Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“KETIDAKSUAIAN PENGUPAHAN KERJA LEMBUR”

DOSEN PENGAMPU : ENCEP SAEFULLAH, S.H., M.M., C.HRA., C.PHRM.,


C.BHCM., C.HCBP., BHRM., BHRBP

DISUSUN OLEH :

FAIZUL UMAM 11012300276

RAHMASARI 11012300287

ANISA NURUL RAHMA 11012300290

RICA GUNAWAN 11012300291

MUHAMMAD FAJRI ALAM 11012300314

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BINA BANGSA

2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Hukum dan Hukum Ekonomi dengan subtema Upah Pekerja di Perusahaan Swasta ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak
Enccep saefullah selaku Dosen mata kuliah Hukum dan Hukum Bisnis yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita .

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah initerdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Serang, 8 Januari 2024

Penulis

PAGE \* MERGEFORMAT 2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..……I
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..…….II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………..……………….………………..…………………..…1
B. Rumusan Masalah …………………..…………………..…………………..………..….2
C. Tujuan Penulisan…………………..…………………..…………………..………..……2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum Ketenagakerjaan………………….…..…..……………..………….……..3
B. Benar dan Kewajiban Pekerja…………………..……..…………………..……………...4
C. Benar dan Kewajiban Pengusaha..…………………..…………………..…………….….6
D. Tata Mengelola Pengupahan….…..…………………..…………………..………………8
E. Contoh Kasus dari ketidaksuaian pengupahan kerja lembur…………………………….11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan…. …………………………………………………………………….……14
B. Saran……………….……………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….16

PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mewujudkan masyarakat adil dan makmur adalah salah satu tujuan Indonesia
merdeka.Oleh karena itu negara mempunyai kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan bagi
rakyatnya secara adil. Salah satu instrumen mandiri keadilan kesejahteraan itu adalah hukum.
Melalui hukum, negara berusaha mengatur hubungan-hubungan antara orang perorang atau
antara orang dengan badan hukum. Pengaturan ini dimaksudkan jadi jangan ada penzaliman
dari yang lebih kuat kepada yang lemah, sehingga tercipta keadilan dan ketentraman ditengah-
tengah masyarakat.

Salah satu peraturan yang dibuat oleh pemerintah adalah peraturan yang mengatur hubungan
seseorang didunia kerja. Pakta menunjukkan bahwa banyak sekali orang yang bekerja pada
orang lain entahlah bekerja pada perusahaan. Oleh sebab itu hubungan kerja antara seorang
pekerja dengan maji itu atau antara pekerja dengan badan usaha perlu diatur jadi rupa jadi
tidak terjadi kesewenang-wenangan yang bisa merugikan salah satu pihak

1
B.Rumusan Masalah

Berikut adalah rumusan makalah tentang ketidaksuaian pengupahan kerja lembur:

a) Dasar hukum ketenagakerjaan


b) Benar dan kewajiban pekerja
c) Benar dan kewajiban pengusaha
d) Tata mengelola pengupahan pekerja sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan

C.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:

1) Untuk mengetahui Undang-Undang tentang ketenagakerjaan.


2) Untuk mengetahui benar dan kewajiban sebagai karyawan atau pekerja.
3) Untuk mengetahui benar dan kewajiban sebagai pengusaha.
4) Untuk mengetahui syarat dan ketentuan mendapatkan upah layak bagi kehidupan
kemanusiaan tenaga kerja.

BAB II

PAGE \* MERGEFORMAT 2
PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Ketenagakerjaan dan Istilah-Istilah yang Menyertainya

Dasar hukum tentang ketenagakerjaan di Negara Indonesia adalah UU TIDAK.13


tahun 2003. Di dalam BAB I Ketentuan Umum Pasal I UU TIDAK. 13 tahun 2003 terdapat
beberapa istilah seperti ketenagakerjaan, tenaga kerja, pekerja. pengusaha, perusahaan,
perjanjian kerja, hubungan kerja, dan upah. Tenaga kerja disebut kandalam UU TIDAK. 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaanya itu ". Tenaga kerjaa dalam setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat."Sedangkan pengertian dari ketenagakerjaan sesuai dengan
Pasal 1 angka 1 UU TIDAK. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah Ketenagakerjaan
adalah semuanya hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelumnya,
selama, dan sesudahnya masa kerja.". Dalam Pasal angka 3, Pekerja atau buruh keturunan
sebagai setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau berkenan dalam bentuk lain."
Dalam Pasal I dan kas, pengusaha juga saya punyai beberapa arti yaitu sebagai orang
perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik
sendiri."atau orang perseorangan,persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya atau orang perseorangan persekutuan, atau badan
hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagai mana maksudnya dalam huruf
A dan B yang berkedudukan diluar wilayah Indonesia.". Dalam Pasal l angka 6, Perusahaan
adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak,milik orang perseorangan,milik
persekutuan,atau milik badan hukum,baik milik swasta maupun milik negara yang
mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau kedalam bentuk lain atau usaha
sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain
dengan membayar upah atau kedalam bentuk lain.". Dalam Pasal l angka14.Perjanjian kerja
adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberita kerja yang memuat
syarat-syarat kerja, benar, dan kewajiban para pihak.". Dalam Pasal l angka 15, hubungan
kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja,
yang tidak mempunyai kepastian pekerjaan, upah, dan perintah. Dalam Pasal l angka
30,upaha dalam benar pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai ke kesejahteraan dari pengusaha atau pemberita kerja kepada pekerja buruh yang
ditetapkan dan mampu menurut suatu.kerja, setuju, atau peraturan perundangan, termasuk

PAGE \* MERGEFORMAT 2
tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah
atau akan dilakukan. Dalam Pasal l angka 31, kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu
menyediakan kebutuhan dan/atau tujuan yang bersifat fisikah dan rohaniah, baik di dalam
maupun diluar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi
produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang seorang pria dan sehat.

B. Benar dan Kewajiban sebagai Pekerja


Kewajiban-Kewajiban sebagai Pekerja tertuang dalam UU NO.13 Tahun 2003 antara
lain:
1. Pasal 102 ayat (2): Dalam sedang melaksanakan hubungan industri, pekerja dan
universitas pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan
kewajibannya, menjaga Ngomong-ngomong demi bertahan produksi,
menyampaikan aspirasi secara demokrasi, mengembangkan keterampilan dan
keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan berjuang kesejahteraan
anggota dan keluarganya.
2. Pasal 126 ayat (1): Pengusaha, universitas pekerja dan pekerja Wajib sedang
melaksanakan ketentuan yang ada dalam kerja bersama.
3. Pasal 126 ayat (2): Pengusaha dan universitas pekerja Wajib beritahukan isi.kerja
bersama atau perubahannya kepada keseluruhan pekerja.
4. Pasal 136 ayat (1): Penyelesaian Permasalahan hubungan industri Wajib
dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja atau universitas pekerja secara
musyawarah untuk mufakat.
5. Pasal 140 ayat (1): Kurang kurang dalam waktu 7 (Tujuh) hari kerja sebelum
mogok kerja dilaksanakan, pekerja dan serikat pekerja Wajib memberitahukan
secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab dibidang
ketenagakerjaan setempat.

Hak-hak sebagai pekerja tertuang dalam UU No. 13 Tahun 2003 antara lain:

1. Pasal 5 Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi
untuk memperoleh pekerjaan.
2. Pasal 6: Setiap pekerja berHak memperoleh perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi dari pengusahan.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
3. Pasal 11: Setiap tenaga kerja berHak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan
dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya melalui pelatihan kerja
4. Pasal 12 ayat (3): Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti
pelatihan kerja sesuai dengan bidangnya
5. Pasal 18 ayat (1): Tenaga kerja berHak memperoleh pengakuan kompetensi kerja
setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja
pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta atau pelatihan ditempat kerja.
6. Pasal 23: Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berHak atas
pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi.
7. Pasal 31: Setiap tenaga kerja mempunyai Hak dan kesempatan yang sama untuk
memilih. mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang
layak di dalam atau di luar negeri
8. Pasal 67: Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib
memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya
9. Pasal 78 ayat (2): Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud pada Pasal 78 ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur
10. Pasal 79 ayat (1): Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada
pekerja
11. Pasal 80: Pengusaha wajib memberikan kesempatan secukupnya kepada pekerja
untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya
12. Pasal 82: Pekerja perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu
setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (Satu setengah) bulan
sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan
13. Pasal 84: Setiap pekerja yang menggunakan hak waktu istirahat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c dan d. Pasal 80 dan Pasal 82
berHakmendapatkan upah penuh
14. Pasal 85 ayat (1): Pekerja tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi
15. Pasal 86 ayat (1): Setiap pekerja mempunyai Hak untuk memperoleh perlindungan
atas Keselamatan dan kesehatan kerja, Moral dan kesusilaan dan perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
16. Pasal 88: Setiap pekerja berHak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
17. Pasal 90 Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89.
18. Pasal 99 ayat (1): Setiap pekerja dan keluarganya berHak untuk memperoleh
jaminan. tenaga sosial kerja.
19. Pasal 104 ayat (1): Setiap pekerja berHak membentuk dan menjadi anggota serikat
pekerja 20. Pasal 137: Mogok kerja sebagai Hak dasar pekerja dan serikat pekerja
dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan
20. Pasal 156 ayat (1): Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha
diwajibkan. membayar uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja serta uang
penggantiHak yang seharusnya diterima.

C. Hak dan Kewajiban sebagai Pengusaha


Kewajiban-Kewajiban sebagai Pengusaha tertuang dalam UU No. 13 Tahun 2003 antara
lain:
1. Memperkerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan
sesuai dengan garis dan derajat kecacatan nya. (Pasal 67 ayat IUU No 13 tahun
2003)
2. Pengusaha wajib memberikan menyediakan angkutan antar Jemput Bagi Pekerja
Buruh Perempuan yang berangkat dan pulang pekerja antara pukul 23.00 s.d
pukul 05.00(Pasal 76 (5) UU No.13 Tahun 2003)
3. Setiap Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja. (Pasal 77 ayat (1)
s.d (4) (UU Ketenagakerjaan).
4. Pengusaha wajib Memberi Waktu Istirahat Dan Cuti Kepada Pekerja/Buruh
(Pasal 79 UU ketenaga kerjaan).
5. Pengusaha Wajib memberikan Kesempatan Secukupnya Kepada Pekerja Untuk
Melaksanakan Ibadah yang diwajibkan Oleh Agamanya (Pasal 80 UU
Ketenagakerjaan).
6. Pengusaha yang memperkerjakan Pekerja Buruh Yang melakukan pekerja Untuk
Melaksanakan Ibadah yang Di wajib kan oleh agama nya (Pasal 80 UU
Ketenagakerjaan).
7. Pengusaha Yang Memperkerjakan Pekerja Buruh yang melakukan pekerjaan
pada hari libur resmi sebagai mana di maksud pada ayat (2) Wajib membayar
Upah kerja lembur (Pasal 85 (3) UU Ketenagakerjaan).

PAGE \* MERGEFORMAT 2
8. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurang nya 10
(Sepuluh orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah
disahkan oleh mentri atau pejabat yang ditunjuk (Pasal 108 (1) UU
Ketenagakerjaan.
9. Pengusaha Wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan naskah
peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh.
10. Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada pekerja serikat buruh,
serta instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenaga kerjaan setempat
sekurang-kurang nya 7(Tujuh) hari kerja (Pasal 148 UU Ketenaga kerjaan)
11. Dalam Hal terjadi pemutusan Kerja pengusah di wajib kan membayar uang
pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang
seharusnya diterima (pasal 156 (1) UU ketenagakerjaan).
12. Dalam hal pekerja/buruh di tahan pihak yang berwajib karena di duga melakukan
tindak pidana bukan bukan atas pengaduan pengusaha, maka pengusaha tidak
wajib memberikan bantuan kepada keluarga pekerja,buruh yang menjadi
tanggungannya. (Pasal 160 ayat (1) UU ketenagakerjaan)
13. Pengusaha wajib membayar kepada pekerja buruh yang mengalami pemutusan
hubungan kerja sebagaimana di maksud pada ayat (3)dan ayat (5), uang
penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (4).
14. Untuk Pengusaha di larang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
15. sebagaimana di maksud dalam pasal 89 (Pasal 90 UU Ketenagakerjaan) 15.
Pengusaha Wajib MembayarUpah/pekerja/buruh menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku (pasal 91 UU Ketenagakerjaan).
16. Kewajiban Pengusaha lainnya bisa dilihat dalam pasal 33 ayat (2) UU
ketenagakerjaan.

Hak-Hak sebagai Pengusaha tertuang dalam UU.13 Tahun 2003 antaralain:

1.Berhak sepenuhnya atas hasil kerja pekerja

2. Berhak atas ditaatinya aturan kerja oleh pekerja,termasuk pemberian sanksi

3. Berhak atas perlakuan yang menghormati pekerja

4. Berhak sedang melaksanakan tata secara tertib kerja yang telah dibuat oleh
pengusaha

PAGE \* MERGEFORMAT 2
D. Tata Mengelola Pengupahan Pekerja Sesuai dengan Undang-Undang
Ketenagakerjaan

1.Cakupan Pengupahan

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan )


pada Bab 10 mengatur tentang Pengupahan. Laki-laki urut Pasal 88 ayat (1) UU
Ketenagakerjaan, setiap pekerja/buruh mampu memperoleh pendapatan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Kebijakan pemerintah mengenai pengupahan
yang melindungi pekerja/buruh meliputi:

A).upah minimum;

B).upah kerja lembur,

C).upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

D).upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaannya;

e). upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

f). bentuk dan cara pembayaran upah.

g). denda dan potongan upah;

h). hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah,

i). struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

j). upah untuk pembayaran pesangon; dan

k). upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

Pasal 89 UU Ketenagakerjaan mengatur bahwa upah minimum ditetapkan pemerintah


berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi. Upah minimum dapat terdiri atas upah minimum berdasarkan
wilayah provinsi atau kabupaten/kota dan upah minimum berdasarkan sektor pada
wilayah provinsi atau kabupaten/kota.

2. Larangan dalam Pengupahan

Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 89 UU Ketenagakerjaan. Dalam hal pengusaha yang tidak mampu

PAGE \* MERGEFORMAT 2
membayar upah minimum yang telah ditentukan tersebut, dapat dilakukan penangguhan
yang tata cara penangguhannya diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: KΕΡ.231/ΜΕΝ/2003 tentang Tata Cara
Penangguhan pelaksanaan upah Minimum. Kemudian,pengaturan pengupahan yang
ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang
ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika kesepakatan tersebut lebih
rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, maka kesepakatan
tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja buruh menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Struktur Skala Upah

Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan,
masa kerja, pendidikan, dan kompetensi. Peninjauan upah secara berkala tersebut dengan
memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas. Ketentuan mengenai struktur
dan skala upah diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: KEP.49/MEN/2004 tentang Ketentuan Struktur
dan Skala Upah.

4. Kewajiban Pembayaran Upah

Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan. Namun, pengusaha
wajib membayar upah apabila:

a) pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan:

b) pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya
sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.

c) pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja buruh menikah, menikahkan,


mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri melahirkan atau keguguran kandungan,
suami atau isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota
keluarga dalam satu rumah meninggal dunia;

d) pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan


kewajiban terhadap negara.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
e) pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang
diperintahkan agamanya.

f) pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha


tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri maupun halangan yang
seharusnya dapat dihindari pengusaha.

g) pekerja buruh melaksanakan hak istirahat,

h) pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja serikat buruh atas persetujuan


pengusaha, dan pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

Pengaturan pelaksanaan ketentuan di atas, ditetapkan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan


Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.

5.Perhitungan Upah Pokok

Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya
upah pokok sedikit-dikitnya 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan
tunjangan tetap.

6.Sunksi

Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya


dapat dikenakan denda. Kemudian, pengusaha yang karena kesengajaan atau kelalaiannya
mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase
tertentu dari upah pekerja/buruh. Pengenaan denda kepada pengusaha dan/atau pekerja/buruh,
dalam pembayaran upah diatur oleh Pemerintah. Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau
dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku, maka upah dan hak-
hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang didahulukan pembayarannya.

7. Kadaluarsa

Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari
hubungan. kerja menjadi kadaluarsa, setelah melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak
timbulnya hak. Ketentuan mengenai penghasilan yang layak, kebijakan pengupahan,
kebutuhan hidup yang layak, dan perlindungan pengupahan, penetapan upah minimum, dan
pengenaan denda diatur dengan Peraturan Pemerintah.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
E. Kasus

Dalam makalah ini kami akan mengambil satu kasus yang dialami oleh Sdr. SP dan Sdr.
MBU sebagai pekerja serta PT.Al sebagai Pengusaha. Dalam kasus ini pihak pekerja merasa
telah dirugikan oleh pihak pengusaha dalam urusan pembayaran upah khususnya upah
lembur. Pihak pekerja selama ini tidak mendapatkan bayaran upah atas pekerjaan yang telah
dilakukan di luar jam kerja wajib atau lebih dikenal dengan lembur.
Dalam kasus ini pihak pengusaha tidak memenuhi salah satu kewajibannya sebagai pemberi
kerja yaitu pihak yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan
dengan bentuk lain. Pihak pekerja telah memenuhi segala ketentuan perusahaan dengan
bersedia untuk melakukan kerja lembur maupun perjalanan dinas untuk pekerjaan di luar
kota. Namun begitu, pihak pengusaha tidak memberikan upah lembur sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Upaya-upaya telah dikerahkan oleh pihak pekerja untuk menuntut hak mereka. Mulai dari
berbicara dengan atasan langsung hingga menghadap ke Departemen HRD PT. Al sebagai
pihak perwakilan perusahaan yang mengurusi permasalahan karyawan. Walaupun begitu
hasilnya nihil. Pihak perusahaan berdalih jika pembayaran upah lembur dan perjalanan dinas
telah digabungkan dalam pembayaran gaji bulanan pekerja. Menurut perusahaan, pihak
pekerja telah setuju dengan kesepakatan tersebut sebelumnya dengan bukti penandatanganan
perjanjian kerja di awal jenjang karir. Faktanya, dalam pembayaran gaji pekerja memang
hanya menyertakan 2 komponen upah yaitu Gaji pokok dan Tunjangan mutasi. Jelas ini
merupakan pelanggaran yag dilakukan oleh pengusaha dalam menunaikan kewajibannya dan
memberikan hak-hak pekerjanya yang tertuang dalam pasal 78 ayat (1) UU No.13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan. Dalam pasal itu disebutkan bahwa pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh (karyawan) melebihi ketentuan waktu kerja normal sesuai dengan pola waktu
kerja yang ditentukan (dalam Pasal 77 ayat [2] UUK) wajib membayar upah kerja lembur
sesuai peraturan perundang-undangan (yakni pasal 78 ayat [2] dan ayat [3] dan pasal 11 jo.
pasal 10 dan pasal 8 Kepmenakertrans No. KEP-102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja
Lembur dan Upah Kerja Lembur).
Ketentuan waktu kerja lembur dan upah kerja lembur tersebut, tidak berlaku bagi sektor
usaha atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan pasal 78 ayat (4) UUK untuk sektor usaha atau
pekerjaan tertentu diatur lebih lanjut secara khusus oleh Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Namun, hingga saat ini pengaturan mengenai ketentuanwaktu kerja/waktu
kerja lembur serta upah kerja lembur bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu, baru ada 2
(dua)Peraturan.yakni:
1. Kepmenakertrans. No. 234/Men/2003 tentang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Pada
Sektor Usaha Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Daerah Tertentu. 2. Permenakertrans,
No. 15/Men/VII/2005 tentang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Pada Sektor Usaha
Pertambangan Umum Pada Daerah Operasi Tertentu.
Sedangkan untuk sektor usaha atau pekerjaan tertentu lainnya yang hingga saat ini belum
diatur secara khusus, dapat diperjanjikan oleh para pihak dalam Perjanjian Kerja (PK) dan
Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dengan tetap mengindahkan
ketentuan umum, yaitu:

PAGE \* MERGEFORMAT 2
a. Maksimum 7 jam per-hari untuk pola waktu kerja 6:1 atau maksimum 8 jam per-hari untuk
pola waktu kerja 5:2 (Pasal 77 ayat (2) UUK:
b. Apabila melebihi ketentuan waktu kerja yang ditentukan sebagaimana tersebut, wajib
diperhitungkan sebagai waktu kerja lembur dengan hak memperoleh upah kerja lembur.;
c. Pelaksanaan waktu kerja lembur, harus memenuhi syarat-syarat, antara lain: persetujuan
(masing-masing) dari pekerja yang bersangkutan, waktu kerja lembur hanya maksimum 3
(tiga) jam per-hari (untuk lembur pada hari kerja, dan komulatif waktu kerja lembur per-
minggu maksimum 14 jam, kecuali lembur dilakukan pada waktu hari istirahat mingguan/hari
libur resmi (Pasal 78 ayat (1) UUK jo Pasal 3 ayat (2) Kepmenakertrans No. KΕΡ-
102/MEN/VI/2004.
Pada dasarnya, ketentuan mengenai lembur secara umum telah diatur dalam Pasal 77
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ("UU Ketenagakerjaan").
Dalam pasal ini disebutkan:
(1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
(2) (2 ) Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a.7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu, atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu
(3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi sektor
usaha atau pekerjaan tertentu.
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri.
Adapun aturan khusus yang mengatur mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja lembur
adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-
102/MEN/VI/2004 Tahun 2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur
("Kepmenakertrans 102/VI/2004").
Menurut Pasal 1 Kepmenakertrans 102/V1/2004, waktu kerja lembur adalah waktu kerja
yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1(satu) minggu untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau 8 (delapan) jam sehari dan 40(empat puluh) jam 1
(satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, atau waktu kerja padahari
istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.
Pada dasarnya pengusaha wajib mematuhi ketentuan waktu kerja yang disebut dalam Pasal
77 UU Ketenagakerjaan dan apabila melebihi waktu-waktu yang disebut dalam Pasal 1
Kepmenakertrans 102/VI/2004, maka dinamakan waktu kerja lembur.
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud
di atas berdasarkan Pasal 78 ayat (1) UU Ketenagakerjaan harus memenuhi syarat:

PAGE \* MERGEFORMAT 2
ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan waktu kerja lembur hanya dapat
dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1
(satu) minggu. Dalam konteks pertanyaan Anda, maka waktu kerja lembur yang dilakukan
oleh karyawan hampir setiap 2 sampai 3 hari di setiap minggunya itu pada dasarnya hanya
dapat dilakukan paling banyak 3 jam dalam satu harinya dan 14 jam dalam satu minggunya.
Oleh karena itu, perlu dilihat kembali berapa lama waktu lembur yang dilakukan oleh
karyawan. Hal penting lainnya adalah lembur itu harus didasari oleh persetujuan karyawan
yang bersangkutan dan pengusaha yang mempekerjakan karyawan melebihi waktu kerja
wajib membayar upah kerja lembur. Ini artinya, pemberian uang lembur dalam konteks
pertanyaannya sifatnya bagi perusahaan tersebut adalah wajib. Pemberian upah lembur
didasarkan pada lebihnya ketentuan waktu. kerja yang seharusnya dan tidak dikaitkan dengan
sudahnya upah karyawan di atas UMP.
Menurut Pasal 90 ayat (1) UU Ketenagakerjaan, pengusaha dilarang membayar upah lebih
rendah dari upah minimum, baik upah minimum (UM) berdasarkan wilayah. propinsi atau
kabupaten kota(yang sering disebut Upah Minimum Regional, UMR) maupun upah
minimum berdasarkan sektor pada wilayah propinsi atau kabupaten/kota (Upah Minimum
Sektoral, UMS). Dengan kata lain, dibayarnya upah karyawan yang sudah. melebihi UMP
tidak serta merta menghapuskan kewajiban perusahaan untuk memberi upah kerja lembur
bagi karyawannya yang bekerja lembur. Intinya adalah pekerja merasa sangat dirugikan
karena dengan dan/atau tanpa melaksanakan kerja lembur akan tetap menerima upah yang
sama.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

Dalam ringkasan Undang-undang tentang Ketenagakerjaan, Hak dan Kewajiban terhadap


para tenaga kerja diatas dapat kita simpulkan, bahwa hubungan antara pengusaha dengan
tenaga kerja haruslah diselingi dan diimbangi dengan adanya hak-hak dan kewajiban diantara
keduanya supaya tidak terjadi kesetimpangan atau penyalahgunaan kekuasaan. Oleh karena
itu para tenaga kerja dan pengusaha selaku pemegang kekuasaan haruslah patuh dan tunduk
kepada aturan-aturan yang berlaku didalam ruang lingkup kerjanya (Perjanjian kerja). Para
tenaga kerja mempunyai beban kewajiban yang tidak dapat dipisahkan dalan status kerjanya,
diantaranya para tenaga kerja harus menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi,
menyalurkan aspirasi secara demokrasi, mengembangkan keterampilan dan keahliannya serta
ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta
keluarganya, yang terpenting melaksanakan ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja
bersama. Dengan demikian maka para tenaga kerja akan secara otomatis mendapatkan hak-
haknya selaku tenaga kerja diantaranya memperoleh perlakuan yang sama.

Dalam hal pemberian upah pekerja maka perusahaan sebaiknya mempertimbangkan dan
mematuhi peraturan tentang ketenagakerjaan yaitu mengacu kepada UU No.13 tahun 2003.
Perusahaan hendaknya memberikan upah yang penuh, baik itu gaji pokok, upah lembur..
maupun tunjangan-tunjangan lain yang telah tersurat dalam peraturan tersebut. Hal ini juga
hendaknya dipenuhi demi tercapainya kondisi kerja yang ideal bagi pengusaha dan pekerja.
demi mencapai kesejahteraan bersama.

Sebagai pekerja hendaknya kita juga memahami segala peraturan perundang-undangan


sebagai payung hukum bagi tenaga kerja. Agar kedepannya dapat menuntut hak-haknya
secara penuh sebagai tenaga kerja apabila dikemudian hari ditemukan pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan oleh pengusaha atau perusahaan.

A. Saran

PAGE \* MERGEFORMAT 2
Dengan demikian penyusun memberikan saran sebagai berikut:
1. Pekerja wajib mengetahui peraturan perundang-undangan sebagai payung
hukum tenaga kerja di Indonesia.
2. Jangan ragu untuk berkomunikasi dengan pihak perusahaan jika dirasa ada
hak-hak sebagai pekerja yang belum dipenuhi.
3. Utamakan musyawarah dengan serikat pekerja jika dirasa perlu untuk
membantu kelancaran proses mendapatkan hak-hak tersebut.
4. Cermati segala poin yang tertuang dalam perjanjian kerja sebelum
menyetujuinya dan tanyakan jika ada poin yang belum jelas kepada pihak
perusahaan.
Makalah kami ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam hal
segi penulisan maupun materinya. Kami harap saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca sekalian demi mencapai hasil yang lebih baik
kedepannya.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP.
102/MEN/VI/2004 Tahun 2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur

Manulang, SH., 1995, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Rineka Cipta,


Jakarta, Cetakan kedua

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

PAGE \* MERGEFORMAT 2

Anda mungkin juga menyukai