RAHN Dan IJARAH Makalah
RAHN Dan IJARAH Makalah
Syariah (LKS) “
DISUSUN OLEH :
( Kelompok 3)
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai materi Ijarah dan Rahn. Kami juga menyadari
bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi pembelajaran
penyusun, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi pembaca umumnya, dan
kami khususnya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan. Terima kasih.
Penulis
Kelompok 3
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial maka tidak dapat hidup berdiri sendiri.
Karena manusia makhluk sosial maka akan ada sebuah interaksi-interaksi
dengan makhluk yang lain. Dalam interaksi ini, akan banyak pula hal-hal yang
tersentuh atau terjadi. Salah satunya seperti muamalah.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Rahn dan Ijarah ?
2. Apa saja yang menjadi dasar Hukum Rahn dan Ijarah?
3. Bagaimana Struktur Rahn dan Ijarah ?
4. Bagaimana Metedeologi RahnDan Ijarah ?
5. Bagaimana Aplikasi dan Problem Rahn dan Ijarah ?
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu ijarah dan rahn serta dasar hukum nya
2. Agar mahasiswa lebih paham mengenai rahn dan ijarah dan
Pengaplikasiannya dalam Lembaga Keuangan Syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Rahn
2. Pengertian Rahn
Al- Hadis
َح َّد َثَنا َأُبو ُنَع ْيٍم َح َّد َثَنا َز َك ِر َّياُء َع ْن َعاِم ٍر َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َأَّن ُه
َك اَن َيُقوُل الَّرْهُن ُيْر َك ُب ِبَنَفَقِتِه َو ُيْش َر ُب َلَبُن الَّد ِّر ِإَذ ا َك اَن َم ْر ُهوًنا
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami
Zakariya' dari 'Amir dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Sesuatu (hewan) yang digadaikan boleh dikendarai
untuk dimanfaatkan, begitu juga susu hewan boleh diminum bila digadaikan".
5. Struktur Rahn
7. Manfaat Rahn
Manfaat yang diambil dapat diambil oleh bank dari prinsip gadai(rahn)
sebagai berikut :
(1) . menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-main
dengan fasilitas pembiyaaan yang diberikan bank
(2) . memberikan keamanan bagi semua penabung dan pemegang
deposito bahwa dananya tidak ada suatu asset atau barang jaminan
(marhun) yang dipegang oleh bank.
(3) . jika gadai (rahn) diterapkan dalam mekanisme pengadaian, sudah
barang tentu akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan
dana, terutama didaerah-daerah
Hukum rahn (gadai) pada umumnya dibagi menjadi 2 bagian yaitu sah
dan tidak sah. Gadai sah adalah gadai yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dalam gadai, sedangkan gadai tidak sah itu sendiri adalah
gadai yang tidak memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Islam.
i. Hukum Gadai Sah
Kebiasaan gadai itu bergantung pada orang yang menggadaikan
(rahin), bukan murtahin (penrima gadai). gadai tidak memiliki
kekuasaan untuk membatalkannya, sedangkan murtahin berhak
membatalkannya setiap waktu.
Apabila akad rahn telah sempurna, yakni rahn menyerahkan jaminan
kepada murtahin. Terjadinnya beberapa hukum sebagai berikut :
a. Adannya utang untuk rahin. Utang dimaksud adalah utang yang
berkaitan dengan barang yang digadaikan saja.
b. Hak mengusai jaminan
Penguasaan jaminan sebenarnya berkaitan dengan utang rahin,
yakni untuk memberikan ketenangan kepada murtahin apabila
rahin tidak mampu membayar utang. Dengan kata lain, jika
orang yang berutang tidak mampu membayar, ia dapat
memabayarnya dengan jaminan.
3. Akad Pembiyaan
Murtahin
Rahn
Bank
Nasabah
4. Utang + Mark Up
Marhun Jaminan
Fatwa DSN Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn
Pertama : Hukum
Fatwa DSN Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn
Bahwa pinjaman dengan meninggalkan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk Rahn
dibolehkan denngan
Pertama ketentuan sebagai berikut :
: Hukum
KeduaBahwa
: Ketentuan Hukum.
pinjaman dengan meninggalkan barang sebagai jaminan utang dalam
bentuk Rahn dibolehkan denngan ketentuan sebagai berikut :
1. Murtahin ( penerima barang ) mempunyai hak untuk menaha Marhun (barang) sampai
semua utang
Kedua rahin (yang
: Ketentuan menyerahkan barang) dilunasi.
Hukum.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, Marhun tidak boleh
1. Murtahin ( penerima barang ) mempunyai hak untuk menaha Marhun
dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak mengruangi nilai marhun
(barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemerliharaan dan perawatannya.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, Marhun
3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajibanr rahin, namun
tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak
dapat dilakukan juga oleh murtahin,sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan
mengruangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya
tetap menjadi kewajiban rahin.
pemerliharaan dan perawatannya.
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan
3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajibanr
jumlah pinjaman.
rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin,sedangkan biaya dan
5. Penjualan marhun
pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin.
a. Apabila jatuh tempo , murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan
utangnnya.
berdasarkan jumlah pinjaman.
B. Apabila rahin tetaptida dapat melunasi hutanggnya , maka marhun dijual paksa/
dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.
c. Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan
5. Penjualan marhun
a. Apabila jatuh tempo , murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera
melunasi utangnnya.
B. Apabila rahin tetaptida dapat melunasi hutanggnya , maka marhun dijual
paksa/ dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.
c. Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya
pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan,
d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya
menjadi kewajiban rahin
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 15 Rabi’ul Akhir 1423 H/ 26 Juni 2002 M
10.Rangkuman
1.6 Manfaat yang dapat diambil oleh bank dari prinsip gadai(rahn) sebagai
berikut :
12.Pengertian ijarah
Al – ijarah berasal dari kata al- ‘iwad atau upah, sewa jasa atau imbalan.
Al ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam
memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa- menyewa, kontrak
menjual jasa dan sebagainnya.
sebagai bentuk transaksi, ijarah dianggap sah harus memenuhi rukun diatas ,
disamping itu juga harus memenuhi syarat-syaratnya. Adapun syarat-syarat
dimaksud adalah :
1. Kedua belah pihak yang berakad (penjual dan pembeli) harus menyatakan
kerelaan dalam melakukan transaksi ijarah. Bila diantara salah seorang
diantara keduannya dengan cara terpaksa dalam melakukan transaksi, maka
akad ijarah semacam ini tidak sah.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat An-Nisa’ayat 29 :
ٰؕۤي ـَاُّيَها اَّلِذ ۡي َن ٰا َم ُنۡو ا اَل َتۡا ُك ُلۤۡو ا َاۡم َو اَلـُك ۡم َبۡي َنُك ۡم ِباۡل َباِط ِل ِاۤاَّل َاۡن َتُك ۡو َن ِتَج اَر ًة َع ۡن َتَر اٍض ِّم ۡن ُك ۡمۚ َو اَل َتۡق ُتُلۤۡو ا َاۡن ـُفَس ُك ۡم
ِاَّن َهّٰللا َك اَن ِبُك ۡم َرِح ۡي ًم ا
(Al – Qur’an )
َقاَلْت ِإْح َد ٰى ُهَم ا َٰٓيَأَبِت ٱْس َتْٔـِج ْر ُهۖ ِإَّن َخ ْيَر َمِن ٱْس َتْٔـَج ْر َت ٱْلَقِوُّى ٱَأْلِم يُن
Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah
ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat
lagi dapat dipercaya". ( Al Qur’an Al-Qasas) : 26
(Al Hadis)
واستأجر رسول: عن عروة بن الزبير أن عائسة رضي هللا عنها زوج النبي صلى هللا عليه وسلم قالت
هللا صلى هللا علىه وسلم وأبو بكر رجال من بني الديل هاديا خريتا وهو على دين كفار قريش فدفعا إليه
راحلتيهما ووعداه غار ثوربعد ثالث ليل براحلتيهما صبح ثلث.
Artinya: “Dari Urwah bin Zubair bahwa sesungguhnya Aisyah ra.istri nabi
SAW berkata : Rasulallah SAW dan Abu Bakar menyewa seorang laki-laki dari
suku bani Ad Dayl, penunjuk jalan yang mahir, dan ia masih memeluk agama
orang kafir quraisy. Nabi dan Abu Bakar kemudian menyerahkan kepadanya
kendaraan mereka, dan mereka berdua menjanjikan kepadanya untuk bertemu di
Gua Syur dengan kendaraan mereka setelah tiga hari pada pagi hari selasa.”
(H.R Bukhori)
2) Struktur Ijarah
Macam-macam ijarah
Akad ijarah dilihat dari segi objekknya menurut ulama fikih dibagi
menjadi 2 macam yaitu :
i) Ijarah yang bersifat manfaat, pada ijarah ini benda atau barang yang
disewakan harus memiliki manfaat. Misalnya sewa-menyewa rumah,
tanah pertanian, kendaraan, pakaian, pehiasan, lahan kosong yang
dibangun pertokoan dan sebagainya.
ii) Ijarah yang bersifat pekerjaan, pada ijarah ini seorang mempekerjakan
untuk melakukan suatu pekerjaan, dan hukumnnya boleh apabila jenis
pekerjaan nya jelas dan tidak mengandung unsur tipuan.
2. Pembayaran Ijarah
4. Berakhirnya Ijarah
Manfaat dari transaksi ijarah itu sendiri bagi bank adalah keuntungan
sewa dan kembalinya uang pokok. Adapun risiko yang mungkn terjadi
dalam ijarah sebagai berikut :
OBJEK SUPLIER
NASABAH
B. Milik
SEWA PENJUAL
B. Milik
3. Sewa Beli
A. Milik
1. Pesan Objek
Sewa
2. Beli Objek Sewa BANK SYARIAH
SKEMA IJARAH
16.Aplikasi Pembiyaan Murabahah Berdasarkan Fatwa DSN (Dewan
Syariah Nasional)
Dalam fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) dimasukan dalam
pembahasan ini tujuannya :
a. mahasiswa bisa membedakan antara teks yang ada dalam
fikih muamalah dengan praktik yang akan dilaksanakan
bank syariah di Indonesia.
b. Memahami secara teori dan parektik yang berkembang di
perbankan syariah di Indonesia
c. Sebagai bahan kajian dalam pembahasan fikih muamalah
kontemporer, sehingga tidak hanya mengedepankan konsep
teori dalam fikih muamalah, akan tetapi akan memahami
fikih muamalah yang berkembang dikalangan masyarakat
madani.
7. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS
sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga (tsaman) dalam
jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah dalam ijarah.
Fatwa DSN Nomor 09/DSN-MUI/IV/2002 tentang Pembiyaan Ijarah
8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang
Pertama
sama: Rukun
dengan dan
objekSyarat Ijarah
kontrak.
1. 9.
Sighat ijarah, yaitu
Kelenturan ijab dandalam
(flexibility) qabulmenentukan
berupa pernyataan dari upah
sewa atau keduadapat
belahdipihak yang
wujudkan
berkontrak,
dalam ukuranbaik secara
waktu, verbal
tempat atau
dan dalam bentuk lain.
jarak.
2. Pihak – pihak yang berakad (berkontrak) : terdiri atas pemberi sewa/ pemberi jasa,
Ketiga : Kewajiban LKS Dan Nasabah dalam Pembiyaan Ijarah.
dan penyewa/ pengguna jasa.
3. 1. Kewajiban
Objek LKSyaitu
akad ijarah sebagai
: pemberi manfaat barang atau jasa :
a. Menyediakan
a. manfaat barangbarang yang: atau
dan sewa disewakan atau jasa yang diberikan.
b. Menanggung
b. manfaat biaya
jasa dan pemeliharaan barang.
upah.
c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.
2. Kewajiban
Kedua nasabahObjek
: Ketentuan sebagai penerima manfaat barang atau jasa :
Ijarah
a. Membayar
1. Objek ijarah adalahsewa ataudariupah
manfaat dan bertanggung
penggunaan barang/ ataujawab
jasa untuk menjaga
keutuhan
2. Manfaat barang barang serta
atau jasa menggunakannya
harus bisa dinilai dansesuai akad (kontrak).
dapat dilaksanakan dalam kontrak
b. Menanggung
3. Manfaat barang atau biaya pemeliharaan
jasa harus barang (tidak
bersifat dibolehkan yang diharamkan)
sifatnya ringan (tidak
materil) memenui manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah.
4. Kesanggupan
c. Jika barang yang disewakan rusak, bukan karena pelanggaran dari
hashskhdkshdkhkdhaskdhlaskdlsksadjlasjdljsaldas
Pertama : Ketentuan Umum
1. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad ijarah (Fatwa DSN 09/DSN-
MUI/IV/2000) berlaku pula dalam akad al-ijarah al – muntahiyah bi al – tamlik.
2. Perjanjian untuk melakukan akad al-ijarah al muntahiyah bi al-tamlik harus
disepakati ketika akad ijarah ditanda tangani
3. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad.
1. Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan oleh Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syariah berupa bagi hasil/marjin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo.
2. Obligasi syariah Ijarah adalah Obligasi Syariah berdasarkan akad Ijarah dengan
memerhatikan substansi Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 09/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan ijarah.
3. Pemegang Obligasi Syariah Ijarah (OSI) dapat bertindak sebagai musta'jir
(penyewa) dan dapat pula bertindak sebagai mu'jir (pemberi sewa).
4. Emiten dalam kedudukannya sebagai wakil Pemegang OSI
Fatwa DSN 5.
2. FatwaPemegang
Nomor ini berlakuOSI sebagai
52/DSN-MUI/III/2006
sejak pemilik
tanggal aset (a'yan)
tentang
ditetapkan, Akad atau
dengan manfaat
Wakalah
ketentuan jika(manafi')
bil Ujrah dalam
Pada
di kemudian
Asuransi hari menyewakan
& Reasuransi (ijarah)
Syariah
ternyata terdapat asset atau
kekeliruan, akanmanfaat
diubahyang menjadi haknyasebagaimana
dan disempurnakan kepada pihak
Keempat: Kedudukan dan Ketentuan Para Pihak dalam Akad Wakalah bil Ujrah
lain dilakukan melalui Emiten sebagai wakil.
Pertama:mestinya.
Ketentuan Umum
1. Dalam akad ini, perusahaan asuransi bertindak sebagai wakil (yang mendapat
6. Emiten yang bertindak sebagai wakil dari Pemegang OSI dapat menyewa
Dalam kuasa)
fatwa ini, yang
untuk dimaksuddana;
mengelola dengan:
untuk dirinya sendiri atau menyewakan kepada pihak lain.
1. Asuransi sebagai
2. Peserta individujiwa,
adalah asuransi dalam produk
asuransi saving
kerugian danbertindak sebagai
syariah; muwakkil
reasuransiDitetapkan di: Jakarta
7.
(pemberi Dalam
kuasa); hal Emiten bertindak sebagai penyewa untuk dirinya sendiri, maka
2. Peserta adalah peserta asuransu (pemegang Tanggal:
polis) atau
23 perusahaan asuransi
Shafar 1427/23 Maretdalam
2006
PesertaEmiten
3. reasuransisebagai wajib membayar sewa dalam jumlah dan waktu yang disepakati
syariah.suatu badan/kelompok, dalam akun tabarru' bertindak sebagai
sebagai
muwakkil imbalan
(pemberi kuasa)(iwadh ma'lum) sebagaimana
untuk mengelola dana; jika penyewaan dilakukan
Kedua: Ketentuan Hukum
4. Wakil kepada pihakmewakilkan
tidak boleh lain. kepada pihak lain atas kuasa yang diterimanya,
1.) Wakalah
kecuali
8.atas bil ujrah
izin boleh
muwakkil
Pengawasan aspekdilakukan
(pemegang antara
polis);perusahaan
syariah dilakukan asuransi
oleh Dewan dengan peserta.
Pengawas Syariah atau
Fatwa DSN Nomor 56/DSN-MUI/V/2007 tentang Ketentuan Review Ujrah Pada LKS
Pertama: Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan:
1. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu
tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.
2. Review ujrah adalah peninjauan kembali terhadap besarnya ujrah dalam akad Ijarah
antara LKS dengan nasabah setelah periode tertentu.
1. Review ujrah boleh dilakukan antara para pihak yang melakukan akad Ijarah apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Ujrah yang telah disepakati untuk suatu periode akad Ijarah tidak boleh dinaikkan;
b. Besaran ujrah boleh ditinjau ulang untuk periode berikutnya dengan cara yang
d. Dalam keadaan
diketahui sewajelas
dengan yang(formula
berubah-ubah,
tertentu) sewa untukbelah
oleh kedua periode akad pertama harus
pihak;
dijelaskan jumlahnya.
c. Peninjauan Untuk besaran
kembali periode akad
ujrahberikutnya boleh waktu
setelah jangka berdasarkan rumusan
tertentu harus yang jelas
disepakati
dengan ketentuan tidak
kedua pihak menimbulkan
sebelumnya perselisihan.
dan disebutkan dalam akad.
a. Dalam
Ketiga: keadaan
Ketentuan sewa yang berubah-ubah, sewa untuk
Penutup
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah
atau Pengadilan Agama setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Fatwa DSN Nomor 57/DSN-MUI/V/2007 tentang Letter of Credit (L/C) Dengan Akad
Kafalah bil Ujrah
1. Kafalah adalah akad penjaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makfuul ‘anhu,
ashil);
2. L/C akad kafalah bil ujrah adalah transaksi perdagangan ekspor impor yang
menggunakan jasa LKS berdasarkan akad Kafalah, dan atas jasa tersebut LKS
memperoleh fee (ujrah).
Transaksi L/C ekspor impor boleh menggunakan akad kafalah bil ujrah.
1. Seluruh rukun dan syarat akad kafalah bil ujrah dalam fatwa ini merujuk pada Fatwa
No.11/DSN-MUI/IV/2000 tentang Kafalah.
2. Penerapan akad Kafalah dalam transaksi L/C ekspor maupun impor merujuk kepada
Fatwa No.34/DSN-MUI/IX/2002 tentang Letter of Credit (L/C) impor syariah dan
fatwa No.35/DSN-MUI/IX/2002 tentang Letter of Credit (L/C) Ekspor Syariah.
3. Fee atas transaksi akad kafalah harus disepakati dan dituangkan di dalam akad.