DISUSUN OLEH :
RAHMASARI 11012300287
JURUSAN MANAJEMEN
2023
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Hukum dan Hukum Ekonomi dengan subtema Upah Pekerja di Perusahaan Swasta ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak
Enccep saefullah selaku Dosen mata kuliah Hukum dan Hukum Bisnis yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita .
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah initerdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penulis
PAGE \* MERGEFORMAT 2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..……I
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..…….II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………..……………….………………..…………………..…1
B. Rumusan Masalah …………………..…………………..…………………..………..….2
C. Tujuan Penulisan…………………..…………………..…………………..………..……2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum Ketenagakerjaan………………….…..…..……………..………….……..3
B. Benar dan Kewajiban Pekerja…………………..……..…………………..……………...4
C. Benar dan Kewajiban Pengusaha..…………………..…………………..…………….….6
D. Tata Mengelola Pengupahan….…..…………………..…………………..………………8
E. Contoh Kasus dari ketidaksuaian pengupahan kerja lembur…………………………….11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan…. …………………………………………………………………….……14
B. Saran……………….……………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….16
PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mewujudkan masyarakat adil dan makmur adalah salah satu tujuan Indonesia
merdeka.Oleh karena itu negara mempunyai kewajiban untuk menciptakan kesejahteraan bagi
rakyatnya secara adil. Salah satu instrumen mandiri keadilan kesejahteraan itu adalah hukum.
Melalui hukum, negara berusaha mengatur hubungan-hubungan antara orang perorang atau
antara orang dengan badan hukum. Pengaturan ini dimaksudkan jadi jangan ada penzaliman
dari yang lebih kuat kepada yang lemah, sehingga tercipta keadilan dan ketentraman ditengah-
tengah masyarakat.
Salah satu peraturan yang dibuat oleh pemerintah adalah peraturan yang mengatur hubungan
seseorang didunia kerja. Pakta menunjukkan bahwa banyak sekali orang yang bekerja pada
orang lain entahlah bekerja pada perusahaan. Oleh sebab itu hubungan kerja antara seorang
pekerja dengan maji itu atau antara pekerja dengan badan usaha perlu diatur jadi rupa jadi
tidak terjadi kesewenang-wenangan yang bisa merugikan salah satu pihak
1
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:
BAB II
PAGE \* MERGEFORMAT 2
PEMBAHASAN
PAGE \* MERGEFORMAT 2
tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah
atau akan dilakukan. Dalam Pasal l angka 31, kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu
menyediakan kebutuhan dan/atau tujuan yang bersifat fisikah dan rohaniah, baik di dalam
maupun diluar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi
produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang seorang pria dan sehat.
Hak-hak sebagai pekerja tertuang dalam UU No. 13 Tahun 2003 antara lain:
1. Pasal 5 Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi
untuk memperoleh pekerjaan.
2. Pasal 6: Setiap pekerja berHak memperoleh perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi dari pengusahan.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
3. Pasal 11: Setiap tenaga kerja berHak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan
dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya melalui pelatihan kerja
4. Pasal 12 ayat (3): Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti
pelatihan kerja sesuai dengan bidangnya
5. Pasal 18 ayat (1): Tenaga kerja berHak memperoleh pengakuan kompetensi kerja
setelah mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja
pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta atau pelatihan ditempat kerja.
6. Pasal 23: Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berHak atas
pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi.
7. Pasal 31: Setiap tenaga kerja mempunyai Hak dan kesempatan yang sama untuk
memilih. mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang
layak di dalam atau di luar negeri
8. Pasal 67: Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib
memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya
9. Pasal 78 ayat (2): Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud pada Pasal 78 ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur
10. Pasal 79 ayat (1): Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada
pekerja
11. Pasal 80: Pengusaha wajib memberikan kesempatan secukupnya kepada pekerja
untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya
12. Pasal 82: Pekerja perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu
setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (Satu setengah) bulan
sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan
13. Pasal 84: Setiap pekerja yang menggunakan hak waktu istirahat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c dan d. Pasal 80 dan Pasal 82
berHakmendapatkan upah penuh
14. Pasal 85 ayat (1): Pekerja tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi
15. Pasal 86 ayat (1): Setiap pekerja mempunyai Hak untuk memperoleh perlindungan
atas Keselamatan dan kesehatan kerja, Moral dan kesusilaan dan perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
16. Pasal 88: Setiap pekerja berHak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
17. Pasal 90 Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89.
18. Pasal 99 ayat (1): Setiap pekerja dan keluarganya berHak untuk memperoleh
jaminan. tenaga sosial kerja.
19. Pasal 104 ayat (1): Setiap pekerja berHak membentuk dan menjadi anggota serikat
pekerja 20. Pasal 137: Mogok kerja sebagai Hak dasar pekerja dan serikat pekerja
dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan
20. Pasal 156 ayat (1): Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha
diwajibkan. membayar uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja serta uang
penggantiHak yang seharusnya diterima.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
8. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurang nya 10
(Sepuluh orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah
disahkan oleh mentri atau pejabat yang ditunjuk (Pasal 108 (1) UU
Ketenagakerjaan.
9. Pengusaha Wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan naskah
peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh.
10. Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada pekerja serikat buruh,
serta instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenaga kerjaan setempat
sekurang-kurang nya 7(Tujuh) hari kerja (Pasal 148 UU Ketenaga kerjaan)
11. Dalam Hal terjadi pemutusan Kerja pengusah di wajib kan membayar uang
pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang
seharusnya diterima (pasal 156 (1) UU ketenagakerjaan).
12. Dalam hal pekerja/buruh di tahan pihak yang berwajib karena di duga melakukan
tindak pidana bukan bukan atas pengaduan pengusaha, maka pengusaha tidak
wajib memberikan bantuan kepada keluarga pekerja,buruh yang menjadi
tanggungannya. (Pasal 160 ayat (1) UU ketenagakerjaan)
13. Pengusaha wajib membayar kepada pekerja buruh yang mengalami pemutusan
hubungan kerja sebagaimana di maksud pada ayat (3)dan ayat (5), uang
penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (4).
14. Untuk Pengusaha di larang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
15. sebagaimana di maksud dalam pasal 89 (Pasal 90 UU Ketenagakerjaan) 15.
Pengusaha Wajib MembayarUpah/pekerja/buruh menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku (pasal 91 UU Ketenagakerjaan).
16. Kewajiban Pengusaha lainnya bisa dilihat dalam pasal 33 ayat (2) UU
ketenagakerjaan.
4. Berhak sedang melaksanakan tata secara tertib kerja yang telah dibuat oleh
pengusaha
PAGE \* MERGEFORMAT 2
D. Tata Mengelola Pengupahan Pekerja Sesuai dengan Undang-Undang
Ketenagakerjaan
1.Cakupan Pengupahan
A).upah minimum;
D).upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaannya;
Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 89 UU Ketenagakerjaan. Dalam hal pengusaha yang tidak mampu
PAGE \* MERGEFORMAT 2
membayar upah minimum yang telah ditentukan tersebut, dapat dilakukan penangguhan
yang tata cara penangguhannya diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: KΕΡ.231/ΜΕΝ/2003 tentang Tata Cara
Penangguhan pelaksanaan upah Minimum. Kemudian,pengaturan pengupahan yang
ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang
ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika kesepakatan tersebut lebih
rendah atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, maka kesepakatan
tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah pekerja buruh menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengusaha menyusun struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan,
masa kerja, pendidikan, dan kompetensi. Peninjauan upah secara berkala tersebut dengan
memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas. Ketentuan mengenai struktur
dan skala upah diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: KEP.49/MEN/2004 tentang Ketentuan Struktur
dan Skala Upah.
Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan. Namun, pengusaha
wajib membayar upah apabila:
b) pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya
sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
e) pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang
diperintahkan agamanya.
Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya
upah pokok sedikit-dikitnya 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan
tunjangan tetap.
6.Sunksi
7. Kadaluarsa
Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari
hubungan. kerja menjadi kadaluarsa, setelah melampaui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak
timbulnya hak. Ketentuan mengenai penghasilan yang layak, kebijakan pengupahan,
kebutuhan hidup yang layak, dan perlindungan pengupahan, penetapan upah minimum, dan
pengenaan denda diatur dengan Peraturan Pemerintah.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
E. Kasus
Dalam makalah ini kami akan mengambil satu kasus yang dialami oleh Sdr. SP dan Sdr.
MBU sebagai pekerja serta PT.Al sebagai Pengusaha. Dalam kasus ini pihak pekerja merasa
telah dirugikan oleh pihak pengusaha dalam urusan pembayaran upah khususnya upah
lembur. Pihak pekerja selama ini tidak mendapatkan bayaran upah atas pekerjaan yang telah
dilakukan di luar jam kerja wajib atau lebih dikenal dengan lembur.
Dalam kasus ini pihak pengusaha tidak memenuhi salah satu kewajibannya sebagai pemberi
kerja yaitu pihak yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan
dengan bentuk lain. Pihak pekerja telah memenuhi segala ketentuan perusahaan dengan
bersedia untuk melakukan kerja lembur maupun perjalanan dinas untuk pekerjaan di luar
kota. Namun begitu, pihak pengusaha tidak memberikan upah lembur sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Upaya-upaya telah dikerahkan oleh pihak pekerja untuk menuntut hak mereka. Mulai dari
berbicara dengan atasan langsung hingga menghadap ke Departemen HRD PT. Al sebagai
pihak perwakilan perusahaan yang mengurusi permasalahan karyawan. Walaupun begitu
hasilnya nihil. Pihak perusahaan berdalih jika pembayaran upah lembur dan perjalanan dinas
telah digabungkan dalam pembayaran gaji bulanan pekerja. Menurut perusahaan, pihak
pekerja telah setuju dengan kesepakatan tersebut sebelumnya dengan bukti penandatanganan
perjanjian kerja di awal jenjang karir. Faktanya, dalam pembayaran gaji pekerja memang
hanya menyertakan 2 komponen upah yaitu Gaji pokok dan Tunjangan mutasi. Jelas ini
merupakan pelanggaran yag dilakukan oleh pengusaha dalam menunaikan kewajibannya dan
memberikan hak-hak pekerjanya yang tertuang dalam pasal 78 ayat (1) UU No.13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan. Dalam pasal itu disebutkan bahwa pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh (karyawan) melebihi ketentuan waktu kerja normal sesuai dengan pola waktu
kerja yang ditentukan (dalam Pasal 77 ayat [2] UUK) wajib membayar upah kerja lembur
sesuai peraturan perundang-undangan (yakni pasal 78 ayat [2] dan ayat [3] dan pasal 11 jo.
pasal 10 dan pasal 8 Kepmenakertrans No. KEP-102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja
Lembur dan Upah Kerja Lembur).
Ketentuan waktu kerja lembur dan upah kerja lembur tersebut, tidak berlaku bagi sektor
usaha atau pekerjaan tertentu. Berdasarkan pasal 78 ayat (4) UUK untuk sektor usaha atau
pekerjaan tertentu diatur lebih lanjut secara khusus oleh Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Namun, hingga saat ini pengaturan mengenai ketentuanwaktu kerja/waktu
kerja lembur serta upah kerja lembur bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu, baru ada 2
(dua)Peraturan.yakni:
1. Kepmenakertrans. No. 234/Men/2003 tentang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Pada
Sektor Usaha Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Daerah Tertentu. 2. Permenakertrans,
No. 15/Men/VII/2005 tentang Waktu Kerja dan Waktu Istirahat Pada Sektor Usaha
Pertambangan Umum Pada Daerah Operasi Tertentu.
Sedangkan untuk sektor usaha atau pekerjaan tertentu lainnya yang hingga saat ini belum
diatur secara khusus, dapat diperjanjikan oleh para pihak dalam Perjanjian Kerja (PK) dan
Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dengan tetap mengindahkan
ketentuan umum, yaitu:
PAGE \* MERGEFORMAT 2
a. Maksimum 7 jam per-hari untuk pola waktu kerja 6:1 atau maksimum 8 jam per-hari untuk
pola waktu kerja 5:2 (Pasal 77 ayat (2) UUK:
b. Apabila melebihi ketentuan waktu kerja yang ditentukan sebagaimana tersebut, wajib
diperhitungkan sebagai waktu kerja lembur dengan hak memperoleh upah kerja lembur.;
c. Pelaksanaan waktu kerja lembur, harus memenuhi syarat-syarat, antara lain: persetujuan
(masing-masing) dari pekerja yang bersangkutan, waktu kerja lembur hanya maksimum 3
(tiga) jam per-hari (untuk lembur pada hari kerja, dan komulatif waktu kerja lembur per-
minggu maksimum 14 jam, kecuali lembur dilakukan pada waktu hari istirahat mingguan/hari
libur resmi (Pasal 78 ayat (1) UUK jo Pasal 3 ayat (2) Kepmenakertrans No. KΕΡ-
102/MEN/VI/2004.
Pada dasarnya, ketentuan mengenai lembur secara umum telah diatur dalam Pasal 77
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ("UU Ketenagakerjaan").
Dalam pasal ini disebutkan:
(1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
(2) (2 ) Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a.7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu, atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu
(3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi sektor
usaha atau pekerjaan tertentu.
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Keputusan Menteri.
Adapun aturan khusus yang mengatur mengenai waktu kerja lembur dan upah kerja lembur
adalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-
102/MEN/VI/2004 Tahun 2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur
("Kepmenakertrans 102/VI/2004").
Menurut Pasal 1 Kepmenakertrans 102/V1/2004, waktu kerja lembur adalah waktu kerja
yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1(satu) minggu untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau 8 (delapan) jam sehari dan 40(empat puluh) jam 1
(satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, atau waktu kerja padahari
istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.
Pada dasarnya pengusaha wajib mematuhi ketentuan waktu kerja yang disebut dalam Pasal
77 UU Ketenagakerjaan dan apabila melebihi waktu-waktu yang disebut dalam Pasal 1
Kepmenakertrans 102/VI/2004, maka dinamakan waktu kerja lembur.
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud
di atas berdasarkan Pasal 78 ayat (1) UU Ketenagakerjaan harus memenuhi syarat:
PAGE \* MERGEFORMAT 2
ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan waktu kerja lembur hanya dapat
dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1
(satu) minggu. Dalam konteks pertanyaan Anda, maka waktu kerja lembur yang dilakukan
oleh karyawan hampir setiap 2 sampai 3 hari di setiap minggunya itu pada dasarnya hanya
dapat dilakukan paling banyak 3 jam dalam satu harinya dan 14 jam dalam satu minggunya.
Oleh karena itu, perlu dilihat kembali berapa lama waktu lembur yang dilakukan oleh
karyawan. Hal penting lainnya adalah lembur itu harus didasari oleh persetujuan karyawan
yang bersangkutan dan pengusaha yang mempekerjakan karyawan melebihi waktu kerja
wajib membayar upah kerja lembur. Ini artinya, pemberian uang lembur dalam konteks
pertanyaannya sifatnya bagi perusahaan tersebut adalah wajib. Pemberian upah lembur
didasarkan pada lebihnya ketentuan waktu. kerja yang seharusnya dan tidak dikaitkan dengan
sudahnya upah karyawan di atas UMP.
Menurut Pasal 90 ayat (1) UU Ketenagakerjaan, pengusaha dilarang membayar upah lebih
rendah dari upah minimum, baik upah minimum (UM) berdasarkan wilayah. propinsi atau
kabupaten kota(yang sering disebut Upah Minimum Regional, UMR) maupun upah
minimum berdasarkan sektor pada wilayah propinsi atau kabupaten/kota (Upah Minimum
Sektoral, UMS). Dengan kata lain, dibayarnya upah karyawan yang sudah. melebihi UMP
tidak serta merta menghapuskan kewajiban perusahaan untuk memberi upah kerja lembur
bagi karyawannya yang bekerja lembur. Intinya adalah pekerja merasa sangat dirugikan
karena dengan dan/atau tanpa melaksanakan kerja lembur akan tetap menerima upah yang
sama.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam hal pemberian upah pekerja maka perusahaan sebaiknya mempertimbangkan dan
mematuhi peraturan tentang ketenagakerjaan yaitu mengacu kepada UU No.13 tahun 2003.
Perusahaan hendaknya memberikan upah yang penuh, baik itu gaji pokok, upah lembur..
maupun tunjangan-tunjangan lain yang telah tersurat dalam peraturan tersebut. Hal ini juga
hendaknya dipenuhi demi tercapainya kondisi kerja yang ideal bagi pengusaha dan pekerja.
demi mencapai kesejahteraan bersama.
A. Saran
PAGE \* MERGEFORMAT 2
Dengan demikian penyusun memberikan saran sebagai berikut:
1. Pekerja wajib mengetahui peraturan perundang-undangan sebagai payung
hukum tenaga kerja di Indonesia.
2. Jangan ragu untuk berkomunikasi dengan pihak perusahaan jika dirasa ada
hak-hak sebagai pekerja yang belum dipenuhi.
3. Utamakan musyawarah dengan serikat pekerja jika dirasa perlu untuk
membantu kelancaran proses mendapatkan hak-hak tersebut.
4. Cermati segala poin yang tertuang dalam perjanjian kerja sebelum
menyetujuinya dan tanyakan jika ada poin yang belum jelas kepada pihak
perusahaan.
Makalah kami ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam hal
segi penulisan maupun materinya. Kami harap saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca sekalian demi mencapai hasil yang lebih baik
kedepannya.
PAGE \* MERGEFORMAT 2
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP.
102/MEN/VI/2004 Tahun 2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur
PAGE \* MERGEFORMAT 2