SKRIPSI
OLEH
SINTA OKTARIA
NPM : 181010195
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2022
ABSTRAK
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula diringan shalawat
penelitian yang mencari kebenaran dan melihat apa saja faktor-faktor penyebab
Bengkalis Pada Tahun 2020 Dan Bagaimana dengan Konsekuensi hukum dalam
Peningkatan Tersebut.
Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada jurusan Ilmu Hukum Fakultas
Hukum Universitas Islam Riau. Selama proses penulisan skripsi ini telah banyak
pihak yang terlibat membantu dan mendukung, baik dukungan moril maupun
Rasa syukur dan terimakasih atas segala dukungan yang diberikan oleh
mendo’akan dan memberikan kasih sayang serta semangat kepada penulis. Selain
x
1. Bapak Prof. Dr. Syafrinaldi , S.H., M.C.L., selaku Rektor Universitas
Islam Riau;
3. Bapak Dr. Rosyidi Hamzah, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan 1, Ibu Dr.
Desi Apriani, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan 2, dan Bapak S. Parman,
Riau;
skripsi;
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Riau, yang
xi
mendapatkan tambahan ilmu dan wawasan di Fakultas Hukum Universitas
Islam Riau;
8. Staf Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Islam Riau, yang telah
Zhafirah Ashilah;
disaat mood saya kacau, dan terimakasih telah menjadi semangat, motivasi
xii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat keterbatasan
pengetahuan sehingga masih jauh dari kata sempurna baik dari penulisan maupun
materi penulisan. Oleh karena itu, penulis meminta maaf atas ketidaksempurnaan
skripsi ini. Kritik dan saran serta masukan dari berbagai pihak sangat membantu
penulis dalam perbaikan skripsi ini. Diharapkan skripsi ini dapat memberikan
Penulis
Sinta Oktaria
NPM: 181010195
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR.....................................................................................x
DAFTAR ISI.................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
B...Rumusan Masalah..................................................................................... 10
D...Tinjauan Pustaka....................................................................................... 11
xiv
BAB II TINJAUAN UMUM.........................................................................24
BAB IV PENUTUP........................................................................................91
A...Kesimpulan................................................................................................91
B...Saran.......................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................94
LAMPIRAN................................................................................................... 98
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Manusia dan Hukum adalah dua entitas yang tidak dapat dipisahkan. Bahkan
di dalam ilmu hukum, ada pepatah seperti: “ubi societas ibi ius” (di mana ada
masyarakat, di situ ada hukum). Dalam kata lain, jadi dalam setiap pembentukan
masyarakat, yang diteapkan oleh lembaga yang berwenang dan wajib, termasuk
ketertiban dalam hubungan pribadi, melindungi orang dari paksaan oleh orang lain
Perkawinan adalah ikatan yang lahir dalam keluarga sebagai bentuk kehidupan
(hukum islam dan hukum sosial). Sebelum hukum perkawinan ada, tata cara
perkawinan di Indonesia pada umumnya diatur menurut hukum agama dan hukum
1
Ratna Artha Windari and M H SH, Pengantar Hukum Indonesia (Depok: PT. RajaGrafindo
Persada, 2017) hlm 2.
1
peraturan tentang perkawinan diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.
2
oleh para ulama hukum islam mengatakan bahwa perkawinan itu ibadah atau
kebolehan atau sah. Namun menurut perubahan ilahnya, hukum perkawinan bisa
menjadi hadis, wajib, makruh dan haram. Meskipun ada beberapa ulama islam
perkawinan yang berkembang hingga saat ini adalah pelestarian (tindak lanjut)
dan teguh,serta laki-laki dan perempuan hidup bersama secara sah dan
“bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
2
Moch Isnaeni, Hukum Perkawinan Indonesia (bandung: Refika Aditama, 2016) hlm 35.
3
Abd Thalib and Admiral Admiral, Hukum Keluarga Dan Perikatan (Pekan Baru: UIR Press, 2008)
hlm 12-14.
4
Mardani, Hukum Perkawinan Islam: Di Dunia Islam Modern (yogyakarta: Graha Ilmu, 2011) hlm
4.
5
Ahmad Izzan dan Saehudin, Fiqih Keluarga (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2017) hlm 19.
2
Pernikahan harus dilaksanakan dengan cara yang baik tanpa melanggar aturan
agama apapun. Dari awal hingga proses yang berujung pada pernikahan dan
dan memenuhi rukun dan syarat. Karena rukun dan syarat tersebut menentukan
perilaku hukum, terutama dari sudut pandang hukum apakah perilaku tersebut sah
atau tidak. berdasarkan syarat yang memiliki arti yang berbeda karena pada
hakikatnya rukun adalah sesuatu pada hakikatnya dan bagian atau unsur yang
unsurnya. Dalam arti syarat-syarat yang ada disetiap unsur yang menjadi penegak,
menetapkan batas usia minimal untuk menikah yang berbeda antara laki-laki dan
hak berkerluarga, yang dijamin dalam pasal 28B ayat (1) Undang-Undang Dasar
pemenuhan hak anak sebagaimana dijamin dalam pasal 28B ayat (2) Undang-
Undang Dasar 1945. Dalam hal ini, ketika usia minimal perkawinan bagi wanita
6
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (Kencana, 2020) hlm 57.
3
lebih rendah dibandingkan laki-laki maka secara hukum, wanita dapat lebih cepat
dicantumkan yaitu:
dinyatakan:
4
meminta dispensasi kepada pengadilan dengan alasan sangat mendesak disertai
bukti-bukti pendukung yang cukup.”
Begitulah hukum dalam Undang-Undang mengatur tentang batas umur
perkawinan. Oleh karena itu, dalam hal ini melanggar terhadap pasal 7 ayat 2
dapat menikah dengan izin wali dan pengadilan agama. Didalam Pengadilan
agama yang meminta izin perkawinan dibawah umur tersebut adalah orang tua
kedua belah pihak atau pihak laki-laki atau pihak perempuan dapat melakukan
bahwa menaikan usia perkawinan bagi pria dan wanita bertujuan untuk
7
H. Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (jakarta: Prenada Media, 2013) hlm 66-67.
5
melakukan ke pengadilan agama yang diatur dalam Pasal 49 Undang-Undang
perkara yang beragama islam. Permohonan tersebut dapat disetujui atau ditolak
utama dalam kepentingan bagi anak, hak untuk hidup, dan menghormati pendapat
anak. Menjamin terlaksananya sistem peradilan yang melindungi hak anak dan
dispensasi perkawinan.
Jika calon mempelai pria dan mempelai perempuan berusia di bawah 19 tahun,
disebut pernikahan dini. Pernikahan dini berbeda dengan hukum agama dan
hukum Negara. Secara agama pernikahan dini mengacu pada pernikahan antara
8
Teuku Rulianda Zhafirin, “Tinjauan Yuridis Dispensasi Perkawinan Anak Bawah Umur Pasca
Berlakunya Undang-Undang NO 16 Tahun 2019” (Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara, 2020) hlm 27.
6
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, perkawinan hanya bisa
Batas usia menikah bagi perempuan sama dengan laki-laki dan keduanya
berusia 19 (sembialan belas) tahun. Batas usia yang dimaksud dianggap cukup
matang lahir dan batin untuk dapat menikah. Agar benar tujuan dari perkawinan,
tidak berakhir dengan penceraian dan memperoleh keturunan yang sehat dan
berbobot. Batas usia nikah bagi perempuan diharapkan dengan naiknya menjadi
diatas 16 (enam belas) tahun, Dapat menurunkan angka kelahiran dan mengurangi
resiko kematian ibu dan anak. Hal ini mengoptimalkan pertumbuhan dan
Agama sama dengan hukum acara perdata yang berlaku di lingkungan peradilan
Peradilan agama adalah proses peradilan bagi umat Islam yang mencari
9
Ibid. hlm 20.
10
Aris Bintania, Hukum Acara Peradilan Agama Dalam Kerangka Fiqh Al-Qadha (jakarta:
Rajawali Pers, 2021) hlm 7.
11
M.A Prof.Dr.H. zainuddin Ali, Hukum Islam (jakarta: sinar grafika, 2018) hlm 92.
7
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama,
Peradilan agama adalah sebutan resmi bagi salah satu diantara empat
tiga peradilannya adalah Peradilan Umum, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata
yang dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan Badan Peradilan Umum,
12
retnowwulan soetantio dan iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan
Praktek (bandung: mandar maju, 1997) hlm 21-25.
8
pengadilan dalam perkara-perkara contentiosa, karena adanya 2 (dua) pihak yang
dari domisili pemohon atau orang yang mengajukan permohonan. Dalam hal
legi geralis).13
Dalam hal ini Pengadilan Agama Bengkalis merupakan salah satu lembaga
Bengkalis memiliki jumlah penduduk lima ratus lebih dengan sebelas kecamatan
tahun 2020. Yang mana dalam catatan laporan tahunan Pengadilan Agama
sebelumnya pada tahun 2019 hanya 25 perkara diterima oleh Pengadilan Agama
Pengadilan Agama Bengkalis relatif tinggi. Pada saat yang sama jumlah
Maka dari itu kebijakan dan kehati-hatian dari pihak pengadilan sangat
mengabulkan maupun ditolak yang harus sesuai dengan alasan yang kuat,
13
abdullah tri Wahyudi, Hukum Acara Peradilan Agama Dilengkapi Contoh Surat-Surat Dalam
Praktik Hukum Acara Di Pengadilan Agama (bandung: mandar maju, 2014) hlm 126.
9
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
10
Hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan dan pengembangan hukum
b. Bagi Masyarakat
kepada kita dan masyarakat tentang pentingnya pengetahuan dan wawasan tentang
c. Bagi Penulis
hukumnya.
D. Tinjauan Pustaka
Indonesia. 14 perkawinan berasal dari kata ‘Kawin’ yang menurut etimologi berarti
bersetubuhan).15
14
Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (jakarta: victory inti cipta, 2018).
15
h. mahmud Bunyomin, Hukum Perkawinan Islam (bandung: cv pustaka setia, 2017).
11
Dispensasi perkawinan memiliki arti keringanan akan sesuatu (batas umur)
didalam melakukan ikatan antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
pengadilan agama karena adanya umur yang belum cukup untuk melakukan
tahun dan masih dalam kandungan dapat digolongkan sebagai anak-anak dan
Perkawinan anak bawah umur adalah perkawinan atau akad yang dapat
menjamin bahwa seorang laki-laki dan perempuan saling memiliki dan dapat
dan perkawinan tersebut dilakukan oleh seorang (calon suami/calon istri) usia
16
sonny dewi Juadiasih, Perkawinan Bawah Umur Di Indonesia (bandung: PT refika aditama,
2018) hlm 99-100.
12
Demikian bahwa pernikahan bawah umur tersebut adalah penikahan yang
dilakukan oleh calon pasangan yang belum mencapai batas usia yang diatur oleh
sebagai berikut:
dispensasi kawin,
di pengadilan.
merupakan amanah dan karunia Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Anak
memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya serta memiliki hak yang
sama untuk tumbuh dan berkembang. Semua tindakan mengenai anak yang
17
Dr. Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia (jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2016)
hlm 89.
13
dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial, negara atau swasta,
kepentingan terbaik bagi anak, demikian ditegaskan dalam Konvensi tentang Hak-
Hak Anak, di mana Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut melakukan
bagi mereka yang telah memenuhi persyaratan usia. Bagi mereka yang telah
sebagaimana mestinya.
hal yang di timbulkan suatu hal tertentu, baik itu peristiwa maupun yang dapat
dan perempuan harus 19 (sembilan belas) tahun dan juga ada beberapa faktor
lainnya.
14
Akibat hukum yang muncul dari dikabulnya atau ditolaknya untuk melakukan
Perkawinan sah.
perkawinan;
- Surat penolakan dari Kantor Urusan Agama (KUA). Surat ini menjelaskan
mencapai batas minimal usia pernikahan, yaitu pria 19 tahun dan wanita 16
tahun;
18
Wisono Mulyadi and Anjar Sri Ciptorukmi Nugraheni, “Akibat Hukum Penetapan Dispensasi
Perkawinan Anak Di Bawah Umur (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Pacitan),” Jurnal Privat
Law 5, no. 2 (2017): 69–76.
15
- Fotocopy Kartu Keluarga (KK);
tahun 2020.
19
Sabili Afan, “Pernikahan Di Bawah Umur Dan Implikasinya Terhadap Keharmonisan Rumah
Tangga” (semarang, 2018).
20
Zhafirin, “Tinjauan Yuridis Dispensasi Perkawinan Anak Bawah Umur Pasca Berlakunya
Undang-Undang NO 16 Tahun 2019.”
16
memberikan dispensasi kawin berdasarkan fakta hukum yang terdapat dalam
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Tahun 2020 yang berjudul
adanya peningkatan pengajuan dispensasi kawin pada Tahun 2018 hingga 2020
bawah umur dan aspek positif dan negatif dalam ketentuan memberikan
21
Imar Paidil, “Faktor-Faktor Penyebab Meningkatnya Pengajuan Permohonan Dispensasi Kawin
Dipengadilan Agama Sengeti Kelas 1B” (jambi, 2020).
22
wijaya tri, “Dispensasi Pengadilan Agama Dala Perkawinan Di Bawah Umur (Studi Kasus Di
Pengadilan Agama Surakarta)” (surakarta, 2008).
17
membahas tinjauan hukum Tentang meningkatnya permohonan dispensasi
adalah karena sudah hamil diluar nikah, faktor agama, dan budaya, faktor
dispensasi kawin karena adanya pertimbangan besar seperti hamil diluar nikah
maka hakim harus memberikan permohonan atau hak kepada mereka untuk
melakukan dispensasi nikah sesuai dengan syarat yang harus dipenuhi olehnya.
23
Andriani siska, “Akibat Hukum Dispensasi Pengadilan Agama Dalam Perkawinan Anak
Dibawah Umur (Studi Penetapan Nomor 01/Pdt.P/2012/PA.Pkc)” (jember, 2017).
24
Munadhiroh Mudadhiroh, “Kajian Hukum Terhadap Permohonan Dispensasi Kawin Pada
Perempuan Di Bawah Umur Di Pengadilan Agama Semarang (Studi Kesehatan Reproduksi),”
Jurnal Idea Hukum 2, no. 1 (2016): 73–74.
18
7) Jurnal yang ditulis oleh wisono mulyadi,25 jurnal Fakultas Hukum Universitas
diterima bisa saja ditolak Karena syarat yang tidak lengkap atau adanya
E. Konsep Operasional
kegiatan yang akan ditinjau menurut pendapat baik itu sesudah memeriksa
lembaga yang berwenang bersifat memaksa serta berisi perintah dan larangan
25
Mulyadi and Nugraheni, “Akibat Hukum Penetapan Dispensasi Perkawinan Anak Di Bawah
Umur (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Pacitan) hlm 69-76.”
19
4. Dispensasi kawin adalah pengkhususan dari peraturan umum yang bersifat
perkawinan.
jenis penelitian empiris, penelitian hukum yang berasal dari lapangan dan
20
penelitian atau rumusan masalah dan menggambarkan secara ringkas
2. Lokasi Penelitian
ini.
a. Data Primer
Data primer adalah keterangan yang diambil dari lapangan dan diambil dari
di Pengadilan Agama Bengkalis yang berkaitan dengan judul skripsi ini. dan
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah diperoleh melalui sumber yang ada, keterangan data
pustaka yang ada, antara lain buku hukum yang ditulis oleh para ahli hukum,
21
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan fakta penelitian ini
Wawancara ini digunakan untuk mengadili data dari sumber aslinya dan
b. Dokumentasi
5. Analisis Data
Unit analisis yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini adalah melalui
peraturan hukum yang ada apabila penelitan tersebut adalah penelitiann lapangan
yang tidak memerlukan populasi dan sampel. Dalam penelitian ini, unit
22
menggunakan populasi dan sampel, namun hanya menggunakan data yang berasal
dan staff Pengadilan Agama Bengkalis yang menangani perkara dispensasi kawin
deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang umum ke hal-hal khusus.
23
BAB II
TINJAUAN UMUM
c) Kecamatan Merbau
26
Dokumentasi di Kantor, “Pengadilan Agama Bengkalis” (Bengkalis, 2021).
24
e) Kecamatan Bukit Batu
f) Kecamatan Rupat
g) Kecamatan Bangko
i) Kecamatan Kubu
Masalah NTCR / Waris mal waris dikelola langsung oleh kerajaan siak
yang dipegang oleh seorang Qadhi Besar, oleh sultan siak Qadhi Besar ini
Dengan demikian baik Pulau Bengkalis maupun untuk daerah kerajaan Siak
masalah NTCR / waris mal waris tidak ada kesuliatan. Keadaan yang seperti
ini dapat berjalan dengan baik sampai kepada rasis jepang dan Revolusi
Kemerdekaan.
b. Masa kemerdekaan
Pada tahun 1946 datang instruksi untuk membentuk Pejabat Agama ditiap-
a) Kewedanaan Bengkalis
b) Kecamatan Bengkalis
d) Kecamatan Rupat
25
f) Kecamatan Tebing tinggi
g) Kecamatan Merbau
h) Kewedanaan Siak
k) Kecamatan Mandau
m) Kecamatan Bangko
o) Kecamatan Kubu
Pada tahun 1950 dibentuk Kantor Urusan Agama Kabupaten Bengkalis yang
b. Bagian Umum
c. Bagian Kemasjidan
isteri yang suaminya melanggar taklik thalak,, maka setiap P.3 NTCR yang
26
Setelah Proklamasi kemerdekaan masalah NTCR / Waris mal waris tetap
berjalan baik walaupun tidak dapat dikatakan meningkat. Pada tahun 1957 hak
menerima taufiz taklik thalak dicabut dari P.3 NTCR, akibatnya timbullah
keluhan dan kesulitan bagi para isteri yang suaminya melanggar taklik talaknya.
Akan tetapi kesulitan ini dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat dipulihkan
kembali oleh karena dalam bulan Mei 1959 Bapak Abdullah Nur Kepala
yang juga salah seorang dari Hakim Pengadilan Agama / Mahkamah Syar’iyah
kabupaten Bengkalis serta penguasa perang setempat maka pada pada tanggal 7
a) Kecamatan Bengkalis
c) Kecamatan Merbau
e) Kecamatan Dumai
f) Kecamatan Rupat
g) Kecamatan Bangko
h) Kecamatan Kubu
27
Adapun Kecamatan Sungai Apit, Kecamatan Mandau dan Kecamatan Siak
Akan tetapi dengan dikeluarkan surat Dirjen Bimas Islam pada tanggal 29
a) Kecamatan Bengkalis
f) Kecamatan Merbau
g) Kecamatan Dumai
h) Kecamatan Mandau
i) Kecamatan Rupat
j) Kecamatan Bangko
l) Kecamatan Kubu.
Pengadilan Agama Selat Panjang. Dan Pada Tahun 1979 dibangun Gedung /
28
1977/1978 diatas tanah milik Pemerintah Daerah TK. II Kabupaten
tahun 1959 akan tetapi belum mempunyai gedung tersendiri dan selalu
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain oleh karena pada ketika itu
29
a) Kabupaten Bengkalis
b) Kecamatan Bengkalis
c) Kecamatan Bantan
f) Kecamatan Mandau
g) Kecamatan Pinggir
h) Kecamatan Rupat
j) Kabupaten Siak
m) Kecamatan Siak
n) Kecamatan Tualang
p) Kecamatan Minas
q) Kecamatan Dayun
Tabel I. 1
30
3 AMRAN RAMLI 20 Mei 1977 - 24 Desember 1979
SH.,MH
2013
MH
S.H.I.,M.A.
a. Visi
31
Badan peradilan agama adalah pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang
berdasarkan undang-undang.27
Pada dasarnya visi dan misi pengadilan agama bengkalis adalah selaras
dengan visi dan misi yang telah dirumuskan oleh pimpinan Mahkamah Agung
RI tanggal 10 september 2010 dan juga visi dan misi Pengadilan Tinggi Agama
Pekanbaru yang telah di tetapkan. Bahwa visi dan misi Mahkamah Agung RI
b. Misi
27
Dokumentasi di Kantor.
32
3. Fungsi Pengadilan Agama Bengkalis
wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, serta wakaf dan
biaya perkara);
28
Dokumentasi di Kantor.
33
5. Memberikan pelayanan penyelesaian permohonan pertolongan pembagian
107 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
34
Pengganti, dan Juru Sita/ Juru Sita Pengganti dibawah jajarannya agar
ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-undang
KMA/080/VIII/2006).
29 Agustus 2007).
6. Fungsi Lainnya :
instansi lain yang terkait, seperti DEPAG, MUI, Ormas Islam dan lain-
35
tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan yang diperbaharui dengan
1. Unsur Pimpinan
tahun 2015 tentang organisasi dan tata kerja Kepaniteraan dan Kesekretariatan
dari Ketua, Wakil Ketua, Panitera dan Sekretaris. Keempat unsur pimpinan
Agama Bengkalis.
2. Unsur Pelaksana
Unsur ini adalah unsur yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas
Hal ini dilaksanakan oleh Majelis Hakim dan dibantu oleh Panitera / Panitera
29
Dokumentasi di Kantor.
36
Unsur pembantu pimpinan adalah unsur yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan tugas tersebut adalah Unit Kerja Kepaniteraan dan Unit Kerja
Kesekretariatan.
a. Kepaniteraan
kembali (PK).
b. Kesekretariatan
37
unit kerja sekretariat di bawah Sekretaris dibantu oleh tiga Kepala Sub
peradilan.
30
Dokumentasi di Kantor.
38
Ketiga, kesekretariatan Pengadilan Agama merupakan tata usaha Negara yang
kewarisana, wasiat dan hibah yang melakukan berdasarkan hukum islam, serta
undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Pengadilan Agama sebagimana telah diubah
a. Perkawinan
b. Waris
c. Wasiat
d. Hibah
31
Dokumentasi di Kantor.
39
e. Wakaf
f. Zakat
g. Infaq
h. Shadaqah
i. Ekonomi Syari'ah
hilal dalam penentuan awal bulan pada tahun Hijriyah”. Penjelasan lengkap
pasal 52a ini berbunyi: Selama ini Pengadilan Agama diminta oleh Menteri
Agama untuk memberikan penetapan (itsbat) terhadap kesaksian orang yang telah
melihat atau menyaksikan hilal bulan pada setiap memasuki bulan Ramadhan dan
awal bulan Syawal tahun Hijriyah dalam rangka Menteri Agama mengeluarkan
perbedaan penentuan arah kiblat dan penentuan waktu shalat. Di samping itu,
sebagai berikut:
40
a. Ketua
a) Tugas pokok
b) Fungsi
Bengkalis.
41
- Mengadakan konsultasi dengan ketua Pengadilan Agama
keputusan.
Agama Bengkalis.
instansi lainnya.
b. Wakil Ketua
a) Tugas Pokok
42
pkok dan fungsi peradilan agama tingkat pertama dengan cara
b) Fungsi
sesuai keperluan.
43
- Melakukan koordinasi dengan Ketua apabila ada pengaduan
c. Panitera
a) Tugas pokok
b) Fungsi
kepaniteraan.
44
- Menanggapi dan memecahkan masalah yang muncul dibidang
kepaniteraan.
menandatanganinya.
Ketua.
dokumen, Akta, Biaya Perkara, uang titipan Pihak Ketiga, Surat- surat
d. Wakil Panitera
a) Tugas Pokok
45
Wakil Panitera Pengadilan Agama Bengkalis bertugas membantu
b) Fungsi
46
- Mengkonsep dan meneliti surat-surat yang berhubungan dengan
perkara.
e. Hakim
a) Tugas Pokok
b) Fungsi
Majelis.
47
- Menjaga kerahasiaan Berita Acara Sidang.
a) Tugas pokok
menyimpan berkas perkara yang masih berjalan dan urusan lain yang ada
b) Fungsi
kepaniteraan permohonan.
permohonan.
48
- Memberi nomor register pada setiap perkara permohonan yang
diterima di kepaniteraan.
kegiatan.
49
- Memberi penilaian pekerjaan untuk bawahannya.
32
Dokumentasi di Kantor.
50
1. Januari – oktober 53 Perkara 50 Perkara
1. Pengertian Perkawinan
Nikah (kawin) menurut arti asli ialah hubungan seksual tetapi menurut arti
majazi (mathaporic) atau arti hukum ialah akad (perjanjian) yang menjadikan
halal hubungan seksual sebagai suami istri antara seorang pria dengan wanita.
Nikah artinya perkawinan sedangkan aqad artinya perjanjian, jadi akad nikah
seorang wanita dengan seorang pria membentuk keluarga bahagia dan kekal
(abadi).33
suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan di antara seorang laki-laki dan
dengan dasar sukarela dan keridhoan kedua belah pihak untuk mewujudkan
suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan
suci dan kuat serta kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-
33
Mohd Ramulyo, “Idris. 1996,” Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis Dari Undang-Undang
Nomor 1 (n.d.) hlm 1.
34
Ahmad Azhar Basyir, “Hukum Perkawinan Islam,” 1999 hlm 10.
51
laki dengan seorang perempuan membentuk keluarga yang kekal, santun-
seksual.36
Pasal 1, perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga),
mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama atau kerohanian sehingga
perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir atau jasmani tetapi unsur batin
yang sangat kuat atau miitsaaqan ghaliizhan untuk menaati perintah Allah dan
disimpulkan bahwa perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang lelaki
35
Ramulyo, “Idris. 1996. hlm 1”
36
Hosen Ibrahim, Pembaruan Hukum Islam, 1971 hlm 65.
52
dan seorang perempuan yang hidup bersama dan yang tujuannya membentuk
Pengertian perkawinan kita dapat di lihat dari 3 (tiga) segi pandang, yaitu
sebagai berikut:
1. Perkawinan tidak dapat dilakukan tanpa sukarela dari kedua belah pihak.
persyaratan bagi seorang suami untuk kawin lagi dengan istrinya yang
lain, tidak boleh seorang suami mempunyai istri lebih dari 4 (empat),
37
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam Dan Undang-Undang Perkawinan (yogyakarta, 1982) hlm
10.
53
adanya ketentuan hak dan kewajiban suami dan istri dalam berumah
tangga.
mempunyai kedudukan yang lebih dihargai dari pada mereka yang belum
kedudukan sosial yang lebih tinggi karena ia sebagai istri dan wanita
tanpa batas dan tanpa bisa berbuat apa-apa tetapi menurut ajaran Islam
Pandangan suatu perkawinan dari segi agama adalah suatu segi yang sangat
penting. Dalam agama, perkawinan itu dianggap suatu lembaga yang suci.
Upacara perkawinan adalah upacara yang suci, yang kedua belah pihak
dihubungkan menjadi pasangan suami istri atau saling meminta untuk menjadi
54
a. Sepakat para ulama Syafi’iah, ulama Hanafiah, danulama Imamiah bahwa
akad nikah itu baru terjadi setelah dipenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat
baligh) ;
paksaan);
5. Harus ada mahar (mas kawin) dari calon pengantin laki-laki yang
7. Harus ada upacara ijab qabul, ijab ialah penawaran dari pihak calon
istri atau walinya atau wakilnya dan qabul penerimaan oleh calon
38
Ramulyo, “Idris. 1996 hlm 3.”
55
hanya sekadar minum teh manis atau dengan sepotong kaki kambing
dan rujuk tentulah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, ini terutama Pasal 2
Bagi suatu Negara dan bangsa seperti Indonesia mutlak adanya Undang-
dan telah berlaku bagi berbagai- bagai golongan dalam masyarakat , dan bagi
seperti yang ditetapkan oleh Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
39
Asnawi Mochd, Himpunan Peraturan Dan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang
Perkawinan Serta Peraturan Pelaksanaannya, 1975 hlm 232.
56
perkawinan tersebut di atas, dan sahnya perkawinan menurut Hukum Islam
a. Syarat Umum
dan 24.
b. Syarat Khusus
calon pengantin laki- laki dan calon pengantin perempuan ini adalah suatu
merupakan syarat mutlak (Conditio sine qua non), absolut, tidak dapat
dimungkiri, bahwa logis dan rasional kiranya, karena tanpa calon pengantin
laki- laki dan calon pengantin perempuan, tentunya tidak akan ada perkawinan.
Kedua calon mempelai itu haruslah Islam, akil baligh (dewasa dan berakal),
sehat baik rohani maupun jasmani. Sebaiknya calon pengantin laki-laki itu
sudah berusia 25 (dua puluh lima) tahun sedangkan calon pengantin perempuan
belas) tahun, tentunya pendapat ini tidak mutlak, harus dilihat pula situasi dan
40
Ramulyo, “Idris. 1996 hlm 4.”
57
kondisi fisik dan psikis para calon mempelai itu. Baligh dan berakal,
keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga, jadi bukan orang yang di bawah
pengampuan (curatele).
paksaan diantara mereka dan persetujuan tersebut datang dari kedua belah
pihak yang merupakan calon pengantin. Dari Ibnu Abbas ra. Bahwa seorang
ia tidak mau (tidak suka), maka Nabi menyerahkan keputusan itu kepada gadis
diriwayatkan Bukhari dan Muslim (As Shahihani) dari Siti ‘Aisyah, Rasul
pernah mengatakan, tidak ada nikah tanpa wali. Tetapi menurut mazhab Imam
Abu Hanifah, wanita dewasa tidak perlu pakai wali kalau hendak kawin. Hadist
Rasul menurut mazhab As Syafi’I juga berdasarkan Hadist Rasul dari Siti
‘Aisyah ra. Rasul bersabda, iap wanita menikah tanpa izin dari wali nikahnya
batal, diulangi batal, batal. (Sampai tiga kali kata-kata batal itu diucapkan).
58
Dalam Al-Qur’an tidak di atur secara tegas mengenai saksi nikah itu, tetapi
di dalam hal talak dan rujuk ada disebutkan mengenai saksi, maka dapat
seorang laki-laki dan seorang perempuan, di samping adanya wali harus pula
adanya saksi. Hal ini adalah penting untuk kemaslahatan kedua belah pihak,
dan kepastian hukum bagi masyarakat, demikian juga baik suami maupun istri
perkawinan yang suci tersebut, sesuai pula dengan analogi Al-Qur’an surah Al
orang saksi laki-laki di antara kamu atau jika tak ada 2 (dua) orang laki-laki,
pengganti seorang laki- laki dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya apabila
dalam Al-Qur’an Surah An Nisaa’ ayat 25 (Q. IV: 25) berikanlah mas kawin itu
Ijab ialah suatu pernyataan kehendak dari calon pengantin wanita yang
lazimnya diwakili oleh wali. Suatu pernyataan kehendak dari pihak perempuan
59
untuk mengikatkan diri kepada seorang laki-laki sebagai suaminnya secara
a) Didasarkan kepada persetujuan bebas antara calon suami dan calon istri,
b) Pada asasnya perkawinan itu adalah satu istri bagi satu suami dan
sebaliknya hanya satu suami bagi satu istri, kecuali mendapat dispensasi
beristri lebih dari satu dan harus ada izin dari istri pertama, adanya
hidup istri-istri dan anak-anak serta menjamin bahwa suami akan berlaku
kecuali dalam hal-hal tertentu dan calon pengantin telah berusia 21 (dua
puluh satu) tahun atau lebih, atau mendapat dispensasi dari Pengadilan
Agama apabila umur para calon atau kedua calon kurang dari 19 tahun.
60
e) Tidak termasuk larangan-larangan perkawinan antara 2 (dua) orang yang :
atas.
susuan.
dari istri, dalam hal seorang suami beristri, lebih dari seorang.
f) Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain, kecuali
g) Seorang yang telah cerai untuk kedua kalinya, maka di antara mereka
lain.
61
i) Perkawinan harus dilangsungkan menurut tata cara perkawinan yang
Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1975 tentang Pencatat Nikah, Talak dan
Rujuk.
1. Pengertian Dispensasi
anak menikah pada usia dini. Dari segi perlakunya, pernikahan anak di bawah
sebgai tindakan eksploitasi terhadap anak dan di takutkan bisa merusak cara
pikir dan masa depan anak. Sedangkan pernikahan sesama anak di bawah umur
masyarakat, tentu hal ini lebih parah lagi bagi masa depan anak dimaksud.
41
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976 hlm 357.
62
Dispensasi dalam perkawinan di bawah umur merupakan pemberian
diterapkan pada pasal 7 ayat (2) bahwa penyimpangan terhadap pasal 7 ayat (1)
mencapai syarat umur perkawinan yang telah ditetapkan sesuai dengan pasal 7
Tahun 1974 Tentang Perkawinan yaitu untuk pria dan wanita harus mencapai
tertentu atau ada hal mendesak maka perkawinan tersebut diperbolehkan atau
diizinkan.
63
Dalam hal ini dispensasi dalam perkawinan di bawah umur dapat di berikan
kepada calon mempelai yang telah terpenuhi rukun sahnya perkawinan dan
umur sesuai dengan yang diterapkan pada pasal 7 ayat (1) Undang-Undang 16
sehingga dapat mengurangi akibat yang tidak baik dalam kehidupan yang akan
adanya faktor dari orang tua sendiri, orang tua tidak mudah menjodohkan
anaknya dengan orang lain tapi sangat mudah untuk menerima pinangan dari
orang lain apalagi calon yang meminang anaknya adalah orang yang berada
64
tanpa menanyakan terlebih dahulu anaknya mau atau tidak atau memikirkan
masa depan anak tersebut, alasan orang tua juga menerima pinangan untuk
duni ini bisa berkembang untuk meramaikan alam yang luas ini dari generasi
ke generasi berikutnya. 43
dispensasi nikah yang terbagi menjadi dua faktor yaitu internal dan eksternal. .
Agama Bengkalis
42
Lina Dina Maudina, “Dampak Pernikahan Dini Bagi Perempuan,” Jurnal Harkat: Media
Komunikasi Gender 15, no. 2 (2019): hlm 89–95.
43
Aulia Muthiah, Hukum Islam Dinamika Seputar Hukum Keluarga (yogyakarta, 2017) hlm 49.
65
Salah satu bidang perkawinan yang menjadi kewenangan dan kekuasaan
Pengadilan Agama adalah pemberian dispensasi nikah bagi anak yang masih
Dispensasi nikah diperlukan bagi calon pengantin pria dan wanita yang
belum berumur 19 tahun atau salah satu dari kedua calon pengantin belum
hanya diizinkan jika pihak pria dan wanita mencapai umur 19 tahun (UU
terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau
pejabat lain, yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak
salah satu orang tua calon mempelai yang belum cukup umur sebagai pemohon
dispensasi. Bila salah satu seperti laki-laki yang sudah cukup umur 19 tahun,dia
sudah bisa beracara dan tidak dikuasakan lagi oleh orang tuanya, bisa
dalam satu kesatuan proses yang dimulai dari tahap permohonan informasi,
pintu.44
44
“Pasal 1 Ayat (1) Keputusan Direktur Jendral Badan Peradilan Agama Mahkamah Agun RI
Tentang Pedoman Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Lingkungan Peradilan Agama,” n.d.
67
Pada pasal 2 putusan Nomor 1403.b/DJA/SK/OT.01.3/8/2018 tentang
a. Informasi
b. Pendaftaran Perkara
68
Surat permohonan yang telah dibuat dan ditandatangani diajukan
berdasarkan pasal 193 R.bg atau pasal 182 ayat (1) HIR atau pasal 90 ayat
yang dilegalisir oleh camat. Bagi yang tidak mampu maka panjar biaya
69
a. Pendaftaran perkara gugatan/ permohonan tingkat pertama
Permohonan”
c. Layanan Pembayaran
undangan
d. Meja II
70
memberi surat pemberitahuan hari sidang dari pengadilan ke alamat
pemohon.
Dalam layanan penyerahan produk yang dulu disebutkan meja III. Pada
a. Salinan putusan/penetapan
peraturan perundang-undangan.
berdasarkan alat-alat bukti yang sah dan menurut hukum pembuktian itu
berlaku.
71
memberi kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukannya,
dengan tulisan di bawah tangan. Suatu akta otentik atau dengan tulisan
di bawah tangan. Suatu akta otentik ialah akta yang dibuat dalam
umum yang berwenang untuk di tempat akta otentik, baik karena tidak
umum.
72
b. Jika kesaksian-kesaksian berbagai orang mengenai berbagai
kedudukan para saksi; dan umumnya, ada apa saja yang mungkin
perkawinan kepada calon suami dan calon isteri, hal ini dilakukan
73
Persangkaan ialah kesimpulan yang oleh undang-undang atau oleh
Hakim ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui umum kearah suatu
4. Pengakuan
dapat dicabut
5. Sumpah
yang diperintahkan oleh pihak satu kepada pihak yang lain untuk
persengketaan apapun juga, kecuali dalam hal kedua belah pihak tidak
74
boleh mengadakan suatu perdamaian atau dalam hal pengakuan
Sumpah yang diperintahkan oleh hakim kepada salah satu pihak yang
lawannya.
dan menunggu sudah cukup umur. Lalu hakim akan memeriksa bukti
calon mempelai dan saksi yang hadir pada persidangan. Bila sudah
mendesak.
76
BAB III
1. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria dan wanita sudah mencapai
dimaksud pada ayat (1), orang tua pihak pria dan/atau orang tua pihak
melangsungkan perkawinan.
mempelai sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) dan ayat (4)
77
berumur 19 tahun dan pihak wanita juga harus berumur 19 tahun, namun pada
belum mencapai umur 21 tahun harus mendapatkan izin kedua orang tua. Dan
perkawinan.
saat ini semakin meningkat pada tahun 2020 peningkatan sangatlah drastis dari
Provinsi Riau peningkatan terjadi pada tahun 2020 disebabkan oleh beberapa
faktor, dari hasil penelitian yang dilakukan secara wawancara kepada Hakim
Perkawinan, Faktor Orang Tua, dan Faktor Ekonomi. Untuk lebih jelasnya
78
1. Hamil diluar nikah
Masa remaja adalah dimana masa transisi antara masa anak-anak dan masa
menuju dewasa. Pada masa ini seorang anak mencari jati dirinya atau masa
Dalam hal ini seorang anak remaja sudah mengenal apa itu fashion atau
gaya hidup yang memperhatikan penampilan diri, lalu mulai tetarik dengan
lawan jenis sehingga berusaha menarik perhatian dan memicu perasaan cinta
dan mendorong ke hal seksual yang bisa melanggar aturan agama yaitu
79
pernikahanan. jadi tingkat kenakalan anak-anak yang belum berumur 19 tahun
semakin menjadi dan melakukan hal-hal yang berhubungan dengan
bersetubuh atau melakukan hal negatif sehingga hamil diluar nikah menjadi
meningkat.”
Apalagi pada zaman yang serba canggih ini anak-anak sekolah semakin
gejetnya yang bisa membuka dunia internet yang begitu mudah, tanpa
usia yang masih remaja dan labil anak-anak sangat butuh bimbingan dan
Saat perubahan umur antara pria dan wanita harus sama-sama 19 tahun,
1974 Tentang Perkawinan mengenai batas usia pernikahan atau umur yang
wanita, dalam hal ini batas minimal umur bagi wanita dipersamakan dengan
batas minimal umur perkawinan bagi pria, yaitu 19 (Sembilan belas) tahun.
Batas usia tersebut dinilai telah matang jiwa dan raganya untuk dapat
80
baik tanpa berakhir pada perceraian dengan mendapat keturunan yang sehat
dan berkualitas.
Diharapkan juga kenaikan batas umur yang lebih tinggi dari 16 (enam
belas) tahun untuk kawin akan mengakibatkan laju kelahiran yang lebih rendah
dan menurunkan resiko kematian ibu dan anak. Sehingga itu juga mendapat
nikah meningkat begitu drastis tercatat pada tahun 2020 yaitu 63 perkara
pengaruh atau faktor dari perubahan usia menikah dari UU No 19 tahun 2019
“mengenai batas usia pernikahan atau umur baru diterapkan pada tahun 2019
tetapi bukan dari awal bulan perubahan undang-undang tersebut tetapi baru
diterapkan pada akhir tahun, jadi awal tahun tidak di permasalahkan dengan
batas usia yang sebelumnya 16 tahun. Sedangkan di tahun 2020 full usia
81
perkawinan menjadi 19 tahun lebih banyak tersaring maka terjadilah
peningkatan permohonan dispensasi nikah tersebut.”
hal ini para hakim Pengadilan Agama bengkalis dalam menetapkan sudah
dispensasi kawin.
Maslaha Al-Mursalah adalah kebaikan yang tidak ada dalam nash al-
adalah menetapkan ketentuan hukum yang tidak ada sama sekali dalam al-
kemudharatan. Maslahat mursalah itu adalah maslahah yang hakiki dan bersifat
anak yang belum cukup usia untuk melakukan perkawinan dapat diterima oleh
82
akal sehat bahwa ia betul-betul mendatangkan manfaat bagi kedua calon
diluar perkawinan.
Yang dinilai akal sehat sebagai suatu maslahah yang hakiki betul-betul
telah sejalan dengan maksud dan tujuan syara (membangun rumah tangga yang
umat manusia. Yang dinilai akal sehat sebagai suatu maslahah yang hakiki dan
telah sejalan dengan tujuan syara dalam menetapkan hukum itu tidak
bertentangan dengan dalil syara yang telah ada, baik dalam bentuk nash Al-
maslahatnya tidak diselesaikan dengan cara ini, maka umat akan berada dalam
kesempitan hidup, dengan arti harus ditempuh untuk menghindarkan umat dari
kemanfaatan hukum lebih melihat kepada manusia dan bukan manusia ada
untuk hukum.
83
Adapun faktor penyebab terjadinya peningkatan pengajuan permohonan
tua terhadap anak nya yang sudah cukup lama pacaran dan terlalu sering pergi
mayoritas beragama muslim, yang mana seorang muslim memiliki kultur atau
budaya yang begitu kuat dalam sopan santun dalam bersosialisai di masyarakat.
akan melakukan perzinahan. Dengan begitu orang tua dari pasangan kekasih
tersebut beralasan yang kuat untuk menikahi anaknya, namun dalam penemuan
mencukupi umur.
2019 Perubahan dari UU No 1 Tahun 1974 bahwa dalam ayat (1) dijelaskan,
perkawinan hanya diizinkan apabila seorang pria dan wanita tersebut sudah
dijelaskan dalam penyimpangan ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi
kawin kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua
84
pihak pria maupun wanita. Hal ini lah alasan mengapa pengajuan dispensasi
Dalam budaya baru atau pergaulan anak zaman sekarang mereka apabila
telah pacaran dan begitu lama hingga kedekatan mereka sudah begitu intim,
sehingga mereka tidak tau lagi batasan-batasan yang dilarang oleh agama,
mereka hanya mengikuti hawa nafsu yang ada, sehingga itu lah yang membuat
kekhawatiran dari orang tuanya, agar tidak mencemar nama baik kelurga atau
tidak mempermalukan keluarga maka mau tidak mau orang tuanya ingin
menikahi anaknya, apabila juga tidak dinikahi malah akan lebih berbahaya.
Sebagaimana hal ini dipaparkan oleh Bapak Rhezza pahlawi selaku Hakim
4. Faktor Ekonomi
“sedikit dari penyebab dari faktor ekonomi tetapi tidak mengurangi penyebab
terjadinya peningkatan permohonan dispensasi nikah, faktor ekonomi yang
terjadi saat ini beralasan tidak mampu menghidupkan anaknya yang terlalu
ramai adik beradiknya sehingga orang tuanya lebih memilih menikahi anaknya
yang belum cukup umur dengan orang yang dianggap sudah bisa jadi
85
tanggungannya tetapi terkadang ada juga sesama orang yang tidak mampu
maka terjadinya angka kemiskinan terhadap ekonomi dan mereka menikahi
anak perempuannya juga karena dapat mengurangi sedikit beban dari orang
tuanya karena anaknya sudah lepas dari tanggungannya”
anak tersebut diminta untuk berhenti sekolah untuk sekedar membantu orang
hidupnya berkurang. Sayangnya terkadang para gadis ini juga menikah dengan
kemiskinan baru.
sebuah pelepasan beban. Orang tua akan merasa beban hidupnya berkurang,
dispensasi nikah yang di lihat sesuai dengan wawancara saya bersama bapak
86
“ketidak matangnya dari kedua pihak yang melakukan perkawinan dibawah
umur memiliki konsekuensi umur nikah yang berlangsung tidak lama. selain itu
tidak ada tetapi dilihat dari sosial banyak ya konsekuensinya seperti
konsekuens di lingkungan masyarakat sekitar mereka tinggal seperti dikucilkan
konsekuensi mereka ya misalnya karena hamil duluan sebelum adanya ikatan
pernikahan dan angka kemiskinan makin meningkat kan kita belum tau mereka
yang melakukan permohonan untuk menikah dibawah umur tidak semuanya
ekomoninya baik bisa saja ekonomi mereka sama sama rendah maka angka
kemiskinan di indonesia jadi berpengaruh. Mungkin kalau di lihat dari akibat
hukum menerima permohonan dispensasi nikah ada banyak”
alasan yang mendesak seperti hamil duluan sebelum adanya ikatan perkawinan.
dan perkawinan tersebut sah menurut agama dan negara dan mempunyai akibat
hukum.
dan istri setelah perkawinan itu dilaksanakan. Sebagaimana yang terjadi pada
bawah umur yaitu anak tersebut telah dianggap dewasa dan dianggap cakap
87
pengampuan orangtuanya lagi. Setelah anak melakukan perkawinan kemudian
anak itu hamil dan melahirkan seorang anak, maka anak tersebut menjadi anak
sah sebagai akibat ia dinikahkan. Dan apabila anak itu dinikahkan kemudian
anak itu lahir sebagai anak sah, maka timbullah suatu hubungan perdata antara
orang tua dan anak terhadap harta perkawinan. Maksud anak sah di sini adalah
karena pada saat ia lahir ia mempunyai ayah dan ibu dan dari hasil pernikahan
positif atau yang negatif, begitu juga dengan terjadinya pernikahan dini akan
memiliki dampak secara langsung terhadap pelakunya. Baik itu dari dampak
sebuah perceraian banyak juga dialami oleh pasangan suami- istri yang secara
usia masih terbilang muda, dan dalam usia pernikahan yang masih sangat
muda juga, pernikahan usia muda dimana dari segi kematangan emosi, mental,
fisik belum siap dan mengakibatkan suatu masalah dalam rumah tangga
bahkan bisa menjadikan suatu kendala yang besar dan berahir dengan
perceraian.
88
agama yang menjelaskan batas-batas hak dan kewajiban dengan adil dan
Dari sisi hukum perkawinan akan banyak jenis hukum perkawinan itu
perkawinan sendiri bisa berhukum wajib jika orang yang ingin menikah itu
sudah matang jiwa raganya mampu secara ekonomi dan khawatir akan
sunah itu hampir sama dngan golongan hukum pernikahan yang wajib yang
membedakan hanyalah jika pada hukum wajib itu sudah ada dorongan sahwat
yang tinggi jika tidak segera disalurkan maka akan menimbulkan keburukan
buat orang tersebut, akan tetapi jika hukum sunah itu dari segi sahwat belum
begitu bergejolak dan dia masih bisa menahan napsunya dan tidak akan
menimbulkan keburukan buat dia. Dan ada pula hukum pernikahan yang
haram karena pada orang yang menikah itu mempunyai tujuan yang tidak
Jadi pada intinya setiap orang itu berbeda-beda hukum untuk melakukan
pernikahan semua tergantung pada diri mereka termasuk golongan yang mana
mereka apa wajib,sunnah atau haram, dan untuk mengetahui itu juga sangat
89
mereka tidak bisa membedakan pada posisi mana dan harus bagaimana yang
biologis saja, akan tetapi erat kaitanya dengan menciptakan kondisi psikologis
tenang dan damai akan tercipta. Kalaupun ada suatu masalah yang datang
pada rumah tangga itu pun menjadi bumbu cinta yang akan menambah
90
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Terhitung perkara permohonan dispensasi nikah dari tahun 2019 hingga 2021
tahun 2020, yang mana pada tahun 2019 ada 28 perkara yang diterima,
sedangkan pada tahun 2020 ada 63 perkara yang diterima, dan pada tahun
91
kemiskinan makin meningkat kenyataanya belum tau mereka yang
ekomoninya baik bisa saja ekonomi mereka sama sama rendah maka angka
B. Saran
keturunan. Dalam hal ini kita harus tau bahwa melakukan pernikahan
dibawah umur adalah resiko yang sangat besar apalagi pernikahan dibawah
umur ini terus menerus terjadinya peningkatan setiap tahunnya. maka dalam
khususnya untuk kabupaten bengkalis. Maka dari itu dari hasil penulisan
skripsi ini, Penulis berharap agar seluruh aspek masyarakat pada umumnya
92
Khususnya pada pasal 7 ayat (1) dan (2) mengenai dispensasi kawin, hal ini
indonesia.
93
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ahmad Izzan dan Saehudin. Fiqih Keluarga. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2017
hlm 19-20.
Bintania, Aris. Hukum Acara Peradilan Agama Dalam Kerangka Fiqh Al-Qadha.
2017.
2013.
hlm 35.
94
Ilmu, 2011 hlm 4.
cipta, 2018.
Dalam Teori Dan Praktek. bandung: mandar maju, 1997 hlm 21-25.
Prof.Dr.H. zainuddin Ali, M.A. Hukum Islam. jakarta: sinar grafika, 2018 hlm 66-
67.
Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. Kencana, 2020 hlm 57.
Thalib, Abd, and Admiral Admiral. Hukum Keluarga Dan Perikatan. Pekan Baru:
Wahyudi, abdullah tri. Hukum Acara Peradilan Agama Dilengkapi Contoh Surat-
Windari, Ratna Artha, and M H SH. Pengantar Hukum Indonesia. Depok: PT.
B. Peraturan Perundang-Undangan
95
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
jember, 2017.
Maudina, Lina Dina. “Dampak Pernikahan Dini Bagi Perempuan.” Jurnal Harkat:
96
Paidil, Imar. “Faktor-Faktor Penyebab Meningkatnya Pengajuan Permohonan
Ramulyo, Mohd. “Idris. 1996.” Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis Dari
97