Anda di halaman 1dari 17

Yahari Ore no Seishun Rabu Kome wa Machigatteiru

Volume 01 Bahasa Indonesia


Di translate oleh Aoi.
Zcaoi.blogspot.com

PDF oleh ユウトくん


Yahari Ore no Seishun Rabu Kome wa Machigatteiru - Volume 01

Chapter 4 : Meski begitu, kelas tetap berjalan seperti biasanya

xxx

Suara bel ini memberitahukan kalau jam pelajaran keempat sudah berakhir, mengirimkan semacam
gelombang perasaan lega ke seluruh penjuru kelas. Ada beberapa orang yang lari keluar kelas untuk
membeli makan siang, ada juga yang mengambil kotak makan siang mereka yang mereka taruh di
bawah meja, dan sisanya hanya mengobrol saja di kelas.

Seperti biasa, siswa kelas 2F mulai larut dalam suasana jam makan siang.

Karena saat ini sedang turun hujan, jadi aku tidak punya tempat untuk pergi. Biasanya aku punya
tempat sempurna untuk makan siang, tapi aku tidak berminat untuk berbasah-basahan ketika makan
siang.

Sebenarnya aku ingin sekali menghabiskan suasana istirahat siang yang diiringi hujan ini dengan
membaca novel atau manga atau sejenis itu, tapi aku meninggalkan buku-buku yang sedang ingin
kubaca itu di rumah. Mungkin aku harusnya pergi saja mengambilnya di jam istirahat ini...

Tapi kalau melihat waktunya, kereta untuk ke rumahku harusnya sudah lama pergi. Kurasa istilah
Jepang untuk keadaan itu adalah ‘ato no matsuri’. Dalam bahasa Inggris berarti ‘after the
festival’...Bukan, bukan, itu harusnya ‘matsuri no ato’.

Yeah, aku sangat bosan sekali sehingga aku bercanda dengan diriku sendiri dengan berperan sebagai
2 orang yang berbeda.

Serius ini, aku sempat berpikir...Ketika kau menghabiskan waktu sendirian, tiba-tiba hal semacam
ini terjadi begitu saja.

Jika kau sendirian di rumah, kau mulai lebih sering berbicara kepada dirimu sendiri. Lalu kau akan
mulai bernyanyi sendiri dengan suara yang keras. Lalu kemudian adik perempuanmu pulang ke
rumah dan kau akan berkata, ‘MOTTO! MOTT-ahh...Halo yang disana’. Tapi aku tidak mau
bernyanyi di kelas.

Hasilnya, aku berpikir tentang banyak hal.

Secara logika, penyendiri adalah ahli dalam berpikir. Ada orang bilang kalau manusia itu adalah
hewan yang rapuh, meski begitu manusia adalah hewan yang berpikir, dan ketika kau menyadari itu,
tiba-tiba kau akan memikirkan sesuatu. Karena penyendiri tidak punya seorangpun untuk berbagi apa
yang ada di pikirannya, mereka bisa memikirkan banyak hal lebih dalam daripada yang lain. Dengan
begitu, penyendiri sepertiku punya semacam sirkuit di otak yang membuatku bisa berpikir berbeda
seperti orang normal, dan ini kadang memberikan kami kemampuan untuk mendapatkan ide diluar
kemampuan manusia normal.

Sangat sulit untuk mencoba dan menunjukkan sejumlah informasi yang ada di dunia ini dengan
sebuah ceramah saja. Ini seperti komputer. Butuh waktu untuk mengupload banyaknya data ke server
atau mengirim itu memakai email. Itulah mengapa para penyendiri cenderung tidak punya skill
berbicara yang baik.

Tapi kupikir ini bukanlah hal yang buruk. Komputer itu ada tidak hanya demi email, ada juga
internet dan photo-show juga. Jadi jangan sekali berpikir kalau satu sudut pandang saja cukup untuk
menilai seseorang.

Well, aku memakai komputer sebagai contoh bukan berarti aku sangat tahu betul mengenai
komputer...Jika kau ingin orang yang tahu banyak soal komputer maju ke depan kelas, maka kau akan
melihat banyak sekali siswa yang berdiri disana.

Diantara orang itu ada yang memegang PSP dan melakukan permainan Ad-Hoc dengan mode
wireless. Siapa sih nama mereka? Oda...atau Tahara...Sesuatu seperti itu?

“Hei kamu, pakai palu atau semacamnya!”

“Nah, gunlace saja sudah lebih dari cukup^^.”

Mereka terlihat seperti sedang bersenang-senang...Aku memang memainkan permainan yang sama
dengan mereka, tapi kalau boleh jujur, ada bagian dari diriku ini yang ingin pergi dan bergabung
dengan mereka.

Dulu, sesuatu seperti manga, anime, dan game adalah bidang yang didominasi oleh para penyendiri.
Belakangan ini, mereka menjadi semacam cara untuk berkomunikasi, dan bergabung bersama orang
lain seperti itu butuh kemampuan komunikasi.

Sayangnya, aku ini terlihat seperti orang yang setengah-setengah dalam segalanya, jadi jika aku
hendak bergabung dengan mereka, maka mereka akan memangilku cupu atau sok jago ketika aku
tidak mendengarkan mereka. Jadi apa yang harus kulakukan?

Ketika SMP dulu, aku melihat beberapa orang membicarakan soal anime, dan aku ingin bergabung
dengan obrolan mereka. Tapi ketika mereka melihatku datang dan bergabung, mereka semua terdiam.
Itu benar-benar berat bagiku...Itu adalah momen dimana aku sudah tidak mau lagi bergabung dengan
keramaian.

Dan aku ini bukanlah orang yang suka meminta orang untuk mengajakku ikut serta, jadi ini hanya
memperburuk saja. Ketika kami bermain sepakbola atau baseball di pelajaran olahraga, dua anak laki-
laki yang terpopuler akan hom pim pa untuk menentukan siapa yang melakukan lebih dulu. Dan aku
adalah orang terakhir, tahu tidak? Ketika aku mengingat kembali diriku yang berusia 10 tahun itu,
yang kuingat hanyalah betapa menyedihkan dan gugupnya diriku ketika mereka mulai memilih teman
satu tim mereka...Itu hampir membuatku menangis, serius ini.

Bukannya aku punya fisik yang tidak bagus, tapi itulah alasan aku menjadi buruk sekali dengan
olahraga. Aku suka baseball, tapi tidak ada yang mau bermain denganku...Jadi ketika aku masih kecil,
aku hanya melempar-lempar bolanya ke tembok dan bermain sendirian. Aku sangat terbiasa bermain
baseball sendirian; aku berimajinasi kalau ada orang-orang di lapangan atau area memukul bola.

Tapi ada juga orang-orang di kelas ini yang bagus dalam skill komunikasi.

Misalnya, orang-orang yang ada di belakang kelas ini.

Ada dua siswa yang berasal dari klub sepakbola, tiga dari klub basket, dan tiga gadis. Sekali kau
melihat suasana yang hidup dari grup itu saja sudah cukup untuk memberitahumu kalau mereka itu
berada dalam kasta teratas di kelas ini. Ngomong-ngomong, Yuigahama juga bagian dari grup itu.

Dan dalam grup itu, ada dua orang yang bersinar sangat cerah dari yang lain:

Hayama Hayato.

Itu adalah nama orang yang berada di tengah grup itu. Dia pemain andalan klub sepakbola, dan juga
kandidat ketua klub di semester depan. Dia bukanlah orang yang bisa kulihat dengan nyaman dalam
jangka waktu tertentu.

Sederhananya, dia tampan, dan pura-pura bergaya keren. Mati aja lo!

“Nah, aku tidak bisa hari ini. Aku ada latihan.”

“Bisakah kau libur saja untuk sehari? Ada paket murah hari ini untuk dua sendok es krim Baskin
Robbins~~. Aku ingin rasa Coklat Kakao yang double scoop.”

“Bukannya kakao dan coklat itu sama-sama coklat? (haha)”

“Ehhh? Tidak, mereka berbeda! Lagipula, aku benar-benar lapar saat ini.”

Orang yang sedang berbicara tadi adalah teman Hayama, Miura Yumiko.

Rambut pirangnya memiliki model melingkar, dan kalau kau lihat cara dia memakai seragam
sekolahnya yang memperlihatkan dengan jelas bagaimana bahunya, kau pasti berpikir kalau dia
memang sengaja memperlihatkan itu. Apa dia PSK atau semacamnya? Roknya juga terlalu pendek
hingga sulit kukatakan apa dia memakai rok atau tidak.

Tubuhnya bagus dan punya wajah cantik, tapi sikapnya yang bodoh dan penampilan yang mencolok
itu membuatku tidak menyukainya. Atau, lebih tepatnya, aku takut dengannya. Kau tidak akan pernah
tahu apa yang akan dia katakan kepadamu.

Tapi (setidaknya dari apa yang kulihat) Hayama tidak terlihat takut ke Miura, bahkan dia melihat
Miura sebagai orang yang menyenangkan untuk diajak bicara. Oleh karena itu aku tidak mengerti
bagaimana cara berpikir dari Raja dan Ratu yang ada di kasta teratas itu. Tidak peduli bagaimana kau
melihat itu, gadis itu hanya terlihat sebagai ‘orang yang menyenangkan’ ketika berbicara dengan
Hayama. Kalau aku yang berbicara dengannya, dia akan langsung menghabisiku dengan sekali
tatapan.

Well, begitulah, kami berdua tidak punya alasan untuk mengobrol, jadi kurasa ini akan baik-baik
saja.

Sementara itu, Hayama dan Miura masih terlihat sedang becanda satu sama lain.
“Maaf ya, kurasa aku tidak ikut untuk hari ini.”

Hayama mengatakan itu; dia tampaknya harus menghadiri latihan. Miura melihatnya dengan tatapan
kosong. Lalu Hayama mengumumkan sesuatu dengan senyum lebar di wajahnya.

“Tahun ini kami mengincar Kokuritsu!”

Huh? Kokuritsu, bukan Kunitachi? Jadi dia tidak sedang membicarakan Kunitachi, daerah bagian
Tokyo yang bisa didatangi dengan menumpang kereta Chuuou, tapi yang dia maksud Kokuritsu? Apa
itu maksudnya turnamen nasional?
[note: Kokuritsu alias Stadion Nasional Tokyo, kalau Indo seperti Gelora Bung Karno. Tempat final
kejuaraan sepakbola antar SMA berlangsung. Mirip Koshien bagi penggemar baseball antar-SMA.]

“Bwaha...”

Aku bisa mendengar suara tawa dari dalam diriku. Melihatnya bersikap bangga seperti itu, berpura-
pura apa yang dikatakannya keren, serius ini seperti...seperti...Aku tidak bisa membahasnya lebih
jauh. Ini sangat buruk.

“Tapi, Yumiko. Kalau kau makan terlalu banyak, nantinya kau akan menyesal.”

“Tahu tidak, aku tidak pernah gemuk, tidak peduli seberapa banyak yang kumakan. Ahh, kurasa aku
harus pergi makan yang banyak hari ini. Benar tidak, Yui?”

“Ahh, yeah, Yumiko pastinya punya selera yang bagus...Tapi aku sudah ada rencana sebentar lagi,
jadi aku harus...”

“Benar, kan? Hari ini aku ingin makan yang sangat banyak!”

Ketika Miura mengatakannya, orang-orang di sekitarnya tertawa. Terdengar hampa, seperti suara
tawa rekaman yang biasa kau dengar di acara komedi televisi. Tawanya keras, itu saja; aku bahkan
hampir bisa melihat tulisan untuk subtitlenya di bawah layar.

Aku bukannya mau menguping pembicaraan mereka atau sejenisnya, tapi suara mereka sangat keras
sehingga terdengar di telingaku begitu saja. Sekarang aku ingat, otaku atau riajuu yang bergabung
dengan suatu grup selalu ramai. Aku ini sedang duduk di tengah ruangan tanpa seorangpun yang ada
di sebelahku, tapi semua orang terlihat bersuara sangat keras...Aku seperti menjadi mata dari badai.

Hayama tersenyum ceria. Senyumnya itu seperti menegaskan kalau dia adalah pusat perhatian,
dicintai oleh semuanya.

“Cuma mau mengingatkan: jangan makan banyak-banyak atau perutmu bisa meledak.”

“Seperti, kataku. Tidak peduli berapa banyak yang kumakan, aku akan baik-baik saja! Aku tidak
akan gemuk. Benar tidak, Yui?”

“Ahhh, Yumiko sangat luar biasa. Kakimu juga indah sekali. Tapi serius nih, aku harus...”

“Ehh, benarkah? Tapi gadis yang bernama Yukinoshita itu juga punya kaki yang bagus juga, benar
tidak?”
“Ah, itu benar. Kaki Yukinon juga indah...”

“.....”

“...Ah, tapi, maksudku, punya Yumiko pasti yang terbaik!”

Ketika Miura mengerutkan alisnya, Yuigahama dengan cepat berusaha menyelamatkan dirinya. Apa-
apaan ini...Ini seperti melihat drama Ratu dengan pembantunya. Meski begitu, tampaknya kata-kata
tambahan Yuigahama tadi tidak cukup untuk mengembalikan suasana hati Sang Ratu. Tatapan mata
Miura terlihat menajam, dia tampak tidak senang.

“Well, sebenarnya, kurasa sekali-kali tidak apa-apa...Ini hanya latihan biasa, aku bisa menemanimu
pergi.”

Hayama mungkin merasakan tekanan suasananya, karena itulah dia dengan cepat menenangkan
suasana itu.

Sang Ratu tampak tersenyum.

“Oke kalau begitu, SMS saja kalau kau siap!”

Yuigahama memegangi dadanya seperti merasa lega.

Ya ampun, adegan tadi tampaknya parah sekali...Kita ini seperti kembali ke jaman pertengahan atau
semacamnya? Kalau ingin punya kehidupan sosial yang bagus harus berusaha sekeras itu, maka aku
akan memilih untuk menjadi penyendiri saja, terima kasih banyak.

Kemudian, Yuigahama menoleh ke arahku dan menatapku. Dia melihat ke arahku seperti hendak
meyakinkan sesuatu. Dia lalu menarik napas yang dalam.

“Umm, aku...akan pergi keluar untuk makan siang, jadi...”

“Oh, benarkah? Kalau begitu jangan lupa untuk membelikanku sesuatu ketika kembali nanti...tahu
tidak, lemon tea yang itu? Aku lupa membawa minum hari ini. Dan juga, makan siangku roti hari ini,
jadi akan sangat berat sekali jika aku tidak minum teh, benar tidak?”

“A-Ah, ta-tapi mungkin aku baru kembali ketika bel jam kelima berbunyi, itu ketika istirahat siang
selesai, dan, umm..tahu tidak...”

Ketika Yuigahama mengatakan itu, wajah Miura berubah menjadi serius.

Miura seperti sehabis digigit oleh salah satu hewan peliharaannya. Yuigahama mungkin belum
pernah membalas perkataan Miura seperti itu, dan sekarang, dari seluruh hari yang ada, dia tidak mau
melakukan apa yang Miura inginkan darinya.

“Huh? Tunggu, tunggu, ada apa ini? Tahu tidak, Yui, kau belakangan ini jarang mengobrol lama-
lama setelah pulang sekolah? Apa cuma aku, atau memang kau belakangan ini jarang berkumpul
dengan kita?”

“Ah, well, tahulah, umm, ini aku hanya ada beberapa urusan, dan, umm, ini hanya urusan pribadi,
dan aku benar-benar minta maaf, tapi, umm...”

Yuigahama tampak malu untuk mengatakannya, tapi dia meresponnya dengan segala yang dia bisa.
Apa-apaan ini...Dia ini seperti karyawan kantor yang sedang dimarahi oleh bossnya apa semacamnya?

Tapi, respon Yuigahama itu memiliki efek yang terbalik. Miura mulai mengetuk meja dengan
kukunya, seperti terganggu.

Ledakan emosi Ratu mereka membuat seluruh kelas terdiam. Bahkan Oda dan Tahara (atau entah
siapa namanya) langsung mengecilkan suara PSP-nya. Hayama dan grupnya yang berada di
sampingnya tiba-tiba menatap ke arah lantai dan terdiam.

Satu-satunya suara yang bergema di ruangan ini adalah suara dari ketukan kuku Miura ke mejanya.

“Well, bukankah harusnya aku tahu ada apa ini? Kalau kau ingin mengatakan sesuatu, maka katakan
saja. Kita kan teman, benar tidak? Menyembunyikan sesuatu dari teman, tahu tidak...Itu tidak bagus,
benar?”

Yuigahama tiba-tiba menatap ke arah lantai.

Awalnya, kata-kata Miura terdengar sopan dan normal. Bahkan, kata-katanya itu seperti
meneguhkan pertemanan diantara dirinya dan Yuigahama.

Mereka teman, satu grup, jadi mereka akan berbagi apapun satu-sama lain, itulah kata Miura. Tapi
kata-katanya itu juga bisa dimaknai berbeda: “Dan jika kau tidak memberitahuku, maka kita bukan
teman. Bahkan, kita adalah musuh.” Itulah yang kubaca dari laporan penyelidikan berbahasa spanyol
ini.

“Maafkan aku...”

Yuigahama meminta maaf; dia masih melihat ke arah lantai.

“Bukan, bukan, bukan, bukan itu yang ingin kudengar. Tadi kau ingin mengatakan sesuatu
kepadaku, benar tidak?”

Tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa mengatakan sesuatu ketika dihadapkan situasi seperti
itu. Miura tidak hendak membuat sebuah percakapan, dan Miura tidak sedang bertanya. Dia hanya
ingin membuat Yuigahama meminta maaf sehingga dia bisa menyerangnya.

Ini sangat bodoh sekali...Kalau kalian berdua ingin saling bunuh, setidaknya lakukan di tempat lain.

Akupun menoleh ke depan. Lalu aku mulai memakan rotiku sambil bermain HP. Aku kunyah secara
perlahan dan meminum minumanku. Tapi entah mengapa...Seperti ada yang menyangkut di
tenggorokanku, dan ini bukanlah rotinya.

...Apa itu sebenarnya?

Makanan harusnya menjadi hal yang menggembirakan. Seperti pria di The Lonely Gourmet.

Jangan salah paham: Aku tidak ada minat untuk membantu gadis itu, sedikitpun. Hanya saja ketika
di dekatmu ada gadis yang akan menangis, ini membuat perutku merasa tidak enak; selera makan
hilang entah kemana. Dan aku benar-benar ingin menikmati makananku ini...

Plus, menjadi orang yang diserang itu adalah keahlianku. Aku tidak bisa menyerahkan gelar
kehormatanku itu menjadi milik orang lain dengan mudahnya.

Ah, dan ada satu hal lagi:

...Aku benar-benar tidak suka wanita jalang itu.

Mejaku bergetar ketika aku tiba-tiba berdiri dari kursiku.

“Hei, kalian...”

“Kau diam saja!”

Kalian berhentilah ribut. Itu yang ingin kukatakan, tapi sebelum aku mengatakannya, Miura
mengirimkan tatapan iblisnya kepadaku.

“...Ka-Kalian tahu kapan hujan ini akan berhenti? A-Aku harusnya membawa payung, hahaha...”

Ya Tuhan! Gadis ini anaconda apa semacamnya? Membuatku ingin meminta maaf saja.

Akupun turun, ditolak, dan duduk kembali. Miura tampaknya langsung melupakan eksistensiku; dia
melihat ke arah Yuigahama yang sudah terlihat seperti babak belur.

“Tahu tidak, aku ini mengatakan ini demi Yui, tapi...Sikapmu yang diam-diam itu membuatku tidak
nyaman.”

Dia mulai mengatakan kalau ini demi kebaikan Yuigahama, tapi ditutup dengan pendapat yang
mengatakan perasaan Miura. Dia mengkontradiksikan dirinya sendiri dalam satu baris kalimat. Tapi
Miura tidak berpikir kalau itu kontradiksi, dia adalah ratu dalam grup, dan dalam sistem feodal,
pemimpin memiliki kekuatan absolut.

“...Maaf.”

“Itu lagi?”

Miura mengatakan ‘hmmph’ yang mengandung emosi bercampur kesal. Suara itu saja sudah cukup
untuk membuat Yuigahama tenggelam lebih jauh.

Sudah jangan diteruskan lagi, ya ampun...Pertimbangkanlah perasaan para penonton yang terpaksa
melihat adegan ini. Aku tidak tahan dengan tekanan suasananya...Jangan bawa-bawa penonton terlibat
dalam drama kalian berdua, kalian berlebihan.

Sekali lagi, aku mengumpulkan keberanian yang tersisa dariku. Maksudku, mereka mustahil
membenciku lebih dari ini...Aku bisa saja masuk ke pertempuran ini dengan perasaan nothing to lose,
jadi ini bukanlah hal yang buruk untukku.

Aku lalu berdiri kembali dan menatap ke arah mereka, Yuigahama lalu melihat ke arahku dengan
mata yang mulai meneteskan air mata. Dan, seperti menunggu momen yang tepat, Miura mengatakan
sesuatu dengan nada yang dingin.
“Hei, Yui, kau melihat kemana? Tahu tidak, kau ini hanya meminta maaf kepadaku saja dari tadi...”

“Dia itu bukanlah satu-satunya orang dimana kau harus meminta maaf, Yuigahama-san.”

xxx

Suara yang menggema di ruangan ini bahkan lebih dingin, lebih kejam, daripada suara Miura. Semua
orang yang mendengarkannya terlihat ketakutan. Suara itu seperti tiupan angin dari kutub utara, tapi
suara itu juga secantik aurora.

Dia berdiri di ujung ruangan kelas ini, di depan pintu, dan dia langsung menyedot perhatian banyak
orang, seperti berada di pusat dunia.

Dari semua orang yang hidup di planet ini, hanya suara dari Yukinoshita Yukino yang bisa seperti
itu.

Aku tiba-tiba terdiam, dan diriku ini berada dalam posisi separuh berdiri. Dibandingkan dengan itu,
usaha terakhir dari Miura tadi yang berusaha mengintimidasi Yuigahama terdengar seperti permainan
anak kecil. Lagipula, ketika Yukinoshita menjadi lawanmu, kau tidak akan punya peluang untuk bisa
merasa takut. Itu adalah sesuatu yang jauh diluar rasa takut dimana satu-satunya kesan yang
tertinggalkan pada dirimu hanyalah sebuah keindahan.

Semua orang di kelas ini menjadi terpesona oleh Yukinoshita. Bahkan suara ketukan kuku Miura di
meja menghilang, dan ruangan kelas ini menjadi sunyi. Tapi suara Yukinoshita segera
menghancurkan kesunyian itu.

“Yuigahama-san...Kau ini luar biasa sekali. Kau bilang kepadaku untuk menunggumu, tapi kau tidak
muncul juga hingga lewat waktu yang dijanjikan. Bukankah akan lebih baik jika kau mengirimiku
SMS kalau kau akan terlambat?”

Ketika Yuigahama mendengarnya, dia tersenyum, seperti merasa lega. Dia mulai membalikkan
badannya ke arah Yukinoshita.

“...Ma-Maaf. Tapi, umm, aku kan belum tahu nomormu...”

“...Begitu ya? Kurasa itu ada benarnya...Kalau begitu, aku tidak mau mengatakan kalau kaulah yang
bertanggung jawab. Kurasa aku bisa melupakan hal ini.”

Yukinoshita tampaknya tidak mempedulikan orang-orang di sekitarnya, dia terus mengatakan apa
yang dia ingin katakan. Sangat menyenangkan melihat dia melanjutkan begitu saja kata-katanya tanpa
mengurangi temponya.

“Tu-Tunggu dulu! Kami ini masih sedang berbicara!”

Tampaknya Miura baru saja terbebaskan dari status paralisis, dan dia mulai memotong Yukinoshita
dan Yuigahama.

Api amarah dari Sang Ratu muncul, dan apinya mulai menjadi semakin panas.

“Ada apa? Aku tidak punya waktu untuk berdiri disini dan meladenimu berbicara...Aku belum
memakan makan siangku.”

“H-Hh? Kau tiba-tiba muncul dan mengatakan itu? Akulah yang sedang berbicara dengan Yui
disini!”

“Berbicara dengannya? Bukankah yang kau lakukan hanya berteriak-teriak saja kepadanya? Ataukah
itu yang kau sebut dengan ‘pembicaraan’? Bagiku, kau itu terlihat seperti berusaha membuatnya
berada dalam posisi yang tidak diuntungkan lalu memaksakan pendapatmu kepadanya.”

“A-Apa?!?!”

“Maafkan aku karena tidak menyadari ini lebih cepat...Kuakui kalau aku tidak begitu tahu dengan
cara hidupmu, jadi aku tiba-tiba melihat kejadian itu seperti melihat cara para bangsa monyet untuk
menunjukkan dominasinya.”

Bahkan Sang Ratu Api bisa menjadi beku ketika berhadapan dengan Sang Ratu Es.

“Oooo...”
Miura menatap ke Yukinoshita, emosinya jelas sekali. Tapi, Yukinoshita membuat tatapan tajam
Miura itu lewat begitu saja.
“Kau bisa berteriak-teriak sambil menepuk-nepuk dada sesukamu, dan kau juga bisa bersikap seperti
dirimu adalah Raja dari sebuah kerajaan, tapi tolong lakukan itu di tempat pribadi dan waktu tertentu.
Kalau tidak, aktingmu itu bisa luntur, persis seperti make-upmu saat ini.”

“...Huh, apa yang kau katakan? Aku tidak mengerti.”

Miura terlihat seperti orang yang kalah, akhirnya dia duduk dan menyandar ke kursinya. Rambut
pirang melingkarnya melambai ke samping ketika dia mulai menekan-nekan tombol HP-nya dengan
emosi.

Setelah itu, tidak ada satupun orang yang berani berbicara ke dia. Bahkan Hayama, yang biasanya
bisa mencairkan suasana seperti ini, tidak bisa mengucapkan apapun untuk mencairkan suasananya.

Dan di sampingnya ada Yuigahama, yang hanya diam berdiri. Dia hanya meremas-remas roknya,
seperti hendak mengatakan sesuatu. Yukinoshita mungkin sudah bisa menebak apa yang akan
Yuigahama katakan, karena itulah dia mulai berjalan keluar ruangan.

“Aku akan pergi dulu.”

“A-Aku akan menyusulmu...”

“...Terserah kamu.”

“Oke.”

Ketika Yuigahama mendengarnya, dia tersenyum, tapi...Dia adalah satu-satunya orang di ruangan ini
yang tersenyum.

Hei, hei, apa-apaan dengan suasana ini...Situasinya sangat tidak nyaman, bahkan sangat sulit untuk
tetap tinggal di kelas. Tanpa sadar, lebih dari separuh siswa di kelas ini mulai meninggalkan ruangan
ini, mengatakan mereka haus atau ingin pergi ke toilet. Yang tersisa di kelas ini, selain grup Hayama
dan Miura, adalah orang-orang yang penasaran dengan ending drama ini.

Kurasa aku harus mengambil peluang ini dan berselancar keluar dari pintu! Tapi, serius ini...Jika
suasananya lebih suram dari ini, aku bisa menderita dan mati.

Aku mulai berjalan, sesenyap mungkin, menuju pintu, melewati Yuigahama. Ketika hendak
melewatinya, aku mendengar suara bisikannya.

“Terima kasih tadi sudah mau berdiri.”

x x x
Ketika aku keluar dari kelas, aku melihat Yukinoshita disana. Dia sedang menyandar ke tembok di
dekat pintu dengan menyilangkan tangannya dan menutup matanya. Dia menebarkan aura yang sangat
dingin, dan mungkin itu alasannya aku tidak melihat satupun orang di sekitarnya. Suasana lorong ini
sangat sunyi.

Karena itulah aku bisa mendengar pembicaraan yang terjadi di dalam kelas.

“...Umm, maaf. Tahu tidak, aku merasa tidak enak kalau aku tidak bisa akrab dengan
seseorang...Kau bisa katakan kalau aku sedikit kelewatan tadi...Mungkin karena itulah kau merasa
terganggu.”

“.....”

“Uhhh, well, bagaimana ya? Aku memang seperti itu. Bahkan ketika aku bermain ‘pura-pura
menjadi Ojamajo’ dengan teman-temanku, aku ingin menjadi Doremi atau Onpu-chan, tapi jika ada
gadis lain ingin menjadi mereka, maka aku memilih untuk menjadi Hazuki...Aku tumbuh besar di
kompleks apartemen dan dikelilingi orang-orang di sekitarku, mungkin karena itulah aku pikir itu
adalah cara yang terbaik...”

“Aku tidak tahu apa yang hendak kau katakan.”

“Y-Yeah, kurasa begitu, haha. Well, aku juga tidak tahu apa yang aku katakan tadi...Hanya saja,
umm, ketika aku melihat Hikki dan Yukinon, aku menyadari sesuatu. Bahkan ketika tidak ada satupun
orang di sekitarmu, mereka terlihat sedang bersenang-senang...Mereka berdua mengatakan apa yang
ada di pikiran mereka, dan meski mereka ini sebenarnya tidak akrab dengan orang, aku melihat
mereka terlihat seperti terhubung oleh sesuatu...”

Kata-kata yang kudengar itu, sesekali diselingi suara tangisan dari dalam ruangan. Setiap kali itu
terjadi, aku bisa melihat kalau bahu dari Yukinoshita seperti bergetar. Dia membuka matanya lebar-
lebar dan berusaha melihat ke dalam kelas tanpa menolehkan kepalanya. Dasar idiot, kau tidak akan
bisa melihat apapun dari sana. Kalau kau khawatir, masuk ke dalam saja. Gadis ini...Dia kurang jujur
dengan dirinya.

“Setelah melihat itu, aku mulai berpikir mungkin aku yang selama ini berusaha agar bisa akrab
dengan semua orang merupakan tindakan yang salah...Maksudku, sejujurnya, Hikki itu ya Hikki.
Kalau ada waktu luang dia menyendiri dan membaca buku sambil tertawa terkekeh-kekeh...Itu
menjijikkan, tapi dia tampaknya sedang bersenang-senang.”

Menjijikkan katanya...Setelah mendengarkan itu, Yukinoshita tertawa kecil.

“Aku awalnya berpikir kalau kebiasaan anehmu itu hanya ketika di klub saja, tapi tampaknya kau
melakukan kebiasaan itu di kelas juga. Kebiasaanmu itu sangat menjijikkan, kau harusnya
menghentikan itu.”

“Kalau kau tahu dari dulu, kau harusnya memberitahuku sejak awal...”

“Tapi itu membuatku terlihat normal karena aku tidak melakukan seperti itu. Lagipula, siapa yang
mau memberitahumu setelah kau melakukan hal yang menjijikkan seperti itu?”

Aku bersumpah akan lebih hati-hati dari sekarang. Aku tidak akan membaca satupun Light Novel
tentang Dewa yang jahat di sekolah.

“Jadi kupikir, mungkin aku harusnya tidak melakukan ini terlalu keras, aku ingin melakukan ini
dengan santai...Atau sejenis itu. tapi bukannya aku membenci Yumiko atau semacamnya. Kita masih
berteman...bersahabat...setelah ini, benar tidak?”

“...Hmph. Begitu ya. Ya sudah, terserah kamu. Kurasa itu tidak masalah.”

Aku mendengar suara Miura yang menutup HP-nya.

“...Sekali lagi, maaf ya. Terima kasih.”

Dengan begitu, percakapan di ruangan terhenti, dan aku mendengar suara langkah sepatu Yuigahama
ke arah pintu. Mendengar itu sebagai sebuah sinyal, Yukinoshita juga menegakkan posisi tubuhnya
dari yang sebelumnya bersandar di tembok.

“...Well, ternyata dia bisa melakukannya sendiri.”

Untuk sejenak, aku seperti terhipnotis oleh senyum yang ada di wajah Yukinoshita.

Itu adalah sebuah senyuman, senyum yang sederhana, senyum yang tulus, dan tidak ada satupun rasa
sinis atau sarkasme ataupun kebencian.

Tapi, tidak lama kemudian senyum itu menghilang, dan ekspresi Yukinoshita kembali ke dirinya
yang biasa, beku seperti es. Sementara aku terdiam melihat senyuman Yukinoshita itu, dia dengan
cepat berjalan ke ujung lorong dan menghilang, tanpa pamit atau sejenisnya kepadaku. Dia mungkin
bergegas ke tempat pertemuan dimana dirinya dan Yuigahama telah sepakat sebelumnya.

...Well, apa yang harus kulakukan? Aku mulai berjalan pergi, tapi tepat ketika aku mulai berjalan,
pintu kelas terbuka.

“Eh? Ke-Kenapa Hikki berdiri disini?”

Aku hanya bisa terdiam, tapi aku hanya bisa mengangkat lengan kananku dan menyapanya, berharap
aku bisa lolos dari situasi ini. Setelah kulihat, wajahnya mulai memerah.

“Apa kau mendengarnya?”

“A-Apa maksudmu dengan mendengar...?”

“Kau pasti mencuri dengar, ya? Wajahmu berkeringat?! Menjijikan! Stalker! Orang aneh! Um
umm...Menjijikkan! Aku tidak percaya kamu! Kau benar-benar menjijikkan. Kau benar-benar sangat
menjijikkan!”

“Hei tunggu dulu! Tahan dirimu!

Maksudku, aku ini bisa sedih jika kau melemparkan banyak sekali cacian tepat di depan wajahku.
Dan jangan mengatakan bagian terakhir tadi dengan ekspresi yang sangat serius, sialan...Aku merasa
diriku benar-benar terluka saat ini.

“Hmph, sudah telat bagiku untuk berhenti. Dan kau pikir salah siapa tadi? Idiot.”
Yuigahama menunjukkan lidahnya yang berwarna pink untuk mengejekku, setelah melakukan aksi
provokasi imut tadi, dia berlari meninggalkanku. Apa dia anak SD apa semacamnya? Jangan lari-lari
di lorong, sialan.

“Salah siapa...Ya salah Yukinoshita, benar tidak?”

Aku berbicara ke diriku sendiri. Aku sendirian, jadi kurasa itu normal.

Ketika kulihat ke arah jam dinding, waktu istirahat siang ini hanya tersisa sedikit. Yang tersisa dari
jam makan siang ini, hanyalah rasa hausku. Mungkin aku harusnya beli minuman ion agar rasa haus
di tenggorokan dan hatiku ini hilang.

Sambil berjalan ke mesin penjual minuman, aku menyadari sesuatu.

Otaku saja punya komunitas, jadi mereka tidaklah sendirian.

Dan menjadi riajuu berarti berarti kau harus menaruh perhatian lebih kepada aturan dan
keseimbangan, jadi ini benar-benar berat.
[note: riajuu ini semacam gaya hidup damai, istilah populer di masyarakat Jepang.]

Jadi pada akhirnya, akulah satu-satunya orang yang sendirian. Aku tidak butuh Hiratsuka-sensei
untuk mengisolasiku, karena aku sudah terisolasi dari kelasku...Jadi tidak ada gunanya mengisolasiku
di klub relawan.

...Kesimpulan yang sangat menyedihkan. Kenyataan memang sangat kejam.

Satu-satunya hal manis yang terjadi di hidupku adalah rasa dari minuman ion ini.
x Chapter IV | END x

Anda mungkin juga menyukai