pdf
Kurasu No Daikiraina Joshi To Kekkon Suru Koto Ni Natta Volume 1
pdf
Kurasu No Daikiraina Joshi To Kekkon Suru Koto Ni Natta Volume 1
pdf
Kurasu No Daikiraina Joshi To Kekkon Suru Koto Ni Natta Volume 1
pdf
Aku menikah dengan teman sekelasku. Yang juga musuh terbesarku
di sekolah. Dalam cerita normal mana pun, pernikahan adalah bagian
dari akhir yang bahagia. Tapi dalam cerita kami, itu adalah awal yang
menyedihkan.
Hojo Saito sedang berjalan di lorong saat dia melihat seorang gadis
dan berhenti di tengah jalan. Sakuramori Akane. Sebagai seseorang
yang kecantikannya sekelas model, dia populer di sekolah. Begitu
mata mereka bertemu, Akane mengangkat alis tipisnya. Ini akan
menjadi merepotkan.
“Jika kamu memberi tahu siapa pun di kelas bahwa kita menikah, aku
akan membunuhmu.”
“Jika mereka tahu bahwa aku menikah denganmu, aku akan mati. Ini
akan menjadi akhir dari kehidupan sosialku! ”
"Aku juga tidak ingin orang tahu bahwa kita sudah menikah. Tidak
ada gunanya juga. Aku tidak akan memberi tahu siapa pun. "
Akane gemetar.
"Baik."
Dia tidak pernah berpikir dia akan menikah di tahun ketiga sekolah
menengahnya, tetapi dari semua orang yang akan dinikahi, itu pasti
seorang gadis di kelasnya yang dia benci.
Salah satu orang yang bertugas hari ini adalah Akane dan saat ini dia
melemparkan jurnal itu ke meja Saito.
“Kamu juga tidak menulis apa pun di kolom mata pelajaran! Apa
maksudmu 'lihatlah jadwalnya'?”
“Tentu saja itu perlu! Kamu juga tidak menghapus papan secara
menyeluruh, tidak menulis apa pun di bagian 'kontak'! Dan mengapa
kamu menulis 'Hantu dan Iblis' di kolom absen? Apakah ada Iblis di
kelas ini? "
“Dan juga tahukah kamu bahwa ada iblis di kelas ini. Jadi aku tidak
terlalu salah ketika menulis hal itu. "
“Aku membacanya!”
“Ini adalah salahnya. Dia tidak memiliki kesadaran diri sama sekali
dalam (tugas kelas), dan juga sebagai manusia pada umumnya. "
"Mengapa? Mengapa…?"
Dia tampak seperti boneka dengan tubuhnya yang kecil. Rambut nya
yang sepanjang pingganya membuat dirinya terlihat ramping.
Kulitnya memiliki pigmen rapuh terkesan berbeda dari dunia ini, yang
membuatnya cocok dengan kaus kaki putihnya.
“Aku tidak berdebat. Aku hanya diseret secara sepihak ke dalam ini. "
“Ya, hanya Shisei yang mengerti Ani-kun. Shisei berbagi rasa sakit
“Tapi, coba pikirkanlah, karena terlalu terikat satu sama lain, Apakah
Akane benar-benar memperdulikan/(memperhatikan) Saito?.”
“Ha, haaa!? Itu tidak mungkin! Biarpun semua laki-laki di dunia ini
kecuali Saito menghilang, aku tidak akan mengencani lelaki ini! ”
“Itu kalimatku! Bahkan jika dunia ini terbalik, aku tidak akan pernah
berkencan denganmu! "
“Maaf kakek, aku tidak ingin pergi berkencan. Aku memiliki buku
yang ingin kubaca hari ini. ”
“Kamu bisa membaca buku kapan saja. Cepat atau lambat kau akan
bekerja di tempatku/(perusahaanku). Jika kamu membuatku tidak
“Aku tahu kamu tidak akan terluka dengan sesuatu yang sederhana
seperti itu.”
Disaat seperti ini, dia tidak memiliki pilihan lain selain menyerah. Dia
tidak tahu apakah ini hal yang normal untuk seorang pebisnis yang
sukses, tetapi kakeknya selalu konsisten dan terus berkembang di
bidang pekerjaan yang ingin dia lakukan
"Tolong jangan terlalu kecewa padanya. Dia bukan orang yang jahat
... meskipun dia juga bukan orang yang baik. "
"Tuan Saito sangat dicintai oleh orang itu, tidak seperti ayahmu."
"Tidak ada yang salah dengan itu. Bukankah semua jenius seperti itu?
"
"Hah?"
“Ini adalah perintah yang diberikannya untukku. Aku minta maaf atas
kesewenang-wenangan majikanku. "
Ayah Saito adalah anak pertama Tenryuu; Namun, dia tidak bekerja
di perusahaan Houjou, melainkan dia hanya bekerja sebagai pekerja
kantoran biasa. Jadi bagi (keluarga) Saito, ketika dia dibesarkan di
keluarganya, ini bukanlah tempat biasa yang bisa dia datangi.
Saito mendongak.
“…..Geh”
Dia menyerah dan mendekati deretan kursi. Dia memilih tempat yang
jauh dari Saito dan duduk di sudut. Mengangkat helai rambutnya
dengan satu tangan, dia menghela nafas panjang.
“A ~ ah, sudah lama sekali aku tidak bisa menikmati makan malam
bersama nenek, dan sekarang kamu ada di sini, merusak suasana
hatiku. Benar-benar nasib yang buruk."
“Kapan aku mengatakan itu? Jika kita berdua tidak memiliki urusan
satu sama lain, tolonglah untuk tetap diam."
"Aku tidak suka sikapmu! Aku tidak akan diam sampai kamu
meminta maaf! Selama-lamanya!"
"Betul sekali! Aku akan mengikutimu di mana pun kau berada! "
“Kamu menyebalkan…”
Bagi Saito, bukan berarti dia membenci Akane tanpa alasan sama
sekali. Dia diserang tanpa henti seperti ini setiap hari, dan akan
menjadi keajaiban jika dia tidak kesal sama sekali. Jika seorang
kerabat seperti Shisei dikecualikan, orang yang paling banyak
berbicara dengannya adalah Akane - yah, lebih tepatnya berdebat.
Terdengar suara mesin yang keras, diiringi dengan sebuah music, dan
badan mobil yang dipoles. Pria di kursi pengemudi mengenakan
kacamata hitam, sedangkan pembantu wanitanya sedang duduk
bersila.
"Kakek?"
"Nenek!?"
“Ara ara, mereka sudah mulai duluan? Anak-anak jaman sekarang ini
terlalu tidak sabar. "
"Mengapa!?"
“Aku tidak bisa makan malam dengan orang ini! aku yakin aku akan
muntah karena suasana hatiku yang sangat buruk. "
Nenek Akane terkikik. Dia mungkin terlihat baik, tapi itu adalah tawa
dengan niat tersembunyi di baliknya.
“Menyerahlah.”
“Fukyu ~”
–Aku tidak pernah berpikir akan ada orang yang bisa membuatnya
diam.
Saito sedikit tersentuh, tapi kerah bajunya juga ditarik oleh kakeknya.
Karyawan restoran tidak ikut campur dalam masalah ini, dan hanya
memperhatikan hal-hal lain. Masuk akalnya adalah, karena meskipun
itu adalah restoran kelas atas, jika mereka menjadi musuh Houjou
Tenryuu, mereka tidak akan ada lebih lama lagi.
Itu adalah ruangan besar bergaya Jepang, di dalamnya ada meja yang
terbuat dari kayu eboni. Di luar ruangan ada kolam, dengan koi
berenang di dalamnya. Suara pipa bambu shishiodoshi juga sangat
menghibur, sungguh tempat yang yang sangat indah.
"…Bersulang."
“Aku sangat lapar, tapi karena adanya kamu di sini membuat nafsu
makanku hilang.”
“Akan lebih cepat jika kamu direduksi menjadi kurang dari satu unit
kuantum.”
Baik Saito dan Akane berteriak. Saito merasa bahwa dia terus
bertengkar sejak datang ke restoran ini. Dia juga sangat khawatir,
mungkin karena si jenius Tenryuu itu melemah?
"Jadi langsung saja, apa ada hal yang penting di sini? Mengapa kita
dipanggil ke sini? ”
""………….Hah?""
Sashimi Saito dan Akane yang saling mereka perebutkan jatuh dari
sumpit mereka.
"Aku."
“Ketika kita masih muda, Chiyo dan aku sangat dekat… atau itulah
menurutku. Namun, kita terus melewati masa lalu satu sama lain, jadi
kita tidak dapat berakhir sebagai pasangan. Aku menikahi istriku, dan
hidup bahagia. Dia telah meninggal selama lebih dari satu dekade
sekarang, jadi aku telah menyelesaikan tanggung jawabku sebagai
seorang suami. ”
“Suamiku juga meninggal beberapa waktu lalu. Jadi saat ini aku
selalu diurus oleh Tenryuu setiap malam. "
Tenryuu berdehem.
Saito terkejut.
“Haaa !? Fitnah tidak sopan apa yang baru saja kamu katakan
tentangku? Menikahiku akan membuat siapa pun bahagia! Lebih dari
gadis mana pun yang akan menikahimu! "
“Kuku …… kukukukuku….”
“Fufu …… .fufufufufufufu….”
“Saito. Jika kamu tidak mau mendengarkanku apa pun yang terjadi,
aku akan membiarkan anjing ini dengan bebas mewarisi Houjou corp.
"
Terlebih lagi, tampaknya itu adalah salah satu jenis anjing yang paling
buruk, dan sekarang dia kencing di atas tikar tatami di restoran
mewah. Itu rakus, dan diluncurkan langsung di atas meja, melahap
sashimi dan daging. Tipe yang melakukan apa pun yang
diinginkannya.
"Oh ya. Ini mungkin akhir bagiku dan korp Houjou. "
Tapi, hal itu mungkin saja bagi Tenryuu yang jenius. Bahkan putra
pertamanya, ayah Saito, dia tidak dapat memegang jabatan tinggi, dan
dipecat dari perusahaan karena kurangnya keterampilan. Ada desas-
desus bahwa yang mengalir di dalam nadinya bukanlah darah, tapi
baja.
“……~!”
“P,Pernikahan…”
Dia memandang Saito seolah dia akan menangis. Dia merasa aneh
karena, berbeda dari orang yang selalu menyerangnya setiap hari, dia
adalah gadis SMA yang normal dan imut.
“Itu ada hubungannya denganku. Kita berdua perlu tahu kartu apa
yang digunakan pihak lain untuk mengancam kita. Jika tidak, kita
akan didorong ke dalam perjanjian yang tidak adil itu. "
Hari ini, ketika menerima telepon neneknya, dia pikir dia akan
menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa untuk besok dan
seterusnya. Tapi, hanya dalam beberapa jam, itu seperti surge dan
bumi yang diterbalikkan.
Bagi Akane, Saito adalah duri di matanya. Terlepas dari semua upaya
Akane, Saito terus menduduki peringkat teratas dalam segala
pelajaran, sejak pendaftaran. Dia akan marah secara tidak sadar hanya
dengan melihat wajahnya yang tidak sadar diri itu.
"Mengapa?"
“…… Karena, aku, memiliki seseorang yang kusuka. Aku tidak ingin
menikahi siapa pun kecuali orang itu. "
“…… Un.”
Akane merasa sedikit cemburu. Ini adalah rasa cinta gadis SMA
biasa. Jika dia menikah tanpa mengetahui rasa ini, akan terasa sangat
sepi dan membosankan.
“Ada yang aku suka? Siapapun yang aku suka… .siapa pun yang aku
suka …….? ”
“Jika kamu tidak memiliki orang yang kamu suka, kamu bisa menikah
saja.”
"Jadi?"
“Ya, ha ~, ahahah.”
“Eh? Apa?"
“Itu, h-ha-hal,m,me,mesum!"
“Seharusnya… uuu….”
“Jika Akane khawatir tentang hal-hal seperti itu, aku bisa memberimu
beberapa material sebagai referensi! Beberapa hari yang lalu aku
melihat artikel tentang ‘Memonopoli Hati Laki-Lakimu ♥Kumpulan
Teknik-Teknik Malam Hari'~ "
"Tidak dibutuhkan! Karena aku pasti, pasti tidak akan menikah! "
Pernikahan dan perusahaan. Itu adalah satu set yang aneh. Dia ingin
memiliki perusahaan kakeknya di tangannya, tetapi harga untuk itu
ditentukan oleh partnernya.
Meskipun dia tidak terlalu tertarik pada cinta, dia memiliki keinginan
tentang itu juga. Dia memahami bahwa untuk memiliki kehidupan
siswa yang bermakna, seseorang harus mengalami satu atau dua
hubungan.
“Baiklah”
“Tugas yang tidak masuk akal dan sulit? Seperti mengupas kulitmu
dari dalam ke luar? ”
"Terus?"
“Dia ingin seseorang mewarisi Houjou corp, jadi dia memilih untuk
memutuskan hidup cucunya. Jika aku tidak mendengarkannya, dia
akan membiarkan anjing liar mengambil alih perusahaany. Sesuatu
seperti itu."
"Berlebihan, kan?"
“Apa Ani-kun lebih suka hidup bebas? Atau apakah kamu lebih suka
perusahaan? ”
“Itu serakah.”
“Dan makhluk hidup tidak pernah bebas sejak awal. Dunia ini penuh
"Tidak apa-apa jika kamu tidak mengerti. Bahkan jika Ani-kun jatuh,
menjadi pria yang mencari sisa makanan di tong sampah, Shise akan
mengikutimu. ”
""Iya""
Keduanya mengangguk.
“Kalau begitu aku akan bertanya. Jalan kehidupan macam apa yang
akan kalian ambil? Jalan seorang idiot, atau jalan orang yang bijak?”
“Aku….” “Aku….”
""Akan menikah.""
“Aku, tidak memiliki pilihan lain… Menikah atau apapun itu baik-
“Luar biasa!”
"Apa yang kamu bicarakan? Kalian berdua akan menikah di sini dan
sekarang. Aku sudah menyiapkan rumah baru untuk kalian berdua.”
Saito tidak yakin dengan apa yang baru saja dia dengar dari kakeknya.
“Setidaknya biarkan aku pulang sekali saja. Saat ini aku hanya
membawa tas sekolah.”
"Sejak kapan…"
“Saat kalian berdua masih di kelas. Masa Muda itu terbatas, jadi
semakin cepat kita melakukannya, semakin baik.”
“Kau IDIOTTTTTTTTTTTTTTTTTTT~!”
Situasi ini membuat Saito benar-benar bingung. Tidak ada cinta, tidak
ada pengakuan, tidak ada kencan, tidak ada apa-apa. Dan entah
bagaimana ada pernikahan. Hatinya pasti tidak siap untuk ini.
“Aah…. Kucing lucu…. Begitu lembut dan berbulu… dunia ini penuh
dengan kucing… tidak ada manusia di dunia ini, hanya kucing….”
—-Sialan, aku tidak tahan dengan ini. Bahkan jika hanya aku sendiri,
aku harus tetap tenang…
Itu memiliki 2 lantai, tempat parkir, dan bunga yang mekar ditanam di
taman halaman belakang.
Dia marah karena diperlakukan seperti itu oleh kakeknya, tetapi tidak
ada pilihan baginya sekarang selain dengan patuh menuruti kata-
katanya. Dia memutuskan di hatinya bahwa setelah dia mendapatkan
tangannya di perusahaan itu, dia akan segera menendang kakeknya
keluar dari perusahaan itu.
“Wah~….”
“Aahh, begitu. Setelah semua yang terjadi aku juga ingin merasakan
kehidupan sendirian seperti sebuah mimpi milikku!”
Pintu yang Tenryuu buka adalah kamar mandi yang sangat indah
sampai-sampai tidak ada yang mengira itu adalah sesuatu yang
dibangun untuk sebuah rumah pribadi. Bak mandi dibangun di atas
lantai, dengan deretan keran air berjejer di permukaan yang rata dan
sangat halus.
"Dengan kamar mandi sebesar ini, tidak akan ada kesulitan jika kalian
berdua masuk kan?"
“K,Kita berdua~?”
“Jika kamu menyalakan sakelar ini, gelembung akan keluar dan akan
membentuk busa mandi~. Yang ini mengubah lampu menjadi merah.
Aku merekomendasikan warna ungu, untuk suasana romantis.
Tujuan yang ditetapkan kakek dan nenek ini untuk anak-anak, terlalu
luas. Dia ingin mengatakan bahwa jika mereka ingin menghidupkan
kembali masa muda mereka, maka mereka harus melakukannya
sendiri, tetapi pada kenyataannya, mereka melakukan begitu banyak
sehingga bahkan cucu mereka terpengaruh, jadi dia menyerah begitu
saja.
Akane mulai tergagap. Ini adalah puncak dari sebuah rasa malu(nya).
Itu adalah kamar tidur yang bagus… tapi masalahnya adalah, tidak
ada kamar tidur atau tempat tidur lain.
“Tentu saja, kalian berdua tidur di ranjang yang sama. Itu adalah
sesuatu yang jelas untuk pasangan yang sudah menikah, kan? ”
"Tidak mungkin!"
“Ini bukan hanya tempat tidur biasa. Itu dapat bergerak hanya dengan
menekan satu tombol, dan cermin juga disertakan. Ada juga daftar
lagu latar yang bisa dipilih untuk membuat malam pasanganmu lebih
meriah.”
"Ini adalah hal yang penting. Tempat ini adalah sesuatu yang akan
menjadi hal yang tak terlupakan bagimu dan Saito di sini, jadi cobalah
yang terbaik.”
Setelah itu, kakek dan nenek yang berubah menjadi dewa asmara itu
melanjutkan memperkenalkan mereka di sekitar rumah.
Desain rumah tidak diragukan lagi akan membawa air mata gembira
bagi pengantin baru yang normal. Tapi, sayangnya, pasangan kita di
sini tidak sepenuhnya normal, sebaliknya, mereka seperti minyak dan
air. Semakin banyak trik yang digunakan untuk memperkuat cinta
mereka, semakin menakutkan bagi mereka.
“Aaaaaaaaaaa…..”
Akane merintih dan hampir tidak bisa berkata apa-apa, dia berlutut ke
jalan dan mengulurkan tangannya. Tangan itu tidak bisa menjangkau
neneknya. Ini adalah keinginan yang tidak adil.
Mereka tidak bisa hanya tinggal di luar selamanya, jadi Saito dan
Akane masuk ke rumah baru.
“Jangan pura-pura tidak tahu! H-hal mesum! Apakah kamu pikir aku
tidak menyadari bahwa kamu menatapku dengan tatapan mesum sejak
awal !? ”
"TIDAK_-----------!!"
“T, tenang. Aku bukan orang yang akan memaksa orang lain seperti
itu.”
“Kamu membalas dari hal itu !? Apakah aku terlihat seperti manusia
bagimu?”
Itu akan meninggalkan rasa tidak enak di mulutnya jika dia hanya
memuaskan dirinya sendiri. Tidak ada pilihan lain lagi, jadi Saito
memulai percakapan.
"Aku tidak ingin melakukan sesuatu seperti menjadi ‘suami dan istri!’
"
'Suami dan istri' – Pikir Saito, tetapi dia tidak ingin mengakuinya jadi,
dia tetap diam.
“Bahkan jika itu bukan seorang suami dan istri, setidaknya duduk dan
makan sesuatu, oke?.”
Akane gemetar.
Mata Akane bersinar. Dia melesat ke tempat Saito, meraih piring dan
melesat keluar dari ruang tamu. Langkah kakinya yang berlari
bergema dari tangga.
Dia dengan cepat mandi, dan setelah bersiap untuk sekolah besok, dia
pergi ke tempat tidur.
Akane masih belum ada di sana. Apakah dia berniat untuk tidur di
ruang belajarnya sendiri?
Dan, jika dia tidak memenuhi syarat Tenryuu, anjing itu akan menjadi
CEO.
Dia harus menghindari itu dengan cara apa pun. Itu akan baik-baik
saja bagi Akane jika dia mengabaikannya karena sejak awal ini bukan
masalahnya, tetapi setidaknya Saito harus menuruti kakeknya.
“……………”
Banyak hal yang terjadi hari ini. Termasuk salah satu peristiwa
terpenting dalam hidupnya, dan dia tidak ingin hari ini
menemukannya lagi di masa depan. Sementara dia memikirkan itu.
Pipinya merah seperti dia tidak dapat menahan rasa malunya, dan dia
bergoyang-goyang dengan gelisah.
“Eh, umm…”
Ini adalah keadaan langka yang biasanya tidak terlihat dari teman
sekelas perempuan yang sekarang berbagi kamar dengannya. Bahkan
jika mereka berdebat seperti kucing dan anjing pada umumnya,
kekuatan ofensif semacam ini masih tidak berubah. Khusus untuk
wanita muda ini, hanya penampilan luarnya saja dapat memancarkan
keimutannya yang sempurna.
Tempat tidurnya hampir tidak cukup besar untuk memuat dua orang
"…Aku mengerti."
Saito menyadari nada suaranya juga satu oktaf lebih tinggi dari
biasanya.
Saito bahkan tidak tahu apa yang dia sendiri katakan. Dia tidak
memiliki kepercayaan diri untuk menjawab jika ditanya apa artinya
‘jangan khawatir’.
Dia tahu bahwa dia tidak dipercaya oleh Akane, tetapi dia tidak puas
dengan itu.
"Iya. Meskipun aku tidak menyukainya, tidak ada yang bisa kita
lakukan selain mencoba yang terbaik. Demi mimpiku, aku bisa
menerimanya.”
Sepertinya dia sama dengan Saito, dia setuju untuk menikah dengan
harapan mewujudkan impiannya.
“Aku bilang aku mengerti. Itu sulit untuk dikatakan, aku akan
menepati kata-kataku. ”
Saito tertawa.
“D,Duduklah disini dengan riang, dan suatu hari kau akan melihat!
Ya, benar….. contohnya, tepat pada tengah malam nanti……”
“Ah~……..”
Wanita muda ini benar-benar dapat serius, tetapi didalam dirinya juga
ada ke-kikuk-an. Tadi malam di rumah baru, dia hampir jatuh dari
tangga entah berapa kali. Bahkan ditempat pertama bertemu di lorong
seperti ini benar-benar tidak masuk akal, bahkan kita berangkat pada
jam yang berbeda agar kita tidak terlihat seperti hidup bersama.
Saito belum pernah melihat perempuan berdebat satu sama lain, jadi
dia pikir mereka tidak akan pernah berdebat bahkan di masa depan.
Itu sangat kontras dengan hubungan Akane dan Saito.
Saito membeku.
“Ani-kun, sampomu baunya berbeda hari ini. Kamu tidur dimana tadi
malam?."
“~…….Kenapa…..”
Sebelum dia bisa bertanya bagaimana dia sudah tahu, kata Shisei.
"Aku mohon kepadamu. Tolong jangan beri tahu siapa pun tentang
pernikahan itu untukku. ”
"Apalagi sekarang…?"
“Wah~”
Sementara itu, Saito takut jika suatu hari dia akan meminta suatu
kondisi yang mengerikan.
Dia diam. Seorang gadis muda yang terbang dengan diam membuat
semua orang menggigil.
"…..Sesuatu."
"Aku serius. Apa yang kudapatkan dari memberi tahu Shise tentang
hal ini?”
"Shisei-chan, lakukan yang terbaik." "Tidak ada yang perlu kau takuti
lagi." "Mari ke tempat yang aman bersamaku." “Ayo datang ke suatu
tempat yang sunyi dan terlindung dari sinar matahari.”
“..~”
“Kya~!?”
Saito dan Akane memelototi satu sama lain, dengan mata yang berair
dan rasa sakit.
Dia biasanya adalah orang yang tenang untuk anak seusianya, namun,
setiap kali dia berbicara dengan Akane, dia hampir tidak bisa
menahan emosinya. Selain itu, dia hanya tidak ingin berhubungan
dengan Akane.
“Kuh~…..”
Ada tekad dalam dirinya, namun, sekali lagi karena mereka berebut
bola, dia/(Saito) dan Akane bertabrakan dengan sangat keras.
“Bisakah kamu bermain dengan benar lain kali? Jika tidak, aku akan
lebih suka menjadi orang yang mengambil bola!.”
“Uuuuu….”
Dia diam-diam menyatakan bahwa dia tidak akan gagal jika dia
mendapatkan bola.
-Inilah saatnya!
Akane hampir berteriak "Bahkan jika kita adalah suami dan istri", tapi
Saito dengan cepat membungkamnya.
“Mmph~! Mugamugamuga!”
“Aku sudah selesai denganmu! Sedikit lagi dan aku tidak bisa
menjadi pengantin lagi!”
“Kamu tidak tahu? Karena Akane dan Saito selalu bertengkar, kalian
berdua sekarang dianggap pasangan di sekolah. Kamu masuk dalam
daftar Pasangan Sejati, dan memenangkan peringkat 2 teratas untuk
pasangan suami istri paling lucu di sekolah?”
Ketika dua orang yang seperti anjing dan kucing di sekolah hidup
bersama, maka sesuatu tidak akan berjalan dengan baik .
Saito melihat ke atas meja ke dapur. Akane baru saja kembali dari
sekolah jadi dia masih mengenakan seragamnya dan memegang
belanjaan yang dibeli langsung dari supermarket.
“Kya—!”
"Protein tertutup."
“Kamu….apa kamu berniat hidup hanya dengan mie instan, jus buah,
dan protein mulai sekarang?”
“Ini bukan makanan, aku menolak! Terutama hal yang kamu buat
sekarang. Ini seperti air limbah.”
"Tidak?"
"Baik."
Saat dia sedang melamun, Akane mengeluarkan tawa yang dia tahan
di dalam hatinya.
“Fufufufufu….”
“Makan malam terakhirku ya…. Aku ingin tahu apakah ada racun di
dalam…”
Saito bergidik.
—Apakah dia memasukkan racun saat aku tidak melihat? Tidak, dia
pasti mengarahkan pandanganku ke titik buta? Atau dia mungkin
telah menggunakan trik sulap...
Ada daging babi dengan bayam, telur goreng, sup miso, dan nasi.
Daging babi rebusnya oke, dan bumbu yang terdiri dari lobak
cincang, umbi, dan bayam menonjolkan selera makan. Ketika dia
menggigit tomat, dia bisa merasakan asam dan manisnya jus melalui
lidahnya.
Jadi, bagi Saito, “makanan keluarga biasa” adalah sesuatu yang sangat
istimewa. Berbeda dari rumah orang tuanya di mana semua orang
jauh bahkan jika mereka masih kerabat, ini memberinya suasana
keluarga.
"……Normal."
Ini akan menjadi neraka jika dia disuruh kembali ke Minuman Protein
Kocok tersebut setelah merasakan makanan seperti ini. Selera Saito
bukanlah seperti robot, dia juga ingin menikmati masakan asli
daripada kombinasi kimia yang mematikan itu.
Itu seperti ini setiap hari. Saito dan Akane sama-sama siswa yang luar
biasa dan aneh, tapi selalu bertengkar satu sama lain sejak bergabung
di SMA. Tidak ada yang tahu bagaimana menjadi seperti ini.
“Aku akan memakan semua yang kamu masak! Aku tidak akan
meninggalkan apapun meskipun itu hanya sebutir beras!”
“Bangun…bangunlah….”
Sebuah suara yang imut memasuki telinganya, ketika dia sedang tidur
dengan selimut yang lembut.
“Sedikit lagi…”
“Hya~!?”
Ada sesuatu yang berbeda dari biasanya. Ketika Saito menyadari itu,
dia tidak punya waktu untuk membangunkan kesadarannya.
Orang yang berdiri di sana bukanlah Shisei, itu adalah Akane yang
sedang mengenakan apron. Wajahnya merah dan matanya berkaca-
kaca.
“J,jadi ada aturan di rumah ini yang menyatakan kamu akan ditarik ke
tempat tidur jika kamu membangunkan seseorang…? Bukankah
harusnya tidak ada aturan seperti itut…?”
“Jadi kamu akan menariknya masuk jika itu Shisei!? Kalian berdua
memiliki hubungan yang seperti itu!?"
“Aku tidak tahu apa hubungan kita berdua/(Shise dan Saito), tapi itu
jelas tidak seperti yang kamu bayangkan! Pertama-tama, letakkan
senjatamu terlebih dahulu! ”
"Tidak peduli makanan siapa itu, aku tidak butuh makanan sisa."
"Marah…?"
“Kemarilah, cepat.”
Irisan lobak dan bacon diambil dari lemari es dan diletakkan di atas
meja. Pemandangan yang menawan. Ponsel yang diletakkan diatas
meja Akane memainkan BGM yang pas ketika sedang bekerja.
"Ini!"
"Ini bukan 'apa yang salah'! Kenapa piring kotornya masih ada!? Aku
menyiapkan makan malam tadi malam jadi kamulah yang harus
membersihkannya?”
"Tidak tahu."
Bahkan jika dia mengatakannya seperti itu, baik orang tuanya maupun
Shisei tidak pernah mengeluh tentang tempat duduk toilet, jadi dia
tidak bisa memahaminya. Bahkan jika dia dimarahi di pagi buta
semacam ini, dia juga bisa marah.
“Inti kertas toilet masih ada, begitu juga dengan kotak sabun, apa
artinya itu?!. Apakah kamu berencana untuk membuat rumah yang
menakjubkan ini menjadi hutan hujan?”
“Aku sakit kepala karena kau mengoceh di pagi hari. Diamlah sedikit
untukku.”
Untungnya, rumah ini memiliki televisi berukuran besar dan satu set
speaker yang tidak dapat dibandingkan dengan rumah orang tuanya.
Bahkan sejak dia pindah dia selalu ingin mencoba untuk bermain
game, tapi dia tidak punya pilihan.
Setelah bermain selama dua jam, dia terus mengikuti alur cerita ketika
lankah Akane terdengar mendekat. Saito merasa perutnya terbakar
hanya karena itu.
Dia berdoa agar roh jahat itu pergi tetapi itu sia-sia, Akane melesat
tepat ke ruang tamu.
“Ini bukan permainan yang aneh. Ini adalah game Aksi Berburu
Zombie Berbasis Komunitas. Dalam game ini kamu harus membunuh
zombie yang muncul di setiap kota dan provinsi dengan tokoh symbol
dari setiap negara. Gubernur akan memberimu arahan di setiap stage,
konteks dan atraksi yang sebenarnya diciptakan Kembali, serta setiap
“Aku tidak peduli apakah itu 40% atau apa pun, gore adalah gore.
Seleramu menjijikkan.”
“Aku tidak ingin memakannya lagi setelah melihat ini! Aku tidak bisa
mengerti orang-orang yang bermain game dengan genre kekerasan.
Orang-orang itu pada dasarnya adalah penjahat.”
"Apa!"
Dahi keduanya saling bergesekan dan mata mereka melotot lurus satu
sama lain. Jika seseorang bertanya tentang perubahan mereka setelah
menikah, jawaban jujurnya bukan hanya hubungan mereka tidak
membaik, tetapi medan perang mereka semakin melebar.
“Oi, kuhh~….”
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…..”
Sekali lagi dia sadar akan hal itu, dia membuka koper yang baru
dikirim sambil menghela nafas. Dia tidak menyesalinya, tetapi itu
Ada cahaya yang datang dari kamar mandi, tetapi tidak ada suara
yang keluar darinya.
“…?!”
Note : (
͡ ° ͜ʖ ͡ ° )
Bahkan jika dia berdebat dengannya setiap hari, itu adalah fakta yang
tidak bisa dia sangkal. Tidak salah lagi, dia adalah wanita yang cantik.
Saito begitu tenggelam sehingga dia lupa untuk kembali ke ruang
ganti.
--Sialan.
Ketakutan utama naik ke seluruh tubuhnya. Dia tahu dia baru saja
melakukan kejahatan.
Panas dari kamar mandi membuat napasnya sulit. Tidak banyak menit
telah berlalu sejak dia memasuki kamar mandi, namun dia
berkeringat, dan dia merasa seolah-olah waktu berhenti.
Tapi.
“…..Aneh sekali.”
Bahkan jika orang itu adalah musuh bebuyutannya, dia tidak bisa
membiarkannya mati seperti itu.
“Sialan~…”
Wajah Akane yang biasanya kasar, kini menghilang seolah itu semua
bohong. Seorang Akane tanpa kerutan di alisnya terlihat sangat imut
sehingga tidak ada keluhan. Bibirnya basah, dan tengkuknya yang
memantul dari air tampak ke atas.
—Ini hanya reaksi biologis, ini hanya reaksi biologis, ini hanya reaksi
biologis…!
Dia tidak tahan ketika dia bereaksi seperti itu terhadap musuh
bebuyutannya, jadi dia meneriakkannya untuk menenangkan dirinya.
Dia tidak melakukan sesuatu yang jahat, ini untuk
menyelamatkannya. Namun, rasa bersalah terus menyerangnya.
"Ah."
Saito membeku.
Akane terlihat tidak fokus untuk sesaat, tapi setelah itu, dia mulai
fokus sampai wajahnya sepucat salju.
“Itu~…..”
"Aku tidak'--"
Dia tidak memiliki wajah untuk berbicara dengan Saito sekarang, dia
mengambil lebih banyak waktu untuk mengeringkan rambutnya dari
biasanya.
Dia akan merasa lebih lega jika dia tidur, tapi Saito masih terjaga. Dia
membaca seperti biasa di tempat tidur.
“………..”
“A, ano~…”
Dia tidak tahu apakah dia harus meminta maaf, atau mengucapkan
"….Apa?"
"Aku tidur."
“…~!”
“Oh, begitu! Lalu tidurlah duluan? Karena aku tidak berencana untuk
mengatakan sesuatu yang penting!”
Karena dia tidak terbiasa hidup dengan orang asing, bahkan ketika
dirumah juga dia tetap tidak bisa tenang, dan juga dia tidak bisa tidur
dengan nyenyak.
Akan lebih baik baginya jika dia pergi ke sekolah dulu, tetapi dia
sangat kecewa karena dia masih bisa mendengar Akane memasak di
dapur.
Ada roti panggang dan salad yang dipajang di atas meja. Tidak peduli
seberapa parah pertengkaran mereka, dia tetap menyiapkan sarapan.
Dia tidak yakin apakah ini karena keseriusan atau kebaikannya.
"…Pagi."
Kedua belah pihak telah banyak menghabiskan waktu untuk hal itu,
sehingga motivasi untuk saling memarahi pun menghilang.
Dia ingin melarikan diri dari medan perang ini. Itulah satu-satunya
emosi yang tersisa di dalam dirinya.
Dia tidak mengerti mengapa seorang gadis kelas 3 SMA seperti dia
bisa dalam situasi seperti ini. Sejak mereka mulai hidup bersama,
hubungan mereka hanya semakin memburuk. Dia tidak bisa
berkonsentrasi pada pelajarannya di rumah, dan juga ketika dia diluar
rumah dia hanya bisa memikirkan Saito -tentang hal-hal tercela yang
mungkin dia lakukan padanya-.
“Uuuuuuuuuuuuuuu…Himari…Himariiiiiii…”
"Dilecehkan secara seksual ... akan seratus kali lebih baik dari ini ..."
Sejak dulu dia selalu menjadi sekutu Akane. Orang lain di kelas tidak
menyukai Akane, dan tidak ingin berteman dengannya, tapi Himari
adalah pengecualian untuk itu. Dia sudah berkali-kali diselamatkan
oleh kebaikan sahabatnya, tapi kali ini dia lebih lebih mengerti
tentang nilai dirinya/(Himari).
Dia bisa memberi tahu Himari karena dia benar-benar bisa dipercaya.
Tetapi jika dia membicarakan hal ini dengan konselor sekolah, pasti
akan ada banyak masalah, jika memasangnya di papan bulletin dia
hanya akan dibanjiri oleh kritikan.
“E, etto…? Jika aku memiliki hubungan yang sangat buruk dengan
seseorang, tetapi saya dipaksa untuk dekat dengan mereka,
menurutmu apa yang harus kulakukan…?”
“Aku tidak peduli padanya! Siapa pun baik-baik saja, kecuali dia! ”
“Yah, untuk saat ini aku sudah pada batasku. Jika kita terus berdebat
seperti ini, stres akan membuatku aneh. Apa yang harus aku lakukan
tentang ini…"
Mereka tidak akan kemana-mana dengan ini. Tapi, Akane tidak ingin
mereka pergi terlalu cepat dan mengungkapkan semuanya.
“Hmm~, itu benar~. Jika itu aku, aku akan memeluk orang itu
mungkin?”
"Oh, pelukan?"
“Hya~”
“Tidak mau!”
Dia tidak bisa mengatakan bahwa dia tidur di ranjang yang sama
dengannya setiap malam.”
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…….”
"Jika itu juga tidak berhasil, maka cobalah berbicara satu sama lain
terlebih dulu?"
"Tidak seperti itu. Bahkan aku punya orang yang tidak bisa kuajak
berteman.”
“Apa?”
Tak terbayangkan. Jika itu Himari, dia bahkan bisa bergaul dengan
alien.
“Terimalah orang lain dan dengarkan mereka. Coba tebak apa yang
mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan, mengapa mereka marah.
Semakin kamu mencoba memahami pihak lain, semakin kamu bisa
menghormati mereka. Beginilah caraku dekat denganmu, Akane.”
Memang benar dia tidak terlalu dekat dengan Himari awalnya. Berkat
upaya tanpa henti Himari mendekati Akane, dia berhasil
menghancurkan dinding yang mengelilingi hati Akane.
“Setiap kali kita berbicara, aku merasa ingin mematahkan leher orang
lain menjadi dua…”
“Apakah Ani-kun hanya makan siang dengan itu? Kamu tidak bisa
membeli roti?”
"Aku sedang tidak mood untuk makan. Hanya minum saja tidak
masalah bagiku. ”
“……….!?”
Dia ingin berpikir itu hanya pijatan alis, tetapi cara berpikir Shisei
tidak normal, jadi dia tidak bisa mempercayainya. Dia ingin
menghindari tragedi lepasanya mata miliknya.
“Rumah sudah seperti neraka. Apakah kamu pikir aku akan memiliki
mood untuk makan ketika aku tinggal dengan seseorang yang
berdebat denganku setiap kali dia memiliki waktu luang?”
“…Muuu~”
Shisei cemberut.
"Itu tidak mungkin. Aku tidak cocok dengannya. Kamu tahu itu
bukan, gadis itu selalu mencoba untuk menusukku. Kami berdua
bertolak belakang.”
"Benar, kan?"
"Malas…? Mengapa?"
"Hal itu…"
“Adalah egois jika kamu ingin dirimu yang sebenarnya diterima oleh
orang lain tanpa berusaha sendiri. Jika kamu ingin mencari seseorang
yang sangat cocok denganmu, kamu hanya bisa membuat salinan dari
dirimu sendiri. Bagaimanpun, dunia seperti itu membosankan. Dan
juga, dunia menjadi lebih menarik karena adanya perbedaan. Itulah
yang Shise pikirkan.”
Dia dianggap oleh banyak orang sebagai alien, atau makhluk aneh
yang diperlakukan sebagai bayi oleh para gadis, tetapi tampaknya usia
mentalnya jauh lebih tinggi daripada diperkirakan.
"Mengapa!"
"Kupikir gadis tidak akan jatuh cinta dengan hal-hal sesederhana itu
... Ada beberapa makhluk di luar sana yang ingin mematahkan jariku
jika aku ingin memberinya sentuhan sekecil apa pun."
"Yakin…?"
“Tidak, aku pasti tidak akan menyentuhnya di mana pun. Tidak salah
lagi.”
“Ani-kun perlu lebih memahami hati seorang gadis. Percaya saja pada
Shise.”
Dia tidak dapat menolaknya ketika sepupu masa kecil nya berkata
seperti itu. Melalui tatapan Shisei, dia/(Saito) bisa merasakan bahwa
dia/(Shisei) tidak berbohong.
“Banzai.”
“Fuh~…”
Tubuh itu seringan bulu. Seolah-olah takut bahwa dia terpisah dari
tanah, Shisei mendorong tubuhnya dan melingkarkan lengannya di
leher Saito. Aroma yang berasal dari tubuh putih saljunya lebih manis
"Cinta…?"
"Apa-apaan itu!"
“Kuh~…”
Saito menggertakkan giginya. Bahkan jika itu hanya latihan, dia tidak
bisa mengatakan sesuatu yang manis seperti itu. Tetapi karena dialah
yang meminta nasihat di sini, dia harus mengikutinya sampai akhir.
"Aku mencintaimu."
“……!”
“….Ani-kun ecchi.”
“Hya~!?”
Saito mencoba menjatuhkan Shisei, tetapi dia tidak bisa karena Shisei
menempel dengan kuat padanya. Dia sepenuhnya menggunakan
kedua tangan dan kakinya, mengingatkannya pada onbu obe.
“Aku, aku tidak melihat apa-apa… tapi aku perlu berbicara dengan
Akane sedikit!”
Dia belum mengganti seragamnya, dan dia terlihat beberapa kali lebih
serius dari biasanya. Dengan kerutan yang dalam di alisnya, dia
menatap Saito dengan mata yang sepertinya bisa menembus batu.
“……”
---Luar biasa!
Meskipun dia diberi nasihat oleh Shisei tentang menyerah satu sama
lain dan mencoba untuk memahami satu sama lain, tidak ada celah
baginya untuk melakukannya. Satu-satunya hal yang dia/(Saito) tahu
adalah bahwa dia sedang sangat marah.
"Tunggu."
"Lalu apa…?"
Dia tidak mengerti apa yang terjadi, tapi itu jelas bukan itikad baik.
Saito sedang mencari jalan untuk melarikan diri. Dia menyesal
mengunci pintu sebelumnya.
“Eh?”
“….Negosiasi Cerai?”
Saito tidak pernah berpikir bahwa dua kata "hidup damai" akan
pernah keluar dari mulut wanita ini. Sejak mereka bertemu, satu-
satunya hal yang mereka lakukan adalah bertengkar.
“B, bukannya aku mau~, tapi jika keadaan terus seperti ini, cepat atau
lambat kita akan bercerai!”
"Benar, kan?
Jika dia tidak mengatakan itu, lengannya mungkin tidak akan pernah
terlepas.
“Aku juga merasakan hal yang sama. Aku juga tidak ingin hidup di
neraka.”
“Tapi, aku tidak bisa bersantai dengan adanya dirimu di sini, jadi aku
tidak tahu harus berbuat apa….”
“Itu….jadi. Agar stres kita tidak menumpuk lebih dari ini, bagaimana
“Aturan?”
“Aku tidak ingin hidup di alam! Jika kamu tidak mencuci barang-
barangmu, itu akan dipenuhi bakteri dan akan menyebabkan penyakit,
bahkan jika itu merepotkan, cucilah setiap hari! ”
Dia tidak akan menyerah pada ini, apa pun yang terjadi. Jadi satu-
Kata Akane, dengan lega. Dia pasti berpikir tidak mungkin Saito akan
menyerah semudah itu.
'Jika kamu tidak keras kepala lalu siapa yang keras kepala di sini?'-
Saito ingin membalas, tapi ini bukan waktunya untuk itu. Yang
penting sekarang adalah saling memahami, dan memperpendek jarak
hati mereka.
Akane cemberut.
"Itu bisa saja terjadi!? Mungkin saja kamu akan menyentuhku di sana-
sini ketika aku sedang tidur.”
Saito terkejut.
“T, tidak seperti itu~, menurutku itu menjijikkan! Aku tidak bisa
berkonsentrasi untuk belajar, ketika mendengarkan jeritan zombie.”
“Begitukah?”
Akane berdeham.
“Maka dapur akan menjadi setting game horor saat aku menjatuhkan
piring dan memotong tanganku sendiri!.”
Saito tidak percaya mitos, jadi dia hanya menikmati judul horor
seperti game aksi sederhana, tapi jika teman serumahnya tidak
nyaman dengan itu, dia akan tahan dengan menggunakan headphone.
Jika mereka dapat membuat daftar semua hal yang menyebabkan stres
pada pihak lain, mereka akan merasa sedikit lebih dekat satu sama
lain.
Kedua orang itu tidak pernah bisa menyerah satu sama lain dan sering
berkonflik sau sama lain, jadi wajar apabila mereka merasa bahwa
aktivitas mereka terasa berat.
Setelah beberapa jam berbicara satu sama lain, the di cangkirnya juga
sudah habis.
–Ini pasti pertama kalinya aku berbicara dengan gadis ini untuk waktu
yang lama…
Tapi, pada hari ini, dua orang itu berdiskusi demi satu tujuan bersama:
“mempertahankan pernikahan mereka”.
Jika mereka memiliki tujuan bersama ini, tidak akan ada pertengkaran
besar di antara mereka lagi.
“Ada hal lain… aku membaca buku tempo hari, isinya seperti, jika
kamu tidak lupa untuk mengungkapkan rasa terima kasihmu,
hubungan manusiamu akan lebih baik.”
"Begitu…"
"…Baiklah!"
Dia juga disuruh oleh Shisei untuk mencoba dan lebih memahami hati
seorang gadis.
Dengan tidak ada energi tersisa untuk memasak, dia makan roti untuk
makan malam. Dia tidak menikmati makanan yang tidak bergizi,
tetapi tidak ada pilihan lain hari ini.
"…Halo."
“Tapi, kita sekarang bisa berbicara satu sama lain. Totalnya 5 jam,
aku sekarang kelelahan. ”
Dia dipuji seperti anak kecil. Tapi karena ini Himari, dia tidak akan
marah karenanya.
“Tapi aku menahan diri. Dan aku bahkan berjanji untuk tidak
mematahkan jarinya.”
"Hampir."
“Tapi, untuk dapat berbicara satu sama lain adalah hal yang baik. Itu
satu langkah maju.”
“Hal seperti itu tidak akan terjadi. Jika kalian berdua mau berbicara,
itu berarti pihak lain juga berusaha untuk lebih dekat dengan Akane
kan? Jika perasaanmu sama, itu akan lancar.”
“Uhm… aku akan berusaha sekuat tenaga. Mulai sekarang aku akan...
membiarkan pria itu menyentuh tubuhku. Bokongku misalnya, atau
payudara.”
"Apa artinya itu!? Tunggu. Pihak lain adalah seorang gadis kan!?
Jelaskan padaku sekarang juga!”
Saito masuk setelah selesai mandi. Tampaknya dia juga lelah, karena
dia tidak membawa bukunya.
"Masih belum berakhir... tapi hari ini aku kesini untuk membeli
hadiah rekonsiliasi."
"Seperti ini?"
“Hore. Janji."
“Memahami hati gadis itu adalah satu hal, tapi Shise diusir ketika
mencoba berbicara dengan orang lain tentang makanan manis….”
“Aahhh…”
Saito yakin. Dia dinilai tidak memiliki selera dalam makanan manis
ataupun dalam hal pakaian kasual wanita.
Ketika mereka sampai di area food court, ada aroma manis yang
melayang-layang di depan.
Sebuah toko yang dicat dengan warna kuning cerah bertemu dengan
mata mereka. Meskipun ini adalah toko kecil, ada antrean panjang
orang yang menunggu. Menu yang digantung di luar memiliki bentuk
seperti cake atau pancake.
Saito menghentikannya.
“Selesai!”
"Lepaskan aku."
Jika dia dengan mudahnya setuju, ada kemungkinan besar dia akan
kacau di dunia nyata.
Ketika Saito masuk ke dalam pintu, dia bisa mencium aroma makanan
melalui lorong. Dia bisa mendengar suara peralatan dapur memantul
satu sama lain, dan juga langkah kaki Akane di sekitar ruangan. Gadis
itu sebenarnya cukup serius.
“Aah.”
Saito tidak ingin berlama-lama di sini. Tentu saja, kamu tidak harus
melakukan sesuatu yang tidak biasa kau lakukan. Melakukan suatu
hal yang berlebihan hanya akan memperlebar jarak yang ada.
“T, tapi,…”
"…Terima kasih."
Akane adalah seorang iblis, tidak mungkin dia bisa membuat ekspresi
seperti itu. Dia berpikir jika itu adalah Akane yang dia kenal, dia akan
mengembalikan kotak itu bersama dengan beberapa keluhan.
Tapi yang dia lihat adalah sebaliknya, ekspresi yang dia tunjukkan
padanya sekarang membawa kekuatan penghancur yang sangat besar.
Saito hendak mengambil garpu dari lemari untuk Akane, tapi dia
menggunakan tangannya untuk menahan pinggangnya dan
memarahinya.
"Tidak bisa, kita masih makan malam. Akan merepotkan jika kita
tidak bisa memakan makanan yang aku siapkan, kan? Cuci tanganmu
dan tunggu aku sebentar.”
“Baiklah”
Sedikit terkejut akan hal itu, Saito pergi untuk mencuci tangannya dan
menyimpan tasnya.
Makan malam hari ini adalah Omurice dengan topping krim, sup
sayuran, dan ayam panggang dengan sayuran. Aroma dari minyak
zaitun menyebar ke seluruh ruangan.
“Jadi hari ini makanan barat, huh…. Sepertinya kamu berusaha keras
untuk ini.”
"……Sangat Enak."
"Kau…Siapa kau?"
“Tidak, ini aneh. Gadis itu adalah seseorang yang akan mengatakan
sesuatu seperti 'Aku tidak suka dipuji seperti itu' dan akan
melemparkan garpu ke wajahku ketika aku memujinya!"
“Orang mengerikan macam apa itu! Aku tidak ingin melakukan hal
semacam itu meskipun hanya sekali!”
"Oh ya…"
“Panas~”
Dan dia mencoba untuk minum air. Dia juga terburu-buru, alhasil dia
tersedak dan matanya berair.
Tapi kebenciannya untuk tidak ingin kalah dari Saito masih tetap ada.
"Hari ini seharusnya adalah tugasmu untuk mencuci, tetapi aku akan
membantumu."
"Apakah kamu tipe orang yang peduli dengan apa yang dipikirkan
orang lain..."
Niat baik yang tak terduga dari seseorang yang berdebat dengannya
sejak tahun pertama membuat Saito menangis.
“Hei, tunggu, kenapa kamu menangis!? Aku, aku tidak melakukan hal
buruk!? Aku hanya menyatakan niat baikku!? ”
"Jadi kamu tipe orang yang bisa melakukannya jika kamu mencoba
..."
Dia sangat cantik ketika dia sedang diam, bahkan dia sangat populer
di sekolah.
Tapi sekarang, Saito tahu, bahwa gadis ini paling manis ketika dia
sedang tersenyum.
“Biarkan aku membilas nya, kamu hanya tinggal mencuci nya saja.
Gelembung yang kamu buat terlihat mengganggu. Jika kamu
menyisakan cairan pencuci piring, itu akan buruk bagi tubuh, kan?.”
“Ah, baiklah.”
Ini adalah perasaan yang luar biasa. Ini bukan hari pertama mereka
hidup bersama, tapi, mungkin karena pertengkaran mereka sehari-
hari, dia tidak pernah bisa melihatnya sebagai lawan jenis.
Dia secara tidak sadar diam-diam melirik ke sisi lain dari wajah
Akane saat dia sedang membilas piring. Akane dengan serius
berkonsentrasi pada piring, sambil sedikit tersipu. Gadis ini selalu
memberikan segalanya untuk semua yang dia lakukan.
"…Apa?"
“Jadi begitu. Orang tua-ku selalu sibuk sepanjang waktu, jadi aku
yang bertanggung jawab atas semua pekerjaan rumah dan memasak.
Aku bahkan bisa membuat kari sejak tahun pertamaku di sekolah
dasar.”
“Kerja bagus.”
“Itu tidak berlebihan. Seekor kera bahkan cukup pintar untuk dapat
mengupas kulit pisang.”
Ini mungkin pertama kalinya dia bisa berbicara secara normal dengan
Akane yang tidak melibatkan pertengkaran apa pun. Jika mereka bisa
terus seperti ini, waktu bersama mereka mungkin tidak akan terlalu
menyakitkan.
-Sebaliknya….
Setelah menata ulang piring yang telah dicuci, Saito akhirnya bisa
menghabiskan waktu di bukunya.
Dia tidak mengerti mengapa, tetapi hari ini, dia membaca di ruang
tamu daripada mengunci diri di kamarnya sendiri. Tampaknya dia
merasa bahwa dia tidak keberatan untuk tinggal lebih lama dan
berbagi ruang dengannya.
“Kau ingin menggunakan TV? Jika kamu keberatan maka aku akan
kembali ke kamarku ”
Saito berdiri.
Akane berbalik.
“Hey~, penting bagi kita untuk saling memahami, kan~? Jika kamu
menonton film yang kusukai, kamu mungkin dapat lebih memahami
saya, dan mungkin juga hal ini dapat mengurangi tingkat stress-ku?
Kita sebenarnya tidak harus menontonnya bersama, tapi karena aku
menontonnya sekarang, bukankah akan lebih efisien jika kita berdua
menontonnya secara terpisah?”
“U-Ummm…”
Wajah Akane memerah, dan dia memeluk kotak itu erat-erat. Dia
tampak malu telah mengundang Saito untuk menonton film
bersamanya.
“……….~”
Saito bergidik.
“Bobcat yang tadi sangat imut, tapi kucing American shorthair ini
juga menggemaskan! Aku ingin tahu kucing mana yang akan mereka
tunjukkan selanjutnya!? Aku tidak sabar!”
Ini hanyalah film yang berisi dengan kucing yang berjalan, berlari dan
melompat-lompat, bagaimana bisa dia/(Akane) merasa gugup ketika
Ini adalah waktu langka bagi mereka untuk bersama, jadi Saito
mengeluarkan cake yang telah dibelinya tadi dan menyeduh the
merah. Sudah lama sekali sejak dia minum teh yang tidak disiapkan
dari botol plastik.
“Aku tidak bilang aku tidak mau! Aku hanya ingin meninggalkan
bagian yang terbaik untuk yang terakhir!”
"Tapi bukankah kamu seharusnya makan bagian yang lebih enak saat
kamu lapar, bukankah begitu lebih baik."
Tapi, dia tidak bisa tertidur di sini. Jika itu terjadi, mencoba untuk
lebih dekat dengan Akane akan sia-sia. Itu akan membuat Akane
kecewa dan marah.
“Tentu saja aku khawatir!. Apa yang salah?! Apakah kamu sakit?”
“Ha~, itu menarik~. Mari kita tonton 24 jam penuh lain kali!”
“……~”
"Betulkah…Aku terselamatkan…”
Saito menyeka darah dari mulutnya. Dia tidak sengaja tertidur, tapi
untungnya Akane tidak menyadarinya. Akane dengan senang hati
mengeluarkan kaset dari playernya.
"Kamu telah menonton film yang aku suka, jadi aku akan menonton
film yang kamu suka lain kali."
Dia tidak tahan lagi hanya menonton layar dan tidak melakukan apa-
apa.
"Itu tidak akan menyenangkan jika kamu tahu kapan itu akan
meledak."
"Aku tahu, tapi aku tidak menyukainya. Aku tidak suka ketika game
mempermainkanku.”
“Bahkan jika dunia ini terbalik, aku tidak akan terjebak dalam
permainan.”
30 menit kemudian.
“T, tunggu! Kamu baru saja bermain curang! Menembakku saat aku
“Di medan perang yang kejam seperti ini, tidak ada aturan atau
alasan. Menyerahlah."
“…..~~!!”
“Jangan bicara sesuatu yang tidak masuk akal! Satu kali lagi! Satu
ronde lagi!"
Akane cemberut.
Bahkan setelah 1 dan 2 jam berlalu, dia tidak bisa menang kecuali
satu pertandingan, dan suasana hatinya memburuk.
“Ne~, apakah kamu berencana untuk melanjutkan ini sampai pagi dan
melewatkan tidur…?”
"Bagaimana aku bisa tidur jika seperti ini ... Bagaimana aku bisa
melakukannya jika aku terus disiksa seperti ini ..."
“Serius…”
Ketika dia sadar, karakter Akane bersinar pelangi dan dengan cepat
terus mengcombo karakter Saito.
"Terlalu lambat!"
Saito tersenyum pahit. Dia tidak merasa kesal setelah kalah. Lebih
tepatnya, dia merasa lega. Dia akhirnya terselamatkan, dan akhirnya
bisa tidur sekarang.
"Lalu, akan lebih baik jika kita tidak bermain lagi mulai sekarang?"
“Aku bisa melakukannya jika hanya sebanyak itu. Kamu bisa mandi.”
"Itu darurat!"
“Yah apa?”
Itu adalah penemuan baru – yang agak menakutkan, untuk satu atau
lain cara.
"…Terima kasih."
"Jadi…"
Dan ternyata Akane juga merasakan hal yang sama, ini adalah situasi
yang gila.
“Ah, tentu.”
Di kamar tidur besar yang hampa ini, Saito dibuat lebih sadar akan
keberadaan Akane di sampingnya.
"Ya."
Lampu dari smartphone padam. Mereka bisa mendengar suara air dari
dispenser.
“Lain kali, kamu bisa membeli game yang kamu suka. Aku juga akan
menemukan film yang kusukai.”
"….Bukan ‘kamu'."
“Eh?”
"Sakuramori?
Saito menarik napas dalam. Dia merasa sulit bernapas karena suatu
alasan.
"Apa, Saito."
"…Tidak ada."
"…Um."
Bahkan dengan orang lain di sekitarnya, dia ceroboh, dan air liur
keluar dari mulutnya. Dari sudut buku catatan di atas meja, pensil dan
penghapus berjatuhan ke lantai.
“……”
Pertama kali diberi ucapan terima kasih oleh Saito, orang yang terus
Dia pasti membencinya, tapi ada apa dengan emosi ini. Akane bahkan
tidak bisa memahami dirinya sendiri, dan dia menggunakan
tangannya untuk menutupi pipinya yang terbakar.
“Tidak ada yang berubah jika kita terus berdebat seperti itu…”
"Ah…"
"Saito, lari~!"
Himari memucat.
“………!!”
“Apa yang tiba-tiba terjadi padamu? Apakah ada sesuatu yang terjadi
dengan Saito?”
“Tidak~…eto…erm~…”
“Buku ini…!”
Pada saat itu, mata Saito ditutupi oleh tangan seseorang dari belakang.
Hal ini baik-baik saja, tetapi sepasang tangan itu basah kuyup, hingga
membasahi matanya dan juga airnya mengalir dari wajahnya langsung
ke dagunya.
“Orang yang bisa melecehkanku seperti ini hanyalah Shise, jadi itu
pasti Shise”
“Modern, kuno, atau apa pun itu sama saja. Buku-buku ini sekarang
basah kuyup.”
Karena dia tidak membawa serbet, dia mengambil serbet Shisei dari
saku Shisei dan menyeka tangannya untuknya. Shisei bebal seperti
biasa, dan dia membiarkannya melakukannya tanpa bergerak satu
milimeter pun.
“Dari nol ya, itu sangat cocok untuk Ani-kun. Lakukan yang terbaik."
“Baru beberapa hari yang lalu seorang gadis di kelas memberiku uang
saku, aku…menolaknya.”
"Kembalikan padanya!"
“Jenis makanan apa yang kamu beli dengan harga 10.000 yen…?”
"Pangsit."
“Berapa banyak pangsit yang dapat kamu beli dengan 10.000 yen …”
"Romansa macam apa yang datang dari pasangan yang menyalin sutra
bersama?"
Shisei mengangguk.
Tidak yakin apakah dia fokus untuk tidak membiarkan apa pun jatuh,
atau sedang berjaga-jaga agar tidak dicuri. Bagaimanapun, dia
menunjukkan pertahanan tidak bisa ditembus.
Saito berpikir jarak antara hati mereka sedikit menyusut, tapi ternyata
itu hanya mimpi belaka. Ekspresinya bahkan lebih dingin dari
sebelumnya. Bahkan jika dia menyarankan melakukan beberapa tugas
bersama, dia tidak mau mendengarkan.
Saito berdeham.
“I,itu–”
Saito segera menyeret Akane ke ruang kelas yang kosong sebelum dia
berteriak.
“Tidak~~! Un~!”
“Itu, itu begitu~, hanya berbelanja, ya! Ya, tentu saja, tidak mungkin
Saito mengundangku berkencan!”
“Tidak bisa. Ada banyak siswa dari sekolah kita yang sering pergi ke
sana. Bahkan aku diundang oleh Himari dari waktu ke waktu.”
Hubungan Saito dan Akane seperti kucing dan anjing. Jika mereka
terlihat berjalan bersama di luar sekolah, rumor itu tidak akan pernah
berakhir. Hanya ada sedikit romansa di antara keduanya, mereka
hanya terpaksa menikah saja.
“B, begitu…”
Yah waktunya tidak bisa lebih buruk untukku!~ itulah yang Akane
paksakan ke tenggorokannya.
“Ah dan juga, toko parfait yang disukai Akane, mereka punya menu
spesial malam ini!”
“Ugh~….”
Perfait adalah sesuatu yang sangat menarik, mungkin tidak akan ada
kesempatan kedua jika dia melewatkan ini. Tidak ada alasan untuk
Tapi, dia sudah punya rencana dengan Saito. Melanggar janji itu tidak
bisa dimaafkan. Jika posisi mereka dibalik dan Akane yang
dikhianati, dia pasti akan sangat kecewa.
“B, biasanya begitu, tapi aku punya rencana dengan seseorang hari
ini…”
“Eh~, siapa itu siapa itu? Teman baru mu!? Perkenalkan aku pada
mereka!”
“Orang yang kukenal yang dekat dengan Akane, aku hanya bisa
memikirkan Saito…. Apakah ini kencan?”
Akane berteriak sekuat tenaga. Dia bisa menyerah pada masalah apa
pun kecuali itu.
"Tapi apa pun! Ini adalah acara yang langka jadi mari kita pergi
bersama kita bertiga. Aku juga ingin lebih dekat dengannya!”
Akane sama sekali tidak memiliki niat jahat, tetapi hatinya dipenuhi
dengan rasa bersalah.
Pergi dengan tiga orang terdengar salah bagi Akane karena suatu
"Aku sangat menyesal! Aku tidak bisa hari ini! Undang aku di lain
hari!”
“Fu~mi”
Dia melihat ke bawah dan menyadari bahwa dia baru saja menginjak
Shisei yang terbaring di lantai.
“M, maaf! Apakah kamu baik-baik saja? Dan kenapa kamu berbaring
di lantai seperti ini!?”
“Aku tidak menyangka akan ada orang yang cukup berani untuk
Shisei yang samar dalam berbicara bukanlah hal baru, tetapi saat ini
dia tidak punya waktu untuk memecahkan kode apa yang Shisei
katakan. Dia harus pergi ke gerbang belakang sebelum Saito, dan jika
dia bertemu Himari, segalanya akan menjadi rumit lagi.
"Bekerja sama…?"
“Muh~…Akane itu egois. Jadi, apa yang ingin kamu lakukan bersama
dengan Ani-kun?”
Dia mungkin berdiri dalam semacam sikap khusus. Tapi aura yang dia
keluarkan bukanlah aura petarung, tapi aura seekor hamster. Pada
dasarnya, sangat lemah.
Ada apa dengan keberuntungannya hari ini, bahwa dia terus menemui
rintangan di atas rintangan. Dia harus bergegas ke titik pertemuan.
"M, maaf, tapi aku punya sesuatu yang penting untuk dilakukan~!"
"Ah"
Dia hanya bisa bernapas lega ketika dia akhirnya mencapai pintu
belakang. Saito belum ada di sana.
–K, kami sudah menetapkan bahwa ini bukan kencan! Ini adalah
pekerjaan rumah! Kita hanya membeli kebutuhan untuk rumah!
Namun, dia merasa sangat aneh. Dia tidak ingin bertemu dengannya
dengan pakaiannya yang ceroboh/(kotor) jadi dia menyesuaikan
kembali pakaiannya, dan memeriksa rambutnya.
–Bahkan jika ini bukan kencan, ini akan terlihat lebih baik kan? Ini
jelas bukan kencan!
Mereka sudah membuat janji, tapi dia tidak yakin apakah Akane akan
menunggunya. Dia kemungkinan besar akan benci melakukan tugas
bersama seperti ini, dan mungkin sudah kembali ke rumah.
“Membuatmu menunggu.”
“Ehm.”
Karena ini bukan pintu masuk resmi, kelalaian terlihat jelas. Pagar
besi berkarat, dan rumput liar tumbuh di mana-mana di jalan.
"Sungguh."
“Uhm.”
“……………….”
“…………………”
Hari ini adalah hari pertama mereka mencoba pergi ke suatu tempat
bersama. Meskipun mereka selalu berkelahi di sekolah kapanpun
mereka bertemu, tetapi ketika di luar sekolah mereke memiliki
urusannya masing-masing. Saito bingung tidak tahu bagaimana harus
berinteraksi dengannya.
"Baik!"
“’Baik’ apanya?”
Pejalan kaki yang lewat melihat keduanya berdebat dengan rasa ingin
tahu.
Hubungan mereka buruk seperti biasanya, tapi Saito merasa lega. Jika
Itu di sebuah bangunan tua, dan berbagai tanda toko yang ditempel di
dinding menunjukkan keausan. Kamu tidak bisa menyebut ini mal
yang bersih, tetapi tempat parkirnya penuh dengan kendaraan, dan
pintu depan dipenuhi dengan deretan sepeda.
Di sebelah pintu otomatis ada kertas toilet dan pemutih, seorang ibu
rumah tangga dengan anaknya membawa barang-barang mereka dan
masuk kedalam.
“Hah~…..”
"Harga…?"
“Telur yang baru saja dimasukkan Saito, harganya 20 yen lebih mahal
daripada telur yang ada di sini! Dan tanggal kedaluwarsanya lebih
pendek!”
Dia mengambil saus dari merek yang berbeda-beda, dan bahkan dia
melihat ruang kosong yang ada di dalam botol-botol tersebut.
“Yang ini 398 yen untuk 450 ml, yang ini 442 untuk 500… jadi 1ml
bernilai… Sulit untuk melakukan perhitungan di kepalamu.”
“Kamu terlalu cerewet. Tidak ada banyak perbedaan dalam harga jadi
ambil saja mana yang lebih banyak.”
“Kedua sisinya berharga 0,884 yen per ml. Karena yang 500ml lebih
murah 0,0004 yen, aku akan mengambilnya.”
Meskipun begitu, Akane terlalu serius. Meskipun dia sudah tahu akan
hal ini ketika mereka membagi pekerjaan rumah, karena dia pikir
akan melelahkan untuk pilih-pilih.
“Entahlah…”
Keduanya berhenti.
"Kita masih punya banyak daging di rumah jadi tidak apa-apa jika
kita tidak mendapatkannya ..."
Saito berkata seperti itu dan mulai bergidik ketika melihat Akane
yang ada disampingnya.
Pada saat yang sama, karyawan itu membunyikan bel, dan kerumunan
mengangkat teriakan perang mereka.
Para ibu rumah tangga itu – penuh dengan otot-otot yang kuat.
Mereka dilatih dengan mengendarai kain lap ke rumah mereka setiap
hari, dan dengan membawa pulang barang belanjaan yang berat
dengan satu tangan. Keberanian mereka meningkat dan telah
dibudidayakan untuk melindungi keluarga mereka di rumah.
Dari dalam, karyawan itu mendorong troli baru. Kali ini daging babi,
25 yen per kotak. Mata ibu rumah tangga Amazon itu seperti serigala
yang kelaparan.
Jelas, tidak mungkin seorang anak SMA akan kalah dari beberapa
gadis SMA di luar sana.
Sementara tubuhnya masih tidak bisa bergerak, ibu rumah tangga itu
mendorong Saito ke samping. Saito didorong, diinjak, dihancurkan,
tapi dia masih beringsut maju.
Setelah kerumunan itu pergi, hanya Saito dan Akane yang tersisa,
terbaring tak berdaya di tanah.
“Kita akan menyerah untuk hari ini. Maka dari itu kita benar-benar
harus menang lain kali. ”
“…Mau mencobanya?”
“T, tidak!”
"…..pembohong."
“Itu memalukan!"
"Memalukan? Mengapa?"
"Tidak apa-apa. Katakan saja 'itu tidak terlalu bagus jadi aku tidak
akan membelinya' ”
“Makanan sampel dibuat untuk dicobba, jika tidak enak maka tidak
perlu membelinya.”
“Ini masih enak bahkan jika dibiarkan agak dingin, jadi kamu bisa
menggunakannya untuk bento. 300 yen untuk 1 kotak, jika kamu
membeli 3 kotak harganya hanya 800 yen. ”
“Ah~”
Bahkan, Saito lebih dari senang jika sosis itu bisa membuat suasana
menjadi lebih lembut. Setelah melihat senyum lembut Akane, dia
benar-benar tidak ingin kembali seperti dulu.
"Tentu saja. Aku membuatnya tepat setelah aku pindah. Aku biasanya
membeli bahan-bahan dan deterjen di sini, jadi akan boros jika aku
tidak memilikinya.”
"Tidak bukan itu. Kamu pasti akan menjadi istri yang hebat di masa
depan.”
“Hah, haaaaaa!?”
Saito bisa merasakan ekspresinya berubah dengan cepat. Dia baru saja
Saito merasa bingung. Kenapa dia bangun pagi-pagi sekali, pikir Saito
sambil mencoba mengambil jam di samping tempat tidur untuk
mengecek waktu.
Namun, dia mendapati dirinya tidak bisa bergerak. Ketika dia mengira
dia dibatasi oleh alat siksaan atau tidak — tetapi ternyata tidak. Akane
sedang tidur sambal memeluk Saito.
– Dan di sinilah dia, mengatakan dia akan mematahkan jariku jika aku
menyentuhnya sedikit pun!
“O, oi…”
“………!?”
Akane melihat ponselnya, hal ini membuat Saito takut. Akan sangat
merepotkan jika dia menelepon polisi sekarang. Pertama-tama,
mereka harus menjelaskan mengapa dua siswa sekolah menengah
hidup bersama, dan hal itu akan memperumit segalanya.
“….Wajah tidurmu sangat imut, dan jadi aku melihatnya. Dan juga,
aku tidak bisa menahan keinginan untuk menyentuh pipimu. Maaf."
“Apa~…”
“B, benarkah,…?”
“Aah”
Saito tidak bisa terus bersikeras bahwa dia tidak bersalah jadi dia
mengakui semuanya dengan jujur.
“Eh?”
Dan sepertinya Akane juga mengalami masalah yang sama, dia tidak
bisa diam. Tampaknya dia merasa khawatir/(tegang).
Suasana di dalam futon terasa sesak, dan tidak ada yang bisa kembali
tidur setelah itu. Fajar berangsur-angsur datang.
Tepat ketika mereka akan Kembali tertidur, jam weker berbunyi. Jam
berulang beberapa kali sampai 30 menit lebih lambat dari biasanya.
"….Selamat pagi."
“Kya—–!?”
"Ada apa!?"
“Tahan dulu. Aku memilki cake dan roti, tapi tidak ada yang lain
lagi.”
Saito melihat ke bawah pada tubuhnya dan sadar bahwa bagian atas
tubuhnya benar-benar telanjang. Dan ajaibnya adalah dia hanya
mengenakan dasi di lehernya, membuat dirinya terlihat semakin aneh.
“Tolong tenang!”
“Memadamkan api.”
“Lebih baik jika kamu tidak melakukan apa-apa untuk saat ini! Tetap
diam di sini.”
Menyadari bahwa dia telah bekerja keras di pagi buta seperti ini, Saito
dengan cepat membersihkan dapur. Dia meletakkan roti panggang
yang sudah terbakar dan basah ke dalam kantong sampah, serta
mengeringkan kompor dan wastafel yang basah.
“Kamu juga.”
Saat melewati toko serba ada, Akane melambat. Dia melihat poster
yang tergantung di dinding-ding dengan penuh nafus. Rupanya yang
tergambar di poster tersebut adalah sebuah cake strawberry terbaru.
Dia mengambil kue stroberi dan jus sayuran, dia dengan buru-buru
membayar lalu meninggalkan toko tersebut. Itu tidak mahal, dan itu 3
kali lebih besar dari gateau normal.
"Setengah…"
“”——————–!?””
-Ini buruk…!
Karena dia buru-buru pagi ini dan karena ribuan sekrup di otaknya
melonggar, dia benar-benar lupa untuk pergi ke sekolah lebih lambat
dari Akane. Dia selalu berhati-hati tentang ini, tetapi itu semua tidak
ada artinya untuk hari ini.
“Ya, tidak mungkin kita pergi ke sekolah bersama! Sa, Sa, Saito yang
menguntit di belakangku! Tolong panggilkan polisi untukku! ”
"Tahan."
“Kuh~….”
“Itu, itu benar! Ini, ini hanya sisa makananku yang telah ku buang,
lalu Saito mengambilnya kembali dan memakannya!”
“Saito-kun…?”
“Oi~”
"Maafkan aku."
“Belajar. Kita memiliki kuis yang akan datang minggu depan, jadi
aku ingin mempelajari ulang semua topik yang akan kita bahas dalam
ujian.”
“Ini hanya kuis, tidak ada gunanya belajar. Kamu harus menyimpan
upayamu untuk ujian sebenarnya yang akan datang.”
“Aku hanya mengerjakan kuis seperti biasa, aku tidak belajar ulang
mengenai apapun.”
“Aku selalu ingat apa yang diajarkan di kelas. Sebenarnya lebih sulit
bagiku untuk melupakannya.”
Lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Jika dia tahu seperti itu,
dia tidak akan bertarung dengannya selama 2 tahun berturut-turut.
Jalan menuju hati Akane jauh lebih berat daripada beberapa
pembelajaran sederhana.
Saat Saito sedang merenung, dia tiba-tiba teringat stroberi yang baru
saja dia beli.
Akan lebih baik jika dia membuatnya lebih rapi. Akane paling
suka cake dengan krim stroberi, jadi dia harus membuat sesuatu yang
seperti itu.
Ada beberapa roti di lemari. Saito mengira dia bisa menggunakan roti
Ada papan kayu yang terlihat lucu dengan tulisan “Kamar Akane”
tergantung di luar pintu, tapi tidak ada yang lucu dari itu karena terus-
menerus dibanting. Tidaklah aneh untuk mengatakan ada raja iblis
"Apa?"
Ada sedikit kemungkinan dia akan kesal dan berkata 'Aku tidak mau,
jadi berhentilah membuang-buang stroberi!'. Dan jika itu terjadi,
hubungan mereka akan menjadi jauh lebih tegang.
“Sandwich stroberi!!”
“Pasti kamu memasukkan sesuatu di sini. Jika tidak, Kamu tidak akan
pernah melakukan hal seperti ini, terutama setelah pertengkaran.”
"Aku tidak memasukkan apa pun. Namun, jika kamu pikir kamu akan
mendapatkan nol hanya karena kamu tidak belajar, maka kamu harus
mempertimbangkan kembali pelajaranmu di kelas."
“Aku tidak mau melakukan hal-hal yang menyusahkan seperti itu. Ini
hanya sandwich stroberi biasa. Makanlah."
“Kya~”
Dia tidak bisa memaafkan siapa pun yang tidak belajar dengan serius.
Dia harus mengalahkan pria acuh tak acuh yang bahkan tidak belajar
untuk mengisi sebuah kuis – Saito.
Dia meletakkan piring sandwich di atas meja karena dia tidak tega
membuangnya. Dia terus meliriknya dari waktu ke waktu, jadi dia
secara tidak sadar meninggalkan buku catatannya.
–Hanya, hanya sedikit. Tidak apa-apa jika itu hanya gigitan kecil kan
…?
"….Sangat enak."
Dia tidak bisa merasakan efek obat tidur, atau protein kocok apa pun
di dalamnya. Ini adalah camilan tengah malam yang benar-benar
normal, dibuat dengan perhatian Saito tentang preferensi Akane.
Bagaimana jika ini adalah sesuatu yang dia buat setelah menyesali
"Jika, jika seperti ini, aku tidak akan memberimu belas kasihan dalam
tes yang akan datang."
Lezat.
“Pingsan sambil duduk juga tidak ada artinya… Akane selalu terlihat
aneh akhir-akhir ini. Dan wajahmu juga sedikit pucat, apa kamu baik-
baik saja?”
"Aku begadang setiap hari untuk belajar jadi aku tidak cukup tidur, itu
saja."
Ada banyak siswa di kantin hari ini. Biasanya, Akane tidak pernah ke
kantin, tapi tidak ada pilihan lain hari ini karena dia tidak punya
waktu untuk menyiapkan bento.
"Bahkan jika tubuhku hancur, itu harga yang pantas untuk dibayar
untuk mendapatkan peringkat 1 teratas ..."
“Itu tidak baik-baik sama sekali! Tubuh Akane lebih penting dari
pencapaian tersebut! Dan bagaimanapun juga, kamu bukanlah lawan
Saito~!”
“Ah~”
“Aku, aku tidak mengejar siapa pun! Jika aku melakukan itu,
bukankah itu sama saja bahwa aku memiliki perasaan untuknya?
Pipi Akane terasa panas. Dia juga merasa sulit bernafas, apakah
karena kantin terlalu ramai?
Saito dan Shisei sedang duduk di dekat pintu masuk. Mereka berdua
benar-benar dekat. Suasana dan bahkan penampilan mereka mirip satu
sama lain, jadi akan lebih mudah untuk mengira mereka sebagai
saudara kandung daripada sepupu. Saito menghentikan Shisei ketika
dia/(Shisei) mencoba memotong steak dengan tangan kosongnya.
“Saito dan Shisei duduk di sana~. Ayo kita makan bersama mereka!"
"Mengapa?"
Fakta bahwa dia menikahi seorang anak laki-laki di kelas yang sama,
dan bahkan tidur dengannya di ranjang yang sama setiap malam perlu
dirahasiakan. Jika Himari mengetahuinya, dia pasti akan kecewa.
Akane tidak ingin kehilangan satu-satunya sahabatnya.
“Jika itu saya, saya tidak tahan belajar setiap hari. Bahkan aku tahu
bahwa aku harus lebih fokus belajar karena nilaiku selalu di bawah
rata-rata. Tapi aku selalu kehilangan fokus karena video acak ynag
muncul di smartphone-ku.”
“Erm, aku tidak terlalu suka belajar. Juga… Ada seseorang yang
mendukungku kali ini”
“Siapa siapa~! Apakah itu seorang pria? Apa kau sudah mendapatkan
pacar?”
“Aku, bukan seperti itu! Orang itu baru saja membuatkanku camilan
tengah malam saat aku sedang belajar.”
"Ibumu?"
“Tebakan yang bagus Ya, itu adalah maid-san yang ku sewa untuk
sepenuhnya mendukungku dalam studi-ku. ”
Dia tertidur tetapi dia bernapas dengan tidak teratur, setiap napasnya
terlihat menyakitkan, dan juga bahunya naik turun (tidak tenang).
“Eh, oke…”
“……………….”
"Buka mulutmu."
Dia terlalu lemah untuk minum obat, jadi dia mendukungnya untuk
duduk, lalu memasukkan obat ke mulutnya. Jari-jarinya menyentuh
lidahnya dan akibatnya sedikit basah.
“Haa~…haa~…..haa….”
"Baik."
“Eh~…”
“Mou~…tempat itu…hngg~…”
Sudah larut malam, tapi Saito enggan untuk tidur. Dia tidak
berpengalaman dengan demam lebih dari 40 derajat seperti ini. Jika
itu serius, dia tidak bisa tetap tenang.
“Itu karena kamu terlalu banyak belajar sehingga kamu jatuh sakit
seperti ini. Kamu selalu begadang, tidak baik jika kamu mencoba
terlalu keras.”
Saito terkejut. Sejak hari mereka tinggal bersama, dia belum pernah
melihat Akane berpaling dari studinya.
"Bahkan jika itu tidak ada gunanya ... aku punya mimpi yang harus
aku capai apa pun yang terjadi."
Ini mungkin pikirannya yang jujur, tanpa satu kebohongan dan tipu
daya.
Tetapi bagi Akane, dan bahkan bagi Saito, sebuah mimpi bahkan
bernilai pertaruhan seumur hidup.
“Kamu luar biasa. Selalu acuh tak acuh, tapi tetap mendapatkan nilai
bagus. Aku tidak bisa mengalahkanmu tidak peduli seberapa keras
aku mencoba. Hal itu menjengkelkan, tapi aku tidak memiliki pilihan
lain.”
"Mengagumi…..?"
Pada saat itu, Saito benar-benar tidak bisa memahami apa yang
dikatakannya.
Dia tidak berharap dia merasa seperti itu mengingat dia biasanya
membencinya.
Melihat wajah sebenarnya dari gadis yang dulu dia anggap sebagai
musuh, membuat tubuhnya terasa panas.
Akane terlihat malu, dia berpaling dari Saito, dan menutupi wajahnya
dengan futon.
"…Tidak tahu."
"Aku tahu ... tetapi jika ada orang yang lebih sakit meninggal karena
diriku, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri."
"Kamu…"
Bahkan ketika dia sakit dan tidak nyaman, dia masih memikirkan
orang asing. Gadis ini mungkin tampak egois di luar, tapi dia sangat
baik hati.
Akane berkata.
“….~.I, istri….”
Satu-satunya hal yang bisa dia dengar adalah langkahnya sendiri dan
napas Akane yang kasar.
Seolah-olah dia akan hancur jika dia jatuh ke tanah, seperti kaca yang
ditempa secara khusus.
Dia selalu bertengkar dengan tubuh mungil miliknya yang seperti ini.
Tapi kenyataannya adalah... gadis ini jauh lebih lemah dari biasanya.
Jika dia tidak ditahan seperti ini, jika dia tidak benar-benar
mengawasinya, dia bisa dengan mudah menghilang. Jiwanya seperti
petasan, cerah dan meledak-ledak, tetapi berbahaya.
“Mengapa aku harus melakukan itu? Jika itu kamu, aku yakin itu bisa
dicapai.”
"Mengapa?"
"Kamu mencoba yang terbaik untuk apa pun yang kamu lakukan,
kan?"
Sejak awal sekolah menengah, atau mereka hidup bersama, dia tidak
mengerti apa-apa tentang Akane. Sesuatu diletakkan di bawahnya
yang bahkan lebih indah dari penampilannya.
Jika dia kehilangan Akane di sini, semuanya akan berakhir dengan dia
berada dalam kegelapan. Jika kamu kehilangan sebuah buku ketika
kamu baru saja membaca halaman pertama dari buku tersebut, rasa
Dia bisa merasakan udara menipis ketika sedang dia bernafas, jadi dia
membuka mulutnya lebih lebar agra mendapatkan lebih banyak napas.
Tapi yang pasti, suatu hari nanti, aku akan mengubah pernikahan ini
menjadi pernikahan dengan akhir yang bahagia.
“Aku tidak mau… aku akan bolos kelas selama sebulan saja.”
“………………..!?”
"Selamat pagi."
"…..Iblis."
"….Terima kasih."
"Bagus."
Dia sangat penurut ketika dia demam, tetapi inilah yang terjadi ketika
dia merasa lebih baik. Sudah beberapa hari sejak malam itu, dan
Akane tetap sehat seperti biasanya.
membuatnya merasa aneh, dan juga akane yang sedang sakit dan tak
berdaya membuatnya tidak nyaman. Dia/(Saito) khawatir bahwa
dia/(Akane) sendiri mungkin terkena penyakit aneh sehingga
dia/(Akane) hanya akan merasa lega ketika dia/(Akane) banyak
bicara.
“Kemarin hujan, jadi kupikir tidak apa-apa jika aku menggunakan air
hujan untuk mencucinya.”
“Itu bukan sesuatu yang bisa kamu katakan dengan bangga. Mencuci
muka adalah kebutuhan yang alami bagi manusia!”
“Kalau begitu kamu tidak perlu mencuci muka jika kamu menyerah
menjadi manusia,kan?… Kedengarannya itu ide menjanjikan.”
"Bagaimana bisa ada hal yang seperti itu! Satu-satunya hal yang bisa
kamu lakukan adalah belajar dan hal lain sebagainya tidak dapat
diterima. Jika kamu terus begini, jamur akan tumbuh di tubuhmu.”
Saito berbalik dan mengangkat bahu, memberi isyarat agar dia diam
sebentar.
“Tapi aku tidak berpikir bahwa apa yang kudengar itu salah~? Aku
juga merekam ketika kamu mengatakannya waktu itu, bagaimana
kalau kita memainkannya di depan kelas dan biarkan mereka yang
menjadi jurinya.”
Saito merasa terancam karena dia tidak tahu sudah berapa lama
Akane berdiri di belakangnya.
“A, apa….? Aku tidak membawa ponselku, dan rekaman itu hanya
lelucon.”
"…saus"
"Aku tahu. Jika ada bau busuk, maka dia adalah zombie.”
Tidak apa-apa jika hanya Shisei yang tahu tentang itu, tetapi mereka
dikelilingi oleh teman sekelas mereka, jadi jika dia secara acak
mengatakannya, itu tidak akan berakhir baik bagi siapa pun.
"Aku bisa mencium bau bacon dan telur, salad rumput laut dengan
saus bawang, sup jagung, dan sandwich panggang keju."
“Tidak ada gunanya bahkan jika kamu mencucinya. Molekul telur dan
daging telah menyatu dengan sel Ani-kun.”
"Apa-apaan coba..."
Saito mengendus tangannya, tapi dia hanya bisa mencium bau sabun
dari tangannya. Intuisi Shisei menakutkan.
“Shise juga ingin bacon dan telur. Lain kali, aku akan mengganggu
Ani-kun di rumahmu… Dan akan mengganggumu tepat saat jam
makan siang.”
“Dan jika aku tidak mendapatkan apa yang kuinginkan, maka aku
akan menggunakan kekerasan.”
“Aku sudah makan dengan benar. Tapi bau Ani-kun membuatku lapar
lagi.”
“A~re?”
Saito membungkuk.
“Ya, kagumi aku. Kamu juga dapat menyembahku kapan pun kamu
mau. ”
“Saito-kun sendiri juga konyol. Kamu pandai belajar, tetapi tidak tahu
apa-apa. Kamu tidak peka~ ”
“Biasa saja”
Saito bingung.
Dia bisa merasakan ini adalah pertarungan mereka yang biasa, tapi itu
sedikit tidak seperti biasanya.
"Kamu, kamu sudah punya istri, jadi begitu dekat dengan gadis lain ...
itu tidak boleh, oke?"
–Aku tidak tahu mengapa, tetapi baru-baru ini, istriku tampak sangat
menggemaskan