Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH BPJS KETENAGAKERJAAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuransi dan Jaminan Sosial

Dosen Pengampu
Dra. Windriyati, MP

Oleh
2A – Perlindungan dan Pemberdayaan Sosial
Kelompok 3
Titis Rachma Aprilia (1903018)
Muhammad Ichsan Q. A (1903030)
Hani Alfiah (1903032)
Dimas Bagus Anggraono (1903045)
Nurwahdiah Hanifa (1903049)
Yunida Handayani (1903069)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN SOSIAL
POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “BPJS Ketenagakerjaan” untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuransi dan Jaminan Sosial yang diampu oleh Ibu
Dra. Windriyati, MP.

Dalam makalah ini kami membahas tentang Bagaimana Implementasi BPJS


Ketenagakerjaan di Indonesia, mekanisme operasinya dan masalah – masalah yang muncul
didalam pelaksanaan BPJS Ketenagakerjaan ini. Dengan adanya makalah ini, kami berharap
dapat menjadi landasan bagi pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam
penyusunan dan penulisan makalah ini. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
bapak/ibu sebagai sarana pembangun dan acuan dalam penyempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga tujuan kami dalam
penyusunan makalah ini dapat tercapai.

Bandung, 6 April 2021

Kelompok 3

ii | S i s t e m P e r l i n d u n g a n S o s i a l
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2

1.3 Tujuan..............................................................................................................................2

1.4 Manfaat............................................................................................................................3

1.4.1 Manfaat Teoritis........................................................................................................3

1.4.2 Manfaat Praktis.........................................................................................................3

BAB II KAJIAN KONSEPTUAL...........................................................................................4

2.1 Definisi/Pengertian Program yang Menjadi Pokok Bahasan...........................................4

2.2 Landasan/Dasar Hukum...................................................................................................4

2.3 Jenis dan Bentuk..............................................................................................................5

2.4 Sasaran.............................................................................................................................6

2.5 Mekanisme Pelayanan......................................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................15

3.1 Isu Masalah Program......................................................................................................15

3.2 Buat Asesmen.................................................................................................................15

1. Identifikasi Gejala Masalah..........................................................................................15

2. Tentukan Fokus Masalah.............................................................................................16

3. Identifikasi Kebutuhan................................................................................................16

4. Identifikasi Potensi/Sumber........................................................................................16

3.3 Rencana Intervensi.........................................................................................................17

BAB IV PENUTUP................................................................................................................20

4.1 Kesimpulan....................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

iii | S i s t e m P e r l i n d u n g a n S o s i a l
iv | S i s t e m P e r l i n d u n g a n S o s i a l
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 diamanatkan bahwa tujuan negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Dalam hal perwujudan kesejahteraan tenaga kerja juga tercantum dalam
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 D yang menyebutkan bahwa “setiap
orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja” dan selanjutnya pada pasal 28 I ayat yang keempat
disebutkan bahwa “setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan, pemajuan,
penegakan, dan pemenuhan hak, dalam hal ini kewajiban pemerintahan dalam dalam
menegakkan hak asasi manusia termasuk dalam mewujudkan peningkatan
kesejahteraan tenaga kerja. Cara mewujudkan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja
adalah dengan dibuatnya suatu jaminan sosial untuk meningkatkan perlindungan
sosial bagi tenaga kerja di Indonesia.
Jaminan sosial merupakan salah satu bentuk pelayanan public yang menjadi
misi negara untuk melaksanakan perlindungan sosial terhadap warganya. Di
Indonesia berlaku Undang – Undang No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) yang mengatur berbagai tata cara penyelenggaraan jaminan
sosial di Indonesia yaitu dengan membentuk sebuah badan bernama Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan merupakan badan publik yang dibentuk berdasarkan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Sosial yang dipercaya
untuk menyelenggarakan setiap program jaminan sosial baik dalam bidang kesehatan
maupun bidag ketenagakerjaan. Yang akan menjadi pembahasan pada makalah
kelompok kami ini adalah BPJS Ketenagakerjaan dalam mewujudkan peningkatan
kesejahteraan ketenagakerjaan di Indonesia.
BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakrjaan/
BPJSTK) merupakan sebuah badan hukum yang disediakan untuk publik dengan
tujuan memberikan perlindungan kepada seluruh tenaga kerja di Indonesia dari risiko
sosial ekonomi tertentu. Penyelenggaraan BPJSTK ini menggunakan mekanisme
asuransi sosial. 
Dulu layanan ini disebut Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) yang
dikelola oleh PT Jamsostek (Persero). Namun, PT Jamsostek kemudian diubah
menjadi BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS
sejak 1 Januari 2014. BPJSTK sudah beroperasi secara aktif sejak 1 Juli 2015 yang
mana fokus dari program sosial pemerintah ini adalah para tenaga kerja atau pegawai,
baik sipil maupun swasta.
Oleh karena itu, sebagai salah satu program wajib yang pemerintah
canangkan, maka setiap perusahaan diimbau untuk mendaftarkan pekerjanya ke dalam
program BPJSTK ini. Sehingga setiap tenaga kerja bisa mendapatkan jaminan-
jaminan sosial yang mereka butuhkan. Program – Program Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan antara lain ; Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Program
Jaminan Hari Tua (JHT), Program Jaminan Pensiun (JP), Program Jaminan Kematian
(JKM). Dalam makalah ini penulis akan membahas secara mendalam tentang BPJS
Ketenagakerjaan bersamaan dengan isu – isu permasalahan yang ada dan rencana
intervensinya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara kerja dan implementasi program BPJS Ketenagakerjaan ?


2. Bagaimana cara mengetahui dan mengatasi isu masalah terkait program BPJS
Ketenagakerjaan ?
3. Bagaimana rencana intervensi terhadap isu masalah program BPJS
Ketenagakerjaan. ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang implementasi program BPJS Ketenagakerjaan


2. Untuk mengetahui dan mengatasi isu masalah terkait program BPJS
Ketenagakerjaan.
3. Untuk mengetahui rencana intervensi terhadap isu masalah program BPJS
Ketenagakerjaan
1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis


Secara teoritis, dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya tentang program
BPJS Ketenagakerjaan.

1.4.2 Manfaat Praktis


Secara praktis, dapat sebagai data pendukung pada penelitian berikutnya
tentang ilmu pengetahuan peneliti selanjutnya program BPJS Ketenagakerjaan.
BAB II
KAJIAN KONSEPTUAL

2.1 Definisi/Pengertian Program yang Menjadi Pokok Bahasan.

BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakrjaan/


BPJAMSOSTEK) merupakan sebuah badan hukum yang disediakan untuk publik
dengan tujuan memberikan perlindungan kepada seluruh tenaga kerja di Indonesia
dari risiko sosial ekonomi tertentu. Penyelenggaraan BPJSTK ini menggunakan
mekanisme asuransi sosial. Dulu layanan ini disebut Jamsostek (Jaminan Sosial
Tenaga Kerja) yang dikelola oleh PT Jamsostek (Persero). Namun, PT Jamsostek
kemudian diubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan UU No. 24 Tahun
2011 tentang BPJS sejak 1 Januari 2014.
BPJSTK sudah beroperasi secara aktif sejak 1 Juli 2015 yang mana fokus dari
program sosial pemerintah ini adalah para tenaga kerja atau pegawai, baik sipil
maupun swasta. Oleh karena itu, sebagai salah satu program wajib yang pemerintah
canangkan, maka setiap perusahaan diimbau untuk mendaftarkan pekerjanya ke
dalam program BPJAMSOSTEK ini. Sehingga setiap tenaga kerja bisa mendapatkan
jaminan-jaminan sosial yang mereka butuhkan.

2.2 Landasan/Dasar Hukum


Pengaturan program kepesertaan jaminan sosial adalah Undang-Undang Nomor
24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Pengaturan tentang
pelaksanaannya BPJS Ketenagakerjaan dituangkan dalam :
 Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 1993.
 Keputusan Presiden No.22 Tahun 1993.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per-12/Men/VI/2007
 UU RI NO. 24 TAHUN 2011 Tentang Badan Penyelenggara Tenaga Kerja
 UU RI NO. 40 TAHUN 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Dasar hukum untuk BPJS Ketenagakerjaan yaitu Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU RI
No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sedangkan
peraturan perundang-undangan yang secara spesifik mengatur tentang jaminan sosial
tenaga kerja adalah Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 7 Tahun 2017 tentang
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Indonesia.
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional, bangsa Indonesia telah memiliki sistem Jaminan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan sosial nasional
perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum publik berdasarkan
prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati- hatian, akuntabilitas,
portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan Dana
Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk
sebesar- besarnya kepentingan Peserta.
Pembentukan Undang-Undang tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
ini merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional, setelah Putusan Mahkamah Konstitusi terhadap perkara
Nomor 007/PUU- III/2005, guna memberikan kepastian hukum bagi pembentukan
BPJS untuk melaksanakan program Jaminan Sosial di seluruh Indonesia. Undang-
Undang ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang
mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan transformasi
kelembagaan PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT TASPEN (Persero),
dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas,
pegawai, serta hak dan kewajiban.
Dengan Undang-Undang ini dibentuk 2 (dua) BPJS, yaitu BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan
kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan
kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Dengan
terbentuknya kedua BPJS tersebut jangkauan kepesertaan program jaminan sosial
akan diperluas secara bertahap.

2.3 Jenis dan Bentuk


Ada berbagai jenis program yang tersedia di BPJAMSOSTEK. Berikut ini adalah
jenis-jenis programnya yang dapat dinikmati oleh para pegawai atau tenaga kerja
Indonesia: 
1. Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
 Program JKK merupakan program perlindungan berbagai risiko kecelakaan yang
mungkin terjadi kepada tenaga kerja dalam hubungan kerja. Misalnya, kecelakaan
yang terjadi dalam perjalanan menuju ke tempat kerja atau pegawai terjangkit
penyakit yang disebabkan oleh lingkungan pekerjaan.
2. Program Jaminan Hari Tua (JHT)
Program ini memberikan manfaat dalam bentuk uang tunai yang jumlahnya sesuai
dengan akumulasi iuran ditambah dengan hasil pengembangannya yang dapat
digunakan untuk jaminan hidup di hari tua nanti. 
3. Program Jaminan Pensiun (JP)
Berdasarkan PP No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Pensiun, jenis BPJS Ketenagakerjaan ini merupakan jaminan sosial yang
bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi
penerimanya/peserta/ahli warisnya dengan memberi penghasilan setelah
pesertanya memasuki usia pensiun, cacat tetap total, atau meninggal dunia.
Nantinya, manfaat yang diterima peserta adalah pemberian uang yang akan
dibayarkan setiap bulannya.
4. Program Jaminan Kematian (JKM)
Program ini memiliki manfaat berupa uang tunai yang akan diberikan kepada ahli
waris dari peserta yang sudah meninggal dunia ketika kepesertaan dinyatakan
masih aktif dan tidak disebabkan oleh kecelakaan kerja.

2.4 Sasaran
1. Pekerja penerima upah (PU)
Pekerja penerima upah adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji,
upah atau imbalan dalam bentuk lain dari pemberi kerja. Penerima upah dapat
mengikuti empat program BPJS Ketenagakerjaan secara bertahap yang sudah
ditetapkan perusahaan.
2. Pekerja bukan penerima upah (BPU)
Pekerja bukan penerima upah adalah pekerja yang melakukan kegiatan atau usaha
ekonomi secara mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan atau
usahanya. BPU dapat mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan secara bertahap
dengan memilih program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta.
3. Jasa konstruksi (Jakon)
Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,
layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan konsultasi pengawasan
pekerjaan konstruksi. Yang termasuk Jakon di antaranya pemberi kerja selain
penyelenggara negara pada skala usaha besar, menengah, kecil dan mikro yang
bergerak di bidang usaha jasa konstruksi yang mempekerjakan pekerja harian
lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu tertentu.
4. Pekerja Migran Indonesia
Pekerja Migran Indonesia (PMI) adalah setiap warga negara Indonesia yang akan,
sedang atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima upah di luar wilayah
Republik Indonesia.

2.5 Mekanisme Pelayanan


Mekanisme pelayanan BPJS Ketenagakerjaan terbagi dari adanya berbagai
macam jaminan yang diberikan dan lokasi implementasinya secara nyata dari tiap
daerah di Indonesia. Secara umum, mekanisme pelayanan BPJS Ketenagakerjaan
terbagi menjadi 3, yaitu dari mekanisme dari melakukan pendaftaran, pengklaiman,
dan syarat-syarat/keperluan dalam melakukan pendaftaran dan pengklaiman.
Adapun penjelasan dari 3 bagian mekanisme pelayanan BPJS Ketenagakerjaan
adalah sebagai berikut.
1. Mekanisme Pendaftaran BPJS Ketenagakerjaan
a. Syarat Pendaftaran BPJS Ketenagakerjaan
a) Bagi Perusahaan
Bagi peserta tenaga kerja dalam hubungan kerja, pendaftaran dilakukan
oleh instansi/ perusahaan pemberi kerja dengan mendaftarkan pekerjanya
dalam program BPJS Ketenagakerjaan. Untuk mendaftar dalam program
ini, pemberi kerja dan tenaga kerja perlu mempersiapkan persyaratan
berikut ini:
1) Dokumen asli atau fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
2) Dokumen asli atau fotokopi NPWP Perusahaan.
3) Dokumen asli atau fotokopi Kartu Tanda Penduduk.
4) Kartu keluarga asli/ fotokopi.
5) Kartu Keluarga asli/ fotokopi.
6) Pas foto berwarna karyawan dengan ukuran 2 x 3 (1 lembar).
b) Bagi Pekerja Mandiri
Syarat yang harus dipenuhi sebagai pekerja mandiri/ freelancer/
entrepreneur tanpa badan usaha untuk mendaftar BPJS Ketenagakerjaan
dibutuhkan sebuah wadah atau organisasi. Pekerj mandiri dapat
membentuk wadah maupun organisasi yang terdiri dari minimal sepuluh
orang kemudian mendaftarkan BPJS Ketenagakerjaan. Berikut ini
beberapa persyaratan dokumen yan harus dipenuhi pekerja mandiri ketika
ingin mendaftar dalam program BPJS Ketenagakerjaan:
1) Surat izin usaha dari kelurahan setempat.
2) Fotocopy KTP masing-masing pekerja.
3) Fotocopy Kartu Keluarga masing-masing pekerja.
4) Pas foto berwarna untuk masing-masing pekerja dengan ukuran 2×3
sebanyak 1 lembar.
b. Secara Online
Langkah dalam melakukan pendaftar secara online antara lain sebagai berikut.
1) Buka situs resmi BPJS Ketenagakerjaan
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/
2) Pilih “Daftarkan Saya”, kemudian pilih dari 3 pilihan (perusahaan,
individu atau pekerjaan migran).
3) Bila Anda memilih perusahaan, masukan email perusahaan atau
perwakilan kelompok Anda untuk mendaftar.
4) Tunggu email pemberitahuan dan ikuti langkah-langkah selanjutnya.
5) Setelah semuanya lengkap, Anda hanya perlu membawa persayaratan yang
telah disiapkan ke kantor BPJS Ketenagakerjaan di kota Anda.
c. Secara Offline
Langkah dalam melakukan pendaftar secara offline antara lain sebagai berikut.
1) Mendatangi langsung kantor BPJS terdekat.
2) Mengisi formulir untuk pendaftaran perusahaan (F1).
3) Mengisi formulir untuk pendaftaran pekerja (F1a).
4) Membayar iuran pertama sesuai dengan jumlah yang telah dihitung dan
ditetapkan BPJS Ketenagakerjaan.

2. Mekanisme Pengklaiman BPJS Ketenagakerjaan


a. Syarat Klaim Saldo BPJS Ketenagakerjaan
Persyaratan klaim BPJS Ketenagakerjaan berbeda sesuai dengan besaran saldo
JHT yang ingin dicairkan oleh peserta, yang turut bergantung berdasarkan
kondisinya. Besar nominal saldo JHT yang dapat dicairkan terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu 10%, 30%, dan 100%.
Adapun penjelasan dari 3 jenis klaim BPJS Ketenagakerjaan tersebut adalah
sebagai berikut.
1) Syarat Klaim Saldo JHT 10%
Peserta dapat mencairkan saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan miliknya
hanya sebesar 10% dari total saldo yang dimiliki pada saat itu. Namun,
peserta yang ingin mengklaim saldo JHT 10% ini harus memenuhi syarat
kondisi:
a) Telah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan selama 10 tahun.
b) Masih aktif bekerja di perusahaan.
Sebab, klaim 10% ini dikhususkan untuk persiapan pensiun atau akan
memasuki masa pensiun. Karena itu, peserta perlu memenuhi syarat
kondisi jika ingin mengambil saldo JHT-nya sebesar 10% saja. Lalu, ada
beberapa dokumen yang perlu disiapkan untuk mengajukan klaim ini:
a) Fotokopi kartu BPJS Ketenagakerjaan beserta kartu aslinya.
b) Fotokopi KTP atau paspor milik peserta beserta dokumen aslinya.
c) Fotokopi Kartu Keluarga (KK) beserta dokumen aslinya.
d) Surat keterangan yang menyatakan peserta masih aktif bekerja di
perusahaan.
e) Buku rekening tabungan yang masih aktif.
2) Syarat Klaim Saldo JHT 30%
Jenis klaim BPJS Ketenagakerjaan lainnya adalah klaim 30%. Selain
beda pada besaran saldo yang dapat ditarik, ada perbedaan pada tujuannya.
Jika klaim 10% ditujukan untuk pensiun, klaim 30% untuk membayar
biaya perumahan. Jadi, peserta BPJS Ketenagakerjaan yang sedang
merencanakan pembelian rumah, dapat menggunakan saldo JHT nya untuk
kebutuhan tersebut. Syarat kondisi peserta yang ingin mengklaim JHT
30% adalah:
a) Telah menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan selama 10 tahun.
b) Masih aktif bekerja di perusahaan.
Sedangkan dokumen untuk melengkapi syarat klaim BPJS
Ketenagakerjaan online sebagai berikut:
a) Fotokopi kartu BPJS Ketenagakerjaan beserta kartu aslinya
b) Fotokopi KTP atau paspor milik peserta beserta dokumen aslinya
c) Fotokopi Kartu Keluarga (KK) beserta dokumen aslinya
d) Surat keterangan yang menyatakan peserta masih aktif bekerja di
perusahaan
e) Dokumen yang menyangkut perumahan
f) Buku rekening tabungan yang masih aktif
3) Syarat Klaim Saldo JHT 100%
Pilihan terakhir adalah klaim 100%. Artinya, peserta mencairkan
seluruh saldo JHT dalam akun BPJS Ketenagakerjaan miliknya. Untuk
dapat mengajukan klaim ini, peserta setidaknya harus memiliki salah satu
dari syarat kondisi berikut:
a) Peserta telah memasuki usia 56 tahun.
b) Peserta mengalami cacat total.
c) Peserta meninggal dunia.
d) Peserta pindah ke luar negeri dan menetap selamanya.
e) Peserta terkena PHK.
Jika masih aktif bekerja dalam sebuah perusahaan, atau berstatus
sebagai karyawan di sebuah perusahaan, peserta tidak dapat mengajukan
klaim 100%. Peserta hanya dapat mengajukan antara klaim 10% atau
klaim 30%.
I. Klaim 100% dengan kondisi peserta telah pension
Ketika peserta ingin mengajukan klaim saldo JHT 100%
dengan kondisi telah pensiun, maka ada beberapa dokumen yang perlu
dipersiapkan:
a) Fotokopi kartu BPJS Ketenagakerjaan beserta kartu aslinya.
b) Fotokopi KTP atau paspor milik peserta beserta dokumen aslinya.
c) Fotokopi Kartu Keluarga (KK) beserta dokumen aslinya.
d) Fotokopi surat keterangan pensiun dari perusahaan beserta aslinya.
e) Buku rekening tabungan yang masih aktif.

II. Klaim 100% dengan kondisi peserta telah meninggal dunia


Bila peserta telah meninggal dunia, klaim JHT 100% ini akan
jatuh ke ahli waris yang telah ditunjuk. Sang ahli dapat mengurus
pencairan saldo dengan menyiapkan syarat dokumen ini:
a) Fotokopi kartu BPJS Ketenagakerjaan beserta kartu aslinya.
b) Fotokopi KTP atau paspor milik peserta beserta dokumen aslinya.
c) Fotokopi Kartu Keluarga (KK) beserta dokumen aslinya.
d) Fotokopi surat keterangan kematian dari rumah sakit beserta
aslinya.
III. Klaim 100% dengan kondisi peserta mengalami cacat total
Jika peserta yang mengajukan klaim karena mengalami kondisi
cacat total, ia dapat menunjuk anggota keluarga atau saudara untuk
mewakilinya dalam pengurusan klaim BPJS Ketenagakerjaan. Berikut
daftar dokumen yang perlu disiapkan:
a) Fotokopi kartu BPJS Ketenagakerjaan beserta kartu aslinya.
b) Fotokopi KTP atau paspor milik peserta beserta dokumen aslinya.
c) Fotokopi Kartu Keluarga (KK) beserta dokumen alsinya.
d) Fotokopi surat keterangan dari perusahaan beserta aslinya.
e) Fotokopi surat keterangan sakit mengalami cacat total tetap dari
rumah sakit beserta aslinya.
f) Buku rekening tabungan yang masih aktif.
IV. Klaim 100% dengan kondisi peserta menetap di luar negeri
Jika peserta ingin pindah ke luar negeri dan menetap selamanya
di sana, ada beberapa dokumen yang perlu disiapkan ketika mengurus
klaim saldo JHT miliknya:
a) Fotokopi kartu BPJS Ketenagakerjaan beserta kartu aslinya.
b) Fotokopi KTP atau paspor milik peserta beserta dokumen aslinya.
c) Fotokopi visa bekerja atau izin tinggal di luar negeri beserta bukti
aslinya.
d) Fotokopi surat keterangan perpindahan kerja ke luar negeri.
V. Klaim 100% dengan kondisi peserta terkena PHK atau berhenti bekerja
Jika peserta terkena PHK atau berhenti bekerja dari perusahaan
sebelumnya, dan tidak sedang dalam mencari pekerjaan lagi, ia dapat
mengajukan klaim BPJS Ketenagakerjaan. Peserta perlu menunggu 1
bulan setelah masa berhenti bekerja, baru dapat memproses pengajuan
pencairan. Berikut daftar dokumen yang perlu disiapkan:
a) Fotokopi kartu BPJS Ketenagakerjaan beserta kartu aslinya.
b) Fotokopi KTP atau paspor milik peserta beserta dokumen aslinya.
c) Fotokopi Kartu Keluarga (KK) beserta dokumen aslinya.
d) Fotokopi surat pengalaman kerja/referensi kerja dari perusahaan
(Paklaring) beserta aslinya.
e) Buku rekening tabungan yang masih aktif.
Perlu diingat, peserta yang masih aktif bekerja hanya dapat
mengajukan klaim saldo BPJS Ketenagakerjaan satu kali saja sehingga harus
memilih antara klaim saldo JHT 10% atau klaim saldo JHT 30%. Setelah
pencairan tersebut, peserta tidak lagi bisa klaim saldo JHT nominal lainnya
kecuali klaim 100%.
b. Secara Online
Mekanisme pengklaiman BPJS Ketenagakerjaan yang dilakukan secra
online adalah dengan mengeceknya di situs resmi
sso.bpjsketenagakerjaan.go.id atau aplikasi mobile BPJSTKU dari perangkat
iOS atau Android.
Dari empat program BPJS Ketenagakerjaan yang peserta ikuti, hanya
satu program dengan saldo iuran yang dapat diklaim, yaitu Jaminan Hari Tua
(JHT).
Besaran saldo ini berasal dari akumulasi iuran yang perusahaan dan
pekerja bayarkan setiap bulan (3,7% dari perusahaan dan 2% potongan dari
gaji peserta), ditambah dengan bunga deposito hasil pengembangan BPJS
Ketenagakerjaan.
Adapun langkah-langkah pengajuan klaim saldo JHT secara online sebagai
berikut :
1) Buka salah satu platform yang Anda gunakan, boleh melalui aplikasi
BPJSTKU maupun situs online resmi sso.bpjsketenagakerjaan.go.id.
2) Silakan login ke akun BPJS Ketenagakerjaan, kemudian pilih menu
‘Klaim Saldo JHT’.
3) Anda akan menemukan kolom informasi yang perlu diisi. Pada kolom
‘KPJ’, isi dengan nomor kartu BPJS Ketenagakerjaan milik Anda.
Kemudian pada kolom ‘Keperluan’, pilih ‘Pengajuan Klaim’.
4) Kemudian akan muncul pilihan ‘Jenis Klaim’. Pilih salah satu dari tiga
pilihan tersebut yang sesuai kondisi kepegawaian Anda: Mencapai Usia
Pensiun, Mengundurkan Diri, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
5) Ketika sudah terisi lengkap, klik ‘Kirim’.
6) Selanjutnya, akan muncul daftar dokumen-dokumen yang perlu Anda
siapkan untuk melengkapi persyaratan klaim saldo JHT.
7) Anda akan diinstruksikan untuk mengunggah semua dokumen yang
dibutuhkan secara online. Silakan scan dan unduh melalui aplikasi atau
situs online BPJS Ketenagakerjaan. Setelah selesai upload semua dokumen
tersebut, tunggu email konfirmasi dari BPJS Ketenagakerjaan.
8) Anda akan menerima email resmi dari BPJS Ketenagakerjaan yang
menyatakan kalau pengajuan klaim secara online telah berhasil. Lalu
dalam email yang sama, akan ada informasi tanggal dan kantor cabang
BPJS Ketenagakerjaan yang harus Anda datangi untuk melanjutkan proses
klaim saldo JHT.
9) Pastikan untuk datang ke kantor BPJS Ketenagakerjaan yang diarahkan
oleh email tersebut, pada tanggal dan waktu sesuai dengan instruksi itu,
dengan membawa seluruh dokumen yang dibutuhkan.
10) Saat dipanggil oleh petugas customer service (CS), Anda akan diminta
untuk menyerahkan dokumen yang telah diminta sebelumnya. Petugas CS
akan memeriksa seluruh berkas.
11) Jika semua sudah lengkap, CS akan menginformasikan waktu pencairan
saldo JHT Anda.
c. Secara Offline
Selain menggunakan kanal Online, Peserta BPJSTK pun dapat
mengklaim saldo JHT dengan datang langsung ke kantor cabang BPJS
Ketenagakerjaan terdekat. Namun sekarang cara manual ini tidak lagi
disarankan oleh petugas BPJS Ketenagakerjaan karena peserta dapat
mengantre dalam waktu yang cukup lama serta harus melakukan proses yang
cukup panjang.
Akan tetapi jika Peserta dirasa lebih nyaman dengan cara lama ini,
dengan mengklaim secara langsung di kantor cabang, berikut langkah-
langkahnya:
1) Silakan datang ke kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan terdekat.
Disarankan untuk datang lebih pagi agar mendapat nomor antrean lebih
awal.
2) Datang dengan membawa dokumen persyaratan yang dibutuhkan untuk
klaim saldo JHT BPJS. Siapkan dokumen asli dan dokumen fotokopi.
3) Saat sampai di kantor cabang, petugas kantor akan memberikan formulir
pengajuan klaim yang perlu diisi dengan lengkap. Setelah selesai,
kembalikan beserta lampiran dokumen yang telah dibawa sebelumnya.
4) Anda kemudian akan mendapatkan nomor antrean. Silakan menunggu
sesuai urutan nomor.
5) Petugas customer service (CS) akan memanggil Anda sembari meninjau
ulang isi formulir serta kelengkapan dokumen yang terlampir.
6) Jika ada yang kurang, Anda akan diminta untuk melengkapinya dahulu.
Jika semuanya sudah lengkap, Anda akan mendapatkan nomor antrean
untuk menemui CS bagian pengajuan klaim.
7) Setelah mendapat panggilan, CS pengajuan klaim akan memeriksa
kembali semua dokumen untuk memastikan kelengkapannya. Jika sudah
sesuai, CS akan memberitahukan waktu pencairan saldo JHT Anda.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Isu Masalah Program


Isu masalah mengenai program BPJS Ketenagakerjaan ini sangatlah
kompleks, baik itu dari kepersertaanya, pelayanannya, tingkat prioritas yang diberikan
pemerintah, hingga masih banyaknya isu-isu masalah sosial lainnya yang
menyebabkan keberadaan dari BPJS Ketenagakerjaan ini sangat diperlukan.
Isu masalah yang menjadi berita hangat beberapa waktu yang lalu terutama
ketika masa Pandemi Covid-19 ini adalah masalah pelanggaran hak para Pekerja
Migran Indonesia (PMI). Dimana masalah tersebut bayak menyebabkan tingginya
kematian para para Pekerja Migran Indonesia (PMI) di tempat kerjanya, adanya
ketidaksejahteraan dan ketidakadilan yang mereka dapatkan, ketelantaran di masa tua
mereka, dan ditutupinya penyebab kematian mereka dari tempat kerja.

3.2 Buat Asesmen

1. Identifikasi Gejala Masalah


Gejala masalah dari muncul masalah upah para pekerja migran Indonesia adalah
sebagai berikut.
1. Penundaan gaji yang diberikan kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI).
2. Penurunan kualitas hidup dari para Pekerja Migran Indonesia (PMI).
3. Pekerja Migran Indonesia (PMI) mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan dasar mereka.
4. Adanya tindakan semena-mena yang Pekerja Migran Indonesia (PMI)
dapatkan dari tempat mereka bekerja.
5. Sering terjadi kecelakaan di tempat kerja.
6. Mendapat tindakan pelecehan, penyiksaan, dan penganiayaan oleh majiakan/
tempat Pekerja Migran Indonesia (PMI) bekerja.
7. Durasi waktu kerja melebihi waktu normal/ Pekerja Migran Indonesia (PMI)
dipaksa bekerja dengan durasi waktu yang tidak sewajarnya.
2. Tentukan Fokus Masalah
Fokus masalah dari adanya pelanggaran hak Pekerja Migran Indonesia
(PMI) ini adalah peningkatan perlindungan hak-hak bagi Pekerja Migran
Indonesia (PMI) dengan usaha untuk meningkatkan jumlah pekerja migran yang
mendaftarkan diri ke BPJS Ketenagakerjaan atau instansi terkait
mendaftarkannya. Terutama jaminan di tempat mereka bekerja, bagaimana dalam
pekerjaannya mereka bisa mendapatkan jaminan seperti Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK).

3. Identifikasi Kebutuhan
Adapun kebutuhan yang dari permasalah pelanggaran hak Pekerja Migran
Indonesia (PMI) adalah sebagai berikut.
1. Peningkatan dari kejelasan dan penegakan hukum mengenai hak para
Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari pemerintah dan pihak terkait.
2. Pengetahuan mengenai sumber-sumber atau jaminan sosial yang dapat
dijadikan perlindungan saat terjadi kecelakaan kerja dan jaminan dimasa tua
dan/pensiun ketika Pekerja Migran Indonesia (PMI) sudah tidak dapat
bekerja di luar negeri.
3. Peningkatan dalam pengawasan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia
kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI) di negara tempat mereka bekerja.
4. Peningkatan pengetahuan bagi para Calon Pekerja Migran Indonesia
(CPMI) dan para Pekerja Migran Indonesia (PMI) sebelum dan ketika
mereka bekerja di negara asing.

4. Identifikasi Potensi/Sumber
Adapun potensi/sumber yang dapat membantu dalam menangani masalah
pelanggaran hak Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari hasil identifikasi
kebutuhan adalah sebagai berikut :
1. Peraturan/UU yang mengatur mengenai Pekerja Migran Indonesia (PMI) :
a. UU No. 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia
b. PP 10 tahun 2020 tentang Tata Cara Penempatan Pekerja Migran
Indonesia
2. Lembaga/kementerian yang menandatangani Perjanjian Kerja Sama tentang
pencegahan dan penanganan buruh migran Indonesia/ Pekerja Migran
Indonesia (PMI) bersama Kementerian Ketenagakerjaan :
a. Kementerian Luar Negeri,
b. Kementerian Agama,
c. Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,
d. Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, serta
e. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI).
3. Panduan pekerja migran - ILO
4. Kedutaan besar Indonesia yang berada di negara tempat Pekerja Migran
Indonesia (PMI) berkerja.
5. Kementerian Ketenagakerjaan
6. BPJS Ketenagakerjaan
7. Sistem Informasi Ketenagakerjaan (Sisnaker) adalah suatu ekosistem digital
yang menjadi platform bagi segala jenis layanan publik dan aktivitas bidang
ketenagakerjaan, baik di pusat maupun daerah.
8. Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI)
9. Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BP3TKI)
10. Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI)

3.3 Rencana Intervensi


a. Dasar Pemikiran
Adanya permasalah pelanggaran hak para Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Dimana masalah tersebut bayak menyebabkan tingginya kematian para Pekerja
Migran Indonesia (PMI) di tempat kerjanya, adanya ketidaksejahteraan dan
ketidakadilan yang mereka dapatkan, ketelantaran di masa tua mereka, dan
ditutupinya penyebab kematian mereka dari tempat kerjanya. Yang seharusnya
para pekerja migran indonesia (pmi) harus dilindungi dan dalam pekerjaannya
dijamin oleh jaminan sosial yang memberikan rasa aman ketika bekerja.

b. Nama Program
Bernama program “Sosialisasi Pentingnya Kepemilikan BPJS
Ketenagakerjaan bagi Pekerja Migran di Kabupaten Sukabumi” . Program
tersebut guna meningkatan kesadaran pentingnya para Calon Pekerja Migran
Indonesia (CPMI) dan Pekerja Migran Indonesia (PMI) untuk
mendaftarkan/didaftarkan Asuransi Sosial BPJS Ketenagakerjaan terkhususnya
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).

c. Tujuan Program
- Tujuan Umum : ” Meningkatnya Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang
Terdaftar dalam BPJS Ketenagakerjaan ”
- Tujuan Khusus :
1) Menambah ilmu pengetahuan (Knowledge) bagi para Calon Pekerja
Migran, Pekerja Migran dan pihak pelaksana penempatan Pekerja Migran
Indonesia bahwa pentingnya untuk mendaftarkan diri atau pihak BP3PKI
untuk mendaftarkan pekerja migran kepada BPJS Ketenagakerjaan.
2) Penentuan sikap (attitude), Setelah melakukan sosialisasi BPJS
Ketenagakerjaan diharapkan Para Calon Pekerja Migran dan para Pekerja
Migran Indonesia (PMI) dapat memiliki minat dan kesadaran untuk
memiliki asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan guna memberikan
perlindungan atas pekerjaan yang akan dilakukannya. Supaya para pekerja
migran indonesia ini tidak mengalami penindasan dan ketidakadilan.

d. Sasaran Program
Sasaran program yang telah ditetapkan dan direncanakan oleh praktikan adalah :
1) Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI).
2) Pekerja Migran Indonesia (PMI).
3) Para Pelaksana Penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI)

e. Tim Partisipan
Partisipan yang membuat rancangan acara sebagai berikut :
1. Penanggung Jawab :
2. Sekretaris :
3. Bendahara :
4. Sie Acara :
5. Sie Perlengkapan :
6. Sie Konsumsi :
7. Sie Dokumentasi :

1) Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI).


2) Pekerja Migran Indonesia (PMI).
3) Perwakilan Kementrian Ketenagakerjaan.
4) Pekerja Sosial.
5) Perwakilan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BP3TKI)
6) Perwakilan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI)

f. Metode & Teknik


Metode dan teknik yang akan digunakan oleh praktikan pada saat program
dilaksanakan terhadap Para Calon Pekerja Migran, Pekerja Migran Indonesia, dan
Para Pelaksana Penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yaitu :
 Metode bimbingan sosial kelompok (social groupwork method)
a. Logical discussion
b. Group dynamic
c. Social Conversation
d. Educational Group
e. Socialization Group

g. Langkah – Langkah Pelaksanaan


Setelah memutuskan hal – hal yang diperlukan untuk sosialisasi dalam rangka
memberikan perlindungan dan pengetahuan terhadap Calon Pekerja Migran
Indonesia (CPMI), Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan Para Pelaksana
Penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) langkah – langkah kegiatannya
sebagai berikut :
1. Langkah perencanaan
Langkah ini dimulai dengan menentukan tujuan sosialisasi yang sangat
penting artinya, yang berisi tentang “bagaimana pentingnya untuk mendaftar
BPJS Ketenagakerjaan dan cara – cara mendaftar BPJS Ketenagakerjaan oleh
para pekerja atau para pelaksana penempatan pekerja”.
2. Langkah melakukan sosialisasi
Oleh karena untuk menyadarkan pihak pekerja dan pemberi kerja maka
pentingnya kegiatan utamanya yaitu sosialisasi pentingnya mendaftarkan diri
kepada BPJS Ketenagakerjaan bagi Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI)
dan Pekerja Migran Indonesia (PMI)
3. Langkah evaluasi kegiatan pelatihan
Langkah evaluasi dimaksudkan adalah kegiatan menilai kegiatan sosialisasi
yang telah dilaksanakan. Di tahap ini diharap setelah dilakukannya sosialisasi
bahwa pentingnya bagi Pekerja Migran untuk mendaftar BPJS
Ketenagakerjaan maka banyak dari para partisipan langsung mendaftarkan
dirinya baik secara langsung setelah program sosialisasi tersebut ataupun
dilain waktu dengan mengikuti aturan sesuai aturan pendaftaran yang berlaku
untuk menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakrjaan/
BPJAMSOSTEK) merupakan sebuah badan hukum yang disediakan untuk publik
dengan tujuan memberikan perlindungan kepada seluruh tenaga kerja di Indonesia
dari risiko sosial ekonomi tertentu. Penyelenggaraan BPJSTK ini menggunakan
mekanisme asuransi sosial. Dulu layanan ini disebut Jamsostek (Jaminan Sosial
Tenaga Kerja) yang dikelola oleh PT Jamsostek (Persero). Namun, PT Jamsostek
kemudian diubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan UU No. 24 Tahun
2011 tentang BPJS sejak 1 Januari 2014.
Tidak bisa dipungkiri bahwa awal perjalanan terbentuknya suatu program
pasti memiliki isu – isu permasalahan yang ada. Seperti halnya masalah kepesertaan
BPJS Ketenagakerjaan yang masih sepi peminat. Dalam tulisan diatas yang memiliki
permasalahan yakni banyaknya kekerasan dan kerentanan yang terjadi oleh Pekerja
Migran Indonesia (PMI) dalam melaksanakan pekerjaanya. Dikarena di Indonesia
sudah memiliki Sistem Jaminan Sosial Nasional yaitu dengan badan
penyelenggaranya berupa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Maka wajib
bagi para pekerja migran dan penyelenggara pekerjaan tersebut untuk mendaftarkan
para pekerjanya kepada program BPJS Ketenagakerjaan.
Guna melakukan peningkatan peminat dalam BPJS Ketenagakerjaan dan
mengencarkan kepada Pekerja Migran Indonesia dan pemberi kerjanya. Maka dari itu
dibentuklah program sosialisasi BPJS Ketenagakerjaan untuk Pekerja Migran dan
Instansi yang melakukan penyaluran pekerja migran. Setelah dilakukannya sosialisasi
tersebut harapannya dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan
para Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI), Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan
Instansi yang menyalurkan pekerja migran untuk segera mendaftarkan diri dan
pekerjanya kepada BPJS Ketenagakerjaan.
DAFTAR PUSTAKA

Undang – Undang No 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Undang – Undang N0 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Melati, Zulkarnaini. 2021. Siapa Saja Peserta Pekerja Migran Indonesia BPJS (BPJS PMI)?.

https://www.gadjian.com/blog/2020/03/18/siapa-saja-peserta-pekerja-migran-

indonesia-bpjs-bpjs-pmi/#:~:text=Apabila%20pekerja%20migran%20juga

%20ingin,sekaligus%20sebelum%20keberangkatan%20atau

%20penempatan.&text=Premi%20Jamsostek%20dan%20BPJS%20Kesehatan,dalam

%20kalkulasi%20gaji%20karyawan%20bulanan. Diunduh pada Sabtu, 10 Maret 2021

Pukul 06.10 WIB

Ni'matus Zakiyah, dkk. 2020. Efektivitas Pelaksanaan Bantuan Sosial dari Pemerintah

terhadap Masyarakat Terdampak Covid-19 di Desa Gendongarum Kecamatan Kanor

Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Administrasi Publik. Volume 2.

https://jurnal.uns.ac.id/spirit-publik/article/view/43501 Diunduh pada Kamis, 18

Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai