Anda di halaman 1dari 5

Woy, Lai! tungguin napa! sapa Daniar, atau lebih tepatnya Daniar Nandya Syaza.

Yang di panggil pun akhirnya menengok, sebut saja Idzni Syauqillah. Ia sedang
menenteng banyak barang, itulah kebiasaan Isni, nama panggilannya. Ia di panggil
oleh teman sekelasnya Isni atau Lai, Lai itu adalah sebutan nama dari Daniar. Yang
di maksud Daniar adalah bulan lahir Isni, yaitu Mei. dan La itu adalah Syauqillah.
Aduhhh.. barang bawaan gua banyak nih! sahut Isni. Udah kebiasaan lo kali udah,
Bu Nurita bentar lagi dateng lho! ajak Daniar. Isni pun mengganguk.

Selamat pagi, 10 A! sapa Bu Nurita. Saat ini, Isni sudah kelas 1 SMA. Ia
bersekolah di SMAN 69. (hanyak karangan). Selamat pagi, Bu! jawab 10 A. Pagi
ini, kita akan kedatangan murid baru. Silakan masuk! sahut Bu Nurita. Semua
seketika menjadi penasaran. Orang baru di kelas 10 A pun akhirnya datang juga.
Postur tubuhnya yang bagus, matanya yang besar, alisnya yang tebal, dan rambutnya
yang gondrong, membuat Isni terpesona. Baru kali ini, Isni menyukai seseorang.
Perkenalkan, nama saya Muhammad Ardhyansyah Olan. Kalian bisa memanggil saya
Ardhyan atau Olan. sahut Ardhyan.

Pikiran Isni

Aku diam melihat cowok tampan itu. Namanya Ardhyan, itu yang aku tahu saat ia
memperkenalkan dirinya. Ia pindahan dari Medan, Sumatera Utara. Kudengar, saat ia
masih di sekolahnya yang lama, ia selalu sepuluh besar. Woy, kok bengong? ujar
Daniar. Aku hanya terbuyar dari lamunanku, dan mengatakan Gak papa.

Halo. Pindahan SMA mana? tanyaku. Saat itu, aku berusaha mendekati Ardhyan. Ia
sedang duduk di kursi taman sekolah. SMAN Medan Jaya. jawabnya. Ohhh. aku hanya
ber-oh panjang. Denger-denger, kamu pinter ya, lima besar melulu? tanya Ardhyan.
Iya sih, hehe. jawabku. Ardhyan hanya tersenyum simpul, senyum yang sangat manis,
sekaligus mengakhiri pembicaraanku dengannya.

Aku sudah berada di rumah, saat itu keadaan siang hari. Aku sedang ber-Blackberry
Messeangers dengan Daniar.

Idzni S: Eh, Daniar.


Daniar Nandya: Iye, kenapa, Lai?
Idzni S: Itu yang anak baru katanya sepuluh besar melulu, ya?
Daniar Nandya: Iya, emang kenapa? lo naksir sama dia?
Idzni S: Ehm sebenanya sih iya, hehe.
Daniar Nandya: SERIUS?! eh, si Cindy juga suka lho.
Idzni S: yahhh kok gitu?
Daniar Nandya: gak tau, udah ya, gua mau ngerjain PR, bye.

Aku hanya cemas. Bisakah aku merelakan orang yang kusuka demi sahabatku?

Entah aku sedang bermimpi atau tidak, yang jelas saat aku terbangun aku sudah
berada di ruangan yang asing, ini bukanlah kamarku. Ruangan ini sangat besar dengan
beberapa figura yang terpasang rapi di setiap dindingnya, membuat kamar mewah ini
semakin mempesona. Sebuah pintu kaca hitam yang mampu memantulkan bayangan diriku,
kuperhatikan diriku, sebuah gaun merah maron selutut telah melekat di tubuhku,
menggantikan pakaianku sebelumnya, tak lupa sebuah syal juga sudah terlilit di
leherku membuat udara dingin di luar sana sedikit tak terasakan.

Tiba tiba pintu itu mulai terbuka, sesosok laki laki dengan jubah hitamnya mulai
mendekatiku.
Bagaimana keadaanmu via sayang? Tanya laki laki itu seraya tersenyum padaku.
Maaf, Apa kita sebelumnya saling kenal? Kulontarkan sebuah pertanyaan yang sedari
tadi sudah kutahan namun akhirnya terucapkan juga. Ia nampak menautkan sebelas
alisnya dengan senyuman yang masih bertahan di bibir seksinya itu.
aku tak mengenalnya jadi seharusnya ia juga tak mengenalku bukan?, tapi kenapa ia
tau namaku dan memanggilku dengan sebutan sayang? Pikirku.
Ternyata benar, kau melupakanku, tidak hanya itu kau juga melupakan kodratmu!
Aku terbelalak dengan kalimatnya,
Maksud kamu?
Aku adalah kekasihmu, namun kau mati saat pertempuran antara bangsa vampire dengan
drakula, dan itulah hari yang paling buruk bagiku, tapi kau akan terlahir kembali
setelah 100 tahun kematianmu, aku menunggu saat itu datang dimana kau akan terlahir
sebagai manusia, aku terus menjagamu hingga kekuatan kekuatan alami dalam dirimu
muncul seperti sekarang, dan setelah kemunculan kekuatanmu itu kau tidak bisa lagi
menjadi manusia sejati karena sebagian jiwamu adalah vampire, makanya aku membawamu
ke kastilku! Jelasnya panjang lebar dengan mengenggam tanganku, aku tersontak
mendengar semua kalimat kalimat yang keluar dari mulutnya itu. Sungguh aku benar
benar tak percaya.
Aku adalah manusia, tak ada sedikitpun jiwa vampire dalam diriku! Elakku dengan
melepas genggamannya.
Percayalah via, apa kamu ingin membuktikannya?. aku bisa menunjukkannya padamu!!
Oke kita buktikan semuanya! Ucapku geram.

Ia mulai menjentikkan jemarinya dan tak lama seorang wanita muncul entahh dari
mana, ia membawa sebuah pisau.
Ulurkan tanganmu, jika manusia biasa terluka, maka luka itu akan menimbulkan sakit
dan juga bekas belum lagi penyembuhannya memakan waktu yang lama, berbeda dengan
vampire jika ia terluka, maka luka itu akan sembuh dengan sendirinya tanpa berbekas
atau menimbulkan rasa sakit dan luka itu menghilang sepenuhnya hanya dalam kedipan
mata!
Oke mari kita lakukan!

Suasana siang sangatlah bahagia. Burung berkicau merdu, kendaraan bersatu padu di
jalan raya, semua makhluk hidup menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Matahari
bersinar terang, awan menghiasi langit yang biru, kupu-kupu terbang mengitari bunga
beraroma harum dan berwarna indah. Hari ini, cuaca cerah begitu pula suasana hati
semua makhluk hidup.

Padang rumput yang luas, sangatlah asri berwarna hijau muda. Tidak ada rumput yang
layu, semuanya menampakkan kebahagiaan yang berseri-seri. Beralaskan tanah berwarna
kecolekatan, gadis manis melangkah lunglai menuju arah yang tidak pasti.

Aku memperhatikan sekilas, sehingga aku tertarik untuk mengikutinya. Gadis itu
berambut panjang berwarna kecokelatan yang berkilau. Jika dipandang, dia adalah
gadis yang cantik. Kulitnya berwarna putih dan bersih, jika disentuh pasti lembut.
Namun, aku memandangnya kejauhan di sisi samping.

Wajahnya redup, matanya memerah. Rambutnya acak-acakan, tidak ada sunggingan senyum
yang menghiasi wajah mungilnya. Mengapa gadis cantik itu tampak berbeda? Tampak
berbeda dari makhluk hidup lainnya yang dengan riang bahagia menjalankan aktivitas
biasa. Aku terus mengikutinya, sehingga ia berhenti di sebuah pohon beringin yang
besar.

Aku menghentikan langkah kakiku tepat di sebelah gadis itu, masih seperti tadi
wajahnya mendung. Berbeda 360 derajat dari cuaca hari ini.
Ada apa dengan dirimu, gadis cantik? tanyaku membelai rambutnya, berusaha menjadi
ayah dari gadis itu. Aku ingin gadis itu menceritakan kisah dari hidupnya yang
menjadikan alasan sehingga wajahnya dapat redup seperti itu.
Aku menanti datangnya hujan ujarnya berusaha sedatar mungkin. Walau aku tahu,
gadis kecil itu akan segera mengalirkan air mata dari pelupuk matanya.

Sejenak, ia terdiam memandang langit yang cerah. Ia tidak mengeluarkan sepatah


kata, wajahnya datar. Namun, matanya menunjukkan makna yang dalam. Aku kembali
membelai rambutnya. Aku tersenyum memandang gadis mungil yang tergolong cantik itu.

Mengapa? Ceritakan padaku apa yang terjadi. Mungkin, aku bisa memberi solusinya.
Jangan malu-malu, sayang, tuturku lemah lembut. Gadis itu tidak banyak bicara,
namun aku menganggapnya sebagai anak sendiri.
Karena aku akan malu jika aku meneteskan air mata ditengah cuaca yang cerah ini.
Mereka akan memandangku, jika hujan turun maka aku bisa menumpahkan semua isi
hatiku tanpa ada yang melihat, aku menghela napas dan kembali melontarkan senyum.
Dia juga tergolong gadis yang pandai dan tahu artinya malu.

Walau dia tidak ingin mencurahkan isi hatinya padaku, aku tahu dia sedang mengalami
masalah yang berat. Namun, bebannya tidak dia tumpahkan dari hati kecilnya saat
semua riang bahagia. Jika dia anakku, aku akan bangga padanya.

Selang berapa waktu kemudian, doanya terkabul. Aku menatap langit yang kini
mendung, matahari tidak berani menampakkan dirinya. Dia bersembunyi di dalam awan
hitam yang bertumpuk-tumpuk. Angin mulai berhembus kencang, aku memandang gadis
itu. Matanya berkaca-kaca. Aku menepuk pundak mungilnya.

Kau bisa menangis sepuasnya, bisikku memberi bantal kecil padanya. Ia terdiam
tanpa menampakkan senyum. Perlahan, wajahnya tidak terlihat lagi setelah ia
menutupi wajahnya dengan bantal kecil pemberianku. Mereka menganggap gadis kecil
ini sedang tidur, namun sebenarnya ia sedang asyik menumpahkan isi hatinya.

Cerpen Karangan: Tita Larasati Tjoa


Facebook: Tita Larasati
Seorang gadis kelahiran tahun 2005.

Perlahan ia mulai menggores tanganku dengan pisau itu, membuatku sedikit merinding
dan menutup mataku. Tak ada rasa sakit sama sekali, dari situ aku mulai
memberanikan diri membuka mataku, mungkin ia belum menggoresnya, namun dugaanku
salah, darahku telah menetes tak beraturan dan luka itu perlahan menghilang tak
berbekas. Aku mengucek kedua mataku, kenapa bisa?
Dari situ aku mulai mempercayainya dan mempercayai kodratku.

Ia mulai memelukku sangat erat, ia menangis dalam pelukanku, bagiku itu wajar,
bagaimana tidak? Roy sudah menungguku 100 tahun lamanya, ia juga harus menunggu 17
tahun hingga kekuatan vampireku muncul terlebih lagi memori tentangnya dalam
ingatanku sama sekali tak ada, siapa yang sanggup seperti itu?.

Minumlah ini! Roy menyodarkan segelas air putih untukku


Aku pikir kau akan menyodorkanku darah, ternyata air putih! Ucapku dengan
tersenyum padanya.
Siapa bilang ini air putih, ini adalah darah sama seperti dugaanmu! Aku
terbelalak dibuatnya, bagaimana bisa darah berwarna putih, memangnya ada?
Darah kan warnanya merah tapi itu putih seperti layaknya air, apa vampire bisa
buta warna? Tanyaku padanya, tak kusangka ia mulai tertawa, membuatnya semakin
tampan.
Ini benar benar darah sayang, ini bewarna putih karena telah diolah secara khusus
dan tak banyak vampire yang mengetahui cara mengolah darah supaya seperti ini!!
Oh benarkah?, tapi aku tidak pernah meminumnya, aku takut! Secara halus aku
menolaknya.
Aku khusus membuat ramuan ini untukmu sayang, agar kau bisa menyamarkan baumu
supaya bangsa vampire maupun serigala tidak memangsamu, minumlah ini, kau juga
vampire! Tegasnya dengan menggenggam tanganku.

Apa yang ia katakan benar, aku mulai memberanikan diri mengambil gelas itu, namun
aku mulai bertanya akan sesuatu.
Tunggu, kamu bilang kamu membuat ini untukku supaya bangsa vampire dan drakula
tidak memangsaku, memangnya kenapa mereka ingin memangsaku bahkan bangsaku sendiri?

Kamu sepenuhnya bukanlah vaampire, dengan kata lain kamu adalah manusia setengah
vampire dan tidak semua vampire yang mati akan hidup lagi, karena kamu adalah salah
satu putri dari kerajaan vampire maka peraturan itu berlaku untukmu, kau akan hidup
kembali, dan kekuatan dari darahmu bisa membuat vampire lain berlipat bahkan sampai
10 kali, dan bangsa drakula ingin membunuhmu karena mereka takut akan punah jika
ada vampire yang bisa menggigitmu, maka dari itu setelah kekuatanmu muncul bau dari
tubuhmu sangatlah khas dan berbeda dari vampire lain jadi aku membawamu kemari, aku
akan melindungimu sayang!! Jelas sembari mengelus rambut panjang dengan lembut.
Aku akan meminumnya! Aku tersenyum padanya dan mulai meminum cairan itu, rasanya
sama seperti air, bau amis dan lainnya sudah tak ada.

Saat aku selesai meminumnya tiba tiba segerombolan orang orang aneh mengepung
kastil ini.
Siapa mereka?, kenapa mereka mengeluarkan taring dan mengendus?
Mereka bangsa kita, sepertinya mereka sudah mengetahui keberadaanmu!
Tapi aku sudah meminum cairan ini! aku menunjuk gelas yang telah kosong.
Aku juga tidak tau kenapa mereka bisa tau!!
Dia terlihat sangat cemas sekarang. Tiba tiba seorang wanita datang dengan membawa
selembar kain yang berlumuran darah.
Maaf tuan, sepertinya mereka datang karena ini! Wanita itu menyerahkan kain tadi
pada roy.
Oh iya, darah ini!
Itu kan darahku! Ucapku
Benar, darahmu tercium oleh mereka, keadaannya tak baik untukmu bersamaku
sekarang! Ucapnya dengan memenggangi pipiku dengan menghusapnya membuatku menatap
kedua manik matanya, entah kenapa aku takut kehilangannya.
Aku ingin bersamamu, bawa aku pergi bersamamu di manapun itu! Air mataku mulai
menetes keluar, dadaku terasa sangat sesak.
Aku akan selalu bersamamu, kalaupun kita tidak bersama bukan berarti kita pisah,
karena aku ada di hatimu!
Aku memeluknya, air mataku tumpah dalam dekapannya.
Kamu harus pergi sekarang sayang, aku janji aku akan menjemputmu, jangan khawatir,
oke?. Aku mengangguk pelan. Dia mulai mengecup bibirku, membuat sekelebat bayangan
muncul dalam ingatanku, namun aku tak tahu bayangan apa itu. Dia mulai menjentikan
jemarinya lagi, elang hitam kemarilah, aku butuh bantuanmu!!, tak lama seekor
elang hitam berubah menjadi sesosok pria.
Bawa dan lindungi dia, dia adalah gadisku!
Baik tuan! Ucap seseorang itu dengan berubah kembali menjadi elang
Naiklah, dia akan melindungimu, dan pakai jubah ini! ia memakaikanku sebuah jubah
warna cokelat yang berbulu lebat. Aku menurutinya, ia membantuku menaiki elang
tersebut dan elang itu mulai terbang meninggalkan kastil.

Sebelum sosok roy menghilang dalam pandanganku, ia sempat berkelahi dengan bangsa
vampire setelah penjagaan kastil itu berhasil ditembus oleh mereka. Aku sempat
khawatir padanya. Entah elang ini akan membawaku kemana, kupasrahkan hidupku
padanya, namun sekelebat bayangan hitam mulai mengikuti kami

Bersambung, nantikan episode selanjutnya guys

Cerpen Karangan: Aisyifive


Facebook: Aisyah novi
Maaf ya cerpennya tak beraturan begitu, berikan komen ya guys agar bisa ngerti
letak kesalahannya dan bisa update episode selanjutnya. salam.

Cerpen Kekasih Yang Hilang (Part 1) merupakan cerita pendek karangan Aisyifive,
kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen
terbaru buatannya.

Paginya
Woy! Kok bengong sih! haha! sapa Cindy pagi itu, dan seketika aku bingung ingin
berbuat apa. Kenape lo? kesambet jin? canda Cindy. Aku hanya tertawa kecut. Saat
itu juga, Ardhyan masuk kelas. Eh.. sini deh, ajak Cindy, aku pun akhirnya
menuruti.

Di taman sekolah
Gua suka sama Ardhyan lo jangan bilang siapa-siapa ya? sahut Cindy, aku semakin
dan semakin cemas. Selamat ya, hehe. Eh, gua mau ke toilet dulu ya. ujarku, lalu
berlari kencang ke arah toilet. Cindy hanya heran melihat kelakuanku yang aneh.

Aku hanya mencoret-coret bukuku yang kosong sedari tadi. Aku sangat bingung, harus
berbuat apa. Aku sangat menyayangi Ardhyan, tapi di sisi lain, aku tak ingin
membuat sahabat sejatiku kecewa dan sedih. Saat itu juga, aku tersadar akan
sesuatu. Sepertinya aku harus melupakan Ardhyan.

Setahun kemudian
Kini, aku sudah memasuki kelas 2 SMA. Dan, sekarang aku bersahabat dengan Ardhyan,
Daniar, dan Cindy. Aku tahu rasanya menyakitkan, tapi Ardhyan dan Cindy sudah
berpacaran. Ardhyan menembak Cindy saat akhir semester dua kelas satu. Ikhlasin
aja deh Lai, Ardhyan bukan jodoh lo, sahut Daniar. Aku hanya tersenyum kecut.

Siang itu, aku, Cindy, dan Daniar sedang berada di taman. Kami hanya mengobrol
biasa. Eh, Cin, boleh pinjem handphonenya gak? tanyaku. Iya, ambil aja. jawab
Cindy. Kemudian, aku segera mengambil handphone Cindy. Entah kenapa, saat pertama
kali melihat layarnya, jariku mengarahkan ke arah Pesan. Perlahan, kulihat pesan-
pesan yang masuk. Kebanyakan dari Ardhyan. Wajar saja, Ardhyan kan pacarnya. Dan,
aku terpaku saat melihat salah satu SMS dari Ardhyan, aku terbelalak.

From: Ardhyan Sayang


Cin, kayaknya kita harus putus deh. Aku udah mutusin yang terbaik. Maafin aku.

Anda mungkin juga menyukai