Anda di halaman 1dari 54

I.

Sifat Unsur-Unsur Utama

A. Halogen

a. Sifat Kimia Halogen


1) Halogen merupakan golongan yang sangat reaktif dalam menerima elektron dan
bertindak sebagai oksidator kuat dalam satu golongan. Makin ke atas, oksidator
makin kuat.
2) Keelektronegatifan halogen dalam satu golongan makin ke atas makin besar.
Unsur yang paling elektronegatif dibanding unsur lain dalam sistem periodik adalah
fluor (perhatikan data keelektronegatifan).
3) Jari-jari atom halogen dalam satu golongan makin ke atas makin kecil (perhatikan
data). Ini berarti makin ke atas ukuran molekul makin kecil, maka gaya tarik-menarik
antar-molekul (gaya Van der Waals) akan makin kecil. Perhatikan juga titik didih dan
titik lelehnya, makin ke atas makin kecil.

Unsur halogen sangat berbahaya terhadap mata dan tenggorokan. Unsur halogen
mempunyai bau yang merangsang dan berwarna. Walaupun brom berwujud cair,
tetapi brom mudah sekali menguap. Begitu juga iodium, mudah sekali menyublim.

4) Unsur golongan halogen bersifat oksidator. Urutan kekuatan oksidator halogen


dapat dilihat dari data potensial reduksinya:
F2 + 2 e —> 2 F– ; E° = +2,87 V
Cl2 + 2 e —>2 Cl– ; E° = +1,36 V
Br2 + 2 e —>2 Br– ; E° = +1,07 V
I2 + 2 e —> 2 I– ; E° = +0,54 V
Berdasarkan data tersebut, makin ke atas, daya oksidasinya (oksidator) makin kuat.
Data ini dapat digunakan untuk memperkirakan apakah reaksi halogen dengan
senyawa halida dapat berlangsung atau tidak. Caranya dengan menghitung
potensial sel, jika harga potensial sel positif berarti reaksi berlangsung dan jika harga
potensial sel negatif berarti reaksi tidak berlangsung.

5) Mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu, kecuali fluor.

B. Sifat Fisika Halogen

II. Gas Mulia

Unsur-unsur gas mulia dalam sistem periodik menempati


golongan VIII A yang terdiri dari unsur Helium (He), Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton
(Kr), Xenon (Xe) dan Radon (Rn). Struktur elektron terluar gas mulia yang oktet (8)
(kecuali helium duplet (2)) merupakan struktur yang paling stabil, oleh karena itu
gas mulia sukar bereaksi dengan unsur lain sehingga disebut gas inert (lamban).
Pada tahun 1962 Neil Bartlett berhasil mensintesis senyawa gas mulia yaitu XePtF6.
Dalam waktu yang singkat ahli kimia yang lain menunjukkan bahwa Xenon dapat
bereaksi langsung dengan Fluor membentuk XeF2, XeF4, dan XeF6. Sejak saat itu
istilah inert tidak lagi sesuai dan para ahli kimia mulai menyebut dengan golongan
gas mulia.

1. Sifat Gas Mulia

@Wujud gas mulia


Unsur gas mulia terdapat sebagai gas tak berwarna yang monoatomik, ini erat
kaitannya dengan struktur elektron oktet dan duplet dari gas mulia. Sedangkan
wujud gas pada suhu kamar disebabkan titik cair dan titik didih gas mulia yang
rendah.
@Titik cair dan titik didih
Titik cair dan titik didih gas mulia meningkat dengan bertambahnya nomor atom. Hal
ini disebabkan semakin bertambahnya gaya dispersi antar atom gas mulia sesuai
bertambahnya massa atom relatif (Ar).
@Kelarutan
Kelarutan gas mulia dalam air bertambah besar dari Helium (He) hingga Radon (Rn).
Pada suhu 0 °C dalam 100 ml air terlarut 1 ml He, 6 ml Ar, dan 50 ml Rn.
@ Unsur-unsur gas mulia mengandung 8 elektron pada kulit terluarnya kecuali He
mengandung 2 elektron.
@ Energi ionisasinya sangat tinggi, akibatnya unsurunsur gas mulia sukar bereaksi
dengan unsurunsur lainnya.
@ Molekul gas mulia monoatomik.

C. Alkali
1. Sifat Fisis Alkali

Dapat dilihat bahwa sebagai logam, golongan alkali tanah mempunyai sifat
yang tidak biasa, yaitu titik lelehnya yang relatif rendah, rapatannya yang relatif
rendah, dan kelunakannya. Semua unsur logam alkali ini dapat dengan mudah
diubah bentuknya dengan memencetnya di antara jempol dan jari telunjuk (dengan
melindungi kulit baik-baik). Unsur-unsur pada golongan ini mempunyai energi
ionisasi dan keelektronegatifan ratarata yang paling rendah. Hal ini dikarenakan
ukuran atom dan jarak yang relatif besar antara elektron terluar dengan inti

2. Sifat Kimia Alkali

III. Logam Alkali Tanah


1.Sifat Fisis Alkali Tanah

Unsur logam alkali tanah (IIA) ini terdiri dari Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra.
Golongan ini mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan golongan IA. Perbedaannya
adalah bahwa golongan IIA ini mempunyai konfigurasi elektron ns2 dan merupakan
reduktor yang kuat. Meskipun lebih keras dari golongan IA, tetapi golongan IIA ini
tetap relatif lunak, perak mengkilat, dan mempunyai titik leleh dan kerapatan lebih
tinggi.

Unsur-unsur logam alkali tanah agak lebih keras, kekerasannya berkisar


dari barium yang kira-kira sama keras dengan timbal, sampai berilium yag cukup
keras untuk menggores kebanyakan logam lainnya. Golongan ini mempunyai
struktur elektron yang sederhana, unsur-unsur logam alkali tanah mempunyai 2
elektron yang relatif mudah dilepaskan. Selain energi ionisasi yang relatif rendah,
keelektronegatifan rata-rata golongan ini juga rendah dikarenakan ukuran atomnya
dan jarak yang relatif besar antara elektron terluar dengan inti

2. Sifat Kimia Alkali Tanah


D. Unsur Perioda Ketiga

Sifat Fisika dan Kimia

@Sifat Fisika Unsur-unsur Periode Ketiga


Unsur-unsur yang ada di dalam periode ketiga terdiri dari unsur logam (Na, Mg, Al),
metaloid (Si), nonlogam (P, S, Cl), dan gas mulia (Ar). Keelektronegatifan unsur-unsur
periode ketiga semakin ke kanan semakin besar diakibatkan oleh jari-jari atomnya
yang semakin ke kanan semakin kecil. Kekuatan ikatan antaratom dalam logam
meningkat (dari Na ke Al). Hal ini berkaitan dengan pertambahan elektron
valensinya. Silikon merupakan semikonduktor/isolator karena
termasuk metaloid. Unsur ini mempunyai ikatan kovalen yang sangat besar, begitu
juga dengan fosfor, belerang, dan klorin yang merupakan isolator karena termasuk
unsur nonlogam (Sumber: http://www.chem-is-try.org).
@Sifat Kimia Unsur-unsur Periode Ketiga
Natrium merupakan reduktor terkuat, sedangkan klorin merupakan oksidator
terkuat. Meskipun natrium, magnesium, dan aluminium merupakan reduktor kuat,
tetapi kereaktifannya berkurang dari Na ke Al. Sedangkan silikon merupakan
reduktor yang sangat lemah, jadi hanya dapat bereaksi dengan oksidator-oksidator
kuat, misalnya klorin dan oksigen. Di lain pihak selain sebagai reduktor, fosfor juga
merupakan oksidator lemah yang dapat mengoksidasi reduktor kuat, seperti logam
aktif. Sedangkan belerang yang mempunyai daya reduksi lebih lemah daripada
fosfor ternyata mempunyai daya pengoksidasi lebih kuat daripada fosfor. Sementara
klorin dapat mengoksidasi hampir semua logam dan nonlogam karena klorin adalah
oksidator kuat.Unsur-unsurperiode ketiga, yaitu NaOH, Mg(OH)2, Al(OH)3, H2SiO3,
H3PO4, H2SO4, dan HClO4.

Sifat hidroksida unsur-unsur periode ketiga tergantung pada energi


ionisasinya. Hal ini dapat dilihat dari jenis ikatannya. Jika ikatan M – OH bersifat ionik
dan hidroksidanya bersifat basa karena akan melepas ion OH– dalam air, maka
energi ionisasinya rendah. Tetapi jika ikatan M – OH bersifat kovalen dan tidak lagi
dapat melepas ion OH–, maka energi ionisasinya besar. NaOH tergolong basa kuat
dan mudah larut dalam air, Mg(OH)2 lebih lemah daripada NaOH tetapi masih
termasuk basa kuat. Namun Al(OH)3 bersifat amfoter, artinya dapat bersifat asam
sekaligus basa. Hal ini berarti bila Al(OH)3 berada pada lingkungan basa kuat, maka
akan bersifat sebagai asam, sebaliknya jika berada pada lingkungan asam kuat,
maka akan bersifat sebagai basa. Sedangkan H2SiO3 atau Si(OH)4, merupakan asam
lemah dan tidak stabil, mudah terurai menjadi SiO2 dan H2O. Begitu pula dengan
H3PO4 atau P(OH)5 yang juga merupakan asam lemah. Sementara H2SO4 atau
S(OH)6 merupakan asam kuat, begitu juga HClO4 atau Cl(OH)7 yang merupakan
asam sangat kuat.

E. Unsur Transisi
Pada sistem periodik unsur, yang termasuk dalam golongan transisi adalah
unsur-unsur golongan B, dimulai dari IB – VIIB dan VIII. Sesuai dengan pengisian
elektron pada subkulitnya, unsur ini termasuk unsur blok d, yaitu unsur-unsur
dengan elektron valensi yang terletak pada subkulit d dalam konfigurasi elektronnya.
Pada bagian ini unsur-unsur transisi yang akan dibahas adalah unsur transisi pada
periode 4, yang terdiri dari skandium (Sc), titanium (Ti), vanadium (V), krom (Cr),
mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co), nikel (Ni), tembaga (Cu), dan seng (Zn).
1. Sifat Logam Transisi
Semua unsur transisi adalah logam, yang bersifat lunak, mengkilap, dan penghantar
listrik dan panas yang baik. Perak merupakan unsur transisi yang mempunyai
konduktivitas listrik paling tinggi pada suhu kamar dan tembaga di tempat kedua.
Dibandingkan dengan golongan IA dan IIA, unsur logam transisi lebih keras, punya
titik leleh, titik didih, dan kerapatan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena unsur
transisi berbagi elektron pada kulit d dan s, sehingga ikatannya semakin kuat.

2. Bilangan Oksidasi
Tidak seperti golongan IA dan IIA yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +1 dan
+2, unsur-unsur logam transisi mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Seperti
vanadium yang punya bilangan oksidasi +2, +3, dan +4.

3. Sifat Kemagnetan
Setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu paramagnetik, di mana
atom, molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan magnet karena ada
elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya dan diamagnetik, di mana atom,
molekul, atau ion dapat ditolak oleh medan magnet karena seluruh elektron pada
orbitnya berpasangan. Sedangkan pada umumnya unsur-unsur transisi bersifat
paramagnetik karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada orbital-
orbital d-nya. Sifat paramagnetik ini akan semakin kuat jika jumlah elektron yang
tidak berpasangan pada orbitalnya semakin banyak. Logam Sc, Ti, V, Cr, dan Mn
bersifat paramagnetik, sedangkan Cu dan Zn bersifat diamagnetik. Untuk Fe, Co, dan
Ni bersifat feromagnetik, yaitu kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya saja
dalam keadaan padat.

4. Ion Berwarna
Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan
timbulnya warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi karena elektron dapat
bergerak ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar tampak. Pada
golongan transisi, subkulit 3d yang belum terisi penuh menyebabkan elektron pada
subkulit itu menyerap energi cahaya, sehingga elektronnya tereksitasi dan
memancarkan energi cahaya dengan warna yang sesuai dengan warna cahaya yang
dapat dipantulkan pada saat kembali ke keadaan dasar. Misalnya Ti2+ berwarna
ungu, Ti4+ tidak berwarna, Co2+ berwarna merah muda, Co3+ berwarna biru, dan
lain sebagainya.
Beberapa kegunaan unsur-unsur transisi
a. Skandium, digunakan pada lampu intensitas tinggi.
b. Titanium, digunakan pada industri pesawat terbang dan industri kimia (pemutih
kertas, kaca, keramik, dan kosmetik).
c. Vanadium, digunakan sebagai katalis pada pembuatan asam sulfat.
d. Kromium, digunakan sebagai plating logam-logam lainnya.
e. Mangan, digunakan pada produksi baja dan umumnya alloy manganbesi.
f. Besi, digunakan pada perangkat elektronik.
g. Kobalt, digunakan untuk membuat aliansi logam.
h. Nikel, digunakan untuk melapisi logam supaya tahan karat, membuat monel.
i. Tembaga, digunakan pada alat-alat elektronik dan perhiasan.
j. Seng, digunakan sebagai bahan cat putih, antioksidan pada pembuatan ban mobil,
dan bahan untuk melapisi tabung gambar televisi.

Warna Unsur Transisi Beserta Bilangan Oksidasi nya

1. Unsur Golongan Utama


GAS MULIA DAN HALOGEN
STANDAR KOMPETENSI
Memahami karakteristik unsur-unsur penting,kegunaan serta terdapatnya di alam

KOMPETENSI DASAR
1. Mengidentifikasi kelimpahan unsur-unsur utama dan produk yang
mengandung unsur tersebut.
2. Mendeskripsikan kecendrungan sifat-sifat fisik dan sifat kimia unsur utama
dan unsur transisi.
3. Menjelaskan manfaat, dampak dan proses pembuatan unsur, unsur dan
senyawanya dalam kehidupan.
INDIKATOR
1. Mengidentifikasi keberadaaan unsur-unsur gas mulia dan halogen
2. Mengidentifikasi produk-produk yang mengandung unsur gas mulia dan
halogen
3. Mengidentifikasi sifat-sifat fisik gas mulia dan halogen
4. Mengidentifikasi sifat-sifat kimia gas mulia
5. Menjelaskan manfaat serta dampak dari unsur gas mulia
6. Menjelaskan proses pembuatan unsur dari senyawa gas mulia dan halogen
A. GAS MULIA

Unsur gas mulia adalah unsur-unsur yang terdapat pada golongan VIII A sistem
periodik, yaitu helium (He), neon (Ne), argon (Ar), kripton (Kr), ksenon (Xe) dan
radon (Rn). Kelompok ini disebut gas mulia karena sifatnya yang sukar bereaksi.
Unsur-unsur gas mulia, kecuali helium mengandung delapan elektron di kulit
terluar, sehingga bersifat stabil. Kestabilan gas-gas mulia ini sempat membuat para
ahli kimia yakin bahwa gas mulia benar-benar tidak dapat dan tidak mungkin
membentuk senyawa, dan itulah sebabnya sering dinamai gas-gas lembam (inert
gases)

1. Sifat-sifat gas mulia


Unsur-unsur gas mulia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau. Gas mulia adalah satu-satunya kelompok gas yang partikel-partikelnya
berwujud atom tunggal (monoatomik).

Argon, kripton dan xenon sedikit larut dalam air, sebab atom-atom gas mulia ini
dapat terperangkap dalam rongga-rongga kisi molekul air. Struktur semacam ini
disebut klatrat

Beberapa data tentang gas mulia dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No Sifat-sifat He Ne Ar Kr Xe Rn

1 4 20 40 84 131 222
Massa atom
2 Jari-jari atom 93 113 154 169 190 225
(pikometer)
3 Energi ionisasi 2640 2080 1520 1350 1170 1040
(Kj/mol)
10,0
4 Kerapatan 0,18 0,90 1,80 3,75 3,80 0
(Kg/m ) 3

5 -269 -246 -186 -153 -108 -62


Titik didih ( C)
0

6 Titik leleh/beku -272 -249 -189 -157 -112 -71


( C)
0

Dari tabel di atas dapat disimpulkan


1. Gas-gas mulia memiliki harga energi ionisasi yang besar, bahkan terbesar dalam
masing-masing deret seperiode. Hal ini sesuai dengan kestabilan struktur elektron
gas-gas mulia yang sangat sukar membentuk senyawa

2. Dari atas ke bawah energi ionisasi mengalami penurunan, hal ini dapat
menerangkan mengapa gas-gas mulia yang letaknya lebih bawah mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk membentuk senyawa.

3. Makin ke bawah letaknya, gas mulia memiliki harga kerapatan, titik didih dan
titik leleh yang makin besar. Hal ini sesuai dengan konsep ikatan, bahwa gaya tarik
Van Der Walls antar partikel akan bertambah besar apabila jumlah elektron peratom
bertambah.

2. Gas mulia di alam


Gas-gas mulia terdapat di atmosfer dalam jumlah yang relatuf sedikit. Sebagaimana
kita ketahui, atmosfer kita didominasi oleh gas-gas nitrogen (N ) dan oksigen (O )
2 2

yang masing-masing meliputi 78% dan 21% volume udara.


Kandungan Gas-Gas Mulia dalam Udara

No Gas mulia Persentase volume udara


1 Helium
5,24 x 10‾ 4

2 Neon
1,82 x 10‾ 3

3 Argon 0,934

4 Kripton
1,14 x 10‾ 4

5 Xenon
8,70 x 10‾ 6

6 Radon
6 x 10‾ 14

Dari tabel di atas, nampak jelas bahwa gas mulia yang paling banyak dijumpai di
atmosfer adalah argon, menduduki peringkat ke 3 setelah nitrogen dan oksigen.
Akan tetapi, gas mulia yang paling banyak terdapat di alam semesta adalah helium.
Unsur helium bersama-sama dengan unsur hidrogen merupakan komponen utama
dari matahari dan bintang-bintang.

Semua gas mulia kecuali radon, dapat diperoleh dengan cara mencairkan udara,
kemudian komponen-komponen udara cair ini dipisahkan dengan destilasi
bertingkat. Hal ini dimungkinkan sebab gas mulia memiliki titik didih yang berbeda-
beda.
Argon dapat diperoleh dengan memanaskan udara dan kalsium karbida (CaC ). 2

Nitrogen dan oksigen di udara akan diikat oleh CaC sehingga pada udara kita
2,

memperoleh argon.
CaC + N → CaCN + C
2 2 2

2CaC + O → CaO + 4C
2 2

Helium dapat dijumpai dalam kadar yang cukup tinggi pada beberapa sumber gas
alam, sebagai hasil peluruhan bahan-bahan radioaktif. Adapun radon hanya
diperoleh dari peluruhan radioaktif unsur radium berdasarkan reaksi inti berikut :

226 222 4

88Ra → Rn + He 86 2

3. Kegunaan gas mulia


1. Helium

Helium digunakan sebagai pengisi balon


meteorologi maupun kapal balon karena gas ini mempunyai rapatan yang paling
rendah setelah hidrogen dan tidak dapat terbakar. Dalam jumlah besar helium
digunakan untuk membuat atmosfer inert, untuk berbagai proses yang terganggu
oleh udara misalnya pada pengelasan. Campuran 80% helium dengan 20% oksigen
digunakan untuk mennggantikan udara untuk pernafasan penyelam dan orang lain
yang bekerja di bawah tekanan tinggi.
2. Neon

Neon digunakan untuk membuat lampu-lampu


reklame yang memberi warna merah. Neon cair juga digunakan sebagai pendingin
untuk menciptakan suhu rendah, juga digunakan untuk membuat indikator
tegangan tinggi, penangkal petir dan tabung-tabung televisi.
3. Argon
Argon dapat digunakan sebagai pengganti
helium untuk menciptakan atmosfer inert. Juga digunakan untuk pengisi lampu
pijar karena tidak bereaksi dengan kawat wolfram yang panas sampai putih, tidak
seperti nitrogen atau oksigen
4. Kripton
Kripton digunakan bersama-sama dengan argon untuk pengisi lampu
fluoresensi (lampu tabung). Juga untuk lampu kilat fotografi berkecepatan tinggi.
Salah satu spektrumnya digunakan sebagai standar panjang untuk meter.

5. Xenon

Xenon digunakan dalam pembuatan tabung


elektron. Juga digunakan dalam bidang atom dalam ruang gelembung.
B. HALOGEN

Golongan halogen meliputoi flourin (F), klorin


(Cl), bromin (Br), iodin (I) dan astatin (At). Nama “halogen” berasal dari bahasa
Yunani yang artinya “pembentuk garam”. Dinamakan demikian karena unsur-unsur
tersebut dapat bereaksi dengan logam membentuk garam. Misalnya klorin bereaksi
dengan natrium membentuk natrium klorida (NaCl), yaitu garam dapur. Dalam
sistem periodik, unsur halogen terdapat pada golongan VII A, mempunyai 7 elektron
valensi pada subkulit ns np . Konfigurai elektron yang demikian membuat unsur-
2 5

unsur halogen sangat reaktif. Halogen cenderung menyerap satu elektron


membentuk ion bermuatan negatif satu.
1. Kelimpahan unsur halogen di alam
Pada umumnya halogen di alam dijumpai dalam bentuk senyawa halida. Flourin
ditemukan dalam mineral-mineral pada kulit bumi : Flourspar (CaF ) dan kriolit 2

(Na AlF ). Klorin, bromin dan iodin terkandung pada air laut dalam bentuk garam-
3 6

garam halida dari natrium, magnesium, kalium dan kalsium. Garam halida yang
paling banyak adalah NaCl, meliputi 2,8% berat air laut. Jika ditinjau dari harga
kemolaran, banyaknya ion halida pada air laut : 0,53 M Cl‾, 8 x 10‾ M Br‾, 5 x 4

10‾ M I‾.
7

Di daerah Chili, Amerika serikat, iodin ditemukan dalam jumlah berlimpah sebagai
garam natrium iodat (NaIO ). Beberapa sumber air di negara kita ternyata
3

mengandung natrium iodida (NaI) dalam kadar yang cukup tinggi, misalnya di
Watudakon (Mojokerto). Beberapa jenis lumut dan ganggang laut mengandung
senyawa iodin. Unsur astatin tidak dijumpai di alam, sebab bersifat radioaktif.
Ion halida dalam tubuh manusia
Ion klorida merupakan anion terbanyak yang dikandung oleh plasma darah, cairan
tubuh, air susu, air mata, air ludah dan cairan eksresi. Juga getah lambung
mengandung 0,37% HCl untuk membantu pencernaan makanan.

Ion iodida dikandung oleh kelenjar tiroid dan merupakan komponen yang
diperlukan untuk membuat hormon tiroksin C H O NI ). Ion flourida diperlukan
15 11 4 4

untuk mencegah kerusakan gigi, sebab F‾ merupakan komponen pembuat bahan


perekat Fluoroapatit [Ca (PO ) F)] yang tedapat pada lapisan email gigi kita.
5 4 3

2. Sifat-sifat halogen
• Sifat fisik
Sifat fisik unsur halogen dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Sifat-sifat fisik halogen

Flourin Klorin Bromin Iodin Astatin


Sifat-sifat
133 180 195 215 –
Jari-jari atom (ppm)
71 99 114 133 145
Jari-jari kovalen

Energi ionisasi 1680 1250 1140 1008 912


(KJ/mol)
4 3 2,8 2,5 2,2
Keelektronegatifan
Afinitas elektron -328 -349 -325 -295 -270
(KJ/mol)
1696 3214 3110 49630 –
Kerapatan (Kg/m ) 3

-220 -10 7,2 114 –


Titik leleh( C) 0

-180 -35 59 184 337


Titik didih( C) 0

+2,87 +1,36 +1,065 +0,535 –


Potensial reduksi
• Sifat kimia
Kereaktifan unsur non logam dapat dikaitkan dengan kemampuan menarik elekrtron
membentuk ion negatif, semakin negatif nilai afinitas elektron menunjukkan
semakin besar kecenderungan menarik elektron, berarti kereaktifan bertambah.
Kereaktifan halogen menurun dari flourin ke iodin.

Reaksi dengan logam

Halogen bereaksi dengan kebanyakan logam

Contoh :

2Al + 3 Br → 2 AlBr 2 3

2Fe + 3 Cl → 2 FeCl 2 3

Cu + F → CuF
2 2

Reaksi dengan hidrogen

Semua halogen bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrogen halide (HX)

H +X 2 → 2HX
2

Reaksi dengan nonlogam dan metaloid tertentu. Contoh

Si + 2X → SiX 2 4

2B + 3X → 2BX 2 3

P + 6X → 4PX
4 2 3

P + 10X → 4PX
4 2 5

Reaksi dengan hidrokarbon (reaksi subsitusi)

Contoh

CH + Cl → CHCl + HCl
4 2 3

Flourin bereaksi hebat, tetapi iodin tidak bereaksi


Reaksi dengan air

Flourin bereaksi hebat dengan air mebentuk HF dan membebaskan oksigen

F + H O → 2HF + O
2 2 2

Halogen lainnya mengalami reaksi disproporsionasi dalam air menurut


kesetimbangan berikut

X +HO
2 2 HX + HXO
Reaksi dengan basa

Klorin, bromin dan iodin mengalami reaksi disproporsionasi

Contoh : Cl + 2NaOH → NaCL + NaClO + H O


2(g) (aq) (aq) (aq) 2 (l)

Reaksi antar halogen, reaksinya secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut:

X + nY → 2XY
2 2 n

Y = halogen yang lebih elektronegatif

n = 1,3,5 dan 7

Daya oksidasi halogen

Oleh karena unsur halogen mudah menangkap elektron (mengalami reduksi) maka
unsur halogen merupakan zat pengoksidasi (oksidator) yang kuat. Daya oksidasi
halogen meningkat dengan berkurangnya nomor atom. Itulah sebabnya suatu unsur
halogen dapat mengoksidasi halogen lain di bawahnya, tetrapi tidak mampu
mengoksidasi halogen yang di atasnya.

Contoh : F +2 Cl‾ → 2F‾ + Cl


2 2

Br + 2I‾ → I + 2Br‾
2 2

Halogen dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi -1, +1, +3, +5 dan +7. oleh
karena keelektronegatifan unsuir halogen sangat besar, maka pada umumnya
halogen dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi -1. bilangan oksidasi positif
hanya akan dimiliki halogen apabila ia berikatan dengan atom yang lebih
elektronegatif, misalnya oksuigen atau halogen lain yang letaknya lebih atas dalam
sistem periodik.

Klorin, bromin dan iodin dapat membentuk senyawa-senyawa oksihalogen. Flourin


tidak dapat membentuk senyawa oksihalogen sebab keelektronegatifan flourin lebih
besar daripada oksigen.

Berdasarkan jumlah atom oksigennya, asam oksihalogen mempunyai nama


sebagai berikut. misal :

No Rumus molekul Bilangan oksidasi Nama


1 HClO +1 Asam hipoklorit
2 HClO 2 +3 Asam klorit
3 HClO 3 +5 Asam klorat
4 HClO 4 +7 Asam perkl
kekuatan asam oksihalogen dapat ditentukan dengan melihat jumlah unsur
oksigen yang terikat pada asam oksihalogen tersebut. Semakin besar jumlah atom
oksigennya, semakin kuat pula asamnya. Untuk jumlah atom oksigen yang sama,
asam oksiklorin lebih kuat daripada asam oksibromin dan asam oksibromin lebih
kuat daripada asam oksiiodin. Jadi asam perklorat (HClO ) adalah asam oksihalogen
4

yang paling kuat, bahkan merupakan asam paling kuat di semua asam yang dikenal.
3. Kegunaan halogen dan senyawanya
 Flourin
1. Gas flourin (F ) terutama digunakan dalam proses pengolahan isotop uranium
2

-235 dari isotop uranium-238 melalui difusi gas


2. Asam flourida (HF), yang dapat bereaksi dengan gelas, sehingga sering
digunakan untuk mengukir (mengetra) gelas

CaSIO + 8 Hf
3(s) → H SiF + CaF + 3 H O
(aq) 2 6(aq) 2(s) 2

3. Natrium heksa flourosilikat (Na SiF ), bahan yang dicampurkan pada pasta gigi
2 6

agar gigi menjadi kuat


4. NaF, zat yang digunakan untuk mengawetkan kayu dari gangguan serangga

5. SF , sutau gas yang digunakan sebagai insulator


6

6. Kriolit (Na AlF ), bahan yang digunakan sebagai pelarut dalam pengolahan
3 6

logam Al secara elektrolisis.


7. Freon-12 (CF Cl ), senyawa yang dipakai sebagai zat pendingin pada kulkas dan
2 2

AC, serta sebagai zat pendorong pada kosmetika aerosol (spray)


8. Teflon, suatu jenis plastik tahan pans yang banyak digunakan pada peralatan
mesin

 Klorin
1. Gas Cl mempunyai sifat desinfektan, sehingga sering dialirkan pada air kolam
2

renang untuk memusnahkan kuman-kuman berbahaya.


2. Gas Cl dapat menarik timah dari kaleng bekas, membentuk SnCl kemudian
2 4

direduksi menjadi timah murni


3. HCl, digunakan untuk membersihkan permukaan logam serta untuk
mengekstraksi logam-logam tertentu dari bijihnya.

4. NaCl, dipaki sebagi garam dapur dan sebagi bahan baku pada berbagai jenis
industri kimia

5. KCl sebagai pupuk tanaman

6. NH Cl, elektrolit pengisi batu baterai


4

7. NaClO, mengoksidasi zat warna sehingga digunakan sebagai zat pengelantang


untuk kain dan kertas
8. Kalium kloart, bahan pembuat mercon dan korek api

9. Seng klorida (ZnCl ), bahan pematri (solder)


2

10. Kalsium hipoklorit (CaCOCl) disingkat kaporit, pemusnah kuman pada air
2

ledeng
 Bromin
1. NaBr, zat sedutif atau obat penenang saraf

2. AgBr, yang disuspensikan dalam gelatin untuk dipakai sebagai film fotografi

3. Metal bromida (CH Br), suatu bahan campuran zat pemadam kebakaran
3

4. Etilen dibromida (C H Br ), yang sering ditambahkan pada bensin, agar


2 4 2

senyawa Pb dalam bensin diubah menjadi PbBr , sehingga logam pb tidak


2

mengendap dalam silinder


 Iodin
1. Larutan I dalam alkohol yang disebut sebagai tingtur yodium, obat luka agar
2

tidak terkena infeksi


2. Kalium iodat (KIO ) yang ditambahkan pada garam dapur, agar tubuh kita
3

memperoleh iodin
3. Perak iodida (AgI), digunakan dalam film fotografi

SOAL
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat diantara jawaban a, b, c, d dan e!

1. Diantara gas mulia di bawah ini yang senyawanya paling banyak disintesis adalah
…….

a. Ne d. He

b. Ar e. Xe

c. Kr

2. Diantara gas mulia di bawah ini yang terbanyak di atmosfer adalah ……….

a. Ar d. He

b. Xe e. Kr

c. Ne

3. Gas mulia yang paling banyak tedapat di alam adalah………

a. Helium d. Xenon

b. Radon e. Neon
c. Kripton

4. Gas mulia yang tidak memiliki delapan elekrtron valensi adalah………

a. Radon d. Neon

b. xenon e. Argon

c. Helium

5. Pernyataan dibawah ini merupakan sifat gas mulia kecuali ………

a. Unsur-unsur yang paling stabil

b. Sukar menangkap atau melepas elektron

c. Membeku hanya beberapa derajat di bawah titik didihnya

d. Mudah bereaksi dengan unsur lain

e. Terdapat di atmosfer dalam jumlah sedikit

6. Bilangan oksidasi Xe dalam Na XeO adalah…………


4 6

a. +2 d. +8

b. +4 e. +10

c. +6

7. Senyawa xenon lebih banyak dibandingkan senyawa radon, hal ini disebabkan ….

a. Energi ionisasi xenon lebih kecil daripada radon

b. Jari-jari atom radon lebih besar daripada xenon

c. Radon merupakn unsur radioaktuf

d. Xenon jumlahnya sangat banyak di alam

e. Titik didih radon lebih rendah daripada radon

8. Gas mulia yang bersifat radioaktif adalah ……….

a. Ksenon d. Halium
b. Radon e. Argon

c. Neon

9. Dalam senyawa kripton tetraflourida, atom Kr memiliki bilangan oksidasi ….

a. -4 d. +2

b. -2 e. +4

c. +1

10. Halogen yang mempunyai sifat oksidator terkuat adalah…..

a. Flourin d. Iodin

b. Klorin e. Astatin
c. Bromin

11. Urutan asam halida yang menunjukkan titik didih semakin rendah adalah ……

a. HF – HCl – HBr – HI d. HI– HBr – HCl – HF

b. HF – HI – HBr – HCl e. HI– HF –HCl – HBr

c. HCl – HBr – HI – HF

12. Halogen yang bersifat radioaktif adalah…….

a. Flourin d. Iodin
b. Klorin e. Astatin
c. Bromin
13. Unsur klorin tidak dijumpai dalam ….….

a. Kriolit d. PUC

b. Air laut e. DDT

c. Kaporit

14. Reaksi di bawah ini yang tidak mungkin berlangsung adalah…..

a. Cl + 2Br‾
2 2Cl‾ + Br 2

b. 2I‾ + Br → 2I + 2Br‾
2

c. F + 2Cl‾ →
2 2F‾ + Cl 2
d. Br + 2F‾ →2 F + 2Br‾
2

e. 2Br‾ + F → 2F‾ + Br
2 2

15. Diantara pernyataan di bawah ini yang tidak benar dari unsur-unsur halogen
adalah …….

a. Merupakan unsur yang elektronegatif

b. Keelektronegatifan flour paling kecil

c. Iodium pada suhu kamar berwujud padat

d. Pada suhu kamar flour berwujud gas

e. Bilangan oksidasi F selalu -1

16. Senyawa yang dicampurkan ke dalam garam dapur untuk membuat garam
beryodium adalah…….

a. KO 2 3 d. NaIO3

b. NaCl e. NaIO

c. NaClO

17. Br dapat diperoleh dengan cara oksidasi…….


2

a. I dan Br‾
2 d. Br‾ dan Br 2

b. I‾ dan Br 2 e. Cl‾ dan Br2

c. Br‾ dan Cl 2

18. Halogen yang mudah menyublim adalah…….

a. F 2 d. I 2

b. Cl 2 e. At
c. Br 2

19. Neon digunakan dalam lampu-lampu reklame. Gas neon menghasilkan cahaya
berwarna …….

a. Merah d. Biru

b. Jingga e. Putih

c. Hijau

20. Dengan bertambahnya nomor atom, maka bertambah pula…..

a. Energi pengionisasinya

b. Potensial reduksi standar


c. Daya pengoksidasi

d. Keelektronegatifan

e. Jari-jari atom

SIFAT-SIFAT FISIKA DAN KIMIA UNSUR UTAMA DAN TRANSISI TERLENGKAP


SIFAT-SIFAT FISIKA DAN KIMIA UNSUR UTAMA DAN TRANSISI
oleh: Elsa Susanti
Jumlah unsur banyak sekali, baik yang alamiah maupun yang buatan. Unsur-
unsur tersebut disusun dalam tabel periodik. Unsur-unsur tersebut
dikelompokkan dalam kolom-kolom yang disebut dengan golongan dan dalam
baris yang disebut periode. Secara garis besar unsur-unsur tersebut
dibedakan atas unsur-unsur utama dan unsur-unsur transisi. Pada bab ini kita
akan mempelajari unsur-unsur utama. Unsur utama termasuk dalam golongan
A yang terdiri atas unsur logam dan unsur nonlogam. Golongan A terdiri dari
delapan golongan (I – VIII).
1. Golongan IA atau Alkali
Unsur-unsur pada golongan IA dalam tabel periodik dikenal juga dengan nama
unsur alkali, karena semua anggotanya bereaksi dengan air membentuk
larutan alkali. Anggota golongan alkali dari atas ke bawah berturut turut
adalah litium (Li), natrium (Na), kalium (K), rubidium (Rb), sesium (Cs), dan
fransium (Fr). Unsur-unsur alkali disebut juga logam alkali. Unsur alkali
memiliki ukuran yang lebih besar di antara unsur-unsur dalam satu periode.
Unsur-unsur ini mempunyai energi ionisasi kecil.
Energi ionisasi merupakan energi yang diperlukan untuk melepaskan satu
elektron pada kulit terluar. Makin besar nomor atom, energi ionisasinya makin
berkurang. Hal ini karena semakin besar nomor atom berarti semakin jauh
jarak elektron terluar dengan inti atom sehingga makin mudah lepas.
Unsurunsur alkali mempunyai keelektronegatifan kecil. Oleh karena itu unsur
alkali membentuk senyawa ion.
a. Sifat Fisika
Unsur-unsur golongan ini hanya mempunyai satu elektron valensi yang terlibat
dalam pembentukan ikatan logam. Oleh karena itu, logam ini mempunyai
energi kohesi yang kecil yang menjadikan logam golongan ini lunak.
Contohnya logam natrium yang lunak sehingga dapat diiris dengan pisau. Hal
ini juga mengakibatkan makin berkurangnya titik leleh dan titik didih unsur-
unsur alkali.
Unsur-unsur alkali adalah reduktor kuat. Kekuatan reduktor dapat dilihat dari
potensial elektrode. Unsur-unsur alkali dapat melarut dalam cairan amonia.
Larutan encer logam alkali dalam amonia cair berwarna biru. Larutan ini
adalah penghantar listrik yang lebih baik daripada larutan garam. Daya
hantarnya hampir sama dengan daya hantar logam murni.
b. Sifat Kimia
Sifat kimia unsur-unsur alkali, adalah seperti berikut.
1) Sangat Reaktif
Unsur-unsur alkali sangat reaktif atau mudah bereaksi dengan unsur lain
karena mereka mudah melepaskan elektron terluarnya. Di udara, unsur-unsur
ini akan bereaksi dengan oksigen atau air. Oleh karena itu, unsur ini biasanya
disimpan dalam minyak tanah atau hidrokarbon yang inert. Unsur alkali tidak
ada yang terdapat di alam dalam bentuk unsurnya, biasanya bergabung dalam
mineral yang larut dalam air, misal NaCl (natrium klorida). Unsur alkali
terdapat dalam senyawaan alam sebagai ion uni-positif (positif satu).
2) Sifat Logam
Sifat logam unsur alkali dari atas ke bawah pada tabel periodik cenderung
bertambah. Sifat ini terkait dengan kecenderungan atom unsur alkali melepas
elektron.
3) Reaksi-reaksi pada logam alkali adalah seperti berikut.
a) Reaksi antara logam-logam alkali dan oksigen menghasilkan oksida (M2O),
peroksida (M2O2), dan superoksida (MO2). Perhatikan reaksi berikut.
b) Reaksi logam alkali (M) dengan unsur-unsur halogen N, S, P, dan H2.
Litium merupakan unsur yang dapat bereaksi secara langsung dengan
nitrogen.
4) Logam-logam alkali memberikan warna nyala yang khas, misalnya Li
(merah), Na (kuning), K (ungu), Rb (merah), dan Cs (biru/ungu).
2. Golongan IIA atau Alkali Tanah
Anggota unsur alkali tanah adalah berelium (Be), magnesium (Mg), kalsium
(Ca), stronsium (Sr), barium (Ba), dan unsur radioaktif radium (Ra). Di antara
unsur-unsur ini Mg dan Ca yang terbanyak terdapat di kerak bumi. Atom-atom
golongan ini memiliki konfigurasi elektron np6(n + 1)s2 kecuali Be. Kerapatan
unsur-unsur golongan ini lebih besar dari unsur alkali dalam satu periode.
Unsur-unsur ini mempunyai dua elektron valensi yang terlibat dalam ikatan
logam. Oleh karena itu dibandingkan dengan unsur golongan IA, unsurunsur ini
lebih keras, energi kohesinya lebih besar, dan titik lelehnya lebih tinggi.
Titik leleh unsur-unsur alkali tanah tidak berubah secara teratur karena
mempunyai struktur kristal yang berbeda. Misal unsur Be dan Mg memiliki
struktur kristal heksagonal terjejal, sedangkan struktur kristal unsur Sr
berbentuk kubus berpusat muka dan struktur kristal unsur Ba berbentuk
kubus berpusat badan.
. Sifat Kimia
Sifat kimia unsur alkali tanah sama dengan sifat kimia unsur alkali. Unsur
alkali tanah terdapat dalam alam sebagai ion dipositif (positif dua). Kalsium,
stronsium, dan barium memiliki sifat yang serupa, namun magnesium dan
berelium berbeda dengan ketiga unsur tersebut yaitu kurang aktif. Semua
unsur alkali tanah merupakan penyumbang elektron.
Unsur alkali tanah tergolong reduktor yang kuat. Unsur alkali tanah mudah
bereaksi dengan unsur nonlogam membentuk senyawa ion misal halida,
hidrida, oksida, dan sulfida. Unsur alkali tanah, kecuali berelium dan
magnesium bereaksi dengan air.
1) Reaksi-reaksi kimia yang utama pada alkali tanah adalah seperti berikut.
2) Kelarutan
Garam-garam oksalat, sulfat, kromat, dan karbonat dari alkali tanah umumnya
sukar larut dalam air. Kamu sudah mempelajari sifat-sifat unsur alkali dan
alkali tanah, bagaimana cara mengidentifikasi sifat-sifat umum dari unsur
alkali dan alkali tanah tersebut? Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari
kita lakukan kegiatan berikut.
Identifikasi Sifat Umum Unsur Alkali dan Alkali Tanah
A. Tujuan
Mengidentifikasi sifat umum unsur alkali dan unsur alkali tanah.
B. Alat dan Bahan
- Tabung reaksi – Larutan magnesium uranil asetat
- Penjepit – Larutan natrium kobalt nitrit
- Gelas piala – Larutan kalium kromat
- Kawat nikrom – Larutan asam klorida pekat
- Pemanas bunsen – Larutan asam sulfat
- Kaca kobalt – Larutan kalium klorida
- Larutan kalsium klorida – Larutan barium nitrat
- Larutan stronsium klorida – Larutan natrium klorida
- Larutan barium klorida – Larutan litium klorida
- Larutan asam klorida encer
C. Cara Kerja
1. Uji Nyala
a. Celupkan ujung kawat nikrom yang pijar ke dalam larutan asam klorida
encer untuk membersihkannya.
b. Celupkan ujung kawat nikrom yang telah bersih ke dalam larutan asam
klorida pekat, kemudian ke dalam larutan litium klorida yang diperiksa.
Selanjutnya masukkan ujung kawat ke dalam nyala api.
c. Catat warna nyala yang ditimbulkannya.
d. Ulangi langkah a sampai dengan c untuk:
1) Larutan natrium klorida
2) Larutan kalium klorida
3) Larutan kalsium klorida
4) Larutan stronsium klorida
5) Larutan barium klorida
2. Pengendapan Unsur
Ambil 4 tabung reaksi dan masukkan masing-masing ke dalam tabung reaksi
seperti berikut.
a. Tabung A diisi dengan stronsium klorida dan kalium kromat.
b. Tabung B diisi dengan kalium klorida dan natrium kobalt nitrit.
c. Tabung C diisi dengan larutan natrium klorida dan magnesium uranil asetat.
d. Tabung D diisi dengan larutan barium nitrat dan asam sulfat.
D. Hasil Percobaan
1. Uji nyala
2. Pengendapan
E. Analisa Hasil Percobaan
1. Bagaimana warna nyala dari unsur alkali dan unsur alkali tanah?
2. Bagaimana reaksi yang terjadi pada percobaan pengendapan?
3. Apakah kesimpulan dari percobaan ini?
3. Golongan IIIA
Unsur-unsur golongan IIIA tidak sereaktif unsur golongan IA dan IIA. Anggota
unsur golongan IIIA adalah boron (B), aluminium (Al), gallium (Ga), indium (In),
dan talium (Ti).
a. Sifat Fisika
Boron merupakan unsur pertama dalam golongan IIIA yang tergolong
metaloid, sedangkan unsur-unsur lainnya tergolong logam. Reaktivitas unsur-
unsur golongan ini tidak ada kecenderungan. Potensial reduksi golongan IIIA
negatif, ini menunjukkan bahwa unsur IIIA bersifat lebih logam dibanding
hidrogen. Al3+ mempunyai potensial reduksi negatif yang paling besar di
antara kation golongan IIIA. Oleh karena itu Al merupakan logam golongan
IIIA yang paling aktif. Perhatikan sifat-sifat golongan IIIA pada tabel berikut.
b. Sifat Kimia Boron dan Aluminium
1) Boron
Boron adalah unsur yang tidak reaktif pada suhu biasa. Bila bereaksi, tidak
ada kecenderungan dari atom unsur boron untuk kehilangan elektron-elektron
terluar dan membentuk kation sederhana yaitu B3+. Adapun reaksi pada
boron adalah sebagai berikut.
a) Reaksi dengan halogen
Boron bereaksi dengan halogen secara umum, bahkan sampai terbakar dalam
gas fluor.
b) Membentuk asam oksi
Jika dipanaskan dalam udara, unsur boron bereaksi dengan oksigen dalam
pembakaran yang sangat eksotermik untuk membentuk oksida B2O3. Oksida
ini bersifat asam. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut.
c) Semua boron yang larut membentuk larutan yang bersifat basa bila
dilarutkan dalam air, di mana ion BO32¯ bertindak sebagai basa dengan
menghilangkan proton dari air.
d) Boron membentuk molekul-molekul ion raksasa dengan atom oksigen
menempati kedudukan yang berselang-seling dengan reaksi seperti berikut.
2) Sifat Kimia Unsur Aluminium
Sejumlah garam aluminium seperti halnya logam golongan IIIA mengkristal
dalam larutannya sebagai hidrat. Misal senyawa AlX3 ? 6 H2O (di mana X =
Cl–, Br,– I–). Aluminium bersifat amfoter. Perhatikan reaksi berikut.
Aluminium dapat berlaku asam atau basa dikarenakan kecenderungan yang
kuat untuk dioksidasi menjadi Al3+. Perhatikan reaksi berikut.
Reaksi ini terjadi pada permukaan aluminium yang bersih tetapi dalam larutan
asam atau dengan kehadiran basa kuat, lapisan tipis Al(OH)3 ini larut dengan
reaksi seperti berikut.
4. Karbon dan Silikon
Karbon dan silikon termasuk unsur golongan IVA. Anggota unsur golongan IVA
lainnya adalah germanium (Ge), timah (Sn), plumbum (Pb). Di sini kita hanya
akan mempelajari sifat unsur karbon dan silikon.
a. Sifat Fisika Karbon dan Silikon
Perhatikan sifat fisika karbon dan silikon berikut ini.
b. Sifat Kimia Karbon dan Silikon
Karbon dan silikon tidak reaktif pada suhu biasa. Karbon dan silikon
membentuk kation sederhana seperti C4+ dan Si4+. Sifat kimia karbon antara
lain sebagai berikut.
1) Karbon bereaksi langsung dengan fluor, dengan reaksi seperti berikut.
2) Karbon dibakar dalam udara yang terbatas jumlahnya menghasilkan karbon
monoksida.
Jika dibakar dalam kelebihan udara, akan terbentuk karbon dioksida.
3) Membentuk asam oksi.
Bila karbon dipanaskan dalam udara, unsur ini bereaksi dengan oksigen
membentuk CO2 dan jika CO2 ini bereaksi dengan air akan membentuk asam
karbonat.
4) Membentuk garam asam oksi.
Asam karbonat, suatu asam diprotik yang khas, bereaksi dengan basa
menghasilkan karbonat dan bikarbonat, antara lain seperti berikut.
- K2CO3 = kalium karbonat
- KHCO3 = kalium bikarbonat
- MgCO3 = magnesium karbonat
- Mg(HCO3)2 = magnesium bikarbonat
5) Kecenderungan atom karbon membentuk ikatan kovalen tunggal, ikatan
rangkap dua dan ikatan rangkap tiga yang akan membentuk senyawa organik.
Sifat kimia silikon, antara lain seperti berikut.
1) Silikon bereaksi dengan halogen, secara umum reaksi yang terjadi dapat
dituliskan seperti berikut.
2) Bila silikon dipanaskan dengan oksigen akan membentuk oksida SiO3,
sehingga apabila oksida ini bereaksi dengan air membentuk dua asam yaitu
asam ortosilikat (H4SiO4) dan asam metasilikat H2SiO3. Senyawa ini tidak
larut dalam air tetapi bereaksi dengan basa.
3) Silikon membentuk garam dari asam oksi, antara lain seperti berikut.
- Na2SiO3 = natrium metasilikat
- Mg2 SiO4 = magnesium ortosilikat
- LiAl(SiO3)2 = litium aluminium metasilikat
4) Semua silikat membentuk larutan yang bersifat basa yang dapat dilarutkan
dalam air, di mana ion SiO3 2¯ bertindak sebagai basa dengan menghilangkan
proton dari air.
5) Silikon membentuk molekul-molekul dan ion-ion raksasa, di mana atom
oksigen menempati kedudukan yang berselang-seling.
5. Nitrogen dan Fosfor
Nitrogen dan fosfor merupakan unsur-unsur dalam golongan VA. Anggota
unsur golongan VA yang lainnya adalah arsen (As), antimonium (Sb), bismut
(Bi). Kita akan mempelajari sifat-sifat unsur nitrogen dan fosfor.
a. Sifat Fisika
Masing-masing nitrogen dan fosfor mempunyai lima elektron valensi dengan
konfigurasi elektron ns2np3. Bilangan oksidasi terbesar adalah +5. Perhatikan
sifat-sifat fisika nitrogen dan fosfor pada tabel berikut ini.
b. Sifat Kimia
Nitrogen adalah unsur yang unik dalam golongannya, karena dapat
membentuk senyawa dalam semua bilangan oksidasi dari tiga sampai lima.
Senyawa nitrogen dapat mengalami reaksi reduksi dan oksidasi. Adapun sifat
kimia nitrogen antara lain seperti berikut.
Fosfor dapat membentuk ikatan dengan cara yang mirip dengan nitrogen.
Fosfor dapat membentuk tiga ikatan kovalen, menerima tiga elektron
membentuk ion P3¯. Reaksi yang terjadi pada fosfor, antara lain seperti
berikut.
1) Fosfor dapat bersenyawa dengan kebanyakan nonlogam dan logam-logam
yang reaktif. Fosfor bereaksi dengan logam IA dan IIA dapat membentuk
fosfida. Dalam air fosfida mengalami hidrolisis membentuk fosfin, PH3.
2) Fosfor membentuk dua macam senyawa dengan halogen yaitu trihalida,
PX3 dan pentahalida PX5.
3) Membentuk asam okso fosfor
Asam okso dari fosfor yang dikenal adalah asam fosfit dan asam fosfat. Asam
fosfit dapat dibuat dengan reaksi seperti berikut.
6. Oksigen dan Belerang
Oksigen dan belerang merupakan unsur-unsur golongan VIA. Anggota
golongan VIA yang lain adalah selenium (Se), tellurium (Te), polonium (Po).
Oksigen dan belerang adalah dua unsur yang sangat umum di antara unsur-
unsur golongan VI A.
a. Sifat Fisika
Perhatikan sifat fisika dari oksigen dan belerang pada tabel berikut.
b. Sifat Kimia
1) Sifat Kimia Oksigen
Oksigen membentuk senyawa dengan semua unsur, kecuali gas-gas mulia
ringan. Biasanya oksigen bereaksi dengan logam membentuk ikatan yang
bersifat ionik dan bereaksi dengan bukan logam membentuk ikatan yang
bersifat kovalen sehingga akan membentuk oksida.
Terdapat enam macam oksida, yaitu:
a) Oksida asam
Oksida asam adalah oksida dari unsur nonlogam dan oksida unsur blok d
dengan bilangan oksidasi besar.
d) Oksida netral
Oksida ini tidak bereaksi dengan asam maupun basa, misal NO, N2O, dan CO.
e) Oksida campuran
Oksida ini merupakan campuran dari oksida sederhana, misalnya P3O4
merupakan campuran PbO (dua bagian) dan PbO2 (satu bagian).
f) Peroksida dan superperoksida
Oksigen membentuk peroksida H2O2, N2O2 dan BaO2 dengan bilangan
oksidasi oksigen –1 serta RbO2, CsO2 dengan bilangan oksidasi oksigen –1/2.
2) Sifat Kimia Belerang
Belerang hanya memerlukan dua elektron lagi untuk mencapai konfigurasi
s2p4 dari gas mulia. Jika belerang bereaksi dengan logam maka belerang
bertindak sebagai penerima elektron. Belerang mudah bereaksi dengan
semua unsur kecuali emas, platinum dan gas mulia. Reaksi-reaksi pada
belerang, antara lain seperti berikut.
7. Golongan VIIA atau Halogen
Senyawa dan ion golongan halogen dinamakan halide. Anggota golongan VIIA
adalah fluor (F), klor (Cl), brom (Br), iod (I), dan astat (As). Astat ditemukan di
alam dalam jumlah yang sangat sedikit. Semua unsur halogen bersifat
nonlogam.
a. Sifat Fisika
Perhatikan sifat fisika unsur halogen berikut.
Unsur-unsur golongan VIIA mempunyai konfigurasi elektron ns2np5 dan
merupakan unsur-unsur yang paling elektronegatif. Unsur halogen selalu
mempunyai bilangan oksidasi -1, kecuali fluor yang selalu univalent. Unsur ini
dapat mempunyai bilangan oksidasi (+1), (+III) dan (+VII).
Bilangan oksidasi (+IV) dan (+VI) merupakan anomali, terdapat dalam oksida
ClO2, Cl2O6, dan BrO3. Titik leleh dan titik didih bertambah jika nomor atom
bertambah. Hal ini karena molekul yang lebih besar mempunyai gaya tarik
menarik Van der Waals yang lebih besar.
Energi ikatan X2 (kalor disosiasi) berkurang jika atom bertambah besar.
Kecenderungan ini hanya dapat diamati untuk Cl2, Br, dan I2. Perhatikan
Gambar 4.2 di samping. Energi ikatan F2 sangat rendah (158 kJmo-1), karena
terjadi tolak menolak antara elektron tak-terikat. Hal inilah yang
menyebabkan F2 sangat reaktif. Energi ionisasi unsur halogen sangat tinggi
dan yang paling tinggi adalah fluor. Molekul halogen berwarna karena
menyerap sinar tampak sebagai hasil eksitasi. Unsur-unsur ini adalah
oksidator kuat dan mempunyai potensial elektrode negatif.
b. Sifat Kimia
Fluor dan klor membantu reaksi pembakaran dengan cara seperti oksigen.
Brom berupa cairan merah tua pada suhu kamar mempunyai tekanan uap
yang tinggi. Fluor dan klor biasanya berupa gas. Reaksi-reaksi halogen antara
lain seperti berikut.
1) Reaksi Halogen dengan Air
Semua unsur halogen kecuali fluor berdisproporsionasi dalam air, artinya
dalam reaksi halogen dengan air maka sebagian zat teroksidasi dan sebagian
lain tereduksi. Fluorin bereaksi sempurna dengan air menghasilkan asam
fluorida dan oksigen. Reaksi yang terjadi seperti berikut.
Ion ClO¯ merupakan bahan aktif zat pemutih. Senyawa NaClO digunakan
sebagai zat pemutih kertas, pulp, tekstil, dan bahan pakaian.
2) Reaksi Halogen dengan Hidrogen
Halogen bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrogen halida. Secara umum
reaksi yang terjadi dapat dituliskan seperti berikut.
Reaksi F2 dan Cl2 dengan hidrogen disertai ledakan tetapi bromin dan iodin
bereaksi dengan lambat.
3) Reaksi Halogen dengan Halogen
Reaksi halogen dengan halogen menghasilkan senyawa yang dinamakan
senyawa antarhalogen. Unsur yang lebih elektronegatif sebagai zat oksidator
dan diberi bilangan oksidasi negatif dalam senyawaannya. Perhatikan contoh
reaksi berikut ini.
Senyawa-senyawa antarhalogen bersifat diamagnetik dan merupakan
oksidator kuat. Senyawa antarhalogen dapat mengalami reaksi hidrolisis.
Perhatikan reaksi berikut.
4) Reaksi Halogen dengan Logam
Halogen bereaksi dengan kebanyakan logam. Bromin dan iodin tidak bereaksi
dengan emas, platinum atau beberapa logam mulia lainnya. Perhatikan contoh
reaksi fluorin dengan tembaga berikut.
5) Reaksi Halogen dengan Hidrokarbon Halogen umumnya bereaksi dengan
hidrokarbon dengan cara menggantikan atom-atom hidrogen. Perhatikan
contoh reaksi metana dengan klorin berikut ini.
6) Reaksi Halogen dengan Nonlogam dan Metaloid Tertentu Halogen bereaksi
secara langsung dengan sejumlah nonlogam dan metaloid. Unsur nonlogam
fosfor dan metaloid boron, arsen, dan stirium (misal Y) bereaksi dengan unsur
halogen (X), reaksi yang terjadi seperti berikut.
Fluorin mudah bereaksi tetapi iodin sukar bereaksi. Adapun nitrogen tidak
langsung bersatu dengan halogen karena ketidakaktifannya.
c. Kereaktifan
Kereaktifan golongan halogen menurun secara teratur mulai fluor hingga iod.
Kereaktifan ini dikaitkan dengan kemampuannya menerima elektron
membentuk ion negatif. Perhatikan harga afinitas elektron pada Tabel 4.7.
Harga afinitas elektron dari atas ke bawah berkurang. Hal ini karena makin
bertambah jari-jari atomnya sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar
makin berkurang.
d. Daya Oksidasi
Daya oksidasi halogen dari atas ke bawah makin berkurang. Jadi iod
merupakan reduktor terkuat. Daya oksidasi ini dapat dilihat dari harga
potensial elektrodenya.
8. Golongan Gas Mulia
Golongan gas mulia terdiri atas helium (He), neon (Ne), argon (Ar), kripton (Kr),
dan xenon (Xe). Gas mulia memiliki konfigurasi elektron yang penuh. Oleh
karena itu, unsur gas mulia stabil.
a. Sifat Fisika
Setiap sifat tertentu dari unsur ini berubah secara teratur. Unsur gas mulia
memiliki titik leleh dan titik didih yang rendah serta kalor penguapan yang
rendah. Hal ini menunjukan bahwa terdapat ikatan Van der Waals yang sangat
lemah antaratom. Helium adalah zat yang mempunyai titik didih yang paling
rendah. Perhatikan sifat-sifat fisika gas mulia pada tabel berikut.
b. Sifat Kimia
Pada tahun 1962, Neil Bartlett berhasil membuat sebuah senyawaan stabil
yang dianggap sebagai XePtF6. Hal ini tentu menggemparkan, karena telah
lama dikenal bahwa unsur golongan VIIIA bersifat inert. Setelah ini, tidak lama
kemudian ahli riset lainnya menunjukkan bahwa xenon dapat bereaksi
langsung dengan fluor membentuk senyawaan biner seperti XeF2, XeF4, dan
XeF6. Adapun bentuk senyawa-senyawa dari unsur xenon dengan bilangan
oksidasinya adalah seperti berikut.
1) Bilangan Oksidasi +2
Kripton dan xenon dapat membentuk KrF2 dan XeF2 jika kedua unsur ini
diradiasi dengan uap raksa dalam fluor. Xe(II) dapat bereaksi selanjutnya
menjadi XeF4 jika suhu dinaikkan. Adapun XeF2 dapat terbentuk jika xenon
padat direaksikan dengan difluoroksida pada suhu -120 °C.
XeF2 dan KrF2 berbentuk molekul linier dengan hibdridisasi sp3d.
2) Bilangan Oksidasi + 4
Xenon(IV) fluorida dapat dibuat dengan memanaskan campuran xenon dan
fluor dengan komposisi 1 : 5 pada tekanan 6 atm, dan menggunakan nikel
sebagai katalis.
XeF4 mempunyai struktur bujur sangkar dengan hibridisasi d2sp3 pada suhu
400 °C.
3) Bilangan Oksidasi +6
Hanya xenon yang dapat membentuk XeF6. Senyawa ini dibuat dengan
memanaskan campuran kedua unsur ini dengan komposisi Xe : F2 = 1 : 20
pada suhu 300 °C dan tekanan 50 atm.
Xenon(VI) fluorida mempunyai bentuk oktahendral (distorted). Pada suhu
kamar berbentuk kristal berwarna dan memiliki titik leleh 48 °C. Senyawa ini
bereaksi dengan silika membentuk senyawa oksi gas mulia yang paling stabil.
Pada suhu kamar XeOF4 berbentuk cairan tidak berwarna. XeF6 dapat
mengalami hidrolisis membentuk xenon(VI) oksida, dengan reaksi seperti
berikut.
4) Bilangan Oksidasi +8
Xe(IV) dapat dioksidasi menjadi Xe(VIII) oleh ozon dalam larutan basa.
Xe(VIII) hanya stabil dalam larutan. Selain senyawa xenon, telah berhasil
dibuat kripton fluorida, KrF2 dan radon fluorida, RnF2. Radon bereaksi
spontan dengan fluor pada suhu kamar. Adapun kripton bereaksi dengan fluor
hanya jika keduanya disinari atau melepaskan muatan listrik. Akan tetapi
belum dilaporkan adanya senyawa helium, neon atau argon.
KIMIA UNSUR GOLONGAN TRANSISI PERIODE KEEMPAT
Dalam tulisan ini, kita akan mempelajari tentang sifat unsur transisi periode
keempat, reaksi kimia dan pengolahan unsur transisi periode keempat,
pemanfaatan unsur transisi periode keempat dalam kehidupan sehari-hari,
sifat senyawa kompleks yang terbentuk dari berbagai unsur transisi periode
keempat, serta penulisan nama senyawa kompleks yang terbentuk.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada
subkulit 3d yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan
IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa
sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat
magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk
senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur,
yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn),
Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn). Dalam satu
periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir sama,
tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom
(jari-jari unsur) serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan
signifikan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua unsur transisi
periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang serupa. Hal ini
berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat
signifikan dalam satu periode.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki keelektronegatifan yang
lebih besar dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga
kereaktifan unsur transisi tersebut lebih rendah bila dibandingkan Alkali
maupun Alkali Tanah. Sebagian besar unsur transisi periode keempat mudah
teroksidasi (memiliki E°red negatif), kecuali unsur Tembaga yang cenderung
mudah tereduksi (E°Cu = + 0,34 V). Hal ini berarti bahwa secara teoritis,
sebagian besar unsur transisi periode keempat dapat bereaksi dengan asam
kuat (seperti HCl) menghasilkan gas hidrogen, kecuali unsur Tembaga. Akan
tetapi, pada kenyataanya, kebanyakan unsur transisi periode keempat sulit
atau bereaksi lambat dengan larutan asam akibat terbentuknya lapisan
oksida yang dapat menghalangi reaksi lebih lanjut. Hal ini terlihat jelas pada
unsur Kromium. Walaupun memiliki potensial standar reduksi negatif, unsur ini
sulit bereaksi dengan asam akibat terbentuknya lapisan oksida (Cr2O3) yang
inert. Sifat inilah yang dimanfaatkan dalam proses perlindungan logam dari
korosi (perkaratan).
Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah, unsur-unsur transisi periode
keempat memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed packing). Akibatnya,
unsur transisi tersebut memiliki kerapatan (densitas) yang jauh lebih besar
dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Dengan demikian, ikatan logam
(metallic bonds) yang terjadi pada unsur transisi lebih kuat. Hal ini berdampak
pada titik didih dan titik leleh unsur transisi yang jauh lebih tinggi
dibandingkan unsur logam golongan utama. Selain itu, entalpi pelelehan dan
entalpi penguapan unsur transisi juga jauh lebih tinggi dibandingkan unsur
logam golongan utama.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi)
yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan 4s
yang hampir sama. Oleh sebab itu, saat unsur transisi melepaskan elektron
pada subkulit 4s membentuk ion positif (kation), sejumlah elektron pada
subkulit 3d akan ikut dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada
tiap unsur transisi periode keempat adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan
oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode keempat adalah +7 pada unsur
Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion
Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi
ditemukan pada anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.
Perubahan bilangan oksidasi ditunjukkan oleh perubahan warna larutan.
Sebagai contoh, saat ion Cr+7 direduksi menjadi ion Cr3+, warna larutan
berubah dari orange (jingga) menjadi hijau.
Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6 e- ——> 2 Cr3+(aq) + 7 H2O(l)
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2%
massa kerak bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi
umumnya ditemukan dalam bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite
(Fe2O3), siderite (FeCO3), dan magnetite (Fe3O4).
Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas
hidrogen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Fe(s) + 2 H+(aq) ——> Fe2+(aq) + H2(g)
Larutan asam sulfat pekat dapat mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+.
Sementara larutan asam nitrat pekat akan membentuk lapisan oksida Fe3O4
yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi dijumpai dalam
bentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa
Besi (II) antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS
(hitam). Ion Fe2+ dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila
terdapat gas oksigen yang cukup dalam larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa
yang mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-merah) dan FeCl3
(coklat).
Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious
metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih
mineral, seperti kalkopirit (CuFeS2) dan kalkosit (Cu2S). Logam Tembaga
dapat diperoleh melalui pemanggangan kalkopirit, seperti yang dinyatakan
dalam persamaan reaksi di bawah ini :
2 CuFeS2(s) + 4 O2(g) ——> Cu2S(s) + 2 FeO(s) + 3 SO2(g)
Cu2S(s) + O2(g) ——> 2Cu(l) + SO2(g)
Logam Tembaga dapat dimurnikan melalui proses elektrolisis (Logam
Tembaga memiliki koduktivitas elektrik yang tinggi. Dengan demikian, logam
tembaga sering digunakan sebagai kawat penghantar listrik. Selain itu,
Tembaga juga digunakan pada pembuatan alloy (sebagai contoh, kuningan,
merupakan alloy dari Cu dan Zn),bahan pembuatan pipa, dan bahan dasar
pembuatan koin (uang logam).
Logam Tembaga bereaksi hanya dengan campuran asam sulfat dan asam
nitrat pekat panas (dikenal dengan istilah aqua regia). Bilangan oksidasi
Tembaga adalah +1 dan +2. Ion Cu+ kurang stabil dan cenderung mengalami
disproporsionasi dalam larutan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
2 Cu+(aq) ——> Cu(s) + Cu2+(aq)
Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali
Cu2O yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat
paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+
berwarna biru. Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II)
adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam).
Senyawa Koordinasi adalah senyawa yang terbentuk dari ion sederhana
(kation maupun anion) serta ion kompleks. Unsur transisi periode keempat
dapat membentuk berbagai jenis ion kompleks. Ion kompleks terdiri dari
kation logam transisi dan ligan. Ligan adalah molekul atau ion yang terikat
pada kation logam transisi. Interaksi antara kation logam transisi dengan
ligan merupakan reaksi asam-basa Lewis. Menurut Lewis, ligan merupakan
basa Lewis yang berperan sebagai spesi pendonor (donator) elektron.
Sementara itu, kation logam transisi merupakan asam Lewis yang berperan
sebagai spesi penerima (akseptor) elektron. Dengan demikian, terjadi ikatan
kovalen koordinasi (datif) antara ligan dengan kation logam transisi pada
proses pembentukan ion kompleks. Kation logam transisi kekurangan
elektron, sedangkan ligan memiliki sekurangnya sepasang elektron bebas
(PEB). Beberapa contoh molekul yang dapat berperan sebagai ligan adalah
H2O, NH3, CO, dan ion Cl-.
Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada kation logam
transisi. Sebagai contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada ion [Ag(NH3)2]+ adalah
dua, bilangan koordinasi Cu2+ pada ion [Cu(NH3)4]2+ adalah empat, dan
bilangan koordinasi Fe3+ pada ion [Fe(CN)6]3- adalah enam. Bilangan
koordinasi yang sering dijumpai adalah 4 dan 6.
Berdasarkan jumlah atom donor yang memiliki pasangan elektron bebas (PEB)
pada ligan, ligan dapat dibedakan menjadi monodentat, bidentat, dan
polidentat. H2O dan NH3 merupakan ligan monodentat (mendonorkan satu
pasang elektron). Sedangkan Etilendiamin (H2N-CH2-CH2-NH2, sering disebut
dengan istilah en) merupakan contoh ligan bidentat (mendonorkan dua pasang
elektron). Ligan bidentat dan polidentat sering disebut sebagai agen chelat
(mampu mencengkram kation logam transisi dengan kuat).
Muatan ion kompleks adalah penjumlahan dari muatan kation logam transisi
dengan ligan yang mengelilinginya. Sebagai contoh, pada ion [PtCl6]2-,
bilangan oksidasi masing-masing ligan (ion Cl-) adalah -1. Dengan demikian,
bilangan oksidasi Pt (kation logam transisi) adalah +4. Contoh lain, pada ion
[Cu(NH3)4]2+, bilangan oksidasi masing-masing ligan (molekul NH3) adalah 0
(nol). Dengan demikian, bilangan oksidasi Cu (kation logam transisi) adalah
+2.
Berikut ini adalah beberapa aturan yang berlaku dalam penamaan suatu ion
kompleks maupun senyawa kompleks :
1. Penamaan kation mendahului anion; sama seperti penamaan senyawa ionik
pada umumnya.
2. Dalam ion kompleks, nama ligan disusun menurut urutan abjad, kemudian
dilanjutkan dengan nama kation logam transisi.
3. Nama ligan yang sering terlibat dalam pembentukan ion kompleks dapat
dilihat pada Tabel Nama Ligan.
4. Ketika beberapa ligan sejenis terdapat dalam ion kompleks, digunakan
awalan di-, tri-, tetra-, penta-, heksa-, dan sebagainya.
5. Bilangan oksidasi kation logam transisi dinyatakan dalam bilangan Romawi.
6. Ketika ion kompleks bermuatan negatif, nama kation logam transisi diberi
akhiran –at. Nama kation logam transisi pada ion kompleks bermuatan negatif
dapat dilihat pada Tabel Nama Kation pada Anion Kompleks.
Tabel Nama Ligan
Ligan
Nama Ligan
Bromida, Br-
Bromo
Klorida, Cl-
Kloro
Sianida, CN-
Siano
Hidroksida, OH-
Hidrokso
Oksida, O2-
Okso
Karbonat, CO32-
Karbonato
Nitrit, NO2-
Nitro
Oksalat, C2O42-
Oksalato
Amonia, NH3
Amina
Karbon Monoksida, CO
Karbonil
Air, H2O
Akuo
Etilendiamin
Etilendiamin (en)
Berikut ini adalah beberapa contoh penulisan nama maupun rumus kimia dari
berbagai senyawa kompleks :
1. Ni(CO)4
Bilangan koordinasi = 4
Muatan ion kompleks = 0
Muatan ligan = 0
Muatan kation logam transisi = 0
Nama senyawa = tetrakarbonil nikel (0) atau nikel tetrakarbonil
2. NaAuF4
Terdiri dari kation sederhana (Na+) dan anion kompleks (AuF4-)
Bilangan koordinasi = 4
Muatan anion kompleks = -1
Muatan ligan = -1 x 4 = -4
Muatan kation logam transisi = +3
Nama senyawa = natrium tetrafluoro aurat (III)
3. K3[Fe(CN)6]
Terdiri dari kation sederhana (3 ion K+) dan anion kompleks ([Fe(CN)6]-3)
Bilangan koordinasi = 6
Muatan anion kompleks = -3
Muatan ligan = -1 x 6 = -6
Muatan kation logam transisi = +3
Nama senyawa = kalium heksasiano ferrat (III) atau kalium ferrisianida
4. [Cr(en)3]Cl3
Terdiri dari kation kompleks ([Cr(en)3]3+) dan anion sederhana (3 ion Cl-)
Bilangan koordinasi = 3 x 2 (bidentat) = 6
Muatan kation kompleks = +3
Muatan ligan = 3 x 0 = 0
Muatan kation logam transisi = +3
Nama senyawa = tris-(etilendiamin) kromium (III) klorida
5. Pentaamin kloro kobalt (III) klorida
Terdapat 5 NH3, satu Cl-, satu Co3+, dan ion Cl-
Muatan kation kompleks = (5 x 0) + (1 x -1) + (1 x +3) = +2
Untuk membentuk senyawa kompleks, dibutuhkan dua ion Cl-
Rumus senyawa kompleks = [Co(NH3)5Cl]Cl2
6. Dikloro bis-(etilendiamin) platinum (IV) nitrat
Terdapat 2 Cl-, 2 en, satu Pt4+, dan ion NO3-
Muatan kation kompleks = (2 x -1) + (2 x 0) + (1 x +4) = +2
Untuk membentuk senyawa kompleks, dibutuhkan dua ion NO3-
Rumus senyawa kompleks = [Pt(en)2Cl2](NO3)2
7. Natrium heksanitro kobaltat (III)
Terdapat 6 NO2-, satu Co3+, dan ion Na+
Muatan anion kompleks = (6 x -1) + (1 x +3) = -3
Untuk membentuk senyawa kompleks, dibutuhkan tiga ion Na+
Rumus senyawa kompleks = Na3[Co(NO2)6]
8. Tris-(etilendiamin) kobalt (III) sulfat
Terdapat 3 en, satu Co3+, dan ion SO42-
Muatan kation kompleks = (3 x 0) + (1 x +3) = +3
Untuk membentuk senyawa kompleks, dua kation kompleks membutuhkan
tiga ion SO42-
Rumus senyawa kompleks = ([Co(en)3])2(SO4)3
Bentuk ion kompleks dipengaruhi oleh jumlah ligan, jenis ligan, dan jenis
kation logam transisi. Secara umum, bentuk ion kompleks dapat ditentukan
melalui bilangan koordinasi.
Kimia Unsur Golongan Utama
Dalam tulisan ini, kita akan mempelajari mengenai sifat fisika dan sifat kimia unsur-
unsur golongan utama, terutama Golongan Gas Mulia (VIIIA), Halogen (VIIA), Alkali
(IA), Alkali Tanah (IIA), serta Unsur-Unsur Periode Ketiga. Selain itu, kita akan
mempelajari reaksi kimia, cara pemurnian, serta kegunaan unsur-unsur tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.

Gas Mulia (Noble Gas)

Gas Mulia (Noble Gas) adalah bagian kecil dari atmosfer. Gas Mulia terletak pada
Golongan VIIIA dalam sistem periodik. Gas mulia terdiri dari unsur Helium (He),
Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon (Xe), dan Radon (Rn). Keistimewaan
unsur-unsur gas mulia adalah memiliki konfigurasi elektron yang sempurna
(lengkap), dimana setiap kulit dan subkulit terisi penuh elektron. Dengan demikian,
elektron valensi unsur gas mulia adalah delapan (kecuali unsur Helium
dengan dua elektron valensi). Konfigurasi demikian menyebabkan gas mulia
cenderung stabil dalam bentuk monoatomik dan sulit bereaksi dengan unsur lainnya.

Keberadaan unsur-unsur Gas Mulia pertama kali ditemukan oleh Sir William
Ramsey. Beliau adalah ilmuwan pertama yang berhasil mengisolasi gas Neon,
Argon, Kripton, dan Xenon dari atmosfer. Beliau juga menemukan suatu gas yang
diisolasi dari peluruhan mineral Uranium, yang mempunyai spektrum sama seperti
unsur di matahari, yang disebut Helium. Helium terdapat dalam mineral radioaktif
dan tercatat sebagai salah satu gas alam di Amerika Serikat. Gas Helium diperoleh
dari peluruhan isotop Uranium dan Thorium yang memancarkan partikel α. Gas
Radon, yang semua isotopnya radioaktif dengan waktu paruh pendek, juga diperoleh
dari rangkaian peluruhan Uranium dan Thorium.

Saat mempelajari reaksi kimia dengan menggunakan gas PtF 6 yang sangat
reaktif, N. Bartlett menemukan bahwa dengan oksigen, akan terbentuk suatu
padatan kristal [O2]+[PtF6]–. Beliau mencatat bahwa entalpi pengionan Xenon sama
dengan O2. Dengan demikian, suatu reaksi yang analog diharapkan dapat terjadi.
Ternyata, hal tersebut benar. Pada tahun 1962, beliau melaporkan senyawa pertama
yang berhasil disintesis menggunakan Gas Mulia, yaitu padatan kristal merah
dengan formula kimia [Xe]+[PtF6]–. Selanjutnya, berbagai senyawa Gas Mulia juga
berhasil disintesis, diantaranya XeF2, XeF4, XeF6, XeO4, dan XeOF4.

Seluruh unsur Gas Mulia merupakan gas monoatomik. Dalam satu golongan, dari
He sampai Rn, jari-jari atom meningkat. Dengan demikian,ukuran atom Gas Mulia
meningkat, menyebabkan gaya tarik-menarik antar atom (Gaya London) semakin
besar. Hal ini mengakibatkan kenaikan titik didih unsur dalam satu golongan.
Sementara energi ionisasi dalam satu golongan menurun dari He sampai Rn. Hal ini
menyebabkan unsur He, Ne, dan Ar tidak dapat membentuk senyawa (energi
ionisasinya sangat tinggi), sementara unsur Kr dan Xe dapat membentuk senyawa
(energi ionisasinya relatif rendah dibandingkan Gas Mulia lainnya). Gas Argon
merupakan Gas Mulia yang paling melimpah di atmosfer (sekitar 0,934% volume
udara), sedangkan Gas Helium paling melimpah di jagat raya (terlibat dalam reaksi
termonuklir pada permukaan matahari). (klik di sini untuk melihat sifat Gas Mulia
dalam Tabel Periodik)

Gas Neon, Argon, Kripton, dan Xenon diperoleh dengan fraksionasi udara cair.
Gas-gas tersebut pada dasarnya bersifat inert (stabil/lembam), sebab kereaktifan
kimianya yang rendah, sebagai konsekuensi dari konfigurasi elektron yang lengkap.
Kegunaan utama gas Helium adalah sebagai cairan dalam krioskopi. Gas Argon
digunakan untuk menyediakan lingkungan yang inert dalam peralatan laboratorium,
dalam pengelasan, dan dalam lampu listrik yang diisi gas. Sementara gas Neon
digunakan untuk tabung sinar pemutusan muatan.

Halogen (Halogen)

Unsur Halogen (Golongan VIIA) adalah unsur-unsur nonlogam yang reaktif. Halogen
terdiri dari unsur Fluor (F), Klor (Cl), Brom (Br), Iod (I), dan Astatin (At). Astatin
adalah unsur radioaktif dengan waktu hidup (life time) yang sangat singkat dan
mudah meluruh menjadi unsur lain. Dalam pembahasan ini, kita hanya akan
membicarakan empat unsur pertama Halogen. Secara umum, unsur Halogen
bersifat toksik dan sangat reaktif. Toksisitas dan reaktivitas Halogen menurun dari
Fluor sampai Iod. (klik di sini untuk melihat sifat Halogen dalam Tabel Periodik)

Dalam satu golongan, dari Fluor sampai Iod, jari-jari atom meningkat. Akibatnya,
interaksi antar atom semakin kuat, sehingga titik didih dan titik leleh pun meningkat.
Dalam keadaan standar (tekanan 1 atm dan temperatur 25°C), Fluor adalah gas
berwarna kekuningan, Klor adalah gas berwarna hijau pucat, Brom adalah cairan
berwarna merah kecoklatan, dan Iod adalah padatan berwarna ungu-hitam. Energi
ionisasi menurun dalam satu golongan , demikian halnya keelektronegatifan dan
potensial standar reduksi (E°red). Ini berarti, Flour paling mudah tereduksi (oksidator
kuat), sedangkan Iod paling sulit tereduksi (oksidator lemah).

Beberapa keistimewaan unsur Fluor yang tidak dimiliki unsur Halogen lainnya
adalah sebagai berikut :

1. Fluor adalah unsur yang paling reaktif dalam Golongan Halogen. Hal ini terjadi
akibat energi ikatan F-F yang relatif rendah (150,6 kJ/mol) dibandingkan energi
ikatan Cl-Cl (242,7 kJ/mol) maupun Br-Br (192,5 kJ/mol). Sebagai tambahan, ukuran
atom F yang kecil menyebabkan munculnya tolakan yang cukup kuat antar lone
pair F-F, sehingga ikatan F-F tidak stabil dan mudah putus. Hal ini tidak terjadi pada
ikatan Cl-Cl maupun Br-Br sehingga keduanya relatif stabil dibandingkan ikatan F-F.

2. Senyawa Hidrogen Fluorida (HF) memiliki titik didih tertinggi akibat adanya ikatan
Hidrogen. Sementara senyawa halida lainnya (HCl, HBr, dan HI) memiliki titik didih
yang relatif rendah.

3. Hidrogen Fluorida (HF) adalah asam lemah, sedangkan asam halida lainnya
(HCl, HBr, dan HI) adalah asam kuat.
4. Gas Fluor dapat bereaksi dengan larutan natrium hidroksida (NaOH)
membentuk oksigen difluorida yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi
berikut :

2 F2(g) + 2 NaOH(aq) ——> 2 NaF(aq) + H2O(l) + OF2(g)

Sementara itu, reaksi yang analog juga terjadi pada Klor dan Brom, dengan produk
yang berbeda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Cl2(g) + 2 NaOH(aq) ——> NaCl(aq) + NaOCl(aq) + H2O(l)

Br2(l) + 2 NaOH(aq) ——> NaBr(aq) + NaOBr(aq) + H2O(l)

Kedua reaksi di atas dikenal dengan istilah Reaksi Disproporsionasi


(Autoredoks). Iod tidak dapat bereaksi dalam kondisi ini

5. Senyawa Perak Fluorida (AgF) mudah larut dalam air, sedangkan perak halida
lainnya (AgCl, AgBr, dan AgI) sukar larut dalam air.

Unsur Halogen membentuk berbagai variasi senyawa. Dalam keadaan standar,


unsur bebas Halogen membentuk molekul diatomik (F 2, Cl2, Br2, I2). Oleh karena
kereaktifannya yang besar, Halogen jarang ditemukan dalam keadaan bebas.
Halogen umumnya ditemukan dalam bentuk senyawa. Halogen yang ditemukan
dalam air laut berbentuk halida (Cl–, Br–, dan I–). Sementara di kerak bumi, halogen
berikatan dalam mineral, seperti Fluorite (CaF2) dan kriolit (Na3AlF6).

Antar Halogen dapat mengalami reaksi kimia. Oleh karena kekuatan


oksidator menurun dari Fluor sampai Iod, Halogen dapat mengoksidasi Ion Halida
yang terletak di bawahnya (displacement reaction). Dengan demikian, reaksi yang
terjadi antar Halogen dapat disimpulkan dalam beberapa pernyataan di bawah ini :

1. F2 dapat mengoksidasi Cl– menjadi Cl2, Br– menjadi Br2, serta I– menjadi I2.

2. Cl2 dapat mengoksidasi Br– menjadi Br2, serta I– menjadi I2. Cl2 tidak dapat
mengoksidasi F– menjadi F2.

3. Br2 dapat mengoksidasi I– menjadi I2. Br2 tidak dapat mengoksidasi F– menjadi
F2 maupun Cl– menjadi Cl2.

4. I2 tidak dapat mengokisdasi F– menjadi F2, Cl– menjadi Cl2, serta Br– menjadi Br2.

Gas F2 dapat diperoleh dari elektrolisis cairan (bukan larutan) Hidrogen Fluorida yang
diberi sejumlah padatan Kalium Fluorida untuk meningkatkan konduktivitas pada
temperatur di atas 70°C. Di katoda, ion H+ akan tereduksi menjadi gas H2, sedangkan
di anoda, ion F- akan teroksidasi menjadi gas F2.

Gas Cl2 dapat di peroleh melalui elektrolisis lelehan NaCl maupun elektrolisis larutan
NaCl. Melalui kedua elektrolisis tersebut, ion Cl– akan teroksidasi membentuk gas
Cl2 di anoda. Gas Cl2 juga dapat diperoleh melalui proses klor-alkali, yaitu
elektrolisis larutan NaCl pekat (brine). Reaksi yang terjadi pada
elektrolisis brine adalah sebagai berikut :

2 NaCl(aq) + 2 H2O(l) ——> 2 NaOH(aq) + H2(g) + Cl2(g)

Di laboratorium, unsur Klor, Brom, dan Iod dapat diperoleh melalui reaksi alkali
halida (NaCl, NaBr, NaI) dengan asam sulfat pekat yang dipercepat dengan
penambahan MnO2 sebagai katalis. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

MnO2(s) + 2 H2SO4(aq) + 2 NaCl(aq) ——> MnSO4(aq) + Na2SO4(aq) + 2 H2O(l) + Cl2(g)

MnO2(s) + 2 H2SO4(aq) + 2 NaBr(aq) ——> MnSO4(aq) + Na2SO4(aq) + 2 H2O(l) + Br2(l)

MnO2(s) + 2 H2SO4(aq) + 2 NaI(aq) ——> MnSO4(aq) + Na2SO4(aq) + 2 H2O(l) + I2(s)

Halida dibedakan menjadi dua kategori, yaitu halida ionik dan halida kovalen.
Fluorida dan klorida dari unsur logam, terutama unsur Alkali dan Alkali Tanah
(kecuali Berilium) merupakan halida ionik. Sementara, flurida dan klorida dari unsur
nonlogam, seperti Belerang dan Fosfat merupakan halida kovalen. Bilangan oksidasi
Halogen bervariasi dari -1 hingga +7 (kecuali Fluor). Unsur Fluor yang merupakan
unsur dengan keelektronegatifan terbesar di alam, hanya memiliki bilangan oksidasi
0 (F2) dan -1 (fluorida).

Halogen dapat bereaksi dengan Hidrogen menghasilkan Hidrogen Halida. Reaksi


yang terjadi adalah sebagai berikut :

X2(g) + H2(g) ——> 2 HX(g)

X = F, Cl, Br, atau I

Reaksi ini (khususnya pada F2 dan Cl2)menimbulkan ledakan hebat (sangat


eksotermis). Oleh karena itu, reaksi tersebut jarang digunakan di industri. Sebagai
pengganti, hidrogen halida dapat dihasilkan melalui reaksi klorinasi hidrokarbon.
Sebagai contoh :

C2H6(g) + Cl2(g) ——> C2H5Cl(g) + HCl(g)

Di laboratorium, hidrogen halida dapat diperoleh melalui reaksi antara logam halida
dengan asam sulfat pekat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

CaF2(s) + H2SO4{aq) ——> 2 HF(g) + CaSO4(s)

2 NaCl(s) + H2SO4(aq) ——-> 2 HCl(g) + Na2SO4(aq)

Hidrogen Bromida dan Hidrogen Iodida tidak dapat dihasilkan melalui cara ini, sebab
akan terjadi reaksi oksidasi (H2SO4 adalah oksidator kuat) yang menghasilkan
Brom dan Iod. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2 NaBr(s) + 2 H2SO4(aq) ——> Br2(l) + SO2(g) + Na2SO4(aq) + 2 H2O(l)

Hidrogen Bromida dapat dibuat melalui beberapa reaksi berikut :


P4(s) + 6 Br2(l) ——> 4 PBr3(l)

PBr3(l) + 3 H2O(l) ——> 3 HBr(g) + H3PO3(aq)

Hidrogen Iodida dapat diperoleh dengan cara serupa.

Hidrogen Fluorida memiliki kereaktifan yang tinggi. Senyawa ini dapat bereaksi
dengan silika melalui persamaan reaksi berikut :

6 HF(aq) + SiO2(s) ——> H2SiF6(aq) + 2 H2O(l)

Hidrogen Fluorida juga digunakan dalam proses pembuatan gas Freon. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :

CCl4(l) + HF(g) ——> CCl3F(g) + HCl(g)

CCl3F(g) + HF(g) ——> CCl2F2(g) + HCl(g)

Larutan Hidrogen Halida bersifat asam. Urutan kekuatan asam halida adalah HF <<
HCl < HBr < HI. Sedangkan urutan kekuatan asam oksi adalah HXO < HXO 2 <
HXO3 < HXO4 (X = Cl, Br, atau I).

Fluor (khususnya NaF) ditambahkan ke dalam air minum untuk mencegah


terbentuknya karies (kerak atau plak) gigi. Senyawa lain, Uranium Fluorida, UF 6,
digunakan untuk memisahkan isotop radioaktif Uranium (U-235 dan U-238). Di
bidang industri, Fluor digunakan untuk menghasilkan poli tetra fluoro
etilena (Teflon).

Klor (khusunya Klorida, Cl–) memegang peranan penting dalam sistem


kesetimbangan cairan interseluler dan ekstraseluler dalam organisme. Di bidang
industri, Klor digunakan sebagai bahan pemutih (bleaching agent) pada industri
kertas dan tekstil. Bahan pembersih rumah tangga umumnya mengandung sejumlah
Klor (khususnya NaClO) yang berperan sebagai bahan aktif pengangkat kotoran.
Sementara, senyawa klor lainnya, HClO, berfungsi sebagai agen desinfektan pada
proses pemurnian air. Reaksi yang terjadi saat gas Klor dilarutkan dalam air adalah
sebagai berikut :

Cl2(g) + H2O(l) ——> HCl(aq) + HClO(aq)

Ion OCl– yang dihasilkan dari reaksi tersebut berperan sebagai agen desinfektan
yang membunuh kuman dalam air.

Metana yang terklorinasi, seperti Karbon Tetraklorida (CCl4) dan Kloroform


(CHCl3) digunakan sebagai pelarut senyawa organik. Klor juga digunakan dalam
pembuatan insektisida, seperti DDT. Akan tetapi, penggunaan DDT dapat
mencemari lingkungan, sehingga kini penggunaannya dilarang atau dibatasi sesuai
dengan Undang-Undang Lingkungan. Klor juga digunakan sebagai bahan baku
pembuatan poli vinil klorida (PVC).
Senyawa Bromida ditemukan di air laut (ion Br–). Brom digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan senyawa Etilena Dibromida (BrCH 2CH2Br), suatu insektisida.
Senyawa ini sangat karsinogenik. Di samping itu, Brom juga dapat bereaksi dengan
Perak menghasilkan senyawa Perak Bromide (AgBr) yang digunakan dalam
lembaran film fotografi.

Iod jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Larutan Iod dalam alkohol (50%
massa) sering digunakan di dunia medis sebagai zat antiseptik. Iod juga merupakan
salah satu komponen dari hormon tiroid. Defisiensi Iod dapat mengakibatkan
pembengkakan kelenjar gondok.

Alkali (Alkali)

Logam Alkali (Golongan IA) adalah unsur yang sangat elektropositif (kurang
elektronegatif). Umumnya, logam Alkali berupa padatan dalam suhu ruang. Unsur
Alkali terdiri dari Litium (Li), Natrium (Na), Kalium (K), Rubidium (Rb), Sesium (Cs),
dan Fransium (Fr). Fransium jarang dipelajari sebagai salah satu anggota unsur
Golongan IA, sebab Fransium adalah unsur radioaktif yang tidak stabil dan
cenderung meluruh membentuk unsur baru lainnya. Dari konfigurasi elektron unsur,
masing-masing memiliki satu elektron valensi . Dengan demikian, unsur Alkali
cenderung membentuk ion positif bermuatan satu (M +). (klik di sini untuk melihat
sifat Alkali dalam Tabel Periodik)

Dalam satu golongan, dari Litium sampai Sesium, jari-jari unsur akan meningkat.
Letak elektron valensi terhadap inti atom semakin jauh. Oleh sebab itu, kekuatan
tarik-menarik antara inti atom dengan elektron valensi semakin lemah. Dengan
demikian, energi ionisasi akan menurun dari Litium sampai Sesium. Hal yang serupa
juga ditemukan pada sifat keelektronegatifan unsur .

Secara umum, unsur Alkali memiliki titik leleh yang cukup rendah dan lunak,
sehingga logam Alkali dapat diiris dengan pisau. Unsur Alkali sangat reaktif, sebab
mudah melepaskan elektron (teroksidasi) agar mencapai kestabilan (konfigurasi
elektron ion Alkali menyerupai konfigurasi elektron Gas Mulia). Dengan demikian,
unsur Alkali jarang ditemukan bebas di alam. Unsur Alkali sering dijumpai dalam
bentuk senyawanya. Unsur Alkali umumnya bereaksi dengan unsur lain membentuk
senyawa halida, sulfat, karbonat, dan silikat.

Natrium dan Kalium terdapat dalam jumlah yang melimpah di alam. Keduanya
terdapat dalam mineral seperti albite (NaAlSi3O8) dan ortoklas (KAlSi3O8). Selain
itu, mineral lain yang mengandung Natrium dan Kalium adalah halite (NaCl), Chile
saltpeter (NaNO3), dan silvit (KCl).

Logam Natrium dapat diperoleh dari elektrolisis lelehan NaCl (proses Down). Titik
leleh senyawa NaCl cukup tinggi (801°C), sehingga diperlukan jumlah energi yang
besar untuk melelehkan padatan NaCl. Dengan menambahkan zat aditif CaCl 2, titik
leleh dapat diturunkan menjadi sekitar 600°C, sehingga proses elektrolisis dapat
berlangsung lebih efektif tanpa pemborosan energi.
Sebaliknya, logam Kalium tidak dapat diperoleh melalui metode elektrolisis lelehan
KCl. Logam Kalium hanya dapat diperoleh melalui reaksi antara lelehan KCl dengan
uap logan Natrium pada suhu 892°C. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Na(g) + KCl(l) <——> NaCl(l) + K(g)

Natrium dan Kalium adalah unsur logam yang sangat reaktif. Logam Kalium lebih
reaktif dibandingkan logam Natrium. Kedua logam tersebut dapat berekasi dengan
air membentuk hidroksida. Saat direaksikan dengan oksigen dalam jumlah terbatas,
Natrium dapat membentuk oksidanya (Na2O). Namun, dalam jumlah oksigen
berlebih, Natrium dapat membentuk senyawa peroksida (Na2O2).

2 Na(s) + O2(g) ——> Na2O2(s)

Natrium peroksida bereaksi dengan air menghasilkan larutan hidroksida dan


hidrogen peroksida. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Na2O2(s) + 2 H2O(l) ——> 2 NaOH(aq) + H2O2(aq)

Sama seperti Natrium, logam Kalium dapat membentuk peroksida saat bereaksi
dengan oksigen berlebih. Selain itu, logam Kalium juga
membentuk superoksida saat dibakar di udara. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :

K(s) + O2(g) ——> KO2(s)

Saat Kalium Superoksida dilarutkan dalam air, akan dibentuk gas oksigen. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :

2 KO2(s) + 2 H2O(l) ——> 2 KOH(aq) + O2(g) + H2O2(aq)

Unsur Natrium dan Kalium berperan penting dalam mengatur keseimbangan cairan
dalam tubuh. Ion Natrium dan ion Kalium terdapat dalam cairan intraseluler dan
ekstraseluler. Keduanya berperan penting dalam menjaga tekanan osmosis cairan
tubuh serta mempertahankan fungsi enzim dalam mengkatalisis reaksi biokimia
dalam tubuh.

Natrium Karbonat (soda abu) digunakan dalam industri pengolahan air dan industri
pembuatan sabun, detergen, obat-obatan, dan zat aditif makanan. Selain itu,
Natrium Karbonat digunakan juga pada industri gelas. Senyawa ini dibentuk
melalui proses Solvay. Reaksi yang terjadi pada proses Solvay adalah sebagai
berikut :

NH3(aq) + NaCl(aq) + H2CO3(aq) ——> NaHCO3(s) + NH4Cl(aq)

2 NaHCO3(s) ——> Na2CO3(s) + CO2(g) + H2O(g)

Sumber mineral lain yang mengandung senyawa Natrium Karbonat adalah trona,
dengan formula kimia [Na5(CO3)2(HCO3).2H2O]. Mineral ini ditemukan dalam jumlah
besar di Wyoming, Amerika Serikat. Ketika mineral trona dipanaskan, akan terjadi
reaksi penguraian sebagai berikut :
2 Na5(CO3)2(HCO3).2H2O(s) ——> 5 Na2CO3(s) + CO2(g) + 3 H2O(g)

Natrium Hidroksida dan Kalium Hidroksida masing-masing diperoleh melalui


elektrolisis larutan NaCl dan KCl. Kedua hidroksida ini merupakan basa kuat dan
mudah larut dalam air. Larutan NaOH digunakan dalam pembuatan sabun .
Sementara itu, larutan KOH digunakan sebagai larutan elektrolit pada beberapa
baterai (terutama baterai merkuri).

Chile saltpeter (Natrium Nitrat) terurai membentuk gas oksigen pada suhu 500°C.
Reaksi penguraian yang terjadi adalah sebagai berikut :

2 NaNO3(s) ——> 2 NaNO2(s) + O2(g)

Kalium Nitrat (saltpeter) dapat dibuat melalui reaksi berikut :

KCl(aq) + NaNO3(aq) ——> KNO3(aq) + NaCl(aq)

Alkali Tanah (Alkaline Earth)

Unsur Alkali Tanah mempunyai sifat yang menyerupai unsur Alkali. Unsur Alkali
Tanah umumnya merupakan logam, cenderung membentuk ion positif, dan bersifat
konduktif, baik termal maupun elektrik. Unsur Alkali Tanah kurang elektropositif (lebih
elektronegatif) dan kurang reaktif bila dibandingkan unsur Alkali. Semua unsur
Golongan IIA ini memiliki sifat kimia yang serupa, kecuali Berilium (Be). Yang
termasuk unsur Golongan IIA adalah Berilium (Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca),
Stronsium (Sr), Barium (Ba), dan Radium (Ra). Radium jarang dipelajari sebagai
salah satu anggota unsur Golongan IIA, sebab Radium adalah unsur radioaktif yang
tidak stabil dan cenderung meluruh membentuk unsur baru lainnya. Konfigurasi
elektron menunjukkan unsur-unsur Golongan IIA memiliki dua elektron valensi.
Dengan demikian, untuk mencapai kestabilan, unsur Golongan IIA melepaskan dua
elektron membentuk ion bermuatan positif dua (M 2+). (klik di sini untuk melihat
sifat Alkali Tanah dalam Tabel Periodik)

Dalam satu golongan, dari Berilium sampai Barium, jari-jari unsur meningkat.
Peningkatan ukuran atom diikuti dengan peningkatan densitas unsur. Sebaliknya,
energi ionisasi dan keelektronegatifan berkurang dari Berilium sampai Radium.
Semakin besar jari-jari unsur, semakin mudah unsur melepaskan elektron
valensinya. Potensial standar reduksi (E°red) menurun dalam satu golongan. Hal ini
menunjukkan bahwa kekuatan reduktor meningkat dalam satu golongan dari
Berilium sampai Barium.

Magnesium adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (urutan keenam,
sekitar 2,5% massa kerak bumi). Beberapa bijih mineral yang mengandung logam
Magnesium, antara lain brucite, Mg(OH)2, dolomite (CaCO3.MgCO3), dan epsomite
(MgSO4.7H2O). Air laut merupakan sumber Magnesium yang melimpah (1,3 gram
Magnesium per kilogram air laut). Magnesium diperoleh melalui elektrolisis lelehan
MgCl2.
Magnesium tidak bereaksi dengan air dingin. Magnesium hanya bereaksi dengan air
panas (uap air). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Mg(s) + H2O(g) ——> MgO(s) + H2(g)

Magnesium juga bereaksi dengan udara membentuk Magnesium Oksida dan


Magnesium Nitrida. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2 Mg(s) + O2(g) ——> 2 MgO(s)

3 Mg(s) + N2(g) ——> Mg3N2(s)

Magnesium Oksida bereaksi lambat dengan air menghasilkan Magnesium


Hidroksida (milk of magnesia), yang digunakan sebagai zat aktif untuk menetralkan
asam lambung berlebih. Reaksi pembentukan milk of magnesia adalah sebagai
berikut :

MgO(s) + H2O(l) ——> Mg(OH)2(s)

Hidroksida dari Magnesium merupakan basa kuat. Semua unsur Golongan IIA
membentuk basa kuat, kecuali Be(OH)2 yang bersifat amfoter. Senyawa bikarbonat,
MgHCO3 (maupun CaHCO3), menyebabkan kesadahan air sementara (dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan).

Logam Magnesium terutama digunakan dalam bidang konstruksi. Sifatnya yang


ringan menjadikannya sebagai pilihan utama dalam pembentukan alloy (paduan
logam). Logam Magnesium juga digunakan dalam proteksi katodik untuk mencegah
logam besi dari korosi (perkaratan), reaksi kimia organik (reaksi Grignard), dan
sebagai elektroda baterai . Sementara itu, dalam sistem kehidupan, ion
Mg2+ ditemukan dalam klorofil (zat hijau daun) tumbuhan dan berbagai enzim pada
organisme yang mengkatalisis reaksi biokimia penunjang kehidupan.

Kerak bumi mengandung 3,4 persen massa unsur Kalsium. Kalsium dapat
ditemukan dalam berbagai senyawa di alam, seperti limestone, kalsit,dan batu
gamping (CaCO3); dolomite (CaCO3.MgCO3); gypsum (CaSO4.2H2O); dan fluorite
(CaF2). Logam Kalsium dapat diperoleh melalui elektrolisis lelehan CaCl 2.

Kalsium (sama seperti Stronsium dan Barium) dapat bereaksi dengan air dingin
membentuk hidroksida, Ca(OH)2. Senyawa Ca(OH)2 ini dikenal dengan istilah slaked
lime atau hydrate lime. Reaksi tersebut jauh lebih lambat bila dibandingkan reaksi
logam Alkali dengan air.

Ca(s) + 2 H2O(l) ——> Ca(OH)2(aq) + H2(g)

Kapur (lime), CaO, atau sering disebut dengan istilah quicklime, adalah salah satu
material tertua yang dikenal manusia sejak zaman purba. Quicklime dapat diperoleh
melalui penguraian termal senyawa Kalsium Karbonat. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :

CaCO3(s) ——> CaO(s) + CO2(g)


Slaked lime juga dapat dihasilkan melalui reaksi antara quicklime dengan air.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

CaO(s) + H2O(l) ——> Ca(OH)2(aq)

Quicklime digunakan pada industri metalurgi sebagai zat aktif untuk menghilangkan
SO2 pada bijih mineral. Sementara slaked lime digunakan dalam pengolahan air
bersih. Logam Kalsium digunakan sebagai agen penarik air (dehydrating agent)
pada pelarut organik. Unsur Kalsium merupakan komponen utama penyusun tulang
dan gigi. Ion kalsium dalam tulang dan gigi terdapat dalam senyawa kompleks
garam fosfat, yaitu hidroksiapatit (Ca5(PO4)3OH). Ion Kalsium juga berfungsi
sebagai kofaktor berbagai enzim, faktor penting dalam proses pembekuan darah,
kontraksi otot, dan transmisi sinyal sistem saraf pusat.

Untuk membedakan unsur-unsur Golongan IIA, dapat dilakukan pengujian kualitatif


melalui tes nyala. Saat masing-masing unsur dibakar dengan pembakar Bunsen,
akan dihasilkan warna nyala yang bervariasi. Magnesium menghasilkan nyala
berwarna putih terang, Kalsium menghasilkan nyala berwarna merah
bata, Stronsium menghasilkan nyala berwarna merah terang, sedangkan Barium
menghasilkan nyala berwarna hijau.

Garam yang terbentuk dari unsur Golongan IIA merupakan senyawa kristalin ionik
tidak berwarna. Garam tersebut dapat dibentuk melalui reaksi logam, oksida logam,
atau senyawa karbonat dengan asam. Berikut ini adalah contoh beberapa reaksi
pembentukan garam :

1. Mg(s) + 2 HCl(aq) ——> MgCl2(aq) + H2(g)

2. MgO(s) + 2 HCl(aq) ——> MgCl2(aq) + H2O(l)

3. MgCO3(s) + 2 HCl(aq) ——> MgCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)

Senyawa nitrat mengalami penguraian termal membentuk oksida logam, nitrogen


dioksida, dan gas oksigen. Sebagai contoh :

2 Mg(NO3)2(s) ——> 2 MgO(s) + 4 NO2(g) + O2(g)

Senyawa karbonat mengalami penguraian termal membentuk oksida logam dan gas
karbon dioksida. Sebagai contoh :

BaCO3(s) ——> BaO(s) + CO2(g)

Unsur-Unsur Periode Ketiga (Periode 3 Elements)

Unsur-unsur periode ketiga memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang bervariasi.
Unsur-unsur yang terdapat pada periode ketiga adalah Natrium (Na), Magnesium
(Mg), Aluminium (Al), Silikon (Si), Fosfor (P), Belerang (S), Klor (Cl), dan Argon (Ar).
Dari kiri (Natrium) sampai kanan (Argon), jari-jari unsur menyusut, sedangkan energi
ionisasi, afinitas elektron, dan keelektronegatifan meningkat. Selain itu, terjadi
perubahan sifat unsur dari logam (Na, Mg, Al) menjadi semilogam/metaloid (Si),
nonlogam (P, S, Cl), dan gas mulia (Ar). Unsur logam umumnya membentuk struktur
kristalin, sedangkan unsur semilogam/metaloid membentuk struktur molekul raksasa
(makromolekul). Sementara, unsur nonlogam cenderung membentuk struktur
molekul sederhana. Sebaliknya, unsur gas mulia cenderung dalam keadaan gas
monoatomik. Variasi inilah yang menyebabkan unsur periode ketiga dapat
membentuk berbagai senyawa dengan sifat yang berbeda. (klik di sini untuk
melihat sifat Unsur Periode Ketiga dalam Tabel Periodik)

Unsur-unsur periode ketiga dapat membentuk oksida melalui reaksi pembakaran


dengan gas oksigen. Reaksi yang terjadi pada masing-masing unsur adalah sebagai
berikut :

1. Natrium Oksida

Natrium mengalami reaksi hebat dengan oksigen. Logam Natrium yang terpapar di
udara dapat bereaksi spontan dengan gas oksigen membentuk oksida berwarna
putih yang disertai nyala berwarna kuning.

4 Na(s) + O2(g) ——> 2 Na2O(s)

2. Magnesium Oksida

Magnesium juga bereaksi hebat dengan udara (terutama gas oksigen) menghasilkan
nyala berwarna putih terang yang disertai dengan pembentukan oksida berwarna
putih.

2 Mg(s) + O2(g) ——> 2 MgO(s)

3. Aluminium Oksida

Oksida ini berfungsi mencegah (melindungi) logam dari korosi. Oksida ini berwarna
putih.

4 Al(s) + 3 O2(g) ——> 2 Al2O3(s)

4. Silikon Oksida (Silika)

Si(s) + O2(g) ——> SiO2(s)

5. Fosfor (V) Oksida

Fosfor mudah terbakar di udara. Ketika terdapat gas oksigen dalam jumlah berlebih,
oksida P4O10 yang berwarna putih akan dihasilkan.

P4(s) + 5 O2(g) ——> P4O10(s)

6. Belerang Dioksida dan Belerang Trioksida

Padatan Belerang mudah terbakar di udara saat dipanaskan dan akan menghasilkan
gas Belerang Dioksida (SO2). Oksida ini dapat direaksikan lebih lanjut dengan gas
oksigen berlebih yang dikatalisis oleh Vanadium Pentaoksida (V 2O5) untuk
menghasilkan gas Belerang Trioksida (SO 3).

S(s) + O2(g) ——>SO2(g)

2 SO2(g) + O2(g) ——> 2SO3(g)

7. Klor (VII) Oksida

2 Cl2(g) + 7 O2(g) ——> 2 Cl2O7(g)

Selain dapat membentuk oksida, unsur-unsur periode ketiga juga dapat membentuk
senyawa halida. Senyawa tersebut terbentuk saat unsur direaksikan dengan gas
klor. Reaksi yang terjadi pada masing-masing unsur adalah sebagai berikut :

1. Natrium Klorida

Natrium direaksikan dengan gas klor akan menghasilkan endapan putih NaCl.

2 Na(s) + Cl2(g) ——> 2 NaCl(s)

2. Magnesium Klorida

Sama seperti Natrium, logam Magnesium pun dapat bereaksi dengan gas klor
membentuk endapan putih Magnesium Klorida.

Mg(s) + Cl2(g) ——> MgCl2(s)

3. Aluminium Klorida

Ketika logam Aluminium direaksikan dengan gas klor, akan terbentuk endapan putih
AlCl3.

2 Al(s) + 3 Cl2(g) ——> 2 AlCl3(s)

Dalam bentuk uap, senyawa ini akan membentuk dimer Al 2Cl6.

4. Silikon (IV) Klorida

Senyawa ini merupakan cairan yang mudah menguap. Senyawa ini dihasilkan dari
reaksi padatan Silikon dengan gas klor.

Si(s) + 2 Cl2(g) ——> SiCl4(l)

5. Fosfor (III) Klorida dan Fosfor (V) Klorida

Fosfor (III) Klorida merupakan cairan mudah menguap tidak berwarna yang
dihasilkan saat Fosfor bereaksi dengan gas klor tanpa pemanasan. Saat jumlah gas
klor yang digunakan berlebih, senyawa ini dapat bereaksi kembali dengan gas klor
berlebih membentuk senyawa Fosfor (V) Klorida, suatu padatan berwarna kuning.
P4(s) + 6 Cl2(g) ——> 4 PCl3(l)

Saat jumlah gas klor yang digunakan berlebih, akan terjadi reaksi berikut :

PCl3(l) + Cl2(g) ——> PCl5(s)

6. Belerang (II) Oksida

S(s) + Cl2(g) ——> SCl2(s)

Reaksi antara logam Natrium dan Magnesium dengan air adalah reaksi redoks.
Dalam reaksi ini, unsur logam mengalami oksidasi dan dihasilkan gas hidrogen.
Larutan yang dihasilkan bersifat alkali (basa). Logam Natrium lebih reaktif
dibandingkan logam Magnesium, sehingga larutan NaOH bersifat lebih basa
dibandingkan larutan Mg(OH)2.Padatan NaOH lebih mudah larut dalam air
dibandingkan padatan Mg(OH)2.

Oksida dari logam Natrium dan Magnesium merupakan senyawa ionik dengan
struktur kristalin. Saat dilarutkan dalam air, masing-masing oksida akan
menghasilkan larutan basa. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa oksida logam
dalam air menghasilkan larutan basa.

Na2O(s) + H2O(l) ——> 2 NaOH(aq)

MgO(s) + H2O(l) ——> Mg(OH)2(aq)

Aluminium Oksida memiliki struktur kristalin dan memiliki sifat kovalen yang cukup
signifikan. Dengan demikian, senyawa ini dapat membentuk ikatan antarmolekul
(intermediate bonding). Senyawa ini sukar larut dalam air.

Fosfor (V) Oksida merupakan senyawa kovalen. Senyawa ini dapat bereaksi dengan
air membentuk asam fosfat. Asam fosfat merupakan salah satu contoh larutan asam
lemah dengan pH berkisar antara 2 hingga 4. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :

P4O10(s) + 6 H2O(l) ——> 4 H3PO4(aq)

Belerang Dioksida dan Belerang Trioksida mempunyai struktur molekul kovalen


sederhana. Masing-masing dapat bereaksi dengan air membentuk larutan asam.

SO2(g) + H2O(l) ——> H2SO3(aq)

SO3(g) + H2O(l) ——> H2SO4(aq)

Dengan demikian, senyawa oksida yang dihasilkan dari unsur periode ketiga dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Oksida Logam (di sebelah kiri Tabel Periodik) memiliki struktur ionik kristalin dan
bereaksi dengan air menghasilkan larutan basa. Oksida Logam merupakan oksida
basa, yang dapat bereaksi dengan asam membentuk garam.

MgO(s) + H2SO4(aq) ——> MgSO4(aq) + H2O(l)

2. Oksida Nonlogam (di sebelah kanan Tabel Periodik) memiliki struktur molekul
kovelen sederhana dan bereaksi dengan air menghasilkan larutan asam. Oksida
nonlogam merupakan oksida asam, yang dapat bereaksi dengan basa
membentuk garam.

SO3(g) + MgO(s) ——> MgSO4(s)

3. Oksida Amfoterik (di tengah Tabel Periodik) memiliki sifat asam dan basa
sekaligus. Oksida tersebut dapat bereaksi dengan asam maupun basa.

Al2O3(s) + 6 HCl(aq) ——> 2 AlCl3(aq) + 3 H2O(l)

Al2O3(s) + 6 NaOH(aq) + 3 H2O(l) ——> 2 Na3Al(OH)6(aq)

Natrium Klorida dan Magnesium Klorida merupakan senyawa ionik dengan struktur
kristalin yang teratur. Saat dilarutkan dalam air, kedua senyawa tersebut
menghasilkan larutan netral (pH = 7). Sementara itu, Aluminium Klorida membentuk
struktur dimernya, yaitu Al2Cl6 (untuk mencapai konfigurasi oktet). Senyawa dimer ini
larut dalam air.

Al2Cl6(s) + 12 H2O(l) ——> 2 [Al(H2O)6]3+(aq) + 6 Cl–(aq)

Cairan Silikon (IV) Klorida dan gas PCl5 merupakan molekul kovalen sederhana.
Masing-masing senyawa bereaksi hebat dengan air membentuk gas HCl. Reaksi ini
dikenal dengan istilah hidrolisis. Larutan yang terbentuk bersifat asam. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :

SiCl4(l) + 2 H2O(l) ——> SiO2(s) + 4 HCl(g)

PCl5(s) + 4 H2O(l) ——> H3PO4(aq) + 5 HCl(g)

Dengan demikian, senyawa halida yang dibentuk dari unsur periode ketiga dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Logam Klorida ( di sebelah kiri Tabel Periodik) memiliki struktur kristalin ionikdan
mudah bereaksi dengan air membentuk larutan netral. Logam Klorida bersifat
netral.

2. Nonlogam Klorida (di sebelah kanan Tabel Periodik) memiliki struktur molekul
kovalen sederhana dan bereaksi dengan air menghasilkan larutan asam. Nonlogam
Klorida bersifat asam.
 Jari-Jari Atom adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron di kulit terluar. Besarnya jari-
jari atom dipengaruhi oleh besarnya nomor atom unsur tersebut. Semakin besar nomor atom
unsur-unsur segolongan, semakin banyak pula jumlah kulit elektronnya, sehingga semakin
besar pula jari-jari atomnya. Jadi, dalam satu golongan (dari atas ke bawah), jari-jari atomnya
semakin besar. Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), nomor atomnya bertambah yang
berarti semakin bertambahnya muatan inti, sedangkan jumlah kulit elektronnya tetap.
Akibatnya tarikan inti terhadap elektron terluar makin besar, sehingga menyebabkan semakin
kecilnya jari-jari atom.
 Jari-Jari Ion. Ion mempunyai jari-jari yang berbeda secara nyata jika dibandingkan dengan
jari-jari atom normalnya. Ion bermuatan positif (kation) mempunyai jari-jari yang lebih kecil,
sedangkan ion bermuatan negatif (anion) mempunyai jari-jari yang lebih besar jika
dibandingkan dengan jari-jari atom normalnya.
 Energi Ionisasi (EI) adalah energi yang diperlukan atom dalam untuk melepaskan satu
elektron sehingga membentuk ion bermuatan +1. Jika atom tersebut melepaskan elektronnya
yang ke-2 maka akan diperlukan energi yang lebih besar, begitu juga pada pelepasan elektron
yang ke-3 dan seterusnya. Maka EI 1< EI 2 < EI 3. Dalam satu golongan (dari atas ke
bawah), EI semakin kecil karena jari-jari atom bertambah sehingga gaya tarik inti terhadap
elektron terluar semakin kecil. Akibatnya elektron terluar semakin mudah untuk dilepaskan.
Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), EI semakin besar karena jari-jari atom semakin kecil
sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin besar. Akibatnya elektron terluar
semakin sulit untuk dilepaskan.
 Afinitas Elektron adalah energi yang dilepaskan oleh atom apabila menerima sebuah
elektron untuk membentuk ion negatif. Semakin negatif harga afinitas elektron, semakin
mudah atom tersebut menerima elektron dan unsurnya akan semakin reaktif. Dalam satu
golongan (dari atas ke bawah), harga afinitas elektronnya semakin kecil. Dan dalam satu
periode (dari kiri ke kanan), harga afinitas elektronnya semakin besar. Unsur golongan utama
memiliki afinitas elektron bertanda negatif, kecuali golongan IIA dan VIIIA. Afinitas elektron
terbesar dimiliki oleh golongan VIIA.
 Keelektronegatifan adalah kemampuan suatu unsur untuk menarik elektron dalam molekul
suatu senyawa. Harga keelektronegatifan ini diukur dengan menggunakan skala Pauling yang
besarnya antara 0,7 sampai 4. Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan besar,
cenderung menerima elektron dan akan membentuk ion negatif. Sedangkan unsur yang
mempunyai harga keelektronegatifan kecil, cenderung melepaskan elektron dan akan
membentuk ion positif. Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga keelektronegatifan
semakin kecil. Dan dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga keelektronegatifan semakin
besar.
 Sifat Logam dan Non Logam. Sifat logam berhubungan dengan keelektropositifan, yaitu
kecenderungan atom untuk melepaskan elektron membentuk kation. Sifat logam bergantung
pada besarnya energi ionisasi (EI). Makin besar harga EI, makin sulit bagi atom untuk
melepaskan elektron dan makin berkurang sifat logamnya. Sifat non logam berhubungan
dengan keelektronegatifan, yaitu kecenderungan atom untuk menarik elektron. Dalam satu
periode (dari kiri ke kanan), sifat logam berkurang sedangkan sifat non logam bertambah.
Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), sifat logam bertambah sedangkan sifat non logam
berkurang. Unsur logam terletak pada bagian kiri-bawah dalam sistem periodik unsur,
sedangkan unsur non logam terletak pada bagian kanan-atas. Unsur-unsur yang terletak pada
daerah peralihan antara unsur logam dengan non logam disebut unsur metaloid. Metalloid
adalah unsur yang mempunyai sifat logam dan non logam.
 Kereaktifan. Kereaktifan bergantung pada kecenderungan unsur untuk melepas atau
menarik elektron. Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), mula-mula kereaktifan menurun,
tapi akan semakin bertambah hingga golongan alkali tanah (VIIA).
SIFAT LOGAM ALKALI
hasannudin | October 18, 2015 | Kimia Unsur | No Comments
Sifat logam alkali dapat dilihat dari dua aspek,yaitu sifat fisika dan sifat kimia.

SIFAT FISIKA LOGAM ALKALI

logam natrium yang berwarna putih keperakan


Semua unsur Golongan IA berwarna putih keperakan, berupa logam padat kecuali Cesium yang
meleleh pada 28oC sehingga menjadi cair pada siang hari. Natrium adalah logam Lunak yang
dapat dipotong dengan pisau, dan kalium lebih lunak dari Natrium. Logam litium, Natrium, Kalium
mempunyai kerapatan kurang dari 1,0g/cm3 , akibatnya ketiga logam tersebut akan terapung
dalam air, namun ketiga logam tersebut sangat reaktif terhadap air dan reaksinya cukup dahsyat.

Sifat-sifat fisik logam, seperti lunak dan titik leleh rendah menjadi petunjuk bahwa ikatan antar
atom dalam logam sangat lemah. Lemahnya ikatan ini akibat ukuran atom logam alkali relatif
besar bila dibandingkan dengan unsur-unsur lain yang seperioda. Kecenderungan ukuran ini
didukung oleh fakta bahwa logam alkali hanya memiliki satu elektron valensi. Bagaimana titik
leleh menurun dari litium ke Cesium. Hal ini boleh jadi diakibatkan oleh jari-jari atom yang
bertambah besar, sehingga mengurangi kekuatan ikatan antar atom logam.

SIFAT KIMIA LOGAM ALKALI


Sebagaimana telah diungkapkan, semua logam alkali secara kimia sangat reaktif. Logam-logam
tersebut merupakan zat pereduksi kuat, seperti ditunjukan oleh potensial reduski standar yang
sangat negatif. Dengan mempertimbangkan kelektronegatifan yang rendah dari logam alkali, ini
menunjukan bahwa logam alkali cenderung membentuk senyawa ionik. Hal ini uga diperkuat
oleh energi ionisasi pertama ang relatif rendah,sedangkan energi ionisasi kedua sangat tinggi,
sehingga hanya ion dengan bilangan oksidasi +1 yang dapat dibentuk dalam senyawa.

Reaksi antara
Natrium dengan air
Semua logam alkali dapat bereaksi dengan air. Reaksinya melibatkan pergantian hidrogen dari
air oleh logam, misalnya:

2Na(s) + H2O(l) –> NaOH(aq) + H2(g)

Karena hidroksida logam alkali merupakan basa kuat, rumus NaOH harus diterjemahkan
sebagai larutan ion Na+(aq) dan ion OH–(aq).

Logam alkali menjadi sangat reaktif dari atas ke bawah dalam tabel periodik. Sepotong logam
litium bila ditambahkan ke dalam air akan bergerak di sekitar permukaan air disertai pelepasan
gas hidrogen dan nyala api dari kalor reaksi. Kalium bereaksi dengan sangat dahsyat disertai
ledakan dan nyala berwarna ungu dari spektrum pancaran uap kalium yang terbakar.

Logam alkali terbakar diudara dengan adanya gas oksigen, semuanya membentuk oksida
(senyawa O2-). Litium membentuk Litium Oksida (Li2O) suatu padatan berwarna putih. Walaupun
Natrium membentuk Oksida, produk yang lebih dominan bila natrium dibakar di udara adalah
natrium peroksida (Na2O2) suatu senyawa berwarna putih kekuningan. Senyawa ini merupakan
senyawa ionik dari ion Natrum dan ion Peroksida (O 2-). Jika Kalium dibakar dalam udara,produk
yang lebih dominan adalah Kalium Superoksida (K 2O) suatu senyawa berwarna kuning-jingga.
Oksida ini merupakan senyawa ionik dari ion Kalium dan ion Superoksida (O 2–). Keadaan
oksidasi oksigen dalam ion-ion O2-,O22-, dan O2– adalah -2, -1, dan -1/2.

Logam Alkali juga bereaksi dengan halogen (F 2, Cl2, Br2 dan I2) membentuk halida. Pada suhu
yang dinaikkan secara bertahap (elevasi) alkali bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrida
(seperti Li+H–). Litium adalah logam alkali yang dapat berekasi dengan nitrogen secara langsung,
sedangkan logam lainnya tidak bereaksi.

Karena kereaktifannya dalam udara maupun uap air, logam alkali harus disimpan dalam cairan
yang inert, seperti kerosin atau dalamgas inert lain. Logam tersebut harus diperlakukan
menggunakan pinset, sebab dapat bereaksi dengan uap air yang terdapat pada tangan kita
menghasilkan nyala (dari hidroksida logam alakli dan kalor reaksi).
Demikian tulisan mengenai sifat logam alkali. Jika ada masukan, saran ataupun pertanyaan
silahkan berkomentar. Silahkan pula kunjungi:

Logam Alkali Sangat Reaktif


Semua unsur yang termasuk ke dalam loga alkali bersifat sangat reaktif.
Dalam satu golongan dari atas ke bawah akan semakin reaktif. Kereaktifan
semakin ke bawah semakin besar karena energi ionisasi semakin
rendah. Semakin ke bawah akan lebih mudah melepaskan elektron.
Karena sifatnya yang reaktif, unsur ini tidak pernah ditemukan dalam
keadaan bebas di alam. Logam alkali banyak ditemukan dalam senyawa
garam mineranya.
Titik Leleh
Logam alkali mempunyai titik leleh yang rendah karena jumlah elektron
valensi yang digunakan untuk mengikat partikel lain jumlahnnya hanya 1
buah. Gaya yang mengikatnya menjadi sangat lemah. Titik leleh tertinggi
dimiliki Lithium yaitu 179o C dan semakin kebawah semakin
rendah. Bilangan oksidasi logam-logam alkali adalah +1 sesuai dengan
konfigurasi elektronnya.

nS -1

Dengan konfigurasi seperti di atas, logam alkali sangat mudah melepas 1


buah elektron terluarnya untuk bereaksi. Jika diurut mulai dari Lithium (Li)
ke Sesium (Cs) jari-jari elektronnya semakin besar sehingga energi
ionisasinya semakin kecil yang menandakan semakin ke bawah maka
unsur alkali tersebut semakin reaktif.

Reaksi Logam Alkali


Karena sifat-sifat yang dimiliki logam alkali menjadikannya sangat mudah
bereaksi dengan unsur kimia yang lain. Beberapa reaksi yang melibatkan
logam alkali antara lain

a. Semua logam alkali dapat bereaksi dengan unsur hidrogen membentuk


senyawa halida, dengan oksigen membentuk senyawa oksida, dengan
halogen membentuk senyawa halida , dengan belerang membentuk
senyawa sulfida, dan dengan fosfor membentuk senyawa fosfida.

2A(s) + H2(g) → 2AH(s) (reaksi dengan hidrogen)


2A(s) + X2(g) → 2AX(g) (reakasi dengan halogen X)
4A(s) + O2(g) → 2A2O(s) (reaksi dengan oksigen)
2A(s) + S(l) → A2S(s) (reaksi dengan belerang)
3A(s) + P(g) → A3H(s) (reaksi dengan fosfor)

b. Reaksi alkali dengan air menghasilkan basa kuat dan gas hidrogen +
energi (eksotermis)
2A(s) + H2O(l) → 2AOH(aq) + H2(g)
c. Logam alkali sangat mudah bereaksi dengan Oksigen maupun uap air di
udara sehingga penyimpanannya dilakukan dengan merendam logam
tersebut di dalam pelarut hidrokarbon (nonpolar) seperti parafin, kerosin,
maupun sikloheksana.

d. Logam lithium dapat bereaksi dengan nitrogen membentuk nitrida,


rekasinya

6Li(s) + N2(g) → 2Li3N(s)


e. Logam-logam alkali dapat larut dalam amonia cair menghasilkan
larutan berwarna biru

f. Asal sobat hitung tahu, ketika logam-logam alkali dibakar ternyata


menghasilkan nyala api yang punya warna menarik.

Logam Warna
Alkali Nyala

Merah
Litium Tua

Natrium Kuning

Kalium Merah
dan
Ungu

Merah
Rubidium Ungu

Sesium Biru

Kegunaan atau Manfaat Senyawa Alkali

Allah SWT itu Maha Besar, semua yang diciptakannya memang tidak ada
yang sia-sia, termasuk logam alkali. Berikut manfaat dan kegunaan logam
alkali bagi kehidupan manusia

 Litium : Banyak digunkan sebagai bahan pelumas, baterai ,


industri kaca, bahan paduan pada timah, aluminium, dan
magnesium yang bersifat menguatkan.
 Natrium :
Natrium atau yang juga dikenal dengan nama sodium punya
banyak sekali manfaat bagi manusia seperti:
— Sodium Nitrat merupakan bahan utama pembuatan bubuk
mesiu
— Senyawa Natrium Sulfat, Natrium Karbonat, dan Natrium
Hidroksida banyak digunakan dalam industri kertas
— Natrium Karbonat digunakan sebagai zat penyerap polutan
dari cerobong asap pabrik. Selin itu juga digunakan dalam
industri kaca dan deterjen
— Garam Dapur (Natrium Klorida) banyak dimanfaatkan untuk
berbagai masakan
— Baking Soda (Natrium Bikarbonat) digunakan sebagai
pengembang kue
 Kalium (Potasium)
— Kalium banyak digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk
— Kalium Hidroksida digunakan dalam industri Deterjen
— Kalium Bromida digunakan dalam dunia fotografi
 Selain ketiga logam di atas, masih ada sesium yang bisa
dimanfaatkan dalam peralatan pendeteksi radiasi. Buat lebih
detail dari kegunaan masing-masing logam alkali sobat bisa
mencarinya di referensi online maupun buku.

Anda mungkin juga menyukai