A. Halogen
Unsur halogen sangat berbahaya terhadap mata dan tenggorokan. Unsur halogen
mempunyai bau yang merangsang dan berwarna. Walaupun brom berwujud cair,
tetapi brom mudah sekali menguap. Begitu juga iodium, mudah sekali menyublim.
C. Alkali
1. Sifat Fisis Alkali
Dapat dilihat bahwa sebagai logam, golongan alkali tanah mempunyai sifat
yang tidak biasa, yaitu titik lelehnya yang relatif rendah, rapatannya yang relatif
rendah, dan kelunakannya. Semua unsur logam alkali ini dapat dengan mudah
diubah bentuknya dengan memencetnya di antara jempol dan jari telunjuk (dengan
melindungi kulit baik-baik). Unsur-unsur pada golongan ini mempunyai energi
ionisasi dan keelektronegatifan ratarata yang paling rendah. Hal ini dikarenakan
ukuran atom dan jarak yang relatif besar antara elektron terluar dengan inti
Unsur logam alkali tanah (IIA) ini terdiri dari Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra.
Golongan ini mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan golongan IA. Perbedaannya
adalah bahwa golongan IIA ini mempunyai konfigurasi elektron ns2 dan merupakan
reduktor yang kuat. Meskipun lebih keras dari golongan IA, tetapi golongan IIA ini
tetap relatif lunak, perak mengkilat, dan mempunyai titik leleh dan kerapatan lebih
tinggi.
E. Unsur Transisi
Pada sistem periodik unsur, yang termasuk dalam golongan transisi adalah
unsur-unsur golongan B, dimulai dari IB – VIIB dan VIII. Sesuai dengan pengisian
elektron pada subkulitnya, unsur ini termasuk unsur blok d, yaitu unsur-unsur
dengan elektron valensi yang terletak pada subkulit d dalam konfigurasi elektronnya.
Pada bagian ini unsur-unsur transisi yang akan dibahas adalah unsur transisi pada
periode 4, yang terdiri dari skandium (Sc), titanium (Ti), vanadium (V), krom (Cr),
mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co), nikel (Ni), tembaga (Cu), dan seng (Zn).
1. Sifat Logam Transisi
Semua unsur transisi adalah logam, yang bersifat lunak, mengkilap, dan penghantar
listrik dan panas yang baik. Perak merupakan unsur transisi yang mempunyai
konduktivitas listrik paling tinggi pada suhu kamar dan tembaga di tempat kedua.
Dibandingkan dengan golongan IA dan IIA, unsur logam transisi lebih keras, punya
titik leleh, titik didih, dan kerapatan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena unsur
transisi berbagi elektron pada kulit d dan s, sehingga ikatannya semakin kuat.
2. Bilangan Oksidasi
Tidak seperti golongan IA dan IIA yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +1 dan
+2, unsur-unsur logam transisi mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Seperti
vanadium yang punya bilangan oksidasi +2, +3, dan +4.
3. Sifat Kemagnetan
Setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu paramagnetik, di mana
atom, molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan magnet karena ada
elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya dan diamagnetik, di mana atom,
molekul, atau ion dapat ditolak oleh medan magnet karena seluruh elektron pada
orbitnya berpasangan. Sedangkan pada umumnya unsur-unsur transisi bersifat
paramagnetik karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada orbital-
orbital d-nya. Sifat paramagnetik ini akan semakin kuat jika jumlah elektron yang
tidak berpasangan pada orbitalnya semakin banyak. Logam Sc, Ti, V, Cr, dan Mn
bersifat paramagnetik, sedangkan Cu dan Zn bersifat diamagnetik. Untuk Fe, Co, dan
Ni bersifat feromagnetik, yaitu kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya saja
dalam keadaan padat.
4. Ion Berwarna
Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan
timbulnya warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi karena elektron dapat
bergerak ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar tampak. Pada
golongan transisi, subkulit 3d yang belum terisi penuh menyebabkan elektron pada
subkulit itu menyerap energi cahaya, sehingga elektronnya tereksitasi dan
memancarkan energi cahaya dengan warna yang sesuai dengan warna cahaya yang
dapat dipantulkan pada saat kembali ke keadaan dasar. Misalnya Ti2+ berwarna
ungu, Ti4+ tidak berwarna, Co2+ berwarna merah muda, Co3+ berwarna biru, dan
lain sebagainya.
Beberapa kegunaan unsur-unsur transisi
a. Skandium, digunakan pada lampu intensitas tinggi.
b. Titanium, digunakan pada industri pesawat terbang dan industri kimia (pemutih
kertas, kaca, keramik, dan kosmetik).
c. Vanadium, digunakan sebagai katalis pada pembuatan asam sulfat.
d. Kromium, digunakan sebagai plating logam-logam lainnya.
e. Mangan, digunakan pada produksi baja dan umumnya alloy manganbesi.
f. Besi, digunakan pada perangkat elektronik.
g. Kobalt, digunakan untuk membuat aliansi logam.
h. Nikel, digunakan untuk melapisi logam supaya tahan karat, membuat monel.
i. Tembaga, digunakan pada alat-alat elektronik dan perhiasan.
j. Seng, digunakan sebagai bahan cat putih, antioksidan pada pembuatan ban mobil,
dan bahan untuk melapisi tabung gambar televisi.
KOMPETENSI DASAR
1. Mengidentifikasi kelimpahan unsur-unsur utama dan produk yang
mengandung unsur tersebut.
2. Mendeskripsikan kecendrungan sifat-sifat fisik dan sifat kimia unsur utama
dan unsur transisi.
3. Menjelaskan manfaat, dampak dan proses pembuatan unsur, unsur dan
senyawanya dalam kehidupan.
INDIKATOR
1. Mengidentifikasi keberadaaan unsur-unsur gas mulia dan halogen
2. Mengidentifikasi produk-produk yang mengandung unsur gas mulia dan
halogen
3. Mengidentifikasi sifat-sifat fisik gas mulia dan halogen
4. Mengidentifikasi sifat-sifat kimia gas mulia
5. Menjelaskan manfaat serta dampak dari unsur gas mulia
6. Menjelaskan proses pembuatan unsur dari senyawa gas mulia dan halogen
A. GAS MULIA
Unsur gas mulia adalah unsur-unsur yang terdapat pada golongan VIII A sistem
periodik, yaitu helium (He), neon (Ne), argon (Ar), kripton (Kr), ksenon (Xe) dan
radon (Rn). Kelompok ini disebut gas mulia karena sifatnya yang sukar bereaksi.
Unsur-unsur gas mulia, kecuali helium mengandung delapan elektron di kulit
terluar, sehingga bersifat stabil. Kestabilan gas-gas mulia ini sempat membuat para
ahli kimia yakin bahwa gas mulia benar-benar tidak dapat dan tidak mungkin
membentuk senyawa, dan itulah sebabnya sering dinamai gas-gas lembam (inert
gases)
Argon, kripton dan xenon sedikit larut dalam air, sebab atom-atom gas mulia ini
dapat terperangkap dalam rongga-rongga kisi molekul air. Struktur semacam ini
disebut klatrat
Beberapa data tentang gas mulia dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No Sifat-sifat He Ne Ar Kr Xe Rn
1 4 20 40 84 131 222
Massa atom
2 Jari-jari atom 93 113 154 169 190 225
(pikometer)
3 Energi ionisasi 2640 2080 1520 1350 1170 1040
(Kj/mol)
10,0
4 Kerapatan 0,18 0,90 1,80 3,75 3,80 0
(Kg/m ) 3
2. Dari atas ke bawah energi ionisasi mengalami penurunan, hal ini dapat
menerangkan mengapa gas-gas mulia yang letaknya lebih bawah mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk membentuk senyawa.
3. Makin ke bawah letaknya, gas mulia memiliki harga kerapatan, titik didih dan
titik leleh yang makin besar. Hal ini sesuai dengan konsep ikatan, bahwa gaya tarik
Van Der Walls antar partikel akan bertambah besar apabila jumlah elektron peratom
bertambah.
2 Neon
1,82 x 10‾ 3
3 Argon 0,934
4 Kripton
1,14 x 10‾ 4
5 Xenon
8,70 x 10‾ 6
6 Radon
6 x 10‾ 14
Dari tabel di atas, nampak jelas bahwa gas mulia yang paling banyak dijumpai di
atmosfer adalah argon, menduduki peringkat ke 3 setelah nitrogen dan oksigen.
Akan tetapi, gas mulia yang paling banyak terdapat di alam semesta adalah helium.
Unsur helium bersama-sama dengan unsur hidrogen merupakan komponen utama
dari matahari dan bintang-bintang.
Semua gas mulia kecuali radon, dapat diperoleh dengan cara mencairkan udara,
kemudian komponen-komponen udara cair ini dipisahkan dengan destilasi
bertingkat. Hal ini dimungkinkan sebab gas mulia memiliki titik didih yang berbeda-
beda.
Argon dapat diperoleh dengan memanaskan udara dan kalsium karbida (CaC ). 2
Nitrogen dan oksigen di udara akan diikat oleh CaC sehingga pada udara kita
2,
memperoleh argon.
CaC + N → CaCN + C
2 2 2
2CaC + O → CaO + 4C
2 2
Helium dapat dijumpai dalam kadar yang cukup tinggi pada beberapa sumber gas
alam, sebagai hasil peluruhan bahan-bahan radioaktif. Adapun radon hanya
diperoleh dari peluruhan radioaktif unsur radium berdasarkan reaksi inti berikut :
226 222 4
88Ra → Rn + He 86 2
5. Xenon
(Na AlF ). Klorin, bromin dan iodin terkandung pada air laut dalam bentuk garam-
3 6
garam halida dari natrium, magnesium, kalium dan kalsium. Garam halida yang
paling banyak adalah NaCl, meliputi 2,8% berat air laut. Jika ditinjau dari harga
kemolaran, banyaknya ion halida pada air laut : 0,53 M Cl‾, 8 x 10‾ M Br‾, 5 x 4
10‾ M I‾.
7
Di daerah Chili, Amerika serikat, iodin ditemukan dalam jumlah berlimpah sebagai
garam natrium iodat (NaIO ). Beberapa sumber air di negara kita ternyata
3
mengandung natrium iodida (NaI) dalam kadar yang cukup tinggi, misalnya di
Watudakon (Mojokerto). Beberapa jenis lumut dan ganggang laut mengandung
senyawa iodin. Unsur astatin tidak dijumpai di alam, sebab bersifat radioaktif.
Ion halida dalam tubuh manusia
Ion klorida merupakan anion terbanyak yang dikandung oleh plasma darah, cairan
tubuh, air susu, air mata, air ludah dan cairan eksresi. Juga getah lambung
mengandung 0,37% HCl untuk membantu pencernaan makanan.
Ion iodida dikandung oleh kelenjar tiroid dan merupakan komponen yang
diperlukan untuk membuat hormon tiroksin C H O NI ). Ion flourida diperlukan
15 11 4 4
2. Sifat-sifat halogen
• Sifat fisik
Sifat fisik unsur halogen dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Contoh :
2Al + 3 Br → 2 AlBr 2 3
2Fe + 3 Cl → 2 FeCl 2 3
Cu + F → CuF
2 2
H +X 2 → 2HX
2
Si + 2X → SiX 2 4
2B + 3X → 2BX 2 3
P + 6X → 4PX
4 2 3
P + 10X → 4PX
4 2 5
Contoh
CH + Cl → CHCl + HCl
4 2 3
F + H O → 2HF + O
2 2 2
X +HO
2 2 HX + HXO
Reaksi dengan basa
Reaksi antar halogen, reaksinya secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut:
X + nY → 2XY
2 2 n
n = 1,3,5 dan 7
Oleh karena unsur halogen mudah menangkap elektron (mengalami reduksi) maka
unsur halogen merupakan zat pengoksidasi (oksidator) yang kuat. Daya oksidasi
halogen meningkat dengan berkurangnya nomor atom. Itulah sebabnya suatu unsur
halogen dapat mengoksidasi halogen lain di bawahnya, tetrapi tidak mampu
mengoksidasi halogen yang di atasnya.
Br + 2I‾ → I + 2Br‾
2 2
Halogen dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi -1, +1, +3, +5 dan +7. oleh
karena keelektronegatifan unsuir halogen sangat besar, maka pada umumnya
halogen dalam senyawa memiliki bilangan oksidasi -1. bilangan oksidasi positif
hanya akan dimiliki halogen apabila ia berikatan dengan atom yang lebih
elektronegatif, misalnya oksuigen atau halogen lain yang letaknya lebih atas dalam
sistem periodik.
yang paling kuat, bahkan merupakan asam paling kuat di semua asam yang dikenal.
3. Kegunaan halogen dan senyawanya
Flourin
1. Gas flourin (F ) terutama digunakan dalam proses pengolahan isotop uranium
2
CaSIO + 8 Hf
3(s) → H SiF + CaF + 3 H O
(aq) 2 6(aq) 2(s) 2
3. Natrium heksa flourosilikat (Na SiF ), bahan yang dicampurkan pada pasta gigi
2 6
6. Kriolit (Na AlF ), bahan yang digunakan sebagai pelarut dalam pengolahan
3 6
Klorin
1. Gas Cl mempunyai sifat desinfektan, sehingga sering dialirkan pada air kolam
2
4. NaCl, dipaki sebagi garam dapur dan sebagi bahan baku pada berbagai jenis
industri kimia
10. Kalsium hipoklorit (CaCOCl) disingkat kaporit, pemusnah kuman pada air
2
ledeng
Bromin
1. NaBr, zat sedutif atau obat penenang saraf
2. AgBr, yang disuspensikan dalam gelatin untuk dipakai sebagai film fotografi
3. Metal bromida (CH Br), suatu bahan campuran zat pemadam kebakaran
3
memperoleh iodin
3. Perak iodida (AgI), digunakan dalam film fotografi
SOAL
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat diantara jawaban a, b, c, d dan e!
1. Diantara gas mulia di bawah ini yang senyawanya paling banyak disintesis adalah
…….
a. Ne d. He
b. Ar e. Xe
c. Kr
2. Diantara gas mulia di bawah ini yang terbanyak di atmosfer adalah ……….
a. Ar d. He
b. Xe e. Kr
c. Ne
a. Helium d. Xenon
b. Radon e. Neon
c. Kripton
a. Radon d. Neon
b. xenon e. Argon
c. Helium
a. +2 d. +8
b. +4 e. +10
c. +6
7. Senyawa xenon lebih banyak dibandingkan senyawa radon, hal ini disebabkan ….
a. Ksenon d. Halium
b. Radon e. Argon
c. Neon
a. -4 d. +2
b. -2 e. +4
c. +1
a. Flourin d. Iodin
b. Klorin e. Astatin
c. Bromin
11. Urutan asam halida yang menunjukkan titik didih semakin rendah adalah ……
c. HCl – HBr – HI – HF
a. Flourin d. Iodin
b. Klorin e. Astatin
c. Bromin
13. Unsur klorin tidak dijumpai dalam ….….
a. Kriolit d. PUC
c. Kaporit
a. Cl + 2Br‾
2 2Cl‾ + Br 2
b. 2I‾ + Br → 2I + 2Br‾
2
c. F + 2Cl‾ →
2 2F‾ + Cl 2
d. Br + 2F‾ →2 F + 2Br‾
2
e. 2Br‾ + F → 2F‾ + Br
2 2
15. Diantara pernyataan di bawah ini yang tidak benar dari unsur-unsur halogen
adalah …….
16. Senyawa yang dicampurkan ke dalam garam dapur untuk membuat garam
beryodium adalah…….
a. KO 2 3 d. NaIO3
b. NaCl e. NaIO
c. NaClO
a. I dan Br‾
2 d. Br‾ dan Br 2
c. Br‾ dan Cl 2
a. F 2 d. I 2
b. Cl 2 e. At
c. Br 2
19. Neon digunakan dalam lampu-lampu reklame. Gas neon menghasilkan cahaya
berwarna …….
a. Merah d. Biru
b. Jingga e. Putih
c. Hijau
a. Energi pengionisasinya
d. Keelektronegatifan
e. Jari-jari atom
Gas Mulia (Noble Gas) adalah bagian kecil dari atmosfer. Gas Mulia terletak pada
Golongan VIIIA dalam sistem periodik. Gas mulia terdiri dari unsur Helium (He),
Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon (Xe), dan Radon (Rn). Keistimewaan
unsur-unsur gas mulia adalah memiliki konfigurasi elektron yang sempurna
(lengkap), dimana setiap kulit dan subkulit terisi penuh elektron. Dengan demikian,
elektron valensi unsur gas mulia adalah delapan (kecuali unsur Helium
dengan dua elektron valensi). Konfigurasi demikian menyebabkan gas mulia
cenderung stabil dalam bentuk monoatomik dan sulit bereaksi dengan unsur lainnya.
Keberadaan unsur-unsur Gas Mulia pertama kali ditemukan oleh Sir William
Ramsey. Beliau adalah ilmuwan pertama yang berhasil mengisolasi gas Neon,
Argon, Kripton, dan Xenon dari atmosfer. Beliau juga menemukan suatu gas yang
diisolasi dari peluruhan mineral Uranium, yang mempunyai spektrum sama seperti
unsur di matahari, yang disebut Helium. Helium terdapat dalam mineral radioaktif
dan tercatat sebagai salah satu gas alam di Amerika Serikat. Gas Helium diperoleh
dari peluruhan isotop Uranium dan Thorium yang memancarkan partikel α. Gas
Radon, yang semua isotopnya radioaktif dengan waktu paruh pendek, juga diperoleh
dari rangkaian peluruhan Uranium dan Thorium.
Saat mempelajari reaksi kimia dengan menggunakan gas PtF 6 yang sangat
reaktif, N. Bartlett menemukan bahwa dengan oksigen, akan terbentuk suatu
padatan kristal [O2]+[PtF6]–. Beliau mencatat bahwa entalpi pengionan Xenon sama
dengan O2. Dengan demikian, suatu reaksi yang analog diharapkan dapat terjadi.
Ternyata, hal tersebut benar. Pada tahun 1962, beliau melaporkan senyawa pertama
yang berhasil disintesis menggunakan Gas Mulia, yaitu padatan kristal merah
dengan formula kimia [Xe]+[PtF6]–. Selanjutnya, berbagai senyawa Gas Mulia juga
berhasil disintesis, diantaranya XeF2, XeF4, XeF6, XeO4, dan XeOF4.
Seluruh unsur Gas Mulia merupakan gas monoatomik. Dalam satu golongan, dari
He sampai Rn, jari-jari atom meningkat. Dengan demikian,ukuran atom Gas Mulia
meningkat, menyebabkan gaya tarik-menarik antar atom (Gaya London) semakin
besar. Hal ini mengakibatkan kenaikan titik didih unsur dalam satu golongan.
Sementara energi ionisasi dalam satu golongan menurun dari He sampai Rn. Hal ini
menyebabkan unsur He, Ne, dan Ar tidak dapat membentuk senyawa (energi
ionisasinya sangat tinggi), sementara unsur Kr dan Xe dapat membentuk senyawa
(energi ionisasinya relatif rendah dibandingkan Gas Mulia lainnya). Gas Argon
merupakan Gas Mulia yang paling melimpah di atmosfer (sekitar 0,934% volume
udara), sedangkan Gas Helium paling melimpah di jagat raya (terlibat dalam reaksi
termonuklir pada permukaan matahari). (klik di sini untuk melihat sifat Gas Mulia
dalam Tabel Periodik)
Gas Neon, Argon, Kripton, dan Xenon diperoleh dengan fraksionasi udara cair.
Gas-gas tersebut pada dasarnya bersifat inert (stabil/lembam), sebab kereaktifan
kimianya yang rendah, sebagai konsekuensi dari konfigurasi elektron yang lengkap.
Kegunaan utama gas Helium adalah sebagai cairan dalam krioskopi. Gas Argon
digunakan untuk menyediakan lingkungan yang inert dalam peralatan laboratorium,
dalam pengelasan, dan dalam lampu listrik yang diisi gas. Sementara gas Neon
digunakan untuk tabung sinar pemutusan muatan.
Halogen (Halogen)
Unsur Halogen (Golongan VIIA) adalah unsur-unsur nonlogam yang reaktif. Halogen
terdiri dari unsur Fluor (F), Klor (Cl), Brom (Br), Iod (I), dan Astatin (At). Astatin
adalah unsur radioaktif dengan waktu hidup (life time) yang sangat singkat dan
mudah meluruh menjadi unsur lain. Dalam pembahasan ini, kita hanya akan
membicarakan empat unsur pertama Halogen. Secara umum, unsur Halogen
bersifat toksik dan sangat reaktif. Toksisitas dan reaktivitas Halogen menurun dari
Fluor sampai Iod. (klik di sini untuk melihat sifat Halogen dalam Tabel Periodik)
Dalam satu golongan, dari Fluor sampai Iod, jari-jari atom meningkat. Akibatnya,
interaksi antar atom semakin kuat, sehingga titik didih dan titik leleh pun meningkat.
Dalam keadaan standar (tekanan 1 atm dan temperatur 25°C), Fluor adalah gas
berwarna kekuningan, Klor adalah gas berwarna hijau pucat, Brom adalah cairan
berwarna merah kecoklatan, dan Iod adalah padatan berwarna ungu-hitam. Energi
ionisasi menurun dalam satu golongan , demikian halnya keelektronegatifan dan
potensial standar reduksi (E°red). Ini berarti, Flour paling mudah tereduksi (oksidator
kuat), sedangkan Iod paling sulit tereduksi (oksidator lemah).
Beberapa keistimewaan unsur Fluor yang tidak dimiliki unsur Halogen lainnya
adalah sebagai berikut :
1. Fluor adalah unsur yang paling reaktif dalam Golongan Halogen. Hal ini terjadi
akibat energi ikatan F-F yang relatif rendah (150,6 kJ/mol) dibandingkan energi
ikatan Cl-Cl (242,7 kJ/mol) maupun Br-Br (192,5 kJ/mol). Sebagai tambahan, ukuran
atom F yang kecil menyebabkan munculnya tolakan yang cukup kuat antar lone
pair F-F, sehingga ikatan F-F tidak stabil dan mudah putus. Hal ini tidak terjadi pada
ikatan Cl-Cl maupun Br-Br sehingga keduanya relatif stabil dibandingkan ikatan F-F.
2. Senyawa Hidrogen Fluorida (HF) memiliki titik didih tertinggi akibat adanya ikatan
Hidrogen. Sementara senyawa halida lainnya (HCl, HBr, dan HI) memiliki titik didih
yang relatif rendah.
3. Hidrogen Fluorida (HF) adalah asam lemah, sedangkan asam halida lainnya
(HCl, HBr, dan HI) adalah asam kuat.
4. Gas Fluor dapat bereaksi dengan larutan natrium hidroksida (NaOH)
membentuk oksigen difluorida yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi
berikut :
Sementara itu, reaksi yang analog juga terjadi pada Klor dan Brom, dengan produk
yang berbeda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
5. Senyawa Perak Fluorida (AgF) mudah larut dalam air, sedangkan perak halida
lainnya (AgCl, AgBr, dan AgI) sukar larut dalam air.
1. F2 dapat mengoksidasi Cl– menjadi Cl2, Br– menjadi Br2, serta I– menjadi I2.
2. Cl2 dapat mengoksidasi Br– menjadi Br2, serta I– menjadi I2. Cl2 tidak dapat
mengoksidasi F– menjadi F2.
3. Br2 dapat mengoksidasi I– menjadi I2. Br2 tidak dapat mengoksidasi F– menjadi
F2 maupun Cl– menjadi Cl2.
4. I2 tidak dapat mengokisdasi F– menjadi F2, Cl– menjadi Cl2, serta Br– menjadi Br2.
Gas F2 dapat diperoleh dari elektrolisis cairan (bukan larutan) Hidrogen Fluorida yang
diberi sejumlah padatan Kalium Fluorida untuk meningkatkan konduktivitas pada
temperatur di atas 70°C. Di katoda, ion H+ akan tereduksi menjadi gas H2, sedangkan
di anoda, ion F- akan teroksidasi menjadi gas F2.
Gas Cl2 dapat di peroleh melalui elektrolisis lelehan NaCl maupun elektrolisis larutan
NaCl. Melalui kedua elektrolisis tersebut, ion Cl– akan teroksidasi membentuk gas
Cl2 di anoda. Gas Cl2 juga dapat diperoleh melalui proses klor-alkali, yaitu
elektrolisis larutan NaCl pekat (brine). Reaksi yang terjadi pada
elektrolisis brine adalah sebagai berikut :
Di laboratorium, unsur Klor, Brom, dan Iod dapat diperoleh melalui reaksi alkali
halida (NaCl, NaBr, NaI) dengan asam sulfat pekat yang dipercepat dengan
penambahan MnO2 sebagai katalis. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Halida dibedakan menjadi dua kategori, yaitu halida ionik dan halida kovalen.
Fluorida dan klorida dari unsur logam, terutama unsur Alkali dan Alkali Tanah
(kecuali Berilium) merupakan halida ionik. Sementara, flurida dan klorida dari unsur
nonlogam, seperti Belerang dan Fosfat merupakan halida kovalen. Bilangan oksidasi
Halogen bervariasi dari -1 hingga +7 (kecuali Fluor). Unsur Fluor yang merupakan
unsur dengan keelektronegatifan terbesar di alam, hanya memiliki bilangan oksidasi
0 (F2) dan -1 (fluorida).
Di laboratorium, hidrogen halida dapat diperoleh melalui reaksi antara logam halida
dengan asam sulfat pekat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Hidrogen Bromida dan Hidrogen Iodida tidak dapat dihasilkan melalui cara ini, sebab
akan terjadi reaksi oksidasi (H2SO4 adalah oksidator kuat) yang menghasilkan
Brom dan Iod. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Hidrogen Fluorida memiliki kereaktifan yang tinggi. Senyawa ini dapat bereaksi
dengan silika melalui persamaan reaksi berikut :
Hidrogen Fluorida juga digunakan dalam proses pembuatan gas Freon. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Larutan Hidrogen Halida bersifat asam. Urutan kekuatan asam halida adalah HF <<
HCl < HBr < HI. Sedangkan urutan kekuatan asam oksi adalah HXO < HXO 2 <
HXO3 < HXO4 (X = Cl, Br, atau I).
Ion OCl– yang dihasilkan dari reaksi tersebut berperan sebagai agen desinfektan
yang membunuh kuman dalam air.
Iod jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Larutan Iod dalam alkohol (50%
massa) sering digunakan di dunia medis sebagai zat antiseptik. Iod juga merupakan
salah satu komponen dari hormon tiroid. Defisiensi Iod dapat mengakibatkan
pembengkakan kelenjar gondok.
Alkali (Alkali)
Logam Alkali (Golongan IA) adalah unsur yang sangat elektropositif (kurang
elektronegatif). Umumnya, logam Alkali berupa padatan dalam suhu ruang. Unsur
Alkali terdiri dari Litium (Li), Natrium (Na), Kalium (K), Rubidium (Rb), Sesium (Cs),
dan Fransium (Fr). Fransium jarang dipelajari sebagai salah satu anggota unsur
Golongan IA, sebab Fransium adalah unsur radioaktif yang tidak stabil dan
cenderung meluruh membentuk unsur baru lainnya. Dari konfigurasi elektron unsur,
masing-masing memiliki satu elektron valensi . Dengan demikian, unsur Alkali
cenderung membentuk ion positif bermuatan satu (M +). (klik di sini untuk melihat
sifat Alkali dalam Tabel Periodik)
Dalam satu golongan, dari Litium sampai Sesium, jari-jari unsur akan meningkat.
Letak elektron valensi terhadap inti atom semakin jauh. Oleh sebab itu, kekuatan
tarik-menarik antara inti atom dengan elektron valensi semakin lemah. Dengan
demikian, energi ionisasi akan menurun dari Litium sampai Sesium. Hal yang serupa
juga ditemukan pada sifat keelektronegatifan unsur .
Secara umum, unsur Alkali memiliki titik leleh yang cukup rendah dan lunak,
sehingga logam Alkali dapat diiris dengan pisau. Unsur Alkali sangat reaktif, sebab
mudah melepaskan elektron (teroksidasi) agar mencapai kestabilan (konfigurasi
elektron ion Alkali menyerupai konfigurasi elektron Gas Mulia). Dengan demikian,
unsur Alkali jarang ditemukan bebas di alam. Unsur Alkali sering dijumpai dalam
bentuk senyawanya. Unsur Alkali umumnya bereaksi dengan unsur lain membentuk
senyawa halida, sulfat, karbonat, dan silikat.
Natrium dan Kalium terdapat dalam jumlah yang melimpah di alam. Keduanya
terdapat dalam mineral seperti albite (NaAlSi3O8) dan ortoklas (KAlSi3O8). Selain
itu, mineral lain yang mengandung Natrium dan Kalium adalah halite (NaCl), Chile
saltpeter (NaNO3), dan silvit (KCl).
Logam Natrium dapat diperoleh dari elektrolisis lelehan NaCl (proses Down). Titik
leleh senyawa NaCl cukup tinggi (801°C), sehingga diperlukan jumlah energi yang
besar untuk melelehkan padatan NaCl. Dengan menambahkan zat aditif CaCl 2, titik
leleh dapat diturunkan menjadi sekitar 600°C, sehingga proses elektrolisis dapat
berlangsung lebih efektif tanpa pemborosan energi.
Sebaliknya, logam Kalium tidak dapat diperoleh melalui metode elektrolisis lelehan
KCl. Logam Kalium hanya dapat diperoleh melalui reaksi antara lelehan KCl dengan
uap logan Natrium pada suhu 892°C. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Natrium dan Kalium adalah unsur logam yang sangat reaktif. Logam Kalium lebih
reaktif dibandingkan logam Natrium. Kedua logam tersebut dapat berekasi dengan
air membentuk hidroksida. Saat direaksikan dengan oksigen dalam jumlah terbatas,
Natrium dapat membentuk oksidanya (Na2O). Namun, dalam jumlah oksigen
berlebih, Natrium dapat membentuk senyawa peroksida (Na2O2).
Sama seperti Natrium, logam Kalium dapat membentuk peroksida saat bereaksi
dengan oksigen berlebih. Selain itu, logam Kalium juga
membentuk superoksida saat dibakar di udara. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Saat Kalium Superoksida dilarutkan dalam air, akan dibentuk gas oksigen. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Unsur Natrium dan Kalium berperan penting dalam mengatur keseimbangan cairan
dalam tubuh. Ion Natrium dan ion Kalium terdapat dalam cairan intraseluler dan
ekstraseluler. Keduanya berperan penting dalam menjaga tekanan osmosis cairan
tubuh serta mempertahankan fungsi enzim dalam mengkatalisis reaksi biokimia
dalam tubuh.
Natrium Karbonat (soda abu) digunakan dalam industri pengolahan air dan industri
pembuatan sabun, detergen, obat-obatan, dan zat aditif makanan. Selain itu,
Natrium Karbonat digunakan juga pada industri gelas. Senyawa ini dibentuk
melalui proses Solvay. Reaksi yang terjadi pada proses Solvay adalah sebagai
berikut :
Sumber mineral lain yang mengandung senyawa Natrium Karbonat adalah trona,
dengan formula kimia [Na5(CO3)2(HCO3).2H2O]. Mineral ini ditemukan dalam jumlah
besar di Wyoming, Amerika Serikat. Ketika mineral trona dipanaskan, akan terjadi
reaksi penguraian sebagai berikut :
2 Na5(CO3)2(HCO3).2H2O(s) ——> 5 Na2CO3(s) + CO2(g) + 3 H2O(g)
Chile saltpeter (Natrium Nitrat) terurai membentuk gas oksigen pada suhu 500°C.
Reaksi penguraian yang terjadi adalah sebagai berikut :
Unsur Alkali Tanah mempunyai sifat yang menyerupai unsur Alkali. Unsur Alkali
Tanah umumnya merupakan logam, cenderung membentuk ion positif, dan bersifat
konduktif, baik termal maupun elektrik. Unsur Alkali Tanah kurang elektropositif (lebih
elektronegatif) dan kurang reaktif bila dibandingkan unsur Alkali. Semua unsur
Golongan IIA ini memiliki sifat kimia yang serupa, kecuali Berilium (Be). Yang
termasuk unsur Golongan IIA adalah Berilium (Be), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca),
Stronsium (Sr), Barium (Ba), dan Radium (Ra). Radium jarang dipelajari sebagai
salah satu anggota unsur Golongan IIA, sebab Radium adalah unsur radioaktif yang
tidak stabil dan cenderung meluruh membentuk unsur baru lainnya. Konfigurasi
elektron menunjukkan unsur-unsur Golongan IIA memiliki dua elektron valensi.
Dengan demikian, untuk mencapai kestabilan, unsur Golongan IIA melepaskan dua
elektron membentuk ion bermuatan positif dua (M 2+). (klik di sini untuk melihat
sifat Alkali Tanah dalam Tabel Periodik)
Dalam satu golongan, dari Berilium sampai Barium, jari-jari unsur meningkat.
Peningkatan ukuran atom diikuti dengan peningkatan densitas unsur. Sebaliknya,
energi ionisasi dan keelektronegatifan berkurang dari Berilium sampai Radium.
Semakin besar jari-jari unsur, semakin mudah unsur melepaskan elektron
valensinya. Potensial standar reduksi (E°red) menurun dalam satu golongan. Hal ini
menunjukkan bahwa kekuatan reduktor meningkat dalam satu golongan dari
Berilium sampai Barium.
Magnesium adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (urutan keenam,
sekitar 2,5% massa kerak bumi). Beberapa bijih mineral yang mengandung logam
Magnesium, antara lain brucite, Mg(OH)2, dolomite (CaCO3.MgCO3), dan epsomite
(MgSO4.7H2O). Air laut merupakan sumber Magnesium yang melimpah (1,3 gram
Magnesium per kilogram air laut). Magnesium diperoleh melalui elektrolisis lelehan
MgCl2.
Magnesium tidak bereaksi dengan air dingin. Magnesium hanya bereaksi dengan air
panas (uap air). Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Hidroksida dari Magnesium merupakan basa kuat. Semua unsur Golongan IIA
membentuk basa kuat, kecuali Be(OH)2 yang bersifat amfoter. Senyawa bikarbonat,
MgHCO3 (maupun CaHCO3), menyebabkan kesadahan air sementara (dapat
dihilangkan dengan cara pemanasan).
Kerak bumi mengandung 3,4 persen massa unsur Kalsium. Kalsium dapat
ditemukan dalam berbagai senyawa di alam, seperti limestone, kalsit,dan batu
gamping (CaCO3); dolomite (CaCO3.MgCO3); gypsum (CaSO4.2H2O); dan fluorite
(CaF2). Logam Kalsium dapat diperoleh melalui elektrolisis lelehan CaCl 2.
Kalsium (sama seperti Stronsium dan Barium) dapat bereaksi dengan air dingin
membentuk hidroksida, Ca(OH)2. Senyawa Ca(OH)2 ini dikenal dengan istilah slaked
lime atau hydrate lime. Reaksi tersebut jauh lebih lambat bila dibandingkan reaksi
logam Alkali dengan air.
Kapur (lime), CaO, atau sering disebut dengan istilah quicklime, adalah salah satu
material tertua yang dikenal manusia sejak zaman purba. Quicklime dapat diperoleh
melalui penguraian termal senyawa Kalsium Karbonat. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Quicklime digunakan pada industri metalurgi sebagai zat aktif untuk menghilangkan
SO2 pada bijih mineral. Sementara slaked lime digunakan dalam pengolahan air
bersih. Logam Kalsium digunakan sebagai agen penarik air (dehydrating agent)
pada pelarut organik. Unsur Kalsium merupakan komponen utama penyusun tulang
dan gigi. Ion kalsium dalam tulang dan gigi terdapat dalam senyawa kompleks
garam fosfat, yaitu hidroksiapatit (Ca5(PO4)3OH). Ion Kalsium juga berfungsi
sebagai kofaktor berbagai enzim, faktor penting dalam proses pembekuan darah,
kontraksi otot, dan transmisi sinyal sistem saraf pusat.
Garam yang terbentuk dari unsur Golongan IIA merupakan senyawa kristalin ionik
tidak berwarna. Garam tersebut dapat dibentuk melalui reaksi logam, oksida logam,
atau senyawa karbonat dengan asam. Berikut ini adalah contoh beberapa reaksi
pembentukan garam :
Senyawa karbonat mengalami penguraian termal membentuk oksida logam dan gas
karbon dioksida. Sebagai contoh :
Unsur-unsur periode ketiga memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang bervariasi.
Unsur-unsur yang terdapat pada periode ketiga adalah Natrium (Na), Magnesium
(Mg), Aluminium (Al), Silikon (Si), Fosfor (P), Belerang (S), Klor (Cl), dan Argon (Ar).
Dari kiri (Natrium) sampai kanan (Argon), jari-jari unsur menyusut, sedangkan energi
ionisasi, afinitas elektron, dan keelektronegatifan meningkat. Selain itu, terjadi
perubahan sifat unsur dari logam (Na, Mg, Al) menjadi semilogam/metaloid (Si),
nonlogam (P, S, Cl), dan gas mulia (Ar). Unsur logam umumnya membentuk struktur
kristalin, sedangkan unsur semilogam/metaloid membentuk struktur molekul raksasa
(makromolekul). Sementara, unsur nonlogam cenderung membentuk struktur
molekul sederhana. Sebaliknya, unsur gas mulia cenderung dalam keadaan gas
monoatomik. Variasi inilah yang menyebabkan unsur periode ketiga dapat
membentuk berbagai senyawa dengan sifat yang berbeda. (klik di sini untuk
melihat sifat Unsur Periode Ketiga dalam Tabel Periodik)
1. Natrium Oksida
Natrium mengalami reaksi hebat dengan oksigen. Logam Natrium yang terpapar di
udara dapat bereaksi spontan dengan gas oksigen membentuk oksida berwarna
putih yang disertai nyala berwarna kuning.
2. Magnesium Oksida
Magnesium juga bereaksi hebat dengan udara (terutama gas oksigen) menghasilkan
nyala berwarna putih terang yang disertai dengan pembentukan oksida berwarna
putih.
3. Aluminium Oksida
Oksida ini berfungsi mencegah (melindungi) logam dari korosi. Oksida ini berwarna
putih.
Fosfor mudah terbakar di udara. Ketika terdapat gas oksigen dalam jumlah berlebih,
oksida P4O10 yang berwarna putih akan dihasilkan.
Padatan Belerang mudah terbakar di udara saat dipanaskan dan akan menghasilkan
gas Belerang Dioksida (SO2). Oksida ini dapat direaksikan lebih lanjut dengan gas
oksigen berlebih yang dikatalisis oleh Vanadium Pentaoksida (V 2O5) untuk
menghasilkan gas Belerang Trioksida (SO 3).
Selain dapat membentuk oksida, unsur-unsur periode ketiga juga dapat membentuk
senyawa halida. Senyawa tersebut terbentuk saat unsur direaksikan dengan gas
klor. Reaksi yang terjadi pada masing-masing unsur adalah sebagai berikut :
1. Natrium Klorida
Natrium direaksikan dengan gas klor akan menghasilkan endapan putih NaCl.
2. Magnesium Klorida
Sama seperti Natrium, logam Magnesium pun dapat bereaksi dengan gas klor
membentuk endapan putih Magnesium Klorida.
3. Aluminium Klorida
Ketika logam Aluminium direaksikan dengan gas klor, akan terbentuk endapan putih
AlCl3.
Senyawa ini merupakan cairan yang mudah menguap. Senyawa ini dihasilkan dari
reaksi padatan Silikon dengan gas klor.
Fosfor (III) Klorida merupakan cairan mudah menguap tidak berwarna yang
dihasilkan saat Fosfor bereaksi dengan gas klor tanpa pemanasan. Saat jumlah gas
klor yang digunakan berlebih, senyawa ini dapat bereaksi kembali dengan gas klor
berlebih membentuk senyawa Fosfor (V) Klorida, suatu padatan berwarna kuning.
P4(s) + 6 Cl2(g) ——> 4 PCl3(l)
Saat jumlah gas klor yang digunakan berlebih, akan terjadi reaksi berikut :
Reaksi antara logam Natrium dan Magnesium dengan air adalah reaksi redoks.
Dalam reaksi ini, unsur logam mengalami oksidasi dan dihasilkan gas hidrogen.
Larutan yang dihasilkan bersifat alkali (basa). Logam Natrium lebih reaktif
dibandingkan logam Magnesium, sehingga larutan NaOH bersifat lebih basa
dibandingkan larutan Mg(OH)2.Padatan NaOH lebih mudah larut dalam air
dibandingkan padatan Mg(OH)2.
Oksida dari logam Natrium dan Magnesium merupakan senyawa ionik dengan
struktur kristalin. Saat dilarutkan dalam air, masing-masing oksida akan
menghasilkan larutan basa. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa oksida logam
dalam air menghasilkan larutan basa.
Aluminium Oksida memiliki struktur kristalin dan memiliki sifat kovalen yang cukup
signifikan. Dengan demikian, senyawa ini dapat membentuk ikatan antarmolekul
(intermediate bonding). Senyawa ini sukar larut dalam air.
Fosfor (V) Oksida merupakan senyawa kovalen. Senyawa ini dapat bereaksi dengan
air membentuk asam fosfat. Asam fosfat merupakan salah satu contoh larutan asam
lemah dengan pH berkisar antara 2 hingga 4. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Dengan demikian, senyawa oksida yang dihasilkan dari unsur periode ketiga dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Oksida Logam (di sebelah kiri Tabel Periodik) memiliki struktur ionik kristalin dan
bereaksi dengan air menghasilkan larutan basa. Oksida Logam merupakan oksida
basa, yang dapat bereaksi dengan asam membentuk garam.
2. Oksida Nonlogam (di sebelah kanan Tabel Periodik) memiliki struktur molekul
kovelen sederhana dan bereaksi dengan air menghasilkan larutan asam. Oksida
nonlogam merupakan oksida asam, yang dapat bereaksi dengan basa
membentuk garam.
3. Oksida Amfoterik (di tengah Tabel Periodik) memiliki sifat asam dan basa
sekaligus. Oksida tersebut dapat bereaksi dengan asam maupun basa.
Natrium Klorida dan Magnesium Klorida merupakan senyawa ionik dengan struktur
kristalin yang teratur. Saat dilarutkan dalam air, kedua senyawa tersebut
menghasilkan larutan netral (pH = 7). Sementara itu, Aluminium Klorida membentuk
struktur dimernya, yaitu Al2Cl6 (untuk mencapai konfigurasi oktet). Senyawa dimer ini
larut dalam air.
Cairan Silikon (IV) Klorida dan gas PCl5 merupakan molekul kovalen sederhana.
Masing-masing senyawa bereaksi hebat dengan air membentuk gas HCl. Reaksi ini
dikenal dengan istilah hidrolisis. Larutan yang terbentuk bersifat asam. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Dengan demikian, senyawa halida yang dibentuk dari unsur periode ketiga dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Logam Klorida ( di sebelah kiri Tabel Periodik) memiliki struktur kristalin ionikdan
mudah bereaksi dengan air membentuk larutan netral. Logam Klorida bersifat
netral.
2. Nonlogam Klorida (di sebelah kanan Tabel Periodik) memiliki struktur molekul
kovalen sederhana dan bereaksi dengan air menghasilkan larutan asam. Nonlogam
Klorida bersifat asam.
Jari-Jari Atom adalah jarak dari inti atom sampai ke elektron di kulit terluar. Besarnya jari-
jari atom dipengaruhi oleh besarnya nomor atom unsur tersebut. Semakin besar nomor atom
unsur-unsur segolongan, semakin banyak pula jumlah kulit elektronnya, sehingga semakin
besar pula jari-jari atomnya. Jadi, dalam satu golongan (dari atas ke bawah), jari-jari atomnya
semakin besar. Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), nomor atomnya bertambah yang
berarti semakin bertambahnya muatan inti, sedangkan jumlah kulit elektronnya tetap.
Akibatnya tarikan inti terhadap elektron terluar makin besar, sehingga menyebabkan semakin
kecilnya jari-jari atom.
Jari-Jari Ion. Ion mempunyai jari-jari yang berbeda secara nyata jika dibandingkan dengan
jari-jari atom normalnya. Ion bermuatan positif (kation) mempunyai jari-jari yang lebih kecil,
sedangkan ion bermuatan negatif (anion) mempunyai jari-jari yang lebih besar jika
dibandingkan dengan jari-jari atom normalnya.
Energi Ionisasi (EI) adalah energi yang diperlukan atom dalam untuk melepaskan satu
elektron sehingga membentuk ion bermuatan +1. Jika atom tersebut melepaskan elektronnya
yang ke-2 maka akan diperlukan energi yang lebih besar, begitu juga pada pelepasan elektron
yang ke-3 dan seterusnya. Maka EI 1< EI 2 < EI 3. Dalam satu golongan (dari atas ke
bawah), EI semakin kecil karena jari-jari atom bertambah sehingga gaya tarik inti terhadap
elektron terluar semakin kecil. Akibatnya elektron terluar semakin mudah untuk dilepaskan.
Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), EI semakin besar karena jari-jari atom semakin kecil
sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin besar. Akibatnya elektron terluar
semakin sulit untuk dilepaskan.
Afinitas Elektron adalah energi yang dilepaskan oleh atom apabila menerima sebuah
elektron untuk membentuk ion negatif. Semakin negatif harga afinitas elektron, semakin
mudah atom tersebut menerima elektron dan unsurnya akan semakin reaktif. Dalam satu
golongan (dari atas ke bawah), harga afinitas elektronnya semakin kecil. Dan dalam satu
periode (dari kiri ke kanan), harga afinitas elektronnya semakin besar. Unsur golongan utama
memiliki afinitas elektron bertanda negatif, kecuali golongan IIA dan VIIIA. Afinitas elektron
terbesar dimiliki oleh golongan VIIA.
Keelektronegatifan adalah kemampuan suatu unsur untuk menarik elektron dalam molekul
suatu senyawa. Harga keelektronegatifan ini diukur dengan menggunakan skala Pauling yang
besarnya antara 0,7 sampai 4. Unsur yang mempunyai harga keelektronegatifan besar,
cenderung menerima elektron dan akan membentuk ion negatif. Sedangkan unsur yang
mempunyai harga keelektronegatifan kecil, cenderung melepaskan elektron dan akan
membentuk ion positif. Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), harga keelektronegatifan
semakin kecil. Dan dalam satu periode (dari kiri ke kanan), harga keelektronegatifan semakin
besar.
Sifat Logam dan Non Logam. Sifat logam berhubungan dengan keelektropositifan, yaitu
kecenderungan atom untuk melepaskan elektron membentuk kation. Sifat logam bergantung
pada besarnya energi ionisasi (EI). Makin besar harga EI, makin sulit bagi atom untuk
melepaskan elektron dan makin berkurang sifat logamnya. Sifat non logam berhubungan
dengan keelektronegatifan, yaitu kecenderungan atom untuk menarik elektron. Dalam satu
periode (dari kiri ke kanan), sifat logam berkurang sedangkan sifat non logam bertambah.
Dalam satu golongan (dari atas ke bawah), sifat logam bertambah sedangkan sifat non logam
berkurang. Unsur logam terletak pada bagian kiri-bawah dalam sistem periodik unsur,
sedangkan unsur non logam terletak pada bagian kanan-atas. Unsur-unsur yang terletak pada
daerah peralihan antara unsur logam dengan non logam disebut unsur metaloid. Metalloid
adalah unsur yang mempunyai sifat logam dan non logam.
Kereaktifan. Kereaktifan bergantung pada kecenderungan unsur untuk melepas atau
menarik elektron. Dalam satu periode (dari kiri ke kanan), mula-mula kereaktifan menurun,
tapi akan semakin bertambah hingga golongan alkali tanah (VIIA).
SIFAT LOGAM ALKALI
hasannudin | October 18, 2015 | Kimia Unsur | No Comments
Sifat logam alkali dapat dilihat dari dua aspek,yaitu sifat fisika dan sifat kimia.
Sifat-sifat fisik logam, seperti lunak dan titik leleh rendah menjadi petunjuk bahwa ikatan antar
atom dalam logam sangat lemah. Lemahnya ikatan ini akibat ukuran atom logam alkali relatif
besar bila dibandingkan dengan unsur-unsur lain yang seperioda. Kecenderungan ukuran ini
didukung oleh fakta bahwa logam alkali hanya memiliki satu elektron valensi. Bagaimana titik
leleh menurun dari litium ke Cesium. Hal ini boleh jadi diakibatkan oleh jari-jari atom yang
bertambah besar, sehingga mengurangi kekuatan ikatan antar atom logam.
Reaksi antara
Natrium dengan air
Semua logam alkali dapat bereaksi dengan air. Reaksinya melibatkan pergantian hidrogen dari
air oleh logam, misalnya:
Karena hidroksida logam alkali merupakan basa kuat, rumus NaOH harus diterjemahkan
sebagai larutan ion Na+(aq) dan ion OH–(aq).
Logam alkali menjadi sangat reaktif dari atas ke bawah dalam tabel periodik. Sepotong logam
litium bila ditambahkan ke dalam air akan bergerak di sekitar permukaan air disertai pelepasan
gas hidrogen dan nyala api dari kalor reaksi. Kalium bereaksi dengan sangat dahsyat disertai
ledakan dan nyala berwarna ungu dari spektrum pancaran uap kalium yang terbakar.
Logam alkali terbakar diudara dengan adanya gas oksigen, semuanya membentuk oksida
(senyawa O2-). Litium membentuk Litium Oksida (Li2O) suatu padatan berwarna putih. Walaupun
Natrium membentuk Oksida, produk yang lebih dominan bila natrium dibakar di udara adalah
natrium peroksida (Na2O2) suatu senyawa berwarna putih kekuningan. Senyawa ini merupakan
senyawa ionik dari ion Natrum dan ion Peroksida (O 2-). Jika Kalium dibakar dalam udara,produk
yang lebih dominan adalah Kalium Superoksida (K 2O) suatu senyawa berwarna kuning-jingga.
Oksida ini merupakan senyawa ionik dari ion Kalium dan ion Superoksida (O 2–). Keadaan
oksidasi oksigen dalam ion-ion O2-,O22-, dan O2– adalah -2, -1, dan -1/2.
Logam Alkali juga bereaksi dengan halogen (F 2, Cl2, Br2 dan I2) membentuk halida. Pada suhu
yang dinaikkan secara bertahap (elevasi) alkali bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrida
(seperti Li+H–). Litium adalah logam alkali yang dapat berekasi dengan nitrogen secara langsung,
sedangkan logam lainnya tidak bereaksi.
Karena kereaktifannya dalam udara maupun uap air, logam alkali harus disimpan dalam cairan
yang inert, seperti kerosin atau dalamgas inert lain. Logam tersebut harus diperlakukan
menggunakan pinset, sebab dapat bereaksi dengan uap air yang terdapat pada tangan kita
menghasilkan nyala (dari hidroksida logam alakli dan kalor reaksi).
Demikian tulisan mengenai sifat logam alkali. Jika ada masukan, saran ataupun pertanyaan
silahkan berkomentar. Silahkan pula kunjungi:
nS -1
b. Reaksi alkali dengan air menghasilkan basa kuat dan gas hidrogen +
energi (eksotermis)
2A(s) + H2O(l) → 2AOH(aq) + H2(g)
c. Logam alkali sangat mudah bereaksi dengan Oksigen maupun uap air di
udara sehingga penyimpanannya dilakukan dengan merendam logam
tersebut di dalam pelarut hidrokarbon (nonpolar) seperti parafin, kerosin,
maupun sikloheksana.
Logam Warna
Alkali Nyala
Merah
Litium Tua
Natrium Kuning
Kalium Merah
dan
Ungu
Merah
Rubidium Ungu
Sesium Biru
Allah SWT itu Maha Besar, semua yang diciptakannya memang tidak ada
yang sia-sia, termasuk logam alkali. Berikut manfaat dan kegunaan logam
alkali bagi kehidupan manusia