Anda di halaman 1dari 6

Nama : Yuliyanti

NIM : P17334114408
Tugas : Kewirausahaan

Ketika Bulan Tertusuk Cemara

Oleh, Yuliyanti

Berpeluk kesah dengan sang malam


Bergemuruh dalam bait ketidaktahuan
Aku hambamu yang terguncang dalam sepi
Tertusuk dekapan alam
Membisu kelu kehancuran

Masih tetap begitu, tidak hijrah juga tak pula istiqomah


Kalau saja Makkah setapak lebih dekat
Kalau saja Khadijah semasa denganku
Alasan itu takkan mati menepi
Aku hambamu yang kaku tak menentu

Malam ini ada waktu yang ku rindu


Ada detik yang mengetuk bilik keraguan
pilu yang ku tunggu
pecah karena resah dalam retak ranting cemara
Aku sampaikan dalam ketetapan doa
Sebaris keteguhan atas nama ketaatan

Kalau nanti aku terpuruk lagi


Engkau tahu, aku sedang berjarak dengamu
Kalau nanti hijrah itu patah membelah
Engkau tahu, mungkin sungai itu surut kembali

Tuhan ku,
Bulan tak lagi layu
Luruskan aku dalam suratan ketetapanmu

Deskripsi
Puisi berjudul ketika Bulan Tertusuk cemara bertemakan Hijrah, dimana
dalam bait tersebut ada 2 tokoh yang saling berhubungan. Aku atau bulan dan Tuhan
sebagai acuan.
Dalam puisi ini penulis menggunakan kata aku sebagai manusia yang ingin hijrah
menginggalkan kegelapan sebelumnya tetapi sangat susah, selalu banyak alasan yang
menentangnya untuk hijrah.
Selain itu dalam puisi ini penulis sebagai aku menjelaskan betapa enaknya
jaman dahulu dimana Khadizah ada dan Mekkah adalah tempat yang mustajab.
Sampai kemudian di suatu malam, kegundahannya pecah hingga ada
ketetapanyang membuatnya benar- benar akan hijrah. Tetapi dia juga mengatakan
untuk tetap dibimbing karena takut kembali dalam kehidupan yang kelam
sebelumnya.

Bentuk Cerpen

Ketika Bulan Tertusuk Cemara

Suatu hari, duduklah seorang gadis cantik berambut panjang tepat pukul 07.00
malam itu. Dia masih merenung tak jelas tapi menangis. Kepala mungilnya penuh
dengan setumpuk pemikiran yang ingin segera ia buang. Sepertinya ia memang sudah
muak dengan ketidak jelasan yang ada dalam dirinya.

Kau sedang apa? Tutuplah cepat, nyamuk- nyamuk itu masuk dari jendelamu
Kata ibunya memecah lamunan Rumi.
Ia nanti ku tutup. Sahutnya pelan

Masalahnya memang terlihat sangat berat, bagaimana tidak semua temannya


sudah pindah dari penampilan yang brutal menjadi lebih menawan, ayu dan layaknya
seorang muslimah yang Allah ciptakan sebaik- baik hambanya. Mungkin itu salah satu
penyebab ia tak bisa beranjak dari kasur sejak bada dzuhur tadi.
Gadis bernama lengkap Rumi Sri Panggawati kelahiran Jogjakarta 17 Maret
1996 ini memang sudah pantas menetapkan jati diri yang sesungguhnya. Kegagalan
SNPMTN tahun lalu pun sudah membuatnya terpuruk, walau ia sebenarnya dapat
bangkit karena beruntung di ujian selanjutnya.
Tuhan terasa tak adil baginya, ia yang prilakuknya tak neko- neko gagal ujian,
setelah siang malam belajar dan berdoa. Rasanya tahajud sehari pun tak pernah ia
lewati. Kekesalan itu masih terus menggerutu sampai ia masuk semester 2 kemarin.
Dan semester ini adalah puncaknya. Teman- teman yang dulu ia kenal, sudah tak lagi
begitu. Mereka telah benar- benar hijrah, tetapi memang mereka Allah takdirkan
berbeda jalan dengannya.

Kalau temannya hijrah karena lulus ujian, apakah akupun harus hijrah karena
kegagalnku? Kalau aku seperti mereka, apa Allah juga kan berpihak pada ku? Dia
masih saja meragukan ketetapan Allah padanya.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.30, angin malam sudah terasa menusuk
tulangnya. Ia menutup jendela, dan kemudian mengambil air wudhu lalu sholat isya.
Malam itu sholatnya terasa sangat lama, ia mengadu layaknya pembantu pada
majikan. Air matanya deras mengalir.

Ya Allah, aku bukan hidup di masa nabi mu....


Aku bukan hidup di masa ketegarann wanita kekasih nabi mu...
Posisi ku pun tak begitu dekat dengan rumah mu.....
Ampuni aku yang terus mencari segala bentuk alasan,
Ampuni aku yang terus menutup mata hati tak beruang....
Aku ingin dekat dengan mu......
Aku ingin seperti mereka yang engkau tanamkan kelak di surga mu...

Baris doa itu yang menutup masa kelamnya, Rumi gadis cantik, yang melawan
segala bentuk ombak keamarahan berhasil menepi tepat di atas sajadah waktu isya
malam tadi. Hatinya lebih ringan, begitupula tatapannya lebih tenang.
Keesokannya, ia tampil dengan hati yang berbeda, walau katanya, ia masih
butuh waktu untuk segera memperbaiki penampilan hijab yang ia kenakan.

Hatiku telah kukembalikan pada pemilik sesungguhnya, maka minggu esok


hijab ku pun ku ulurkan sesuai perintahnya gumannya pagi tadi saat akan berangkat
kuliah.

Rasanya, bulan pun mampu pecah dalam kondisi yang berbeda, ia pecah tertusuk
Cemara menghamburkan segala kecemasan hati Rumi, yang kemudian angin
sampaikan ketetapan yang berharga.

Tamat

Dia Wanitamu
Oleh, Yuliyanti

Tak dikisahkan dalam gelapnya malam


Lenggang gemulai raut- raut cahaya bulan
Gemericik sunyi dalam kalung- kalung kesendirian
Ini tentang Siti Nurbaya kata mereka dimasa nya

Tidak, hanya kisah tentang dia

Biarkanlah sebait kisah itu tenggelam


Menyeruak dalam kibasan malam
Tidaklah besar hanya sebagian dari usia kerinduan
Ini tentang Siti Nurbaya kata mereka di waktu itu

Tidak, hanya kisah tentang dia

Terkatung- katung dalam barisan kenangan


Rapih tersusun pada khimar penantian
Namanya adalah nama kasih
Yang terkubur dalam derap kesunyian
Ini tentang Siti Nurbaya kata mereka saat itu

Tidak, Ini hanya kisah tentang dia

Dia yang terbujur kaku sujud telungkup pada-Nya


Menengadah sembunyi dibalik lantunan doa
Akan waktu yang ia curi
Akan rindu yang ia pungkiri
Sejatinya kembali adalah hal suci, fitri dari rugi tak terkendali
Ini tentang Siti Nurbaya kata mereka kemarin malam

Tidak, hanya kisah tentang dia

Dia, dia dan dia


Wanita yang kau cari sore itu
Yang menangis sebab engkau kerinduannya
Yang menangis sebab engkau arti dari bait doanya
Ikrarmu yang tertulis pagi tadi
Suci terlaksana dalam ujung penantian
Dalam ujung kesabaran
Dalam ujung ketaatan
Ia wanitamu
Ya, kisah tentang wanitamu
Deskripsi
Puisi di atas menceritakan tentang seorang wanita yang memiliki hubungan
dengan laki- laki sebaya dengannya. Kemudian setelah mereka hidup berpisah karena
alasan study, wanita ini mendapatkan nasihat di kajian yang di adakan di kampusnya.
Untuk tidak memiliki hubungan seperti itu. Akhirnya wanita ini memutuskan untuk
tidak berpacaran lagi. Dan bertindak selayaknya wanita yang benar, di mana hanya
bisa menunggu dan berdoa.
Dia Wanitamu

Masa SMA telah usai, kini saatnya menyusun lembaran skripsi di penghujung
semster 8 nanti. Aku sangat semangat, benar- benar semangat. Pastinya karena aku
Mahasiswa baru di bidang yang aku suka. Ini seperti aku masuk mall yang sudah ku
duga pasti banyak barang- barang menarik di jajakan.

Aku Khumina Sukma Wardani, panggil aja Kumi aku menyodorkan


tanganku dengan PD nya ke perempuan yang dari tadi sibuk dengan ganget di
tangganya.
Hi, aku Rama jawabnya sesingkat mungkin.

Aku tak terlalu menghiraukan kejutekan perempuan tadi, yang pasti pagi ini
awal kuliah semster satu di garis study ku. aku harus semangat. Seperti ucapnya pagi
tadi, seorang lelaki yang kujaga berbatas provinsi.
Sangat tak di sangka, yang ku kira feses itu tidak sangat menjijikan, kali ini
aku harus memegangnya di sela jam istirahat, dan kemudian aku harus tetap makan
untuk menjaga pikiranku tetap fokus sampai jam 5 sore nanti.

Aku baru pulang, ah lelah sekali pesan singkat ku terkirim jauh ke sebrang
provinsi.
Semangat, aku juga baru pulang, dan harus rapat jawabnya, yang memberi
tanda aku harus sabar ia hilang beberapa jam.

Masa kuliah terus berlalu begitu saja, hari demi hari tak terasa terlewati.
Karena memang kesibukanku tak memberi kesempatan menatap senja, barang ingat
penutup hari.
Setiap hari jumat sore, UKM kampus ku mengadakan kajian rohani yang di isi
oleh ustad muda. Aku sempatkan hadir untuk yang pertama kali, temanya tentang
Kembalikan hatimu pada Pemilik yang Hakiki.
Kita meminta segalanya darinya....
Kita minta dilancarkan kuliah.....
Kita minta dimudahkan rizkinya.....
Tapi, Allah diletakkan dalam bilik kesekian dalam harti kita,....
Cemburu kah ia?
Marah kah ia?
Kita bisa menjawabnya perlahan.
Simpanlah dengan benar, rizkimu takkan tertukar, begitupula jodoh.
Tak perlu diumbar, jika waktu telah tiba dia akan datang dengan sendirinya.

Inikah waktunya aku kembalikan? Cuplikan isi ceramah sore tadi


membuatku terus berpikir.
Study ku, akan ku lalui dengan isi yang benar, aku harus terus bermimpi.
Insyaallah dengan kuasanya, semua tercapai.
Sebulan kemudian, aku memutuskan untuk tidak melanjutkan hubunganku
dengan lelaki yang ku anggap sangat layak jadi imamku. Kali ini aku berargumen
beda, kalau nanti ia jodohku, aku tak perlu menunggu dalam setiap detik yang justru
menduakan Tuhan ku. Biarlah, doaku yang menyampaikannya. Pastinya akupun
berharap yang terbaik. Semoga saja apa yang aku rindukan, yang ku sebut dalam
setiap doa, dialah yang datang menghalalkanku kelak.

Tamat

Anda mungkin juga menyukai