Anda di halaman 1dari 203

Karena di balik hati yang kuat,

ada rencana Tuhan yang hebat.

Buku kumpulan cerita pendek ini merupakan sebuah


hadiah kecil untuk seorang Sofia Meifaliani, sebagai
tanda terima kasih karena telah membuat kami
tersenyum. Bahagia itu sederhana kan?

Benjamin Watson,
Editor-in-chief, www.sofiameifaliani.com

Story For Sofia


Kumpulan cerita pendek untuk Sofia Meifaliani
Filosofia INA & www.sofiameifaliani.com & Reupload Sofia

Disclaimer:
Semua cerita pendek yang berada di buku ini merupakan hak
cipta dari masing-masing penulis

Daftar Isi
Surat Perpisahan Untuk Sofia

Liburan

12

Mereka

28

Dari Hati Sampai Mati

38

Rasa, Masa, Asa

61

Become Their Captain

97

Suifu wa Arashi ni Yume wo Miru

108

The Reason Of Smile

123

Aku, Sofia, dan Sahabatku

146

Jam 7 Lewat 12

171

Surat Perpisahan untuk Sofia


"Selamat ulang tahun!" teriak seluruh keluarga ku
tepat di jam 00.01 WIB. Hari ini, aku berulang tahun
yang ke 21th, usia dimana seseorang mulai harus
bersikap dewasa dan mulai memikirkan masa depan.
Sebuah pesta kejutan kecil dibuat oleh kedua orang tua
dan adik perempuanku. Mereka masuk ke dalam
kamarku dengan membawa sebuah kue cokelat dengan
hiasan lilin kecil diatasnya. Aku terbangun dengan
keadaan yang masih mengantuk pun segera make a
wish dan meniup lilin kecil diatas kue yang dibawa oleh
adikku. Itu adalah kado pertama yang aku dapatkan di
hari ulang tahunku ini. Sebenarnya perayaan ulang
tahun ini tidak begitu aku harapkan dari keluargaku,
cukup dengan doa yang selalu mereka berikan untukku
itu sudah lebih dari cukup.
Tidak ada yang special dipagi hari tanggal 4
Agustus 2014 tersebut. Selain kembali memulai
rutinitasku seperti biasanya sebagai mahasiswa.
Namaku Tadhik, aku kuliah di sebuah perguruan tinggi
negeri di Jakarta dan mengambil jurusan ekonomi
manajemen. Sekarang ini aku sudah memasuki semester
7, periode dimana tugas semakin banyak dan mulai
memikirkan skripsi.
Pagi itu jam 05.40 WIB, kami sekeluarga
berkumpul di ruang makan untuk melakukan sarapan

bersama. Ayahku adalah seorang pegawai swasta dan


ibuku seorang ibu rumah tangga biasa. Aku mempunyai
seorang adik perempuan bernama Ditta, yang sekarang
ini duduk di kelas 11 di sebuah SMA negeri Jakarta.
Setiap hari aku selalu berangkat bersamanya, karena
jalan kampus dan sekolah Ditta searah.
Selesai sarapan aku segera berangkat mengantar
Ditta ke sekolahnya, dan kemudian segera pergi ke
kampus karena hari ini ada kuliah pagi. Kegiatan di
kampus pun seperti biasanya, tidak ada yang menarik
selain kegiatan perkuliahan yang padat dari pagi sampai
sore. Jam 16.17 WIB aku baru pulang kerumah. Segera
aku menuju kamar dan pergi untuk mandi.
Aku ini termasuk anak yang pendiam dan juga
pemalu, jarang sekali aku pergi bersama teman-teman
setelah pulang kuliah. Oleh karena itulah sampai
sekarang ini aku belum mempunyai seorang teman
dekat atau pacar. Fokusku yang sekarang hanyalah
kuliah dan segera bekerja.
Baru selesai mandi dan mencoba untuk
beristirahat sejenak diatas tempat tidurku tiba-tiba Ditta
mengetuk pintu kamarku.
"Kak, kak Tadhik belum tidurkan? Antar Ditta ke
tempat les dong," tanyanya dengan suara yang keras
dan nyaring itu.
"Minta diantar ibu aja dek, kakak capek,"
jawabku setengah malas untuk sekedar bangkit kembali
dari tempat tidur yang sudah nyaman ini.

"Ibu lagi keluar sama ayah kak, ayo buruan dong


anterin aku ke tempat les," jawab Ditta kembali dengan
tidak putus asa membujukku.
"Iya deh iya bentar," jawabku dengan terpaksa
menuruti permintaan adik perempuanku satu-satunya
ini. Adikku sudah kebiasaan dimanja, jadi mau pergi
kemana pun selalu minta dianterin. Kami berdua segera
naik motor dan pergi ketempat les. Sebenarnya aku juga
malas keluar rumah di malam hari dengan naik motor di
cuaca yang dingin seperti sekarang ini, apalagi sekarang
sudah masuk musim hujan. Biasanya ayah yang
mengantar adikku ketempat les dengan menggunakan
mobil.
Sampai ditempat les ternyata disana juga ada
beberapa teman adikku yang baru datang. Adikku pun
segera
lari
kearah
teman-temannya
dan
meninggalkanku begitu saja tanpa bilang apa-apa. Ya
mirip kayak tukang ojek gitu, habis bayar langsung pergi
ditinggalin aja, mending itu dibayar, lha ini? Yasudahlah
gak apa-apa juga. Lagian Ditta adik aku emang gitu kalau
udah ketemu teman-teman ceweknya, suka lupa deh
sama keadaaan sekitar.
Begitu ingin pulang kerumah, ternyata hujan
mulai turun dengan begitu derasnya. Dan aku lupa
membawa jas hujan didalam jok motorku.
"Yaampun, sial banget ya hari ini. Udah ulang
tahun biasa-biasa aja, kuliah sampe sore, malam hari
harus nganterin adik les, eh sekarang malah kehujanan"
batinku kesal dalam hati. Akupun segera mencari

tempat untuk berteduh. Kebetulan di depan tempat les


adikku ada sebuah halte kecil. Dengan terpaksa aku pun
berdiri disana sendirian sambil memainkan hp untuk
sekedar menghilangkan kebosanan. Tak terasa aku
sudah berteduh dihalte tersebut selama satu jam, hujan
pun mulai reda sekarang.
"Cepat banget kayaknya ini waktu, udah sejam
lebih aja cuma buat nungguin hujan reda," batinku,
sambil melihat ke arah jam tangan yang ku pakai.
Tiba-tiba ada seorang anak perempuan yang
masuk ke halte tersebut dan ikut berteduh disampingku.
Anak perempuan itu kalau dilihat dari penampilannya
sih, kayaknya juga ikutan les di tempat adikku. Ia masih
memakai seragam sekolahnya, membawa tas ransel
berwarna pink dan beberapa buku di tangannya.
Sepertinya dia seumuran adikku," batinku, sambil
mengamatinya dari ujung kaki sampai kepala.
Dia anak perempuan yang menarik dari fisiknya.
Kulitnya yang putih dan matanya yang sedikit sipit
membuat dia terlihat manis dan tingginya juga gak jauh
beda dengan Ditta adikku. Rambut panjangnya yang
digerai membuat dia keliatan cantik saja. Mungkin
karena aku perhatikan dari tadi, anak perempuan itu
jadi sadar dan melihat kearahku. Aku yang ketahuan
mengamatinya segera melihat kearah yang lainnya. Aku
takut dia marah dan berfikir yang aneh-aneh tentang
diriku. Tapi ternyata dugaanku salah, dia malah
memberikan senyum manisnya kepadaku. Senyuman
yang membuat hati ini menjadi tenang melihatnya.

"Ikut les disini juga ya kak?" tanya anak


perempuan itu kepadaku.
"Eh, ee enggak kok ini lagi nungguin adik aku
yang les," jawabku gugup.
"Oh gitu, aku kira kakak les disini juga,"
jawabnya dengan tersenyum. Senyuman paling manis
yang pernah aku lihat menurutku.
"Aku Sofia, kakak siapa?" Tanya anak perempuan
itu, sambil memberikan tangannya.
"Nama aku Tadhik," jawabku sambil meraih
tangannya. Dari perkenalan itulah, aku jadi mulai akrab
dengannya. Aku jadi tahu kalau dia juga kelas 11 seperti
adikku. Aku juga tau kalau dia hobby bermain basket.
Dia juga bilang, kalau Ditta adikku itu adalah teman
sekelasnya di tempat les. Awalnya dia mau pulang lebih
cepat dari les karena ada urusan keluarga tapi karena
hujan turun, jadi dia tidak bisa pulang dan malah
berteduh di halte yang sama dengan ku ini.
Jam sudah menunjukan pukul 20.05 WIB, mobil
yang menjemput Sofia pun sudah datang dan kami
berpamitan satu sama lain. Berharap suatu saat bisa
bertemu kembali dan mengobrol bersama.
Keesokan harinya, aku bercerita tentang Sofia
dan kejadian semalam kepada Ditta. Ditta bilang, kalau
Sofia adalah anak yang kalem dan sedikit jutek jika
dikelas, tapi terkadang jahil juga sama teman-temannya.

"Kamu punya nomer hp Sofia nggak dek?"


Tanyaku pada Ditta. Ditta pun memberikan nomer hp
Sofia kepadaku, ya walaupun dengan syarat yang anehaneh sampai minta dianterin ke tempat les selama
seminggu ini. Aku pun menyetujuinya karena memang
ingin lebih tau lagi tentang Sofia.
Malam harinya aku coba untuk iseng
mengiriminya sms, sampai akhirnya Sofia tahu kalau
orang yang mengirimkan pesan iseng itu adalah aku.
Kami berdua mulai kembali mengobrol macam-macam
seperti kemarin. Saling follow di social media, sampai
saling berkirim foto yang lucu-lucu pun kami berdua
lakukan. Dari obrolan malam itu, aku jadi tahu kalau
Sofia ini bercita-cita pengen jadi penyanyi, seperti
idolanya, Taylor Swift.
"Kakak tahu JKT48 nggak? Aku pengen lho jadi
kayak mereka, bisa nyanyi dan dance diatas panggung
sambil diidolain ribuan penonton," Bilang Sofia padaku
"Tahu, idol grup yang lagi booming itu kan?"
jawabku. "Kalau kamu emang pengen dan niat mau jadi
kayak mereka, kamu daftar aja. Kayaknya ada
pendaftaran anggota baru disana."
Sofia bilang kalau suara dan dancenya biasa aja,
gak begitu jago. Ia sempat ragu apakah bisa diterima
menjadi member JKT48 atau nggak. Akupun bilang pada
Sofia, kalau ada teman kuliah aku yang bisa mengajari
les vocal dan pintar dance. Aku menawarinya untuk mau
aku kenalkan pada temanku itu dan ternyata Sofia mau.

Hari-hariku dikampus sekarang menjadi lebih


menyenangkan dan tidak monoton seperti dulu, karena
sekarang ada Sofia. Setiap sore sepulang sekolah, dia
selalu pergi ke tempat latihan vocal dan dance temanku
yang ada dikampus. Akupun yang awalnya setiap selesai
kulaih langsung pulang kerumah, sekarang mempunyai
kegiatan baru, yaitu melihat dan menemani Sofia
latihan. Sofia adalah anak yang berkemauan keras dan
memiliki semangat yg tinggi dalam belajar, dia keliatan
bersungguh-sungguh dalam latihan.
Semakin lama aku semakin dekat saja
dengannya, bahkan sekarang kalau pulang latihan
terkadang aku mengantarnya pulang kerumah. Aku yang
merupakan anak pemalu dan pendiam, baru pertama
kali ini bisa dekat dengan anak perempuan, selain
dengan Ditta adikku sendiri. Perasaan yang awalnya
hanya teman perlahan berubah menjadi rasa sayang,
dimana rasa sayang ini berbeda dengan yang aku
tunjukan pada Ditta adikku.
"Apa aku jatuh cinta dengan Sofia?" Pertanyaan
itu mulai muncul didalam benakku. Sofia memang anak
perempuan yang masuk dalam tipe cewek idamanku.
Sifat ramah dan kelemnya itu buat aku merasa nyaman
didekatnya, apalagi kalau melihat Sofia tersenyum
perasaan ini semakin gak karuan aja. Ya walupun kadang
sifat jutek dan jahilnya itu nyebelin tapi itulah yang
membuatku terkadang kangen dan ingin bertemu
dengan Sofia.
Beberapa bulan berlalu dan ternyata Sofia lolos
dan menjadi anggota baru JKT48. Dia berhasil

mengalahkan ribuan peserta yang lainnya. Aku ikut


senang mendengar berita itu. Aku tau kalau Sofia yang
selalu bekerja keras dan pantang menyerah pasti bisa
mendapatkan apa yang dia inginkan, ya seperti jadi
anggota idol grup JKT48 ini.
Sejak Sofia menjadi anggota JKT48, aku jadi
jarang bisa bertemu dengannya. Bahkan untuk sekedar
mengobrol dengannya lewat social media pun sudah
tidak bisa. Sofia sekarang sudah sibuk dengan rutinitas
barunya di JKT48. Hingga aku tahu, kalau JKT48
mengadakan event handshake pada bulan Desember
ini, dimana aku bisa bertemu kembali dengan Sofia
setelah sekian lama. Aku pun segera berangkat ke
tempat event tersebut, sambil membawa sebuah kado
kecil untuk diberikan kepadanya. Di dalamnya aku
berikan surat dan sebuah kalung dengan liontin
berbentuk cherry berwarna pink. Akupun mulai menulis
sebuah surat untuknya.
****
Haii Sofia yang jahil, hehe...
Udah lama ya kita gak ketemu, ngobrol bareng,
bercanda bereng lagi, saling nasehatin dan jahilin satu
sama lain ^_^ semoga kamu gak lupain aku ya.
Oh iya, aku ikut senang nih, kamu udah jadi terkenal
sekarang sejak jadi anggota JKT48. Udah mulai dikenal
banyak orang, udah mulai punya banyak fans yang
perhatiin kamu persis deh ya sama impian yang kamu
ceritain waktu pertama kali kita ketemu dulu. Semoga
kamu gak cepat puas diri sama apa yang kamu capai

sekarang ini, ya. Teruslah bersemangat dan mau untuk


belajar setiap harinya. Sampai kamu belum menjadi
sebuah bintang yang bersinar terang, terus miliki
kekuatan dan kemauan untuk mengejar mimpi, ya!
Jika kamu gagal, janganlah menyerah dan putus asa,
karena kesempatan untuk bersinar dan menjadi seorang
bintang pasti akan terlihat didalam diri kamu dan
muncul disetiap senyuman manis yang kamu berikan
kepada fans yang telah mendukungmu.
Tetap lah menjadi Sofia yang sederhana, yang ramah
dan kalem ya. Jangan merasa sombong dan merasa
paling hebat dari yang lain, selalu melihat kebawah dan
selalu ingat dengan orang-orang yang sayang dan
dukung kamu selama ini.
Aku memang gak bisa seperti fans yang selalu ada buat
mendukung kamu di setiap kamu show bareng JKT48.
Tapi aku akan selalu ada buat kamu, dibelakang kamu,
walaupun itu hanya melalui sebuah doa dari kejauhan.
Aku akan selalu mendoakan yang terbaik buat karir
kamu. Semangat terus yaa!
Sampai ketemu dilain waktu lagi ya, Sofia...

Salam sayang,
Kak Tadhik.
****

10

Setelah menunggu lama di tempat event


handshake JKT48, akhirnya tiba waktu aku untuk bisa
bertemu dengan Sofia. "Haii Sofi, udah lama ya kita
ngga ketemu? Hehe," Kataku, membuka pembicaraan
ketika awal bertemu dengannya didalam sebuah bilik
handshake.
"Wah kak Tadhik, tumben nih datang ke event
JKT48. Dari dulu kan kakak jarang datang ke acara kayak
gini," balas Sofia dengan senang dan tetap memberikan
senyuman manisnya.
"Udah lama ga ketemu kamu, jadinya kangen
nih," jawabku, menggoda Sofia.
"Maaf ya kak, sejak aku jadi anggota JKT48 aku
emang susah untuk punya waktu luang sama keluarga
dan teman-teman aku. Jadi maaf kalau selama ini kita
jarang ketemu lagi," jawab Sofia, yang sepertinya
merasa tidak enak kepadaku.
"Gak apa-apa, kan menjadi idola banyak orang
itu impian kamu selama ini, jadi lakuin yang terbaik ya!
Jangan kecewain aku yang udah latih kamu selama ini
hahaha."
"Huuu, kakak kan gak pernah ajarin aku apaapa," jawab Sofia kembali tersenyum kepadaku.
"Oh iya, ini ada hadiah kecil buat kamu tapi
bukanya dirumah aja ya," kataku sambil memberikan
sebuah kotak kepada Sofia sebelum pergi meninggalkan
dia.

11

Dan tidak terasa waktu bersamadan bertemu


dengan Sofia sudah berakhir. Mungkin sudah saatnya
aku hapus perasaan suka yang selama ini aku pendam
dan belum terucapkan kepada Sofia dan mulai kembali
ke kehidupan aku yang dulu. Yang berjalan seperti
biasan tanpa adanya sebuah penyemangat seperti Sofia.
Esok harinya setelah bertemu dengan Sofia yg
terakhir kalinya, aku dan keluargaku memutuskan
pindah ke kota Malang, Jawa Timur. Untuk mengikuti
ayahku yang pindah tugas disana. Semoga jarak yang
jauh antara aku dan Sofia ini tidak membuat dukungan
dan perasaan ini berubah
Semangat terus Sofia!
Always believe that something Wonderful is
about to happen, never give up stay focused stay
positive and stay strong.

12

Liburan

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu oleh


seluruh pelajar di Indonesia pun tiba. Yap benar, liburan
sekolah. Setelah melewati satu semester yang
melelahkan, akhirnya sekarang bisa rehat dan sejenak
menenangkan otak dari materi yang dipelajari selama
ini. Banyak yang sudah menyiapkan agenda liburan
mereka dari jauh hari, mengingat liburan kali ini juga
sekaligus bertepatan dengan hari raya natal dan tahun
baru. Begitu juga dengan gua. Liburan kali ini gua akan
pergi ke Jakarta. Sejujurnya hanya kebetulan saja karna
ibu gua bilang ada tiket murah, ya lumayan sekaligus
pergi liatin dekidol di theater hihihi. Akhirnya seminggu
setelah liburan yang membosankan dirumah, gua pun
berangkat ke Jakarta.
"ayo dek, cepet udah mau berangkat, papa udah
tunggu kamu tuh," sahut ibu gua dengan keras.
"iya ma, sabar, ini mau masukin laptop dulu,"
jawabku.
"ok, cepet yah.. kasihan papa udah lama
tungguin kamu."

13

"Santai aja ma, ini baru mau manasin mobil


juga," jawab ayah gua, dari garasi.
Gua pun tiba dibandara. Kali ini gua naik pesawat
Lion Air dari Manado menuju Jakarta, untung ambil
tiketnya yang pagi, jadi sampai di Jakarta pass jam
makan siang. Selang tiga jam, akhirnya gua sampai juga
di Jakarta, dan dijemput sama saudara yang kebetulan
juga tinggal disana.
"gimana tadi di atas?" tanya tante ku.
"lumayan tenang, tapi sempat goyang juga.
Untung nggak sampai dangdutan bareng(?)" Sekejap
semuanya langsung tertawa. Akhirnya dari situ gua
diantarin makan siang di area bandara. Setelah kenyang,
akhirnya kami pergi ke rumahnya Tante gua untuk
beristirahat sejenak.
"Ndo, gimana hasil ulangannya?" tanya Tante,
membuka pembicaraan.
"lumayan, nggak ada nilai yang anjlok," jawab
gua, sambil tersenyum.
"oh gitu, eh iya kan tante baru pindahan rumah,
kamarnya jadi lebih sedikit. Sekarang kamu tinggal sama
bude Pitut, yah."
"oh, iya tante."

14

Gua pun langsung terdiam, perasaan ini di luar


scenario dan karena mau bilang nggak mau juga gak bisa
akhirnya gua turutin aja. Jujur, gue belum pernah
kerumahnya dan belum pernah bertemu anggota
keluarga dari bude Gua. Sesampainya di rumah bude
Pitut, gua diperkenalin dan tante gua ngomong basabasi, gua langsung kekamar di lantai 2 yang udah di
tunjukin sama pembantunya bude. Seharian itu gua
hanya diam dikamar, sambil Twitteran, Facebookan,
baca berita, balas-balas twit member, dll. Pas makan
malam akhirnya gua turun kebawah ngambil makan
sambil bicara-bicara dan suaminya yaitu pak Kris,
nonton tv dan setelah makan gua balik ke kamar. Hal
yang sama terulang yakni baca-baca berita ,Facebookan
dan pantau TL kali aja oshi gua si Sofia Meifaliani
ngetwit.
Keesokan harinya gua Dijemput ama tante gua
dan keluarganya buat jalan-jalan.
"Ndo, hari ini kita ke Ancol sama mall aja ya."
"oh, iya tante," jawab gua
Seharian itu gua diajakin ke ancol, main-main
disana lalu gua ke mall. Gua juga gak nyangka diajakin
keluar soalnya liburan kali ini emang serba mendadak.
Setelah puas jalan-jalan, akhirnya tante gua nganterin
ke rumah bude, sampai di rumah udah cukup malam
kira-kira jam 10 malam. Karena udah kelelahan, gua

15

langsung ke kamar buat ganti baju sama cuci muka


doang karena udah malam, takut mandi. Airnya dingin.
Kebetulan rumah bude dijalan utama di perumahan dan
kamar gua menghadap langsung kejalan, jadi gua bisa
liat mobil dan motor yang lalu lalang. Ini kayak hiburan
tersendiri bagi gua. Tiba-tiba ada mobil pink lewat,
dalam hati gua bilang, "warna mobilnya nyentrik banget
deh..,"
Ternyata mobil itu masuk ke rumah yang
berseblahan dengan rumah bude. Sekejap gua langsung
teringat ama 1 orang yang suka warna pink.. yap, Sofia.
Gua pun langsung cek TL twitter dan buka Twitternya
Sofi, ternyata belum ada update terbaru. Terakhir kali
update 2 jam yang lalu, mungkin gua Cuma berimajinasi
aja itu mobil yang nganterin Sofi, heheheh. Akhirnya
setelah online dan main game Bola di laptop, gua
akhirnya tidur juga.
Paginya gua langsung cek email. Kebetulan hari
ini ada show Pajama Drive Reformat dari tim trainee
dan ternyata gua dapat verif dan lebih terkejutnya lagi,
gua dapat 2 verif untuk show 1 dan show 2. Sebelum
berangkat dari manado, gua memang udah nge apply
tiket, dan karena takut gak dapat verif, gua nge apply
tiket general di show 1 dan 2 yang ternyata keduanya
dapat. Setelah konsultasi dan meditasi dengan teman
yang udah pernah ke Theater juga, katanya mesti
diambil 2-2 biar chance menang lagi masih tetap ada,

16

dengan berat hati gua pun mau gak mau mesti beli
keduanya.
"halo, pagi tante ini Nando."
"oh iya, kenapa Ndo?"
"hari ini Nando mau ke theater JKT48 yang ada di
mall Fx Sudirman, boleh?"
"oh boleh, tapi tante ngga bias anterin, kamu
sama pak Agus aja, ya."
"oh iya tante, gapapa."
"ok, 30 menit lagi ya."
Gua pun dengan semangat langsung bersiapsiap. Tak lupa gw bawa 2 baju, soalnya mau nonton 2
show. Gua pun dijemput oleh Pak Agus, sopirnya tante
gua . Kami pergi dari jam 09.30 pagi, soalnya takut
terjebak macet. Dan benar saja, ketika sampai di Fx
udah jam 11 siang dan gua harus cepat-cepat nukar verif
buat show 1. Gua ngasih duit ke Pak Agus buat nonton
film di cinemaxx fX biar nggak bete nungguin gua
sampai malam. Setelah nukar verif dan tunggu beberapa
lama, akhirnya masuk juga ke theater, beruntung gua
dapat tempat duduk.
2 show ini niatnya cuman mau liat Sofia perform,
soalnya jarang-jarang juga gua ke Theater. Gua nonton

17

theater dengan tenang dan hikmat, sambil memandangi


Sofia terus siapa tau di eye-lock. Entah kenapa
performnya beda dari yang lain gitu, dia punya aura
tersendiri di mata gua. Kalau kata Anime AKB0048 itu,
Kiraranya Sofia bersinar terang. Setelah show 1, ada sesi
Hi-Touch. Ya, ini salah satu waktu yang gua tunggu, kalo
mau lagi paling gua harus nungguin 1 semester lagi.
Soalnya event handshake pasti dihari sekolah dan gua
gak bisa datang.
"Tadi performnya bagus, semangat!!"
Sofia tersenyum mendengarnya.
Meskipun cuma melihat senyumannya, gua udah
merasa senang banget. Senang juga bisa nyemangatin
dia secara langsung. Setelah keluar, gua singgah dulu di
shop di Theater. Itung-itung beliin oleh-oleh buat
teman-teman yang Jones di manado. Gua ngantri lagi
buat tuker verif show yang ke 2, sialnya kali ini gua gak
dapat tempat duduk dikarenakan nomor bingo gua
dipanggil terakhir. Tapi gapapa lah, sekali-sekali toh ini
juga show yang terakhir gua di tahun ini. Show kali ini
juga gua liatin Sofia terus dan sekali-kali ngelirik Elaine,
Andela, Michelle, Sekali lagi Gracia, dll, biar gak
mimisan. Ternyata dari 2 show ini, bedanya cuma di
tema MC doing, member yang MC juga sama. Maklum,
gua masih newbie, jadi baru ngerti. Setelah show, ada
sesi Hi-Touch lagi, kata-kata yang gua bilang tadi gua

18

bilang juga kali ini soalnya perbendaharaan kata gua


sedikit yang ada di otak waktu itu.
Setelah theater, gua langsung pulang dengan Pak
Agus yang udah nungguin dari tadi. Karena kelar
theaternya bertepatan dengan jam macet Jakarta,
sampai di rumah bude pun udah jam 9 malam.
Sesampainya di rumah, hal yang sama gua lakukan lagi
yakni makan malam pastinya dan ngobrol-ngobrol
dengan Pak Kris. Gua nonton sedikit sampai jam 11.30,
tiba-tiba mobil yang kemaren baru datang. Gua
langsung ngadain sesi Tanya jawab atau dalam bahasa
kerennya Q & A sama Pak Kris.
"eh itu mobil pink perasaan selalu sampai malam
dirumah."
"iya emang itu selalu pulang jam segini soalnya
pekerjaan anaknya ituloh"
"emang anaknya kerja apa?"
Perasaan yang kemaren pun kembali datang,
"mungkinkah itu Sofia?" batin gua.
"kamu gak tau yah? Anaknya artis kalo gak salah.
Apa ya namanya, saya lupa."
"JKT48?"

19

"nah iya benar, JKT48. Hehehe, maklum saya udah


tua, jadi pelupa."
Gua pun langsung cek TL di twitter dan ternyata
ada update terbaru dari Sofia kalau dia baru aja sampai
dirumah. Akhirnya gua lanjutin lagi Q & A sama Pak Kris.
"nama anaknya siapa Pak? Sofia?"
"yap benar, eh kok kamu tahu?" tanya Pak Kris.
"nama lengkapnya Sofia Meifaliani?"
"iya, tapi pertanyaan saya tadi belum dijawab!"
"ee engak pak, cuma nebak aja. Soalnya ada
member juga yang ngetwitt baru pulang."
"ha, ngetwitt apaan tuh?" tanya Pak Kris.
"nggak usah dipikirin pak, hehehe."
Setelah itu gua udah gak tau mau bilang apalagi.
Gua sempat shock sejenak karena ternyata Sofia tinggal
di sebelah rumah bude. Sehabis ngobrol, gua pun
langsung ke kamar lalu balas twittnya Sofia dengan kata:
"Cie mobil pink udah sampe rumah". Ternyata saking
cintanya sama warna pink, sampai-sampai warna mobil
keluarga pun juga pink. Gua tidur dengan 1001
perasaan.

20

Keesokan harinya gua bangun lebih pagi, sambil


online dan memandangi jendela. Sekitar jam 5 akhirnya
mobilnya keluar dari rumah, mamanya masih dadahdadah di depan rumah. Keliatannya Sofia diantar sama
papanya buat latihan. Akhirnya dengan segenap
kekuatan dan tenaga, gua keluar menuju halaman
rumah, siapa tahu diliatin sama ibunya Sofia. Dan
ternyata benar, disitulah awal Q & A berjalan dengan
narasumber Ibunya.
"pagi, tante," gua mencoba mengawali dengan
muka polos dan tak berdosa.
"pagi , kamu siapa yah?" tanya ibunya Sofia.
"oh aku keponakannya Ibu Pitut, lagi liburan
disini, hehehe."
"emangnya kamu dari mana?"
"aa aku dari Manado tan, cuma numpang tidur
aja disini."
"oh.. yang betah yah tinggal di daerah sini," kata
ibunya.
"iya tante hehe, btw itu anaknya tadi yang baru
keluar ya?"
"iya, emangnya kenapa?"

21

"oh enggak apa-apa kok, hmm anaknya member


JKT48 yah?" Gua langsung to the point.
"kok tau?"
"ya taulah, kan saya Eh maksudnya Pak Kris
udah cerita ke saya."
"oh gitu toh, yuk sini masuk mumpung Sofinya
gak ada," tawar ibunya Sofia.
"Hampir aja ketahuan," batin gua. Setelah itu
gua diajak masuk ke rumahnya Sofi. Gua langsung di
suruh duduk di ruang tamu. Obrolan pun berlanjut.
"terus-terus nama kamu siapa? suka JKT nggak?"
Tanya ibunya.
"Nando tan, iya lumayan hehehe"
"suka sama siapa di JKT?" tanya ibunya Sofia.
"Sssss Shania gracia tan, hehehe."
"yah gak suka sama Sofia yah?" ibunya tampak
kecewa.
"bukan gitu tan, aku suka juga sama Sofia kok."
"terus ke Jakarta mau nonton JKT juga?"
"heheh iya tan, kemaren barusan nonton di
theater, btw Sofia suka basket ya?" tanya gua, lagi.

22

"iya, kalo gitu tunggu sebentar yah."


"oh iya.."
Beberapa saat kemudian, ibunya Sofia datang
dengan membawa beberapa baju, keliatannya itu baju
basket, kemungkinan itu jersey basketnya Sofia.
"itu jersey basket punya sofi yah tan?" tanya gua,
ketika melihat ibunya membawa baju basket.
"iya, ini tuh baju-baju kesayangannya Sofia,
bahkan dia punya tempat sendiri buat nyimpan bajubaju ini."
"kalo hadiah-hadiah dari fansnya ada gak tan?"
tanya gua, dengan sedikit memancing.
"ada kok.. dia punya space tersendiri dikamarnya
buat nyimpan hadiah dari para fans," jawab ibunya. "oh
iya, kamu kapan ke Manado?"
"lusa tan," jawab gua.
Ternyata Sofia punya tempat tersendiri buat
nyimpan hadiah-hadiah dari fans. Mengetahui hal itu,
gua jadi lebih semangat lagi buat ngedukung Sofia
dengan sepenuh hati karena dia menghargai juga
dukungan dari kita (fans). Setelah itu gua diajak ngeliat
foto-foto Sofi dari kecil, gua heran ibunya mau nunjukin
itu, mungkin karna ibunya tau gua dari jauh dan cuma

23

sebentar disini doang jadi ia sengaja nunjukin. Dari fotofotonya itu keliatan juga bahwa dia emang suka warna
pink. Dia juga suka pakai baju ala princess. Ya, semua
yang dikatakan Sofia di sosmednya terbukti. Akhirnya
setelah beberapa menit, gua pamit pulang ke ibunya.
Seharian itu seperti biasanya dan selalu begitu.
Gua hanya makan, tidur, nonton, dan online. Gua masih
terbayang-bayang kejadian tadi, waktu main di
rumahnya Sofia. Untuk bisa bertemu dengannya, gua
terhalang akan jarak dari Sofia, dan sekarang, gua
cuman terhalang oleh dinding. Namun tetap terhalang
oleh Golden Rules. Saking gak ada kerjaan, gua sampai
lupa kalo beberapa hari lagi mereka bakalan konser 3rd
Anniversary. Gua baru nyadar juga, dari tadi nggak ada
member yang ngetwitt. Ya, karena uang gua pas-pas an
ditambah dengan tiket pulang, akhirnya gua gak jadi
nonton konser 3rd anniversary. Dalam hati gua berkata,
"gapapa lah, yang penting bisa dekat sama ibunya
Sofia." Dan kerjaan gua yang eat, sleep and play itu
berlanjut sampe malam.
Malam ini gua udah niat mau nungguin Sofi
pulang, mau bilang langsung ke orangnya buat jaga
kesehatan. Gua kasian sama dia beberapa hari ini
pulang larut malam terus buat persiapan konser.
Setelah lama menunggu, akhirnya mobilnya Sofi pun
muncul. Karena ngeliat dari jendela dia udah tidur,
akhirnya gua gak jadi kerumahnya.

24

Keesokan paginya adalah hari yang penting, yap


hari Natal. Hari dimana umat kristiani merayakan hari
lahirnya Tuhan Yesus Kristus, hari ini juga salah satu hari
yang special buat gua karna bisa bertemu dengan Sofia
bukan sebagai fans, melainkan sebagai tetangga.
"Ndo, kamu udah siap kan?" tanya bude.
"Udah bude," jawab gua.
"ayo sekarang kita kerumah sebelah, kita
diundang buat makan-makan."
"oh iya." Sesampainya di rumah Sofia, gua
langsung disapa oleh ibunya.
"eh dek Nando, sini-sini salaman dulu sama
Sofia," kata ibunya.
"eee iya, tan."
"sssselamat natal ya, Sof," kata gua, gugup.
"iya kak, selamat natal juga," jawabnya, dengan
senyum manis.
Sejenak gua langsung terbang dan hilang pikiran.
Meskipun cuma salaman dan dibilang selamat natal,
setidakya itu udah berharga banget buat gua dan nggak
akan pernah terlupakan. Acara pun dilanjutin dengan
makan-makan, gua hanya bisa memandangi dia dari
kejauhan. Gua masih malu buat ngobrol sama Sofia. Dan

25

ketika udah mau balik kerumah, gua ngasih hadiah ke


Sofi sebuah boneka beruang warna pink. Tanpa diduga,
Sofia juga ngasih hadiah ke gua salah satu boneka yang
dia sukai dari kecil.
"beneran nih Sof?" tanya gua, memastikan
apakah ia yakin atau tidak.
"iya kak, aku udah denger sedikit tentang kakak
dari mama kok, makasih ya."
"oh iya, sama-sama."
Ternyata ibunya yang cerita tentang gua ke
Sofia. Gua hanya bisa tersenyum bahagia aja dan tak
menyangka bahwa Sofia bisa kasih itu boneka yang
disukainya sejak kecil ke gua. Sofia memang keliatan
orangnya itu baik banget. Keesokan harinya adalah saat
buat gua untuk pulang balik lagi ke Manado. Gua keluar
dari pagi buat beli oleh-oleh untuk teman-teman di
Manado. Gua. Di depan rumah bude, gua udah ditunggu
sama tante gua dan Pak Agus. Gak taunya, si Sofia juga
udah mau keluar rumah buat latihan persiapan sebelum
konser, kayaknya gladi resik gitu.
"Sof aku duluan yah, semangat yah buat
konsernya!!" kataku, berpamitan dengan Sofia.
"iya kak, semoga penerbangannya lancar yah,
salam juga buat fans-fans di Manado."

26

"sip.. Ntar ketemuan 6 bulan lagi yah, kalo aku


udah lulus hehehe."
"hahah siap, ditunggu yah," Sofia tersenyum.
Dan gua pun pulang dengan rasa bahagia yang
tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Sesampainya
dibandara, setelah check-in dan lagi nunggu buat naik
pesawat, gua sempatin beli oleh-oleh seadanya buat
temen-temen yakni Roti Boy dan gantungan yang dijual
disekitar bandara. Ketika di pesawat, gua langsung
ngetwitt ke Sofia, "udah di pesawat nih Sof, sampai
ketemu lagi!"
Di pesawat, gua pegang terus boneka pemberian
nya Sofi, hitung-hitung itu sebagai jimat keberuntungan
serta bakal jadi kenangan tersendiri. Sesampainya di
Manado, langitnya udah mulai gelap. Jam menunjukkan
pukul 19.30 malam. Karena fisik gua juga udah lelah
gara-gara naik pesawat, akhirnya setelah makan malam
gua langsung tidur.
Lalu
"Kring kring kring, ayo bangun,bangun udah
pagi," ternyata alarm di hp gua berbunyi. Sesaat
kemudian dengan masih dibawa alam mimpi, serta
masih ngumpulin nyawa, gua mendengar suara ibu lagi
manggil-manggil.

27

"Nando, Nandooooo ayo bangun udah pagi, ntar


kamu terlambat naik pesawat."
"Haaa? Naik pesawat? Jadi... yang tadi itu?
Ahhhhh...," batin gua. Setelah selesai ngumpulin
nyawa, gua baru sadar ternyata tadi itu gua lagi
praktekin Lucid Dream alias suatu keadaan dimana
kamu sadar bahwa kamu sedang bermimpi sehingga
bisa mengatur mimpi itu. Gua pun langsung cepat-cepat
mandi dan bersiap buat berangkat ke Jakarta untuk
bertemu keluarga disana sekaligus melihat dek idol di
JKT48 Theater.

28

MEREKA

Saya punya janji dengan teman saya, Arin. Lokasi


kantor tempat Arin bekerja dekat dengan cafe yang
biasanya saya kunjungi di tempat saya dulu bekerja.
Saya pikir, daripada menunggu Arin di loby kantornya,
lebih asik kalau saya menunggu di cafe ini. Saya juga
sedang ingin mengenang masamasa dulu ketika saya
sering berkunjung di cafe ini.
Lokasi cafe ini di sebuah jalan utama di Jakarta,
nyaman dan banyak pilihan makanannya.
"Saya pesan es campur ya, Mbak. Meja saya di
sana..," menunjuk ke sebuah meja di pojok cafe.
Saya menyapukan pandangan pada sekeliling cafe.
Tak ada pegawai yang saya kenal. Akhirnya, es campur
yang sudah saya pesan sejak tadi tiba di meja. Saya
mencicipinya satu sendok. Rasanya segar dan manis.
Dan semua kenangan yang tersaji di hadapan saya pun
menjadi manis. Saya tersenyum dalam hati mengingat
semuanya.

29

Kenangankenangan dulu ketika saya sering


berkunjung ke cafe ini dengan teman teman satu kantor
saya dulu, berputar di hadapan saya seperti film.
Cafe ini akrab sekali dengan saya. AC-nya yang super
dingin. Suasananya yang seperti di tengah hutan. Musik
klasik yang diputar masih itu itu juga. Daftar menu
yang ter-laminating rapi tertata di setiap meja. Orang
orang asik dengan obrolan bersama kelompoknya di
mejanya masing masing. Seseorang di meja ujung sana
sibuk melototin laptopnya dengan kening mengkerut.
Wajahnya kreatif. Seperti penuh dengan ide. Mungkin
dia sedang menulis sebuah novel yang akan menjadi
best seller suatu hari nanti. Saya terinspirasi darinya.
Di meja lain, remaja remaja berseragam putih
abu menikmati minuman mereka sambil bergosip.
"Kira kira parfum apa ya yang disukain gebetan
gue?"
"Eh, lo liat gak tadi, merek sepatu yang dipake
sama guru Matematika baru kita? Gilaa men! Mahal
banget tau.."
"Hmmm.. kalau yang ini kok saya kurang begitu
suka ya. Tidak penting rasanya.. Ah, lagipula apa
urusannya? Hihi.."

30

Dengan cermat saya memperhatikan wajah


wajah setiap pengunjung cafe ini. Sekelompok anak
muda lainnya memasuki cafe. Sepertinya mereka habis
pulang kuliah. Tangan mereka masing masing dipenuhi
oleh buku buku kuliah yang tebal. Cafe ini juga
lokasinya dekat dengan kampus. Tak bosan bosan
anak kuliah itu setiap hari mampir ke cafe ini, untuk
makan siang atau sekedar duduk duduk menikmati
kopi.
Kemudian teman saya Arin datang.
"Hai, seru banget kayaknya kok ketawa sendiri?
Awas dikira gila loh"
Memandang layar laptop yg memiliki ratusan
following "Eh iya, ini lagi bales mention dari temen"
"Oh, temen apa? Temen kerja? Temen kuliah?"
"Hmm bukan, temen kenal di Stasiun" sambil
sedikit tertawa.
"Hah? Stasiun?" dengan wajah bingung penuh
tanda tanya.
"Iya Stasiun, Stasiun itu bernama Sofia"
".."
"Ah, saya hanya bercanda yang namanya
hubungan pertemanan didasarkan pada apa sih?

31

Kesamaan kan? Seperti sama-sama tinggal di sebuah


kompleks alias bertetangga, sama - sama menerima
beasiswa, sama-sama berada di ruang kursus bahasa,
sama-sama satu kelas di sekolah atau sama-sama
sekolah ke luar negeri dan menuju negara yang sama.
Tapi saya dan Mereka sama sekali tidak pernah bertemu
di bangku sekolah atau pun kuliah. Kami juga tidak
bertetangga"
"Lalu?"
"Melalu seorang Sofia saya bisa mengenal Mereka
semua"
"Lantas, Sofia itu siapa?"
"Sofia itu adik kecil kesayangan saya"
"Hmm sungguh saya tidak mengerti, dia
keluargamu? Saudara? Atau?"
"Bukan, dia orang lain. Bahkan kita awalnya tidak
saling kenal"
"Lalu bagaimana kamu bisa sayang sekali sama dia
hahaha aneh"
"Hmm memang aneh Entah, setiap saya melihat
dia, Saya merasa menyerap berbagai macam energy. Dia
bagai sejuta semangat buat saya setiap harinya. Kamu
tau? Saya menjalani kuliah sambil bekerja karna siapa?"

32

"hmmm karena siapa? Sofia?"


"Hahaha benar! Saya merasa dia bisa menjalani
hidupnya dengan berbagai macam kegiatan yg
menyibukan. Sekolah, theater, latihan dan lain lain.
Masa saya sendiri tidak bisa. Saya juga mau hebat
seperti adik kesayangan saya itu"
"Wah, hebat! Sepertinya dia benar benar jadi
motivasi kamu fry. Good girl!"
"Tentu Dulu saya memimpikan kuliah. Saya
memimpikan saat saat jalan bersama dengan teman
teman sepulang kuliah. Saya memimpikan saat saat
saya bekerja kelompok dengan teman teman
mendiskusikan tugas kuliah. Saya memimpikan berada
di ruangan kelas yang ber-AC, sibuk mencatat kuliah
dosen. Saya sangat memimpikan semua itu.
Tapi, saya sudah terlanjur bekerja di sebuah
perusahaan teman papa saya. Papa saya selalu
menyuruh saya keluar dari pekerjaan dan menyuruh
saya untuk fokus kuliah, namun saya tidak enak dengan
teman papa saya itu, tapi saya berjanji untuk
melanjutkan kuliah setelah setahun bekerja. Di tambah
dulu saya ikut kelas akselerasi jadi lulus lebih cepat dari
teman teman seumuran saya.
Setelah setahun bekerja, akhirnya saya tak sabar
lagi untuk menjalani mimpi saya itu. Saya mendaftarkan

33

diri di kampus yang saya inginkan. Saya juga tidak mau


meninggalkan pekerjaan saya. Saya bisa mengatur
jadwal kok. Saya kuliah di malam hari dan kerja di pagi
sampai sore hari. Capek tak lagi saya rasa ketika
semalaman harus begadang mengerjakan tugas kuliah.
Kantuk selalu menggoda setiap malam di kelas, dan
sepanjang siang di tempat kerja. Saat itu tidur siang
adalah barang mewah buat saya. Saya tak punya
satupun free day.
Jatuh bangun saya menjalani kuliah sambil kerja
tahun pertama saya. Tapi saya puas. Itu adalah
keputusan saya. Dan saya bahagia menjalaninya. Dan
seperti apa yang Sofia jalani, sibuk tapi saya yakin dia
bahagia kok. Karna JKT48 itu adalah passion dia. Disitu
tempat dia belajar, tempat dia menggapai mimpinya"
kata Afry. "Maaf saya jadi cerita panjang lebar, Rin."
"Hahaha tak apa, btw teman - teman yg kamu
ceritakan tadi Fry, Bagaimana kamu bisa mengenal dia?
Coba ceritakan. Aku ingin jadi pendengar yang baik hari
ini."
Kamu tahu apa definisi kata ajaib? Aneh,
langka, atau mukjizat? Sepanjang apapun definisinya
dan sebanyak apapun padanan katanya, menurut saya
ajaib itu cukup terangkum dalam satu kata. Hayo coba
tebak apa?

34

"Kalau jawab "Filosofia", langsung saya kasih soto


sekaligus penjualnya." Kata Arin, sambil menyodorkan
mic. "Kenapa bisa?"
"Baiklah," kata Afry. "Mari kita clear kan sekarang
juga. Duduk manis, siapkan cemilan, saya akan naik ke
mimbar."
****
Ajaib dalam konteks per-Filosofia-an ini, hampir
sama artinya dengan kata aneh. Ya, Filosofia itu aneh.
Berawal dari sebuah klik yang saya lakukan pada
tombol Follow di akun Twitternya, beberapa saat
kemudian keanehan-keanehan lainnya muncul berturutturut.
"Mendadak muncul "Filosofia" di daftar LINE
group ponsel saya yang sebelumnya benci dengan grupgrup di LINE. Selain karena bunyi notifications-nya yang
mengganggu kedamaian hidup, terutama kalau
mayoritas membernya adalah biang gosip, juga karena
kondisi ponsel saya sendiri. Menekan "Accept" untuk
sebuah request grup LINE itu sama halnya dengan
menambah "beban hidup" bagi ponsel saya yang
leletnya luar biasa." Jelas Afry.
Ajaib selanjutnya, selain karena takdir Tuhan YME
(tssaahh!), karena Sofia lah saya bertemu orang-orang
baru. Orang-orang baru yang tidak kalah ajaib. Ada yang

35

berhidung lima, bertubuh empuk seperti gula-gula


kapas, bergigi bak serigala, bersayap kelelawar, bermata
satu." Tambahnya lagi.
"Tenang, yang ini becanda kok." Canda Afry. Satu
persatu Filosofia yang saya kenal yang sebelumnya
hanya saya temui sebatas di dunia maya saja kini satu
persatu kita bertemu di dunia nyata.
"Temen-temen terasik, termepet deadline,
tersampah sticker, dan ter semuanya. Semoga kita
masih bisa bikin sesuatu lagi ya buat Sofia Meifaliani.
Godspeed for us!!" Pungkasnya.
Bertemu teman-teman baru, melakukan hal-hal
baru, dan segenap hal-hal unik, lucu dan haru lainnya.
Sudah lebih dari cukup rasanya untuk menguatkan
premis bahwa Filosofia itu ajaib. Ya, setidaknya bagi
saya. Entahlah menurut kalian bagaimana.
Jalan hidup itu kadang ibarat rel kereta api. Kereta
itu sendiri ibarat alat yang kita gunakan, yang akan
membawa kita menuju kepada cita-cita, impian, dan
tujuan kita masing-masing. Ada kalanya kita harus
berhenti di sebuah stasiun pemberhentian. Beberapa
orang yang telah bersama kita dalam kereta, akan turun
meninggalkan kita demi tujuannya sendiri. Dan
beberapa orang baru akan naik, menggunakan kereta
yang sama dengan kita, untuk mengejar tujuannya yang
lain, yang kini sama dengan kita.

36

Seperti pertemuan atau perkenalan saya dengan


Fani, Leon, Vrendi, Reza, Gery, Arman, Adil, Arnaya,
Daniel, Radith, dan teman-teman lain yang
menggemaskan dalam komunitas Filosofia. Saya dan
teman-teman Filosofia ini, mungkin awalnya berada
dalam rel yang tak sama dengan tujuan berbeda pula.
Namun ada satu titik di mana kita telah bertemu dan
mengenal satu sama lain. Dan titik itu adalah sebuah
stasiun yang saya sebut "Sofia".
Rasanya sudah cukup banyak yang saya alami
bersama teman-teman dalam komunitas Filosofia ini.
Banyak tawa, banyak canda. Banyak belajar juga.
Terimakasih untuk waktu-waktu menyenangkan
bersama kalian, dear Filosofia. Terima kasih sudah mau
menyapa saat saya menaiki kereta dan kalian sudah
lebih dulu berada di dalamnya. Saya cinta kalian.
Kereta api terus berjalan, dan kita terus mengejar
apa yang kita mau. Mungkin saja nanti ada saatnya kita
akan berpisah di sebuah persimpangan rel, atau di
sebuah stasiun pemberhentian lain, kemudian bukan
tidak mungkin kita kembali bertemu dan berjalan
beriringan. Akan ada juga pertemuan-pertemuan baru
dalam perjalanan nanti. Saat kita beriringan, berjalan
dalam rel yang sejajar, bahkan berada dalam rel dan
kereta yang sama, mari kita rayakan dengan membuka
hati dan sapa.

37

Every person we meet has the potential to


become very important in our lives. We just have to
remain open to the possibilities and blessing each
encounter migh bring.
Kita akan selalu ada dan bersaudara. Cheers!
****
"Wah, saya hampir tertidur mendengar ceritamu
itu Fry. Sampai sekarang (dan mudah - mudahan sampai
selamanya), semoga kamu masih bertukar kabar,
bertukar pikiran dan pendapat tentang hal apapun
dengan mereka ya. Saling menyemangati dan
memotivasi untuk mimpi - mimpi yang ingin kalian
capai"
"Selamanya dan pasti!" jawab Afry, mantap.
Obrolan saya dan Arin pun berhenti sampai disini.
Pengunjung cafe semakin ramai. Saya melirik jam
tangan saya. Ternyata sudah jam makan siang. Saya pun
meninggalkkan cafe ini untuk berjalan kaki menuju
rumah. Sepanjang perjalanan, Ipod saya memutar lagu
Shonici milik JKT48 "Impian ada di tengah peluh bagai
bunga yang mekar secara perlahan, usaha keras itu tak
akan mengkhianati."

38

Dari Hati Sampai Mati

Hari ini adalah hari pertama seleksi wartawan di


SFM Studio. SFM studio adalah suatu Perusahaan
penerbit Koran yang cukup terkenal di Jakarta. Oh iya,
nama gua Jumhur Nur Ultan Shan. Biasa dipanggil
"Jum", "Jung", atau "cyin". Ehh sebenernya yang "cyin"
engga hehe.
Gua bangun pagi banget bahkan sebelum adzan
subuh berkumandang. Udah mandi, udah ganteng, gua
bener-bener siap untuk seleksi hari pertama. Sambil
menunggu, gua pun membuka gadget kesayangan untuk
sekadar online game Clash Of Clans. Tak terasa sudah
jam 6 pagi dan gua pun sarapan lalu berangkat ke
tempat seleksi dengan naik bis. Sampai di gedung SFM
Studio, gua mulai absen kehadiran untuk seleksi
pertama, yap gua dapet nomor peserta 9. Gua Makin
bersemangat aja karena dapet nomor favorit.
Seleksi pertama berbentuk ujian tertulis seputar
wartawan. Gua duduk disebelah perempuan pake baju
pink yang keliatannya cukup berotot dan mukanya agak
jutek. Yap dia adalah peserta nomor 10. Dipertengahan
menjawab soal ujian, gua ragu dengan beberapa
jawaban gua. Bahh sialnya, gua gak bawa penghapus.

39

Gua lihat peserta nomor 10 punya dua penghapus. Agak


takut juga sih, pinjem penghapus ke perempuan yg
belum dikenal ditambah mukanya jutek dan badannya
agak berotot.
"kak, boleh pinjem penghapusnya gak?" Tanya
gua, baik.
"iyaa boleh. Nihh," balasnya lembut
"makasih yaa," balas gua lagi
Sesudah meminjam penghapus, gua lanjut lagi
mengerjakan soal ujian. "Tok! Tok! Tok!" Yap waktu
mengerjakan sudah habis. Gua mengembalikan
penghapus tadi ke peserta yang bernomor 10. Ketika
keluar ruangan, gua cukup kepikiran sama itu
perempuan. Tapi gua gak cukup jantan untuk maju
kenalan sama perempuan. Hari itu, dia gua lupain.
Hari kedua seleksi, kali ini adalah tes berbicara di
depan umum. Karena nomor peserta gua berdekatan
dengan perempuan kemaren, jadi hari ini dia ngantri
persis dibelakang gua. Hari ini dia pake baju pink lagi
dan motif bajunya hampir sama kayak motif baju pink
yang dia pake kemarin. Well ini perempuan cukup
mengganggu fokus gua hari ini. Gua coba beraniin diri
untuk menanyakan namanya.
"hai," gua memulai pembicaraan.

40

"hai juga," balas peserta perempuan yang duduk


disebelah gua.
"hmm, nama lo siapa?"
"Sofia hehe.., kalo lo?" tanya ia balik.
"Gua Jumhur. Oh iyaa, makasih ya penghapusnya
kemaren. Gua kelupaan bawa, hehe."
"iyaa gapapa, elu sih teledor sampe lupa bawa
penghapus haha," tawa Sofia.
Dan percakapan singkat itu membuat gua makin
kepikiran sama dia. Maklum saja, gua udah hampir 14
bulan gak ngobrol sama cewek, kecuali nyokap sama
adek gua. Ketika gua masuk ruang tes, gua bener-bener
hilang fokus. Dan waktu pengujinya nanya beberapa hal,
gua cuma jawab beberapa patah kata. Gua agak nyesel
karena gak bisa ngasih yg terbaik di tes berbicara itu.
Setelah keluar dari ruangan tes, gua berhenti sejenak.
Gua kepikiran lagi sama sofia. Yaa, sip, gua udah tau
namanya sekarang.
Gua mencoba beranikan diri untuk mengajak dia
makan siang di kantin. Gua menunggu sekitar 30 menit
diluar ruang tes tadi. Dan tak lama kemudian, dia keluar.
"Ekhemm.. Udah?" tanya Gua, memulai obrolan.

41

"Udah dong.. Lu tadi gimana? Lancar gak tesnya?"


tanya ia balik.
"Yaa gitudehh.. Ehh iya, mau makan siang bareng
gak?"
"Wahh nge gas banget lo haha Boleh deh, yuk."
"Hahaha Okee!" Berhasil! Dia mau makan siang
sama gua! Niat nya sih gua cuma mau kenal lebih deket
aja. Sekalian ngasah kemampuan berbicara dengan
perempuan.
"Ehh iya sof, cerita dong gimana waktu tadi lo di
dalem?"
"Cerita apaan? Yaa gua lancer-lancar aja kok. Lo
sendiri gimana?"
"Gua agak patah-patah tadi ngomongnya."
"Loh kenapa? Lo pasti lupa latihan ya? Lo mah dari
kemaren teledor mulu haha.."
"Yaa latian sih gak lupa, gua cuman grogi tadi."
"Yaudah, nanti malem lo latihan bareng gua aja
untuk tes analisis besok, gimana? Biar lo gak teledor
lagi" tawar Sofia, mengajak Jumhur latihan untuk tes
analisis besok.
"Serius nih? Okeedehh.. Latihan dimana?"

42

"Dirumah gua aja, nih alamatnya," Sofia


memberikan secarik kertas yang didalamnya tertulis
sebuah alamat rumah.
Dia ngasih secarik kertas tanda pengenal. Dan
ternyata alamat rumahnya terletak disalah satu
perumahan elit di Kota Jakarta yang gak terjangkau bis
favorit gua. Artinya, malam ini gua harus pinjam motor
astrea punya bokap gua untuk pergi kerumah sofia.
Tepat jam 4 sore, gua berangkat menuju rumah Sofia
dengan dibimbing oleh secarik kertas yang diberikan
Sofia, saat makan siang tadi. Gua udah dandan
seganteng mungkin, untuk bertemu dengan Sofia.
Sampai dirumahnya, gua liat pintu rumahnya
ditutup dan gak ada jendela yang terbuka. Udah jam 5
sore dan lampu juga belum nyala. Gua coba turun dari
motor dan coba menekan bel rumahnya. Pas gua mau
pencet bel, tau-tau ada anjing disitu.
"Guk! Guk! Guk! Guk! Guk!"
"Ehh copot lo kambing!" Teriak gua. Serentak gua
kaget dan jatuh di halaman parkirnya rumah Sofia.
Untung anjingnya di kandangin, kalo enggak, udah
bolong bokong gua. Tiba-tiba pintu rumah kebuka dan
ternyata Sofia yg buka.
"Hai! Hahaha ngapain lo disitu Jum?" tanya Sofia.

43

"Yee elu sih gak keluar, anjing lu tuh, ngagetin


gua."
"Hahaha Sorry deh! Ayuk buruan masuk, tenang
aja, udah dikandangin kok. Yuk!" ajak Sofia.
Gua pun beranjak lalu masuk rumah. Di dalam,
gua disambut adik kecilnya Sofia. Namanya Vanessa. Oh
iya, gua membawa coklat favorit gua yang nantinya
akan gua kasih ke Sofia. Dia senang banget keliatannya.
Yaa meskipun bukan coklat mahal, at least gua ngasih
dia sesuatu sebagai tanda terimakasih udah ngajak gua
latihan bareng.
"Sof, kok sepi?" tanya gua.
"Iyaa, orang tua gua lagi keluar, ke acara nikahan
temennya."
"Oalah.."
"Ehh iyaa, makasih yaa coklatnya, hehe."
"Iyaa sama sama, ehh mau latihan dimana?"
"Di toilet tuh hahaha Di halaman depan aja
yuk?"
"Yeuu canda mulu, hahaha Boleh-boleh."
Sambil gua latian, gua pandangin dia terus. Kali ini
dia bikin gua benar-benar extra bersemangat dan gak

44

grogi lagi. Seneng banget dan gua gak nyangka dua hari
ketemu gua udah bisa latihan bareng. Sampai-sampai
gak kerasa udah jam 8 malam. Dan waktu gua mau
pulang, orang tua Sofia datang.
"Malam om tante," kata gua sedikit kalem.
"Malam juga.. Kamu Jumhur?" tanya ibunya Sofia.
"Iyaa tante hehe.. Saya pamit pulang dulu tante
om, makasih saya udah dibolehin mampir."
"Lohh lohh kok buru-buru? Yaudah hati hati
dijalan yaa."
"Iyaa om makasih hehe.. Sof, tante, om, Vanessa,
hihi aku pamit pulang dulu yaa," kata gua, berpamitan
pulang dengan orang rumahnya Sofia.
"Iyaa hati-hati yaa."
Sejak latian bareng itu, gua jadi sering bbm-an
sama dia. Yahh boleh maklum hp gua cuma BB bekas.
Dan sejak latian bareng itu juga, gua jadi susah tidur dan
selalu kepikiran Sofia terus. Persiapan untuk tes analisis
besok, gua udah siap dan percaya diri banget.
Paginya ada yg berbeda hari itu. Untuk pertama
kali setelah 14 bulan, di bbm gua berkata, "Good
Morning" untuk Sofia. Sofia pun merespon bbm gua
dengan kalimat "Iyee, good morning juga! Semangat yee

45

lu awas jangan sampe grogi." Gua bener-bener makin


kenceng pingin langsung ke Gedung SFM Studio. Sampe
disana jam 7 pas dan gua langsung ketemu Sofia. Lagilagi pakaian dia bertema warna pink hari ini. Tapi bukan
bajunya, melainkan ia menggunakan jaket yang
berwarna pink. Gua langsung nyamperin dia.
"Hai sof!"
"Hai juga Jum! Good luck yee, semangat!!"
"Yoi, lu juga good luck ya!"
Tes analisis dilakukan diruangan yang berbedabeda, jadi hari itu gua gak didekat Sofia. Dan hal itu
ternyata membuat latian gua semalem kabur! Yang ada
di pikiran gua saat itu cuman ada Sofia, Sofia dan Sofia.
Karena itu gua jadi kesulitan untuk menganalisis berita
yang dikasih ke gua. Setelah selesai menganalisis berita,
lagi-lagi gua keluar ruangan dengan muka ruwet. Karena
kangen, gua langsung keruangan Sofia.
Dia ada di lantai 2, ruangan nomor 3. Ketika gua
samperin, dia masih didalem dan sedang menganalisis
berita. Gua memperhatikannya dari luar jendela sambil
jinjit karena kaca jendelanya tinggi banget dan gua
cuman seorang pria dengan tinggi badan yang standart.
Akhirnya gua putusin untuk menunggunya di depan
ruangan tempat dia tes. Karena keenakan duduk di sofa,
gua ketiduran di sofa itu.

46

"Woi! Woi! Bangun, lo kenapa bisa ngorok disini


sih? Hahaha."
"Engh zzz.. Sorry sorry, gua ketiduran tadi. Lu sih lama
tesnya."
"Hmm.. Lo nungguin gua?" tanya Sofia.
"Iyaa.. Ehh enggak, ehh iyaa maksudnya iyaa."
"Hahaha Repot repot banget
nungguin gitu. Makan yuk?" aja Sofia.

sih

sampe

"Yaudah, yuk!"
Sambil makan, gua masih kebayang senyumnya
waktu dia ngajak gua makan siang. Itu adalah senyum
termanis kedua setelah senyuman ibu gua. Senang dan
adem banget. Tapi waktu Sofia nanya gimana tesnya,
gua cuma bisa nyengir-nyengir gak jelas.
"Ehh lo kenapa ditanya malah nyengir? Hahaha."
Tanya Sofia, sambil menikmati makanan yang ia pesan.
"Gak tau dehh pokoknya begitu tadi hahaha."
"Pasti lo grogi lagi deh? Iyaa kan?" selidiknya.
"Hmm iyaa Sof, hehe."
"Yuee gimana sih, lo kan udah latihan sama gua
semalem. Ayo dong, jangan grogi!"

47

"Iyaa iyaa.. Besok tes terakhir gua usahain gak


grogi. Calon wartawan gak boleh grogi, right?"
"Iyee hahaha."
Tidak seperti biasanya, setelah makan, Sofia
langsung pulang dengan dijemput oleh ayahnya.
Biasanya ia membawa mobil sendiri. Gua pun juga
pulang, dengan kepala penuh pikiran tentang Sofia.
Padahal besok tes terakhir dan gua harus bisa percaya
diri. Sampai dirumah, ibu gua udah nyiapin makanan
yang enak. Tumben sih ibu gua masak makanan seenak
sop ayam sama tumis kangkung. Untungnya rasa
kekeluargaan dirumah gua masih sangat kuat, jadi apa
saja makanannya bakalan kerasa enak. Selesai makan,
gua balik kekamar untuk latihan tes praktek wawancara.
Ternyata ada miscall dari Sofia. Dan bbm gua penuh
sama ping-annya Sofia.
"Jum, gua mau curhat, please!! :(" pesan Sofia, di bbm.
Seketika gua bingung, khawatir dan panik. Gua
coba telpon Sofia, untung ada gratisan nelpon sejam
kesesama operator, jadi gua harus berani untuk nelpon
dia. Ketika diangkat, Sofia nangis dan bilang ke gua
kalau orang tuanya berantem. Gua bingung dan gak tau
harus bagaimana. Gua cuma bisa ngasih semangat dan
dukungan dari rumah, dan ngingetin dia kalo besok ada
tes praktek. Gua menyuruh Sofia untuk istirahat
sejenak.

48

Malam itu gua bingung dan malah kepikiran Sofia


menangis. Setelah semalaman galau, gua mulai
mengantuk dan tertidur.
Paginya seperti biasa, gua semangat untuk
berangkat. Apalagi tes terakhir telah didepan mata dan
gua harus fokus. Sampai di tempat praktek, gedung SFM
Studio, gua belum melihat tanda-tanda dari Sofia.
Padahal tes praktek dimulai jam 07.45 Pagi, dan itu
mulai bikin gua turun semangat. Gua mencoba untuk
menghubunginya tapi gua takut kalau dia terganggu.
Sampai saat tes praktek dimulai, Sofia belum dateng
juga. Gua menunggu giliran dipanggil untuk tes, sambil
menunggu Sofia tiba. Gua semakin khawatir, sampai
tiba giliran gua tes praktek. Tes praktek itu gua bisa
fokus dan percaya diri, meskipun kurang bersemangat.
Setelah gua selesai, harusnya Sofia yang tes praktek.
Setelah dipanggil namanya sampai lima kali, Sofia tak
juga muncul.
Gua mencarinya di antrean dan dia juga gak ada.
Akhirnya lanjut ke peserta dengan urutan nomor 11.
Sampai peserta ke 60, Sofia tak kunjung tiba. Setelah
tes, gua lari menemui pengujinya untuk menanyakan
apakah bisa ikut tes susulan atau tidak. Dan ternyata
jawabannya bisa. Tapi batasnya hanya sampai jam 7
pagi besok.

49

Atas dasar informasi itu, gua niatin untuk


berangkat ke rumah Sofia. Karena gak bawa motor dan
gak ada bis yang lewat perumahan, jadi gua putusin
untuk keluar biaya lebih, naik taksi. Tiba disana, dompet
gua semakin tipis. Gua gak berani menekan bel
rumahnya, karena gua tau pasti suasana rumahnya
masih panas. Gua coba untuk menelpon Sofia dengan
pake sisa gratisan nelpon semalem. Ia gak ngangkat
telpon dari gua, dan rumahnya terlihat sangat sepi sama
seperti waktu gua datang latihan kemarin.
Gua memberanikan diri untuk menekan bel
rumahnya Sofia dan kali ini gua udah gak kaget sama
anjing peliharaannya Sofia. Dua kali gua menekan bel
akhirnya ada yg bukain pintu dan ternyata itu adalah
Vanessa.
"Halo Vanessa, kakak ada?" tanya gua.
"Ada kok, lagi nangis diatas. Kakkak masuk aja."
Gua diantar sama Vannesa menuju kamarnya
Sofia. Tapi sampai di depan kamarnya, gua gak berani
untuk mengetuk pintunya. Gua merasa gak enak masuk
ke dalam kamar cewek, apalagi gua ini adalah seorang
cowok. Akhirnya gua menyuruh Vanessa yang manggil
Sofia, sementara gua nunggu diluar. Vannesa keluar dan
berkata, "Kak Jumhur, Kak Sofianya nyuruh masuk."

50

"Yahh, tapi kak Jumhur malu, gak enak kalo masuk


kamar."
Akhirnya gua masuk karena Vannesa memaksa
dan menarik tangan gua sampai ke depan pintu
kamarnya Sofia. Dari depan pintu kamarnya, gua
mendengar Sofia sedang menangis di dalam kamar.
Vannesa membukakan pintu kamar dan benar saja,
Sofia sedang menangis di dalam kamarnya dengan
menggunakan pakaian rapi. Gua rasa itu adalah pakaian
yang harusnya ia pake untuk tes praktek wartawan.
"Sof, gua disini. Ada yg mau lu ceritain?"
"Gua sedih Jum, gua gak mau kalau orang tua gua
berantem," Sofia menangis. Sofia menangis dengan
begitu kencang sambil memeluk bantal guling nya. Gua
nyuruh dia berhenti nangis dan sabar. Lalu, tiba-tiba ibu
gua nelpon nanyain gua dimana. Gua bilang kalau
sekarang lagi dirumahnya Sofia dan ibu gua
memakluminya kalau gua bakal pulang malam hari itu.
Jam menunjukkan pukul 8 malam, tapi orang tua Sofia
belum juga pulang. Waktu gua tanya Vanessa, ternyata
Sofia belum makan dari tadi pagi. Gua kaget dan
langsung ke dapur untuk membuatkannya makanan. Di
dapur, dengan bahan seadanya, gua membuatkan telor
sama chicken nugget untuk makan malamnya Sofia dan
Vanessa.

51

Setelah masak, ini dia bagian yang tersulit,


membujuk perempuan agar mau makan ketika dia lagi
sedih. Berkali-kali gua membujuk Sofia agar mau makan,
tapi Sofia tetap menangis dan tak merespon bujukan
gua. Berkali-kali sampe gua menawarkan diri
menyuapinnya makan dan tetap saja dia gak mau.
Sampai waktu menunjukan pukul 9 malam, Sofia masih
saja menangis. Orang tuanya pun belum pulang.
Gua mau tinggal pulang tapi kasihan Sofia sama
Vanessa, gak ada orang yang jagain mereka berdua.
Akhirnya gua putusin untuk menemani Sofia dulu sampe
orang tuanya pulang. Gua menelpon ibu dan bilang
kalau gua bakal pulang agak larut malam. Entah
transportasi apa yang harus gua gunakan kalau pulang
malam hari.
Terlalu lama menunggu, gua ketiduran di sofa
ruang tamunya Sofia. Sofia yang sudah berhenti
menangis itu dateng dan membangunkan gua yang
ketiduran di sofa ruang tamunya. Ternyata sudah jam 11
malam dan orang tua Sofia belum juga pulang. Vanessa
sudah tertidur dikamarnya dan Sofia baru saja selesai
memakan-makanan yg tadi gua masak untuknya.
Setelah dia makan, aku memberi tahu bahwa besok dia
masih bisa ikut tes praktek jam 7 pagi. Tapi dia ragu
untuk ikut tes, karena masih terlalu dibebani pikiran
tentang orang tuanya.

52

Entah kemana tapi sudah jam 12 malam dan orang


tua sofia belum juga pulang. Sampai akhirnya tepat jam
12.30, Ibu Sofia pulang. Syukurlah, akhirnya gua bisa
pulang, tapi gua tak tau harus pulang dengan naik apa
karena sudah pukul 12.30 malam.
"Tante saya pulang dulu, sof balik dulu yaa gua,"
kata gua, berpamitan.
"Kamu naik apa nak? Udah jam segini kamu gak
bawa kendaraan. Kamu nginep sini aja dulu ya?"
"Waduh, saya pulang aja deh tante, gapapa hehe,"
kata gua sambil nyengir gak jelas.
"Bener? Atau kamu pake dulu motor Sofia yang
ada di garasi. Besok pagi kamu jemput Sofia kesini,"
tawar ibunya lagi.
"Yaudah tante, makasih banyak ya tante. Makasih
banyak sofia," kata gua, berpamitan dengan ibunya dan
juga Sofia. Gua pulang menggunakan motor matic milik
Sofia. Lagi-lagi motornya warna pink, dan ternyata
kamarnya juga berwarna pink. Sudah dipastikan, Sofia
adalah penyuka pink. Gua sampai dirumah tepat jam 1
malam, hampir dini hari. Gua langsung tidur karena
besok harus jemput Sofia dan mengantarnya ke SFM
studio untuk ikut tes praktek susulan.

53

Gua hanya tidur 3 jam lebih, gua sudah bangun


dan bersiap menuju rumah Sofia. Yap, jam 5 pagi gua
berangkat dan sampai disana hampir jam 6 pagi.
Ternyata Sofia sudah menunggu kedatangan gua di
depan rumahnya. Gua langsung mengantar dia ke SFM
Studio untuk tes praktek susulan. Dia benar-benar
terpuruk, gua mencoba kasih semangat ke dia dan juga
memberi coklat favorit gua agar moodnya kembali. Gua
berharap semoga Sofia tetep semangat dan bisa focus
saat tes praktek susulan.
Gua menunggu disofa depan ruangannya. Sampai
jam 8, Sofia belum juga keluar dari ruangan itu. Ketika
gua intip sedikit, Sofia masih tes praktek. Gua lupa,
kalau dia belum makan tadi pagi karena dia udah
nunggu gua pagi-pagi sekali. Gua pergi ke kantin untuk
beliin dia sarapan. Tiba dikantin, gua beli nasi uduk
sama teh manis. Ya, semoga dia suka karena ini yang
gua makan setiap pagi. Ketika balik ke corridor ruangan
tadi, ternyata Sofia udah gak ada.
Gua panik dan kebingungan mencarinya. Gua coba
ping dia di bbm. Karena bbm gua gak di balas, akhirnya
gua putarin gedung SFM. Naik turun dari lantai 1 ke
lantai 2, dari lantai 2 ke lantai 3, dari lantai 3 ke lantai 4,
dan dari lantai 4 ke lantai 5, lalu balik lagi tapi gak
ketemu juga. Gua khawatir dia udah pulang sendiri. Dan
hal melegakan akhirnya datang, waktu gua ke motor
untuk pergi nyari Sofia, ternyata dia lagi minum jus.

54

"Jum, makasih banyak ya, lo udah nemenin gua,


nganterin gua, merhatiin gua dan lain lainnya. Gak
nyangka ya, sebuah penghapus bisa membuat kita
sedeket ini," kata Sofia, sambil menikmati jus yang ia
beli.
"Heii iyaa sama-sama. Ah biasa aja kok, hehe.
Sekarang mau kemana?"
"Gua mau minta ijin sama lu, untuk nginep di
rumah lu. Seenggaknya sampai kondisi keluarga gua
normal lagi."
"Tapi? Vanessa gimana? Orang tua lu gimana?"
"Vanessa ikut sama mama ke rumah mama yang
ada di bandung, papa pergi ke bogor kerumah kakaknya.
Dan gua gak mau ikut salah satu dari mereka,"
terangnya.
"Serius mau nginep dirumah gua? Tapi kan rumah
gua kecil, gak ber-AC cuma pake kipas angin dan gak ada
makanan enak kayak dirumah lu."
"Gapapa Jum, gua gak butuh itu kok, gua cuma
butuh temen kayak lu."
"Yaudah kalo gitu yuk."
"Yuk."

55

Gua gak pernah nyangka, kalo hal ini bakal terjadi.


Ya malam ini bakal jadi malam perang paling dasyat
antara gua dengan nyamuk-nyamuk, karena gua harus
relain kamar tidur gua itu untuk dipake tidur sama Sofia
sementara waktu, gua tidur di kursi depan tv. Selama
ini, sejak hari pertama tes di SFM studio, gua ngerasa
kalo gua suka dan jatuh cinta sama Sofia. Dia punya
karakter yang gak semua cewek punya. Baik hatinya, dia
juga ramah, mau menolong, easy going, murah senyum,
selalu membagi suka meskipun sekarang kena dukanya
tapi tak apa, ia selalu semangat dan jadi penyemangat
bagi orang disekitarnya. Mood booster banget, dia juga
penyayang, dermawan dan masih banyak lagi.
Dia juga suka warna pink, dan dia itu b-e-r-o-t-o-t.
Kalau udah senyum, manis banget dan ngangenin. Tapi
gak mungkin kalau gua berusaha memiliki dia. Dia
belum tentu mau sama orang seperti gua yang hanya
kalangan menengah. Ganteng juga pas-pas-an. Tapi
yang namanya cinta, kalau gak diungkapkan nantinya
akan jadi bom bunuh diri.
Besok pagi gua bakal ngungkapin perasaan gua ini
ke Sofia, gua harap dia terima dengan baik. Waktunya
gua untuk tidur. Tepat saat adzan subuh gua terbangun.
Setelah rapi-rapi, gua hendak mandi tapi pakaian gua
ada dikamar. Terlintas dalam pikiran gua untuk jogging
pagi hari. Gua jogging sampe jam 6 pagi. Dan sofia
belum juga bangun. Saat gua ketok pintu kamar gua jam

56

6.30 belum juga ada suara. Pintu kamar masih terkunci.


Gua tunggu sampai jam 7 pagi, akhirnya Sofia bangun
juga dan dia langsung disambut ibu dan bapak gua. Gua
tersenyum melihat senyum kucel nya dia yang baru
bangun tidur. Tetep manis sampai lupa copot kaos kaki.
Dia ambil giliran mandi duluan dari gua, gua harap
dia gak rewel sama kamar mandi gua yang gak ada
showernya. Selesai mandi, dia senyum lagi dan bikin gua
tambah males mandi. Jam 7.30 pagi, barulah gua mandi.
Itu adalah mandi gua yg paling kesiangan. Setelah
mandi, Sofia diajak ibu gua makan bersama. Inilah
tradisi keluarga gua, makan bersama. Setelah selesai
makan, Sofia terlihat semakin menggemaskan dengan
wajahnya yang puas karena sudah kenyang. Sepertinya
ini waktu yg tepat untuk mengungkapkan isi hati gua.
"Sof ke taman depan yuk?" gua memberanikan
diri.
"Yuk."
Sampai ditaman depan, gua ngasih dia sebuah
coklat untuk yang ketiga kalinya. Dan gua berkata.
"Sof, pagi ini cerah yaa," kata gua, sedikit basabasi.
"Hahaha.. Kenapa lo? Iyaa nih cerah."

57

"Gapapa, secerah hati lo yaa? Ehh engga deh, hati


lu lagi mendung."
"Ehh enak aja, gua udah gak galau lagi Jum. Emang
elu, galau mulu hahaha" ledek Sofia.
"Yeuu gaya lu."
"Ehh iyaa bagus loh taman disini," ucap Sofia,
sambil memandangin taman di sekitar.
"Masa sih? Hmm Sof, ada yg mau gua sampein,"
kata gua, sedikit malu-malu.
"Ekhemm gua denger kok," jawab ia, sambil
tersenyum manis yang bikin nyali gua makin ciut. Tapi
gua harus berani. Dan untuk pertama kalinya dalam 14
bulan gua akan mengungkapkan kalimat cinta kepada
seorang perempuan yang sangat gua cintai ini.
"Hmm sebenernya yang selama ini menyebabkan
gua selalu hilang fokus dan teledor itu bukan karena gua
gak latihan untuk seleksi. Tapi ada satu hal yang
membuat gua juga bisa patah semangat kalau hal itu
gak ada di deket gua."
"Hal itu apa Jum?" tanya Sofia.
"Hal itu adalah seorang wanita yang baru baru ini
sudah tanpa disengaja memikat hati gua."

58

"Ekhem
penasaran.

ekhem,

siapa

yaa?"

tanya

Sofia

"Wanita itu"
"Aku?"
"Hah? Bukan maksudnya iya, ehh bukan. Serius
bukan, tapi iya.. Ehh"
"Jum, aku udah sadar kok selama ini, sebenarnya
aku nunggu kamu untuk ungkapin perasaan. Aku tau
sejak kamu ngasih aku coklat, nemenin aku dirumah,
buatin aku makanan, ngasih tempat tidur juga, terus
kamu juga selalu hadir di setiap masalah yang aku dapat
belakangan ini. Kamu bahkan peduli sama karir
wartawan aku. Dan aku sangat bangga, ketika melihat
kamu harus naik turun lantai buat nyari aku sewaktu
habis tes praktek. Aku pun juga jatuh hati sama kamu."
"Hmm hahaha" gua salah tingkah.
"Kok malah ketawa sih, ihh jahat," kata Sofia
dengan nada yang sedikit manja.
"Aku seneng Sof, aku gak nyangka aja bisa
kebongkar langsung sama orangnya hahaha Makasih
kalau kamu juga punya perasaan yang sama kayak aku."
"Hihi.. Jadi jangan pernah grogi lagi ya kalo ada
aku, jangan pernah hilang fokus kalau lagi ada aku, terus

59

kamu harus selalu semangat meskipun aku lagi gak ada


disekitar kamu hehe."
"Siap! Aku akan selalu semangat. Eh iya, dimakan
dong coklatnya. Aku belum pernah liat kamu makan
coklat itu hehe."
"Bagi dua mau?"
"Boleh hehe."
"Mau? Beli kali hahaha" Sofia tertawa.
"Lahh? Woo pelit hahaha"
Itu adalah pagi yang sangat tak terlupakan
untukku. Keceriaan pagi itu rasanya seperti
menghilangkan duka yang sedang Sofia alami.
Rencananya hari itu gua akan antar dia pulang
kerumahnya, tapi ketika sampai disana, rumahnya
masih kosong. Ibu dan bapak Sofia belum juga pulang.
Lalu gua kembali kerumah gua bersamanya.
Siang itu, Sofia menemani adik gua main congklak.
Senang rasanya dan damai melihatnya tersenyum dan
tertawa bersama adek gua. "Sof, aku mencintaimu,"
Dalam hati gua berkata begitu.
Sampai seminggu ini, dia terus tinggal bersama
keluarga gua, orang tuanya belum juga ada kabar. Sofia
makin khawatir, dan gua ikut khawatir ngeliat dia sedih

60

begitu. Akhirnya gua menawarkan dia untuk menemui


ibunya. Tapi dia pun tidak tau dimana ibunya. Sampai
akhirnya gua putuskan untuk terus mengajak dia tinggal
sama gua sampai orang tuanya kembali.
Terkadang usaha untuk mengatakan cinta tak
semudah seperti naik anak tangga dari anak satu ke
anak berikutnya. Dan mungkin beberapa rasa cinta
dapat merubah pandangan atau sikap orang yg
dicintainya.
Banyak hal yg dapat terjadi dari cinta. Begitu juga
dengan gua bersama Sofia. Bisa bersama walau beda
golongan. Dan karena alasan cinta, gua akan terus
bersama Sofia. Terus menjaganya semampu gua dan
menyayangi sepenuh hati. Dari hati sampai mati, gua
Jumhur.
"Jangan pernah takut untuk jatuh cinta, karena
setiap cinta yang baik akan membawa banyak hal positif
yang bisa berujung pada sebuah kasih sayang."

61

Rasa, Masa, Asa

Di dalam sebuah restoran bergaya Eropa klasik


abad pertengahan, yang berada di sebuah pusat
perbelanjaan di Kota Bekasi, Sofia terlihat sedang duduk
di meja untuk 4 orang yang berada di sudut ruangan
restoran dan menghadap lansung ke depan Mall. Di
meja sebelahnya, terlihat ada seorang pria dan wanita
yang terlihat sangat serius berbincang. Seorang pelayan
yang memakai kemeja putih, celana hitam, dan celemek
bermotif bunga pun menghampirinya dan membawakan
segelas jus jeruk kesukaannya. Sofia hanya melirik jus
tersebut sesaat dan lanjut memainkan handphone.
Suara dari lagu Wake Me Up When September Ends dari
Green Day yang berasal dari speaker di langit-langit
restoran pun terdengar ke seluruh ruangan.
Sofia terus asik bersama handphonenya. Beberapa
menit kemudian, datang lah dua orang gadis seusia
Sofia datang mendekatinya dan langsung duduk di
bangku yang ada di depan Sofia. "Gila yah, Bekasi kok
sekarang sama aja kaya Jakarta, macet banget ya
ampun," Gerutu Gracia, sambil meletakkan tas
punggungnya.

62

"Tau nih, kalo begini jadinya mendingan kita


pindah aja ke Papua aja deh, biar gak macet lagi," sahut
Sisca. Sofia pun hanya dapat menggelengkan kepala
sambil berkata, "Kalian berdua baru juga datang udah
marah-marah aja, cepet keriput lho nanti. Senyum dong,
girls!" Seru Sofia.
"Huuuuuuffttt tau lah, capek tau. Oh iya, kamu
udah mesen makanan Sof?" Tanya Gracia.
"Belum nih, aku kan nunggu kalian berdua," Jawab
Sofia. "Yaudah, pesen makanan yuk?" lanjut Sofia sambil
mengangkat tangan ke arah pelayan.
"Permisi mbak, silahkan daftar menunya," Ucap
pelayan tersebut, sambil menyodorkan daftar menu.
"Saya pesen... Nasi ayam lada hitam, sama es teh
manis. Gracia, kamu mau apa?" Tanya Sisca, sambil
memberikan daftar menu itu.
"Aku pesen kwetiau special sea food satu, sama
jus alpukat satu. Kamu mesen apa Sof?" Pelayan itu pun
menulis pesanan mereka berdua.
"Aku
mesen...,"
belum
sempat
Sofia
melanjutkannya, Sisca pun langsung menyambar, "Alah
palingan Cici mesen nasi goreng special lagi."

63

"Iya mbak, nasi goreng special satu yah. Emang


deh, Sisca paling mengerti aku," Ujar Sofia. Pelayan
tersebut pun pergi.
Sofia pun akhirnya meminum jus jeruk
pesanannya yang sedari tadi tak tersentuh sedikit pun
karena sibuk dengan handphonenya. "Oh iya, ini ada
oleh-oleh dari mamahku, dia baru pulang dari Bandung
kemarin, hehe," Ujar Sisca, sambil memberikan dua
plastik putih bertuliskan nama salah satu toko yang ada
di kawasan Cihampelas, Bandung, kepada Sofia dan
Gracia.
"Wuaaaaahh makasih banget Sis! Kamu baik
banget deh sama kita," Seru Gracia kegirangan.
"Boleh dibuka Sis?" Tanya Sofia.
"Buka aja, gapapa kok," jawab Sisca.
Sofia dan Gracia pun membuka plastik itu. Dan di
dalamnya ada sebuah kaos bertuliskan, I Love Bandung
dan juga sebuah dompet wanita yang terbuat dari
bahan kulit berwarna hitam, serta beberapa aksesoris
perempuan lainnya. "Ya ampun, bagus-bagus banget
Siiiis, makasih yah!" Ujar sofia.
"Sampaikan terimakasih juga yah buat mamah
kamu," sambung Gracia.
"Haha iya gapapa kok, sama-sama," Jawab Sisca.

64

Mereka pun lanjut mengobrol dengan asiknya


sampai-sampai wanita yang ada di meja sebelah mereka
beberapa kali melirik ke arah mereka. Beberapa saat
kemudian pun datang pelayan yang tadi membawakan
pesanan yang tadi mereka pesan. "Terima kasih, mbak,"
Ucap Sofia kepada pelayan tersebut. Mereka pun
langsung menyantap makanan yang masing-masing
dipesan mereka.
"Oh iya," Gracia membuka percakapan sambil
menyerut jus alpukatnya. "Aku lagi kepincut sama
seorang cowok nih, hehe, dia ganteng banget lho, baik
lagi!" Ujar Gracia sembari tersenyum. Sofia dan Sisca
langsung bertatapan sesaat."Cieeeeeee! Akhirnya
sahabat aku yang satu ini deket juga sama cowok!"
Sahut Sisca dengan meledek.
"Siapa tuh cowoknya?" Tanya Sofia.
"Ada deh, pokoknya nanti kalo udah jadian, aku
kenalin deh sama kalian," jawab Gracia.
"Oh, jadi, sama sahabat main rahasia-rahasiaan
nih? Huuuuufft," Jawab Sofia sambil menggembungkan
pipinya.
****
Sofia pun turun dari mobilnya dan langsung
berjalan menuju ke arah lapangan di belakang

65

sekolahnya. Tas punggung kecil yang dipakainya terlihat


sangat penuh oleh barang-barang yang ada di
dalamnya. Hari ini bulan kedua Sofia latihan untuk
turnamen tingkat Nasional yang akan diikutinya.
Beberapa menit berjalan, akhirnya Sofia pun sampai
dibelakang gedung belakang sekolahnya.
Terlihat beberapa teman-teman serta pelatihnya
yang sedang mengobrol. Sofia pun melambaikan tangan
dan tersenyum ke arah mereka. "Latihannya belum
dimulai, kan?" Tanya Sofia sambil meletakan panah, dan
tas punggungnya ke tempat duduk yang ada di pinggir
lapangan.
"Belum, kamu ganti baju kamu dulu sana," Ujar
Dino, kakak kelas sekaligus mentor Sofia dalam latihan.
"Oke, kak Dino," Sahut Sofia sambil berjalan ke
arah ruang olahraga yang ada di ujung lapangan untuk
berganti pakaian. Setelah selesai, Sofia pun langsung
bergegas kembali ke tempat yang lain berkumpul. "Lho,
Indira mana? Kok gak ada?" Tanya Sofia.
"Indira izin, katanya dia lagi kurang enak badan,"
Sahut Rahma.
"Oh gitu, semoga dia cepet sembuh dan bisa
kembali latihan sama kita yah," Jawab Sofia simpatik.

66

"Anak-anak, ayo kumpul!" Teriak Pak Joseph,


pelatih ekskul Panahan di sekolah Sofia. Mereka pun
lansung berbaris di hadapan pak Joseph. "Sebelum kita
memulai latihan kita hari ini, mari lah kita berdoa di
dalam hati untuk kelancaran dan keselamatan kita
selama latihan. Berdoa, mulai!" Semua siswa-siswi dan
Pak Joseph sendiri pun menundukkan kepala mereka
seraya meminta keselamatan kepada Tuhan. Suasana
pun seketika berubah menjadi khidmat. "Berdoa,
selesai!" Suara berat pak Joseph memecahkan
keheningan. "Sekarang, kalian jogging 10 putaran.
Jangan ada yang berjalan walau hanya satu detik pun!
Kalian harus meningkatkan stamina kalian untuk
pertandingan nanti! Dino, pimpin mereka!" Perintah pak
Joseph.
"Oke, pak!" jawab Dino, tegas.
Semuanya pun mulai membentuk barisan ke
belakang dan mulai berlari santai mengitari lapangan.
Putaran demi putaran pun mulai mereka lalui. Masuk
pada putaran ke-enam, dan beberapa dari mereka
terlihat sudah mulai kehabisan tenaga. "Ayo lari! Cepat!
Jangan manja! Kalau mau manja, bukan di sini
tempatnya!" Teriak pak Joseph dari kejauhan.
"Pak Joseph marah-marah mulu, kumisnya yang
kaya tirai kelas, jadi naik-turun kan tuh," Ucap Fikri.
Sontak semuanya pun tertawa mendengar celetukan

67

teman mereka itu, tak terkecuali Dino, yang merupakan


tangan kanannya Pak Joseph.
Mereka pun akhirnya selesai memutari lapangan
sebanyak 10 kali. Latihan pun di lanjutkan dengan
pemanasan demi menghindarkan kram atau cedera
yang bisa saja terjadi saat latihan. Hujan rintik-rintik
yang turun pun tak ikut menurunkan semangat mereka.
Terlebih lagi Sofia yang sangat ingin memenangkan
turnamen Panahan Putri kelas 100 meter. Sofia memang
lumayan berbakat dalam bidang ini. Namun dalam
latihan, bahkan pada beberapa turnamen sebelumnya,
Sofia sering kehilangan konsentrasinya. Hal ini sangat
lah berbahaya karena dapat membuat anak panah jauh
melayang dari sasaran tembak.
Begitu pun dengan hari ini. Sofia sempat
kehilangan konsentrasinya dan menyebabkan anak
panah yang ditariknya melesat ke arah bawah dari
sasaran tembak. "Sofia, kamu harus fokus nak.
Kosentrasi. Apa sih yang kamu pikirkan?! Turnamen
tinggal satu bulan lagi, dan gak boleh ada satupun
penghalang buat kalian tidak maksimal! Masalahnya
diumpetin dulu sampai turnamen selesai. Kalian
mengerti?!" Tegas pak Joseph.
"Mengerti paaaaak!" Semuanya
Mereka pun terus melanjutkan latihan.
****

menyahut.

68

"Apa? Aduh Mah gimana sih, lalu aku pulang sama


siapa?" Tanya Sofia kepada Ibunya via telpon.
"Abis temen mamah juga ngabarinnya telat,
sayang. Kamu pulang naik angkutan umum aja, yah?
Berani kan? Kamu kan udah gede, masa takut? Yaudah
yah, mamah mau berangkat nih."
Sofia pun cemberut mengetahui bahwa Ibunya
tidak dapat menjemputnya karena akan pergi. "Haduh
males banget pulang naik angkutan umum, pasti di jalan
banyak yang godain deh," Gerutu Sofia.
Sofia pun memandangi langit sore hari yang
berwarna oranye. Terlihat matahari mulai terbenam di
ufuk barat. Angin pun meniup rambutnya yang basah
karena baru saja mandi. "Kenapa, Sof?" Suara Dino
memecahkan lamunannya.
"Eh, kak Dino, ngagetin aja nih. Ini mamah aku gak
bisa jemput, dan aku disuruh naik angkutan umum,"
Jawab Sofia.
"Oh haha kasihan, mau aku antar?" Pertanyaan ini
sangat mengagetkan Sofia. Dino yang selama ini terlihat
Sofia sebagai seorang laki-laki yang kaku dan jutek
terhadap perempuan, kini menawarkannya untuk
diantar pulang.
"Emang gak ngerepotin, kak?" Tanya Sofia.

69

"Ah enggak kok, rumah kita kan emang searah.


Dan kebetulan aku juga nyari temen pulang, hehe,"
Jawab Dino.
Mereka pun beranjak dari tempat mereka
mengobrol tadi. "Kakak parkir dimana?" tanya Sofia.
"Parkir? Aku gak bawa kendaraan. Orang tua aku
gak ngebolehin aku bawa kendaraan. Kakak aku
meninggal karena kecelakaan tahun lalu, dan sejak saat
itu aku gak boleh bawa kendaraan lagi deh," Jelas Dino.
"Oh, maaf yah kak, aku gak bermaksud"
"Gapapa kok, santai aja. Ayo jalan, keburu
kemalaman nih," Mereka pun berjalan ke arah gerbang
sekolah. Terlihat seorang petugas keamanan berdiri di
depan pos masuk.
"Duluan yah, pak," Kata Dino.
"Iya, mari," Sahut petugas itu.
Sudah 10 menit mereka menunggu. Angkutan
yang menuju rumah Sofia pun tak kunjung datang.
Namun beruntung, ada sebuah angkutan datang.
Mereka pun memberhentikan angkutan umum
berwarna merah itu. Angkutan yang mereka naiki pun
langsung melesat pergi. "Rumah kamu masuk jalan di
samping minimarket kan, Sof?" Tanya Dino.

70

"Iya, kok kakak tau?"


"Aku pernah lihat mobil kamu belok ke jalan itu
soalnya. Tapi, bukannya jalan itu sepi banget yah? Gelap
juga kan? Aku punya teman yang rumahnya di sekitar
sana."
"Iya kak, makanya aku males kalo naik angkutan
gitu tuh," Jawab Sofia.
"Yaudah deh, aku antar sampe depan rumah
kamu. Nanti kamu kenapa-kenapa lagi," Sofia terdiam
dengan perkataan Dino barusan. Sofia tidak menyangka
bahwa Dino sangat perhatian dan baik terhadap
perempuan seperti ia.
"Bang, di depan minimarket itu berhenti yah,"
Pinta Dino kepada supir angkutan tersebut. "Ini bang
uangnya, kembaliannya simpan aja. Yuk turun."
Mereka pun turun dari angkutan itu. Ternyata
Dino juga sangat baik terhadap orang lain, pikir Sofia.
"Kamu haus gak? Aku haus nih, mampir dulu yuk ke
minimarket beli minuman?". Ajak Dino. Mereka pun
masuk membeli 2 buah minuman isotonik. Mereka
langsung keluar setelah Dino membayar semuanya.
"Aduh kak jadi gak enak, udah dibayarin minum,
dikasih coklat, sekarang dianterin lagi. Kan rumah kakak
masih kesana lagi," Kata Sofia.

71

"Ah gapapa kok," Jawab Dino santai. "Ayo jalan,"


Mereka pun berjalan masuk ke dalam jalan menuju
rumah Sofia. Benar saja, kondisi jalanan sangat sepi dan
gelap karena lampu penerangan jalan yang hanya
sedikit sekali.
Sepanjang jalan mereka tak banyak mengobrol
karena kehabisan topik obrolan. Di dalam latihan pun
mereka jarang sekali mengobrol bedua. Mereka
memang tidak begitu dekat. Hanya sebatas kakak dan
adik kelas yang berada dalam satu ekstrakurikuler saja.
Langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika ada 2 orang
pria yang sedang duduk di atas balai tiba-tiba
menghampiri mereka. Yang satu berbadan kurus dan
yang satunya lagi lumayan besar dan berotot. Salah satu
dari pria itu memegang sebuah pisau belati dengan
ukurang yang lumayan besar. Kedua pria tersebut pun
langsung menarik Sofia dan mengarahkan pisau itu ke
lehernya.
"Serahin uang kalian, atau cewek lo yang cantik ini
bakalan mati di tempat!" Teriak pria yang lainnya.
"Bang, tolong bang, jangan bang," Mohon Dino.
"Jangan apa?! Haaaaah?! Udah banyakan cincong!
Serahin dompet dan hape lo sekarang!" Dino pun
menggerakan tangan kanannya menuju kantong
belakangnya dan mengambil dompetnya. "Anak pinter,
siniin dompetnya!" Pinta pria itu. Dino pun mendekat ke

72

arah dua pria itu sambil mengulurkan tangan kanannya


yang memegang dompet dengan perlahan.
Namun ketika sudah dekat, Dino bukannya
memberikan dompet itu. Ia malah meremas tangan pria
yang memegang pisau. Remasan Dino sangat kuat,
karena badannya yang memang berisi, sampai-sampai
pisau itu pun jatuh ke tanah. Sontak Dino menendang
pisau itu ke arah selokan yang ada di dekat mereka.
Kejadian itu berlangsung sangat cepat. Sofia pun dengan
sigap berlari ke belakang Dino saat memastikan bahwa
pisau tadi sudah tidak melekat lagi di lehernya. Dari raut
wajahnya terlihat bahwa Sofia sangat terlihat panik dan
ketakutan.
"Buseeeet, ada yang sok jagoan disini. Hajar!"
Seru salah satu pria tersebut. Kedua pria itu pun
langsung menyerang Dino. "Lari! Ngumpet!" Seru Dino
pada Sofia sambil menangkis serangan kedua pria itu.
"Ta Tapi,"
"Gak pake tapi-tapian! Cepet ngumpet!" Sofia pun
akhirnya menuruti perintah Dino dan menghilang dari
pandangan mereka bertiga. Sementara itu Dino dan
kedua pria itu masih saling menyerang. Dino
memberikan tinjunya ke pria yang kurus dengan keras.
Sampai-sampai pria itu tersungkur ke aspal jalan. Pria
yang berbadan besar dengan sigap juga memberikan

73

tinjunya ke wajah Dino. Namun akhirnya Dino mampu


membanting pria besar itu dengan sekuat tenaga.

Tanpa disadari, pria kurus tadi masih menyimpan


sebuah pisau kecil di saku jaketnya yang lusuh. Pria
tersebut langsung berlari dan langsung mengarahkan
pisaunya ke punggung Dino. Dino menyadari hal ini,
namun naas dia terlambat. Pisau tadi menusuk lengan
kiri yang dipakai Dino untuk menangkis tusukan pria itu.
Lukanya cukup dalam, hingga terlihat seperti menganga.
Namun Dino tak turun semangat, dia dengan sigap
meremas tangan pria itu dan langsung membantingnya
ke aspal jalanan.
"Kabuuuuuur!" Teriak pria besar itu. Mereka pun
langsung lari terbirit-birit bak dikejar hantu.
Mendengar teriakan itu, Sofia yang sedari tadi
bersembunyi di belakang pohon yang ada di pinggir
jalan pun langsung berlari ke arah Dino. Dino terlihat
sedang memegangi tangan kirinya yang tertusuk tadi.
Sofia pun sontak menangis melihat luka Dino. "Hei Sof,
kenapa kamu nangis? Aku gapapa kok," ucap Dino,
santai. Sofia tak menjawab dan terduduk ke trotoar
jalan. Dino pun menghampirinya dan berkata, "Aku
gapapa, sungguh. Ayo sekarang kita jalan lagi ke rumah
kamu."

74

Sofia pun masih menangis. "Haduuuh. Yaudah sini


aku gendong aja." Sofia sangat kaget mendengarnya,
tapi hanya mampu memandangi wajah Dino. Dino pun
akhirnya berbalik badan dan berjongkok di depan Sofia.
"Ayo cepet naik, laper tau," Sofia pun akhirnya
merangkulkan tangannya ke leher Dino. "Pegangan yang
kuat, awas jatoh," Pinta Dino.
Dino pun menggendong Sofia. Ketika Dino
menanyakan arah rumah, Sofia masih tidak mampu
mengeluarkan suaranya. Sofia hanya mampu
menggerakan tangannya dan menunjuk arah dengan jari
telunjuknya. Sepanjang jalan suasana sangat lah hening.
Kondisi jalanan yang sangat sepi ditambah kejadian tadi
membuat mereka seperti berjalan di jalan yang tak
berujung. Namun beruntung beberapa saat kemudian
mereka pun sampai di rumah berlantai 2 dengan cat
berwarna biru. Ya, itu adalah rumah Sofia. Sofia pun
akhirnya turun dan merogoh sakunya untuk mengambil
kunci gerbang. "Kamu berat juga yah," Ledek Dino.
Mereka pun masuk ke dalam rumah. Sesaat
setelah masuk, Sofia langsung bergegas ke kamar mandi
untuk membasuh wajahnya. Sedangkan Dino sibuk
dengan obrolannya dengan seseorang via telpon.
Sofia pun keluar dari kamar mandi dan langsung
menuju ke ruang keluarga untuk mengambil kotak P3K
dan langsung duduk di sebelah Dino untuk

75

mengobatinya. Dino terlihat menahan kesakitan yang


luar biasa ketika Sofia menuangkan alkohol ke luka yang
ada di tangan Dino. "Kamu cocok juga jadi suster. Pasti
pasien kamu bakalan kabur semua kalo kamu rawat,"
Ledek Dino. Sofia pun sedikit tersenyum mendengar hal
itu.
"Maaf, sakit banget
membuka suaranya.

yah?"

Akhirnya

Sofia

"Lumayan lah," Jawab Dino enteng dan memasang


wajah meledek. Tanpa disadari Sofia mencubit lengan
tangan Dino sambil tersenyum lebar.
****
Sofia baru saja menghabiskan bekal makan
siangnya. Belum sempat Sofia mencuci tangannya,
terdengar suara dari speaker yang ada di sudut atas
ruang kelas. "Panggilan kepada Sofia dari kelas XI IIS 1
harap menemui Ibu Liz di ruang konsultasi sekarang
juga. Sekali lagi panggilan kepada Sofia dari kelas XI IIS 1
harap menemui Ibu Liz di ruang konsultasi sekarang
juga. Terimakasih." Sofia sangat kaget mengetahui
orang yang dipanggil dari speaker tadi adalah dirinya.
Sofia memiliki sifat buruk yaitu sangat mudah panik jika
ada suatu hal terjadi. Dan kini ia bertanya-tanya, ada
apakah gerangan dirinya di panggil oleh guru Bimbingan
Konseling?

76

Akhirnya Sofia pun memberanikan diri dengan


melangkah kan kakinya menuju ruangan konsultasi yang
berada di lantai dasar, sebelah ruang tata usaha.
Sepanjang dia berjalan, orang-orang yang mengenalinya
memandang kebingungan kepada dirinya. Sofia adalah
anak yang baik, mudah berteman, ramah kepada siapa
pun, dan yang terpenting tidak pernah melanggar
peraturan ataupun mencari masalah. Hal yang sangat
aneh melihat gadis seperti itu masuk ke ruang konsultasi
yang notabenenya adalah ruangan untuk para siswa
yang bermasalah.
"Tok..tok Permisi?"
ruangan konsultasi.

Sofia

membuka

pintu

"Ah kau Sofia, mari masuk ibu mau bicara dengan


kamu," Kata Bu Liz dengan aksen Bataknya. Darah di
sekujur tubuh Sofia pun mengalir dengan cepat diiringi
detakan jantung yang bagaikan drum sedang di tabuh.
"Begini anakku," Kata bu Liz sambil meletakkan
kacamatanya. Ibu mendapat laporan dari beberapa guru
kamu bahwa nilai kamu di beberapa pelajaran menurun
nak. Ah, ada hal apa yang membuat ini terjadi? Aku lihat
nilai kamu baik-baik saja 2 bulan kemarin," Jelas Bu Liz.
"Eh a..a..anu Bu. Saya sekarang hampir setiap
pulang sekolah langsung latihan untuk mewakili sekolah
kita nanti, Bu. Pertandingannya tingal 2 minggu lagi,"
Kata Sofia. "Latihannya sampai sore banget jadi saya

77

sampai di rumah agak kelelahan, jadi langsung tidur,"


Tambah Sofia.
"Jadi kamu belakangan ini tidak pernah belajar di
rumah?" Tanya Bu Liz.
"Ti..tidak, Bu," Sofia daritadi
pertanyaan bu Liz dengan terbata-bata.

menjawab

"Ah
begitu
masalahnya.
Ibu
mengerti
pertandingan itu sangat penting bagi sekolah, dan
tentunya bagi kamu. Tapi, kamu tidak bisa
meninggalkan kewajiban kamu sebagai pelajar, Sofia.
Seorang pelajar yah pekerjaannya belajar. Kalau seperti
ini ibu khawatir dengan nilai rapotmu Nak. Sekolah juga
tinggal 2 bulan lagi saja."
"Iiya, Bu," Hanya kata itu yang mampu diucap
Sofia.
"Sofia, kau kan sudah dewasa. Seharusnya kamu
bisa membagi waktu kamu. Sudahlah, nak. Mulai
sekarang kamu harus bisa membagi waktu untuk
kegiatan dan prestasi kamu di sekolah. Ibu akan pantau
perkembangan kamu."
Sofia keluar dari ruangan konsultasi dengan muka
yang sangat lesu. Sofia pun lansung bergegas ke toilet
untuk membasuh wajahnya. Mungkin dengan sentuhan
air di wajahnya mampu mengurangi sedikit kepanikan

78

yang ada di dalam dirinya. Saat berjalan keluar dari


toilet, dia berpapasan dengan Dino. Dino pun
tersenyum kepada Sofia. Sebuah hal aneh dan asing
seorang Dino tersenyum kepada seorang perempuan.
Namun ternyata hal tersebut mampu membuat Sofia
senang. Dino pun berlalu dari hadapannya.
"Sof!" Teriak Gracia dan Sisca.
"Ada kejadian apa? Kok kamu sampai di panggil
keruang BK?" Serobot Sisca.
"Kata Bu Liz, nilai aku di beberapa pelajaran turun.
Terus aku disuruh belajar deh dirumah," Jawab Sofia.
"Ohhh yah ampun kirain ada apa. Hmmm sabar
yah, pasti kamu bisa naikin nilai kamu lagi kok," Ucap
Gracia.
"Iya makasih yah Gracia, Sisca, kalian emang
sahabat terbaik yang aku punya di dunia ini," Senyum
tipis pun terbentuk dari bibir Sofia.
"Yaudah mendingan kita balik ke kelas kita
masing-masing, dikit lagi masuk nih," Ajak Sisca
****
Hari ini adalah hari yang sangat ditunggu oleh
Sofia. Hari ini adalah hari berlangsungnya turnamen
Panahan yang Sofia tunggu hampir selama 6 bulan.

79

Butuh waktu setengah tahun bagi Sofia untuk


mempersiapkan dirinya. Tahun lalu, Sofia juga mengikuti
turnamen ini. Namun malang, Sofia tidak mendapatkan
juara. Oleh sebab itu, Sofia ingin membuktikan bahwa
dirinya sudah berkembang dari sebelumnya dengan
memenangkan turnamen kali ini.
Sofia hari ini bangun sangat pagi sekali, bahkan
seluruh orang rumahnya pun masih nyaman dengan
tidur mereka. Sofia bergegas ke dapur untuk meminum
segelas air putih, yang merupakan kebiasaannya setap
pagi hari. Setelah itu, Sofia pun melakukan gerakangerakan kecil sebagai sedikit pemanasan di pagi hari
yang spesial ini. Sofia membangunkan Ibunya dengan
sangat semangat. "Mah, Mah, bangun Mah, hari ini aku
kan tanding!" Kata Sofia, sambil menggoyanggoyangkan tubuh Ibunya itu.
"Hmmmm? Jam
dengan malas.

berapa ini?" Tanya Ibunya

"Jam 5, Mah."
"Jam 5? Astaga kita harus berangkat pagi yah? Ya
ampun maafkan mamah, mamah lupa," Kata Ibunya.
"Yah sudah kamu mandi sana, mamah siapkan sarapan
dan juga bekal buat nanti."

80

Sofia pun mandi, sarapan, dan mengecek semua


kebutuhan yang harus dibawanya hari ini. "Semuanya
udah siap, sayang?" Teriak Ibunya dari lantai bawah.
"Siap kok mah." Jawab Sofia.
"Yasudah, ayo kita berangkat."
Sofia pun langsung berjalan ke luar rumah dan
langsung masuk ke dalam mobil. Perjalanan dari rumah
Sofia menuju ke tempat turnamen memakan waktu
sekitar 45 menit. Mobil pun melaju dengan lancarnya
karena ini adalah hari minggu pagi.
Mereka pun akhirnya sampai di sebuah lapangan
milik TNI AD di daerah Jakarta Timur. Disini lah
turnamen akan berlangsung. Terlihat tempat ini sudah
mulai ramai oleh peserta, panitia, keluarga peserta,
bahkan para penonton yang sengaja datang untuk
menyaksikan acara tahunan ini. "Mah, aku langsung
kumpul yah sama yang lain," Kata Sofia sambil mencium
pipi Ibunya.
"Semangat yah, sayang!" teriak Ibunya. Sofia
hanya menengok dan tersenyum ke arah ibunya itu
tanpa sedikitpun mengurangi kecepatan langkah
kakinya.

81

"Hai! Kalian udah lama disini?" Tanya Sofia kepada


semua yang sedang berkumpul di dalam tenda khusus
peserta dan official.
"Baru kok," Jawab Rahma singkat.
"Dino! Dino! Disini nak!" Teriak pak Joseph kepada
Dino yang nampak kebingungan menengok kanan-kiri
mencari tempat dimana tim sekolahnya berkumpul.
Mendengar nama itu, Sofia dengan spontan menengok
ke arah pak Joseph memanggil. Begitu Dino datang Sofia
pun menyapa, "Hai kak Dino."

"Hai Sofia," Dino langsung mengalihkan


kepalanya kepada pak Joseph "pak Joseph, semuanya,
maaf yah baru datang," Lanjut Dino.
"Ah tidak apa-apa, jagoan memang selalu datang
terakhir hahaha," Pak Joseph pun tertawa.
Mereka pun asik mengobrol satu sama lain sampai
suara Speaker terdengar. "Kepada semua peserta
Panahan putra maupun putri, harap berkumpul di
tengah lapangan." Pak Joseph pun memimpin doa
seraya meminta pertolongan Tuhan untuk membantu
anak didiknya berlomba pada pagi hari ini. Semuanya
berdoa dengan sangat khusyuk. Selesai berdoa, mereka
pun langsung melakukan Hi-Touch untuk memberikan

82

motivasi satu sama lain. Mereka pun langsung menuju


lapangan untuk mengikuti upacara pembukaan
turnamen Panahan tingkat Nasional ini.
Selesai upacara, satu per satu turnamen pun
dilakukan menurut kelasnya. Beberapa temannya sudah
mengikuti turnamen. Tinggal Sofia dan Rahma yang
belum. Sedari tadi mereka berdua saling berteriak
dengan semangat untuk menyemangati teman-teman
mereka yang sedang mengikuti turnamen. "Kepada
perwakilan Panahan putri kelas 100 meter harap
mempersiapkan diri dan segera menuju ke tempat
turnamen berlangsung," bunyi speaker itu membuat
jantung Sofia berdegub dengan kencangnya. Kini giliran
Sofia yang akan mengikuti turnamen.
Sofia berjalan menuju garis nomor 9 yang
merupakan tempat dia untuk menembak. Terlihat
beberapa peserta lain yang tampak santai berjalan ke
garis mereka masing-masing. "Mereka tampak terlihat
mahir," pikir Sofia dalam hatinya. Namun dengan
semangat dan tekad yang membara, Sofia pun mencoba
untuk percaya diri terhadap kemampuan yang
dimilikinya. "Aku harus menang," Ucap Sofia dengan
pelan.
Akhirnya turnamen pun dimulai. Semua terlihat
mulai mengambil anak panah dan memasangnya pada
panah mereka. "Ancang-ancang!" Teriak wasit melalui

83

speaker. "Bidik!" Semua peserta mulai menarik anak


panah mereka. Sofia pun menarik anak panahnya dan
mulai membidikkan panahnya ke sasaran tembak yang
berada 100 meter di depannya. Sofia dengan serius
menahan napas dan membidik sasaran dengan posisi
tangan yang mantap sambil memperhitungkan angin,
dan hal yang mempengaruhi lesatan anak panahnya.
"Tembak!"
Semuanya pun melepaskan anak panahnya, tidak
terkecuali Sofia. Tuntas sudah penantian Sofia selama 6
bulan ini. Sofia pun langsung menuju ke tempat
keluarganya berada untuk menyantap makan siangnya.
Sofia memang selalu membawa bekal ke sekolah atau
ke tempat lainnya. Bagi Sofia, masakan Ibunya sangat
lah enak dan juga sehat tentunya.
Beberapa jam kemudian hasil turnamen pun di
umumkan. Semua peserta harap-harap cemas
mendengarkan pengumuman pemenang. Rahma dan
Fikri mendapat juara 2 pada kelasnya masing-masing.
Sementara Dino, masih menjadi juara bertahan dengan
memenangkan juara 1 pada kelasnya. Dan Sofia merasa
puas karena ia mendapatkan juara 3 lomba Panahan, di
kelasnya. Para peserta pun akhirnya mengangkat piala
di hadapan para penonton yang memenuhi lokasi
perlombaan.

84

Sofia merasa sedih karena seharusnya dia bisa


mendapatkan juara 1. Namun disisi lain, Sofia bersyukur
mendapatkan juara 3, karena beberapa temannya yang
lain tidak mampu mendapatkannya.
****
Sofia sedang memilih-milih baju yang akan
dikenakannya hari ini. Dia bingung harus memilih dress
kesukaannya atau tampil simple seperti yang biasanya
dia lakukan. Semalam, Dino tiba-tiba menelpon Sofia.
Alangkah kagetnya Sofia melihat layar bertuliskan "Kak
Dino" menghubunginya ketika ia sedang asik menonton
film Disney kesukaannya di kamar. Dan Sofia pun kaget
bukan kepalang ketika mengetahui maksud Dino
menelpon adalah mengajaknya makan malam bersama
hari ini.
Ini adalah moment yang sangat dinantikan
Sofia.Ya, semenjak kejadian mereka di serang oleh 2
pria tak dikenal yang menodong lehernya, Dino matimatian demi menyelamatkan Sofia dari serangan kedua
pria tersebut. Diam-diam kini Sofia mulai memiliki
perasaan kepada Dino.
Sofia pun mengambil handphonenya yang berada
di atas kasur dan langsung masuk ke menu kontak. Tak
lama ia pun menempelkan handphonenya ke telinga
kanannya. "Hallo..," panggil Sofia.

85

"Hallo Sof, ada apa?" Jawab Gracia.


"Malam ini aku di ajak makan malam sama
seseorang, kamu mau gak nemenin aku? Aku masih gak
berani kalau cuman berduaan," Jelas Sofia.
"Nanti malam? Wah maaf aku gak bisa, Sof. Aku
juga ada acara malam ini. Coba ajak Sisca aja," Sahut
Gracia.
"Udah, tapi Sisca bilang dia mau datang ke acara
ulang tahun omnya."
"Yah maaf Sof aku juga gak bisa. Lain kali
yah?"Gracia meminta maaf.
"Iya gapapa kok. Sampai ketemu hari senin yah,"
Sofia pun meletakkan kembali handphonenya ke atas
kasur.
Waktu pada jam digital berwarna Pink yang ada di
tangan Sofia sudah menunjukan pukul 16:21. Sofia pun
akhirnya bergegas mandi dan berpakaian. Akhirnya
Sofia memilih untuk memakai dress berwarna hitam
kesukaannya untuk dikenakannya malam ini. Sofia
sedikit bersolek dan memakai beberapa perhiasan,
layaknya perempuan lain yang akan berkencan.
Sofia pun turun ke bawah dan bertemu dengan
Ibunya. "Ya ampun, anak mamah cantik sekali hari ini!
Mau kemana? Bentar bentar, mamah tebak kamu mau

86

kencan yah sama Dino?" Ledek Ibunya. Pipi Sofia pun


berubah menjadi merah tanda malu.
"Ihhhh kok mamah bisa tau sih? Ah curang,
kenapa mamah selalu tau," Cemberut Sofia.
"Iya dong, mamah kan sayang banget sama anak
mamah yang satu ini."
Obrolan pun terus berlanjut. Ibunya menceritakan
bagaimana kisah cinta Ibunya dengan ayahnya dahulu.
Sesekali Sofia merasa terpukau dan tertawa mendengar
cerita Ibunya itu. Sofia memang sangat dekat dengan
Ibunya, karena mungkin dia anak terakhir. Namun Sofia
memang dekat kepada seluruh anggota keluarganya.
Tak terasa mereka sudah mengobrol selama 35 menit.
Obrolan mereka pun terhenti karena ada seseorang
yang mengetuk pintu rumahnya. "Biar mamah aja," Kata
Ibunya sambil bergegas membuka pintu.
"Hallo, kamu Dino yah?" Tanyanya kepada anak
laki-laki yang berdiri di depan pintu rumahnya.
"Iya tante," Jawab Dino ramah sambil tersenyum.
"Anak tante mau kamu culik kemana?"
"Mamaaaah apaan sih... kak Dinonya jangan
diganggu dong," Serobot Sofia sambil keluar dari
rumahnya. "Udah ya mah aku berangkat dulu, dadah
mamah," Sofia mencium pipi ibunya. Sementara Dino

87

hanya melambaikan tangan sambil tersenyum kepada


Ibu Sofia.
Mereka pun naik ke dalam Taxi yang tadi juga
mengantar Dino menuju rumah Sofia. Langit sore pun
kian lama berubah menjadi gelap. Lampu jalanan serta
lampu dari gedung-gedung di pinggir jalan seperti ingin
meramaikan suasana pada malam hari ini. Beberapa
lama akhirnya mereka pun sampai di sebuah restoran
yang berada di salah satu kawasan favorit warga Bekasi.
Mereka akhirnya turun dan langsung berjalan
menuju ke dalam restoran. Sampai di depan pintu,
terlihat bahwa ternyata restoran sedang dalam keadaan
ramai pada malam ini. Semua bangku hampir terisi
penuh. Mungkin karena faktor malam minggu. Akhirnya
mereka duduk di bangku untuk 4 orang di tengahtengah restoran. "Kamu mau pesan apa?" Tanya Dino.

"Emmmm kita minum aja dulu mungkin yah,


makannya nanti aja, masih jam setengah tujuh," Kata
Sofia sambil melirik jam tangannya.
"Oke, apapun maumu," Kata Dino. Akhirnya
mereka pun memesan minuman kepada pelayan yang
langsung menghampiri mereka saat pertama duduk.
Mereka pun terus mengobrol sampai-sampai Sofia
merasa kehilangan pijakan karena bisa mengobrol lama

88

seperti ini dengan orang yang sekarang dia sukai. 30


menit pun berlalu dan akhirnya mereka memesan
makanan. Setelah memesan makanan mereka lanjut
mengobrol. Namun tiba-tiba di tengah obrolan Dino
berhenti sejenak dan berkata, "Sof, aku mau ngomong
sesuatu sama kamu." Kalimat yang terbilang singkat itu
ternyata membuat Sofia bereaksi dengan luar biasa.
Darahnya mengalir lebih cepat, nafasnya terasa
berhenti, dan jantungnya terus menerus berdegup
dengan kencang.
"Apakah ini saatnya? Sekarang? Ah tidak-tidak,
tidak mungkin," Terus saja Sofia berdebat dengan
dirinya sendiri di dalam hati.
"Jadi,"suara Dino memecahkan perdebatan
batin Sofia. "Hari ini," Jantung Sofia bertambah
berdegup dengan kencangnya. Di iringi pipinya yang
mulai memerah. "Aku mau ngucapin," Sofia mulai
bernafas dengan tak beraturan. "Selamat atas juara 3
yang kemarin kamu raih." Sofia terbelalak mendengar
kalimat itu. "Kemarin aku berjanji kepada diriku sendiri,
kalau kamu menang, aku akan ajak kamu makan
malam," Sambungnya.
"Oh gitu, terimakasih yah, Kak Dino," Sofia
memaksakan dirinya untuk bersuara.
Pelayan pun tiba-tiba datang membawakan
sepiring nasi goreng dan Salmon steak."Terimakasih,

89

mbak". Ucap Dino kepada pelayan itu. "Ah gapapa kok,


ini biasa," Langsung Dino mengalihkan pandangannya
kepada Sofia.
Baru saja Dino berkata, tiba-tiba ada seorang gadis
yang datang. "Hai sayang, kamu udah lama?" Tanyanya
sambil bercipika-cipiki dengan Dino. "Kamu sama sia"
Gadis itu melayangkan pandangannya kepada Sofia.
"Sofi? Kamu disini?" Tanya Gracia.
"Lho, kalian saling kenal? Kok kamu gak pernah
cerita kalo kamu kenal sama Sofia?" Gantian Dino
bertanya.
"Oh iya, Sofia ini sahabat aku," Kata Gracia sambil
duduk di sebelah Dino.
"Yah sudah, sekalian aja. Sof, kak Dino ini pacar
aku. Waktu itu aku pernah cerita kan lagi kepincut sama
cowok? Kak Dino orangnya, hehehe," Cerita Gracia
sambil tertawa kecil. Dino pun hanya tersenyum saja.
"Oh iya, selamat yah," Sofia menguatkan dirinya
untuk berkata sambil menyalami Sahabat dan pacarnya
sekaligus orang yang juga Sofia suka. Senyum palsu pun
terbentuk dari bibir Sofia.
Mereka pun melanjutkan obrolan. Waktu pun kini
terasa berlalu dengan sangat lambat bagi Sofia. Sedari
tadi Sofia hanya mampu memaksakan tersenyum sambil

90

tertawa kecil mendengarkan pasangan-yang-takterduga di hadapannya ini bercerita tentang hubungan


mereka berdua. Saat mereka bertemu, berkencan, saat
Dino menyatakan perasaannya, hingga sekarang.
Hati Sofia pun hancur sejadi-jadinya mendengar
kata demi kata yang mereka ucapkan. Ini sangat lah
menyakitkan, bahwa sahabatnya menjalin kasih dengan
orang yang dia suka. Andai saja dari awal Gracia
bercerita tentang Dino, mungkin tak akan seperti ini
jadinya.
Dino menyadari perubahan sifat Sofia. Apalagi,
makanan yang di pesan Sofia, hanya disentuh sedikit
saja. "Kamu gapapa Sof?" Tanya Dino.
"Iya, kamu sakit Sof? Gak biasanya deh, kamu kan
bawel banget," Sambung Gracia.
"Oh ya? Aku gapapa kok, cuma lagi sariawan aja,
hehe," Jawab Sofia mengada-ngada. Obrolan pun terus
berlanjut. Terlihat dari jendela restoran bahwa langit di
luar ikut menangis kecil seolah mengetahui perasaan
Sofia yang sangat terpukul ini.
****
"When you love someone.. Just be brave to say..
That you want him to be with you When you hold your
love.. Dont ever let it go.. or you will loose your chance

91

to make your dreams come true," Lagu dari Endah dan


Resa yang di putar Sofia dari handphonenya terasa
semakin menambah pedih suasana hatinya. Sudah
seharian ini Sofia berdiam diri di pojokan kasur di dalam
kamarnya. Ia belum menyentuh makanan sedikit pun.
Sedangkan jam di dinding kamarnya sudah
menunjukkan pukul 2 siang. Sofia sangat tidak
bersemangat untuk melakukan hal apapun pada hari
minggu ini.
"Semua hancur," Batin Sofia. "Nilai aku hancur,
aku hanya mendapatkan juara 3 pada turnamen
kemarin, dan kini orang yang aku suka pun menjalin
kasih dengan sahabatku sendiri." Setetes air mata pun
mengalir lagi dari sisi bola mata Sofia. Sofia sangatsangat terpukul akan hal sulit yang dialaminya
belakangan ini.
"Sofia? Kamu kenapa, sayang? Kamu gak kenapakenapa kan?" Teriak Ibunya dari luar kamar.
"Gapapa kok Mah," Jawab Sofia dengan suara
yang serak karena habis menangis.
"Ini ada Sisca main, sayang,"
"Suruh masuk aja Mah," Pinta Sofia kepada
ibunya.

92

Sisca pun mencoba menaik turunkan daun pintu


kamar Sofia. Namun usahanya sia-sia, pintu kamarnya
terkunci dari dalam. Dengan usaha keras Sofia
menggerakan tubuhnya demi membukakan pintu untuk
sahabatnya itu. Sofia pun akhirnya mampu membuka
pintu, dan Sisca langsung duduk di ranjang milik Sofia.
Sofia mengunci kembali pintu kamarnya. Ia langsung
memeluk sahabatnya, Sisca.
Sofia menangis sejadi-jadinya seperti anak kecil
yan kehilangan mainannya di pelukan Sisca. Sisca yang
tak tahu apa-apa merasa kebingungan. Satu jam yang
lalu Sisca ditelpon Ibu Sofia untuk datang menemui
Sofia. Namun ia tidak diberitahu apa yang terjadi
terhadap Sofia.
Akhirnya Sofia pun mulai membuka suara. Ia
menceritakan seluruh keluh kesahnya kepada orang
yang dikenal hampir 11 tahun ini. Sisca dan Sofia
bertemu saat mereka berada dalam kelas saat masih di
taman kanak-kanak. Saat itu Sofia yang sangat pemalu
dan pendiam diganggu oleh seorang anak laki-laki jahil.
Sisca kecil yang melihat kejadian itu langsung memukul
anak laki-laki itu. Sejak saat itu, Sofia dan Sisca menjadi
sangat akrab, bahkan mereka memutuskan untuk satu
sekolah dari SD sampai sekarang. Wajar jika Sofia mau
menceritakan semuanya kepada Sisca.
****

93

Sofia sedang memandangi bingkai foto yang berisi


foto dirinya bersama Sisca dan Gracia, dua orang yang
sangat dekat dalam hidupnya, sembari tersenyum lebar.
Sofia teringat semua kenangan indah yang mereka lalui
bertiga. Sofia teringat akan masa-masa Sma yang sudah
berlalu.
Tahun ini Sofia resmi menjadi mahasiswi sebuah
Universitas Negeri terkenal di Jakarta. Sementara Sisca
kuliah di Universitas Negeri di Yogyakarta, untuk meraih
cita-citanya sejak kecil. Dan Gracia kini kuliah di
Universitas Negeri di Jepang. Memang impian Gracia
adalah kuliah di Jepang. Hampir setiap saat dia bercerita
tentang impiannya itu kepada Sofia dan Sisca. Sampaisampai Sisca terkadang merasa kesal karena Gracia
terus membicarakan hal yang sama. "Kaya gak ada
obrolan lain aja," Ledek Sisca jika dia mulai kesal.
Ya, kini Sofia berhasil bangkit dari keterpurukan
yang telah dia alami tahun kemarin. Dia berhasil meraih
nilai Ujian Nasional dengan nilai yang tinggi, dan juga
berhasil mendapatkan kuliah dengan jalur undangan di
Universitas impiannya. Dia juga memenangkan
turnamen Panahan yang sangat diimpikan itu dengan
meraih juara 1 pada kelasnya tahun ini. Sofia juga
merelakan Dino bersama dengan Gracia. Dia akhirnya
memilih mengorbankan perasaannya untuk Dino.
Baginya, kebahagiaan sahabatnya lebih penting dari

94

perasaannya. Dan mereka sesekali mengobrol berempat


tanpa ada rasa iri dan cemburu.
Pelajaran hidup yang Sofia dapat serta dukungan
dari orang sekitarnya lah yang mampu membuat Sofia
bangkit dari keterpurukannya itu. Sedikit demi sedikit
dia mulai memperbaiki dan menambah hal yang kurang
dari dalam dirinya, tentu dengan bantuan saran dan
kritik dari orang di sekitar hingga dia mampu melakukan
semuanya dengan baik.
Sofia memang memiliki tekad dan semangat yang
luar biasa. Hingga kini, dia juga bisa mendapatkan halhal yang juga luar biasa. Apalagi Sofia selalu bersyukur
atas segala apapun yang ia dapat, walaupun banyak hal
yang orang miliki lebih dari dirinya. "Everything happen
for a reason." Itu lah kata-kata yang mendorongnya
untuk terus maju, dan terus maju.
Begitu lah memang hidup yang sebenarnya.
Banyak hal yang di luar dugaan terjadi dalam hidup kita.
Banyak kita jumpai jurang-jurang terjal menghadang
ketika kita mendaki gunung kebahagiaan. Atau ombakombak yang dahsyat menerpa perahu impian kita, dan
membuat kita terombang-ambing dalam lautan
kehidupan. Ada kalanya kita lelah berjalan atau lelah
mengayuh, bahkan sampai berpikir untuk berhenti.
Namun di saat kita mencapai puncak gunung itu, atau
disaat kita sudah berlabuh di pantai, kita akan

95

menemukan dan merasakan jerih payah yang selama ini


kita perjuangkan.
Dan jangan lupakan hal penting lainnya. Kita
memiliki sosok Tuhan yang dengan setia mendengarkan
keluh kesah umatnya. Serta orang-orang yang kita
sayangi, dan yang juga menyayangi kita, yang selalu
mendukung kita baik suka maupun duka. Hubungan
antar manusia memang merepotkan, tapi kita tidak bisa
hidup sendiri. Kita selalu membutuhkan orang lain di
sekitar kita, dan yakin lah bahwa orang-orang tersebut
juga selalu membutuhkan kita.
Terus lah belajar dari masa lalu. Karena benar
seperti ungkapan yang berbunyi, "Experience is the best
teacher". Kita harus belajar dari kegagalan dan
kesalahan kita yang sudah lampau. Sehingga kita
mampu memperbaikinya di kemudian hari. "Yesterday is
history, today is bless, and tomorrow is future." Kita
harus lebih baik dari hari kemarin, dan besok harus lebih
baik dari hari ini. Karena jika kita hanya terdiam di suatu
tempat, kita tidak pernah akan melihat masa depan
yang cerah, yang sudah menunggu kita.
Dan jangan lah mudah puas hati. Kita harus terus
belajar dan terus belajar walaupun sudah menjadi hebat
sekalipun. Kita juga harus mengamalkan ilmu yang kita
miliki. Apapun itu, sekecil apapun itu, jika hal itu
bermanfaat bagi orang lain maka kita yang

96

mengajarkannya
akan
mendapatkan
kebaikan
tersendiri. Karena kita hidup untuk saling membagi. Dan
belajar yang paling efektif adalah mengajarkan hal
tersebut kepada orang lain.
Kita harus memiliki kepribadian seperti padi, yang
semakin tinggi batangnya, maka dia akan semakin
menunduk. Jika kita seorang yang besar, masih banyak
orang yang lebih besar dari kita. Jika kita seorang yang
mulia, maka masih banyak orang yang lebih mulia dari
kita. Jika kita adalah seorang yang bijak, maka lebih
banyak lagi orang yang bijaksana dari kita. Karena di
atas langit masih ada langit lagi.
"Kenangan akan kepahitan pengalaman adalah
jembatan panjang menuju keberhasilan"

97

Become Their Captain

"Waah, cekatan juga kapten klub kita yang baru


ini. Datang dari jam berapa, Sof?" tanya Gracia pada
Sofia.
"Dari jam tujuh pagi. Sebagai kapten, aku kan
harus datang lebih awal dari kalian," jawab Sofia dengan
mata berbinar-binar.
"Waah, handuk-handuk ini baru ya, Sof?" tanya
Elaine sambil menciumi handuk berwarna putih yang
berada di dalam loker perlengkapan mandi.
"Yup, semua handuknya baru! Minggu lalu aku
membuat proposal ke kepsek buat nyuplai handukhanduk dan seragam baru buat kalian semua," Jawab
Sofia sembari duduk di pojokan meja.
"What?! Seragam baru?" tanya Cesen dan Shani
bersamaan.
"Iya, seragam baru. Untuk bertanding melawan
tim basket SMA Harapan, kita membutuhkan seragam
baru dan semangat baru!" jawab Sofia dengan penuh
semangat.

98

"Lho, kapan? Kok, kita nggak tahu kalo kita bakal


tanding lawan rival berat kita?" tanya Gracia.
"I just said that straight to you, guys!
Pertandingannya tanggal 1 bulan depan. So, selama
sebulan penuh ini, kalian semua kudu latihan dengan
semangat, okay?!" jawab Sofia, sebagai sosok kapten
dia menyemangatin anggotanya.
Sejak masuk SMA Bangsa, Sofia Meifaliani sudah
mengincar jabatan sebagai kapten klub basket. Ekskul
andalan sekolah yang sudah tersohor sampai ke tingkat
nasional.
Gadis Oriental ini sebenarnya sangat pandai sekali
bermain basket sejak SMP tetapi kondisi tubuhnya tidak
mengizinkan. Dia mengidap penyakit asma. Waktu SMP,
dia pernah mengikuti ekskul basket juga sebagai
anggota tim regular dan posisinya sebagai center kanan.
Akan tetapi, saat pertandingan melawan rival dari team
basket sekolah, asmanya tiba-tiba kambuh dan harus
dirawat di rumah sakit selama dua minggu. Setelah
kejadian itu, orang tua Sofia tidak mengizinkan anak
bungsu mereka mengikuti ekskul olahraga apapun.
Alangkah senangnya Sofi (begitu Sofia biasa di
panggil) mengetahui bahwa SMA yang akan dia masuki
ada ekskul basketnya dan munurut berita yang beredar
tim basket di SMA itu, termasuk tim basket yang
disegani oleh SMA lain di Jabodetabek. Sebagai wujud

99

kecintaannya pada basket, diam-diam ia melamar


sebagai anggota. Maklum, sudah sekitar 2 tahun dia
tidak megang bola basket karena penyakit asma. Kalau
orang tuanya sampai tau hal itu, pasti gak dikasih.
"Semoga aku diterima, cukup jadi cadangan aja
juga aku sudah bahagia dan yang penting masih bisa
main bola basket lagi," gumam Sofi saat melamar.
Beberapa hari kemudian pengumuman yg lulus masuk
tim Basket pun tertera di Mading sekolah. Saat Sofi
melihat, terdapat namanya di peringkat pertama.
Alangkah bahagianya ia saat itu. Sofia tidak
menceritakan hal itu dulu dengan orang tua.
Hari-hari latihan pun di jalani Sofi tanpa diketahui
oleh orang tuanya. Dia hanya bilang sama orang tuanya:
Aku ikut ekskul kesenian rupa di sekolah. Setelah
beberapa bulan latihan, Sofi berhasil menjadi kapten
karena menurut coachnya, Sofi memiliki skill yang bagus
dalam permainan dan juga sikapnya dewasa. Jadi, ia bisa
untuk memimpin teman-temannya nanti.
Waktu latihan untuk pertandingan melawan SMA
Harapan pun dimulai. Tiba-tiba saat latihan...
"Ssst tapi jangan sampe ketauan Sofi," bisik
Gracia pada anggota tim regular yang lain.

100

"Iya, iya tapi kamu dapet dari mana?" tanya


Shani, sambil mengambil VCD yang berisi rekaman
latihan basket tim SMA Harapan dari tangan Vina.
"Ehem, adek aku kan ekskul di sana. Aku
menyuruhnya merekam latihan mereka secara diamdiam. Aku udah ngeliat ini semalam. Gila deh, makin
tangguh aja mereka!" seru Gracia tapi dengan suara
perlahan.
"Gracia, sori ya, kamu kan wakil kapten tim, kok
kamu ngelakuin cara licik kayak gini, sih? Cara kayak gini
kan bukan kita banget!" Feni angkat bicara.
Gracia menatap tajam ke arah Feni.
"Denger ya, Fen. Ini adalah pertandingan pertama
kita semenjak pertama kalinya aku menjadi wakil
kapten. Di pertandingan yang pertama ini, kita udah
dapet lawan yang berat banget, Fen! Aku nggak mau
kita kalah. Terserah kamu mau berfikiran apa tentang
aku. Tapi inget, jangan sampe hal ini bocor ke Sofi.
Pokoknya kita harus menang!" ucap Gracia dengan nada
semangat. Ntah kenapa setelah Gracia berkata seperti
itu, Feni merasa gelisah dan pengen banget ngasih tau
kelakuan Gracia ke Sofi.
Latihan basket yang biasanya seminggu sekali
tidak membuat anggota tim keberatan ketika Sofia
mengubahnya menjadi dua kali seminggu, setiap hari

101

Sabtu dan Minggu. Maklum, mereka akan berhadapan


melawan rival dari team basket sekolahnya. Seperti
biasa, Sofia bersemangat sekali menjalani hari-hari
latihannya sebagai Kapten tim.
"Sof, kamu ada waktu, nggak?" tanya Feni, ketika
Sofi sedang mengeluarkan air mineral kemasan gelas
dari dalam kardus dan menaruhnya di meja.
"Memangnya ada apa, Fen?"
"Aku mau ngomong sesuatu. Ngobrolnya di
ruangan aja deh," kata Feni sambil masuk ke dalam
ruangan tim. Sofi mengekor dibelakangnya.
"Ada apa, nih?"
"Hmm sebenarnya aku nggak tau juga harus
bilang apa sama kamu. Tapi aku tau bahwa ini adalah
salah dan aku"
"Aduh, udah deh langsung aja ke pokok pembicaraan!"
Feni menghela napas. "Gracia punya rekaman tim
basket SMA Harapan pas lagi latihan, Sof."
"What?! Gimana ceritanya?" tanya Sofi setengah
berbisik. Tentu saja ia terkejut sekali. Lalu Feni
menceritakan semuanya.
"Well, aku ngerti sih kenapa Gracia berbuat seperti itu.
Dia adalah wakil kapten tim basket yang baru dan dia

102

ingin pertandingannya yang pertama menang ngelawan


rival berat kita itu," komentar Sofi. Dia menghela napas
berat.
"Tapi kamu jangan bilang kalau tau dari aku ya, Sof?"
pesan Feni pada Sofi.
Keesokan harinya, Sofi mendatangi Gracia ke kelasnya
dengan wajah kecewa. Gracia terkejut saat Sofi
menghampirinya dan langsung bertanya soal rekaman
tersebut padanya.
"Pasti Feni kan yang ngasih tau kamu?!" seru
Gracia. Dia sangat gusar ketika Sofi bertanya.
"Nggak penting siapa yang ngasih tau ke aku,
Gracia!!" jawab Sofi sambil mengusap-usap punggung
Gracia, berharap supaya dia lebih tenang.
"Aku ngerti perasaan kamu, Gracia, karena aku juga
ingin kalau team kita menang. Aku juga seorang kapten.
Tapi yang kamu lakuin jelas nggak sportif sama sekali.
Ironis banget, padahal kita bergelut dalam dunia
olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas."
Gracia menyeruput air mineral yang diberikan oleh
Sofia. Wajahnya merah karena marah campur malu. Ia
tidak berani menatap Sofia.
"Apa yang kamu lakukan, adalah cerminan bahwa kamu
nggak percaya sama kekuatan tim yang kita punya dan

103

itu juga berarti kita udah kalah sebelum berperang. Tim


kita hebat lho, Gracia. Semua orang tau itu," ucap Sofia
sebagai kapten yang bijak.
Sofia tersenyum pada Gracia.
"Aku yakin kamu tau tentang hal ini, tapi sekedar
ngingetin kamu aja, bahwa yang terpenting dalam
sebuah pertandingan, apapun pertandingannya, adalah
perasaan kita. Kalau kita udah ngerasa nggak mampu
dan takut kalah, maka kita akan kalah. Kamu hebat,
Gracia. Permainan basket kamu hebat dan kamu punya
semangat yang luar biasa, thats why you are choosen
as wakil captain di tim basket sekolah. Jadi, nggak ada
alasan kamu ngelakuain hal licik kayak gitu."
"Maafin aku, Sof," kata Gracia lirih. Lalu mereka
berpelukan.
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba yaitu hari
pertandingan basket SMA Bangsa melawan team basket
SMA Harapan.
"Semuanya
bersemangat.

sudah

siaaapp?!"

seru

Sofi

"Siapppp!!!!" jawab semua anggota tim basket


SMA Bangsa.
Pertandingan diadakan di lapangan Basket SMA
Harapan.

104

"Gracia, gawat!!!" seru Rona, panik.


"Gawat kenapa?" tanya Gracia.
"Tadi Thalia nelpon aku, dia bilang kalau
mamanya meninggal."
"Innalillahi wa inna ilaihi raajiun"
"Ya udah, sehabis pertandingan kita ngelayat.
Tapi aduh, pengganti Thalia siapa?" kata Gracia.
Anggota tim mulai panic karena kehilangan 1
cadangan pemain. Jadi, untuk sementara cadangan
mereka Cuma satu. Sofi dan Gracia mulai panic. Saat di
ruang ganti baju, Gracia terkejut melihat Sofi
menggunakan obat penyakit asma.
"Sof Kamu? Eh, yakin bisa tanding?" tanya Gracia
makin panik.
"Aku bisa kok Gracia Udah gak usah khawatirin
aku. Aku bisa!!" jawab Sofi meyakinkan Gracia. Jujur
saat itu tiba-tiba Sofi merasa bahwa penyakitnya sedang
kambuh tapi ditutupinnya demi kemenangan temannya.
Pertandingan kali ini sangat seru. Kedua tim samasama tangguh dan memiliki pemain-pemain yang
handal. Tim basket SMA Bangsa bermain dengan lincah.
Semuanya bersemangat. Begitupun dengan Sofia yang
sedang dalam posisi kambuh. Gracia yg awalnya

105

mengkhawatirkan kondisi Sofia, jadi lupa akan hal itu


begitu melihat Sofia yang sangat energic. Dia bermain
bagus sekali.
Skor set pertama adalah 35 untuk Bangsa 25 buat
Harapan. Pada set kedua, untuk Bangsa menjadi 55 dan
Harapan 65. Pada set ketiga, 60 untuk Bangsa dan 80
untuk Harapan.
Kak Gitcha, pelatih tim voli SMA Bangsa meminta
waktu istirahat. Lalu, saat istirahat itu dipergunakan
untuk menyusun strategi. Saat itu Gracia langsung
melihat kaptennya yang duduk dipojokkan sambil
menyembunyikan alat bantu napasnya.
"Sof, kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Gracia
khawatir. Walaupun bersemangat, tetapi wajah pucat
Sofi tetap tidak bisa disembunyikan.
"Aku nggak apa-apa. Dont worry, ok?" jawab Sofi
sambil tersenyum. Waktu istirahat habis dan kedua tim
beraksi kembali.
"AYO YOSHAAA!!!! SEMANGAT!!!!" seru tim
pendukung SMA Bangsa.
Pertandingan semakin ketat dan sulit saat SMA Harapan
menambah penjagaan di dekat daerah ring basket. Sofia
melakukan lemparan three point. Melempar bola saat
kuat dan melambung dari kejauhan. Namun, serangan

106

Sofia sia-sia karena bola cuman mengenai papan


gawang ring basket. Setelah itu SMA Harapan
merebound dan bermain gila-gilaan. Mereka
mengerahkan semua kekuatan.
"Masih kuat, Sof?" tanya Shani
Sofia mengangguk. Sebenernya, dia sudah tidak kuat
lagi, sudah tidak bisa bertahan. Namun, rasanya ia
sudah sulit bernapas. Tetapi, entah mengapa ada
kekuatan dalam dirinya yang membuatnya bertahan.
"SOFI, BERTAHAN, SOFIIII!!!" seru tim supporter.
Akhirnya, sekali lagi, dengan sisa kekuatan yang dia
punya, Sofi melakukan serangan three point dan kali ini
membuat semua orang tercengang karena Sofia
melempar bola lebih kuat dari sebelumnya. Tim lawan
melalukan rebound melebar untuk mencegah bola
masuk, tetapi semuanya sia-sia karena kali ini Sofia
berhasil.
Pertandingan usai dengan skor 95-99 dan SMA Bangsa
menang akibat three point Sofia pada menit terakhir.
Prittt prittt suara peluit wasit dibunyikan. Semua
bersorak-sorak. Begitupun Sofia. Semua anggota tim
mengerubungi Sofia untuk memeluknya.
"Kita berhasil, KAPTEN!!!" seru Gracia, lalu merangkul
Sofi. Sofi tidak beraksi apa-apa.

107

"Sof? Sofi?" bisik Gracia. Perlahan. Gracia melepaskan


pelukannya dan membaringkan Sofia di pangkuannya.
Semua anggota tim diam terpaku. Mata mereka basah.
Tak lama, tim medis langsung membawa Sofia ke rumah
sakit terdekat.
Bunga tabor di atas gundukan tanah merah itu masih
segar. Didalamnya terbaring seorang gadis cantik dan
enerjik yg pantang menyerah bernama Sofia Meifaliani.
Ia telah meninggalkan semua orang yang mencintainya.
Banyak hal yang telah Sofia ajarkan kepada temantemannya hingga sangat membekas. Bagi orang tua,
teman dan guru-gurunya. Sofia adalah seorang anak,
murid, sahabat, manajer, sekaligus pemain Basket
terbaik yang pernah ada.

108

Suifu wa Arashi ni Yume wo Miru

Kriiiinngggg!! Bunyi jam beker nyaring dari atas


meja di samping tempat tidur yang sontak
membangunkan Andre dari tidur lelapnya. Andre
memaksakan dirinya untuk membuka mata.
Hari ini merupakan hari terakhir Andre sekolah di
tahun 2014. Penantian panjang yang selama ini ia
tunggu, akan segera tiba, libur panjang semester satu.
Andre melompat dari tempat tidurnya yang nyaman
menuju kamar mandi. Andre sangat bersemangat sekali
hari itu.
"Tante, Rezanya ada?" tanya Andre.
"Ada, bangunin tuh si Reza, dia begadang
semalam," jawab ibunya Reza.
Andre tersenyum jahat.
Andre bergegas menuju kamar Reza yang letaknya
di lantai atas. Karena sejak kecil sudah terbiasa main
bersama, Andre sudah menganggap bahwa ini
rumahnya sendiri. Andre langsung masuk ke dalam
kamar Reza, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Tampak seorang anak remaja laki-laki yang sedang tidur

109

dengan lelap, lengkap dengan pajama warna biru. Ya,


siapa lagi kalau bukan Reza, teman sekaligus sahabatnya
Andre sejak kecil. Melihat Reza yang masih tertidur
dengan lelap, muncul sebuah ide jahat dari kepala
Andre.
Karena sudah berteman sejak kecil, Andre sangat
tau kebiasaan sahabatnya itu. Andre mengambil sebuah
handphone dari saku celanannya dan mencari sebuah
nama kontak di handphonenya. Klik.
I want you.... I need you... I love you...
Di dalam benakku keras berbunyi irama musikku
Heavy.. rotation..
Bunyi ringtone sebuah hp.
Reza membuka matanya dengan cepat dan
bergegas mengambil hpnya yang ia letakkan di atas
meja dekat tempat tidurnya. Reza buru-buru
mengangkat panggilan masuk di hpnya. "Hallo?" kata
Reza, dengan suaranya yang sedikit serak. "Lah, kok
nggak ada suara?"
Reza menutup telpon.
Reza
kembali
tidur.
Namun,
sebelum
memejamkan mata, Reza melihat seorang anak laki-laki
yang sedang menahan tawa. Ya, siapa lagi kalau bukan

110

Andre. Andre menahan tawa karena berhasil menjahili


Reza. Ia memanfaatkan keunikkan temannya itu sebagai
senjata untuk menjahili. Reza memiliki sebuah
keunikkan yang mungkin juga di miliki orang banyak
pada zaman sekarang ini. Yaitu sensitif terhadap bunyi
handphone.
"HAHAHA" Andre tertawa lepas.
"Sialan kamu, Ndre. Aku lagi enak-enakan tidur
juga, malah di bangunin," omel Reza, dengan raut muka
kesal.
"HAHAHA, maaf Za, maaf."
Reza kembali menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Za, ayo ke sekolah?"
"Masih pagi Ndre.. orang-orang belum pada
datang."
Reza kembali menarik selimutnya yang bergambar
Snoopy.
"Ayo Za, hari ini aku lagi on fire!"
"Berangkat aja sendiri, aku lagi mimpi di suapin
Yona," jawab Reza. Kembali menarik selimut untuk
menutupi tubuhnya. Tak kehabisan akal, Andre
mengambil air segayung lalu memercikkan air itu ke
wajah temannya supaya terbangun.

111

"Iya-iya, ayo berangkat," kata Reza, yang tak tahan


dengan godaan temannya yang dari tadi mengajak
untuk berangkat ke sekolah. Andre sukses menjahili
temannya itu untuk bangun. Andre dan Reza berangkat
ke sekolah bersama. Mereka berdua memilih dengan
berjalan kaki. Jarak dari rumah mereka menuju sekolah
tidak lah jauh. Sepanjang perjalanan, Andre terus
memikirkan tentang libur panjang yang sudah ia
rencanakan sejak lama.
Sejak sebelum berangkat ke sekolah, Andre
senyum-senyum sendiri, begitu juga di kelas. Temantemannya yang melihat ia senyum-senyum sendiri dari
tadi, merasa sedikit risih dan juga ketakutan. Akhirnya,
tibalah saat-saat pembagian raport.
"Libur panjang telah tiba, asik!" batin Andre,
setelah menerima raport. Andre melompat-lompat
kegirangan. Ia merasa senang karena waktu dan tenaga
yang sudah ia curahkan untuk belajar selama satu
semester ini, akan segera berganti dengan libur panjang.
Libur yang di nanti-nanti setiap pelajar. Masa sekolah di
semester satu telah berakhir dan akan segera berganti
dengan libur panjang.
Andre adalah seorang pelajar yang berasal dari
kota Bengkulu. Ia merupakan seorang murid kelas dua
SMA, di sekolahnya. Sudah lama ia menanti-nanti libur
panjang semester satu. Setiap harinya, Andre selalu

112

melihat ke kalender dan berkata, "Aku harus melihat dia


tampil, harus!"
Seperti kebanyakan remaja pada umumnya, Andre
memiliki sosok idola yang sangat ia cintai. Ya, Andre
jatuh cinta pada salah satu grup idol pertama di
Indonesia, yang bernama JKT48. Ia mulai jatuh cinta
sama idolgroup satu ini, sejak di kenalkan sama
temannya yang memiliki kecintaan sama lagu-lagu asal
negeri Sakura. Reza lah, yang menularkan virus itu ke
Andre.
Andre sudah membeli sebuah tiket pesawat
dengan tujuan penerbangan Bengkulu Jakarta, sejak
jauh-jauh hari. Menurut informasi yang berhasil ia
rangkum, tiket pesawat akan merangkak naik menjelang
hari libur Natal dan Tahun Baru.
Andre tiba di rumah dan langsung mengganti
pakaiannya. "Yosh, nggak ada orang di rumah. Aku
harus packing sekarang, mumpung nggak ada yang
lihat," Batin Andre. Andre mulai menyusun pakaiannya
ke dalam sebuah koper. Tiba-tiba, handphone Andre
berbunyi.
"Hallo?" Andre memulai pembicaraan.
"Ndre, kamu jadi berangkat ke Jakarta?" tanya
seseorang disebrang.

113

"Jadi dong," Jawab Andre.


"Kamu naik apa? Biar nanti aku yang jemput."
"Aku naik pesawat, biar cepat sampai gitu,
hahaha."
"Yaudah deh. Kapan mau perginya?" tanya
seseorang disebrang.
"Besok!" jawab Andre, mantap.
Rencana Andre berjalan dengan mulus. Tak
seorang pun di rumahnya yang tahu kalau hari Jumat ia
akan terbang menuju Kota Jakarta, sendirian. Tanpa ada
yang menemani nya. Sudah lama Andre merencakan hal
ini.
"Ndre, mau nitip salam gak? Aku besok mau ke
Jakarta," tanya Reza, melalui layanan chatting Line.
"Nggak usah, Za. Aku besok juga mau ke Jakarta,"
balas Andre.
"Sampe jumpa di kuil cinta kalau begitu," kata
Reza, mengakhiri chatting.
Esok harinya, Andre berangkat menuju Bandara
Fatmawati Soekarno. Sesuai perkiraannya, hari itu
semua orang di rumah pada pergi. Tidak ada orang di
rumah selain ia sendiri. Andre pergi menuju bandara
dengan menaiki Taxi dan meninggalkan kunci rumah di

114

tempat biasanya. Tiba di Bandara, Andre menuju


antrean untuk melakukan check-in. Hal tak terduga
terjadi. Ternyata tiket pesawat yang Andre beli adalah
tiket palsu.
"Apa? Bapak bilang tiket saya palsu?" tanya
Andre.
"Iya, maaf sekali, tiket adik ini palsu," jawab
petugas.
Andre pulang dengan muka kesal. Rencana yang
sudah ia susun dengan rapi-rapi ternyata tidak berjalan
dengan mulus. Semuanya berantakkan, karena tiket
palsu itu. Ia sangat menyesal karena sudah membeli
sebuah tiket pesawat dari orang asing.
Andre mengurung diri di dalam kamarnya. Ia
masih tak menyangka, kalau tiket yang di belinya adalah
tiket palsu. Kekesalannya pun memuncak, yang
mengakibatkan kaca lemari di kamarnya pecah. Kaca
lemari di dalam kamarnya itu pecah, ketika mengingat
kembali kejadian dua bulan yang lalu. Kejadian saat ia
bertemu dengan penjual tiket palsu yang telah berhasil
menipunya. Di tengah kekesalannya itu, terpintas
sebuah ide. Andre kembali tertawa dan yakin, bahwa
rencananya ini akan berhasil.
Keesokan harinya..

115

Selesai sarapan pagi, Andre mengintip melalui


jendela kamarnya untuk memastikan bahwa semuanya
pergi. Keluarga Andre benar-benar sibuk. Jarang sekali
ada kumpul keluarga. Mereka cuman bisa bertemu, saat
sarapan pagi dan makan malam. Tak ada waktu untuk
kumpul bersama. Di rumah, Andre selalu kesepian.
Hanya teman-temannya di dunia maya lah, yang
menemaninya selama ini. Mulai dari teman yang ia
kenal melalui sebuah game online, teman dari facebook
dan juga teman-teman fans JKT48.
Berkat JKT48, Andre mendapat banyak sekali
teman. Meski hanya saling berbalas mention di Twitter,
setidaknya itu bisa untuk menutupi rasa sepi yang Andre
alami setiap harinya. Terkadang, Andre suka senyumsenyum sendiri, saat melihat tweet dari oshinya. Karena
hanya itu, yang bisa menemani Andre, dalam
kesepiannya.
Setelah semuanya pergi, Andre menjalankan
rencana yang baru saja ia dapatkan semalam.
"Bagaimana pun caranya, aku harus bisa berangkat ke
Jakarta, dengan tanganku sendiri!" Batin Andre. Lalu,
sebuah pesan singkat masuk.
Dery: Ndre, aku kena flu nih, gara-gara nungguin
kamu di bandara kemarin.

116

Andre: Ya.. maaf, aku kemarin mau berangkat ke


Jakarta, tapi rupanya tiket yang aku beli itu palsu.
Mangkanya, aku batal berangkat ke Jakarta.
Dery: Jadi, kamu kena tipu?
Andre: Iya, tapi hari ini aku berangkat kok.
Dery: Naik apa? Biar nanti aku suruh si Dana yang
jemput kamu.
Andre: Aku naik bus, tolong banget ya Der!
Dery: Aman.
Andre sudah sampai di sebuah loket bus. Ia
beruntung, karena hari itu ada bus yang berangkat
dengan tujuan Bengkulu Jakarta. Andre langsung
membeli tiket dan masuk ke dalam bus. Perjalanan
liburannya pun, di mulai.
Bermodalkan nekat dan keberanian, Andre
berangkat ke Jakarta dengan menaiki bus, seorang diri.
Uang yang Andre bawa, hanya cukup untuk makan dan
juga untuk melihat pertunjukkan oshinya. Semuanya
sudah ia perhitungkan sebelum berangkat. Selama di
jalan, Andre cuman membeli mie untuk mengisi
perutnya. Karena harga yang relatif lebih murah dari
makanan lainnya, pas untuk membuat Andre
menghemat uang sakunya itu. Akhirnya Andre sampai di
Kota Jakarta. Di terminal, sudah ada Dana yang

117

menunggunya. Andre dan Dana pernah berjumpa


sebelumnya, saat libur kenaikan kelas.
"Ndre, yok ke rumah si Dery, dia udah nunggu
kamu," kata Dana, sambil membantu mengeluarkan
barang bawaan Andre dari dalam bus.
"Oke."
Dari loket bus, Andre dan Dana berangkat menuju
rumahnya Dery dengan menaiki kendaraan pribadi milik
Dana. Andre termasuk orang yang beruntung, karena
Dery berbaik hati memperbolehkan ia tinggal di
rumahnya selama liburan di Jakarta.
"Hari ini ada 2show, ke kuil, yok?" ajak Dery.
"Boleh lah, aku juga mau melepas rindu sama
Sofia," jawab Andre.
Mereka berdua berangkat menuju mall fX yang
lokasinya di Jalan Jend. Sudirman, dengan menaiki
kendaraan umum. Disana sudah ada Dana dan temantemannya yang menunggu kedatangan mereka berdua
(Andre dan Dery), dan tentunya, para bidadari f4 juga
sudah tak sabar menyambut kedatangan mereka
semua.
"Akhirnya.. kita sampai juga di mall nya para wota,
fX Sudirman," kata Dery.

118

"Pasti Princess Sofia udah nungguin aku, sang


prince nya, hahaha."
"Gila! Dasar maniaque kau Ndre," balas Dery.
"Gracia juga pasti udah nungguin aku, hahaha."
"Biarin, hahaha," kata Andre. "Dasar vvots kamu
Der!"
Andre dan Dana masuk ke dalam mall. Mereka
berdua langsung berjalan menuju lift dengan tujuan
lantai empat. Tak lama setelah itu, mereka sudah tiba di
f4, tempat berdirinya kuil cinta. Dana yang sudah tiba
lebih dulu, langsung menyambut temannya yang baru
tiba, Andre dan Dery. Saat ingin membayar, hal tak
terduga pun terjadi.
"Buset, uang ku hilang," kata Andre.
"Ah, seriusan Ndre, jangan main-main."
"Iya, aku serius," Andre berusaha mengingat.
"Yah, aku cuman bawa uang pas lagi," kata Dery.
"Maaf, bisa cepat sedikit mas?" kata petugas.
"Nggak jadi deh mbak, saya kecopetan tadi."
Andre menghilang dari antrean dan batal melihat
oshinya tampil. Ia menyesal, karena tak mendengar
perkataan ibunya. Sebelum berangkat, Andre sempat

119

meminta izin sama ibunya, "Bu, aku mau liburan ke


Jakarta, boleh ya?"
"Sama siapa?" tanya ibunya.
"Sendirian," jawab Andre, mantap.
"Nggak boleh. Kamu nggak boleh ke Jakarta,"
Omel ibunya yang melarang Andre untuk pergi ke
Jakarta.
"Tapi ma..,"
"Nggak boleh."
Karena tak mendapat izin dari ibunya, Andre tetap
nekat untuk berangkat. Namun, libur yang seharusnya
menjadi sangat menyenangkan berujung dengan
kesialan. Andre kecopetan. Uang yang ia bawa,
semuanya sudah di ambil sama copet. Andre benarbenar menyesalinya. Ia menyesal karena tetap
bersikeras ingin berangkat ke Jakarta. Penyesalan
tinggalah penyesalan. Semuanya telah terjadi dan ia
tidak ada pilihan untuk kembali lagi.
Andre menunggu show berakhir sambil melihat
orang-orang yang berlalu-lalang di dalam mall. Libur
yang seharusnya berjalan sesuai rencana, justru jadi
berantakkan. Harapan tak sesuai dengan kenyataan,
begitulah kira-kira yang di alami oleh Andre. Datang dari
jauh demi melihat oshinya tampil, malah mendapat

120

kesialan. Saat sedang melamun, tiba-tiba ada seseorang


yang menepuk pundak Andre.
"Kak?"
Lamunan Andre terpecah.
"Eh, ya?" kata Andre setengah bingung. "So.. So..
Sof.. Sofia!"
"Tadi pas HT, aku dengar salah satu penonton
bilang kalau ada sfans aku yang datang dari jauh tapi
nggak bisa masuk karena kecopetan," kata Sofia. "Apa
itu benar kak?
"Iya, Sof. Tadi aku kecopetan," jawab Andre lesuh.
"Makasih banget, karena udah mau datang kesini,
demi bertemu denganku," Sofia tersenyum.
Melihat
senyuman
oshinya
itu,
Andre
membalasnya dengan tersenyum juga. Senyuman dari
oshinya, berhasil membuat Andre melupakan masalah
yang ia alami hari itu. Seolah-olah tak ada masalah.
Meski gagal melihat oshinya tampil, setidaknya ia bisa
melihat oshinya tersenyum dari dekat. Andre teringat
dengan benda yang telah ia persiapkan untuk di berikan
kepada oshinya itu. Andre memberikan sebuah handuk
bergambar Marmut berwarna Merah Jambu untuk
Sofia.

121

"Wah, handuknya lucu banget kak," ucap Sofia.


"Hehehe, itu aku bikin sendiri loh. Di pake ya
handuknya," kata Andre.
"Ini gambar apa ya kak?" tanya Sofia.
"Itu gambar Marmut, Sof. Marmut Merah Jambu,"
kata Andre.
"Itukan judul bukunya Bang Dika, kan?"
"Hehehe iya, aku terinspirasi dari filmnya Bang
Dika dan akhirnya aku membuat handuk kayak gitu juga
untuk di berikan sama kamu."
"Apakah ada artinya?"
"Pasti ada dong," jawab Andre. "Kamu itu kan
tekun, gigih dan juga lincah meski sedikit malu-malu
kalau di depan orang banyak. Tapi kamu tetap tidak
kehilangan karakter kamu sendiri saat di depan banyak
orang."
"Sungguh?" tanya Sofia lagi.
"Iya," jawab Andre. "Dipake ya Sof, untuk ngelap
keringat kamu kalau lagi ada latihan."
"Sekali lagi, makasih banyak ya kak. Handuknya
lucu banget, aku suka sama handuknya. Handuknya
akan selalu aku pakai!"

122

Andre kembali tersenyum.


Dua minggu kemudian, setelah pertemuan itu,
Andre berpamitan ingin pulang ke Bengkulu. Andre
beruntung, karena orang tuanya Dery berbaik hati
dengan membelikannya sebuah tiket pesawat tujuan
Jakarta Bengkulu. Ia di antar ke bandara dengan
menggunakan mobil milik orang tuanya Dery.
"Om dan tante, makasih banyak ya karena udah
memperbolehkan aku menginap selama dua minggu
dan juga makasih banyak karena udah berbaik hati
dengan memberikan tiket pulang untukku," kata Andre.
"Iya, sama-sama Nak Andre. Kita sebagai orang
tua Dery sangat senang dengan kedatangan Nak Andre
kesini. Kapan-kapan main lagi kesini ya, gak usah malumalu," balas orang tuanya Dery.
"Iya om, makasih banyak," kata Andre. "Der, Dan,
makasih banyak udah mau mengajakku jalan-jalan, ya
meski cuman main ke kuil cinta doang, hahaha."
"Hahaha, iya sama-sama Ndre. Kapan-kapan
theater bareng lagi ya," jawab Dery dan Dana kompak.
Andre pun berpamitan dan akhirnya pulang ke
Bengkulu dengan selamat.

123

The Reason Of Smile

Alin terlihat sangat gelisah didepan TV. Pak Sundy,


yang tidak lain adalah papanya, menghampiri Alin yang
sedang menonton tv. "kamu kenapa, Lin?" tanya
papanya.
"aku gapapa, pa."
"cerita dong sama papa. Biasanya cerita. Sari
lagi?"
"iya pa, aku terlambat ungkapin semuanya."
"dia sekarang punya pacar?"
Alin hanya menganggukan kepala. Alin memang
sering curhat dengan papanya.
"hmm, sini papa punya cerita buat kamu"
"cerita apa, pa?"
"dengarkan, ya?"
Pak Sundy mulai bercerita kepada Alin. Alin begitu
Serius mendengarkanya.
****

124

"selamat pagi anak-anak?"


"pagi pak!" serentak murid-murid menjawab.
Sementara itu, dilain tempat, Gelap masih
bersiap-siap ingin pergi kesekolah. Gelap adalah anak
yang sangat cuek dengan orang-orang dan keadaan
disekitarnya. Ia sangat tertutup dengan siapapun. Oleh
karena itu, ia dipanggil Gelap oleh teman-teman di
sekolahnya.
Gelap berjalan menuju halte bus terdekat. Gelap
hanya membawa sebuah buku dengan gaya baju yang
dikeluarkan. Bus mulai melaju dengan kecepatan
normal dan berhenti disetiap halte. Gelap semakin
terlambat menuju kesekolah. Namun, dia terlihat tak
perduli. Bus berhenti sejenak di halte Himawari.
Segerombolan gadis-gadis seumuran Gelap mulai naik
bus tersebut. Keadaan bus yang tadinya sunyi, mulai
terisi dengan suara tawa gadis-gadis yang juga ingin
pergi kesekolah.
Seorang gadis duduk disamping Gelap. Gadis itu
tersenyum kepada Gelap. Namun, Gelap tidak
membalas senyumnya dan bahkan tidak memperdulikan
gadis itu.
"ihh jadi cowo jutek banget," batin gadis itu.
Kembali gadis tersebut membuka pembicaraan dengan

125

Gelap. "ehh, kamu anak SMA KILAU, yaa? Kok baru


berangkat? Bukannya masuk pagi, ya?"
"apa pedulimu? kita tidak saling kenal"
"ouuu, okedeh, maaf." gadis yang duduk
disebelahnya merasa bingung dengan ucapan Gelap.
Bus berhenti dihalte Sakura. Halte terdekat
dengan SMA KILAU. Gelap berdiri dari tempat
duduknya. Tanpa ucap kata permisi, ia tinggalkan
tempat duduknya melewati gadis yang duduk
disampingnya. Pada saat yang sama, kaki Gelap
membentur bagian pergelangan kaki Gadis itu. "aww !!"
gadis itu berteriak. Sementara itu, Gelap tak perduli
dengan teriakan gadis itu dan tetap turun dari Bus.
"kenapa, Sof?!" tanya Lala, teman satu sekolahnya
Sofia. Lala menghampiri Sofia.
"gapapa, La. Aku cuman kaget aja tadi."
"bener gapapa?" tanya Lala.
"Iya gapapa, beneran."
"yaudah, senyum dulu dong.." Ucap Lala.
"nih, aku senyum," Sofia tersenyum.
"Nah! Ini baru namanya Sofia," sambil tertawa
bersama didalam bus yang masih melanjutkan

126

perjalanannya. Sofia melihat sebuah buku tulis


disamping tepat ia duduk, dan ternyata buku itu adalah
milik Gelap. "lelaki yang teledor! Bahkan dia cuek
dengan dirinya sendiri". Sofia memasukan buku itu
kedalam tasnya dan berniat akan mengembalikannya
jika bertemu lagi dengan anak laki-laki yang tadi
menyenggol kakinya.
Pukul 08:48 pagi, Gelap baru sampai di
sekolahnya. Ia mencoba berbicara dengan satpam agar
diizinkan masuk.
"aduh.. udah berkali-kali pak somad bantu adek.
Kalau begini terus, pak somad bisa dipecat"
"pak sekali lagi ini aja, setelah ini gak akan keulang
lagi"
"kemarin adek juga ngomongnya gitu"
Perbincangan cukup lama ini terhenti ketika kepala
sekolah melihat.
"pak Somad, biarkan dia masuk. Saya ingin bicara
dengannya. Dan kamu ikut keruangan saya!" ucap
kepala sekolah, memutuskan pembicaraan.
Di ruangan kepala sekolah, suasana terasa begitu
sunyi. Kepala sekolah mengambil sebuah amplop yang
memang sudah disiapkan. Dan memberikan amplop itu
kepada Gelap. "nah, sampaikan ini keorang tua kamu."

127

"ini apa, pak?"


"surat panggilan orang tua. Kamu harus berubah
jadi lebih baik. Ini peringatan terakhir sebelum kamu
dikeluarkan dari sekolah ini."
"tapi bukannya saya memang sudah diancam tidak
naik kelas, pak? Lebih baik bapak keluarkan saya dan
biarkan saya pindah dari sekolah ini."
"Bapak masih percaya dengan kamu. Karena
bapak tahu, kamu pintar dalam bidang IT. Tapi, kamu
tidak pernah perduli dengan dirimu sendiri"
Kemudian Gelap diperbolehkan pulang untuk
menyampaikan surat panggilan tersebut. Gelap mulai
kesal dengan keadaan hidupnya yang selalu saja
disalahkan. Ia selalu merasa ada yang kurang dalam
hidupnya. Selalu dianggap membuat masalah dan tidak
baik terhadap orang di sekitarnya.
Sesampainya dirumah, gelap langsung meletakan
surat tersebut di atas meja makan. Tanpa melepas
sepatu, ia berjalan menuju kamar dan tidur. Disisi lain,
Sofia, gadis yang bertemu dengan Gelap saat di bus,
sangat semangat menjalani hari-hari karena ia memiliki
banyak teman dan sangat baik terhadap orang disekitar.

128

"ting ting ting" bel istirahat berbunyi. Lala temen


sebangkunya Sofia, menarik tangan Sofia dan
mengajaknya ke kantin sekolah.
"Sof, ke kantin yuk?"
"maaf La, aku diet hehe"
"buat apa diet? Ntar sakit"
"aku takut gendut"
"huh, yaudah deh aku ke kantin yaa"
Sementara itu, Sofia tetap dikelas dan mengambil
buku milik Gelap dari dalam tasnya. Sofia kaget, ketika
melihat isi buku yang berantakan. Semua mata
pelajaran sekolah ditulis dalam satu buku.
"ya ampun..., ini cowo gak ada rapih-rapihnya.
Mana catatannya gak jelas,". Sofia menggelengkan
kepalanya. Namun Sofia bingung, ketika melihat ada
tulisan: "pantaskah aku menjadi alasan orang
tersenyum?". Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi.
Kali ini ada presentasi tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Sofia dan kelompoknya terpilih untuk
mempresentasikan hasil kerja mereka ke depan kelas.
Sofia anak yang cerdas, kreatif, namun dia selalu
saja bingung jika berdiri didepan banyak orang. Sofia

129

tidak bisa mempresentasikan dan menjawab apa yang


ditanyakan para audience.
"ahh kesel, kenapa aku selalu tidak bisa bicara
didepan banyak orang."
"sabar, belajar terus nanti juga bisa," Lala
mencoba memberi semangat.
Keesokan harinya, dirumah Gelap, terjadi sedikit
perseteruan. Orang tua Gelap marah. Karena masalah
yang dibuat oleh Gelap. Orang tuanya memutuskan
untuk memindahkan Gelap kesekolah lain dan berharap
Gelap bisa berubah karena mendapatkan teman dan
suasana yang baru. Gelap pun pindah ke sekolah SMA
SINAR dimana sekolah tersebut sangat baik dalam
bidang IT. Sesuai apa yang digemari oleh Gelap.
Gelap menceritakan semua kejadian kepada satusatunya teman dekat yang ia punya, dia bernama Shilla.
Ia mengenal Shilla dari sebuah permainan game online
dan mereka belum pernah bertemu karena Shilla sendiri
tinggal di Jepang. Shilla sering memberi masukan
kepada Gelap jika ia sedang tertimpa masalah. "Shill,
aku dipindahkan dari sekolahku"
"kenapa? Kamu buat ulah?"
"entahlah.. aku heran dengan sekolah ini. Hanya
karena terlambat aku hampir di keluarkan dari sekolah."

130

"hmm, disiplin itu penting. Tapi jika pindah


sekolah bisa membuatmu jadi lebih baik, ya tak
masalah"
"sudahlah jangan ceramahi aku terus. Aku
sekarang pindah ke SMA SINAR."
"haha kau keras kepala sekali, Gelap. SMA SINAR?
Aku tahu sekolah itu," balas Shilla.
"bagaimana bisa kau tahu?" tanya Gelap setengah
terkejut.
"hei, aku juga masih orang Indonesia lho.. haha."
Satu minggu kemudian, Gelap mulai masuk
kesekolah barunya. Gelap tidak terlambat Sekolah
karena SMA SINAR masuk Pukul 09:30 pagi.
"sepertinya.. aku mulai suka sekolah ini. Aku tak harus
bangun sangat pagi untuk berangkat sekolah"
Lonceng berbunyi tanda kegiatan belajar akan
dimulai. Karena ini adalah hari pertama masuk sekolah,
Gelap bingung. Gelap tak tahu dimana kelas tempat ia
belajar. Saat sedang berjalan mencari kelas, ada seorang
gadis yang memanggil Gelap.
"Gelap, ngapain kamu disini. Kamu sekarang
sekolah disini?!"
"Siapa kamu?" tanya Gelap.

131

"Kamu lupa ya? Waktu itu kita satu bus dan aku
duduk disamping kamu."
"kapan?" tanya Gelap lagi.
"satu minggu yang lalu, waktu ingin pergi
kesekolah," jawabnya.
"entahlah, aku lupa. Kelas XI IPS 2 dimana, ya?"
"waah, kita sekelas. Selamat datang ya, disini
anaknya baik-baik kok," sambil tersenyum.
Gelap memasang ekspresi tak bersahabat. Ia
berjalan bersama dengan Sofia menuju kelas barunya.
Sesampai dikelas, Gelap menjadi pusat perhatian dan
candaan karena berjalan dengan Sofia. Namun seperti
biasa, Gelap selalu tak perduli. Dia langsung mencari
bangku kosong dan duduk. Sofia pun meletakan tasnya
di bangku dan kembali menghampiri Gelap.
"Gelap, kalau perlu bantuan bilang saja. Jangan
sungkan-sungkan," ucap Sofia, sambil tersenyum.
"kenapa kamu tahu Nama ku?"
"Dari ini," Sofia mengembalikan buku milik Gelap
yang tertinggal dibus saat ingin berangkat sekolah
seminggu yang lalu.
"Apakah kamu membuka buku ini?" tanya Gelap
dengan sedikit kesal.

132

"maaf,
namamu."

aku

membukanya.

Aku

ingin

tahu

Gelap menatap tajam Sofia. Tanpa berterimakasih,


Gelap mengambil bukunya dari tangannya Sofia. Sofia
hanya terdiam dan bertanya-tanya dengan sifat aneh
yang dimiliki Gelap. Dan tak lama kemudian, Guru
memasuki kelas dan kegiatan belajar dimulai.
Sofia kembali ketempat duduknya sambil sesekali
melihat kearah belakang tepat dimana Gelap duduk.
Sang guru memanggil Gelap dengan nama asli Gelap
untuk memberikan materi-materi pembelajaran yang
harus dikejar Gelap. Sofia bingung, kenapa dia di panggil
Gelap. Padahal Gelap bukanlah nama aslinya.
Pada saat istirahat, Sofia kembali menghampiri
Gelap.
"hi..," Sofia tersenyum. Gelap hanya diam tanpa
menatap ke arah Sofia. Karena sifat Gelap yang sangat
cuek, Sofia bingung harus mulai pembicaraan dari mana.
Sofia sangat penasaran dengan maksud dari tulisan yang
ada dibuku Gelap dan kenapa ia bisa dipanggil Gelap?
Mengapa tidak dipanggil dengan nama aslinya?
"Gelap, boleh aku bertanya?"
"untuk apa?"

133

"untuk lebih saling kenal. Karena sekarang kita


adalah teman."
"kenapa kau menganggapku teman disaat anakanak lain bahkan tak berani menyapaku?" tanya gelap,
dengan tatapan yang tak bersahabat.
"karena aku tahu, kamu anak yang baik. Hanya
saja, kamu tak pernah tersenyum dan sangat kaku."
"aku tak memiliki alasan untuk tersenyum dan apa
pedulimu jika aku tak tersenyum? Aku ingin sendiri. Jadi,
jangan ganggu aku!"
Sofia terdiam. Gelap sangat kasar dan sangat tidak
baik kepada wanita. Kemudian Sofia berjalan keluar dari
kelas dan saat sampai didepan pintu kelas, Sofia kembali
melihat kearah Gelap sambil berbicara.
"Gelap, kalau saja kamu sadar.. sangat banyak
alasan untuk kita tersenyum!"
Gelap melihat kearah Sofia dan berfikir "ada apa
dengan cewe ini?" Gelap tidak sadar bahwa kalimat
yang diucapkannya membuat Sofia marah. Disaat
perjalanan pulang sekolah, Gelap memikirkan apa yang
dikatakan Sofia dan menceritakan semua kejadian hari
ini ketemannya, yang bernama Shilla.
"jadi gimana hari pertamamu disekolah barumu?"
Shilla bertanya.

134

"menyebalkan! Ada seorang gadis


mengikutiku, cerewet dan selalu bertanya!"

yang

"carilah teman selainku. Aku yakin, Gadis itu


berniat baik dan aku yakin bahwa kamu berkata kasar
kepadanya, haha"
"entahlah.. yang jelas, dia sepertinya marah
denganku."
"haha aku sangat paham denganmu, Gelap."
Kemudian Gelap mengakhiri chat. Ia bercermin
sambil memikirkan kejadian disekolah tadi. Gelap
mencoba tersenyum. Namun, ia merasa tak pantas
untuk tersenyum. "arghh kenapa untuk tersenyum saja
sangat sulit!"
Sejak kejadian itu juga, Sofia tak lagi mau bicara
kepada Gelap.
Beberapa minggu kemudian, Gelap mendapat
giliran presentasi Bahasa Indonesia. Gelap hanya sendiri
tanpa teman kelompok. Gelap mengejar ketertinggalan
agar mendapatkan nilai yang baik. Karena sifat cueknya,
Gelap sangat mudah melakukan presentasi dan Gelap
bisa menjawab semua pertanyaan. Sofia tidak
menyangka, Gelap bisa melakukannya dengan mudah.
Waktu berlalu dengan cepat. Tak terasa, kegiatan
belajar di SMA SINAR sudah selesai. Gelap dan Sofia

135

selalu menaiki bus yang sama tanpa mereka


rencanakan. Karena memang jalan pulang mereka
searah. Gelap menghampiri Sofia dan duduk
disampingnya.
"apakah kamu masih marah?" tanya Gelap, sambil
menatap Sofia.
"aku tidak marah," jawab Sofia.
"lalu.. kenapa kamu tak lagi menyapaku?" tanya
Gelap setengah penasaran.
"aku hanya berfikir kalau kamu butuh waktu untuk
sendiri."
"hmm.. maaf," Sambil menunduk. Gelap meminta
maaf kepada Sofia. Mendengar kata maaf dari Gelap,
Sofia tersenyum kecil. Dia menepuk pundak Gelap
sambil berkata: "Tenang, aku sudah melupakan
semuanya, kok." Mereka berdua saling bicara sepanjang
perjalanan.
"Gelap, banyak yang ingin kutanyakan. Tapi janji,
kamu gak boleh marah?"
Gelap terdiam sejenak..
"tanyakanlah..,"
"kenapa kamu dipanggil Gelap? Padahal, nama
aslimu bukan Gelap."

136

"karena aku tak punya teman dan tak ada yang


ingin berteman denganku. Mereka menganggap diriku
ini aneh. Tak pernah tersenyum. Dianggap tak perduli
dengan diri sendiri dan tak baik dengan orang lain,"
"jujur, akupun berfikir seperti itu saat pertama kali
aku bertemu kamu. Tapi, ada hal yang membuat aku
percaya kamu adalah orang yang baik. Termasuk saat
presentasi. Kamu berbicara dengan baik dan aku
percaya, kamu bisa punya banyak teman. Aku bahkan
tak bisa sepertimu yang begitu percaya diri tampil
didepan banyak orang. Haha," Sofia tertawa kecil.
"mungkin karena aku cuek," jawab Gelap, singkat.
Sofia berfikir, bahkan kelemahan yang dimiliki Gelap
tanpa disadarinya adalah kelebihan yang justru sangat
ingin dimiliki Sofia.
"Cuek, yaa?" Sofia tersenyum seperti menyimpan
sesuatu.
"kenapa kamu tersenyum? Ada yang lucu?" Gelap
penasaran.
"ti..tidak ada. Aku hanya ingin tersenyum."
Tak lama setelah itu, bus sudah hampir sampai di
Halte Himawari. Tempat pertama kalinya Gelap dan
Sofia Bertemu. Sofia pun bersiap-siap untuk turun. Ia
berdiri dari tempat duduknya dan disaat Sofia ingin

137

berjalan menuju pintu keluar bus, Gelap memegang


tangan Sofia dan menyampaikan sesuatu.
"Sof, tolong jangan panggil aku Gelap."
"kenapa?"
"sejujurnya... aku tak menyukainya"
"tak selamanya yang dianggap buruk adalah
buruk. Aku berfikir lain tentang hal itu. Bagiku, Gelap
adalah alasan Bintang bersinar. Seperti dirimu. Kamu
layak menjadi alasan orang-orang tersenyum. Karena
kamu baik, Gelap". Sambil tersenyum dan melepaskan
tangannya dari genggaman gelap. Kemudian Sofia turun
dari bus.
Sepanjang jalan, Gelap memikirkan apa yang
dikatakan Sofia. Gelap merasa, bahwa dia menyukai
Sofia. "aku tak pernah terlalu lama memikirkan wanita,
dan aku tak pernah sebahagia ini," dalam hati Gelap
berkata. Sesampainya dirumah, Gelap kembali
menceritakan Semua kejadiannya kepada Shilla
termasuk apa yang Gelap rasakan.
Tak hanya itu, semenjak mengenal Sofia,
sebenarnya Gelap selalu belajar bagaimana caranya
tersenyum. Belajar menyapa seseorang dan belajar
perduli dengan dirinya sendiri dan sekitar. Tak sedikit

138

Shilla membantu Gelap dalam belajar. Gelap sudah


benar-benar menyukai Sofia.
Empat bulan kemudian, Gelap dan Sofia semakin
dekat. Namun sampai saat itu pun, Sofia masih belum
pernah melihat Gelap tersenyum. Gelap berniat
menunjukan kepada Sofia, bahwa kini ia telah berubah.
Gelap sudah bisa tersenyum dan terbuka dengan
siapapun. Gelap juga ingin mengungkapkan perasaanya,
kepada Sofia.
Saat jam istirahat tiba, Gelap dan Sofia duduk
bersama dibawah pohon beringin. Sofia terlihat seperti
orang yang sedang bingung. Tak seperti hari biasanya.
"kamu kenapa, Sof?"
"aku nggak apa-apa"
"tumben kamu gak senyum.. oh iya, aku mau
ngasih tahu kamu sesuatu Sof"
"aku juga"
"mau ngasih tahu apa?"
"aku diterima di JKT48!"
"JKT48?"
"iya. Itu mimpi aku dan tanpa kamu sadari, kamu
yang membantu aku bisa lolos audisi. Kamu

139

mengajarkan aku untuk berani bicara didepan orang


banyak. Kamu mengajarkan aku bahwa terkadang cuek
itu diperlukan. Kamu mengajarkan aku kalau kita nggak
boleh menilai seseorang hanya dari sisi gelapnya saja,
karena selalu ada tempat dimana cahaya yang kekal
bersinar dihati mereka"
"lalu.. kenapa kamu terlihat sedih? Seharusnya
kamu senang dong," ucap Gelap.
"aku harus pindah dari sekolah ini, Gelap. Jarak
yang jauh, bisa membuatku terlambat sampai ketempat
latihan dan kita mungkin nggak bisa sedekat ini lagi,"
jawab Sofia.
"Sof... selamat!"
Sofia melihat tatapan mata kecewa dari Gelap.
Walaupun kata selamat yang keluar. Sofia hanya bisa
terdiam dan tak tahu harus melakukan apa-apa. Tidak
mungkin baginya untuk memendam semua mimpimimpi yang sudah ia dambakan sejak lama. Namun,
disisi lain, Sofia sulit untuk meninggalkan Gelap yang
masih belum memiliki teman disekolah. Sejenak
suasana menjadi hening. Gelap berdiri dari tempat
duduknya dan berniat ingin pergi dari tempat itu.
Sebelum pergi, Sofia meminta sesuatu kepada Gelap.
"Gelap, bolehkah aku melihatmu tersenyum?!"

140

Gelap tak memperdulikannya. Ia tetap


melanjutkan langkah kakinya meninggalkan Sofia sendiri
di bawah pohon. Tanpa sadari oleh Sofia, matanya mulai
mengeluarkan air mata. Sebenarnya Sofia juga
menyukai Gelap. Sofia mengetahui semua usaha yang
dilakukan Gelap untuk bisa menjadi lebih baik.
Sofia mengetahui semua itu dari Shilla, saudara
sepupunya yang tidak lain adalah sahabat yang selalu
membantu Gelap. Sofia meminta Shilla untuk
merahasiakan ini semua. Sofia tidak ingin membuat
Gelap semakin sakit karena dari awal Sofia memang
lebih fokus kepada mimpinya.
Lima bulan kemudian, Gelap dan Sofia sudah tak
pernah lagi bertemu. Gelap tidak pernah pergi dari kelas
saat disekolah. Sampai hari dimana ada seorang murid
baru, dia adalah Shilla. Gelap kaget, melihat Shilla tanpa
memberi tahu tiba-tiba memilih pindah ke Indonesia
dan sekolah bersama Gelap. Shilla menjelaskan semua
alasan kenapa Shilla pindah ke Indonesia. Termasuk
menceritakan semua tentang Sofia yang tidak diketahui
Gelap. Gelap sempat marah karena Shilla
menyembunyikan banyak hal dari Gelap tapi Shilla
mencoba menjelaskan.
"Gelap, kamu nggak boleh ngelupain Sofi. Kamu
jangan egois dong. Kamu fikir dia nggak sakit?

141

Seharusnya kamu bisa nunjukin kedia kalo kamu bisa


jadi lebih baik!" dengan suara tegas Shilla menjelaskan.
"tapi semua udah terlambat, Shill."
"kamu Cuma terlambat untuk memiliki dia. Tapi,
gak pernah terlambat untuk membuat dia tersenyum!
Minggu depan, bagaimana kalau kita ketemuan sama
Sofi?" tawar Shilla. Sambil memberikan beberapa
kertas.
"ini apa, Shill?"
"ini tiket Handshake event. Kamu bicara dengan
dia, kalo kamu masih ada buat dia dan buktiin, kalo
sekarang kamu udah jadi lebih baik!"
Tiba dimana hari yang ditunggu, Gelap dan Shilla
pergi bersama menuju tempat diadakannya Handshake
event. Sepanjang perjalanan, Shilla selalu memberi
nasihat kepada Gelap untuk tidak melakukan tindakan
aneh.
"tenanglah Shill, aku mengerti sekarang". Gelap
dan Shilla menunggu giliran untuk Handshake. Shilla
lebih dulu masuk kedalam bilik dan berbicara kepada
Sofia.
"Shilla? kamu datang kok nggak ngabarin?"

142

"haha ini baru pembukaan dari sebuah kejutan


besar, Sof."
"apaan sih? Bikin penasaran aja," Sofia sedikit
memaksa agar Shilla memberi tahu.
"liat saja nanti," jawab Shilla, sambil senyumsenyum.
"hmm.. yasudah. Ngomong-ngomong terimakasih
ya, sudah mau mengabulkan permintaanku pindah ke
Indonesia dan menemani Gelap"
"tak masalah. Saudara memang harus saling
membantu haha."
Waktu habis dan perbincangan antara Sofia dan
Shilla berakhir. Kini tiba giliran Gelap yang masuk ke
dalam bilik, untuk bertemu dengan Sofia. Gelap
memasuki bilik tanpa tersenyum dan Sofia hanya bisa
terkejut tak menyangka kalau Gelap akan datang.
"hi Sof, apa kabar?"
"baik, sangat baik!"
"kamu sangat cantik hari ini," kata Gelap.
"terimakasih, Gelap. Aku sungguh tak menyangka
kalau kamu datang ke event ini."

143

"Shilla yang mengajak ku untuk datang kemari.


Shilla juga yang sudah menjelaskan semuanya. Jadi aku
rasa aku tak perlu menyampaikan apa yang aku rasakan
waktu itu, karena kamu pasti sudah mengetahuinya.
Sof, aku sadar kalau kita tidak bisa berbicara banyak
seperti dulu. Tapi, aku ingin tetap ada untukmu. Aku
akan tetap menjadi Gelap sebagai alasan bintang
bersinar terang, seperti yang kamu bilang. Lihatlah dan
ingatlah, Gelap selalu ada untukmu, bintang. Kamu
membuat seorang Gelap menjadi lebih berarti ketika
kamu bersinar. Kamu mengajarkan aku banyak hal dan
kini aku lebih tahu alasan kenapa aku hidup didunia.
Aku terlahir untuk mendukungmu, karna aku adalah
Gelap."
Sofia terdiam seolah menahan tangis. Sofia hanya
bisa menganggukan kepala sambil tersenyum manis.
Sofia mencoba berbicara kepada Gelap namun sangat
sulit kata terucap dari bibirnya.
"Gelap bolehkah aku....," sambil terbata Sofia
berbicara.
"Sof, lihat aku." Gelap tersenyum dengan begitu
bahagia. Gelap sudah benar benar berubah. Wajah
kebahagiaan yang sebelumnya tak pernah dilihat Sofia
itu, membuat Sofia meneteskan air mata dan menangis.
"Gelap, senyum kamu manis," sambil mengusap
air mata.

144

"hei, kenapa kamu menangis? Aku tersenyum


untuk membuatmu tersenyum, bukan untuk
mengeluarkan air mata"
"ini air mata senyuman yang keluar karena terlalu
bahagia, Gelap." sambil tersenyum.
Gelap memilih mendukung Sofia dan bergabung
dengan Group Filosofia. sehingga Gelap pun memiliki
banyak teman.
****
"Jadi, Gelap dan Sofia apa nggak jadian?" Tanya
Alin, kepada pak Sundy.
"Tidak, tapi mereka mendapatkan kebahagiaan
lebih dari sekedar status."
"hmm.. aku mengerti, pa. Bagaimanapun aku
harus tetap membuat Sari tersenyum"
"haha, ingat ketika kamu terlambat untuk
memilikinya, kamu tak pernah terlambat untuk
membuat dia tersenyum. Dan saat itulah, kamu menjadi
alasan dia untuk bahagia."
Saat sedang asik bercerita, mama Alin datang.
"asik banget sih ceritanya. Oh iya, Alin, mama
sudah siapkan makanan," ucap mamanya.

145

"sebenarnya masih ada yang ingin aku tanyakan


ke papa, kenapa..."
"sudah makan dulu sana" Pak Sundy lekas
menyuruh Alin makan.
"yaudah deh," Alin pun menuju kemeja makan.
Istri pak Sundy datang menghampiri suaminya itu,
untuk berbicara.
"tadi cerita apa, pa?"
"perjalanan hidup kita," Gelap tersenyum kepada Sofia.

146

Aku, Sofia, dan Sahabatku

Malam itu aku hanya berbaring seperti biasa di


tempat tidurku. Tidak seperti kebanyakan orang yang
menghabiskan waktu satnight bersama kekasih tercinta.
Ya! 16 tahun berlalu, sejak dilahirkan sampai saat ini aku
tidak memiliki pacar, padahal mukaku juga gak jelekjelek amat.
Benar benar seperti mimpi, Mimpi di dunia nyata.
Oh iya, namaku Meldi Pramantio, umurku 16 tahun.
Cukup lama aku menggerutu dalam pikiranku tentang
kejonesanku selama ini, hingga membuatku tertidur.
Pagi-pagi sekali, teriakan emak membangunkanku
dari tidur yang sangat lelap. Semangatku mengalahkan
rasa kantukku. Selesai mandi, aku bersiap-siap untuk
pergi ke sekolah. Ya, aku memang tidak sabar untuk
pergi sekolah, karena hari ini merupakan hari
pertamaku menginjakkan kaki di sekolah yang baru,
yaitu SMA. Aku juga sudah tidak sabar untuk bertemu
dengan teman-teman baru.
Udara pagi yang sejuk mengiringi perjalananku
menuju sekolah, aku bertemu dengan teman lama dan
juga teman-teman baru yang pastinya tidak pernah aku

147

jumpai sebelumnya. Aku seorang murid baru di SMA


Harapan, Bekasi.
Aku menjalani hari hari dengan biasa saja, ya
seperti sewaktu SMP dulu, aku terbilang anak yang tidak
terlalu pintar dan tidak terlalu bodoh, ya standar lah.
Singkat cerita, sudah satu semester aku bersekolah di
SMA Harapan Bekasi, prestasiku terbilang lumayan
disini.
Suatu pagi, aku kesiangan. Aku melihat jam sudah
menunjukkan pukul 06:45. "Waduhh!! udah jam segini
aja, gimana nih?" batinku. Aku langsung bergegas mandi
dan langsung memakai seragam sekolah, "Aduh..
aduh..aduh udah jam segini! Bisa mati aku kalau begini,
mana pelajaran pertama guru killer lagi!!" Gerutuku..
"Maakkk.. tau letak dasiku gak? Udah telat banget
nih," tanyaku sedikit panik.
"itu di lemari coklat.. di lacinya," sahut emak ku.
Sesampainya di sekolah, pintu gerbang udah di
tutup, aku memanggil pak satpam. "Pak Pak!! Buka
pintu nya pak, tolong lah pak," pintaku pada pak
satpam.
"Heee, kamu lagi kamu lagi. Telat terus, yaudah
sana masuk, bosen juga liat muka kamu," Kata pak
Satpam.

148

"Tumben bapak itu baik sama aku, biasanya pelit


minta ampun, padahal cuma minta bukain pintu
gerbang," gerutu ku dalam hati. Akupun langsung lari
menuju ruang kelas ku, dan kulihat pada saat itu Pak
Harto, guru killerku sedang mengajar. "Waduh! Gimana
nih?" batinku. Akhirnya aku memberanikan diri untuk
masuk ke kelas.
"Permisi pak.. maaf saya telat," ucapku penuh
sesal.
"Iya, yaudah silahkan duduk. Kali ini saya maafkan,
besok lain kali jangan diulang lagi," ucap Pak Harto.
"Tumben ini guru baik," ucapku dalam hati.
"Makasih ya pak."
Kemudian aku pun berjalan ketempat duduk ku di
bangku paling tengah.
"Eh parah lu.. udah telat hampir setengah jam,
ngapain aja?" tanya Fikri, teman sebangku ku dan juga
teman terbaik ku ketika SMP dulu.
"Banyak problem dah, aku bangun telat karena
habis begadang."
"Ngapain aja sampai begadang segala?"
"Biasa galau lah, hehehe."
"Dasar anak galau," ucap Fikri

149

"Yeee, udah ah, lu kepo terus dari tadi," Ucapku.


Oh iya, aku masuk jurusan IPS, ntah kenapa aku
memilih masuk jurusan ini. Saat suasana di kelas X IPS 3
SMA Harapan Bekasi dipenuhi gemercik suara, alias
ramai, tiba Wali kelasku dan juga Seorang Perempuan
muncul di depan pintu kelas, teryata kelasku
kedatangan anak baru.
"Anak-anak minta perhatian sebentar, ini ada anak
baru pindahan dari Yogyakarta. Ibu harap kalian bisa
menerimanya," kata wali kelasku. "Silahkan perkenalkan
dirimu."
"Baik bu."
"Mel, ada cewek tuh," Fikri memberi tahu padaku.
"Ya aku juga tau kalau itu cewek Fik, aku masih
normal, masih bisa bedain cewek sama cowok kali,"
gurau ku.
"Yee, biasa aja kali, kan gw cuma ngasih tau,"
balas Fikri.
"Selamat pagi teman-teman, nama saya Sofia
Meifaliani, saya dari SMA 1 Yogyakarta. Senang bertemu
dengan kalian," ucap anak itu memperkenalkan dirinya
di depan kelas.

150

Aku tak menoleh ke anak itu, karena aku ngantuk


sekali gara-gara begadang semalam.
"Mel, dia cantik banget," Ucap Fikri lagi.
Semua teman teman kelas ku pun mendengarkan
dengan baik sedikit cerita mengenai sekolahnya di
Yogyakarta sebelum ia duduk untuk melanjutkan
pelajaran.
"Baik lah anak-anak, itulah sedikit cerita dari Sofia.
Semoga Sofia dapat membagi pengalaman baiknya
dengan teman-teman yang ada di sini," kata wali
kelasku.
"Baik bu," jawab Sofia singkat.

"Meldi, bangku depan kamu ada yang kosong, di situ


ada yang menempati apa tidak?" tiba-tiba wali kelas
bertanya kepada ku.
Aku yang dari tidak memperhatikan karena
mengantuk gara-gara begadang tadi malam, langsung
tersentak karna pertanyaan wali kelas ku itu. "I..iiya bu,
kosong kok bu," jawabku ragu-ragu karena mengantuk.
"Yaudah Sofia duduk di depan Meldi saja. Meldi,
kamu jaga Sofia baik-baik ya."

151

"Iyaa bu," jawab ku sedikit malas. "Emang nya aku


siapanya? Di suruh jagain segala," Pikirku.

Akhirnya Sofia pun berjalan menghampiri bangku


tempat duduknya yang telah di tentukan, tepatnya di
depan tempat dudukku. Aku iseng-iseng mengajak nya
berkenalan, "Haii Sofia," sapaku sambil menyodorkan
tangan kepadanya.
"Hai juga," sambil mengapai tangan ku dengan
nada yang tidak enak.
"Oh iya kenalkan juga ini temanku ini nama nya
Fikri," aku sambil menoleh ke Fikri dengan nada tidak
enak juga.
"Ah elah, ini cewek kayaknya cuek amat, tadi
waktu di depan lain banget," gerutu ku dalam hati.
"Haiii Sofia," jawab Fikri dengan tatapan muka
yang belum pernah aku lihat dari muka nya Fikri
sebelumnya.
"Haii juga," jawab Sofia singkat.
"Kan, cuek amat ini anak," gerutuku lagi.
Aku pun bertanya kepada Fikri soal Sofia.
"Eh Fik, tadi tatapan lu lebay amat sama Sofia."

152

"Tuh Cewek cakep banget Mel," jawabnya


"Apaan? cuek kek gitu di bilang cakep."
"Heee.., mata lu kemana Mel Mel, pantesan lu
selama ini jones, cewek cakep kek gitu di bilang yang
enggak-enggak," jawab nya sambil meledekku.
"Sialan! Dah, terserahlu lah Fik."
Bell tanda Istirahat pun berbunyi, semua anak
berhamburan keluar kelas, tak terkecuali si Fikri.
"Yok Mel ke kantin," ajak Fikri.
"Ah males, aku ngantuk banget Fik, lu sendiri aja
lah," jawabku.
"Yaudah lah..," jawab Fikri singkat.
Teryata di kelas Cuma tinggal aku dengan si Sofia.
Aku yakin, Sofia belum punya teman semenjak dia
pindah untuk bersekolah di sekolah ini, walaupun orang
nya sedikit cuek. Aku pun memanggil namanya, dan dia
menoleh padaku.
"Gak ke kantin Sof?" tanyaku.
"Ya ini mau ke kantin," jawabnya, lalu pergi
meninggalkanku.
"Et dah, sikapnya dingin banget," Gumamku.

153

Aku pun juga meninggalkan kelas yang sepi.


Aku melihat Sofia menyusuri koridor sekolah.
Banyak pasang mata yang melihat dia, ya mungkin
karena anak baru. Lalu aku manghampirinya dari
belakang.
"Mau kemana Sof?" tanyaku.
"Ngapain kamu disini?! Aku mau ke ruang Guru,"
jawabnya dengan sikapnya yang dingin.
"Cuma kebetulan lewat aja, yaudah kalau gitu."
"Eh Mel, tunggu bentar, mau nanya ruang gurunya
dimana sih? Antarin aku dong, please aku mau ngurusin
surat perpindahan aku," kata Sofia dengan
senyumannya yang sangat indah.
Baru kali ini aku ngeliat senyum perempuan
seindah itu, adem banget rasanya, yang membuatku
#AhSudahlah. "Hmm...yaudahlah lah sini aku anterin
aja," ajak ku.
Kemudian bell masuk kelas pun berbunyi, kami
berdua memasuki kelas bersama-sama, dan di lihat oleh
Fikri. Aku kemudian langsung duduk di bangku.
"Katanya Sofia orang nya cuek, kok dari tadi lu
deketin sih Mel?" tanya Fikri.

154

"Kagak, aku cuma nemenin dia aja, dia kan anak baru
Fik, jadi nya belum punya teman."
"Ah bohong lu."
"Terserahlu dah Fik," jawabku singkat. Aku tau
kalau Fikri suka sama Sofia, itu keliatan dari wajahnya.
Mangkanya dia nanya begitu, pikirku. Sofia orangnya
memang cantik sih, tapi mukanya kelihatan jutek.
****
Setelah seminggu bersekolah, sejak kedatangan
Sofia, aku jadi semakin bersemangat pergi ke sekolah.
Pada Hari minggu, aku pergi ke toko buku
Gramedia di daerahku. Aku bermaksud ingin membeli
komik anime favorit ku yang baru saja keluar hari ini.
Ketika aku sedang melihat buku-buku di rak, aku melihat
seseorang yang sangat cantik, dengan pakaian serba
PINK! Rambutnya panjang, dia sedang membelakangi
ku, aku ikuti terus perempuan itu, dan ia berbelok,
tampak lah wajahnya dari samping. "Lah, kayaknya aku
pernah lihat itu perempuan, wajahnya gak asing,"
Gerutuku dalam hati.
Kemudian dia berbalik melihatku, aku pun
langsung bersembunyi di balik rak-rak buku, "Et dah
teryata si Sofia, perempuan yang sangat cuek," batinku.
Tapi kamudian aku memikirkan wajahnya ketika ia tadi

155

berbalik melihatku dengan rambut yang berkibas seperti


iklan iklan shampoo yang ada di tv, "Cantik bener dah,
manis lagi kayak Lolipop," ucapku dalam hati.
Kemudian lamunanku menghilang ketika aku
melihat buku yang ada di rak yang berjudul "1001
Mengatasi Kejonesan" Akupun kaget melihat buku itu,
"Ada aja orang yang bikin buku beginian, Si pembuatnya
coeg banget dah," batinku lagi.
Kemudian Sofia melihat dan berjalan ke arahku,
aku sedang asik membuka buku coeg tadi,
"Eh Mel ngapain kesini?" tanya Sofia sambil
melihat buku yang ku baca.
Aku langsung buru-buru memyembuyikan buku itu
dari tatapan Sofia, kalau sampai ketahuan sama dia, bisa
malu aku.
"Eh..eh ada Sofia, hehehe, aku lagi baca-baca buku
lah, ini kan toko buku, masa mau makan.. kamu sendiri
ngapain di sini?"
"Aku juga lagi baca-baca buku, sekalian ada buku
yang mau dibeli," jawabnya.
Namun lama-lama aku menatap muka Sofia, aku
jadi berkhayal tentang dirinya, wahh cantik bener.

156

Aku pun keceplosan dengan menyebut, "Sofia kamu


cantik banget." Aku pun langsung kaget.
"Eh.. eh.."
"Hehehhe."
"loh kok ketawa si Sof?"
"Kamu bilangnya gitu sambil muka kamu menunjukkan
ekspresi yang aneh, hahahaha..Makasih ya," jawab
Sofia.
"Heheheh, maaf Sof," jawabku. Kemudian aku
ngobrol panjang sama Sofia di Gramedia, teryata aku
sadar, Sofia orangnya gak seperti yang sering aku bilang
sebelumnya, yaitu orang nya selalu cuek. Namun
teryata orang nya enak banget di ajak ngobrol, namun
kalau ngobrol suara nya sangat kecil, ntah kenapa itu.
Setelah itu kami memutuskan untuk pulang ke
rumah masing-masing.
"Sof, kamu pulang sama siapa?" tanyaku.
"Mungkin naik taksi," jawabnya.
"Yuk lah sini aku anterin," aku mengajaknya.
"Gak usahlah Mel, rumahku deket kok dari sini,"
jawab Sofia.

157

"Justru kalau deket kenapa naik taksi? Mending


aku anterin aja."
Sofia pun terdiam sejenak,
"Yaudahlah, anterin aku yah, tapi jangan di bawa
kabur," celotehnya.
"Yakali Sof, tampang ganteng kayak gini di bilang
mau nyulik kamu," jawabku sambil tertawa.
"Yee, terlalu ngarep muka ganteng," jawabnya
lagi.
Sofia pun menerima tawaranku itu, dan aku
mengantarnya pulang, ternyata jarak rumah nya dengan
Gramedia tadi tidak terlalu jauh, dan juga tidak begitu
jauh dari rumahku. Sesampainya di rumah, aku langsung
tergeletak di kasur dan membayangkan wajah manis
Sofia, hingga aku tersadar kalau tadi aku belum membeli
komik anime favoritku.
"Yee, lupa beli komik dah, trus tadi aku ngapain
aja disana? Mungkin gara-gara keasikan ngobrol bareng
Sofia," ucapku dalam hati. Keesokan harinya, aku pun
sekolah seperti biasa. Kulihat di bangku Sofia masih
kosong.
Hingga bell masuk berbunyi pun, Sofia juga belum
kelihatan, aku pun jadi cemas memikirkan Sofia.
Akhirnya jam pelajaran baru berjalan 20 menit, Sofia

158

baru terlihat di depan pintu kelas, ia memasuki kelas


dan meminta maaf kepada guru yang sedang mengajar,
untung yang mengajar waktu itu adalah wali kelas kami
sendiri. Wali kelas ku memaafkan keterlambatan Sofia,
ia pun duduk kembali ke bangkunya.
"Sof kemana aja? Kamu kok telat?" tanyaku.
"Aku tadi malam gak bisa tidur Mel, trus pagi-pagi
nya aku ngantuk banget, jadi nya males-malesan buat
sekolah," jawabnya.
"Kamu gak bisa tidur pasti gara-gara gak bisa
mikiran aku kan? Ya kan? Emang susah jadi orang
ganteng ini, dipikirin orang terus.. hahhahah," candaku.
"Ih gr amat," jawabnya.
****
Bell istirahat pun berbunyi, aku mengajaknya pergi
ke kantin.
"Sof ke kantin yuk?"
"Yuk lah Mel, dari pada diem di sini."
Kami pun lekas pergi ke kantin sekolah.
"Mmm..... Sof traktir aku yah?" kata ku sambil
memasang muka yang memelas.

159

"Yeee, kamu yang ngajak ke kantin, tapi kok aku


yang bayarin," balas Sofia.
"Yaa, gak papa lah Sof, sesekali aja, aku lagi kanker
nih."
"Hha kanker?
penasaran.

Seriuuusaaaann?"

Tanya

nya

"Iya.. kanker, kantong kering, itu penyakit masalah


duit, hahahahha," candaku.
"Nih anak beneran ngajak ribut ya, mau aku siram
pake jus hah?" ancam Sofia.
"Eh... eh.. tunggu, becanda doang kok," ucap ku.
"Nih cewek galak juga, mainannya ngancem mulu,"
pikirku.
"Yaudah sini duduk, aku bayarin," ucap Sofia
sambil menarik tangan ku.
"Bu, somay nya 2 piring, punya saya sambelnya
dikit aja, punya dia 5 sendok," ucap Sofia sambil
menunjuk ke arahku yang sedang duduk.
"Busett, mau bunuh aku?" ucapku setengah kaget.
"Bu, dua-duanya dikit aja," teriakku.
"Hahaha, canda kali," ucapnya dan duduk di
sebelahku.

160

Pesanan kami sudah datang, aku makan dengan


semangat.
Selesai makan di kantin, bell masuk pun berbunyi.
Kami memasuki kelas, dan di akhir-akhir pelajaran, Sofia
ingin meminjam buku catatan sejarah ku. Ia ingin
meminjamnya karena tadi telat masuk sekolah pada
saat jam pelajaran sejarah. Akupun meminjamkan buku
kepadanya, ia berkata aku bisa mengambil buku itu
kembali nanti sore di rumahnya. Aku pun meng iyakan
nya.
Bell pulang berbunyi, aku ingin mengajak Sofia
pulang bareng, tapi aku terlambat, ternyata ia sudah di
jemput oleh papanya.
Sore hari, aku pun pergi ke rumah Sofia.
Sesampainya di depan rumahnya Sofia, aku langsung
menuju pintu depan "Teng Tong." "Teng Tong." "Teng
Tong," kupencet berkali kali, karena maklum aku jarang
nemu alat beginian.
Tak lama kemudian, keluarlah papa nya Sofia,
"Permisi om," sapaku.
"Kamu Siapa? Mau minta sumbangan ya?" ucap
papa Sofia.
"Buu....kkann om saya temen nya Sofia, ada Sofia
nya om?" Ucap ku.

161

"Oh kirain, habisnya tampang kamu melas banget,


kayak orang minta sumbangan, hahaha," ucap papa
Sofia.
Aku pun ikut tertawa, "Sial, di bilang mau minta
sumbangan, tampang ganteng gini dibilang kek gitu,"
ucapku dalam hati.
Papa Sofia pun memanggil anaknya untuk keluar.
"Sof, ada temen kamu nihh..," teriak papa Sofia.
Aku hanya senyam-senyum ketika papa Sofia
melihatku.
"Eh Mel, udah dateng, yuk lah masuk dulu," ajak
Sofia.
"Gak usah Sof, aku kesini cuman mau ambil buku
aja."
"Yuk lah masuk dulu," ajaknya lagi, sambil menarik
tanganku.
"Nih Mel buku kamu, makasih ya Mel," Ucapnya
sambil memiringkan kepala dan tersenyum, yang
membuat dia terliat begitu #AhSudahlah
"Iya Sof sama-sama," jawabku.
Aku mengobrol banyak dangan Sofia di rumahnya.

162

Tak terasa aku dekat dengannya sudah hampir 2


bulan ini aku telah memendam rasa dengannya. Aku
pun berharap ia juga memiliki rasa yang sama dengan
ku, tapi aku belum bisa mengungkapkannya.
"Mel, kamu suka sama Sofia yah?" tanya Fikri.
"Ah ngaco, kan lu yang seneng sama dia, kan lu
sendiri yang bilang dia cantik."
"Udah deh, gak usah ngelak, aku mah udah tau
sikap teman sendiri hehehe. Udah lah, ambil aja, aku
ngalah aja, aku kasian sama kamu karena jones terus,"
jawab Fikri setengah meledek.
"Kampret! Yaudah, thanks Fik. Tapi aku lagi
bingung niihh gimana caranya buat nembak dia, lagian
aku juga deket sama dia baru 2 bulan," Jawabku.
"Yaelah 2 bulan itu gak sebentar bro, udah tembak
aja entar keburu di ambil orang loh."
Akhirnya setelah pulang sekolah hari itu
sesampainya di rumah aku memikirkan kata-kata
temanku si Fikri, kalau aku dekat dengan Sofia tidak
sebentar. Aku pun berniat untuk menembak Sofia.
Hingga semalaman aku tidak bisa tidur karena aku
sedang memikirkan Sofia. Aku berniat untuk telpon dia.
"Hay Sofia," Sapaku.

163

"Hay juga Meldi," jawabnya.


"Kamu belum tidur jam segini? Emangnya lagi
ngapain?" tanyaku.
"Hmm... belum nih, kamu juga belum tidur? Aku
lagi ada masalah nih!" jawabnya.
"Loh masalah apa? Cerita aja sama aku, mungkin
aku bisa bantu kamu," tanyaku lagi.
"Oke deh aku bakalan cerita sama kamu, tapi
besok yahh gak enak kalo cerita lewat telpon."
"Yaudah besok cerita aja di sekolah, Oke?"
"Oke! Eh Mel, udah dulu yahh udah malam nih,
aku mau tidur dulu."
"Hmm... oke dehh, Selamat tidur yah Sofia, good
night. Jangan lupa bangun lagi hehehehe.."
"Hehehe, Night to Meldi," tutupnya.
Akhirnya aku bisa juga mendengar suara Sofia dan
sedikit mengurangi rasa rindu ku ini, tapi aku makin gak
bisa tidur karena penasaran dengan masalah yang di
alami oleh Sofia tadi. Hingga akhirnya aku baru bisa
tidur pukul 03:00 dini hari.
****

164

"KRIIIIIINGG KRIIIIIINNGGGG KRIIIIINNGGGG," Jam


weker di kamar ku pun berbunyi sudah saatnya aku
bangun dan siap-siap untuk pergi ke sekolah. Memang
cinta itu membuat ku tak terkontrol, akibatnya aku tidak
bisa tidur semalaman mata ku pun terasa berat untuk di
buka. Tapi mau gimana lagi aku harus melakukan
kewajibanku sebagai siswa untuk pergi bersekolah.
Ternyata sesampainya di sekolah tepat di depan
pintu kelas ku aku melihat seorang wanita yang sedang
berdiri di sana, aku tak sadar ternyata itu adalah Sofia
tak tau kenapa mata ku pun langsung terbuka lebar
walau pun mataku terlihat merah.
"Hai Meldi, kok mata kamu merah?" Sofia
menyambutku.
"E...eh Sofia, engga ko gapapa," jawabku lemas.
"Hayo knapa ngomong aja sama aku," tawar Sofia.
"Hehe aku kurang tidur semalam Sof."
"Loh aku kira abis telpon-an sama aku semalam
kamu langsung tidur, pasti mikirin cewek yahh hayo
ngaku hahaha."
"Hahaha, tau ajh kamu Sof?!" aku pun tak sadar
mengatakan itu.
"Hah? Siapa Mel? kasih tau aku dong!"

165

"E..eehh enggak, aku bercanda kok," aku pun


mengelak.
Aku pun beranjak ke tempat duduk ku, dan di sana
sudah terlihat Fikri yang sedang duduk di bangkunya.
"Mel, kenapa mata kamu merah gitu? Wah abis
ngintipin cewek yahhh?" Fikri meledek ku.
"Huuusss, enak aja, aku semalem gak bisa tidur
niihhh gara-gara mikirin Sofia."
"Ciiieee, makin deket aja kamu sama dia, kan udah
aku bilang tembak aja dia."
"Ya gw tau, tapi gak segampang itu juga kan? Itu
semua perlu proses."
"Bener juga siiihh hehehe."
Bunyi bell tanda masuk di sekolah ku pun
berbunyi, sebentar lagi pelajaran di sekolah akan segera
berlangsung seperti biasa. Jam pertama di kelas ku
adalah pelajaran Sejarah, dan pelajaran itu terkenal
sebagai pelajaran yang sangat membosankan. Sama
seperti yang aku rasakan pada saat ini. Hingga pelajaran
itu berlangsung mata ku pun masih tetap terasa berat
untuk terbuka.
Suasana semakin mendukung pada saat pelajaran
Sejarah sedang berlangsung. Tak terasa aku pun tertidur

166

saat pelajaran hingga akhirnya guru Sejarah yang sedang


mengajar mengetahui aku sedang tertidur pulas di meja
ku. Dengan logat Medan nya, guru itu membangunkan
ku.
"Hey Fikri! Bangunkan teman sebelah kau itu yang
sedang tertidur," kata guru Sejarah.
"Ehhhh Mel bangun, di panggil Pak Harto tuh"
Fikri pun membangunkan ku dan aku langsung bangun
sambil mengusap mata ku yang dari tadi pagi sangat
mengantuk.
"Hey Meldi, berapa skor pertandingan Chelsea vs
MU semalam?" tanya Pak Harto.
"3-2 Pak, eehhh" aku pun menjawab reflek
pertanyaan dari Pak Harto.
"HAHAHAHAHA," teman-teman di kelas ku pun
tertawa semua tak luput Sofia dan Fikri pun juga ikut
menertawakan ku.
"Sudah-sudah, cepat kau ke toilet dan kau cuci
muka kau yang sangat lecek itu."
"Baik Pak."
"Jangan tertidur lagi kau di toilet," ledek Pak
Harto.

167

"HAHHAHAHAHA" lagi-lagi teman-teman


kelasku tertawa akibat lelucon dari Pak Harto.

di

Dan aku pun pergi ke toilet dan langsung mencuci


muka ku yang sangat mengantuk, setelah mencuci muka
aku langsung bercermin di kaca yang ada di toilet itu
dan aku berfikir, sepertinya wajah ku juga gak jelek-jelek
banget dan gaya ku juga lumayan keren, kenapa aku
juga belum berani mengatakan dan mengungkapkan
semua perasaan ku pada Sofia? Tapi aku juga berfikir
dengan kata-kata yang aku ungkapkan sendiri kepada
Fikri kalau semua itu perlu proses. Semua yang aku
pikirkan tadi hilang seketika saat aku mulai konsentrasi
ke pelajaran. Sejak dari awal pelajaran di mulai aku
sangat memikirkan apa yang sebenarnya akan di
ceritakan oleh Sofia padaku.
Pada saat bell tanda pulang berbunyi, aku
langsung mengajak dan tak sengaja aku menggandeng
tangannya. Setelah berapa detik aku baru
menyadarinya. Saat aku melihat ke arah Sofia, dia pun
terlihat tersenyum saat aku menggandengnya. Sungguh
cantik wajah Sofia saat dia sedang senyum yang
membuat aku semakin yakin aku akan mengatakan isi
hati ku hari itu juga.
Setelah sampai pada tempat tujuan, aku jadi
gugup padahal sebelumnya aku udah yakin banget
untuk mengatakan ini semua. Seharusnya aku yakin aja

168

suasananya pun udah meyakinkan banget. Yaudah deh,


aku buka pembicaraan aja dulu.
"Sof, emm..mmm,"
pembicaraan.

aku

mencoba

memulai

"Kenapa Mel? Kok kayanya gugup gitu?" tanya


Sofia.
"Ehh, gak jadi deh."
"Loh kok gak jadi?" tanya Sofia lagi.
"Kamu duluan ajah deh, katanya kamu mau
cerita."
"Ayo lah Mel ngomong aja, aku gak mau cerita
kalo kamu belum cerita."
"Mulai dari pertama kali aku bertatap muka sama
kamu, aku ngerasain ada seseuatu yang beda. Setelah
kita udah berteman selama lebih dari 2 bulan ini, aku
merasakan suka sama kamu. Aku gak tau juga perasaan
kamu ke aku sama atau enggak, aku ga berharap kamu
juga suka sama aku dan bisa terima aku tapi yang aku
inginkan adalah agar kamu tau perasaan aku yang
sebenarnya. Aku sayang kamu Sof."
"Loh kok jadi aneh yahh?" tanya Sofia.
"Aneh kenapa Sof? Aku salah yah suka sama
kamu?"

169

"Bukan itu Mel, sebenarnya aku mau cerita kalau


aku juga sayang dan suka sama kamu, yang kamu
ceritain tadi juga yang mau aku ceritain ke kamu,
sebenarnya aku gak berani ngungkapin duluan
semuanya ke kamu karena aku cewek gak mungkin aku
ngungkapin duluan ke kamu, ini aja aku di paksa sama
Fikri untuk mengungkapkan semuanya ke kamu, tapi
kamu udah ngungkapin duluan ke aku barusan. Aku tuh
selalu curhat sama Fikri tentang kamu. Tapi kamunya
yang ga pernah respon perasaan aku. Aku juga sayang
kamu Mel."
Betapa senangnya peraasan aku saat itu, ternyata
selama ini Sofia memiliki perasaan yang sama dengan
ku. Semua yang dia rasain juga sama yang aku rasain
selama ini. Pada akhirnya aku bisa mendapatkan Sofia.
Semua ini tak terlepas dari sahabatku Fikri yang bisa
meyakinkan aku dan Sofia untuk mengungkapkan
perasaannya masing-masing.
Memang dia sahabat yang baik, sahabat yang bisa
mengerti perasaan sahabatnya sendiri. Keesokan
harinya aku berterima kasih kepada Fikri. Selain itu juga,
semoga hubungan ku dengan Sofia dapat terjalin
dengan baik, karena hubungan ku dengan Sofia berawal
dari sebuah persahabatan yang tumbuh menjadi cinta.
Memang hidup itu gak terlepas dari hubungan
persahaban dan masalah percintaan, emang siihh

170

kadang-kadang di dalam hubungan persahabatan dan


percintaan itu pasti selalu ada masalah atau konflik.
Anggap saja itu semua sesuatu hal yang dapat memberi
pelajaran dalam manjalani sebuah hubungan untuk
menjadi lebih baik lagi.
Jaga terus sahabat kita dengan adanya sahabat
kita bisa share semua masalah yang kita alami atau
dalam segala hal. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta
dalam diri kita, karena cinta yang membuat hidup kita
menjadi indah. Cinta bukan hanya kepada seorang
kekasih, tetapi bisa kepada sahabat, keluarga atau siapa
pun itu.

171

Jam 7 Lewat 12

Jam 7 lewat 12. Stasiun Kereta.


Aku mencoba melihat jam tangan ku. Sudah lebih
dari 20 menit kereta yang seharusnya membawa ku
pergi ke tempat kerja masih belum datang juga. Aku pun
menghela nafas. Kembali ku menyeruput kopi hangat
yang selalu menemani ku di pagi hari ini. Kopi cappucino
hangat ini membuat segar badan ku ketika harus
berangkat kerja saat matahari baru menampakan
dirinya.
"Brakk!" tiba-tiba seseorang menabrak aku. Kopi
ku jatuh dan tumpah mengenai sebagian baju ku. Emosi
aku pun segera naik.
"Maaf kak, maaf," ucap seseorang yang menabrak
aku. "saya minta maaf, sungguh ga sengaja," lanjut gadis
itu dengan nafasnya yang tersenggal-senggal. Aku pun
memperhatikan orang yang menabrak aku. Seorang
gadis sekolah, berumur sekitar 16 tahun.
"Hati-hati dong!!" ujar ku dengan nada yang masih
kesal. "lihat, kopi saya jadi tumpah dan mengenai baju,"
lanjut ku. Gadis itu pun memasang wajah bingung dan
hendak membantu ku membersihkan baju yang kena

172

tumpahan kopi. Namun dia terlihat kikuk. Mungkin dia


tidak sampai kepikiran bahwa matahari baru saja terbit
dan dia sudah membuat suatu masalah.
"Maaf kak, maaf," lirih gadis itu. "aku gak sengaja.
Aku minta maaf," lanjut gadis itu dengan wajah yang
semakin sedih dan bingung. Aku memperhatikan
dengan seksama gadis ini. Gadis mungil berambut
panjang ini terlihat menundukkan wajahnya. Gadis yang
manis. Namun tetap saja tidak bisa menghilangkan
kekesalan ku akibat ditabrak tersebut. Baju kerja ku
menjadi kotor akibat tumpahan kopi.
Gadis itu membuka tasnya dan mengambil
sesuatu dari dalam tas tersebut. Dia ternyata
mengambil sapu tangannya. Gadis itu kemudian
memberikan sapu tangan tersebut dengan pelan-pelan.
"Kakak mungkin bisa menggunakan sapu tangan
aku untuk membersihkan baju kakak," ucap gadis itu
sambil menyodorkan sapu tangannya dengan kepala
tetap menunduk. Aku memperhatikan sebentar. Entah
kenapa, aku merasa tergugah melihat gadis itu. Aku pun
mengambil sapu tangan gadis tersebut dan
membersihkan baju ku.
Baru saja aku ambil sapu tangan, kereta api yang
sudah aku tungggu datang. Suasana seketika menjadi
ramai. Para penumpang segera mendekat ke peron
untuk menaiki kereta. Aku pun terpisah dengan gadis

173

yang menabrak ku tadi. Aku mencoba mencari-cari


namun tidak bisa menemukan gadis tersebut. Takut
ketinggalan kereta, aku pun segera menaiki kereta.
Kereta yang kunaiki
meninggalkan stasiun.

pun

segera

melaju

****
"Baju kamu kenapa, tim?" tanya seorang pria
disebelah meja ku ketika aku sampai di kantor. Pria
tersebut adalah Alex, rekan kerja ku.
"tadi ketumpahan kopi di stasiun kereta," jawab
ku.
"ketumpahan kopi? Kok bisa?"
"Tadi gak sengaja ada seseorang gadis menabrak
ku di stasiun," jawab ku lagi. Aku pun kembali
membersihkan baju ku. Percuma, tumpahan kopi
tersebut tidak mungkin bisa hilang dari baju ku.
Terpaksa aku harus ganti baju. Kebetulan di loker kantor
ada baju cadangan yang biasa aku tinggalkan jika sedang
lembur. Aku merogoh kantong saku celana dan
menemukan sapu tangan.
"hmm.. ini kan sapu tangan gadis yang di stasiun
tadi," gumam ku. Aku pun melihat sapu tangan
tersebut. Sapu tangan berwarna pink itu kini terlihat
kusam akibat digunakan untuk membersihkan

174

tumpahan kopi di baju ku tadi. Ku perhatikan dengan


seksama, ada sebuah nama tertulis di sapu tangan
tersebut.
"Sofia.." gumamku pelan.
****
Jam 7 lewat 12. Stasiun Kereta
Lagi-lagi kereta terlambat. Ini sudah dua hari
kereta pagi terlambat. Pengumuman dari stasiun
mengatakan bahwa dikarenakan sekarang sedang
musim hujan, ada beberapa rel kereta yang sedikit
bermasalah sehingga menyebabkan jadwal perjalanan
kereta menjadi kacau.
Aku segera menyeruput kopi cappucino ku.
Sembari menunggu, aku mencoba menengok-nengok
sekeliling stasiun. Tak lama kulihat gadis yang kemarin.
Ya, gadis kemarin.
Aku memperhatikan dia dengan seksama. Gadis
muda ini terlihat capai seperti habis berlari, mungkin
bermaksud mengejar kereta. Gadis tersebut kemudian
membuka tasnya, dan tampak mencari sesuatu. Dia
terlihat bingung.
"Ini sapu tangan kamu," ujar ku sambil
memberikan sapu tangan gadis itu kembali ke pemilik
aslinya. "jangan kuatir, sudah ku cuci semalam."

175

Gadis tersebut menengok ke arah ku dan terlihat kaget.


Dia memperhatikan ku dengan seksama.
"Hei, ada apa?" tanya ku.
"Eehh..engga..." jawab gadis tersebut sedikit
kaget.
"Ini sapu tangan kamu. Kamu mau menyeka
keringat kamu kan?" ujar ku sambil menyeruput kopi
kembali.
Gadis itu diam sebentar, lalu mengambil kembali
sapu tangannya dari tanganku. Dia segera menyeka
keringat di mukanya. Aku memperhatikan perlahanlahan. Gadis ini ternyata cantik juga. Apalagi rambutnya
kini terurai panjang.
"Makasih kak," kata gadis itu seusai menyeka
keringatnya. "oh iya kak, sebelumnya aku minta maaf
atas kejadian kemarin". Gadis itu tampak masih
menyiratkan penyesalan akibat kejadian kemarin.
"Oh, engga apa-apa," jawab ku mencoba
memecahkan penyesalan gadis itu "yang berlalu biarkan
berlalu" lanjut ku. "lain kali hat-hati yah Sofia."
Gadis itu tampak bingung. "kakak tau dari mana nama
ku?"

176

"Di sapu tangan itu tertulis sebuah nama, itu nama


kamu kan?" balas ku bertanya.
"Oh iya. Aku lupa," jawab gadis itu.
Entah kenapa, dengan mimik bingung seperti tadi,
dia terlihat lucu. Merasa diperhatikan oleh aku, gadis
tersebut menjadi salah tingkah. Wajahnya memerah.
Kereta yang kutunggu pun datang. Seperti biasa,
suasana menjadi ramai kembali. Sudah mulai banyak
orang berdiri di antara aku dan gadis tersebut. Aku pun
tersenyum kepada gadis itu, sebelum menaikin kereta.
Sungguh, itu membuat dia semakin salah tingkah. Salah
tingkah tersebut justru membuat dia terlihat sangat lucu
dan manis.
Aku pun segera masuk ke dalam kereta.
"Hmm.. sofia.."
****
Jam 7 lewat 12. Stasiun Kereta
"Oh, jadi nama kakak, Timotius?" tanya gadis itu.
"Ho..oh," jawab ku singkat sambil menyeruput
kopi cappucino hangat. Sedikit banyak aku mencuri
pandang ke gadis tersebut, kali ini dia memakai pita
besar berwarna biru di rambutnya, padanan yang cocok

177

dengan seragamnya yang putih rok biru kotak-kotak.


Sofia namanya.
"Kamu sekolah di sma Harapan Oshi?" tanya ku.
"Iya kak," jawab Sofia. "kakak tau sma Harapan
Oshi?"
"Aku pernah beberapa kali memotret di sana.
Sekolah itu sering mengadakan lomba basket kan? Dulu
aku pernah memotret turnamen basket se-kota yang
diadakan di sma itu."
"Iya kak," jawab Sofia. "aku kebetulan tim basket
putri di sekolah itu."
"Oya? Tanya ku. "kamu bisa bermain basket?"
"Iya," angguk Sofia dengan mantap. Aku
memerhatikan gadis ini. Tidak kusangka ternyata dia
anggota tim basket putri di sma Harapan Oshi. Sekolah
tersebut merupakan sekolah langganan juara basket se
provinsi.
"Kalau kakak kerjanya apa?" tanya Sofia.
"Aku? Aku seorang fotografer di majalah remaja
Hooi," jawab ku.
"Majalah Hooi?" tanya Sofia. "dengar-dengar
majalah Hooi sedang membuat audisi untuk grup
penyanyi remaja wanita yah kak?"

178

"Hmm..iya. Kenapa? Kamu tertarik?"


"Aa..kuu pernah baca pengumumannya," kata
Sofia pelan. "aku suka menyanyi, tapi apa aku bisa
mengikuti audisi itu? Kalau aku lihat senior-seniornya
cantik-cantik dan berbakat semua," lanjut Sofia dengan
pelan.
"Kamu cantik kok," aku kelepasan ngomong. Sofia
sedikit terkejut dan tersipu malu. "Kalau aku perhatikan,
kamu sepertinya bisa kok mengikuti audisi itu," lanjut ku
mencoba mengalihkan pembicaraan.
Sofia hanya terdiam saja. Dia tampak sedang
memikirkan sesuatu. Tidak lama kemudian, kereta pun
datang. Sebelum masuk ke dalam kereta, aku pun
mencoba menyemangatinya, "tidak ada salahnya kalau
kamu mencoba. Semangat!!"
****
Jam 7 lewat 12. Malam hari di Tokyo.
Aku memperhatikan beberapa email yang masuk.
Di antara beberapa email tersebut merupakan tawaran
pemotretan untuk majalah luar negeri. Sudah 15 hari
aku berada di luar negeri untuk pemotretan sebuah
majalah. Aku sebenarnya fotografer freelance, namun
punya tugas khusus di majalah Hooi, sebuah majalah
yang menyasar kalangan anak muda.

179

Aku kembali memperhatikan email client ku di


laptop. Tadi siang, pak Agus, Pemred majalah Hooi,
mengatakan bahwa aku di minta untuk menjadi
fotografer dalam audisi grup penyanyi yang diadakan
oleh majalah Hooi tersebut. Seketika aku mengingat
Sofia.
Ah, entah kenapa gadis mungil itu kini
bersemayam di benak ku. Wajah cantik dan senyum
manisnya itu beberapa kali muncul di pikiran ku, kalau
tidak bisa ku bilang bahwa pikiran ku di kudeta oleh
dirinya.
Aku berjalan ke arah jendela dan memandang
pemandangan sekitar hotel tempat aku menginap. Saat
ini di Tokyo sedang hujan. Hujannya cukup deras. Aku
pun menyeruput kopi cappucino yang baru saja ku
seduh. Aku mencoba untuk membayangkan wajah
cantik Sofia. Dia memang tidak secantik model-model
yang sering aku foto, namun entah kenapa, aku merasa
dia berbeda dari gadis biasanya.
"Tingg" sebuah suara penanda ada email masuk
berbunyi. Aku pun segera bergegas ke meja tempat
laptop ku terletak dan memeriksa email yang masuk.
Email tersebut dari majalah Hooi. Mereka mengirimkan
link untuk mengakses daftar peserta audisi grup
penyanyi yang diselenggarakan oleh majalah Hooi dan
sebuah agency dari luar negeri.

180

Aku pun mengklik tautan tersebut dan muncul


halaman khusus untuk melihat daftar calon peserta
audisi. "hmm.. apakah Sofia mendaftar?" gumam ku.
Segera ku mencoba mengetikan nama Sofia pada kolom
pencarian. Aku pun mengklik tombol cari.
Muncul daftar hasil pencarian. Ada nama Sofia
disitu. Ya, Sofia yang menabrak ku sewaktu di stasiun.
****
Jam 7 lewat 12. Stasiun Kereta.
"Kamu jadi daftar di audisi grup penyanyi yang di
selenggarakan majalah Hooi yah?" tanya ku kepada
gadis cantik yang berdiri disamping ku. Yap, gadis itu
adalah Sofia.
"Kok kakak tau?" tanya Sofia bingung. Entah
kenapa, aku suka ketika melihat dia sedang bingung.
"Bukannya sudah aku bilang, kalau aku fotografer
di majalah itu?"
"Ohh..iya.. aku lupa," jawabnya tersipu malu. Ah,
manisnya. "iya kak, aku mencoba daftar. Sebenarnya
aku merasa tidak yakin bisa lolos sih. Namun tidak ada
salahnya mencoba untuk mengikuti audisi itu."
"Yup, tidak ada salahnya mencoba," timpal ku. "dimana
ada kemauan, disitu pasti ada jalan."

181

Sofia tersenyum mendengar ucapan ku. Entah kenapa,


kini giliran aku yang salah tingkah.
****
Jam 7 Lewat 12. Stasiun Kereta.
"Kok kakak engga ngasih tau kalau kakak ikutan
jadi juri di audisi tersebut?" tanya Sofia dengan nada
sebingung-bingungnya. Yap, kemarin adalah tahapan
pertama dari audisi grup penyanyi yang di ikuti oleh
Sofia.
"Kalau aku kasih tau, jadinya engga asik dong,"
balas ku.
"Iii...iya sih.. tapi kan aku jadi.." Sofia tidak melanjutkan
ucapannya.
Kemarin
mungkin
menjadi
hari
yang
membingungkan bagi Sofia. Aku masih ingat wajah
bingungnya ketika dia mengetahui bahwa aku menjadi
juri sekaligus fotografer pada audisi grup penyanyi
tersebut. Entah apakah karena sudah mengenal aku,
atau memang gugup, beberapa kali Sofia sempat salah
tingkah sewaktu audisi. Namun dia cepat menguasai
keadaan. Sepertinya pengalaman dia sebagai anggota
tim baskes putri di sekolahnya membantu dia untuk
belajar mengendalikan emosi.

182

"kamu kemarin memang agak sedikit gugup," aku


mencoba membuka pembicaraan. "tapi kamu cepat
menguasai keadaan kok. Itu merupakan petanda yang
bagus. Selain itu suara kamu juga cukup asik
kedengeran di telinga ku. Yah meskipun mesti harus
lebih banyak berlatih lagi. Tapi overall kamu bagus kok."
Sofia terdiam mendengar ucapan ku. Dia tampak
agak ragu-ragu ingin bicara. "menurut kakak.. apakah
aku ada peluang untuk lolos audisi tersebut?"
"Hmmm.. itu rahasia." jawab ku singkat. Wajah
Sofia terlihat sedikit tertunduk lesu mendengar jawaban
ku. "Satu hal yang pasti, setiap pengorbanan itu tidak
ada yang sia-sia. Kamu mesti semangat dan yakin akan
kemampuan diri kamu sendiri" aku mencoba menghibur
dia.
Sofia pun terlihat tersenyum manis.
****
Jam 7 lewat 12. Stasiun Kereta.
"W..wah, selamat yah. Kamu berhasil lolos ke
tahap ketiga audisi grup penyanyi tersebut" ucap ku.
Kini sudah 2 minggu lewat dari audisi pertama grup
penyanyi yang di ikuti oleh Sofia. Sofia berhasil lolos
lanjut ke tahap ketiga audisi tersebut sebelum tahapan
final audisi.

183

"Terima kasih kak," balas Sofia tersenyum.


Beberapa kali sejak audisi pertama tersebut, aku
memberikan masukan dan saran kepada Sofia dalam
menghadapi audisi grup penyanyi tersebut. Sofia pun
terlihat sangat mendengarkan saran-saran yang aku
berikan. Terbukti pada saat audisi tahap ke dua, dia
semakin baik dan menyakinkan juri untuk meloloskan
dia ke audisi tahap ketiga.
"Kamu sudah mengetahui kan audisi tahap ketiga
nanti?" tanya ku.
"Iya kak, aku sudah mengetahui. Akan ada training
fisik selama 2 bulan," jawab Sofia sambil menyeruput
cokelat panas. Aku mentraktirnya secangkir cokelat
panas sebagai hadiah kecil karena ia berhasil lolos audisi
tahap kedua.
"Yap, audisi tahap ketiga ini akan menjadi audisi
yang berat. Waktu kamu akan tersita di audisi ini.
Sepulang sekolah, kamu harus latihan fisik, menari dan
menyanyi," ujar ku. "kamu harus mempersiapkan diri
dengan baik."
Sofia hanya mengangguk pelan sambil perlahan
menyeruput cokelat panasnya. "iya kak. Kemarin kakak
pelatih dan tim juri juga melakukan briefing mengenai
hal ini."

184

"Apakah kamu sudah siap jika suatu saat kamu lolos


audisi ini?" tanya ku sedikit cemas. Grup penyanyi ini
terkenal dengan kedisiplinan dan ketatnya peraturan
yang ada di grup tersebut. Apakah gadis mungil di
samping ku ini akan kuat untuk menghadapi dan
menjalaninya?
"Aku siap kak. Setiap pengorbanan yang sudah aku
lakukan pasti tidak akan menjadi hal yang sia-sia kan?"
Aku tersenyum kepadanya.
****
Jam 7 Lewat 12. Stasiun Kereta.
Kini sudah 3 bulan berlalu sejak pertemuan aku
dan Sofia terakhir kalinya di stasiun ini. Sofia berhasil
lolos dari audisi grup penyanyi yang dia ikuti dan
sekarang menjadi anggota grup penyanyi tersebut.
Sekarang dia sudah jarang menggunakan kereta untuk
berpergian ke sekolah, lebih banyak diantar oleh orang
tuanya. Aku paham akan perubahan Sofia. Kegiatan
baru dia pasti sangat menyita waktu dan tenaganya.
Aku pun menyeruput kopi cappucino ku. Ah, entah
kenapa aku merindukan gadis manis tersebut. Memang,
sesekali aku sempat bertemu dengan dia, dikarenakan
manajemen grup penyanyi tersebut masih meminta
bantuan aku untuk memotret grup tersebut, meskipun

185

kebanyakan yang aku foto adalah senior-senior Sofia di


grup tersebut.
Aku melihat jam tangan ku. Jam 7 lewat 12.
setengah tahun yang lalu, ada seorang gadis yang tidak
sengaja menabrak ku di stasiun ini. Setengah tahun yang
lalu, muncul seorang gadis manis di dalam kehidupan ku
dan menemani ku berbincang kecil di stasiun ini.
"Huff.." aku menghela nafas. Ternyata secara tidak
sengaja hal-hal yang tidak terduga menjadi sebuah
kenangan yang manis. Apakah aku masih bisa bertemu
dia di stasiun ini?
Sebuah pengumuman akan kedatangan kereta
telah diumumkan. Aku pun bersiap di peron kereta.
Segera aku menghabiskan kopi cappucino ku.
"Hi kak.." terdengar suara yang tidak asing bagi ku.
"Sofia?" aku menengok ke belakang. Sofia ada
dibelakang ku. Seperti biasanya, dengan rambut
panjang digerai, pita besar berwarna biru di rambutnya
serta seragam putih biru muda kotak-kotaknya, dia
menyapa aku. "tumben naik kereta lagi? Ga diantar
sama mama?"
"kebetulan semalam aku pulang latihan lebih
awal. Jadi aku bisa bangun lebih pagi untuk naik kereta,"
jawab Sofia.

186

"kenapa kamu naik kereta?" tanya aku bingung.


"karena.." ucapan Sofia terpotong sejenak.
"karena.. ada sebuah kisah manis di stasiun ini," jawab
dia sambil tersenyum.
Aku pun tersenyum.
Jam 7 Lewat 12. Ada perasaan dan kenangan
manis yang terjadi.

187

Message For Sofia

188

Ann Agih:
Pesan buat Pinkyku >< :
Banyak banget pesan yang bisa kamu ambil dari cerita
aku ini. Aku buat ini bukan mendoakan kamu meninggal
ya Sof. Aku cuman pengen ngasih SEMANGAT buat
kamu. Agar kamu tidak pantang menyerah. Walaupun
kamu tidak masuk tim REFORMAT 3rd Gen. Kamu harus
janji sama aku, jangan grad sebelum kita ketemu. Dan
kamu harus tetap SEMANGAT latihan. Pinkyku ingat ya
Orang sukses itu harus GAGAL dulu oke. Aku sayang
sama kamu. Tapi apa daya aku hanya bisa memberikan
doa dan semangat sama kamu dari kejauhan saja :).
Kalo gak ada halangan nanti HS aku datang yap ><. Kita
curcol yap. Aku siap menerima segala keluhan kamu
nanti. Ingat jangan lupain aku hehehe ><. Dan jangan
sungkan untuk cerita ke aku (@ann_agih)
Horas!!! Ingat 3 hal JARAK,WAKTU DAN KESEMPATAN
saat ini sedang mengatur!
****

189

Reza Andrian:
Dear Sofia
Aku berbeda dari mereka, aku tidak tahu banyak
tentang dirimu. Aku tidak seperti mereka, yang
mendukung kamu secara terang-terangan. Jujur saja,
aku sebenarnya gak ngoshiin kamu. Aku tertarik sama
mereka, yang mendukung kamu dengan caranya
masing-masing. Saat aku stalking akun Twitter fanbase
Filosofia (Nama dari fans kamu), aku sangat penasaran
dengan mereka, yang selalu melakukan laporan setiap
harinya, jam 12 malam. Yang isinya sekedar rebutan
Pertamax, lalu aku bergabung dengan grup Filosofia
dan aku melihat sendiri perbedaannya. Mereka
mendukung kamu secara totalitas. Meskipun mereka
sedikit absurd, tapi itulah yang menjadi ciri khas dari
anggota grup Filosofia. Maka dari itu, kamu harus bisa
menjadi yang terbaik. Berikan yang terbaik untuk para
fansmu.
Jangan pernah mengecewakan mereka, sekecil
apapun itu. Kepercayaan itu ibarat sebuah kertas, jika
sudah di remuk, maka kertas itu tidak akan bisa kembali
bagus seperti semula. Jangan pernah abaikan mereka,
karena suatu saat kamu pasti akan membutuhkan
mereka disaat kamu lemah dan terjatuh. Aku berkata
begini, karena aku tidak ingin kalau kamu
mengecewakan mereka (para fans) yang telah setia

190

mendukungmu selama ini. Sejak hari itu, sejak aku mulai


bergabung dengan grup Filosofia dan melihat keunikan
para Filosofia (Sebutan untuk fans kamu), aku jadi ingin
mendukungmu juga, Sof. Walaupun bukan sebagai
seorang oshi, aku ingin mendukungmu juga, dengan
caraku sendiri. Sama seperti yang di lakukan anak-anak
Filosofia. Berjuang lah, dan biarkan kami semua
mendukungmu dengan cara kami sendiri.
Oh iya, aku punya sebuah kutipan yang cocok
untukmu, kutipan ini aku dapat dari seorang tokoh
terkenal.
I dont believe in failure. Its not failure if you
enjoyed the process. Oprah Winfrey.
Tekankan pada dirimu sendiri, bahwa kegagalan
bukanlah akhir dari segalanya. Jangan menyerah
sebelum mencobanya. Ya.. mungkin pesanku ini terlalu
panjang dan sedikit bertele-tele, tapi itulah yang ingin
aku sampaikan untukmu. Semoga kamu memahinya.
Dariku, seorang fans yang mendukung idolanya
melalui sebuah kata-kata.
TTD,
Azer ( @rezaandrian_ ).
****

191

Jumhur Nur Ultan Shan:


"Jangan pernah takut untuk jatuh cinta, karena
setiap cinta yang baik akan membawa banyak hal positif
yang bisa berujung pada sebuah kasih sayang."
Thanks to Filosofia INA dan oshi saya, Sofia Meifaliani.
****
Fernando Rumentor:
Pesan Buat SOFIA MEIFALIANI: Kalau kamu udah
merasa lelah dan merasa udah gak kuat lagi, cukup ingat
saat dimana betapa susahnya kamu mulai dan alasan
kamu ngelakuin semua ini seperti yang kamu sampein di
video perkenalan kamu .. #cherrypink
WHEN YOU WANT TO GIVE UP REMEMBER WHY YOU
STARTED

****
Manshur Murtadhi:
udah baca cerita yang aku bikin buat kamu belum?
semoga kamu suka ya :) cerita itu sebenarnya imajinasi
aku tentang alasan kamu masuk di JKT48 sih, gimana
kamu ingin bisa berdiri dipanggung, perform menyanyi
dan menari menghibur fans kamu yang selalu support
penuh. Aku cuma pengen kamu jangan pernah putus
asa, kalau apa yang kamu inginkan belum tercapai, terus

192

berusaha dan berdoa karena suatu saat usaha keras


kamu akan berhasil. Sampai kamu menjadi bintang yang
bersinar, aku akan selalu support kamu. kita berjuang
sama-sama bareng fans kamu juga Filosofia. Jangan
pernah merasa sendirian, disini banyak yang support
dan sayang sama kamu. selalu ingat moment ketika
kamu mendaftar audisi generasi 3, ingat selalu apa
alasan dan mimpi kamu yang ingin dicapai lewat JKT48
ini.
aku bukan tipe fans yang bisa selalu support kamu
secara langsung tiap kamu perform di teater, tapi aku
berusaha untuk selalu ada saat kamu butuh saran dan
aku akan selalu review dan beri kritik yang membangun
supaya kamu bisa terus maju. harapan kedepan sih
semoga kamu bisa masuk Senbatsu single dan punya
team di JKT48, semoga tim T ya hehe. Ketemu waktu di
next event HS aja ya, jarak Jakarta-Malang terlalu jauh
buat ketemu kamu terus, semoga pertemuan
berikutnya bisa spesial dan berkesan.
Semangat terus ya Putri kecil sofia.
GanbaPink!! FightPink!!
****

193

Muhammad Meldi:
Pesan buat my laff >.<
Haiii Soff, Gimana cerpen ku??maaf ya kalo jelek,
lagian baru pertama kali buat yang begituan.
Masih SEMANGAT di jkt48 kan?? Pasti nya masih
dong, karna ada aku dan semua filosofia di mana pun
yang pasti tetep support kamu \(^0^)/
Be Yourself ya Sof, semangat kamu tinggi dan
tidak pernah menyerah itu yg membuat kami percaya
Sofia sampai kapan pun..
Jangaan buru buru grad ya, sebelum kita bertemu.
Semangat terus buat latihan nya, jangan pernah
berhenti berusaha yakk
Karena "Usaha keras itu tak kan menghianati"
Everybody love you because you are beautiful, but
for me, you are beautiful because i Love you,
Hahaha

****

194

Muhammad Bagus:
Dalam menggapai kesuksesan memang harus
melakukan banyak hal Sof. Kita harus bekerja keras,
terus belajar, terus berlatih, dan yg terpenting lagi pasti
kita banyak mengorbankan banyak hal.
Sekilas hal yg kita anggap meyakinkan, terkadang
justru berakhir di luar dugaan. Hal yg selama ini kita
perjuangkan ternyata berhenti karena suatu hal. Saat itu
lah kebijaksanaan kita harus mendominasi, agar bisa
membuat keputusan benar dan juga menjaga perasaan
orang-orang yang terlibat dalam masalah yang kita
alami tadi.
Jadi lebih berhati-hati dalam mengambil
keputusan yah Sof. Jangan sampai keputusan kita
menyakiti orang lain dan tentunya diri sendiri. Terus
semangat menjalani kehidupan kamu. Aku disini hanya
bisa menyemangati dan terkadang mengkoreksi.."
Terimakasih.
****

195

Filosofia INA:
Hai sofia meifaliani,
Wah kebetulan ada kesempatan buat kirim pesan
ke kamu, gimana bukunya? Seneng ga? Semoga seneng
ya baca bukunya. Buku ini bisa buat temen kamu kalo lg
nunggu, lagi break, lagi ga ada kerjaan atau lagi galau
mungkin? Eh tapi jangan sering2 galau ya :).
Ini salah satu bukti kalau kita semangat buat bikin
kamu seneng:) walau lewat hal kecil kaya gini, hehe.
Suka baca mention aku ga? Iya tau pasti suka kan
kata kamu "semua mention kalian aku baca" dan aku
percaya itu:).
Kamu pernah putus asa gak sof? Sedih? Kecewa?
Pernah? Kalo iya janji jangan sering-seringnya, keadaan
kamu gimana di JKT48? Pasti awalnya berat ya,sekarang
gimana ? Semoga kamu tetap kuat ya, karena kita disini
gak diem kita tetep berusaha sebaik mungkin untuk
kamu,kitapercaya kalau kamu kuat dan bisa jadi kamu
juga harus percaya sama kita, saling percaya ok?
Eh tau gak? Isi dari grup FILOSOFIA adalah orang2
yg selalu on fire buat kamu, menurut kita sofia kuat,
pantang menyerah dan kamu harus bener2 tunjukin itu
sama kita:)

196

Belajar terus sof.. terus .. terus .. ilmu itu ga akan


pernah habis walau kita pelajari seumur hidup kita, dan
disini kita akan dukung kamu sof .. terus.. terus .. dan
terus:) jangan takut kamu gak sendiri, jaga kesehatan
ya,baik2 disana.
****

197

Penulis Cerita

Surat Perpisahan Untuk Sofia, Manshur Murtadhi


Liburan, Fernando Rumentor
Mereka, Af Rys
Dari Hati Sampai Mati, Jumhur Nur Ultan Shan
Rasa, Masa, Asa, Muhammad Bagus Nugroho
Become Their Captain, Ann Agih
Suifu wa Arashi ni Yume wo Miru, Reza Andrian
The Reason Of Smile, Saadillah Agung
Aku, Sofia, dan Sahabatku, Muhammad Meldi
Jam 7 Lewat 12, Benjamin Watson

Anda mungkin juga menyukai