Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Hukum
Strata Satu ( S.H ) Pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Halu Oleo
Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan
setinggitingginya pula kepada kedua orang tua penulis, Bapak Suardi, S.Pd.,
M.Pd. dan ibu Husnia, S.Pd. yang telah memberikan dukungan do’a dan materi
dan Muhammad Riski Azzudais Alhusni Suardi, serta semua keluarga yang
banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
Bapak Iksan, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan
6. Bapak Rustam Ukkas, S.H., M.Si., M.H. danBapak Ali Risky, S.H.,
M.H. serta Bapak Ayib Rosidin, S.H., M.H. selaku penguji yang telah
Skripsi ini.
Universitas Halu Oleo yang tidak sempat penulis tuliskan namanya satu
dan kekompakan.
vi
11. Pada teman-teman terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam
proses belajar dan masukan dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan.
penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tepat pada waktunya dengan
segala kekurangan yang dimiliki penulis mohon kritikan dan saran untuk
Penulis
vii
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………….……………………….. 61
B. Saran ………………………………………………….…………… 62
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...……63
1
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi tidak memiliki batas ruang dan waktu. Tuntutan globalisasi yang
tetapi juga dapat digunakan oleh penegak hukum sebagai sarana dalam
sebagai bukti. Namun masalah yang paling mendasar dari bukti digital ini
adalah tentang kaslian dan integritas bukti digital itu sehingga bukti digital
sebuah proses investigasi bukti digital yang dikenal dengan digital forensik.
1
Atmasasmita, Romli, 2011, “Sistem Peradilan Pidana Kontemporer”, Kencana,
Jakarata. hal.20
2
Judhariksawan. 2005. Pengantar Hukum Telekomunikasi. Jakarta: Rajawali Press. hal.22
2
digital. Ilmu yang merupakan salah satu bagian dari dunia keamanan
berkembang. Proses forensik digital ini akan menemukan suatu bukti digital
dari suatu sistem elektronik yang selanjutnya akan dianalisis agar dapat
dijadikan bukti yang terpercaya. Output dari proses digital forensik tersebut
bukti-bukti digital yang ada baik yang disimpan maupun yang ditransmisikan
dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah, maka peran
mulai dari foto digital, rekaman pembicaraan, rekaman video, sms, email, dan
lain sebagainya seperti pada kasus pembobolan ATM, kasus Bank Century,
melibatkan mantan ketua KPK, kasus Prita Mulyasari, kasus cybercrime, dan
kasus-kasus lainnya.
(network attack) termasuk perusakan situs web (deface) dan penerobosan hak
akses, virus atau malware, phishing, dan kejahatan (fraud) Selain kasus di
atas, masih ada kasus lain yang terkait dengan terorisme, seperti kasus laptop
Imam Samudra.
Forensik digital dapat dibagi lebih jauh menjadi forensik yang terkait dengan
suatu artifact digital. Istilah artifact digital dapat meliputi suatu sistem
suatu dokumen elektronik (pesan email, file suara, file gambar, file video) atau
luas.Tak hanya untuk 'membedah' isi komputer dan ponsel, namun juga untuk
berada atau terkait dengan komputer itu sendiri. Layanan yang disediakan oleh
komputer atau server biasanya tercatat dalam berbagai berkas log. Sebagai
contoh, pengguna yang gagal masuk karena salah memasukkan password akan
tercatat. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk melakukan penerobosan
khusus mengatur bukti elektronik sebagai salah satu alat bukti yang sah belum
5
Al-Azhar, M. N. Op.,Cit.,hal.19
5
sebagai alat bukti masih menjadi perdebatan terkait keasliannya sebagai bukti.
berbagai pihak, hal ini sangat terkait dengan integritas. Belum adanya
menjadi salah satu masalah pokok dari eksistensi hasil uji digital forensik
dalam pembuktian.
PIDANA”
B. Rumusan Masalah
6
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini yaitu Untuk
D. Manfaat Penelitian
berikut :
1. Manfaat Teoritis
kasus pidana.
2. Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
hukum pidana lain yang dibentuk oleh pemerintah tidak ada satu pun
dengan delik, yang berasal dari bahasa Latin yakni kata delictum. Dalam
untuk :
6
Zainal Abidin Farid, 2014, Hukum Pidana 1, Sinar Grafika, Jakarta. hal. 220
7
Sudarsono, 2007, Kamus Hukum, Cetakan Kelima, Rineka Cipta,Jakarta. hal 92.
8
Amir Ilyas, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta, Rengkang Education
Yogyakarta dan Pukap Indonesia, hal. 20
9
b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
larangan tersebut.
beliau istilah “pidana” lebih baik dari pada “hukuman”. Menurut Muliadi
dan Barda Nawawi Arief istilah hukuman yang merupakan istilah umum
karena istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang yang cukup luas. Istilah
tersebut tidak hanya sering digunakan dalam bidang hukum, tetapi juga
sebagainya.9
Oleh karena itu pidana merupakan istilah yang lebih khusus, maka
9
Leden Marpaung, 2005, Asas – Teori – Praktik Hukum Pidana, Sinar Grafika , Jakarta,
hal 9
10
lanjut mengenai strafbaarfeit itu, maka dari itu terhadap maksud dan
pidana yaitu :
kepentingan hukum.
10
P.A.F. Lamintang, 1996. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung. hal. 7
11
Tindak Pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan manusia yang dapat
sebagai tindak pidana atau bukan tindak pidana ialah apakah perbuatan
Hukum Pidana (KUHP) itu menurut Lamintang pada umumnya dapat kita
11
Tegu Prasetyo, 2012,Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 47.
12
jabarkan dalam unsur-unsur yang pada dasarnya dapat kita bagi menjadi
KUHP;
e. Perasaan takut atau vress seperti yang diantara lain terdapat dalam
12
P.A.F. Lamintang, Op.,Cit.,hal. 193.
13
pidana yang telah dilakukan terdakwa. alat-alat bukti yang sah adalah
alat-alat yang ada hubungannya dengan suatu tindak pidana, dimana alat-
(memperlihatkan) bukti.14
13
Ibid, hal. 194.
14
Poerwadarminta, 2008, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hal.
160
14
dapat dihukum, kecuali jika hakim berdasarkan alat-alat bukti yang sah
hal, yaitu :
peranan penting dalam proses hukum acara pidana dan oleh sebab itu
19
Yahya Harahap. 2000. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP
(Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali).Jakarta : Sinar
Grafika. hal.273
20
Muhammad, R. 2011. Sistem Peradilan Pidana Indonesia. Yogyakarta: UII Press. hal.
28
16
apa yang telah digariskan undang-undang. Dalam hal ini penuntut umum
terdakwa.
kekuatan pembuktian yang melekat pada setiap alat bukti yang ada.
pembuktian.
macam-macam alat bukti yang sah menurut hukum, sistem yang dianut
pembuktian.
Ada enam butir pokok yang menjadi alat ukur dalam teori
21
Yahya Harahap. 2005. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP. Jakarta.
Sinar Grafika, hal.273
22
Hari Sasangka dan Lily RositA.2003. Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana.
Bandung. Mandar Maju, hal.10
23
Bambang Purnomo, 2004, Pokok-Pokok Tata Cara Peradilan Indonesia,.Liberti,
Jogjakarta, hal.39.
18
(bewijsmiddelen);
3) Penguraian bagaimana cara menyampaikan alat-alat bukti kepada
hakim di sidang pengadilan (bewijsvoering);
4) Kekuatan pembuktian dalam masing-masing alat bukti dalam
rangkaian penilaian terbuktinya suatu dakwaan (bewijskracht);
5) Beban pembuktian yang diwajibkan oleh Undang-undang untuk
membuktikan tentang dakwaan di muka sidang pengadilan (bewijslast)
dan;
6) Bukti minimum yang diperlukan dalam pembuktian untuk mengikat
kebebasan hakim (bewijsminimum).
karena itu pembuktian itu sendiri harus dilakukan secara cermat dan tepat
Hal ini tidak terlepas dari tujuan pembuktian dari acara pidana
(substantial truth), sesuai dengan Pasal 189 ayat (4) Kitab undang-
2. Hal yang secara umum tidak perlu dibuktikan (notoir feiten), yang
berdasar pada Pasal 184 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
19
Pidana yang berbunyi ; ”hal yang secara umum sudah diketahui tidak
berbunyi ; dalam hal saksi tidak hadir meskipun telah dipanggil secara
menyangka bahwa saksi itu tidak akan mau hadir, maka hakim ketua
persidangan”.
4. Satu saksi bukan saksi (unus testis nullus testis), berdasar pada Pasal
didakwakan kepadanya”.
lainnya, pernyataan ini sesuai dengan Pasal 189 ayat (3) Kitab
24
Ibid., Hal 20
20
Time).
hakim semata. Dalam hal ini tidak menjadi masalah dari mana hakim
(Conviction Raisonne)
Wettelijke Bewijstheorie )
alat bukti tersebut. Jika alat-alat bukti tersebut telah dipakai secara sah
benar.
suatu perkara. Tetapi sistem ini juga mempunyai sisi positif yakni
undang.
Wettelijk Stelsel)
25
Andi Hamzah. 2004. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika. hal. 247
26
Hari Sasangka dan Lily Rosita.Op,cit. hal.17
23
tadi, sistem manakah yang pada saat ini dianut oleh Indonesia. Jika
menurut cara dan alat bukti yang sah, lebih ditekankan pada
27
Ibid.,
24
alat-alat bukti yang sah menurut hukum maka tidak cukup untuk
mengenai beberapa alat bukti yang sah seperti tercantum dalam Pasal
1) Keterangan saksi
“salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari
itu”. Macam saksi menurut dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :28
bukti tercantum dalam Pasal 185 ayat (1) KUHAP, yaitu : “apa yang
2) Keterangan ahli
keterangan ahli yang termuat dalam Pasal 186 KUHAP, adalah apa
28
Rosita, 2003.Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana. Bandung: Mandar Maju.hal.
20
26
menerima jabatan atau pekerjaan. Jika hal itu tidak diberikan pada
hadapan hakim.
hakim. Hakim bebas menilai dan tidak ada keharusan bagi hakim
3) Surat
Surat sebagaimana dimaksud Pasal 184 ayat (1) huruf c dibuat atas
a) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat
dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau
keadaan yang didengar, dilihat, atau dialaminya sendiri, disertai
dengan alasan yang jelas dan tegas tentang kejadian itu ;
b) Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang
termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan
yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu
keadaan ;
c) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu
keadaan yang diminta secara resmi kepadanya ;
d) Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan
isi dari alat pembuktian yang lain.
4) Petunjuk
5) Keterangan terdakwa
HIR, alat bukti dalam KUHAP mengalami penambahan yakni dalam hal
keterangan ahli. Keterangan ahli merupakan hal yang baru dalam hukum
mengetahui segala hal, untuk itu diperlukan bantuan seorang ahli 32.
Disamping itu juga ada perubahan nama alat bukti yang secara otomatis
31
Laden Marpaung. 1992. Proses Penanganan Perkara Pidana. Jakarta : Sinar Grafika. hal.
42
32
Ibid., hal.19
29
keterangan terdakwa.
daripada yang tercantum dalam KUHAP , ialah real evidence yang berupa
objek materiil (materiil object) yang meliputi tetapi tidak terbatas atas
peluru, pisau, senjata api, perhiasan intan permata, televisi dan lain-lain.
alat bukti yang lain. Real evidence tidak termasuk alat bukti dalam
hukum acara pidana kita, barang bukti berupa objek materiil ini tidak
bernilai jika tidak diidentifikasi oleh saksi (dan terdakwa). Real evidence
ini biasa disebut bukti yang berbicara untuk diri sendiri (speaks for itself).
Bukti bentuk ini dipandang paling bernilai dibanding bukti yang lain.34
Ilmu forensik terdiri dari banyak jenis, seperti kimia forensic, ilmu
bukti pada suatu sistem digital yang nantinya dapat dipergunakan dan
dalam bidang komputer dan teknologi, tetapi telah muncul diluar term
digital sebagai alat bukti dalam mengungkap kasus kejahatan yang dapat
sebagaimana harusnya.
catatan panggilan masuk dan keluar, daftar kontak, SMS dan MMS,
36
Solihah, S. 2014. Analisis Digital Forensik untuk File Terenkripsi dengan
menggunakan Winhex dan Tools Kali Linux Autopsy. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi, hal.22
32
peran dan tanggung jawab dalam situasi tertentu, individu tunggal boleh
lembaga/perusahaan.
sistematis dan dikerjakan dalam suatu proses yang logis dan akurat.
Digital forensik teridiri dari beberapa aspek dan tahapan, yaitu :38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
hukum yang dihadapi yang menghasilkan argumentasi, teori dan konsep baru
B. Pendekatan Penelitian
1. Bahan Hukum
putusan hakim.
Transaksi Elektronik.
mencari bahan hukum yang relevan terhadap isu hukum yang dihadapi.
40
Ibid.,hal.206.
36
diteliti.41
41
Ibid.,hal.237.
42
Ibid.,hal.238.
43
Ibid.,hal 239
37
BAB IV
karena dari hasil pembuktian dapat diketahui benar atau tidaknya suatu
dakwaan atau tuntutan tersebut dengan menunjuk pada alat bukti. Alat bukti
adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu perbuatan, dimana
44
Eddy O.S. Hiariej, 2012, Teori & Hukum Pembuktian, Jakarta: Erlangga, hal 3
45
Ibid.,
38
Salah satu bukti yang memungkinkan untuk dipakai sebagai alat bukti
bersifat digital yang diekstrak atau di recover dari barang bukti elektronik.
Bukti Digital merupakan abstraksi dari beberapa objek digital atau kejadian.
seperti mengirim e-mail, atau kegiatan lainnya maka kegiatan itu akan
bahwa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh suatu alat bukti agar alat
bukti tersebut dapat dipakai sebagai alat bukti di pengadilan. Adapun syarat-
4. Relevance, yakni alat bukti tersebut mempunyai revansi dengan fakta yang
akan dibuktikan.
pertanyaan apakah alat bukti yang menjadi inti dari penelitian dalam hal ini
46
Nicolas, 2009, Sirkus Hukum : aspek Peradilan, Ghalia Indnesia, Jakarta, hal, 28
39
tertentu, atau bisa juga juga disebut sebagai petunjuk yang mengarahkan
yang dilakukan.
47
Dikdik M.Arief Mansur dan Elisatris Gultom, 2005, Cyber Law-Aspek Hukum
Teknologi Informasi, Bandung: Refika Aditama, hal. 100
40
Bukti digital tidak dapat langsung dijadikan barang bukti pada proses
peradilan, untuk menjamin bahwa bukti digital dapat dijadikan barang bukti
dalam proses peradilan maka diperlukan sebuah standar data digital yang
dapat dijadikan barang bukti dan metode standar dalam pemrosesan barang
akan dibuktikan. Syarat bukti digital dapat diterima dalam proses peradilan
3) Lengkap (Complete), artinya bukti bisa dikatakan bagus dan lengkap jika
4) Akurat dan dapat dipercaya (accurate and Realible), artinya bukti dapat
suatu keharusan dalam penanganan perkara. Untuk itu perlu adanya metode
standar dalam pegambilan data atau bukti digital dan pemrosesan barang bukti
data digital, untuk menjamin keempat syarat di atas terpenuhi. Sehingga data
48
Feri Sulianta, 2008, Komputer Forensik, Jakarta: Elex Media Komputindo, hal. 2.
41
yang diperoleh dapat dijadikan barang bukti yang legal di pengadilan dan
Lebih lanjut menurut analis penulis bahwa Pada dasarnya sejauh ini
belum ada suatu metodologi yang sama dalam pengambilan bukti pada data
digital, hal ini disebabkan karea setiap kasus adalah unik sehingga
wilayah hukum formal, tentu saja dibutuhkan suatu aturan formal yang dapat
melegalkan suatu investigasi. Untuk itu ada tiga hal yang ditetapkan dalam
terlatih.
secara luas:
asumsi awal.
digunakan.
42
3) Image bit dari media asli harus dibuat dan dipergunakan untuk analisa.
penyelidikan.
Barang bukti ini bersifat digital yang di-recover dari barang bukti
dalam mengungkap suatu tindak pidana, yaitu alat bukti elektronik sebagai
bukti yang sah secara hukum. Jenis barang bukti inilah yang harus dicari oleh
masing file dalam rangka mengungkap kasus kejahatan yang berkaitan dengan
yaitu :
1) Logical file, yaitu file-file yang masih ada dan tercatat di file system yang
2) Deleted file, dikenal juga dengan istilah unallocated cluster yang merujuk
pada cluster dan sektor tempat penyimpanan file yang sudah terhapus dan
tidak teralokasikan lagi untuk file tersebut dengan ditandai dalam file
system sebagai area yang dapat digunakan lagi untuk menyimpan file-file
baru. Artinya file yang sudah terhapus tersebut masih tetap berada di
43
file-file yang baru pada cluster atau sektor tersebut. Pada kondisi dimana
deleted file tersebut belum tertimpa, maka proses recorvery secara utuh
3) Lost file, yaitu file yan sudah tidak tercatat lagi di file system yang sedang
berjalan (running) dari suatu partisi, namun file tersebut masih ada di
4) File slack, yaitu sektor penyimpanan yang berada di antar end of file
5) Log File, yaitu file-file yang merekam aktivitas (logging) dari suatu
6) Encrypted file, yaitu file yang isinya sudah dilakuakan enkripsi dengan
dibaca atau dilihat secara normal. Satu-satunya cara untuk membaca atau
penting. Ini juga merupakan salah satu bentuk anti forensic, yaitu
disispkan ke file lain, biasanya berbentuk file gambar, video, atau audio,
terlihat normal dan wajar bagi orang lain. Namun bagi orang yang tahu
informasi rahasianya tersebut. Ini juga dianggap sebagai salah satu bentuk
anti forensic.
8) Office file, yaitu file-file yang merupakan produk dari aplikasi Office,
9) Audio File, yaitu file yang berisikan suara, musik, dan lain-lain, yang
biasasnya berformat wav, mp3, dan lain-lain. File audio yang berisikan
investigasi ketika suara di daam file audio tersebut perlu diperiksa dan
10) Video file, yaitu file yang memuat rekaman video, baik dari kamera digital,
dianalisis secara detail untuk memastikan bahwa yang ada di file tersebut
11) Image file, yaitu gambar digital yang sangat memungkinkan memuat
12) E-mail, (Electronic mail), yaitu surat berbasis sistem elektronik yang
13) User ID dan Password, merupakan suatu syarat untuk masuk ke suatu
account secara online. Jika salah satunya salah, maka akses untuk masuk
14) Short Message Service (SMS), yaitu layanan pengiriman dan penerimaan
SMS tersebut bisa berupa SMS masuk (inbox), keluar (sent), dan
46
16) Call logs, yaitu catatan panggilan yang terekam pada suatu nomor
dan Transaksi Elektronik Pasal 5 ayat (1) bahwa informasi elektronik dan/atau
dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang
sah, maka peran digital forensik sebagai metode pembuktian suatu kasus
mengakui alat bukti elektronik atau digital sebagai alat bukti yang sah di
memperluas dari ketentuan Pasal 184 KUHAP mengenai alat bukti yang sah
Pasal 5
atas, bahwa bukti digital forensik dapat digunakan sebagai alat bukti
uji hasil digital forensic sah sebagai alat bukti, dimana hasil cetak tersebut
dapat hadir sebagai alat bukti dan berkedudukan sebagai alat bukti
Bahwa bukti digital forensic mempunyai sifat yang akurat dan autentik.
hanya akan diberikan kepada pihak tertentu dalam hal ini penegak hukum
Bahwa bukti digital forensic sangat penting dan dibutuhkan dalam dunia
Bahwa bukti digital bersifat lengkap sebagai alat bukti karena melalui
prosedur ilmiah. Alat bukti ini dapat dihubungkan dengan kejadian atau
dipengadilan.
dalam proses digital forensik yang dilakukan oleh seorang digital forensik
memahami secara teoritis hal-hal yang berkaitan dengan bukti digital yang
Sering kali juga bukti-bukti digital tersebut sudah dihapus oleh pelaku untuk
untuk menelusuri kembali bukti digital yang sudah hilang tersebut, bahkan
tahapan cara kerja digital forensik. Dari tahap satu hingga empat ini, harus
1. Kloning.
mengkopi data secara presisi 1 banding 1 sama persis atau bit by bit
copy.Analisa tidak boleh dilakukan dari barang bukti digital yang asli
bukti duplikasi ini akan 100 persen identik dengan barang bukti yang asli.
2. Identifikasi.
jari digital terhadap barang bukti. Setiap data digital, memiliki sidik jari
49
https://inet.detik.com/cyberlife/d-1823098/mengintip-cara-kerja-digital-forensik-
diakses pada tanggal 10 juni 2019
50
atau hassing yang unik. Sidik jari tersebut berupa sederet nomor mulai dari
32 bit, 68 bit hingga 128 bit nomor. Ketika sebuah barang bukti digital di-
hassing, itu akan muncul sidik jari digitalnya sekian. Sidik jari digital ini
sebagai identifikasi bahwa data di barang bukti asli 100 persen sama persis
dengan duplikasi. Barang bukti digital asli dengan duplikasi sidik jari
digitalnya harus sama. Karena sama, tidak mungkin ada orang yang bisa
3. Analisa.
terkait dengan kasus. Analisa data ini termasuk data yang sudah terhapus,
bisa dilihat oleh umum. Analisa berhubungan dengan kasus, Analis digital
forensik tidak diperbolehkan mencari hal lain yang tidak berkaitan dengan
4. Laporan.
tersebut. Analis diminta melaporkan barang buktinya berupa apa, apa saja
persidangan sebagai saksi ahli untuk menjelaskan proses dan temuan dari
51
pembuatan laporannya.
Jika diminta menjadi saksi ahli di pengadilan seorang analis digital pun
harus siap membeberkan hasil temuannya di depan sidang. Peran dari Ahli
bukti elektronik dan atau bukti digital disyaratkan untuk ditangani secara
khusus oleh mereka yang ahli dibidangnya. Kesalahan dalam hal penanganan
baran bukti digital akan berdampak pada keabsahan barang bukti yang
digital forensik akan didapatkan uraian unsur Pasal 186 KUHAP. Genus isi
dari Pasal ini adalah keterangan ahli yang dinyatakan dalam persidangan,
kemudian kelas spesies yang ada dibawah genus tersebut adalah berbagai
seorang ahli yang memilki keahlian khusus, dalam hal ini adalah orang yang
terukur dalam melakukan uji bukti dgital forensik tersebut maka keterangan
52
atas bukti digital forensik tersebut dapat dikategorikan sebagai alat bukti
memilki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang
atas bukti ini. Saksi ahli yang dapat dihadirkan dalam memberikan keterangan
terkait dengan hasil uji bukti digital forensi ini dapat berupa ahli IT.
Lebih lanjut menurut analisis penulis bahwa perpaduan antara fakta dari
hasil uji digital forensik dan pendapat dari ahli yang diharapkan dapat
pemeriksaan yang disusun oleh penyidik dapat diterima oleh jaksa penuntut
umum dan hakim. Sedangkan keterangan ahli itu sendiri yang diberikan dalam
tentang analisis dari hasil uji digital forensik yang telah dilakukan.
keterangan dari seorang ahli diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik
maupun oleh penuntut umum, yang dituangkan dalam bentuk laporan dan
Huruf d; surat lain yang dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi
Contoh kasus yang menggunakan ahli digital forensik yaitu kasus kopi
dalam pembuktian tindak pidananya Pada persidangan kasus Jessica yang lalu
analisisnya terhadap barang bukti yang didapatkan dari penyidik. Barang bukti
tersebut berupa USB Flashdisk yang menyimpan video CCTV hasil ekstraksi
terenkripsi ataupun yang rusak. Secara umum ada 4 tahapan yang harus
54
a. Pengumpulan (acquisition)
menduplikat) secara tepat dan presisi 1:1. Dari hasil kopi tersebutlah maka
seorang ahli digital forensik dapat melakukan analisis karena analisis tidak
boleh dilakukan dari barang bukti digital yang asli karena dikhawatirkan
volatil atau mudah berubah. Sebagai contoh adalah RAM (Random Access
karena itu, hal penting yang harus diperhatikan adalah tidak mematikan
drive, hard disk, atau cd-rom), pda, handphone, smart card, sms, e-mail,
cookies, log file, dokumen atau bahkan sederetan paket yang berpindah
tidak tepat. Pemeriksaan yang paling tepat dilakukan pada copy dari bukti
asli tersebut. Bukti asli harus diperoleh dengan cara melindungi dan
berkaitan dengan pencarian file baik yang masih ada ataupun yang telah
c. Pemeliharaan (preservation)
utama pada tahap ini adalah penyelidikan tidak boleh dilakukan langsung
pada bukti asli karena dikhwatirkan akan dapat merubah struktur yang ada
demi bit dari data orisinil, termasuk file yang tersembunyi (hidden files),
file temporer (temporary file), file yang terdefrag (defragmented file), dan
d. Analisa (analysis).
5) waktu melakukan.
57
g) Password
j) Log application.
file tersebut seperti computer name, total edit time, jumlah editing session,
dan seterusnya. Tahapan analisis terbagi dua yaitu analisis media dan
disembunyikan, di-enkripsi, dan jejak log file yang ditinggalkan. Hasil dari
e. Presentasi (presentation)
dari temuan yang ada. Menyajikan dan menguraikan secara detail laporan
yang ada, baik saksi yang terlibat langsung maupun tidak langsung.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berkedudukan sebagai dua alat bukti yang sah yaitu keterangan ahli dan Surat
sebagaimana diatur pada Pasal 184 ayat (1) KUHAP, seorang ahli digital
forensik langsung berhubungan dengan barang bukti baik dari TKP saat
terdakwa melakukan tindak pidana dan alat apa yang digunakan dengan
kendala persoalan alat bukti yang bersifat elektronik sehingga sangat rentan
media kertas (print out) agar tidak terjadi manipulasi kemudian dianalisa oleh
ahli digital forensik untuk disampaikan di persidangan. Hal ini tertuang dalam
61
Elektronik.
B. Saran
berikut :
2. Para praktisi Digital Forensik juga harus lebih mendalami dan memahami
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Andi Hamzah. 2004. Hukum Acara Pidana Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta.
Amir Ilyas, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana, Rengkang Education Yogyakarta dan
Pukap Indonesia, Yogyakarta.
Djoko Prakoso. 1988. Alat Bukti Dan Kekuatan Pembuktian Dalam Proses
Pidana.Liberty, Yogyakarta.
Darwan Prinst. 1998. Hukum Acara Pidana Dalam Praktek. Djambatan, Jakarta.
Hari Sasangka dan Lily RositA.2003. Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana.
Mandar Maju, Bandung.
Raharjo, T. 2011. Mediasi Pidana Dalam Sistem Peradilan Pidana : Suatu Kajian
Perbandingan dan Penerapannya di Indonesia. Buku Litera,
Yogyakarta.
Eddy O.S. Hiariej, 2012, Teori & Hukum Pembuktian, Erlangga, Jakarta
Dikdik M.Arief Mansur dan Elisatris Gultom, 2005, Cyber Law-Aspek Hukum
Teknologi Informasi, Refika Aditama,Bandung.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Good Practice Guide for Digital Evidence dari Assosiation of Chief Police
Officers (ACPO), Inggris tahun 2012.
INTERNET
https://inet.detik.com/cyberlife/d-1823098/mengintip-cara-kerja-digital-forensik-
diakses pada tanggal 10 juni 2019