A. Halogen
Unsur halogen sangat berbahaya terhadap mata dan tenggorokan. Unsur halogen mempunyai
bau yang merangsang dan berwarna. Walaupun brom berwujud cair, tetapi brom mudah
sekali menguap. Begitu juga iodium, mudah sekali menyublim.
4) Unsur golongan halogen bersifat oksidator. Urutan kekuatan oksidator halogen dapat
dilihat dari data potensial reduksinya:
F2 + 2 e > 2 F ; E = +2,87 V
Cl2 + 2 e >2 Cl ; E = +1,36 V
Br2 + 2 e >2 Br ; E = +1,07 V
I2 + 2 e > 2 I ; E = +0,54 V
Berdasarkan data tersebut, makin ke atas, daya oksidasinya (oksidator) makin kuat. Data ini
dapat digunakan untuk memperkirakan apakah reaksi halogen dengan senyawa halida dapat
berlangsung atau tidak. Caranya dengan menghitung potensial sel, jika harga potensial sel
positif berarti reaksi berlangsung dan jika harga potensial sel negatif berarti reaksi tidak
berlangsung.
C. Alkali
Unsur logam alkali tanah (IIA) ini terdiri dari Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra. Golongan
ini mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan golongan IA. Perbedaannya adalah bahwa
golongan IIA ini mempunyai konfigurasi elektron ns2 dan merupakan reduktor yang kuat.
Meskipun lebih keras dari golongan IA, tetapi golongan IIA ini tetap relatif lunak, perak
mengkilat, dan mempunyai titik leleh dan kerapatan lebih tinggi.
Unsur-unsur logam alkali tanah agak lebih keras, kekerasannya berkisar dari barium
yang kira-kira sama keras dengan timbal, sampai berilium yag cukup keras untuk menggores
kebanyakan logam lainnya. Golongan ini mempunyai struktur elektron yang sederhana,
unsur-unsur logam alkali tanah mempunyai 2 elektron yang relatif mudah dilepaskan. Selain
energi ionisasi yang relatif rendah, keelektronegatifan rata-rata golongan ini juga rendah
dikarenakan ukuran atomnya dan jarak yang relatif besar antara elektron terluar dengan inti
E. Unsur Transisi
Pada sistem periodik unsur, yang termasuk dalam golongan transisi adalah unsur-
unsur golongan B, dimulai dari IB VIIB dan VIII. Sesuai dengan pengisian elektron pada
subkulitnya, unsur ini termasuk unsur blok d, yaitu unsur-unsur dengan elektron valensi yang
terletak pada subkulit d dalam konfigurasi elektronnya. Pada bagian ini unsur-unsur transisi
yang akan dibahas adalah unsur transisi pada periode 4, yang terdiri dari skandium (Sc),
titanium (Ti), vanadium (V), krom (Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co), nikel (Ni),
tembaga (Cu), dan seng (Zn).
1. Sifat Logam Transisi
Semua unsur transisi adalah logam, yang bersifat lunak, mengkilap, dan penghantar listrik
dan panas yang baik. Perak merupakan unsur transisi yang mempunyai konduktivitas listrik
paling tinggi pada suhu kamar dan tembaga di tempat kedua. Dibandingkan dengan golongan
IA dan IIA, unsur logam transisi lebih keras, punya titik leleh, titik didih, dan kerapatan lebih
tinggi. Hal ini disebabkan karena unsur transisi berbagi elektron pada kulit d dan s, sehingga
ikatannya semakin kuat.
2. Bilangan Oksidasi
Tidak seperti golongan IA dan IIA yang hanya mempunyai bilangan oksidasi +1 dan +2,
unsur-unsur logam transisi mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Seperti vanadium yang
punya bilangan oksidasi +2, +3, dan +4.
3. Sifat Kemagnetan
Setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu paramagnetik, di mana atom,
molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan magnet karena ada elektron yang tidak
berpasangan pada orbitalnya dan diamagnetik, di mana atom, molekul, atau ion dapat ditolak
oleh medan magnet karena seluruh elektron pada orbitnya berpasangan. Sedangkan pada
umumnya unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik karena mempunyai elektron yang tidak
berpasangan pada orbital-orbital d-nya. Sifat paramagnetik ini akan semakin kuat jika jumlah
elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya semakin banyak. Logam Sc, Ti, V, Cr, dan
Mn bersifat paramagnetik, sedangkan Cu dan Zn bersifat diamagnetik. Untuk Fe, Co, dan Ni
bersifat feromagnetik, yaitu kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya saja dalam
keadaan padat.
4. Ion Berwarna
Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama menyebabkan timbulnya
warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi karena elektron dapat bergerak ke tingkat
yang lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar tampak. Pada golongan transisi, subkulit 3d
yang belum terisi penuh menyebabkan elektron pada subkulit itu menyerap energi cahaya,
sehingga elektronnya tereksitasi dan memancarkan energi cahaya dengan warna yang sesuai
dengan warna cahaya yang dapat dipantulkan pada saat kembali ke keadaan dasar. Misalnya
Ti2+ berwarna ungu, Ti4+ tidak berwarna, Co2+ berwarna merah muda, Co3+ berwarna biru,
dan lain sebagainya.