Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

PRAKTIK LAPANGAN PROFESI (PLP)

Faktor Penyebab Perceraian Karena Orang Ketiga Studi Putusan Tahun 2022 Di
Pengadilan Agama Sumber Kelas IA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Akhir

Dosen Pembimbing Lapangan : Samud M.H.I

Pendamping Lapangan : Abdul Hakim., S.H., S.H.I., MH

Disusun oleh: Khoerun Nufus

NIM: 19110039

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH

INSTITUT STUDI ISLAM FAHMINA (ISIF) CIREBON

FAKULTAS SYARI’AH

Jl. Swasembada No.15 Majasem Karyamulya Kesambi Kota Cirebon Jawa Barat 45132

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

Pengesahan Laporan Praktik Lapangan Profesi (PLP) Pengadilan Agama Sumber Kelas IA
Kabupaten Cirebon yang dilakukan oleh:

Nama : Khoerun Nufus

NIM : 19110039

Prodi : Ahwal Syakhsyiyah

Fakultas : Syari’ah

Penulis telah melaksanakan kegitan praktik lapangan profesi (PLP) di Pengadilan Agama
Sumber Kelas IA dari tanggal 15 Agustus sampai dengan 26 September 2022. Rincian
kegiatan dalam laporan ini:

Sumber, 29 September 2022

Disahkan Oleh:

Dosen Pembimbing Lapangan Pendamping Lapangan

Samud M.H.I Abdul Hakim SH., SHI., MH

Ketua Pengadilan Agama Sumber


Kelas IA

Drs. Ahmad Juaeni M.H

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga
saya dapat menye lesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya
tentu saya tidak akan sanggup untuk menyelasikan laporan plp ini dengan baik.
Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akherat nanti. Saya
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu menyelesaikan plp
yang bertempat di pengadilan agama sumber kelas 1a kabupaten Cirebon selama 40
hari.

Di sana kami belajar seputar perceraian, itsbat nikah, dispensasi nikah.bahkan


apa-apa yang belum pernah kami praktekkan sebelumnya. Karena yang kami
pelajari di kampus hanyalah teorinya saja. Dengan adanya bimbingan serta motivasi
dari beberapa pihak kami merasa terbantu, karena tanpa adanya bimbingan mungkin
laporan yang kami kerjakan ini belum selesai.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama atas
kelancaran dalam pembuatan laporan ini sehingga menjadi sebuah laporan sebagai
mana mestinya, dan banyak hal yang tentunya akan dapat saya pelajari dari setiap
kesalahan dalam laporan ini untuk menjadi sebuah laporan yang tidak lagi salah.
Aamiin.

Demikian, khususnya kepada beliau yang terhormat:

1. Bapak Marzuki Wahid M.A selaku Rektorat Institut Studi Islam Fahmina (ISIF),

2. Bapak Samud M.H.I selaku Dosen Pembimbing Lapangan sekaligus Dekan


Syari’ah,

3. Bapak Udin Komarudin selaku Kaprodi Syari’ah,

4. Bapak Hakim, SH. SHI., MH. Selaku Pedamping Lapangan di Pengadilan Agama
Sumber Kelas IA,

5. Drs. Ahmad Juaeni, M.H. selaku Ketua Pengadilan Agama Sumber kelas IA,

3
6. H. Thambrin, S.Ag., M.H. selaku Wakil Ketua Pengadilan Agama Sumber kelas
IA,

7. Drs. Muhammad Mauludin, Drs. H. Ramlam Marzuki, S.H., M.H, Drs. H.


Was’adin, M, Drs. Supyan, Drs. H. M. Moenawar Subhkhi, MH, Drs. H.
Nashrudin, S.H., Drs. Abdul Aziz, Drs. H. Taufiqurrohman, M.H., Drs. Moh.
Anas, M.H., Drs. Syarip Hidayat, M.h., Dra. Hj. Z. Hani’ah, Drs. A. Aziz, S.H.,
M.H., Drs. M. Syukri, M.H., Ishak Lubis, S.Ag selaku Hakim-hakim Pengadilan
Agama Sumber kelas IA,

4
DAFTAR ISI

LAPORAN..................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................v

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2

1.3 Tujuan Praktek Lapangan Profesi..........................................................................2

1.4 Manfaat Praktek Lapangan Profesi (PLP).............................................................2

1.6 Metodologi .................................................................................................................4

BAB II........................................................................................................................................5

TINJAUAN UMUM TEMPAT PLP.........................................................................................5

2.1 Profil pengadilan agama sumber kelas 1a...............................................................5

2.2 Visi dan Misi..............................................................................................................6

2.3 Tujuan........................................................................................................................7

2.4 Strategi Program.......................................................................................................7

2.5 Program-program.....................................................................................................7

2.6 Stuktur Lembaga.......................................................................................................8

BAB III.......................................................................................................................................9

PELAKSANAAN KEGIATAN LAPANGAN PROFESI (PLP)..............................................9

3.1 Pengalaman dan Keterlibatan Dalam Proses PLP.................................................9

3.2 Partisipatif dan Intensitas Kegiatan PLP..............................................................10

3.3 Kegagalan dan Keberhasilan Yang di Capai Selama PLP..................................11

BAB IV....................................................................................................................................12

TEORISASI DAN REFLEKSI AKADEMIS..........................................................................12

5
4.1Pengertian Perceraian…………………………………………………………………..

4.2Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian………………………………………………

4.3Sumber-Sumber Putusan………………………………………………………………..

BAB V......................................................................................................................................22

PENUTUP................................................................................................................................22

5.1 Kesimpulan..............................................................................................................22

5.2 Saran.........................................................................................................................22

BAB IV....................................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24

LAMPIRAN LAMPIRAN.......................................................................................................25

6
BAB I

PENDAHULUAN

3.3 Latar Belakang


Islam merupakan agama rahmatan lil „alamin berada didalamnya mengatur
mengenai hubungan antara sesama makhluk-Nya. Selain itu, hubungan di
dalamnya dapat berupa ikatan dalam perkawinan. . Perkawinan merupakan ikatan
suci yang terkait dengan keyakinan dan keimanan kepada Allah. Supaya
perkawinan terakomodasi dengan baik, maka agama menjadi acuan bagi sahnya
perkawinan. Dengan demikian perkawinan harus dipelihara dengan baik, sehingga
bisa abadi, dan apa yang menjadi tujuan perkawinan dalam Islam yakni
terwujudnya keluarga sejahtera (mawaddah warahmah) dapat terwujud.

Akan tetapi, setiap rumah tangga mempunyai berbagai permasalahan suami istri.
Apabila dalam suatu perkawinan terdapat suatu permasalahan yang tidak dapat lagi
diselesaikan oleh kedua belah pihak maupun dari hakamain, 1 Islam membuka
kemungkinan kepada perceraian, baik dengan jalan talak maupun dengan jalan
fasakh demi menjunjung tinggi prinsip kebebasan dan kemerdekaan manusia.
membenarkan dan mengizinkan perceraian. jika perceraian itu lebih membaikkan
dari pada tetap berada dalam ikatan perkawinan itu. Walaupun maksud dari
perkawinan itu untuk mencapai kebahagiaan dan kerukunan hati masing-masing,
tentulah kebahagiaan itu tidak akan tercapai dalam halhal yang tidak dapat
disesuaikan, karena kebahagiaan itu tidak dapat dipaksakan. Memaksakan
kebahagiaan bukanlah kebahagiaan, tetapi penderitaan. Karena itulah Islam tidak
mengikat mati perkawinan, tetapi tidak pula mempermudah perceraian.

Fenomena terjadinya suatu perceraian tidak lepas dari berbagai macam faktor-
faktor penyebab yang mempengaruhi retaknya suatu perkawinan, sehingga menjadi
alasan bagi suami ataupun istri, untuk mengajukan perceraian ke pengadilan
agama, baik itu faktor eksternal dalam rumah tangganya maupun faktor internal.
Namun dalam undangundang perkawinan membedakan antara perceraian atas
kehendak suami dan dengan perceraian atas kehendak istri. Perceraian atas
kehendak suami disebut cerai talak dan perceraian atas kehendak istri disebut
dengan cerai gugat.
1
Hakamain adalah orang yang ditunjuk sebagai pihak penengah bagi keluarga yang bersengketa
baik itu dari pihak suami ataupun dari pihak istri untuk berperan sebagai juru damai.

7
Hakim dalam memutuskan suatu perkara, selain harus memperhatikan alasan
dan dasar-dasarnya juga harus memuat ketentuan dari peraturan-peraturan yang
bersangkutan atau sumber hukum yang tak tertulis yang dijadikan dasar untuk
mengadili. Menurut hukum di Indonesia, untuk bercerai masing-masing para pihak
tidak dapat datang begitu saja ke Pengadilan Agama setempat dan meminta agar
perkawinannya diputuskan, akan tetapi harus ada alasan-alasan yang mendasar, dan
atas dasar alasanalasan itu juga seperti yang sudah ditentukan dalam undang-
undang, agar pihak-pihak tersebut dapat minta perceraian.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan


pada pasal 39 ayat (2) disebutkan bahwa “untuk melakukan perceraian harus ada
cukup alasan bahwa suami istri tidak akan dapat rukun sebagai suami istri”.2
Ditambah pada Pasal 19 dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 9
tahun 1975 yang menyebutkan bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan-
alasan:

1. Terjadi satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
lain sebagainya yang sukar disembuhkan

2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa
izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya.

3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih
berat setelah perkawinan berlangsung.

4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang


membahayakan pihak lain

5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri.

6. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.3

2
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 39 Ayat (2).
3
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 19.

8
3.3 Rumusan Masalah

a. Sejarah pengadilan agama sumber kelas 1a?


b. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara perceraian karena
orang ketiga?
c. Bagaimana isi putusan Pengadilan Agama terhadap perkara perceraian karena
orang ketiga?
3.3 Tujuan Praktek Lapangan Profesi
a. Memenuhi persyaratan PLP (Praktek Lapangan Kerja) pada prodi S1 ahwal
syakhsiyah, fakultas Syariah.
b. Mahasiswa dapat memahami bagaimana aksi nyata dari teori hukum yang telah
dipelajari.
c. Mahsisiswa dapat berlatih memanfa’atkan pengetahuan untuk menyelesaikan
permasalahan yang nantinya akan di hadapi di dunia kerja terutama dalam ruang
lingkup hukum.
d. Melatih kompetensi perilaku mahasiswa guna menghadapi dunia kerja terutama
dalam ruang lingkup hukum.
e. Mahaiswa dapat menambah pengetahuan dan wawasan dengan praktek secara
langsung di tempat yang sesuai dengan bidang keilmuan yang sedang di tempuh.
f. Mahasiswa dapat menjalin kerjasama dan sinergitas dengan lembaga profesi dan
instansi terkait sebagai mitra dalam penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan
Tinggi.

3.3 Manfaat Praktek Lapangan Profesi (PLP)


a. Bagi Mahasiswa

b. Memperoleh pengalam kerja dalam bidang hukum pada umumnya, serta dapat
mengetahui prosedur penanganan dan penyelesaian perkara.
c. Berlatih dan bekerjasama dan berkomunikasi sebagai anggota team work.
d. Memperdalam dan meningkatkan keterampilan dan kreativitas diri dalam
lingkungan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki terutama di bidang
hukum.
e. Mempersiapkan diri dalam mengahadapi lingkungan kerja serta berlatih
menyesuaikan diri dalam dunia kerja di masa mendatang.

9
f. Menambah wawasan dan pengetahuan kerja sebagai bekal menghadapi dunia
kerja terutama di bidang hukum.
b. Bagi Prodi Ahwal Syakhsiyah Institut Studi Islam Fahmina
a) Untuk mengevaluasi kesesuaian kurikululm S1 Ahwal syakhsiyah dengan
kebutuhan dunia kerja dan mempersiapkan calon penegak hukum yang
kompeten.
b) Menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan dunia kerja.
c) Mempersiapkan belak pengetahuan dan keterampilan bagi calon penegak
hukum.
3.3 Tempat, Jadwal PLP

Kegiatan Praktek Profesi Lapangan (PLP) mahasiswa di Lembaga Amil Zakat


Zakat Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan pada:

Hari : Senin s.d. Jumat

Waktu : 40 Hari (dimulai pada 15 Agustus-26 september 2022)

Jangka waktu : 6 (Enam) minggu

Tempat : pengadilan agama sumber kelas 1a

Jl. Sunan Drajat No. 1A Sumber Kabupaten Cirebon-45611

Adapun waktu pelaksanaan Praktek Lapangan Profesi/magang tersebut dapat


disesuaikan dengan kebijakan dari pihak pengadilan agama sumber kelas 1a.

1.6Metodologi yang Digunakan

1.6.1 Kualitatif

Penelitian kualitatif merupakan penelitian dengan jenis data yang dinarasikan


atau dibunyikan dari hasil wawancara, buku, jurnal, ataupun pengamatan yang
diperoleh oleh penulis.

1.6.2 Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Yang digunakan oleh penulis dalam menuliskan laporan ini, yaitu data
sekunder, penulis mengumpulkan data dari data yang sudah ada.
b. Sumber Data

10
Sumber yang digunakan adalah data empirik, dengan wawancara
langsung dengan manager hakim tingkat pertama bapak. Drs. H. Was’adin
M.H. Sedangkan data teoritik dalam penulisan laporan ini diambil dari
situs web, jurnal, dan buku yang bersangkutan dengan isi laporan.

1.6.3 Teknik Observasi

a. Referensi

Peneliti mengamati langsung ke Lapangan selama 40 hari, dan menganalisa


masalah yang ada dan menuliskan solusi yang memungkikan dapat
mengurangi masalah yang ada.
b. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan penulis adalah wawancara terbuka,


yakni wawancara yang pertanyaannya sudah disiapkan.
c. Dokumen

Dokumen yang dikumpulkan penulis berupa foto, vidio, dan buku yang
bersangkutan.

11
BAB II

TINJAUAN UMUM TEMPAT PLP

2.1 Sejarah Singkat Pengadilan Agama Sumber Kelas IA


Berdirinya Pengadilan Agama Sumber merupakan konsekuensi dari
pemisahan wilayah dan pemerintahan dari pemerintahan Kota Cirebon dua yaitu
Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Cirebon Pengadilan Agama terbagi menjadi dua
yaitu Pengadilan Agama Cirebon dan Pengadilan Agama Sumber. Secara Yuridis
Pengadilan Agama Sumber berdiri sejak tanggal 22 Juli 1986 sesuai dengan
keputusan Menteri Agama nomor 207 Tahun 1986 diresmikan operasionalnya baru
pada tanggal 28 Februari 1987 oleh Bupati KDH TK II Cirebon bersamaan dengan
Pelantikan/Pengambilan Sumpah Jabatan Ketua Pengadilan Agama Sumber pertama
oleh Pengadilan Tinggi Agama Bandung dan dengan Wilayah Hukum oleh Ketua
Pengadilan Agama Cirebon Ketua Pengadilan Agama Sumber. Pada awal berdirnya
Tahun 1987 Pengadilan Agama Sumber belum memiliki fasilitas maupun meubelair,
sehingga kegiatan Pengadilan Agama Sumber pertama kali menempati sebuah rumah
milik masyarakat yang berlokasi di Jalan Raya Sumber No. 96 dengan ukuran luas +
250 M2 dengan besaran sewa Rp. 1.300.000,- (Satu juta tiga ratus ribu rupiah)
terhitung mulai tanggal 1 Maret 1987.
Kondisi pegawai Pengadilan Agama Sumber tahun 1987 baru membuka 11
orang yang terdiri dari satu orang ketua, dua orang hakim anggota, dua orang kepala
kepaniteraan, enam orang kasubag. Pada Tahun 1986/1987 Pengadilan Agama
mendapatkan anggaran pengadaan tanah untuk pembangunan Balai Sidang, dan
dapat direalisasikan pada sebidang tanah yang terletak di Jl. Sunan Malik Ibrahim
Sumber (Kantor lama) dengan luas 1005 M2 yang dibeli dari Pemda Kabupaten
Cirebon dengan cara ganti rugi. Pada tahun 1987pula Pengadilan Agama Sumber
dapat membangun gedung Balai Sidang seluas 250 M2 di lokasi tanah tersebut.
Dengan perkembangan kebutuhan terutama untuk memberikan peningkatan
pelayanan terhadap masyarakat kabupaten cirebon yang semakin hari semakin
bertambah, gedung Pengadilan Agama Sumber (lama) mendapatkan perluasan yang
sampai saat ini mencapai + 450 M2. Dari tahun ke tahun perkara yang diterima
Pengadilan Agama Sumber terus mengalami peningkatan, terutama pada lima tahun
terakhir (Tahun 2011 mencapai 6156), sehingga kondisi gedung yang berukuran 450
M2 dengan 3 ruang sidang sudah tidak layak lagi.

12
Akhirnya berdasarkan hasil proposal Rencana Kerja dan Anggaran
Kemeterian dan Lembaga (RKAKL) pada tahun anggaran 2009, proposal belanja
modal pembangunan gedung Pengadilan Agama Sumber dapat dikabulkan oleh
Mahkamah Agung RI, dan dapat direalisasikan secara bertahap sampai tahun
anggaran 2011 di gedung baru Pengadilan Agama Sumber dapat cepat. Alamat
kantor Pengadilan Agama Sumber yang baru di komplek perkantoran sumber Jl.
Sunan Drajat No. 1A Sumber Kabupaten Cirebon – 45611.
Peta yuridiksi Pengadilan Agama Sumber yaitu Kabupaten Cirebon terdiri dari
40 kecamatan, 12 kelurahan, dan 412 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduk
mencapai 2.099.089 jiwa dengan luas wilayah 984,52 km² dan sebaran penduduk
2.132 jiwa/km². Islam 99,54%, Kristen Protestan 0,31%, Kristen Katolik 0,12%,
Budha 0,02% dana Lainnya 0,01%. Pusat pemerintahan Kabupaten Cirebon di
Kecamatan Sumber, yang berada di sebelah selatan Kota Cirebon.

2.2 Struktur Lembaga

13
2.3 Visi dan misi

Visi

“Terwujudnya Pengadilan Agama Sumber Yang Agung”


Misi
1. Menjaga kemandirian Pengadilan Agama Sumber
2. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan
3. Peningkatan kualitas Pengadilan Agama Sumber
4. Resolusi dan transparansi Pengadilan Agama Sumber

2.4 Tujuan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menentukan
dalam pasal 24 ayat (2) bahwa Peradilan Agama merupakan salah satu lingkungan
peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung bersama badan peradilan lainnya
di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer,
merupakan salah satu badan peradilan pelaku kekuasaan kehakiman untuk
menyelenggarakan hukum dan keadilan bagi rakyat pencari keadilan perkara tertentu
antara orang-orang yang beragama Islam.
Perkara yang masuk ke Pengadilan Agama termasuk Pengadilan Agama
Sumber meliputi perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah,
dan ekonomi syariah sebagaimana diatur dalam pasal 49 Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang nomor 7 Tahun 1989 tentang
peradilan agama.

2.5 Strategi Program


Dalam mendukung program pembangunan, Pengadilan Agama Sumber
mempunyai strategi yaitu meningkatkan zona integritas menuju wilayah bebas
korupsi (WBK) dan wilayah birokrasi bersih dan melayani (WBBM)

2.6 Program-Program
a. Bidang teknis yudisial dan administrasi kepaniteraan
1. Optimalisasi penyelenggaraan persidangan perkara
2. Peningkatan kualitas putusan
3. Peningkatan layanan perkara tingkat pertama
4. Peningkatan efektifitas pengelolaan penyelesaian perkara

14
5. Peningkatan penyelesaian perkara melalui mediasi
6. Peningkatan berkas perkara Banding, Kasasi dan PK yang diajukan secara
lengkap dan tepat waktu
7. Peningkatan upload putusan
8. Peningkatan pendaftaran perkara melalui e-Court
9. Peningkatan penyelesaian perkara melalui e-Litigasi
10. Peningkatan penerimaan perkara prodeo
11. Peningkatan jumlah perkara yang disidangkan di luar gedung pengadilan
12. Peningkatan penerimaan perkara permohonan
13. Peningkatan pencari keadilan golongan tertentu yang mendapat layanan
bantuan hukum (Posyankum)
14. Peningkatan putusan perkara yang ditindaklanjuti (Eksekusi)
15. Peningkatan inventarisasi putusan yang telah BHT
16. Peningkatan penataan dan validasi berkas perkara
17. Peningkatan retensi arsip dari tahun 2010
18. Peningkatan putusan/penetapan yang dijilid
b. Bidang kesekretariatan
1. Peningkatan tertibnya administrasi kepegawaian
2. Peningkatan kualitas SDM
3. Peningkatan dan pengembangan karir pegawai
4. Peningkatan pelayanan urusan kepegawaian
5. Peningkatan disiplin pegawai
6. Peningkatan data papan visual
7. Peningkatan laporan kepegawaian
8. Meningkatnya pelaksanaan anggaran
9. Pembukuan Bendahara
10. Peningkatan pelaporan
11. Peningkatan penataan dokumen
12. Peningkatan pengelolaan surat
13. Peningkatan pengelolaan perpustakaan
14. Peningkatan pengelolaan alat tulis keperluan perkantoran
15. Penyelenggaraan Pengadaan Barang dan Jasa
16. Peningkatan pengelolaan barang milik negara
17. Pelaporan
15
18. Penyusunan RKA-KL Tahun 2021
19. Penyusunan Konsep Program Rencana Kerja (PRK)
20. Penyusunan Laporan Tahunan
21. Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP)
22. Peningkatan upload data laporan dan berita ke dalam website

16
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN LAPANGAN PROFESI (PLP)

3.1 Pengalaman dan Keterlibatan Dalam Proses PLP

Kegiatan Praktik Lapangan Profesi (PLP) ini dilakukan di dari tanggal 16


Agustus-26 September 2022. Penulis mencari sendiri lokasi yang mau di tempatinya.

Tepatnya pada hari senin tanggal 16 agustus penulis bersama teman satu
kelompok PLP nya yang bernama ita rahmawati, nurul istiqomah pergi bersama menuju
ke Kantor ISIF majasem untuk menumui Ibu syafa,bertepatan pas waktu pembekalan
plp disana kami meminta langsung ke Ruangan Admin untuk bertemu beliau ada
beberapa administrasi yang harus dibayar sebelum PLP di laksanakan,setelah Kami
selesai bertemu Ibu syafa untuk membayar administrasi kami pun langsung memasuki
kelas ruangan untuk mengikuti pembekalan PLP bersama para dosen lainnya.
Dalam praktiknya program PLP yang dilaksanakan dipengadilan agama sumber,
kami ditanyakan mengenai kemampuan kami, lalu kemudian kami dibagi dalam
beberapa bidang yang mana kami harus mampu menguasai teknik Microsoft exel dan
mahir dalam menggunakan komputer. Selain itu kami juga dituntut harus memahami
mengenai tugas-tugas di kepaniteraan/ di meja 3.Penting bagi kami yang sedang
melakukan kegiatan PLP untuk mengetahuinya, karena seperti itulah proses dan cara
kerja di pengadilan agama sumber.

Pada hari pertama ketika melakukan kegiata PLP, kami langsung bertemu dengan
panitera hukum dibidang yang kami tempati untuk selanjutnya dimana kami langsung
praktik ditempat tersebut. Kami ditempatkan di tempat kepanitraan. Lalu dihari kedua
kami bertemu dan berbincang langsung dengan panitera hukum bapak abdul hakim. Lalu
dilanjutkan dengan interview bersama pak abdul hakim selaku penanggung jawab untuk
mahasiswa yang melakukan kegiatan PLP. Disana kami ditanyai seputar perceraian dan
lainnya, Penting bagi kami untuk mengetahuinya, karena kegiatan PLP yang akan kami
lakukan ini sangat erat kaitanya. Seusai interview kita diajak untuk berkeliling disekitar
lingkungan pengadilan oleh pak abdul hakim. Kami dikenalkan dengan banyak sekali
ruangan dan berbagai fungsisnya.
Selama pelaksanaan PLP kami diharuskan untuk menjadi pribadi mahasiswa
yang disiplin tinggi serta harus siap dengan apa yang ditugaskan oleh pengadilan sera
guru pembimbing agar kegiatan PLP dapat berjalan dengan kondusif sesuai dengan

17
ketentuan yang berlaku di pengadilan. Dengan demikian kami ditugaskan untuk datang
tepat waktu. Dalam hal ini praktikan sendiri merasakan bahwa pelaksanaan PLP di
pengadilan agama sumber di kelas 1a. ini adalah menjadikan tantangan tersendiri yang
membuat praktikan terpacu agar lebih semangat lagi dalam hal kedisiplinan serta harus
siap kondisi bila mana terjadi permasalahan yang terjadi. Bukan, tetapi bagaimana kita
harus bisa menyesuaikan diri ketika menghadapi berbagai macam tingkah laku para yang
diluar dugaan. Selain itu mengontrol emosi ketika sedang berhadapan dengan mustahik
juga sangat penting, karena kebutuhan yang mendesak sering kali membuat mustahik
tidak bisa bersabar dan kehilangan kendali dalam berbicara bahkan bisa saja melakukan
tindakan yang diluar dugaan.
Pengalaman yang diberikan pengadilan agama sumber ini beragam sekali dan
mungkin tidak akan praktikan lupakan, karena banyak kenangan yang terjadi, perasaan
senang sedih dan terharu semuanya kami rasakan, bahagia terutama dengan situasi
kekluargaan yang begitu dekat walalupun kami pendatang baru dan bukan saudara tetapi
kami disambut baik oleh semua yang ada dilingkungan pengadilan agama sumber,
banyak kejutan-kejutan yang kami rasakan disana. Komunikasi antar karyawan juga tak
pernah putus, karena ini merupakan sebuah penyambung silaturrahmi, yang membuat
praktikan merasa seperti bagian dari mereka.
3.2 Partisipatif dan Intensitas Kegiatan PLP
Banyak kegiatan yang dilakukakn di pengadilan agama sumber. Kami lebih
banyak melakukan kegiatan dilingkungan kantor. Kegiatan yang sering dilakukan adalah
mengecek-ngecek perkara yang habis di putus masuk ke meja III dan mengecek-ngecek
perkara yang baru daftar. Adapun untuk kegiatan harian yang dilakukan di pengadilan
agama sumber yakni sebagai berikut, diawal kegiatan praktisi langsung diarakan
ketempat yang sudah ditentukan oleh guru pamong. Di sana kami melihat langsung
sekaligus mempelajari bagaimana tata cara melayani orang yang mau daftar dan
bagaimana prosedur dan syarat-syarat untuk melakukan pengajuan. Kami praktik
langsung dalam melayani pengajuan perkara di ptsp dan masuk ke meja III.

Untuk kegiatan senin pagi dan sore jum’at adalah selalu dilaksanakanya kegiatan
apel,jumsih atau jum’at bersih, dimana kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh staf dan
mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan PLP.
3.3 Kegagalan dan Keberhasilan Yang di Capai Selama PLP

18
Dalam proses pelaksanaan PLP penulis menemui berbagai macam hal baik itu
kegagalan maupun keberhasilan yang dicapai, berikut adalah hal – hal yang menghambat
dalam pelaksanaan PLP:
a. Pada hari pertama PLP penulis masih memerlukan proses adaptasi dilingkungan
kerja pengadilan, penulis bingung apa yang harus dikerjakan karena masih merasa
canggung dan malu terhadap para staff pendadilan untuk menanyakan suatu hal.
b. Pada hari pertama juga pihak pengadilan belum bisa memberikan bimbingan
penuh terhadap penulis, penulis diarahkan sama cpns yaitu teh fuzy.
c. Pada Hari kedua Penulis langsung membuat data laporan yang masuk ke meja III.
Berikut adalah keberhasilan yang di capai oleh penulis selama proses pelaksanaan
PLP:
1. Penerimaan dan sambutan serta dukungan yang baik dari Dosen pembimbing
dan pihak pengadilan.
2. Mengetahui Cara tugas masuk ke meja III yang baru dating dari panitra
pengganti.
3. Mengetahui tugas – tugas yang dilakukan di meja III dan:
1) Berkas yang dari pp ke meja III, di cek Kembali dan mencatat masuknya
perkara ke meja 3.
2) Tugas dari teh fuzy mencatat berkas yang masuk ke meja 3, ada yang cerai
gugat, cerai talaq, dispensasi nikah, itsbat nikah di cacat di buku kendali
perkara gugatan/permohonan.
3) Mengikuti siding
d. Mengetahui program-program yang ada di pengadilan agama sumber baik dari
bantuan sehari-hari.

19
BAB IV

TEORISASI DAN REFLEKSI AKADEMIS

4.1 perceraian
Perceraian dikenal dua jenis perpisahan, perpisahan pembatalan dan
perpisahan talak. Pembatalan bisa jadi dengan keridhaan suami istri yaitu dengan cara
khulu, atau dengan cara qadhi.4
Talak diambil dari kata ْ‫ س َال ُق‬Itlak ‫ ب‬, ِartinya melepaskan atau meninggalkan. Dalam
istilah agama, talak adalah melepaskan ikatan perkawinan, atau rusaknya hubungan
perkawinan.5 Talak adalah suatu bentuk perceraian yang dilakukan oleh seorang suami
kepada istrinya dengan lafdh tertentu. Begitu kuat dan kokohnya hubungan antara
suami istri, maka tidak sepantasnya hubungan tersebut dirusak dan disepelekan. Bagi
suami yang telah mentalak istrinya, ia diperbolehkan kembali (rujuk) kepadanya (istri)
sampai dua kali atau dengan kata lain apabila jatuh talak satu dan dua. Dan apabila
telah sampai pada talak yang ketiga kali, maka tidak dapat atau dengan kata lain tidak
boleh melakukan rujuk lagi, kecuali dengan syarat-syarat tertentu.

Perceraian menurut pasal 38 UUP adalah putusnya perkawinan. Sedangkan yang


dimaksud perkawinan pada pasal 1 UUP adalah “ikatan lahir batin antara seorang laki-
laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.6

Perceraian merupakan suatu yang disyariatkan dalam Islam berdasarkan nash-nash


yang terdapat dalam Al-Qur‟an maupun Al-Hadis.

. Al-Hadis Tafsir Imam Syafi‟i tentang Al-Baqarah ayat 229 mengatakan, malik
meriwayatkan kepada kami dari hisyam bin urwah, dari ayahnya ia berkata, apabila
seorang lelaki mencerai istrinya, kemudian merujukya sebelum masa iddahnya
berakhir, maka hal itu menjadi hak baginya. Apabila ia mencerai seribu kali, maka
seorang lelaki harus menemui istrinya dan mencerainya, kemudian mengabaikannya.
Hingga ketika iddahnya menjelang berakhir, maka si suami boleh merujuknya lagi, lalu
mencerainya dan berkata: demi Allah, aku tidak akan menaungi mu dan kamu tidak
akan halal bagiku selamanya. Maka, Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat, thalaq dua

4
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011, Cet. I, h. 311
5
Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqih Munakahat II, Bandung: Pustaka Setia, 1999, Cet. I, h. 9.
6
Lihat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 1.

20
kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma‟ruf atau menceraikan dengan
cara yang baik. Akhirnya manusia menerima cara cerai yang baru sejak saat itu, baik
yang telah menceraikan atau yang belum.

4.2 Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian


Beberapa alasan yang mendasari terjadinya perceraian dalam rumah tangga, yang
paling mengejutkan angka perceraian justru banyak ditemukan di kota-kota besar.
Adapun beberapa alasan perceraian, antara lain sebagai berikut:
a. Faktor Nusyuz
Nusyuz berarti durhaka, maksudnya seorang istri melakukan perbuatan yang
menentang suami tanpa alasan yang dapat diterima oleh syara‟. Ia tidak mentaati
suaminya, atau menolak ketika diajak ke tempat tidurnya. Dalam kitab fathul mu‟in
disebutkan ada beberapa perbuatan yang dilakukan istri, yang termasuk nusyuz, antara
lain sebagai berikut:
1) Istri tidak mau pindah mengikuti suami untuk menempati rumah yang telah
disediakan sesuai dengan kemampuan suami, atau istri meninggalkan rumah
tanpa seizin suami.
2) Apabila keduanya tinggal di rumah istri atas seizin istri, kemudian pada suatu
ketika istri melarangnya untuk ke dalam rumah itu lantaran bukan karena hendak
pindah rumah yang telah disediakan oleh suami.
3) Istri menolak ajakan suaminya untuk menetap di rumah yang disediakannya tanpa
alasan yang pantas.
4) Apabila istri bepergian tanpa suami atau mahramnya walaupun perjalanan itu wajib
sekalipun misalnya seperti berhaji, karena perjalanan perempuan tidak dengan
suami atau mahramnya termasuk digolongkan maksiat.
Ada beberapa cara yang harus dilakukan suami ketika ia melihat bahwa istrinya akan
berbuat hal-hal semacam itu, maka ia harus memberi nasihat dengan sebaik-
baiknya, dan kalau ternyata istri masih berbuat durhaka hendaklah suami berpisah
ranjang. Kalau istri masih juga berbuat semacam itu, dan meneruskan
kedurhakaannya, maka suami boleh memukulnya dengan syarat tidak melukai
badannya.
Artian dalam memukul, janganlah sampai melukai badannya, jauhilah muka dan
tempat-tempat lain yang mengkhawatirkan, karena artian dari tujuan memukul
bukanlah untuk menyakiti, akan tetapi untuk memberi pelajaran. Berdasarkan

21
uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa durhaka istri (nusyuz) itu ada tiga
tingkatan:
1) Ketika tampak tanda-tanda kedurhakaannya suami berhak memberi nasihat
kepadanya.
2) Sesudah nyata kedurhakaannya, suami berhak untuk berpisah tidur dengannya.
3) Kalau dia masih saja durhaka maka suami berhak memukulnya.

b. Faktor Syiqaq
Syiqaq berarti perselisihan. Menurut istilah fiqih berarti perselisihan suami istri
yang diselesaikan dua orang hakam, yaitu seorang hakam dari pihak suami dan
seorang hakam dari pihak istri.

c. Faktor Ekonomi
Klasik kiranya jika ada anggapan bahwa kehidupan suami istri akan senantiasa
membuahkan keindahan dan kasih sayang meskipun dalam kondisi krisis. Tapi,
anggapan yang keliru juga bahwa banyaknya uang yang dimiliki dapat mengatasi
segala masalah dalam rumah tangga. Kembali lagi kepada sepasang suami istri,
terutama untuk para suami harus menata citacita yang diharapkan dalam
membangun keluarganya. Diharapkan kebutuhan rumah tangga tidak dirasa
sebagai keharusan yang memberatkan. Jika sebelum menjadi seorang suami
menjadi orang yang diberi nafkah, maka saat menjadi seorang suami dia sebagai
pemberi nafkah.7

d. Faktor Agama
Faktor agama yang dimiliki oleh istri sebelum atau pun sesudah menikah sangat
mempengaruhi baik atau tidaknya rumah tangga tersebut berjalan. Agama
dikategorikan sebagai kompas dalam rumah tangga, bagaimana seharusnya dia
bertindak, apa yang boleh dan tidak boleh dipikirkannya, bagaimana bereaksi
terhadap berbagai hal yang dihadapi dalam rumah tangga. Seringkali konflik
terjadi akibat ketidaksiapan atau ketidakmampuan istri mengurus rumah tangga,
dan ketidaktahuan akan hak dan kewajiban suami istri yang telah ditentukan oleh

7
Ali Husain Muhammad Makki Al-Amili, Perceraian Salah Siapa?Bimbingan dalam mengatasi
problematika Rumah Tangga, Jakarta: Lentera Basritama Anggota IKAPI, t.tt, Cet. IV, h. 52

22
agama, sehingga jika terjadi suatu konflik kesulitan untuk mengatasi jalan
keluarnya.

e. Faktor Gangguan Orang Ketiga


Abdul Aziz Ahmad, All About Selingkuh: Problematika dan Jalan
Keluarnya, Bandung: Penerbit Pustaka Hidayah, 2009, h. 85. Gangguan orang
ketiga tidak akan terjadi begitu saja tanpa adanya alasan atau penyebabnya.
Landasan perselingkuhan biasa dilandasi oleh hawa nafsu, baik dari pihak suami
maupun istri. Yang mendasari timbulnya hawa nafsu tersebut biasanya
dikarenakan beberapa faktor, yaitu ketidakpuasan terhadap pasangan.
Ketidak puasan terhadap pasangan ini didasari karena kurangnya rasa
syukur terhadap apa yang telah dimiliki. Sehingga selalu mencari-cari yang lebih
dari suami ataupun istrinya, misalnya melihat dari kondisi fisik. Jika ada
pasangan yang tidak mampu memuaskan pasangan dari kondisi yang kurang baik
maka ada kemungkinan pasangannya akan berselingkuh dengan orang yang
kondisi fisiknya yang lebih baik dari pada pasangannya. Faktor lainnya
disebabkan oleh pelayanan, pelayanan disini meliputi pelayanan seks dan
pelayanan sehari-hari. Seks memang bukan kebutuhan primer manusia. Tanpa
seks, manusia memang masih bisa bertahan hidup namun akan merasa ada
beberapa bagian dalam hidupnya yang hilang atau hampa. Jadi, meski bukan
kebutuhan primer, namun seks pada pandangan banyak orang merupakan
kebutuhan terpenting bagi kebutuhan manusia. Tingkah laku yang menyebabkan
ketidak puasan tentunya adalah tingkah laku yang buruk. Meski demikian, perlu
dijabarkan terlebih dahulu apa saja perilaku buruk yang menyebabkan
perselingkuhan dan seberapa besar intensitas keburukannya. Kurang perhatian,
perhatian sangat diperlukan dalam kehidupan suami istri, khusunya istri, haus
kasih sayang dari suaminya. Sedangkan suami tidak membutuhkan perhatian
dengan cara seperti itu. Dia lebih membutuhkan untuk dipahami. Karena itu,
biasanya dalam beberapa kasus perselingkuhan yang terjadi, istri berselingkuh
karena kurang perhatian dari suami. Tapi jarang terjadi suami berselingkuh
karena kurang perhatian dari istri. Beberapa faktor yang disebutkan di atas
menyebabkan timbulnya gangguan orang ketiga.8

8
Abdul Aziz Ahmad, All About Selingkuh: Problematika dan Jalan Keluarnya, Bandung: Penerbit
Pustaka Hidayah, 2009, h. 85.

23
4.3 Sumber putusan

Sumber-Sumber Putusan Sumber hukum dalam menjatuhkan putusan yang


sesuai dengan peraturan perundang-undangan adalah :

1) Ketentuan Hukum Positif yang terdiri dari beberapa macam yang


bertingkattingkat sebagai suatu hierarki yang ditegaskan dalam Undang-Undang
No.10 Tahun 2004 yang menentukan tata urutan peraturan perundang-undangan
menurut UUD 1945 yaitu :
a) Undang-Undang Dasar 1945.
b) Ketetapan MPR.
c) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
d) Peraturan Pemerintah.
e) Peraturan Presiden.
f) Peraturan Pelaksana lainnya seperti peraturan atau instruksi menteri.

Dari sumber hukum tidak tertulis (kebiasaan). Perbuatan yang tetap dilakukan
berulang-ulang dalam masyarakat mengenai suatu hal tertentu dengan syarat :

a) Adanya perbuatan tertentu yang dilakukan berulang-ulang dalam lingkungan


masyarakat tertentu.

b) Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan.

c) Adanya akibat hukum apabila dilanggar.

2) Yurisprudensi, yaitu tempat bagi Hakim menemukan hukum dari keputusan hakim-
hakim sebelumnya dalam penyelesaian perkara yang tidak ditemukan hukumnya baik
dalam hukum positif maupun hukum tidak tertulis.

3) Traktat yaitu perjanjian antara dua negara atau lebih.

4) Doktrin yaitu pendapat dari ahli hukum yang mempunyai pengaruh dalam
pengambilan keputusan.9

9
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian
dan Putusan Pengadilan), Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 822-253. Lihat juga Riduan Syahrani,
Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, h. 101-128.

24
5) Macam-macam putusan Menurut pasal 185 ayat (1) HIR atau pasal 196 ayat (1)
RBg membedakan putusan menjadi 2 (dua) macam yaitu

putusan yang bukan putusan akhir (putusan sela) dan putusan akhir.

1) Putusan yang Bukan Putusan Akhir (Putusan Sela) Adalah putusan yang dijatuhkan
masih dalam proses pemeriksaan perkara dengan tujuan untuk memperlancar jalannya
pemeriksaan. putusan sela tidak mengakhiri pemeriksaan, tetapi akan berpengaruh
terhadap arah dan jalannya pemeriksaan. putusan sela dibuat seperti putusan biasa,
tetapi tidak dibuat secara terpisah, melainkan ditulis dalam berita acara persidangan
saja10
2) Putusan Akhir Putusan akhir adalah suatu pernyataan yang diucapkan oleh hakim
sebagai pejabat negara yang telah diberi wewenang untuk mengucapkan dalam
persidangan terbuka untuk umum dengan tujuan untuk mengakhiri atau
menyelesaikan sengketa antara pihak yang berperkara.11
Putusan akhir menurut sifatnya, dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu
putusan condemnatoir, constitutief dan declaratoir.
a) Putusan Condemnatoir
Putusan Condemnatoir adalah putusan yang menghukum salah satu pihak yang
kalah dalam perkara untuk memenuhi suatu prestasi yang telah ditetapkan oleh
hakim, Misalnya, pihak tergugat (pihak yang kalah) dihukum untuk menyerahkan
sebidang tanah berikut bangunan rumahnya untuk membayar hutang.12
b) Putusan Constitutief
Putusan Constitutief adalah putusan yang meniadakan atau menimbulkan suatu
keadaan hukum yang baru. Misalnya putusan perceraian, merupakan putusan yang
meniadakan ikatan hukum antara suami istri dalam perkawinan dan terdapat
hukum yang baru kepada suami istri sebagai duda dan janda.13
c) Putusan Declaratoir

10
Joga‟l Note, Macam-macam Putusan, https://jojogaolsh.wordpress.com/2010/, diakses pada
tanggal 9 oktober pukul 00.00 WIB
11
Ibid., h. 308
12
Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan
Praktek, Bandung: Mandar Maju, 2005, h. 109-110.
13
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan
Putusan Pengadilan), Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 876-877.

25
Putusan Declaratoir adalah putusan bersifat menerangkan, menegaskan atau
menyatakan apa yang sah. Misalnya bahwa X adalah anak angkat yang sah dari Y
dan D atau bahwa X,Y, dan Z adalah ahli waris dari almarhum O.14

14
Lihat Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan
Praktek, h. 193.

26
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Islam merupakan agama rahmatan lil „alamin berada didalamnya mengatur
mengenai hubungan antara sesama makhluk-Nya. Selain itu, hubungan di
dalamnya dapat berupa ikatan dalam perkawinan. . Perkawinan merupakan ikatan
suci yang terkait dengan keyakinan dan keimanan kepada Allah. Supaya
perkawinan terakomodasi dengan baik, maka agama menjadi acuan bagi sahnya
perkawinan. Dengan demikian perkawinan harus dipelihara dengan baik, sehingga
bisa abadi, dan apa yang menjadi tujuan perkawinan dalam Islam yakni
terwujudnya keluarga sejahtera (mawaddah warahmah) dapat terwujud.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang Analisis Faktor


Penyebab Perceraian Karena Orang Ketiga (studi putusan perkara 1, 2, dan 3
Nomor 0093/Pdt.G/2016/PA Plk, 0115/Pdt.G/2016/PA Plk, 0008/Pdt.G/2016/PA
Plk), disimpulkan sebagai berikut: 1. Pertimbangan hakim dalam memutuskan
perkara perceraian karena orang ketiga dalam perkara 1,dan 2,
5407/pdt.G/2022/PA.Sbr,5213/pdt.G./2022/PA Sbr, bahwa pertimbangan hukum
meliputi; pertimbangan filosofis, pertimbangan yuridis, dan pertimbangan non
yuridis (meta yuridis) mencakup aspek psikologis, sosiologis, dan etika, sehingga
pada pokoknya pertimbangan hakim mengacu pada syiqaq sebagai alasan utama
perceraian yang dijadikan sebagai pertimbangan hukum oleh hakim dalam
memutuskan cerai gugat. Setelah majelis hakim menggali dan menemukan fakta-
fakta hukum dalam persidangan kemudian memutuskan perkara. Isi putusan
Pengadilan Agama terhadap perkara perceraian karena orang ketigadalam perkara
1, dan 2 Nomor 5407/pdt.G/2022/PA.Sbr,5213/pdt.G./2022/PA Sbr. oleh majelis
hakim Pengadilan Agama Palangka Raya dengan pertimbangan hakim melalui
analisis terhadap pertimbangan filosofis, pertimbangan yuridis, dan pertimbangan
non yuridis (meta yuridis) mencakup aspek psikologis, sosiologis, dan etika,
munculnya syiqaq disebabkan oleh Tergugat selaku suami sebagai pemimpin
rumah tangga melakukan perselingkuhan dengan perempuan lain yang
mengakibatkan perpecahan dalam perkawinan Penggugat dan Tergugat.

27
Saran

Bagi masyarakat dan para pencari keadilan dalam perkara hendaknya


mengungkapkan fakta-fakta hukum yang benar dan jujur agar pertimbangan hakim
dalam menangani suatu perkara tidak menjadi kabur atau bias, khususnya
pertimbangan hukum oleh hakim dalam perkara cerai gugat yang pada akhirnya
mengarah pada syiqaq atau percekcokan yang terjadi antara penggugat dan
tergugat, namun hakim juga dapat menggali rasa keadilan dan nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat agar terwujud hakikat dari tujuan hukum yaitu keadilan,
kepastian, dan kemanfaatan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Abdul Aziz, All About Selingkuh: Problematika dan Jalan Keluarnya, Bandung:
Penerbit Pustaka Hidayah, 2009

Al-Amili, Ali Husain Muhammad Makki, Perceraian Salah Siapa? Bimbingan dalam
mengatasi problematika Rumah Tangga, Jakarta: Lentera Basritama Anggota IKAPI, t.tt.

Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011

Abidin Abidin dan Aminuddin, Fiqih Munakahat II, Bandung: Pustaka Setia, 1999

29

Anda mungkin juga menyukai