“Bu, hari ini barang dagangan Bapak hanya sedikit yang laku. Hanya segini yang bisa Bapak
berikan pada Ibu.” Sambil memberikan uang kepada istrinnya untuk kebutuhan rumah
tangga.
“Iya Pak. Nda papa yang penting Bapak sudah berusaha dan selebihnya ini adalah rejeki dari
Tuhan.”
Keesokan harinya, si suami berangkat bekerja dengan membawa barang dagangannya ke
pasar. Di perjalanan ia bertemu dengan nenek tua yang kebingungan di jalan.
“Ada apa nek?” Tanya pak Bejo menghampiri nenek tua tersebut.
“Nak, bolehkah saya meminta uang? Saya ingin pulang tapi tak ada ongkos.” Pinta nenek
lirih kepada Pak Bejo.
“Uangku juga mepet, dagangan dari kemarin gak laku, untuk makan saja kadang masih
kurang, ah tapi gak papa. Kata pak ustad sedekah bisa melancarkan rejeki, bismillah saja.”
Gumamnya dalam hati.
“Baiklah, Nek, ini ada uang segini buat naik bis nenek sampai tujuan ya. Biar saya antar
sampai terminal.” Ucapnya sambil mengantar nenek tersebut menuju terminal.
“Terima kasih nak, semoga rejekimu selalu lancar.”
“Amin, Nek”.
Setelah mengantar nenek tersebut, Pak Bejo kembali ke pasar untuk menjual dagangannya.
Sesampainya di pasar, ada seorang pembeli yang memborong dagangannya sampai habis.
“Alhamdulillah rejeki memang tak ke mana. Memang sedekah bisa melancarkan rejeki.”
Gumam Pak Bejo bersyukur.
Malas Sekolah
Minggu adalah hari libur yang membuat orang malas beraktivitas. Ada yang memilih berlibur
tapi ada pula yang memilih tinggal di rumah melepas lelah setelah seminggu penuh dengan
aktivitas. Begitu pula dengan Banu, dia memilih untuk bersantai di rumahnya. Sampai-
sampai setelah hari Minggu Banu masih belum siap menghadapi aktivitas sekolah yang
membosankan baginya.
“Nu, kamu tidak berangkat sekolah? Ini sudah siang lho. Nanti telat.” Tanya ibunya.
“Banu masih capek, Bu. Bolos sehari saja gak papa. Lagian gak ada PR dan tes kok. Santai
saja, Bu.”
“ Ya jangan begitu. Kamu sekolah itu bayar. Menuntut ilmu tidak bisa disepelekan begitu
saja Nu.” Jawab ibunya menyanggah.
“Sudahlah bu, Banu masih ngantuk mau tidur lagi.”
Melihat gelagat anaknya, ibunnya menjadi geram dan menyeret anaknya ke suatu tempat.
Kemudian ibunnya mengajaknya ke panti asuhan yang dipenuhi berbagai anak dengan latar
belakang yang berbeda.
“Nah, tuh, lihat mereka. Tak punya orang tua yang membiayai sekolah padahal mereka juga
ingin sepertimu.” Jelas ibunnya memberi tahu anaknya melalui kaca dalam mobil.
Kemudian ibunya mengajaknya melihat anak-anak yang mengamen di jalanan. “Lihat anak
itu, dia mengemis mencari uang. Untuk makan saja susah apa lagi sekolah.” Jelas ibunya lagi.
Kemudian Banu sadar dan akhirnya mau berangkat sekolah walau agak terlambat. Dia diantar
ibunnya sampai ke sekolah. Di perjalanan dia melihat anak sekolah yang berjalan pincang,.
Dalam hati dia berkata “Alangkah beruntungnya aku, masih punya fisik yang sempurna tapi
malah malas sekolah. Sedangkan anak cacat saja bisa semangat seperti itu.”
Cerpen Tentang Persabatan di Sekolah
Namanya Rindu dan Rara, dua anak yang kata teman-temannya itu adalah
anak kembar, memang selalu bersama terus. Bukan cuma pada saat
belajar bersama di dalam kelas, juga dalam hal prestasi (peringkat kelas),
jika Rindu peringkat ke 1, maka Rara di peringkat ke 2.
Ada seorang anak yang mengamati mereka dan tidak ingin mereka
bersama, namanya Rere, dia satu kelas dengannya dan sangat ingin
menghancurkan persahabatan mereka.
“Iya betul aku yang membuatnya, tetapi bukan untuk kamu, tetapi untuk
Rere katanya hanya untuk koleksisaja,” jelas Rara di telepon menjelaskan
panjang lebar.
“Jika seperti itu ini ulah Rere, karena aku juga diminta hal yang sama,
katanya juga untuk koleksi,” Rindu memberikan penjelasan hal yang sama.
Ketika masuk sekolah sudah tiba, Rindu dan Rara memasukkan kedua
puisi yang mereka terima ke dalam satu amplop, dengan dituliskan di
bagian luar “best friend forever” Teman sejati tidak akan pernah putus
hanya dengan sebuah puisi, Justru dengan puisi kami akan menjadi
sahabat selamanya.
PANTUN