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak

mengikuti asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran

data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang

bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus

digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa

uji normalitas.

6
Gambar 4.1
Uji Normalitas

Berdasarkan Normal Probability Plot of Residual, diketahui

bahwa residual membentuk suatu pola garis lurus, sehingga dapat

disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal.

Gambar 4.2
Histogram

6
Jika dilihat dari histogram, terlihat bahwa sebaran data residual

secara umum berbentuk lonceng. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

residual berdistribusi normal.

Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menguji sesuai

(goodness of fit). Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat

kesesuaian antara distribusi nilai sampel (observasi) dengan distribusi

teoritis tertentu (normal, uniform, eksponensial, atau poisson). Jadi

hipotesis statistiknya adalah bahwa distribusi frekuensi hasil

pengamatan sesuai dengan distribusi frekuensi harapan (teoritis).

Berikut ini adalah hasil uji Kolmogorov Smirnov terhadap data

residual :

Tabel 4.8
Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz ed
Residual
N 124
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 11.47748601
Most Extreme Absolute .157
Differences Positive .157
Negative -.108
Kolmogorov-Smirnov Z 1.748
Asymp. Sig. (2-tailed) .244
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

6
Berikut adalah hipotesisnya :

H0 : F(x) = F0(x), dengan F(x) adalah fungsi distribusi frekuensi hasil

pengamatan, dan F0(x) adalah distribusi frekuensi harapan

(teoritis) dalam artian residual berdistribusi normal.

H1 : F(x) ? F0(x) atau distribusi residual tidak normal

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan nilai

tingkat kepercayan 95% (a = 0,05) :

Jika probabilitas > 0,05 , maka H0 tidak ditolak (diterima)

Jika probabilitas < 0,05 , maka H0 ditolak

Hasil uji normalitas pada data residual, berdasarkan uji

Kolmogorov-Smirnov diperoleh angka probabilitas sebesar 0.242

dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5 % atau (0.05), maka

lebih besar dari 0.05. Dengan demikian maka H0 tidak ditolak atau

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedasitas, dapat

dilakukan dengan melihat grafik Normal P-P Plot dan grafik scatter

plot. Jika pada grafik normal P-P Plot titik-titik menyebar mengelilingi

garis diagonal, maka pengujian ini bebas dari heteroskedasitas dan

sebaliknya jika titik-titik pada grafik tidak mengelilingi garis diagonal

atau berada jauh dari garis diagonal maka diindikasikan adanya

heteroskedasitas. Sedangkan pada grafik scatter plot, jika pada grafik

7
tersebut ada pola tertentu seperti titik-titik membentuk pola teratur

(bergelombang, melebar, dan menyempit) maka diindikasikan telah

terjadi heteroskedasitas dan jika tidak ada pola yang jelas serta titik-

titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heteroskedasitas. Singgih Santoso, (2004:208)

Gambar 4.3
Scatter Plot

Dari grafik scatter plot terlihat bahwa titik-titik dari data

menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah

angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada

model regresi atau data bersifat homoskedastisitas, sehingga model

regresi layak digunakan untuk menganalisis ROA yang diukur dari

beberapa faktor.

7
c. Uji Multikolinearitas

Tabel 4.9
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Sales Growth Ratio .998 1.002
Financial Debt Ratio .928 1.077
Fixed Financial Assets Ratio .919 1.088
Inventory Turnover .888 1.126
Receivable Turnover .989 1.011
a. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan nilai VIF dan Tolerance pada tabel 4.9 dapat dilihat

bahwa variabel independen (sales growth ratio, financial debt ratio,

fixed financial assets ratio, inventories turnover dan receivable

turnover) memiliki nilai VIF terletak di sekitar angka 1, yang berarti

model tidak mempunyai kolinearitas antar variabel independennya.

Selanjutnya dapat dilihat juga nilai tolerance yang mendekati angka 1,

yang berarti variabel independen dinyatakan tidak multikolinearitas.

Sebab jika nilai TOL < 0.1 berarti variabel independen mempunyai

kolerasi yang sempurna.

d. Uji Autokolerasi

Uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya

otokorelasi dalam analisis ini adalah uji statistik Durbin–Watson,

diperoleh hasil berikut:

7
Tabel 4.10
Uji Autokolerasi
Model Summaryb

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 .483a .233 .201 11.71813034 1.847
a. Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, Sales
Growth Ratio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio
b. Dependent Variable: ROA

Singgih Santoso, (2002:214). Untuk mendeteksi terjadi

autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson

(DW). Bila nilai DW terletak diantara angka -2 < DW < 2 maka dapat

dikatakan tidak terjadi autokorelasi, baik positif maupun negative.

Berdasarkan output di atas didapatkan nilai DW adalah 1.847. Dengan

mengikuti ketentuan di atas, dapat dikategorikan bahwa nilai DW

(1.796) berada diantara interval -2 < DW < 2 sehingga tidak terjadi

autokorelasi.

3. Analisis Koefisien Regresi Berganda

a. Uji Simultan (Uji F)

Tabel 4.11
Uji Simultan (Uji F)
ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4924.590 5 984.918 7.173 .000a
Residual 16203.120 118 137.315
Total 21127.711 123
a.
Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, Sales Growth Ratio,
Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio
b.
Dependent Variable: ROA

7
Pada tabel 4.11 ditampilkan hasil uji F yang dapat dipergunakan

untuk menguji apakah model regresi yang didapatkan sudah cocok

dengan data atau tidak. Jika terdapat kecocokan antara model regresi

dengan data, maka model regresi tersebut dapat digunakan untuk

menganalisis ROA dengan diukur dari sales growth ratio, financial

debt ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover dan

receivable turnover.

Dari penghitungan didapat nilai Fhitung sebesar 7.173 dengan

tingkat signifikansi sebesar 5% dan df1 = 5 dan df2 = 118, di dapat

nilai F tabel = 2.29. Karena nilai Fhitung (7.173) > nilai Ftabel (2.29) maka H

0 ditolak atau terdapat kecocokan antara model dengan data. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel sales growth ratio, financial debt

ratio, fixed financial assets ratio, inventories turnover dan receivable

turnover dengan signifikan memberikan kontribusi atau pengaruh

yang besar terhadap variabel ROA. Atau jika dilihat dengan

menggunakan nilai signifikansi, diketahui bahwa nilai sig (0.000 <

0.05) sehingga memiliki kesimpulan yang sama dengan Uji F yaitu

terdapat kecocokan antara model dengan data.

7
b. Uji Parsial (Uji t)

1. Persamaan Regresi

Tabel 4.12
Uji parsial Terhadap Parameter
Coefficientsa

Unstandardized
Coefficients
Model B Std. Error t Sig.
1 (Constant) 32.272 4.324 7.464 .000
Sales Growth Ratio 12.485 4.175 2.991 .003
Financial Debt Ratio -30.430 6.172 -4.930 .000
Fixed Financial Assets Ratio -12.810 5.714 -2.242 .027
Inventory Turnover .048 .024 2.008 .047
Receivable Turnover -.050 .024 -2.062 .041
a. Dependent Variable: ROA

Dari tabel di atas diperoleh persamaan atau model regresi sebagai

berikut :

Y = 32.272 + 12.483 X1 - 30.430 X2 – 12.810 X3 + 0.048 X4– 0.050 X5


Dimana X1 = Sales growth ratio

X2 = Financial debt ratio

X3 = Fixed financial assets ratio

X4 = Inventories turnove ratio

X5 = Receivable turnover ratio

Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat diketahui bahwa :

a. Konstanta sebesar 32.273 menyatakan bahwa jika nilai dari

variabel independen nol, maka besarnya ROA adalah sebesar

32.273.

b. Koefisien regresi ˆ (Sales growth ratio) sebesar 12.483


1

menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel sales growth

7
ratio (karena bertanda +) maka nilai Y (ROA) akan bertambah

sebesar 12.483 dimana variabel lain dianggap konstan.

c. Koefisien regresi ˆ2 (Financial debt ratio) sebesar –30.430

menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel financial

debt ratio (karena bertanda -) maka nilai Y (ROA) akan berkurang

sebesar 30.430 dimana variabel lain dianggap konstan.

d. Koefisien regresi ˆ3 (Fixed financial assets ratio) sebesar –12.810

menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel fixed

financial assets ratio (karena bertanda -) maka nilai Y (ROA) akan

berkurang sebesar 12.810 dimana variabel lain dianggap konstan.

e. Koefisien regresi ˆ4 (inventories turnover ratio) sebesar 0.048

menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel inventories

turnove rratio (karena bertanda +) maka nilai Y (ROA) akan

bertambah sebesar 0.048 dimana variabel lain dianggap konstan.

f. Koefisien regresi ˆ5 (receivable turnover ratio) sebesar –0.050

menyatakan bahwa setiap penambahan 1 dari variabel receivable

turnover ratio (karena bertanda -) maka nilai Y (ROA) akan

berkurang sebesar 0.050 dimana variabel lain dianggap konstan.

Setelah itu, dari persamaan regresi yang didapatkan, akan

dilakukan pengujian apakah nilai konstanta dan koefisien variabel

independen memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap

7
variabel dependen, untuk itu dilakukan uji parsial (Uji t). Pengujian ini

bisa dilakukan dengan dua metode, yang pertama dengan uji t yaitu

membandingkan nilai thitung dengan ttabel dan yang kedua dengan uji

signifikansi.

Berikut adalah pengujiannya :

a. Menguji signifiknasi konstanta ( ˆ0 ) pada model regresi :

Terlihat bahwa thitung untuk konstanta ˆ


0 adalah 7.464,

sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena

digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari t tabel, nilai a dibagi

dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana

n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat ttabel adalah 1.98.

Karena t hitung > ttabel, (7.464 > 1.98), maka H0 ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa kostanta ˆ


0 berpengaruh

signifikan terhadap ROA.

Dapat dilihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig

adalah 0.000 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.000 < 0.05).

Dengan demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai

kesimpulan 0

yang sama dengan uji t yaitu kostanta ˆ berpengaruh signifikan

terhadap ROA.

7
b. Menguji signifiknasi koefisien ˆ (Sales growth ratio) pada
1

model regresi :

Terlihat bahwa thitung untuk koefisien ˆ1 adalah 2.991,

sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena

digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari t tabel, nilai a dibagi

dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana

n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat ttabel adalah 1.98.

Karena t hitung > ttabel, (2.991 > 1.98), maka H0 ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien ˆ berpengaruh


1

signifikan terhadap ROA.

Dapat dilihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig

adalah 0.003 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.003 < 0.05).

Dengan demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai

kesimpulan 1

yang sama dengan uji t yaitu koefisien ˆ atau sales growth ratio

berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh

Hadori Yunus (2005) yang mengasumsikan apabila ada

peningkatan jumlah aktiva lancar maka semakin perlu pendanaan

eksternal tanpa ada peningkatan laba.

7
c. Menguji signifiknasi koefisien ˆ
2 (Financial debt ratio) pada

model regresi :

Terlihat bahwa thitung untuk koefisien ˆ adalah 4.930,


2

sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena

digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari t tabel, nilai a dibagi

dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana

n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat ttabel adalah 1.98.

Karena thitung > ttabel, (4.930 > 1.98), maka H0 ditolak

sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien ˆ atau financial


2

debt ratio berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah

0.000 atau probabilitas di atas 0.05 (0.000 < 0.05). Dengan

demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang

sama
2

dengan uji t yaitu koefisien ˆ atau variabel financial debt ratio

signifikan terhadap ROA.

Pengaruh financial debt ratio adalah negatif yang

menunjukkan hubungan yang berlawanan. Dalam hal ini berarti

penurunan financial debt ratio akan mengakibatkan naiknya

ROA. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Hadori Yunus (2005).

7
d. Menguji signifiknasi koefisien ˆ
3 (Fixed financial assets ratio)

pada model regresi:

Terlihat bahwa thitung untuk koefisien ˆ adalah 2.242.


3

Sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena

digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari t tabel, nilai a dibagi

dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana

n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat ttabel adalah 1.98.

Karena |t hitung| > ttabel, (2.242 > 1.98), maka H0 ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien ˆ


3 (Fixed financial

assets ratio) berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah

0.027 atau probabilitas di atas 0.05 (0.027 < 0.05). Dengan

demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan

yang
3

sama dengan uji t yaitu koefisien ˆ variabel fixed financial asets

ratio berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.

Pengaruh fixed financial ratio terhadap ROA adalah

negatif yang menunjukkan hubungan yang berlawanan. Dalam hal

ini berarti penurunan fixed financial ratio akan mengakibatkan

naiknya return on total assets. Kemungkinan ini disebabkan oleh

perusahaan yang belum melakukan efisiensi terhadap fixed

financial assetsnya, sehingga tidak dapat meningkatkan kapasitas

produksi. Sedangkan fixed financial assets yang tinggi

8
menyebabkan biaya yang tinggi, yang mungkin dapat mengurangi

profitabilitas. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hadori Yunus (2005).

e. Menguji signifiknasi koefisien ˆ4 (Inventories turnover ratio)

pada model regresi :

Terlihat bahwa thitung untuk koefisien ˆ adalah 2.008.


4

Sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena

digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari t tabel, nilai a dibagi

dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana

n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat ttabel adalah 1.98.

Karena t hitung > ttabel, (2.008 > 1.98), maka H0 ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien ˆ


4 (variabel

Inventories Turnover) berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah

0.047 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.047 < 0.05). Dengan

demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama

dengan uji t yaitu koefisien variabel Inventories turnover ratio

berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian

sebelumnya oleh Hadori Yunus (2005), yang mengasumsikan

bahwa masih banyak perusahaan di Indonesia yang belum

melakukan efisiensi.

8
f. Menguji signifiknasi koefisien ˆ
5 (Receivable turnover ratio)

pada model regresi :

Terlihat bahwa thitung untuk koefisien ˆ adalah 2.062


5

Sedang t tabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan a = 0.05, karena

digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari t tabel, nilai a dibagi

dua menjadi 0.025, dan df = 122 (didapat dari rumus n-2, dimana

n adalah jumlah data, 124-2=122). Didapat ttabel adalah 1.98.

Karena t hitung > ttabel, (2.062 > 1.98), maka H0 ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien ˆ


5 (variabel

receivable turnover ratio) berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah

0.041 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.041 < 0.05). Dengan

demikian H 0 ditolak, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama

dengan uji t yaitu koefisien variabel receivable turnover ratio

berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Pengaruh receivable turnover ratio terhadap ROA adalah

negatif yang menunjukkan hubungan yang berlawanan. Dalam hal

ini berarti semakin kecil receivable turnover ratio akan

mengakibatkan meningkatnya return on total assets. Hal ini

sesuai dengan teori Emery, piutang usaha merupakan investasi

jangka pendek yang lebih menguntungkan daripada surat-surat

berharga, keuntungan yang tinggi memegang peranan penting

dalam penambahan account receivable, karena perusahaan

8
dengan tingkat keuntungan yang tinggi mempunyai lebih banyak

kas untuk dipinjamkan ke konsumen.

C. Koefisien Determinasi

Tabel 4.13
Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 .483a .233 .201 11.71813034 1.847
a.
Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, Sales
Growth Ratio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio
b.
Dependent Variable: ROA

Pada tabel 4.13, didapat satu model regresi dengan nilai

koefisien determinasi (R square) sebesar 0.233 (23.3%). Koefisien

determinasi ini menunjukkan bahwa 23.3 % ROA dapat dijelaskan

atau dipengaruhi oleh sales growth ratio, financial debt ratio, fixed

financial assets ratio, inventories turnover ratio dan receivable

turnover ratio. Sedangkan sisanya (100% - 23.3% = 76.7%) ROA

dipengaruhi oleh hal-hal atau variabel lain, seperti surat berharga.

8
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dikemukakan pada bab-bab

sebelumnya, maka hasil dari penelitian mengenai analisis modal kerja

terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor industri manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Setelah melalui tahapan uji statistik dengan pembuktian hipotesis,

ternyata terdapat hasil yang menunjukkan bahwa secara simultan dan

parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel modal kerja

(Sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets ratio,

inventories turnover ratio dan receivable turnover ratio) terhadap

profitabilitas (return on total assets ratio) pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa dari lima variabel independen

yaitu sales growth ratio, financial debt ratio, fixed financial assets

ratio, nventory turnover ratio dan receivable turnover ratio, variabel

yang paling dominan mempengaruhi profitabilitas (return on total

assets ratio) adalah financial debt ratio karena mempunyai nilai t

statistik paling besar dan probabilitas paling kecil.

84

84
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan, masih terdapat

keterbatasan, sehingga masih bayak yang perlu diperbaiki dan diperhatikan

lagi untuk penelitian selanjutnya. Adapun saran yang perlu peneliti tambahkan

guna penelitian yang lebih baik lagi, yaitu sebagai berikut :

1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap beberapa variabel

lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas.

2. Obyek penelitian dapat diperluas tidak hanya pada perusahaan sektor

industri manufaktur saja, tetapi juga pada jenis perusahaan lain.

C. Implikasi dan Keterbatasan

1. Implikasi

Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang

dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, yaitu:

a. Bagi perusahaan, khususnya manajer keuangan di dalam

merencanakan dan mengendalikan modal kerja supaya efektif dan

efisien, juga lebih memperhatikan lagi variabel yang sangat

menentukan profitabilitas perusahaan, sehingga dapat dipertimbangkan

dan dievaluasi lagi.

b. Bagi akademisi, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat berguna

untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai mengenai pengaruh

modal kerja terhadap profitabilitas dan mungkin dapat menjadi bahan

referensi serta perbandingan untuk penelitian yang akan datang.

8
2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu :

a. Penelitian ini tidak mempertimbangkan adanya size effect. Ukuran

perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh

laba.

b. Penelitian ini hanya meneliti sebagian variabel -variabel yang termasuk

komponen modal kerja sehingga agar lebih membuktikan faktor -faktor

yang mempengaruhi profitabilitas dapat digunakan variabel -variabel

lain.

8
Daftar Pustaka

Beodijoewono, Noegroho, “Pengantar Statistik: Ekonomi Dan Perusahaan”,


Jilid 2 Edisi Revisi, Unit Penerbit Dan Percetakan AMP YKPN,
Yogyakarta, 2001.

Brigham, Eugene F and Daves, Philip R, “Intermediate Financial Management”,


Thomson Learning, UK, 2001.

Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F, “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”,


Jilid 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Deloof, Marc, “Does Working Capital Management Affect Profitablity of Belgian


Firms?”. Journal of Business Finance and Accounting, 30 (3) & (4),
April/May 2003.

Faurani, “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas dan Rentabilitas Pada


Koperasi Dharma Wanita”, Mandalika, Nusa Tenggara Timur, 2004.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”,


Universitas Diponegoro, Semarang, 2001.

Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Grafika Karya Utama, Jakarta, 2005.

Hermawati, Ima. “Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas,dan


Solvabilitas Terhadap Modal Kerja”, Skripsi, Universitas Negeri
Semarang, 2007.

Koetin. E. A, ”Analisis Dasar Modal”.Cetakan ke-4, Pustaka Sinar Harapan,


Jakarta, 2002.

Meckim, David, “Naked Finance: Pengelolaan Uang Yang Gamblang”, Elex


Media Komputindo, Jakarta, 2008.

Munawir, S, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi ke-4, Liberty, Yogyakarta,


2004.

Putro, Djohan Bramantyo, “Manajemen Keuangan Korporat”, Mitra Kesjaya,


Jakarta, 2008.

Riyanto, Bambang, “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi ke-4,


BPFE, Yogyakarta, 2001.

87

87
Santoso, Singgih, “Latihan SPSS Statistik Parametrik”, Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2004.

Sartono, Agus, “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi” Edisi 4, BPFE,


Yogyakarta, 2001.

Sawir, Agnes, “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan


Perusahaan”, cetakan ke-5, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.

Yunus, Hadori, “Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada


Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”, Vol.01, UPI YAI, Jakarta, 2005.

8
LAMPIRAN

8
LAMPIRAN 1. DATA ROA

No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007


1 Astra Agro Lestari Tbk 36.5 36.02 33.01 54.44
2 Adhi Karya (persero) Tbk 5.2 4.81 4.49 3.55
3 Aneka Tambang (persero) Tbk 13.4 18.8 30.5 60.7
4 Aqua Golden Mississi Tbk 19.89 12.5 10 8.92
5 Astra Graphia Tbk 10.4 10.5 14 15.3
6 Astra Internasional Tbk 17.46 10.1 16.7 19
7 Berlian Laju Tangker Tbk 8.26 14.8 3.72 6.28
8 Goodyear Indonesia Tbk 9.18 8.87 -1.73 8.06
9 Gowa Makassar Tbk 3.17 3.22 3.83 4.62
10 Gudang Garam Tbk 12.25 7.38 9.21 11
11 Humpuss Intermoda Trans Tbk 7.22 7.23 9 8.8
12 HM Sampoerna Tbk 26.46 31.2 42.2 20.4
13 Indofood Sukses Makmur Tbk 7.6 6.99 6.57 6.62
14 Indorama Syntetics Tbk 1.3 0.5 0.49 0.52
15 Indosat Tbk 5.91 6.47 4.5 5.31
16 Kimia Farma Tbk 7 5.36 5.95 6.65
17 Lion Metal Works Tbk 23.32 17 15.9 11
18 Lion Meshprima Tbk 9.8 14.2 22.7 15.1
19 Lautan Luas Tbk 3.44 5.78 7.11 13.1
20 Medco Energi International Tbk 9.21 5.2 25.2 21.3
21 Multi Bintang Indonesia Tbk 23.08 22.4 18.2 12
22 Matahari Putra Prima Tbk 3.23 2.54 -0.69 3.01
23 Mayora Indah Tbk 9.81 4.63 9.12 9.46
24 Perusahaan Gas Negara Tbk 10.85 17.5 12.1 5.02
25 Selamat Sempurna Tbk 15.09 15.4 14.7 12.1
26 Tunas Baru Lampung Tbk 2.17 1.28 3.86 5.64
27 Mandom Indonesia Tbk 25.31 24.7 21.3 20.4
28 Telekomunikasi Indonesia Tbk 26.12 29.3 31.2 22.3
29 Tempo Scan Pacific Tbk 17.26 14.8 14.3 14.9
30 United Tractors Tbk 14.72 12 15.8 16.9
31 Unilever Indonesia Tbk 57.55 53.73 53.28 52.90

9
LAMPIRAN 2. DATA SALES GROWTH RATIO

No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007


1 Astra Agro Lestari Tbk 0.36 -0.03 0.11 0.58
2 Adhi Karya (persero) Tbk 0.23 0.09 0.43 0.14
3 Aneka Tambang (persero) Tbk 0.33 0.14 0.71 1.13
4 Aqua Golden Mississi Tbk 0.23 0.17 0.06 -0.14
5 Astra Graphia Tbk 0.12 0.15 0.13 0.17
6 Astra Internasional Tbk 0.21 -0.09 0.27 0.37
7 Berlian Laju Tangker Tbk 0.15 0.17 0.18 0.92
8 Goodyear Indonesia Tbk 0.37 0.13 0.12 -0.16
9 Gowa Makassar Tbk 0.17 0 0.14 -0.27
10 Gudang Garam Tbk 0.08 0.06 0.06 0.07
11 Humpuss Intermoda Trans Tbk 0.06 0.14 0.03 -0.32
12 HM Sampoerna Tbk 0.2 0.39 0.19 -0.51
13 Indofood Sukses Makmur Tbk 0.22 0.16 0.26 0.39
14 Indorama Syntetics Tbk 0.3 0.17 -0.07 -0.2
15 Indosat Tbk 0.07 0.05 0.34 0.13
16 Kimia Farma Tbk 0.15 0.2 0.08 0.14
17 Lion Metal Works Tbk 0.26 0.15 0.11 -0.27
18 Lion Meshprima Tbk 0.13 -0.23 0.47 0.39
19 Lautan Luas Tbk 0.08 0.11 0.12 0.64
20 Medco Energi International Tbk 0.19 0.17 0.29 0.52
21 Multi Bintang Indonesia Tbk 0.26 0.19 0.04 -0.23
22 Matahari Putra Prima Tbk 0.28 0.22 0.15 0.22
23 Mayora Indah Tbk 0.24 0.23 0.15 0.07
24 Perusahaan Gas Negara Tbk 0.27 0.22 0.32 0.45
25 Selamat Sempurna Tbk 0.51 0.17 0.02 -0.09
26 Tunas Baru Lampung Tbk 0.01 -0.02 0.54 1.14
27 Mandom Indonesia Tbk 0.25 0.13 0.05 -0.14
28 Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.23 0.22 0.15 0.02
29 Tempo Scan Pacific Tbk 0.12 -0.89 0.24 0.17
30 United Tractors Tbk 0.08 0.03 0.32 0.53
31 Unilever Indonesia Tbk 0.33 0.72 0.1 0.24
LAMPIRAN 3. DATA FINANCIAL DEBT RATIO

No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007


1 Astra Agro Lestari Tbk 0.05 0.15 0.18 0.21
2 Adhi Karya (persero) Tbk 0.87 0.84 0.84 0.87
3 Aneka Tambang (persero) Tbk 0.59 0.52 0.41 0.27

9
4 Aqua Golden Mississi Tbk 0.46 0.43 0.43 0.41
5 Astra Graphia Tbk 0.45 0.45 0.49 0.49
6 Astra Internasional Tbk 0.48 0.54 0.59 0.59
7 Berlian Laju Tangker Tbk 0.74 0.61 0.83 0.76
8 Goodyear Indonesia Tbk 0.35 0.40 0.38 0.42
9 Gowa Makassar Tbk 0.73 0.71 0.69 0.68
10 Gudang Garam Tbk 0.40 0.39 0.40 0.35
11 Humpuss Intermoda Trans Tbk 0.62 0.53 0.41 0.38
12 HM Sampoerna Tbk 0.55 0.59 0.54 0.50
13 Indofood Sukses Makmur Tbk 0.67 0.65 0.64 0.66
14 Indorama Syntetics Tbk 0.55 0.57 0.60 0.60
15 Indosat Tbk 0.55 0.55 0.62 0.65
16 Kimia Farma Tbk 0.28 0.30 0.34 0.34
17 Lion Metal Works Tbk 0.17 0.18 0.20 0.24
18 Lion Meshprima Tbk 0.49 0.46 0.53 0.38
19 Lautan Luas Tbk 0.64 0.67 0.67 0.72
20 Medco Energi International Tbk 0.59 0.64 0.69 0.62
21 Multi Bintang Indonesia Tbk 0.52 0.60 0.67 0.68
22 Matahari Putra Prima Tbk 0.53 0.63 0.60 0.67
23 Mayora Indah Tbk 0.31 0.37 0.36 0.39
24 Perusahaan Gas Negara Tbk 0.60 0.59 0.65 0.68
25 Selamat Sempurna Tbk 0.37 0.34 0.33 0.34
26 Tunas Baru Lampung Tbk 0.64 0.57 0.61 0.68
27 Mandom Indonesia Tbk 0.15 015 0.09 0.12
28 Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.52 0.51 0.47 0.51
29 Tempo Scan Pacific Tbk 0.60 0.18 0.20 0.22
30 United Tractors Tbk 0.60 0.58 0.55 0.50
31 Unilever Indonesia Tbk 2.10 0.48 0.49 0.35

9
LAMPIRAN 4. DATA FIXED FINANCIAL ASSETS RATIO

No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007


1 Astra Agro Lestari Tbk 0.31 0.4 0.44 0.32
2 Adhi Karya (persero) Tbk 0.05 0.05 0.04 0.03
3 Aneka Tambang (persero) Tbk 0.44 0.59 0.45 0.25
4 Aqua Golden Mississi Tbk 0.43 0.39 0.32 0.33
5 Astra Graphia Tbk 0.23 0.27 0.23 0.22
6 Astra Internasional Tbk 0.24 0.22 0.22 0.01
7 Berlian Laju Tangker Tbk 0.65 0.07 0.26 0.82
8 Goodyear Indonesia Tbk 0.31 0.24 0.25 0.31
9 Gowa Makassar Tbk 0.02 0.02 0.01 0.01
10 Gudang Garam Tbk 0.33 0.31 0.26 0.27
11 Humpuss Intermoda Trans Tbk 0.61 0.84 0.71 0.65
12 HM Sampoerna Tbk 0.2 0.2 0.18 0.17
13 Indofood Sukses Makmur Tbk 0.4 0.39 0.27 0.24
14 Indorama Syntetics Tbk 0.53 0.5 0.55 0.55
15 Indosat Tbk 0.65 0.82 0.67 0.74
16 Kimia Farma Tbk 0.34 0.32 0.28 0.27
17 Lion Metal Works Tbk 0.12 0.1 0.08 0.08
18 Lion Meshprima Tbk 0.25 0.25 0.15 0.14
19 Lautan Luas Tbk 0.29 0.23 0.3 0.25
20 Medco Energi International Tbk 0.2 0.25 0.23 0.07
21 Multi Bintang Indonesia Tbk 0.49 0.59 0.61 0.59
22 Matahari Putra Prima Tbk 0.38 0.33 0.2 0.19
23 Mayora Indah Tbk 0.47 0.5 0.47 0.42
24 Perusahaan Gas Negara Tbk 0.56 0.09 0.8 0.68
25 Selamat Sempurna Tbk 0.37 0.37 0.36 0.34
26 Tunas Baru Lampung Tbk 0.37 0.37 0.33 0.33
27 Mandom Indonesia Tbk 0.44 0.44 0.45 0.4
28 Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.07 0.73 0.74 0.77
29 Tempo Scan Pacific Tbk 0.25 0.24 0.22 0.22
30 United Tractors Tbk 0.4 0.46 0.42 0.41
31 Unilever Indonesia Tbk 0.47 0.03 0.41 0.01

9
LAMPIRAN 5. DATA INVENTORIES TURNOVER RATIO

No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007


1 Astra Agro Lestari Tbk 13 10 11 6
2 Adhi Karya (persero) Tbk 20 18 21 17
3 Aneka Tambang (persero) Tbk 4 3 3 3
4 Aqua Golden Mississi Tbk 50 59 66 48
5 Astra Graphia Tbk 3 4 4 3
6 Astra Internasional Tbk 9 10 39 8
7 Berlian Laju Tangker Tbk 27 33 21 3
8 Goodyear Indonesia Tbk 7 8 8 6
9 Gowa Makassar Tbk 1 1 2 1
10 Gudang Garam Tbk 1 2 2 2
11 Humpuss Intermoda Trans Tbk 82 52 78 37
12 HM Sampoerna Tbk 2 3 3 1
13 Indofood Sukses Makmur Tbk 5 6 5 5
14 Indorama Syntetics Tbk 6 7 7 4
15 Indosat Tbk 38 79 74 57
16 Kimia Farma Tbk 5 7 6 5
17 Lion Metal Works Tbk 1 1 1 1
18 Lion Meshprima Tbk 7 5 4 5
19 Lautan Luas Tbk 5 5 6 4
20 Medco Energi International Tbk 8 10 9 24
21 Multi Bintang Indonesia Tbk 5 7 6 6
22 Matahari Putra Prima Tbk 7 8 8 9
23 Mayora Indah Tbk 6 8 6 5
24 Perusahaan Gas Negara Tbk 106 123 182 359
25 Selamat Sempurna Tbk 3 4 3 3
26 Tunas Baru Lampung Tbk 7 7 7 3
27 Mandom Indonesia Tbk 4 4 3 3
28 Telekomunikasi Indonesia Tbk 111 139 155 174
29 Tempo Scan Pacific Tbk 5 4 4 4
30 United Tractors Tbk 5 7 7 4
31 Unilever Indonesia Tbk 3 7 7 6

9
LAMPIRAN 6. DATA RECEIVABLE TURNOVER RATIO

No Nama Perusahaan 2004 2005 2006 2007


1 Astra Agro Lestari Tbk 7 10 2 7
2 Adhi Karya (persero) Tbk 27 29 68 80
3 Aneka Tambang (persero) Tbk 37 57 63 53
4 Aqua Golden Mississi Tbk 80 79 94 116
5 Astra Graphia Tbk 53 54 58 53
6 Astra Internasional Tbk 32 53 31 24
7 Berlian Laju Tangker Tbk 62 64 74 58
8 Goodyear Indonesia Tbk 54 45 46 57
9 Gowa Makassar Tbk 15 6 6 23
10 Gudang Garam Tbk 293 34 36 253
11 Humpuss Intermoda Trans Tbk 17 25 21 36
12 HM Sampoerna Tbk 7 8 5 23
13 Indofood Sukses Makmur Tbk 33 28 31 26
14 Indorama Syntetics Tbk 33 47 39 47
15 Indosat Tbk 37 38 23 27
16 Kimia Farma Tbk 45 35 47 36
17 Lion Metal Works Tbk 82 68 67 85
18 Lion Meshprima Tbk 38 57 39 29
19 Lautan Luas Tbk 71 78 74 64
20 Medco Energi International Tbk 104 88 106 81
21 Multi Bintang Indonesia Tbk 40 51 41 51
22 Matahari Putra Prima Tbk 5 9 8 31
23 Mayora Indah Tbk 88 74 85 94
24 Perusahaan Gas Negara Tbk 55 54 48 46
25 Selamat Sempurna Tbk 80 29 84 100
26 Tunas Baru Lampung Tbk 31 44 35 18
27 Mandom Indonesia Tbk 53 52 56 76
28 Telekomunikasi Indonesia Tbk 32 27 21 22
29 Tempo Scan Pacific Tbk 19 213 225 217
30 United Tractors Tbk 66 55 60 45
31 Unilever Indonesia Tbk 56 22 22 23

9
LAMPIRAN 7. OUTPUT REGRESI

Variables Entered/Removedb

Variables Variables
Model Entered Removed Method
1
Receivable
Turnover,
Financial
Debt Ratio,
Sales
Growth
Ratio, Fixed . Enter
Financial
Assets
Ratio,
Inventorya
Turnover

a.
All requested variables entered.
b.
Dependent Variable: ROA

Model Summaryb

Adjusted Std. Error of Durbin-


Model R R Square R Square the Estimate Watson
1 .483a .233 .201 11.71813034 1.847
a.
Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, Sales
Growth Ratio, Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio
b.
Dependent Variable: ROA

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4924.590 5 984.918 7.173 .000a
Residual 16203.120 118 137.315
Total 21127.711 123
a.
Predictors: (Constant), Receivable Turnover, Inventory Turnover, Sales Growth Ratio,
Financial Debt Ratio, Fixed Financial Assets Ratio
b.
Dependent Variable: ROA

9
Coefficientsa

Unstandardized
Coefficients
Model B Std. Error t Sig.
1 (Constant) 32.272 4.324 7.464 .000
Sales Growth Ratio 12.485 4.175 2.991 .003
Financial Debt Ratio -30.430 6.172 -4.930 .000
Fixed Financial Assets Ratio -12.810 5.714 -2.242 .027
Inventory Turnover .048 .024 2.008 .047
Receivable Turnover -.050 .024 -2.062 .041
a. Dependent Variable: ROA

Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Sales Growth Ratio .955 1.047
Financial Debt Ratio .900 1.112
Fixed Financial
.825 1.212
Assets Ratio
Inventory Turnover .816 1.226
Receivable Turnover .900 1.111
a. Dependent Variable: ROA

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N


Predicted Value -1.09488 32.47256 13.68250 6.32750497 124
Std. Predicted Value -2.335 2.970 .000 1.000 124
Standard Error of
1.204 7.491 2.379 .996 124
Predicted Value
Adjusted Predicted Value -1.99853 36.41053 13.67077 6.55262210 124
Residual -65.3527 40.29706 .00000000 11.47748601 124
Std. Residual -5.577 3.439 .000 .979 124
Stud. Residual -5.691 3.468 .001 1.011 124
Deleted Residual -68.0415 40.97676 .01173319 12.27793227 124
Stud. Deleted Residual -6.652 3.644 -.003 1.068 124
Mahal. Distance .306 49.267 4.960 6.305 124
Cook's Distance .000 .489 .013 .052 124
Centered Leverage Value .002 .401 .040 .051 124
a. Dependent Variable: ROA

9
9
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz ed
Residual
N 124
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation 11.47748601
Most Extreme Absolute .157
Differences Positive .157
Negative -.108
Kolmogorov-Smirnov Z 1.748
Asymp. Sig. (2-tailed) .244
a.
Test distribution is Normal.
b.
Calculated from data.

Anda mungkin juga menyukai