Anda di halaman 1dari 27

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Roman Burung-Burung Manyar Karya YB Mangunwijaya yang diilhami

dari kisah masyarakat Indonesia pada masa penjajah dulu, dimana Indonesia

belum mendapatkan kemerdekaan, rakyat yang didiskriminasi dengan hak asasi

manusia yang dibatasi oleh penjajah. Roman Burung-Burung Manyar Karya YB

Mangunwijaya ini merupakan karya ke dua pada tahun 1983.

Roman ini dibagi atas 3 bagian, setiap bagian memiliki latar waktu yang

berbeda, dan disetiap bagian terbagi menjadi beberapa judul lagi. Masing-masing

judul merupakan topik tiap bagian yang saling berkaitan satu sama lain. Jumlah

halaman dalam roman ini terdapat 319 halaman. Tebal buku berjumlah 401

halaman, Roman Burung-Burung Manyar Karya YB Mangunwijaya diterbitkan

oleh PT DJAMBATAN pada bulan Agustus tahun 1981.

Roman Burung-Burung Manyar Karya YB Mangunwijaya secara runut

menceritakan kisah hidup Teto dan Atik pada masa penjajahan Belanda, Jepang,

kemudian perang kemerdekaan sampai pada masa Orde Baru.

Dalam penelitian ini, Roman Burung-Burung Manyar Karya YB

Mangunwijaya dikaji berdasarkan nilai nasionalisme yang meliputi :


51

1. Kemanusiaan

2. Ingin mewujudkan cita-cita bersama

3. Siap berkorban

B. Analisis Data

1. Unsur-unsur Intrinsik Roman Burung-Burung Manyar

a. Unsur Intrinsik

1) Tema

Tema yang terkandung pada roman Burung-Burung Manyar adalah

Mengisahkan perjuangan nasionalisme seorang anak (Teto) yang mulai

tumbuh dewasa ditengah situasi politik yang tidak menentu. Pada saat itu

sedang terjadi perebutan kekuasaan antara Belanda dan Jepang di

Indonesia. Situasi ini menuntut semua pihak untuk menyesuaikan diri.

Kutipan :

“Ketika Teto mengetahui adanya kecurangan dalam perhitungan

komputer yang dilakukan Pacific Oil Wells Company terhadap pemerintah

Indonesia, Teto bertekad untuk membongkar manipulasi itu.”

2) Alur

Roman Burung-Burung Manyar ini, memiliki jenis alur maju, dimana

setiap kejadian selalu bergerak maju sesuai dengan perputaran waktu.


52

Diceritakan perjalanan hidup tokoh utama yaitu Teto dari semasa Teto

kecil, lalu menjadi dewasa, dan tumbuh menjadi seorang laki-laki, sampai

akhir hayatnya. Alur mundur, yang mana diceritakan ketika kehidupan

semasa kecil seorang Teto dan Larasati.

Kutipan :

Tahap pengenalan :

“Masa kecil Setadewa (Teto) sungguh merupakan masa bahagia”

Tahap konflik :

“Teto dalam peluangnya mencari kepuasan balas dendam”

“Teto memutuskan untuk meninggalkan Indonesia”

Klimaks :

“Ketika Teto mengetahui adanya kecurangan dalam perhitungan

komputer yang dilakukan Pacific Oil Wells Company terhadap pemerintah

Indonesia, Teto bertekad untuk membongkar manipulasi itu.”

Antiklimaks :

“Teto kemudian menyampaikan keinginannya untuk membongkar

manipulasi komputer. Mendengar hal itu Janakatamsi bersedia mmebantu

Teto”
53

Tahap penyelesaian :

Atik dan suaminya kecelakaan dan Teto mengadopsi anak-anak Atik.

“Ketiga anak Atik kuangkat jadi anakku”

3) Latar

Pada cerita roman Burung-Burung Manyar latar yang terjadi pada

zaman modern dengan berlatar belakang kehidupan berbagai masa: masa

lalu, masa revolusi, dan masa penjajahan jepang maupun belanda. Cerita

ini terjadi di Indonesia.

Latar tempat yang terjadi pada roman Burung-Burung Manyar dibagi

menjadi berbagai macam tempat yang terpisah yaitu pada :


a. Magelang
Ketika masih kecil ia hidup bersama ayahnya yang menjadi prajurit

KNIL yang bertugas di Garnisun divisi II Magelang. Di Magelang pula

tempat ibunda Teto dimakamkan.


Kutipan :
“Masuk Magelang seperti masuk sarang lebah, begitu banyak

manusianya”
b. Jakarta (sekitar kemayoran)
Daerah kemayoran merupakan daerah kekuasaan Teto ketika menjadi

Letnan KNIL. Pada saat operasi ke Klender Teto bertemu dengan perdana

Menteri Syahrir.

Kutipan :
“Perdana menteri itu harus kuajar. Rakyatnya akan kucambuk. Hari

itu, Klender, Tanah Abang, Kwitang merasakan apa konsekuensinya

menghadapi jago KNIL.”


c. Solo
54

Tempat Atik dan Bu Antana pulang kampung menjenguk saudaranya.

Keluarga Atik juga mengungsi ke Surakarta ketika terjadi kekacauan

politik.
Kutipan :
“Segera aku mengerti, ada masalah gawat. Mereka berlindung di

dalam puri Surakarta.”


d. Jogjakarta
Saat terjadi perebutan kekuasaan, para pemimpin RI dipindahkan ke

Jogjakarta. Sebelumnya, para pejuang RI sudah berhasil merebut Kota

Jogja , tetapi baru enam jam mereka menguasai kota, tempat itu berhasil

direbut kembali oleh serdadu Belanda. Pada Peristiwa ini Teto, sebagai

Kapten KNIL ikut berperang merebut kembali kota Jogja dari pasukan RI.
Kutipan :
“Keesokan harinya, Belanda Bergerak ke Yogya, kota kabupaten

diduduki musuh.”
e. Semarang
Semarang merupakan tempat Teto bersekolah tingkat lanjutan.

Kutipan :
“Aku memondok di Semarang untuk meneruskan sekolahku di Sekolah

Menengah Tinggi (SMT). Aku senang di Semarang”

Latar waktu yang terjadi pada roman Burung-Burung Manyar dibagi

menjadi 3 bagian waktu yang terpisah yaitu pada :

a. Bagian I : 1934-1944 (masa sebelum kemerdekaan)


b. Bagian II : 1945-1950 (masa awal kemerdekaan)
c. Bagian III : 1968-1978
Latar situasi yang terjadi pada roman Burung-Burung Manyar ialah

suasana yang terjadi pada awal kemerdekaan yang serba tidak menentu,

baik di sistem politik maupun kejelasan siapa yang menguasai daerah RI.
55

Kesedihan yang dialami oleh Teto karena ia harus berseberangan kubu

dengan atik. Teto berada di kubu Belanda dengan menjadi Kapiten KNIL.

Sedangkan Atik berada di kubu RI dengan menjadi sekretaris Syahrir,

Perdana Menteri RI. Kondisi ini membuat Teto sedikit bimbang dengan

tindakannya saat ini. Kesedihan Teto ditambah dengan ketidakjelasan

nasib kedua orang tuanya. Ayahnya, Brajabasuki yang pada awalnya

dikabarkan meninggal, tetapi diindikasikan bahwa ia masih hidup dan

berada di penjara.
Suasana menegangkan :
“Tetapi ketika tembakan-tembakan itu menyambar di sekitar mereka, doa-

doa berhenti dan hanya setengah sadar mereka menggelimpangkan diri

dalam lumpur. Lama mereka bagaikan mayat disitu. Setelah lama sekali

ditunggu dan tidak datang hantu bercocor merah itu, mereka

menonggolkan kepala-kepala mereka. Mobil terbakar dengan api yang

sangat panas.”
4) Tokoh

Tokoh utama dalam roman Burung-Burung Manyar ini adalah

Setadewa atau Teto. Teto adalah anak seorang kepala garnisun II pada

masa KNIL Belanda. Teto terkenal dengan sebutan anak kolong

Kutipan :

“Pernah dengar “anak kolong?” Nah, dulu aku inilah salah satu

modelnya. Asli totok.”

Tokoh selanjutnya adalah Larasati atau Atik. Atik adalah seorang anak

dari Bu Antana. Perempuan yang mengabdi pada nusa dan bangsa.


56

Kutipan :

“Atik secara sadar memilih berjuang untuk bangsanya sendiri”

Janakatamsi adalah suami dari Larasati Pemuda modern yang

berpendidikan tinggi. Dia termasuk anak seorang kaya yang berhati baik.

Kutipan :

- Penolong

“Janakatamsi bersedia membantu Teto”

- Berhati Besar

“Janakatamsi bukan tak menyadari makna Teto bagi istrinya. Oleh

karena itu ia menerima Teto sebagai kakaknya”

- Cinta tanah air

“Pembongkaran kecurangan itu telah menyebabkan dipecat dari

perusahaannya”

Letnan Barjabasuki Beliau adalah seorang kepala Garnesun II dimasa

KNIL Belanda dengan pangkat letnan. Gelar itu diperolehnya dari Akademi

Breda Belanda. Dia adalah keturunan keraton dan merupakan ayah kandung

Teto.

Kutipan :
57

- Berpihak pada Belanda

“Pilihan terakhir itulah yang menyelamatkan tentara KNIL”

Ibu Teto atau Istri Letnan Barjabasuki (Marice). Ibu Teto adalah wanita

berhati mulya keturunan Indo-Belanda. Demi menyelamatkan suaminya,

dia rela mengorbankan jiwa raganya. Dia rela menjadi wanita pemuas

nafsu tentara-tentara Jepang. Karena tidak sanggup menahan penderitaan

lahir batin, akhirnya dia menjadi penghuni rumah sakit jiwa.

Kutipan :

- Rela berkorban dan baik hati

“Marice diharuskan memilih nyawa suaminya melayang atau dia

dijadikan gundik kempeitai. Pilihan terakhir itulah yang menyelamatkan

mantan tentara KNIL”

Mayor Verbruggen adalah salah seorang pimpinan tentara KNIL

Belanda ketika agresi Belanda kedua. Ia berwatak keras tetapi sangat

menyayangi Teto yang sepertinya sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.

Kutipan :

- Penolong

“Lewat bantuan Mayor Verbruggen, Teto bisa diterima di kesatuan

tentara Belanda”
58

Bu Antana adalah seorang ibu yang baik. Dia ibu kandung Atik atau

Larasati. Ia menyayangi anak tunggalnya. Ia seolah tidak rela jika suatu

saat nanti ia berpisah dengan anaknya saat anaknya ketika sudah bersuami.

Kutipan :

“Ibu Antana selalu menunjukan kesayangan padaku. Tetapi petang itu

lebih dari biasanya. Diciumlah batu kepalaku.” (Mangunwijaya, 2007 : )

Pak Trunya merupakan warga desa sekitar Kaliurang yang menolong

Atik dan ayahnya ketika diserang pesawat Belanda.Atik selamat, tetapi

bapaknya meninggal. Bersama warga desa lain Pak Trunya memakamkan

bapaknya Atik.

Kutipan :

“Dengan sekuat tenaga gadis itu dibawa Pak trunya menuju ke

selokan untuk menghindari tembakan dari pesawat Belanda.”

5) Sudut Pandang

Cerita dalam roman Burung-Burung Manyar pengarang menggunakan

sudut pandang orang ketiga.

Kutipan :

- Sudut pandang orang ketiga

“Masa kecil Teto merupakan masa bahagia”


59

Dari kutipan di atas, pengarang menggunakan sudut pandang pada

orang ketiga. Seperti pada kutipan diatas,

6) Amanat

Amanat yang disampaikan oleh pengarang dalam cerita ini, penulis

menyimpulkan bahwa masyarakat pada saat itu bahwa pengabdian

terhadap Bangsa sendiri lebih baik dan lebih terhormat dari pada mengabdi

kepada Bangsa lain (Belanda). Hal ini dicontoh oleh tokoh yang bernama

Satadewa yang dalam hidupnya mengabdikan diri kepada Belanda,

akhirnya ia harus menanggung malu terhadap Bangsanya.

Kutipan :

- Jangan menggunakan nasionalisme sebagai alat balas dendam

“Teto dalam petualangannya mencari kepuasan balas dendam.”

- Kita sebagai manusia tidak boleh sombong

“Kesombonganku dulu yang akhirnya menghempaskan sarangku

berantakan di tanah”

- Kita harus berani mengungkapkan kebenaran walaupun beresiko

besar

“Ketika Teto mengetahui adanya kecurangan dalam perhitungan

komputer yang dilakukan Pacific Oil Wells Company terhadap

pemerintah Indonesia, Teto bertekad untuk membongkar manipulasi

itu.”
60

- Kita harus secara sadar berjuang untuk bangsa sendiri

“Atik secara sadar memilih berjuang untuk bangsanya sendiri”

- Kita harus selalu berbuat baik kepada orang lain.

“Ketiga anak Atik aku angkat jadi anakku. Hadiah terindah yang

ingin ku jaga dan ku antar ke hari depan”

7) Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan pada Roman Burung-Burung Manyar

adalah bahasa sehari-hari.

Kutipan :

“Teto merasakan nikmatnya hidup sebagai anak tentara Kolonial yang

bebas bergaul dengan anak-anak Inlander.”

b. Unsur Ekstrinsik

1) Nasionalisme

Hasil analisis akan menguraikan masing-masing Indikator nilai

nasionalisme yang terdapat dalam novel Burung-Burung Manyar karya

YB. Mangunwijaya. Uraian ini disertakan dengan kutipan-kutipan dari

novel untuk memperjelas keterangan analisis. Berikut ini hasil dari

kegiatan analisis berdasarkan nilai nasionalisme.

Nilai nasionalisme yang dianalisis adalah kepercayaan pada

kekuatan diri sendiri, ingin mewujudkan cita-cita bersama, siap sedia

berkorban dan cinta tanah air. Rasa kepercayaan pada kekuatan sendiri
61

timbul pada setiap bangsa yang terjajah. Terutama ketika mereka

menyadari segala perbedaan antara penjajah dengan terjajah.

Rasa ini akan menimbulkan keinginan untuk mewujudkan cita-cita

bersama. Cita-cita yang diwujudkan oleh setiap bangsa terjajah adalah

kemerdekaan. Rasa tertekan menyebabkan semua bangsa yang terjajah

memiliki satu tujuan yang merupakan cita cita bersama maka akan

membangkitkan kesadaran dari tiap individu yang terjajah menjadi siap

sedia berkorban. Hal ini disebabkan adanya kesadaran bahwa setiap

perjuangan membutuhkan pengorbanan yang dilandasi oleh rasa cinta

tanah air.

C. Pembahasan

Uraian berikut ini akan membahas hubungan teori nasionalisme dengan

hasil penelitian dalam roman Burung-Burung Manyar. Indikator nasionalisme

yang dibahas dalam roman ini adalah kemanusiaan, ingin mewujudkan cita-

cita bersama, siap sedia berkorban. Tiap pembahasan akan menjelaskan

hubungan antara indikator dengan tokoh yang ada dalam roman. Uraian

didasarkan pada indikator dengan tokoh yang ada dalam roman. Uraian

didasarkan pada indikator nilai nasionalisme yang terdapat pada Roman

Burung-Burung Manyar.

a) Kemanusiaan
62

Kemanusiaan adalah perasaan yang dimiliki setiap manusia untuk

mencegah kita dari perbuatan jahat atau menentang apapun. Setiap jiwa

layak dihargai dan tidak boleh dihilangkan secara semena-mena.

Kutipan :

“Mengapa Allah Yang Maha Pemurah dan yang memberi sekian banyak

keindahan kepada ciptaanNya membiarkan mahluk-mahluknya saling

membunuh? Pernah itu iya tanyakan, ketika di suatu pagi di halaman

neneknya, langsung di hadapan mata Atik, tiba-tiba bagaikan batu yang

jatuh dari awan-awan, seekor wulung menerkam anak ayam dan tahu-

tahu sudah meluncur lagi ke udara. Tentu saja induknya dan anak-anak

ayam serba kalang kabut. Atik ketika itu juga kalang kabut jiwanya

sampai menangis. Ia merasa bersalah, karena tadinya dialah yang

menaburkan padi di muka mereka.” (Mangunwijaya 2007 : 5)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah Atik yang memiliki jiwa ke manusiaan

mengibaratkan hewan tersebut sebagai jiwa manusia yang direnggut oleh

musuh lain.

Kutipan :

“Pada saat itu aku tertumbuhi simpati yang sangat dalam kepada perwira

ini, sebab ia jelas pernah dan rupa-rupanya terus menerus mencintai

ibuku. Tiba-tiba basah mataku dan bagaimanapun aku berusaha, aku


63

tidak bisa menahan tangisku. Marice yang malang. Yang ternoda dan

ikhlas menjadi binatang piaraan musuh-musuh dari suami yang ia

cintai.” (Mangunwijaya 2007 : 61)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah Teto yang merasa simpatik terhadap

Mayor karena masih mau membantu dirinya, dan masih mencintai ibunya.

Kutipan :

“Okay! Baiklah! Mulai sekarang kita akan membuktikan, siapa yang

benar. Dengan realita kejam! Tidak dengan omongan belaka, kau juga,

Tik semoga kau dan ibumu selalu terlindung… oleh Tuhan, kalau itu ada

Tik.” (Mangunwijaya 2007 : 71)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah Teto yang akan berusaha membuktikan

jalannya, bahwa keputusan yang ia ambil merupakan keputusan yang

benar. Dan ia merasa iba kepada Atik dan Ibunya semoga selalu dalam

keadaan selamat.

Kutipan :

“Segera kularang dia bertindak sendiri. Bukan karena aku tidak setuju

orang penghasut. Atikku dihajar, tetapi aku terpaksa harus menjaga

kewibawaanku. Ini soal gengsi, bukan soal lain. Tetapi toh rasa
64

kesatriaanku yang kuwarisi dari ayahku melonjak dan serdadu kumaki-

maki keras.” (Mangunwijaya 2007 : 74)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah Teto yang iba terhadap Atik yang ingin

dihajar oleh serdadu, awalnya Teto gengsi, tapi dia tidak rela gadisnya

dihajar begitu saja oleh serdadu.

Kutipan :

“Terpaksa aku mundur, karena memang bagaimanapun akal sehatku

menghalang-halangi amarahku untuk berbuat hal-hal yang dapat

merepotkannya keputusan-keputusan tertinggi politik Kerajaan.”

(Mangunwijaya 2007 : 75)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah Teto yang lebih mengedepankan hati

nuraninya dibanding mengedepankan egonya sendiri untuk mengambil

suatu tindakan. Ia tidak ingin apa yang ia lakukan malah menjadi

bomerang untuk dirinya.

Kutipan :

“Betapa lahap mesra Atik kudekap dan kucium. Bukan karena asmara,

tetapi justru karena dalam saat-saat seperti ketika ini orang merasakan

naluri ingin melindungi, ingin melimpahkan segala yang baik kepada


65

seorang adik. Aku tak pernah punya adik dan barulah kuakui, betapa

sudah lama aku merasakan kekosongan sebagai seorang anak tunggal

yang tidak pernah memperoleh kesempatan untuk bertanggung jawab

terhadap seorang yang lebih muda.” (Mangunwijaya 2007 : 90).

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah naluri kemanusiaan seorang Teto

timbul, saat melihat keadaan Atik dan merasa ingin terus melindungi.

Kutipan :

“Aku lelaki KNIL yang sekasar dan sehebat itu di muka kompiku, aku

tidak tahan merasakan penderitaan ditinggal oleh seorang ibu dan

seorang adik perempuan. Keduanya kaum yang rapuh, tetapi entah begitu

kuasa justru mereka itu karena kerapuhan mereka. Aku teringat Mayoor

Verburggen, yang pernah berantakan mengalami penderitaan kekasih

diambil orang lain. Sampai ia jadi bajingan, menurut katanya sendiri.

Apakah aku akan menerima balasan Karma dan menjadi bajingan juga?”

(Mangunwijaya 2007 : 92)

Penjelasan :
66

Maksud dari kutipan di atas adalah Teto tidak tega merasakan

penderitaannya ditinggalkan oleh ibu dan adik perempuannya, karena Teto

khawatir mereka berdua tidak dapat menjaga dirinya sendiri, sebab mereka

perempuan yang patut dilindungi.

Kutipan :

“Negeri ini sudah kehilangan kepribadiannya, atau apa istilahnya tadi

dalam kartu undangan? “Jatidiri dari bahasa citra”, Ya, kesejatian diri

sudah hilang dari masyarakat sini, yang terlalu lama dan terlalu bertubi-

tubi diserang desintegrasi politik, ekonomi maupun kebudayaan.“

(Mangunwijaya 2007 : 243)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah Teto yang merasa prihatin karena

melihat masyarakat bangsanya yang sudah mulai menghilangkan

kesejatiannya terhadap bangsanya sendiri.

b) Ingin mewujudkan cita-cita bersama

Ingin mewujudkan cita-cita bersama adalah sikap seluruh rakyat yang

merasa senasib dan sepenanggungan yang bermukim di wilayah itu.

Persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Persatuan itu

didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah negara yang

merdeka dan berdaulat.


67

Kutipan :

“Perwira tidak boleh takut. Orang takut, kebanyakan karena bodoh. Kau

pikir Papimu bodoh?”

Keras kugeleng-gelengkan kepala.

“Nah, dengar sekarang. Radio ini harus kau sembunyikan di dalam

gudang Mayor Kanagahse tetangga kita ini.” (Mangunwijaya 2007 : 34)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah mengenai usaha Brajabasuki untuk

memata-matai musuh dengan bekerja sama dengan Teto untuk

membantunya.

Kutipan :

“Maka betul disiang bolong , tepat ketika Mayor Kanagashe sedang pergi

dinas, Pak Kebon sedang mendengkur di dapur dan Tante Paulin berfoya

entah kemana, aku masuk melalui lubang dinding ke dalam kakus pelayan

yang sudah lama tak terpakai dan hanya berisi panci-panci bocor dan

gulungan sisa-sisa kawat listrik serta macam-macam loakan bekas milik

keluarga mayor Belanda dulu. Radio papi kuletakkan di atas langit-langit

kakus, dan kabel penyadap dengan teliti serba tersembunyi kupasang

masuk ke dalam halaman kami. Seandainya kabel itu kelihatan, pasti tidak

ada orang yang akan menaruh curiga.” (Mangunwijaya 2007 : 35)


68

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah Teto yang juga turut membantu

ayahnya agar bisa memata-matai Jepang demi keselamatan semuanya dan

mementingkan kepentingan untuk masyarakat.

Kutipan :

“Bu Antana tidak tahu banyak tentang bintang-bintang politik masa baru,

maklumlah ia terlalu orang pingitan puri ningrat. Tetapi dalam satu

perkara seluruh keluarga bersatu teguh: mereka tidak senang ada Jepang.

Artinya ada kaum militer kejam itu. Suaminya selalu berkata : “Kita

harus membedakan antara Jepang sebagai bunga kebudayaan yang

tinggi, seperti Cina, India, Arab, dan lain-lain, dari pihak lain” :

kekejaman para kaum samurai itu.” (Mangunwijaya : 2007. Hlm 45)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah terlihat keluarga Bu Ananta yang tidak

senang akan keberadaan penjajah di Negeri ini, maka dari itu keluarga Bu

Ananta bersatu teguh untuk melawan penjajah.

Kutipan :

“Tetapi tenang Verbruggen mengatakan, bahwa “untuk saat ini, yang

paling penting ialah, para wanita dan anak-anak kita harus dievakuasi

selamat, dengan jalan apapun, halal atau tidak halal” (Mangunwijaya :

2007. Hlm 103)


69

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah merupakan tindakan Mayor

Verbruggen yang ingin mewujudkan cita-cita bersama dalam

menyelamatkan wanita, anak kecil dalam perang kala itu.

Kutipan :

“Sejak Ayah tersayang gugur, Atik dan Bu Ananta bersepakat untuk

berbakti di desa, di antara para gerilyawa.” (Mangunwijaya : 2007. Hlm

165)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah tindakan Atik yang ingin mewujdukan

cita-cita bersama dengan mengabdi di sebuah desa dalam suatu

peperangan.

Kutipan :

“Tanpa dapur umum perjuangan para gerilyawan mustahillah. Dan selalu

saja ada pekerjaan atau tugas mendadak yang lekas-lekas harus

diselesaikan.” (Manguwijaya : 2007. Hlm 166)

Penjelasan :
70

Maksud dari kutipan di atas adalah untuk melewati peperangan mustahil

apabila tidak adanya dapur umum yang didirikan Atik, semata-mata karena

ingin mewujdukan cita-cita bersama dalam peperangan.

Kutipan :

“Jati diri atau innerlichkeit dalam bahasa Jerman, suatu sumber

kesadaran-diri di dalam lubuk kedalaman hakekat kita yang masih serba

misteri ini, ternyata tidak hanya ditemukan di dalam manusia. Ternyata

dari perilaku burung-burung manyar tadi sudah terbaca segala itu.”

(Mangunwijaya : 2007. Hlm 253)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah yang menunjukkan perkembangan

kehidupan manusia yang menjadi latar belakang munculnya nasionalisme

berproses dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat. Kemudia secara

komulatif menciptakan kondisi subyektif dan kondisi obyektifyang

mendukung munculnya nasionalisme. Pengalaman menunjukkan bahwa

langkah pertama kea rah nasionalisme adalah hadirnya kaum terpelajar

dalam masyarakat yang kemudian secara perlahan mendominasi bidang-

bidang kehidupan lainnya.

c) Siap berkorban
71

Siap berkorban adalah sikap bersedia dengan senang hati, dan tidak

mengharapkan imbalan dan memberikan segala sesuatu yang dimilki

sekalipun yang dapat menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri.

Kutipan :

“Betapa besar risikonya. Dari Mami kudengar Papi tidak atau lebih tepat

belum tertangkap. Amir Syarifudinlah yang tertangkap. Dengan beberapa

kawan lain. Maka segera setelah pada suatu petang teman Papi datang

membawa berita, langsung pada malam harinya Papi sendiri seperti

maling mengambil radio itu. Dan pagi-pagi benar Mami diantar ke puri

Hendraningrat. Tetapi dengan dalih cari kerja Papi lalu menghilang. Ia

ingin membebaskan keluarga Hendradiningrat dari segala risiko.”

(Mangunwijaya 2007 : 36)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah Brajabasuki yang nekat mengambil

sendiri radio yang pernah Ia taruh di rumah lawannya yaitu Jepang karena

ingin membebaskan keluarga Hendradiningrat dari segala resiko.

Kutipan :

“Begitu Kenpitai memborgol Papi. Jasa dan tanda cinta terakhir dari

Papi pada Mami hanyalah kata-kata tegas kepada Kenpitai agar

membebaskan Mami yang tidak bersalah sedikitpun. Dan Mami

dibebaskan.” (Mangunwijaya 2007 : 39)


72

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah Brajabasukki bersedia ditangkap oleh

Jepang dengan syarat asalkan Jepang tidak menangkap Marice yang tidak

bersalah.

Kutipan :

”Pokoknya Mami mendapat ultimatum dari Kepala Kenpeitai yang

berwenang atas nasib Papi. Mami boleh pilih: papi mati atau mami suka

menjadi gundiknya. Mami memilih yang akhir dan mami tidak mau segala

kenyataan dirinya ditutup-tutupi.” (Mangunwijaya 2007 : 42)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah pengorbanan Marice yang diberikan

kepada suaminya dengan bersedia mejadi gundik tentara Jepang.

Kutipan :

“Sejak itu, aku bersumpah untuk mengikuti jejak Papi: menjadi KNIL,

membebaskan negeri yang indah ini dengan rakyatnya yang bodoh,

pengecut tetapi baik hati itu, segala orang di kolong jembatan dan mental-

mental serba kampungan dari hasutan dan pengaruh jahat yang menyebut

diri nasionalis. “ (Mangunwijaya 2007 : 42)

Penjelasan :
73

Maksud dari kutipan di atas adalah setelah kejadian pasukan Jepang

menangkap Mami dan Papinya. Teto berjanji akan mengikuti jejak papinya

sebagai KNIL siap berkorban dan membela yang benar.

Kutipan :

“Mayoor, “ kataku sambil makan “Aku mohon diperbolehkan masuk

Tentara Kerajaan.” (Mangunwijaya 2007 : 64)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah Teto memohon untuk diperbolehkan

masuk tentara kerajaan atau tentara NICA untuk membela yang mana yang

benar dan mana yang salah dalam peperangan ini.

Kutipan :

“Para serdaduku berteriak-teriak karena darah mereka sudah mendidih.

Tetapi entahlah, yang satu orang itu, harus kuakui begitu memancarkan

kepribadiannya, sehingga ku seolah-olah lumpuh. Yang dua lainnya

tampak agak pucat dan gugup, tetapi yang mengaku perdana menteri itu

hanya tenang, senyum dikulum. “ (Mangunwijaya 2007 : 74)

Penjelasan :

Maksud dai kutipan di atas adalah para serdadu sudah gigih ingin

berperang melawan Jepang. Namun Teto masih menahan serdadunya

untuk bergerak. Semangat siap berkorban mereka sudah menyala.


74

Kutipan :

“Biar aku anak kolong, anak ruang di bawah ranjang! Dalam arti yang

baru yang lebih pahit, tetapi dengan kebanggan. Anak kolong dan kaum

ksatria hanya hidup dari kebanggan, bukan dari uang, tetapi karena telah

berbuat berani. Akan kubuktikan, bahwa darah perwira masih mengalir di

dalam urat-uratku, dan bahwa keindoan Mamiku adalah infuse darah

baru bagi bangsa Inlander yang mengalami situasi serba baru sesudah

revolusi politik dan revolusi bersenjata dulu.” (Manguwijaya : 2007. Hlm

231)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah bahwa kesediaan Teto mempertaruhkan

nyawanya demi revolusi bangsa Indonesia.

Kutipan :

“Saya tidak berani memastikan apakah ini disengaja atau hanya karena

kekeliruan tak sengaja. Tetapi dalam model persamaan dasar yang

dipakai baterai komputer dalam perhitungan-perhitungan produksi dan

kewajiban-kewajiban pembayaran sharing kepada negara-negara tuan-

rumah yang memiliki wilayah sumur-sumur minyak, saya temukan suatu

kekeliruan penyusunan model perhitungan computer, dan tuan tahu,


75

komputer memang hebat tak terperi kalau disuruh menghitung dan

memeberitahukan output yang begitu kompleks dengan sekian ribu

variabel dan faktor. Akan tetapi semua perhitungan itu tergantung dari

suatu syarat mutlak. “ (Mangunwijaya 2007 : 211)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah tindakan Teto yang berani

membongkar semua kebusukan Belanda dalam perhitungan komputer

yang sengaja dibuat salah oleh parah penjajah Belanda. Dan Teto sengaja

membocorkan hal tersebut untuk membela Negara Indonesia.

Kutipan :

“Aku dulu masuk KNIL tidak untuk mencari gaji serdadu. Bukan juga

demi petualangan tentara sewaan belaka. Aku memerangi kalian sebagai

pembalasan dendam ibuku, yang mengandungku dan yang dirusak

kandungannya oleh Jepang. “ (Mangunwijaya 2007 : 299)

Penjelasan :

Maksud dari kutipan di atas adalah pengorbanan Teto untuk membalaskan

dendam terhadap sakit hati yang di alaminya disebabkan tentara Jepang

yang telah menculik Mami dan Papinya.


76

Anda mungkin juga menyukai