NIM : P17334114408
Tugas : Kewirausahaan
Oleh, Yuliyanti
Tuhan ku,
Bulan tak lagi layu
Luruskan aku dalam suratan ketetapanmu
Deskripsi
Puisi berjudul ketika Bulan Tertusuk cemara bertemakan Hijrah, dimana
dalam bait tersebut ada 2 tokoh yang saling berhubungan. Aku atau bulan dan Tuhan
sebagai acuan.
Dalam puisi ini penulis menggunakan kata aku sebagai manusia yang ingin hijrah
menginggalkan kegelapan sebelumnya tetapi sangat susah, selalu banyak alasan yang
menentangnya untuk hijrah.
Selain itu dalam puisi ini penulis sebagai aku menjelaskan betapa enaknya
jaman dahulu dimana Khadizah ada dan Mekkah adalah tempat yang mustajab.
Sampai kemudian di suatu malam, kegundahannya pecah hingga ada
ketetapanyang membuatnya benar- benar akan hijrah. Tetapi dia juga mengatakan
untuk tetap dibimbing karena takut kembali dalam kehidupan yang kelam
sebelumnya.
Bentuk Cerpen
Suatu hari, duduklah seorang gadis cantik berambut panjang tepat pukul 07.00
malam itu. Dia masih merenung tak jelas tapi menangis. Kepala mungilnya penuh
dengan setumpuk pemikiran yang ingin segera ia buang. Sepertinya ia memang sudah
muak dengan ketidak jelasan yang ada dalam dirinya.
Kau sedang apa? Tutuplah cepat, nyamuk- nyamuk itu masuk dari jendelamu
Kata ibunya memecah lamunan Rumi.
Ia nanti ku tutup. Sahutnya pelan
Kalau temannya hijrah karena lulus ujian, apakah akupun harus hijrah karena
kegagalnku? Kalau aku seperti mereka, apa Allah juga kan berpihak pada ku? Dia
masih saja meragukan ketetapan Allah padanya.
Jam sudah menunjukkan pukul 09.30, angin malam sudah terasa menusuk
tulangnya. Ia menutup jendela, dan kemudian mengambil air wudhu lalu sholat isya.
Malam itu sholatnya terasa sangat lama, ia mengadu layaknya pembantu pada
majikan. Air matanya deras mengalir.
Baris doa itu yang menutup masa kelamnya, Rumi gadis cantik, yang melawan
segala bentuk ombak keamarahan berhasil menepi tepat di atas sajadah waktu isya
malam tadi. Hatinya lebih ringan, begitupula tatapannya lebih tenang.
Keesokannya, ia tampil dengan hati yang berbeda, walau katanya, ia masih
butuh waktu untuk segera memperbaiki penampilan hijab yang ia kenakan.
Rasanya, bulan pun mampu pecah dalam kondisi yang berbeda, ia pecah tertusuk
Cemara menghamburkan segala kecemasan hati Rumi, yang kemudian angin
sampaikan ketetapan yang berharga.
Tamat
Dia Wanitamu
Oleh, Yuliyanti
Masa SMA telah usai, kini saatnya menyusun lembaran skripsi di penghujung
semster 8 nanti. Aku sangat semangat, benar- benar semangat. Pastinya karena aku
Mahasiswa baru di bidang yang aku suka. Ini seperti aku masuk mall yang sudah ku
duga pasti banyak barang- barang menarik di jajakan.
Aku tak terlalu menghiraukan kejutekan perempuan tadi, yang pasti pagi ini
awal kuliah semster satu di garis study ku. aku harus semangat. Seperti ucapnya pagi
tadi, seorang lelaki yang kujaga berbatas provinsi.
Sangat tak di sangka, yang ku kira feses itu tidak sangat menjijikan, kali ini
aku harus memegangnya di sela jam istirahat, dan kemudian aku harus tetap makan
untuk menjaga pikiranku tetap fokus sampai jam 5 sore nanti.
Aku baru pulang, ah lelah sekali pesan singkat ku terkirim jauh ke sebrang
provinsi.
Semangat, aku juga baru pulang, dan harus rapat jawabnya, yang memberi
tanda aku harus sabar ia hilang beberapa jam.
Masa kuliah terus berlalu begitu saja, hari demi hari tak terasa terlewati.
Karena memang kesibukanku tak memberi kesempatan menatap senja, barang ingat
penutup hari.
Setiap hari jumat sore, UKM kampus ku mengadakan kajian rohani yang di isi
oleh ustad muda. Aku sempatkan hadir untuk yang pertama kali, temanya tentang
Kembalikan hatimu pada Pemilik yang Hakiki.
Kita meminta segalanya darinya....
Kita minta dilancarkan kuliah.....
Kita minta dimudahkan rizkinya.....
Tapi, Allah diletakkan dalam bilik kesekian dalam harti kita,....
Cemburu kah ia?
Marah kah ia?
Kita bisa menjawabnya perlahan.
Simpanlah dengan benar, rizkimu takkan tertukar, begitupula jodoh.
Tak perlu diumbar, jika waktu telah tiba dia akan datang dengan sendirinya.
Tamat