Anda di halaman 1dari 12

Materi menyusun cerpen kelas IX kurikulum 2013..

https://www.ruangguru.com/blog/contoh-cerpen-singkat-dan-strukturnya

Struktur Cerpen
Struktur cerpen terdiri dari orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, dan resolusi. Nah,
untuk penjelasan lebih lengkapnya, ada di bawah ini!

1. Orientasi

Di bagian ini, kamu akan menemukan pengenalan para tokoh, menata adegan, dan
hubungan antartokoh.

2. Rangkaian Peristiwa

Kisah akan berlanjut melalui serangkaian peristiwa satu ke peristiwa lainnya yang tidak
terduga.

3. Komplikasi

Kemudian, cerita akan bergerak menuju konflik atau puncak masalah, pertentangan,
atau kesulitan-kesulitan bagi para tokohnya yang memengaruhi latar waktu dan
karakter

4. Resolusi

Bagian ini akan menceritakan solusi untuk masalah atau tantangan yang dicapai telah
berhasil. Pada bagian ini, kamu juga akan mengetahui bagaimana cara pengarang
mengakhiri cerita.

Bagian bagian dalam cerpen


1. Bagian Orientasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan pandangan yang mendasari
pikiran, perhatian atau kencedrungan. Namun jika telusuri maka orientasi sendiri adalah
sebuah bentuk peninjauan untuk menentukan sikap, baik arah, tempat, dan lainnya
dengan tepat dan benar. Namun orientasi cerpen sendiri sederhananya adalah bagian
dimana pembaca mulai mengenal siapa saja tokoh yang terlibat dalam cerita, latar, waktu
hingga suasana yang ada. Dalam hal ini, pengarang cerita bisa sesuka hati
menggambarkan sebuah budaya, pandangan politik, adat istiadat atau pemikiran umum
yang ingin disampaikan.
3. Orientasi cerpen 'Kemilau Sebuah Cincin'

Asap membumbung ke udara hampa. Tukang sate, Cak Norris tampak mengipas-ngipasi arang
yang membara. Aroma yang mengundang selera makan Hanif. Langkahnya terburu-buru. Ia
melintasi jalan yang sungguh berisik. Akhirnya, ia sampai juga di persimpangan jalan, dan
melihat sebuah rumah mewah dengan pagar bertuliskan: "Awas Anjiing Galak" dan "Dilarang
Parkir di Depan Pintu". Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Ridwan melihat sebuah papan nama di
dinding depan, Rd. Robbi Achmadi.

4. Orientasi cerpen 'Sahabat dan Senja' karya Pandan Raditya

Sore mulai gelap. Cahaya senja di langit mulai mengubah warna. Terlihat burung-burung Sriti
berterbangan. Seperti ingin melepas kegelisahan. Terbang berputar-putar sambil bercericit
melintas di langit, dan berlalu-lalang di atas rumahku. Persis seperti hari-hari sebelumnya. Serasa
memberi petunjuk, bila sesuatu yang misterius akan kembali terjadi. Dari halaman rumah aku
terus menatap langit. Dadaku mulai berdebar. Kegelisahan mulai mengisi pikiran dan
perasaanku. “Suara itu, tentu akan datang lagi sore ini. Mungkin akan sama persis dengan
kejadian sore-sore sebelumnya,” kataku dalam hati, sambil terus menatap wajah senja.

5. Orientasi cerpen 'Rangakain Mutiara'


Angin bertiup lembut menyejuk, cuaca terang cemerlang kena sinar Sang Rembulan. Bintang
bertaburan di langit laksana permata yang berserakkan dalam permadani biru.

Di sana di alut lepas, di tengah samudra raya, melancarlah dengan terangnya sebuah biduk
nelayan yang sedang mengadu untung, mencari rezeki. Sungguh benar mereka sedang mengadu
untung, karena mereka mencari nafkah jauh di tengah segara yang penuh mara bahaya.

Bila laut mengamuk, topan mengganas, ditingkahi dengan halilintar menyambar sambung-
menyambung, maka segenap jiwa raganya diserahkan kepada Tuhan semesta alam. Mereka tak
kenal jemu, pantang surut, haram baginya pulang dengan membawa tangan hampa.

6. Orientasi cerpen 'Nino dan Alien yang Menggemaskan'

Malam itu, entah mengapa tak seperti biasanya, Nino belum bisa tertidur. Ia sudah cukup lama
mencoba memejamkan matanya namun tak kunjung terlelap juga. Ia kemudian memutuskan
untuk membuka jendela kamarnya, berharap angin segar dapat membuatnya mengantuk.

Namun tak lama setelah ia membuka jendelanya, sekelebat cahaya terang tampak mendekat dari
kejauhan. Nino pun lantas kembali menghampiri jendela kamarnya. Cahaya itu semakin dekat
dan mulai membuat Nino kesilauan dan menutup mata dengan sebelah tangannya.

2. Rangkaian Peristiwa
Tanda-tanda munculnya masalah dalam cerita mulai muncul pada bagian ini. Berbagai masalah
ditandai dengan munculnya pertentangan, kesulitan, juga pertengkaran awal para tokohnya.

1. Cerpen berjudul Wanita Berwajah Penyok

Wanita Berwajah Penyok

Oleh: Ratih Kumala

Orientasi:

Seperti apakah rasanya hidup menjadi orang yang tak dimaui? Tanyakan pertanyaan ini
padanya. Jika dia bisa berkata-kata, maka yakinlah dia akan melancarkan jawabnya.
Konon dia lahir tanpa diminta. Korban gagal gugur kandungan dari seorang perempuan.
Hasil sebuah hubungan gelap yang dilaknat warga dan Tuhan.

Perempuan yang saat ini disebut “ibunya” bukanlah ibu yang sebenarnya. Dia hanya
inang yang berkasihan lalu bergantian menyusui lapar mulut dua orang bayi; bayi
berwajah penyok yang dibuang orang di pinggir kampung.

Rangkaian Peristiwa:

Suatu hari yang biasa; siang terang dan wanita berwajah penyok tengah keliling
kampung sendiri saat anak-anak kecil sepulang sekolah itu mulai mengekori dan
menyambut punggungnya di belakang.

Maka, wanita berwajah penyok mengambil sebongkah batu. Tangannya yang dekil
melemparkan batu itu ke arah anak-anak. Seorang anak bengal berkepala peyang
terkena timpukannya. Membuat jidatnya terluka. Darah segar mengucur dari situ,
mengubah seragam putihnya menjadi merah. Dia pulang ke rumah mengadu kepada
ibunya, sementara anak-anak lain menjadi takut dan bubar satu-satu.

Dengan terpaksa, keluarga wanita berwajah penyok akhirnya memutuskan untuk


memasung dirinya pada sebuah ruangan kecil yang tak bisa disebut manusiawi dekat
tanah pekuburan. Sejak itu wanita berwajah penyok tinggal di dalamnya. Bulan berganti
tahun, tanpa tahu itu malam atau siang.

Seperti apakah rasanya hidup dalam sepi? Tanyakan pertanyaan ini kepadanya. Maka,
yakinlah jika dia bisa berkata-kata, dia akan melancarkan jawabannya. Tak ada yang
benar benar tahu apa yang dia kerjakan di dalam sana walau kadang terdengar
suaranya berteriak untuk berontak. Ini hanya menambah ngeri tanah pekuburan.

Orang-orang mengira itu suara kuntilanak jejadian penghuni kuburan. Tak pernah ada
orang yang benar-benar mendekat. Wanita berwajah penyok telah lupa bahasa tanpa ia
pernah benar-benar menguasainya.
Andaikata suatu saat dia bisa terbebas dari pasungnya, orang akan bertanya
bagaimana ia bisa bertahan hidup? Sebab ia telah menjadi sendiri.

Pada malam yang biasanya kelam nan pekat, kini wanita berwajah penyok bisa
mendapat segaris cahaya dari celah lubang tadi. Kepalanya didongakkan ke atas, dia
bisa melihat rembulan. Bertahun dia tidak melihat rembulan hingga ia lupa bahwa yang
dilihatnya adalah rembulan.

Untuk pertama kalinya dalam periode tahunan pasungnya, ia merasa bahwa dirinya
punya teman. Dia mulai berkenalan. Dengan bahasa yang hanya ia mengerti, ia
bercakap-cakap dengan bulan. Dia selalu menunggu teman barunya untuk berkunjung
dan bercakap-cakap dengannya setiap malam.

Namun, semakin hari bentuk wajah rembulan semakin sempit dan cekung. Mengecil
dan terus mengecil hingga hanya menjadi sabit. Air muka rembulan juga semakin pasi.

Semakin hari sabit rembulan jadi kembali membulat walaupun wajahnya masih pasi.
Saat bulan bulat penuh, wanita berwajah penyok girang sekali sebab ini berarti dirinya
berhasil menghibur teman baiknya. Tapi suatu hari rembulan kembali menyabit dan
seperti yang sudah-sudah, wanita berwajah penyok tak pernah bosan menghiburnya
dengan bahasanya sendiri hingga rembulan bulat penuh. Terus seperti itu.

Komplikasi:

Hingga suatu malam, sehari setelah bulan benar-benar sabit, rembulan tidak datang
mengunjunginya. Ia sedih sekali dan mengira rembulan tak mau menemuinya. Malam
itu hujan turun deras. Wanita berwajah penyok berpikir bahwa rembulan sedang
menangis. Maka dia ikut menangis pula, kesedihan mendalam sahabatnya, dan sekali
lagi, dengan bahasa yang hanya bisa dia mengerti, dirinya berusaha membujuk bulan
dan menghiburnya.

Dia tak pernah bosan. Tetapi, langit tetap hujan, rembulan terus menangis. Tetesan air
masuk dari celah atap ruang pasung yang menjadi bocor. Menimpa kepala wanita
berwajah penyok dan membuat dirinya kebasahan.

Lelah, wanita berwajah penyok tertidur. Ia menggigil hebat tanpa ada orang yang tahu
keadaannya. Paginya ia terbangun oleh segaris sinar yang masuk dari celah atap. Sinar
kecil itu jatuh ke kubangan air yang menggenang. Dirasakannya tubuhnya demam.
Tetapi, begitu dia terbangun yang diingatnya hanyalah rembulan.

Resolusi:

Siang telah menjelang, ini berarti rembulan telah pulang ke rumahnya setelah semalam
bersembunyi di balik awan sambil menangis. Ia menyesal tak bisa melihat wajah
rembulan malam tadi.
Didekatinya genangan air tadi. Genangan yang tak jernih. Ia berwarna coklat karena
bercampur debu. Sebuah bayangan ada di sana. la tersenyum dan menemukan wajah
rembulan di sana. Lalu dia tertidur tanpa merasa perlu bangun lagi sebab bersama
sahabat di dekatnya.

Ketika Laut Marah


Oleh: Widya Suwarna
Orientasi:

Sudah empat hari nelayan-nelayan tak bisa turun ke laut. Pada malam hari, hujan lebat
turun. Gemuruh gelombang, tiupan angin kencang di kegelapan malam seolah-olah
memberi tanda bahwa alam sedang murka, laut sedang marah. Bahkan, bintang-
bintang pun seolah tak berani menampakkan diri.

Nelayan-nelayan miskin yang menggantungkan rezekinya pada laut setiap hari


bersusah hati. Ibu-ibu nelayan terpaksa merelakan menjual emas simpanannya yang
hanya satu dua gram untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Mereka yang tak punya
benda berharga terpaksa meminjam pada lintah darat.

Rangkaian Peristiwa:

Namun, selama hari-hari sulit itu, ada pesta di rumah Pak Yus. Tak ada yang menikah,
tak ada yang ulang tahun, dan Pak Yus juga bukan orang kaya. Pak Yus hanyalah
nelayan biasa, seperti para tetangganya.

Pada hari-hari sulit itu, Pak Yus menyuruh istrinya memasak nasi dan beberapa macam
lauk-pauk banyak-banyak. Lalu, ia mengundang anak-anak tetangga yang
berkekurangan untuk makan di rumahnya. Dengan demikian rengek tangis anak yang
lapar tak terdengar lagi, diganti dengan perut kenyang dan wajah berseri-seri.

Komplikasi:

Kini tibalah hari kelima. Pagi-pagi Ibu Yus memberi laporan, “Pak, uang kita tinggal
20.000. Kalau hari ini kita menyediakan makanan lagi untuk anak-anak tetangga, besok
kita sudah tak punya uang. Belum tentu nanti sore Bapak bisa melaut!”

Pak Yus terdiam sejenak. Sosok tubuhnya yang hitam kukuh melangkah ke luar rumah,
memandang ke arah pantai dan memandang ke langit. Nun jauh di sana segumpal
awan hitam menjanjikan cuaca buruk nanti petang.

Kemudian, ia masuk ke rumah dan berkata mantap, “Ibu pergi saja ke pasar dan
berbelanja. Seperti kemarin, ajak anak-anak tetangga makan. Urusan besok jangan
dirisaukan.”
Ibu Yus pergi ke dapur dan mengambil keranjang pasar. Seperti biasa, ia patuh pada
perintah suaminya. Selama ini Pak Yus sanggup mengatasi kesulitan apa pun.
Sementara itu Pak Yus masuk ke kamar dan berdoa. la mohon agar Tuhan
memberikan cuaca yang baik nanti petang dan malam. Dengan demikian para nelayan
bisa pergi ke laut menangkap ikan dan besok ada cukup makanan untuk seisi desa.

Siang harinya, anak-anak makan di rumah Pak Yus. Mereka bergembira. Setelah
selesai, mereka menyalami Pak dan Bu Yus lalu mengucapkan terima kasih.

“Pak Yus, apakah besok kami boleh makan di sini lagi?” seorang gadis kecil yang
menggendong adiknya bertanya. Matanya yang besar hitam memandang penuh harap.

Ibu Yus tersenyum sedih. la tak tahu harus menjawab apa. Tapi dengan mantap,
dengan suaranya yang besar dan berat Pak Yus berkata, “Tidak Titi, besok kamu
makan di rumahmu dan semua anak ini akan makan enak di rumahnya masing-
masing.”

Titi dan adiknya tersenyum. Mereka percaya pada perkataan Pak Yus. Pak Yus nelayan
berpengalaman. Mungkin ia tahu bahwa nanti malam cuaca akan cerah dan para
nelayan akan panen ikan.

Resolusi:

Kira-kira jam empat petang Pak Yus ke luar rumah dan memandang ke pantai. Laut
tenang, angin bertiup sepoi-sepoi dan daun pohon kelapa gemerisik ringan. Segumpal
awan hitam yang menjanjikan cuaca buruk sirna entah ke mana. la pergi tanpa pamit.

Malam itu, Pak Yus dan para tetangganya pergi melaut. Perahu meluncur tenang. Para
nelayan berhasil menangkap banyak ikan. Ketika fajar merekah perahu-perahu mereka
menuju pantai dan disambut oleh para anggota keluarga dengan gembira.

Pak Yus teringat pada anak-anak tetangga. Tuhan telah menjawab doanya. Semua
nelayan itu mendapat rezeki. Hari itu tak ada pesta di rumah Pak Yus. Semua anak
makan di rumah ibunya masing-masing. Sekali lagi di atas perahunya, Pak Yus
memanjatkan doa syukur.
. Tema
Unsur intrinsik cerpen yang pertama adalah tema cerita. Tema adalah gagasan utama yang
ingin disampaikan pengarang dalam cerpen. Bisa dikatakan, tema ini adalah nyawa dari sebuah
cerita. Kenapa? Karena tema akan menentukan latar belakang cerita tersebut.

2. Tokoh dan penokohan


Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh terbagi atas tokoh utama dan
tokoh tambahan.

 Tokoh utama merupakan tokoh yang melakukan interaksi secara langsung atau terlibat
dalam konflik.
 Tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya diungkapkan dalam cerpen tanpa adanya
interaksi yang dilakukan tokoh atau tokoh yang tidak terlibat dalam konflik.

Sementara itu, penokohan merupakan watak atau karakter tokoh yang terdapat dalam
sebuah cerita. Dalam menentukan karakter sebuah tokoh, kita bisa membaginya menjadi
beberapa macam, di antaranya tokoh protagonis, antagonis, tritagonis, dan figuran.

Contohnya, tokoh Bandung Bondowoso dalam cerita Roro Jonggrang yang termasuk tokoh
antagonis karena memiliki watak kejam, semena-mena, dan suka memerintah.

Baca Juga: Mengenal Teks Laporan Percobaan: Pengertian, Ciri, Struktur &
Kebahasaannya

3. Latar
Macam-macam unsur intrinsik selanjutnya adalah latar. Latar merupakan gambaran tempat,
waktu, dan suasana cerpen. Melalui latar ini, kita jadi lebih mudah membayangkan situasi dan
kondisi yang dialami oleh para tokoh.

 Latar tempat menjelaskan di mana kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi.
 Latar waktu menjelaskan kapan kejadian atau peristiwa dalam cerpen terjadi.
 Latar suasana menjelaskan gambaran suasana dalam sebuah cerpen.

4. Alur dan plot


Alur adalah rangkaian kronologi peristiwa dalam cerita pendek. Kemudian, alur
dibedakan menjadi alur maju, alur mundur, dan alur campuran.

 Alur maju adalah cerpen dengan peristiwa yang disajikan secara kronologis atau
sesuai dengan urutan waktu dari awal ke akhir.
 Alur mundur adalah cerpen dengan peristiwa yang dimulai dari akhir cerita ke awal
cerita. Alur mundur disebut juga dengan istilah kilas balik.
 Alur campuran adalah alur cerpen yang merupakan gabungan antara alur maju dan
alur mundur. Jadi, rangkaian peristiwanya melompat-lompat antara peristiwa masa
lalu dengan masa kini.

Sementara itu, plot merupakan gambaran peristiwa yang mengandung hubungan


sebab akibat. Berikut ini merupakan skema plot:
5. Sudut pandang
Sudut pandang berisi pandangan pengarang terhadap cerpen, bisa aja pengarang menjadi
orang pertama atau orang ketiga.

 Sudut pandang orang pertama adalah pengarang terlibat langsung atau orang pertama
dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang aku, saya, dan sebagainya.
 Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak terlibat langsung dalam cerita
yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang seperti dia, mereka, dan
sebagainya atau menggunakan nama tokoh. Sudut pandang orang ketiga terbagi atas orang
ketiga terarah dan orang ketiga serba tahu.

6. Amanat
Amanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca
melalui cerpen. Misalnya, cerita Malin Kundang yang memiliki amanat tidak boleh durhaka
kepada ibu.

Baca Juga: Kumpulan Contoh Cerpen Singkat & Menarik beserta Strukturnya

7. Gaya bahasa
Saat membaca beberapa cerpen, kamu pasti menemukan pembawaan yang berbeda
dari setiap cerita. Setiap cerpen punya dialog atau naskah yang memiliki style atau gaya
bahasa yang berbeda-beda. Ini tergantung dari tema cerpen yang ditulis. Nah, gaya
bahasa cerpen berfungsi untuk memberikan kesan yang lebih menarik. Umumnya,
dengan menggunakan majas.

Beberapa gaya bahasa yang biasa digunakan dalam cerpen, di antaranya:

 Personifikasi, mengumpamakan benda mati sebagai manusia. Contoh: wajahmu


merona bagai senja yang berpesta warna.
 Metafora, membandingkan kata yang bukan sebagai arti sebenarnya. Contoh: tulang
punggung, murah tangan, murah senyum, rendah hati, dsb.
 Hiperbola, ucapan atau gambaran yang melebih-lebihkan suatu kondisi. Contoh:
gedung pencakar langit, menangis darah, berlari secepat kilat, dsb.
 Litotes, gaya bahasa yang bertujuan untuk merendah. Contoh: “Maaf hidangannya
hanya segini, silakan dinikmati ala kadarnya”, “Bantuan ini tidak seberapa, tolong
diterima”, dsb.
 Simile, menggambarkan suatu kondisi dengan membandingkan satu hal dengan hal
lainnya dalam satu kalimat. Contoh: kasih sayang ibu ibarat sedalam lautan,
wajahnya merona layaknya bunga mawar yang elok, dsb.

Anda mungkin juga menyukai