Anda di halaman 1dari 2

Along Of Us

“ ruby udah siap? “

Suara lembut itu menyadarkanku dari lamunan, aku menatap diriku di depan kaca. dress hitam
polos dibawah lutut dan setangkai bunga ditangan, entah mengapa rasanya aneh sekali. dadaku
terasa sesak bahkan pedih, seperti sesuatu telah hilang dari diriku.

“ ahh “ aku menghela napas kecil dan aku beranjak kearah ruang tamu, ayah dan ibuku terlihat
sudah siap dengan pakaian mereka yang berwarna sama denganku. Dengan senyum tipis aku
mengangguk dan kami berjalan kearah mobil. selang berapa lama akhirnya kami sampai ke tujuan,
tempat itu terlihat ramai tapi suasananya terlihat sedih. Batu bertuliskan nama dan gundukan
tanah terlihat menghiasi setiap tempat itu. kami berjalan kearah kerumunan orang yang berkumpul
mengelilingi salah satu gundukan tanah dan di batu itu tertulis sebuah nama ..

“ Reno Adrian “ yang membuat kakiku, tanpa aku sadari menjadi lemah dan aku terduduk di depan
gundukan tanah itu. hatiku terasa perih dan aku meneteskan air mata, air mata yang sudah aku
tahan sejak kemarin. Setelah mengetahui bahwa sahabatku telah pergi duluan menghadap yang
maha kuasa, aku bahkan tidak sempat bertemu dengannya disaat hari terakhirnya. mengapa
dadaku sangat perih? Reno adalah pria yang sangat baik, dia bahkan tidak pernah menyakiti
perempuan ataupun berkata kasar. sekilas aku melihat bunda Aya, Ibu dari almarhum Reno. Mata
bunda Aya terlihat sangat sembab, pasti sakit sekali kehilangan anak satu – satunya. mungkin
baginya dunia seperti telah hancur, aku ingat bagaimana antusiasnya Reno yang berkata ingin
menjadi seorang Dokter untuk membanggakan orang tuanya dan sekarang semua itu seperti
mustahil.

Aku berdiri dengan sekuat tenaga dan menaruh setangkai bunga yang telah aku pegang di atas
gundukan tanah yang telah berbaur bunga itu. aku memeluk bunda Aya yang terlihat lelah sekali,
bunda Aya dengan erat memelukku balik dan menangis dipelukanku. dengan samar aku mendengar
suara bunda Aya yang lembut berkata “ dia sayang kamu ruby “ dan perkataan itu berhasil
membuatku ikut menangis.

----------------------
Malamnya setelah mandi dan makan malam aku membuka sebuah kotak merah yang kusam.
sebuah kertas dengan tulisan “Kepada Merica“ membuatku tersenyum tipis, Merica adalah
panggilan yang sering aku gunakan untuk memanggil Reno saat kami berada di sekolah dasar.
karena di wajahnya terdapat bintik bintik kecil di hidungnya seperti yang dipunyai oleh orang –
orang barat, yang biasanya mereka sebut Freckles. tapi anehnya saat beranjak remaja bintik bintik
kecil itu hilang dan aku tidak bisa memanggilnya merica lagi hahaha.

Sepertinya kotak ini penuh kenangan, kotak merah ini diberi oleh bunda Aya saat kami ingin
pulang. Bunda Aya bilang ini adalah hadiah kenangan dari almarhum Reno buat aku, entah
mengapa rasa rindu dan penyesalan ini semakin menjadi – jadi.

Aku membuka satu persatu isi dari kotak itu. di dalamnya terdapat sebuah kertas surat yang
pernah aku kasih ke Reno sewaktu dia dan aku berada di acara kemah pramuka saat masih di
sekolah dasar, dan ada sebuah Flashdisk kecil disitu. Aku memeriksa lagi kotak itu tapi tidak ada
apapun lagi disana. dengan tatapan ragu aku menatap flashdisk mini itu dan mengambilnya. Aku
beranjak kearah meja komputerku dan dengan segera memasukan flashdisk itu untuk mengecek
isinya. Aneh, itulah pemikiranku sesaat aku membaca sebuah nama folder di dalam flashdisk itu
yang bertuliskan“ Find Him and Tell The Truth “.

Aku tidak pernah berpikir bahwa Reno akan mengerjaiku hingga akhir hayatnya. Untuk
memastikan bahwa apa yang aku pikirkan tidak benar, akupun membuka folder itu. di dalamnya
terdapat banyak sekali poto – poto berkas yang aku yakin sekali bahwa poto itu dipoto secara
terburu – buru. Aku masih tidak paham dengan hal ini, tapi sesuatu seperti mengusik pikiranku.
Bagaimana seorang yang sangat sehat seperti Reno bisa begitu saja berpulang ke pada yang maha
kuasa, aku paham itu adalah takdirnya. Aku mendengar gossip oleh beberapa orang tentang
kematian Reno kemaren, mereka berkata Reno ditabrak berulang kali oleh orang yang tidak
bertanggung jawab. Aku harus memastikan hal itu dulu dengan bertanya kepada tante Aya apa
yang sebenarnya terjadi. Di saat hari terakhir Reno sedang berada di rumah sakit dan aku berada di
sekolah jadi itu membuatku tidak mendengar dan melihat langsung apa yang terjadi sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai