Anda di halaman 1dari 8

Sifat-Sifat Unsur

I. Sifat Unsur-Unsur Utama

A. Halogen

a. Sifat Kimia Halogen


1) Halogen merupakan golongan yang sangat reaktif dalam menerima elektron dan bertindak
sebagai oksidator kuat dalam satu golongan. Makin ke atas, oksidator makin kuat.
2) Keelektronegatifan halogen dalam satu golongan makin ke atas makin besar. Unsur yang
paling elektronegatif dibanding unsur lain dalam sistem periodik adalah fluor (perhatikan
data keelektronegatifan).
3) Jari-jari atom halogen dalam satu golongan makin ke atas makin kecil (perhatikan data).
Ini berarti makin ke atas ukuran molekul makin kecil, maka gaya tarik-menarik antar-molekul
(gaya Van der Waals) akan makin kecil. Perhatikan juga titik didih dan titik lelehnya, makin
ke atas makin kecil.

Unsur halogen sangat berbahaya terhadap mata dan tenggorokan. Unsur halogen mempunyai
bau yang merangsang dan berwarna. Walaupun brom berwujud cair, tetapi brom mudah
sekali menguap. Begitu juga iodium, mudah sekali menyublim.

4) Unsur golongan halogen bersifat oksidator. Urutan kekuatan oksidator halogen dapat
dilihat dari data potensial reduksinya:
F2 + 2 e > 2 F ; E = +2,87 V
Cl2 + 2 e >2 Cl ; E = +1,36 V
Br2 + 2 e >2 Br ; E = +1,07 V
I2 + 2 e > 2 I ; E = +0,54 V
Berdasarkan data tersebut, makin ke atas, daya oksidasinya (oksidator) makin kuat. Data ini
dapat digunakan untuk memperkirakan apakah reaksi halogen dengan senyawa halida dapat
berlangsung atau tidak. Caranya dengan menghitung potensial sel, jika harga potensial sel
positif berarti reaksi berlangsung dan jika harga potensial sel negatif berarti reaksi tidak
berlangsung.

5) Mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu, kecuali fluor.

B. Sifat Fisika Halogen

II. Gas Mulia

Unsur-unsur gas mulia dalam sistem periodik menempati golongan


VIII A yang terdiri dari unsur Helium (He), Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon
(Xe) dan Radon (Rn). Struktur elektron terluar gas mulia yang oktet (8) (kecuali helium
duplet (2)) merupakan struktur yang paling stabil, oleh karena itu gas mulia sukar bereaksi
dengan unsur lain sehingga disebut gas inert (lamban). Pada tahun 1962 Neil Bartlett berhasil
mensintesis senyawa gas mulia yaitu XePtF6. Dalam waktu yang singkat ahli kimia yang lain
menunjukkan bahwa Xenon dapat bereaksi langsung dengan Fluor membentuk XeF2, XeF4,
dan XeF6. Sejak saat itu istilah inert tidak lagi sesuai dan para ahli kimia mulai menyebut
dengan golongan gas mulia.

1. Sifat Gas Mulia

@Wujud gas mulia


Unsur gas mulia terdapat sebagai gas tak berwarna yang monoatomik, ini erat kaitannya
dengan struktur elektron oktet dan duplet dari gas mulia. Sedangkan wujud gas pada suhu
kamar disebabkan titik cair dan titik didih gas mulia yang rendah.
@Titik cair dan titik didih
Titik cair dan titik didih gas mulia meningkat dengan bertambahnya nomor atom. Hal ini
disebabkan semakin bertambahnya gaya dispersi antar atom gas mulia sesuai bertambahnya
massa atom relatif (Ar).
@Kelarutan
Kelarutan gas mulia dalam air bertambah besar dari Helium (He) hingga Radon (Rn). Pada
suhu 0 C dalam 100 ml air terlarut 1 ml He, 6 ml Ar, dan 50 ml Rn.
@ Unsur-unsur gas mulia mengandung 8 elektron pada kulit terluarnya kecuali He
mengandung 2 elektron.
@ Energi ionisasinya sangat tinggi, akibatnya unsurunsur gas mulia sukar bereaksi dengan
unsurunsur lainnya.
@ Molekul gas mulia monoatomik.

C. Alkali

1. Sifat Fisis Alkali


Dapat dilihat bahwa sebagai logam, golongan alkali tanah mempunyai sifat yang
tidak biasa, yaitu titik lelehnya yang relatif rendah, rapatannya yang relatif rendah, dan
kelunakannya. Semua unsur logam alkali ini dapat dengan mudah diubah bentuknya dengan
memencetnya di antara jempol dan jari telunjuk (dengan melindungi kulit baik-baik). Unsur-
unsur pada golongan ini mempunyai energi ionisasi dan keelektronegatifan ratarata yang
paling rendah. Hal ini dikarenakan ukuran atom dan jarak yang relatif besar antara elektron
terluar dengan inti

2. Sifat Kimia Alkali

III. Logam Alkali Tanah


1.Sifat Fisis Alkali Tanah

Unsur logam alkali tanah (IIA) ini terdiri dari Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra. Golongan
ini mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan golongan IA. Perbedaannya adalah bahwa
golongan IIA ini mempunyai konfigurasi elektron ns2 dan merupakan reduktor yang kuat.
Meskipun lebih keras dari golongan IA, tetapi golongan IIA ini tetap relatif lunak, perak
mengkilat, dan mempunyai titik leleh dan kerapatan lebih tinggi.

Unsur-unsur logam alkali tanah agak lebih keras, kekerasannya berkisar dari barium
yang kira-kira sama keras dengan timbal, sampai berilium yag cukup keras untuk menggores
kebanyakan logam lainnya. Golongan ini mempunyai struktur elektron yang sederhana,
unsur-unsur logam alkali tanah mempunyai 2 elektron yang relatif mudah dilepaskan. Selain
energi ionisasi yang relatif rendah, keelektronegatifan rata-rata golongan ini juga rendah
dikarenakan ukuran atomnya dan jarak yang relatif besar antara elektron terluar dengan inti

2. Sifat Kimia Alkali Tanah

D. Unsur Perioda Ketiga


Sifat Fisika dan Kimia

@Sifat Fisika Unsur-unsur Periode Ketiga


Unsur-unsur yang ada di dalam periode ketiga terdiri dari unsur logam (Na, Mg, Al), metaloid
(Si), nonlogam (P, S, Cl), dan gas mulia (Ar). Keelektronegatifan unsur-unsur periode ketiga
semakin ke kanan semakin besar diakibatkan oleh jari-jari atomnya yang semakin ke kanan
semakin kecil. Kekuatan ikatan antaratom dalam logam meningkat (dari Na ke Al). Hal ini
berkaitan dengan pertambahan elektron valensinya. Silikon merupakan
semikonduktor/isolator karena
termasuk metaloid. Unsur ini mempunyai ikatan kovalen yang sangat besar, begitu juga
dengan fosfor, belerang, dan klorin yang merupakan isolator karena termasuk unsur
nonlogam (Sumber: http://www.chem-is-try.org).

@Sifat Kimia Unsur-unsur Periode Ketiga


Natrium merupakan reduktor terkuat, sedangkan klorin merupakan oksidator terkuat.
Meskipun natrium, magnesium, dan aluminium merupakan reduktor kuat, tetapi
kereaktifannya berkurang dari Na ke Al. Sedangkan silikon merupakan reduktor yang sangat
lemah, jadi hanya dapat bereaksi dengan oksidator-oksidator kuat, misalnya klorin dan
oksigen. Di lain pihak selain sebagai reduktor, fosfor juga merupakan oksidator lemah yang
dapat mengoksidasi reduktor kuat, seperti logam aktif. Sedangkan belerang yang mempunyai
daya reduksi lebih lemah daripada fosfor ternyata mempunyai daya pengoksidasi lebih kuat
daripada fosfor. Sementara klorin dapat mengoksidasi hampir semua logam dan nonlogam
karena klorin adalah oksidator kuat.Unsur-unsur periode ketiga, yaitu NaOH, Mg(OH)2,
Al(OH)3, H2SiO3, H3PO4, H2SO4, dan HClO4.
Sifat hidroksida unsur-unsur periode ketiga tergantung pada energi ionisasinya.
Hal ini dapat dilihat dari jenis ikatannya. Jika ikatan M OH bersifat ionik dan hidroksidanya
bersifat basa karena akan melepas ion OH dalam air, maka energi ionisasinya rendah. Tetapi
jika ikatan M OH bersifat kovalen dan tidak lagi dapat melepas ion OH, maka energi
ionisasinya besar. NaOH tergolong basa kuat dan mudah larut dalam air, Mg(OH)2 lebih
lemah daripada NaOH tetapi masih termasuk basa kuat. Namun Al(OH)3 bersifat amfoter,
artinya dapat bersifat asam sekaligus basa. Hal ini berarti bila Al(OH)3 berada pada
lingkungan basa kuat, maka akan bersifat sebagai asam, sebaliknya jika berada pada
lingkungan asam kuat, maka akan bersifat sebagai basa. Sedangkan H2SiO3 atau Si(OH)4,
merupakan asam lemah dan tidak stabil, mudah terurai menjadi SiO2 dan H2O. Begitu pula
dengan H3PO4 atau P(OH)5 yang juga merupakan asam lemah. Sementara H2SO4 atau
S(OH)6 merupakan asam kuat, begitu juga HClO4 atau Cl(OH)7 yang merupakan asam
sangat kuat.

E. Unsur Transisi

Pada sistem periodik unsur, yang termasuk dalam golongan transisi adalah unsur-
unsur golongan B, dimulai dari IB VIIB dan VIII. Sesuai dengan pengisian elektron pada
subkulitnya, unsur ini termasuk unsur blok d, yaitu unsur-unsur dengan elektron valensi yang
terletak pada subkulit d dalam konfigurasi elektronnya. Pada bagian ini unsur-unsur transisi
yang akan dibahas adalah unsur transisi pada periode 4, yang terdiri dari skandium (Sc),
titanium (Ti), vanadium (V), krom (Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co), nikel (Ni),
tembaga (Cu), dan seng (Zn).
1. Sifat Logam Transisi
Semua unsur transisi adalah logam, yang bersifat lunak, mengkilap, dan penghantar listrik
dan panas yang baik. Perak merupakan unsur transisi yang mempunyai konduktivitas listrik
paling tinggi pada suhu kamar dan tembaga di tempat kedua. Dibandingkan dengan golongan
IA dan IIA, unsur logam transisi lebih keras, punya titik leleh, titik didih, dan kerapatan lebih
tinggi. Hal ini disebabkan karena unsur transisi berbagi elektron pada kulit d dan s, sehingga
ikatannya semakin kuat.

2. Bilangan Oksidasi
Tidak seperti golongan IA dan IIA yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +1 dan +2,
unsur-unsur logam transisi mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Seperti vanadium yang
punya bilangan oksidasi +2, +3, dan +4.
3. Sifat Kemagnetan
Setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu paramagnetik, di mana atom,
molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan magnet karena ada elektron yang tidak
berpasangan pada orbitalnya dan diamagnetik, di mana atom, molekul, atau ion dapat ditolak
oleh medan magnet karena seluruh elektron pada orbitnya berpasangan. Sedangkan pada
umumnya unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik karena mempunyai elektron yang tidak
berpasangan pada orbital-orbital d-nya. Sifat paramagnetik ini akan semakin kuat jika jumlah
elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya semakin banyak. Logam Sc, Ti, V, Cr, dan
Mn bersifat paramagnetik, sedangkan Cu dan Zn bersifat diamagnetik. Untuk Fe, Co, dan Ni
bersifat feromagnetik, yaitu kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya saja dalam
keadaan padat.

4. Ion Berwarna
Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan timbulnya
warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi karena elektron dapat bergerak ke tingkat
yang lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar tampak. Pada golongan transisi, subkulit 3d
yang belum terisi penuh menyebabkan elektron pada subkulit itu menyerap energi cahaya,
sehingga elektronnya tereksitasi dan memancarkan energi cahaya dengan warna yang sesuai
dengan warna cahaya yang dapat dipantulkan pada saat kembali ke keadaan dasar. Misalnya
Ti2+ berwarna ungu, Ti4+ tidak berwarna, Co2+ berwarna merah muda, Co3+ berwarna biru,
dan lain sebagainya.

Beberapa kegunaan unsur-unsur transisi


a. Skandium, digunakan pada lampu intensitas tinggi.
b. Titanium, digunakan pada industri pesawat terbang dan industri kimia (pemutih kertas,
kaca, keramik, dan kosmetik).
c. Vanadium, digunakan sebagai katalis pada pembuatan asam sulfat.
d. Kromium, digunakan sebagai plating logam-logam lainnya.
e. Mangan, digunakan pada produksi baja dan umumnya alloy manganbesi.
f. Besi, digunakan pada perangkat elektronik.
g. Kobalt, digunakan untuk membuat aliansi logam.
h. Nikel, digunakan untuk melapisi logam supaya tahan karat, membuat monel.
i. Tembaga, digunakan pada alat-alat elektronik dan perhiasan.
j. Seng, digunakan sebagai bahan cat putih, antioksidan pada pembuatan ban mobil, dan
bahan untuk melapisi tabung gambar televisi.

Warna Unsur Transisi Beserta Bilangan Oksidasi nya

Anda mungkin juga menyukai