Dosen Pengampu :
Gibtiah, .S.Ag., M.Ag
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Ananda Tiara Puspita (2130604146)
Refi Prixline (2130604148)
Widya Marcelina (2130604155)
Febri Afrido (2130604162)
Bayu Saputra (2130604189)
Novita Veronika (2130604193)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Wadi’ah dan Aplikasinya Dalam Lembaga Keuangan Syariah”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh
Muamalah Kontemporer.
Untuk itu, pada kesempatan ini kami kelompok 5 selaku penyusun makalah
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Gibtiah, .S.Ag., M.Ag selaku dosen Mata
Kuliah Fiqh Muamalah Kontemporer yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan baik itu pengetahuan,
pengalaman maupun kemampuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran
maupun kritik membangun yang bertujuan agar hasil makalah ini dapat diterima
dan bermanfaat bagi khalayak semua.
Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat dan bermanfaat bagi para pembaca.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kepada kita semua Rahmat, Hidayah
dan Taufiq-Nya.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah.................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1 Pengertian Wadi’ah............................................................................................5
2.2 Dasar Hukum Wadi’ah.......................................................................................5
2.3 Rukun dan Syarat Wadi’ah................................................................................7
2.4 Jenis - jenis Wadi’ah..........................................................................................8
2.5 Struktur Wadi’ah................................................................................................8
2.6 Aplikasi Wadi’ah dalam Lembaga Keuangan Syariah....................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Wadi’ah menurut bahasa berarti titipan. Kata Wadi’ah berasal dari kata Wada’a-
Yada’u-Wad’an yang berarti membiarkan atau meninggalkan sesuatu. Jadi
wadi’ah adalah sesuatu yang dititipkan.
Menurut istilah terdapat dua pengertian wadiah menurut ahli fikih.
Pertama, menurut ulama Hanafiyah, wadiah (titipan) adalah mengikutsertakan
orang lain dalam memelihara harta, baik dengan ungkapan yang jelas, melalui
tindakan, maupun melalui isyarat.
Kedua, menurut ulama Malikiyah, Syafi‘iyah, dan Hanabilah. Wadiah adalah
mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu juga.
Dari dua definisi yang dikemukakan oleh ulama fikih di atas dapat dipahami,
bahwa wadiah (titipan), adalah perjanjian seseorang untuk menitipkan barangnya
kepada orang lain supaya dijaga sebagaimana yang berlaku menurut Islam. Bila di
kemudian hari ada kerusakan atau cacat pada barang yang dititipkan bukan karena
kelalaiannya, maka dia tidak harus menggantikannya, sebaliknya bila kerusakan
atau cacatnya barang tersebut disebabkan kelalainnya, maka dia harus
menggantinya.
2.2 Dasar Hukum Wadi’ah
1. Al-Qur’an
QS. Al-Baqarah [2]: 283.
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika
sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Menurut ulama Hanafiyah rukun wadiah (titipan) hanya satu, yaitu ijab yaitu
ucapan penitipan barang dari pemilik, seperti “saya titipkan tas dan bukunya ini
kepada” saya terima, dan qabul yaitu ucapan menerima titipan oleh yang
dititipi,seperti “ya saya terima titipan tas dan buku saudara”, sedangkan yang
lainnya syarat dan tidak termasuk rukun.
Menurut jumhur ulama fikih bahwa rukun dan syarat wadiah (titipan) ada 3 (tiga):
a. Orang yang berakad (orang yang menitipkan dan yang menerima titipan).
1.Harus berakal
apabila anak kecil yang telah berakal dan diizinkan oleh walinya untuk
melakukan transaksi wadiah (titipan), maka hukumnya sah, mereka tidak
mensyaratkan baligh dalam persoalan wadiah (titipan).
2.Disyaratkan telah baligh, berakal, dan cerdas, karena akad wadiah
(titipan) merupakan akad yang banyak mengandung risiko penipuan.
b. Barang yang dititipkan.
Syarat barang yang dititipkan itu harus jelas dan diketahui identitasnya
dengan jelas dan boleh dikuasai untuk dipelihara. Menurut ulama fikih,
syarat kejelasan dan dapat dikuasai ini dianggap penting karena terkait
erat dengan masalah kerusakan barang titipan yang mungkin akan timbul
atau barang itu hilang selama dalam penitipan. Apabila barang yang
dititipkan tidak dapat dikuasai orang yang dititipi, kemudian hilang dan
rusak, maka orang yang dititipi tidak dapat dimintai pertanggung jawaban
di pengadilan.
c. Sighat ijab dan qabul (ungkapan serah terima barang titipan)
Disyaratkan dimengerti oleh kedua orang yang berakad, baik dengan jelas
maupun sindiran.
Wadi’ah yang praktiknya adalam LKS ada dua macam, yaitu wadi’ah Yad al-
Amanah dan jaminan (damanah). Biaya LKS mengenakan biaya administrasi
terkait pendaftaran barang titipan di LKS. Selain itu, ada biaya penjagaan terhadap
barang wadi’ah yang berharga, surat berharga, dokumen-dokumen penting dan
barang lain yang bernilai dan membutuhkan penjagaaan dan perawatan khusus.
Berdasarkan biaya-biaya ini, maka apabila terjadi kehilangan, kerusakan atau
kemusnahan walaupun tidak disengaja. Apabila LKS menggunakan barang titipan
seperti uang untuk perniagaan atau usaha lain, maka LKS wajib mengembalikan
sepenuhnya uang wadi’ah yang telah digunkan itu kepada pemilik.
Wadiah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya
menghendaki. Secara umum terdapat dua jenis wadiah: wadiah yad al-amanah dan
wadia‘ah yad al-damanah.
1) Wadi’ah Yad al-Amanah (Trustee Depository)
Wadiah jenis ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan dan digunakan
oleh penerima titipan
b.Penerima titipan hanya berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan
berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh
memanfaatkannya.
c.Sebagai kompensasi, penerima titipan diperkenankan untuk membebankan biaya
kepada yang menitipkan.
d.Mengingat barang atau harta yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh
penerima titipan, aplikasi perbankan yang memungkinkan untuk jenis ini adalah
jasa penitipan atau save deposit box.
Mekanisme seperti di atas dapat digambarkan dalam diagram berikut ini.
Keterangan : Dengan konsep wadiah yad amanah, pihak yang menerima titipan
tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang
dititipkan. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip
sebagai biaya penitipan.
Keterangan:
Dengan konsep wadiah yad al-damanah, pihak yang menerima titipan boleh
menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentu,pihak
bank dalam hal ini mendapatkan hasil dari pengguna dana. Bank dapat
memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.
Dalam perbankan syariah akad wadi’ah yad dhammah di aplikasikan ke dalam
dua jenis produk:
a. Giro
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah bayar lainnya atau dengan
pemindah bukuan. Adapun yang dimaksud dengan giro syariah adalah giro
yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Berdasarkan fatwa
Dewan Syariah Nasional (DSN) No : 01/DSN-MUI/IV/2000, menetapkan
bahwa Giro yang dibenarkan secara syariah, yaitu giro yang berdasarkan
prinsip Mudharabah dan Wadi'ah. Giro wadi'ah adalah giro yang dijalankan
berdasar akad wadi'ah, yaitu titipan murni yang setiap saat dapat diambil bila
pemiliknya menghendaki. Dalam konsep wadi'ah yad dhamanah, pihak yang
menerima titipan boleh menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang
yang dititipkan. Hal ini berarti bahwa wadi’ah yad dhamanah mempunyai
implikasi hukum yang sama dengan qardh, yakni nasabah bertindak sebagai
pihak yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai pihak yang
mengelola dana. Dengan demikian, pemilik dana dan bank tidak boleh saling
menjanjikan untuk memberikan imbalan atas penggunaan atau pemanfaatan
dana atau barang titipan tersebut. Dalam kaitannya dengan produk giro, Bank
syariah menerapkan prinsip wadi’ah yad dhamanah, yakni nasabah bertindak
sebagai prinsip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk
menggunakan dan memanfaatkan uang sebagai pihak yang dititipi yang
disertai hak untuk mengelola dana titipan dengan tanpa mempunyai
kewajiban. Namun demikian, bank syariah diperkenankan memberikan
insentif berupa bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya. Dari
pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa giro wadi’ah mempunyai
beberapa ketentuan sebagai berikut :
1) Bersifat titipan
2) Titipan bisa diambil kapan saja (on call), dan
3) Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian
bonus yang bersifat sukarela dari pihak bank.
b. Tabungan
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Yang
dimaksud tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan berdasar prinsip-
prinsip syariah.Berdasarkan fatwa DSN No. 02/DSN-MUI/IV/2000,
menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan yaitu tabungan yang
berdasarkan prinsip Mudharabah dan wadi’ah. Tabungan wadi’ah merupakan
tabungan yang dijalankan berdasar akad wadi’ah, yakni titipan murni yang
harus dijaga dan dikembalikan setiap saat jika pemiliknya menghendaki.
Berkaitan dengan produk tabungan wadi’ah, bank syariah menggunakan akad
wadi’ah yad dhamanah. Dalam hal ini, setiap nasabah bertindak sebagai
penitip menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya. Bank
syariah betindak sebagai pihak yang dititipi dana atau barang yang disertai
hak untuk menggunakan dan memanfaatkan dana atau barang tersebut.
Sebagai konsekuensinya, bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta
titipan tersebut seta mengembalikannya kapan saja pemiliknya menghendaki.
Di sisi lain bank juga berhak sepenuhnya atas keuntungan dari hasil
penggunaan atau pemanfaatan dana atau barang tersebut. Adapun nasabah
penitip dari dan bank tidak boleh saling menjanjikan untuk bagi hasil
keuntungan harta tersebut. Namun demikian bank diperkenankan memberi
bonus kepada pemilik harta titipan sela tidak disyaratkan di muka. Dengan
kata lain, pemberian bonus merupakan kebijakan bank syariah semaat dan
bersifat sukarela.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan