Anda di halaman 1dari 200

[1]

Daftar Isi
Kokuhaku Yokou Renshuu

Daftar Isi...................................................................................................................... i

Pengenalan................................................................................................................ 1

Latihan 1..................................................................................................................... 4

Latihan 2.................................................................................................................. 41

Latihan 3.................................................................................................................. 58

Latihan 4.................................................................................................................. 84

Latihan 5............................................................................................................... 105

Latihan 6............................................................................................................... 135

Latihan 7............................................................................................................... 154

Latihan 8............................................................................................................... 175

Epilog...................................................................................................................... 199

Penerjemah : Rajivvani & setia

Penyunting : Shana & setia

Pembuat Ebook : setia

Sumber : Baka-Tsuki

[i]
Pengenalan
“Sudah 7 tahun berlalu, ya....”

Aku mengeluarkan album tahunan dari dalam lemari dan


bergumam pada diri sendiri.

Dengan sampul bertulis nama almamater dan juga tempatku


bekerja saat ini, “SMA Sakuragaoka”.

“Nostalgia sekali, desainnya juga tidak banyak berubah”

Jika kubandingkan dengan album kenangan yang kulihat di kantor


kemarin, mungkin aku sendiri tak tahu yang mana milikku.
perbedaannya setipis noda tan1 cerah.

“Aku benar-benar tidak punya kesempatan melihat ini sejak


kelulusan.”

Setelah selama ini, aku hampir membukanya, akan tetapi jariku


yang gemetar hanya bisa mengangkat sampulnya.

“....Wah! Apakah sekarang aku terlalu gugup hanya karena ini?”

Aku tertawa kecil dan sorot mataku berubah sedih.

Setelah menghirup napas dalam-dalam, perlahan aku membalik


halamannya.

“Wah, semuanya terlihat muda!”

Tentu saja, rasanya berbeda dengan saat sedang melihat buku


tahunan TK ataupun SD, ketika seseorang mungkin tak bisa dikenali
lagi. Hanya saja, ada sesuatu yang polos tentang senyuman teman-
temanku. Rambutku tak berubah, bila dibandingkan dengan sekarang,
aku terlihat sedikit lebih dewasa dari saat itu.

1
Tan adalah warna kulit yang gelap akibat proses penggelapan menggunakan sinar UV,
biasanya berwarna coklat tua/coklat hitam

[1]
Sewaktu SMA, aku lebih sering keluar dengan grup beranggotakan
enam orang, tiga perempuan dan tiga laki-laki.

Sampai sekarang, kami masih sering bertemu dan mengobrol


tentang masa lalu atau hanya sekadar curhat satu sama lain.

Terkecuali seseorang.

“Sedang apa mereka sekarang....”

Kami belum bertemu sejak kelulusan, tapi aku selalu ingat kilauan
senyum mereka bagaikan matahari.

Ketika aku memejamkan mata, aku teringat dengan jelas akan


kenanganku saat duduk di bangku SMA.

Kenangan tentang hari-hari cerah yang manis pahit, saat aku


masih selalu melakukan yang terbaik.

[2]
Enomoto Natsuki

Tanggal Lahir: 27 Juni

Zodiak: Cancer

Golongan Darah: O

Suka berolahraga dan menggambar manga. Anggota Klub Seni. Ia


memendam perasaan kepada Yuu, akan tetapi tak bisa jujur terhadap
dirinya sendiri.

[3]
Latihan 1
Semua itu dimulai dari secarik surat.

Diletakkan di loker teman masa kecilnya, Setoguchi Yuu―surat


cinta. Dia diminta untuk datang ke belakang gedung olahraga saat
istirahat makan siang, lalu seorang adik kelas manis berambut pendek
menyatakan cinta padanya, dan tak lama kemudian ia kembali ke kelas.

“Aku menolaknya, lagipula ujian juga sudah dekat.”

Natsuki menghela napas lega ketika Yuu memberitahunya dengan


nada datar.

Namun, jantungnya kini kembali berdetak liar. Meski Yuu berpura-


pura seperti tidak terjadi apa-apa, tapi pipi teman masa kecilnya itu
memerah dengan cara yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.

‘Aku yakin berpikir bahwa Yuu sama sekali tidak tertarik soal cinta
atau sesuatu seperti itu...’

Bahkan saat pulang sekolah, kata-kata yang Natsuki tahan masih


melekat di hatinya.

Semenjak ia fokus terhadap video game, manga dan aktifitas klub


sepanjang waktu, dia tidak pernah serius membicarakan soal cinta dan
semacamnya dengan teman masa kecilnya sebelumnya. Dia sadar
bahwa setidaknya hanya dengan satu alasan itu ia menyimpulkan
bahwa Yuu tidak tertarik dengan percintaan.

Dia mungkin menolaknya kali ini, tapi siapa sangka apa yang akan
terjadi lain kali.

Saat itulah Natsuki memutuskan untuk tidak akan lari lagi.

‘.....Aku akan menyatakannya hari ini, pasti!’

Setelah menarik napas dalam-dalam, Natsuki menaikkan


pandangannya pada punggung Yuu.

[4]
Saat itu tiga puluh menit sebelum sekolah berakhir, dan hanya ada
mereka berdua di loker sepatu.

Dia telah meminta teman masa kecil mereka, Serizawa Haruki,


yang merupakan rekan Yuu di klub Film, untuk setuju pulang seorang
diri hari ini. Mungkin lebih tepatnya Haruki hanya muak dengan
Natsuki dan terpaksa ia meninggalkan mereka berdua sendirian.

‘.....Rasanya jantungku akan melompat keluar dari dadaku...’

Ketika dia mencengkram bagian depan dari kausnya, detakan


jantungnya membuatnya terasa begitu dekat.

Di bawah celana olahraga yang dia kenakan di balik roknya,


lututnya berbenturan satu sama lain.

‘Apa yang sebenarnya aku lakukan? Mungkin aku akan menunggu


sampai besok.’

Untuk sesaat, sisi lemahnya naik ke permukaan.

Saat mengingat wajah malu teman masa kecilnya, entah


bagaimana membuatnya dapat berdiri tegak lagi.

Di dalam kepalanya, Dia tahu bahwa hal yang sangat penting


dalam menyatakan cinta adalah pemilihan waktu. Dia pernah membaca
di shoujo manga bahwa yang berkesempatan jadian gagal karena
mereka terlalu lama menunggu.

Yang dia butuhkan adalah kepercayaan diri.

Di sisi lain, penyesalan akan tersisa seumur hidup

‘—Aku, Enomoto Natsuki, sekarang akan menjalankan rencana!’

“Yuu! Apa kau punya waktu sebentar?”

Saat cahaya matahari sore melewati jendela, Natsuki memaksakan


kata itu keluar dari mulutnya.

[5]
Yuu berbalik perlahan dan dengan tatapan aneh di wajahnya, mata
merekapun bertemu.

“Ada apa mendadak formal seperti itu?”

Natsuki menegakkan tubuhnya agar suaranya tidak gemetar,


mengepalkan genggamannya lalu berkata,

“Maaf jika begitu tiba-tiba, tapi....”

Dia tahu kalau mungkin saja Yuu juga merasa gugup, karena
suasana di sekitar mereka tidak seperti biasanya.

Setelah menghirup napas dalam-dalam, Natsuki menatap langsung


pada Yuu dan mengatakan kata-kata yang telah dia pendam selama
bertahun-tahun.

“Aku sudah lama menyukaimu!”

Dia mengatakannya. Akhirnya dia mengatakannya.

Meskipun tanpa melihat cermin, dia yakin kalau saat ini wajahnya
sangat merah.

Tak dapat menahannya, dia memalingkan pandangannya, dan


sekarang dia dapat mendengar dengan jelas detakan jantungnya.
bahkan lebih keras daripada sebelumnya, membuatnya berpikir
mungkin saja Yuu dapat mendengarnya juga.

Ketika dia perlahan mengangkat wajahnya lagi, Yuu masih tetap


berdiri tak bergerak, seolah-olah dia terkejut akan pernyataan itu.

Mata mereka bertemu sesaat.

Yuu sepertinya masih belum menyadari kenyataannya dan tanpa


sengaja dia mengeluarkan kata,

“..... Huh?”

Satu kata itu berbentuk pertanyaan, tetapi itu lebih dari cukup.

[6]
‘Yuu.... tersipu malu...!?’

Mungkin dia hanya terlalu berpikir berlebihan bahwa wajah Yuu


mulai bertambah merah melebihi saat adik kelas menyatakan cinta
padanya.

Karena reaksi yang tak terduga ini, Natsuki pun kehilangan kata-
kata.

‘A...aku harus mengatakan sesuatu.....’

Dia memalingkan pandangannya ke sisi lain dan mencoba mencari


alasan, tetapi yang keluar dari mulutnya hanyalah pernyataan yang
bukan-bukan.

“Be....Be...”

“Be?”

Yuu, dengan wajahnya yang masih memerah, memiringkan


kepalanya dengan bingung.

Meskipun tingginya sekitar 180 cm, tetapi kebiasaan lucu itu


sangat cocok untuknya.

‘Aku ingin mengelus kepalanya.....’

Bahkan Natsuki pun heran dengan apa yang baru saja dia rasakan
pada tangannya. Dia sadar bahwa sekarang dia tak dapat berpikir
dengan jernih. Jika seperti ini, dia akan berakhir dengan mengatakan
hal yang tidak penting.

Sebelum itu terjadi, dia berusaha untuk mengubah topik


pembicaraan.

“Bercanda! Mana mungkin itu terjadi kan! Hahaha... Apa aktingku


bagus?”

‘Aku benar-benar melakukannya kali ini,’

[7]
Dia beralih pikiran secepatnya.

‘Tidak, tapi hanya untuk sekarang, dan itu hanyalah strategi yang
lain....’

Dengan pikiran sekilasnya itu, Natsuki menyadari sesuatu.

Benar, bahwa cinta itu sama seperti perang.

Bahwa dia bukannya kabur dari musuh; dia hanya mengulur


waktu untuk strategi yang baru.

Lebih tepatnya, latihan pengakuan saat ini hanyalah serangan


mendadak.

Yuu melebarkan matanya, dan mencoba mencerna kalimat yang


dikatakan Natsuki, dan berkedip beberapa kali berturut-turut.

Setelah beberapa saat dia menggaruk rambutnya dan membalas


pandangan Natsuki dengan tatapan tajam.

“Natsuki.... kau itu benar-benar.....”

Natsuki mengela napas lega setelah mendengar suara Yuu yang


terdengar setengah-kaget dan setengah-malu.

‘Bagus... Dia menganggap itu candaan.... kan?’

Dia berpura-pura tak mendengar retakan menyakitkan yang


dibuat hatinya dan memaksakan diri untuk tersenyum.

“Yang barusan itu hanyalah latihan pernyataan cinta.”

“Hah? Latihan?”

“Jadi? Apa aku terlihat manis? Apa hatimu berdegup kencang?”

Mengikuti alurnya, dia menengok pada wajah Yuu dan dia


menatap balik dengan dingin dan pandangan tajam.

[8]
Di saat seperti ini, sebenarnya lebih sulit ketika lawan bicara tak
mengatakan apapun. Dengan panik, senyum Natsuki pun mulai
melemah.

“J-jangan menatapku seperti itu.... maaf....”

“Apa kau benar-benar serius dengan itu?”

“......Eh?”

Sekarang, giliran Natsuki yang kehabisan kata-kata.

Jantungnya berdegup sangat kencang. Hampir terasa


menyakitkan.

‘Apa dia bercanda? Atau mungkin.....’

“Aku cuma bercanda. Sekarang kita impas.”

Seperti yang dia pikirkan dia melihat Yuu menyeringai dan


berakhir dengan Yuu yang melayangkan sebuah chop2 di dahinya.

Dan seperti bagian dari sketsa komedi, Natsuki mengeluarkan


rengekan karena pukulan itu.

“Gyah!? Hei, Yuu, lebih lembutlah padaku, oke!?”

Dengan terang-terangan mengacuhkannya, Yuu membalas dengan


ekspresi masam yang masih terlihat di wajahnya,

“Jadi dengan siapa kau benar-benar akan melakukannya?”

“Dengan siapa? Maksudmu soal pernyataan cinta?”

“Iya. Faktanya kau sedang berlatih itu artinya pasti ada seorang,
kan?”

2
chop adalah semacam teknik dalam karate yang biasa digunakan untuk membelah kayu dalam
tes ketahanan

[9]
Napas Natsuki pun tersentak ditenggorokannya, melihat
bagaimana dengan mudahnya Yuu menerima kebohongan yang baru
saja terpikirkan olehnya.

Tapi dia tahu itu adalah kesalahannya sendiri karena menyebut itu
hanya sekadar latihan.

Dan meskipun hanya bercanda, Dia tak ingin orang lain


mengatakan padanya bahwa ada orang yang dia sukai. Tidak dari Yuu.

Natsuki memendam pikiran rumit dan perasaannya yang


sesungguhnya, dan menngepalkan genggamannya lagi.

Disaat yang sama, dia menatap Yuu, yang sedang menunggu


jawaban sambil menyeringai lebar, dan dia melepaskan pukulan tepat
pada rusuk Yuu.

“Mana mungkin aku memberitahumu!”

“Ow ow!!”

Natsuki membungkukkan badan untuk menatap mata teman masa


kecilnya, yang sekarang sedang membungkuk dan seperti biasa,
bersiap untuk mengamankan janji mereka selanjutnya.

“Hei, ayolah. Bantu aku latihan~”

“.....Sepertinya aku tak punya pilihan lain. Tapi sebagai


imbalannya, traktir aku ramen.”

“Eh~ Pelit!”

“Tidakkah kau pikir itu bayaran yang murah untuk berlatih


denganku?”

“Wow, apa kau benar-benar berkata seperti itu?”

Mengatakan apapun sesuka hati mereka dan selalu berakhir


dengan senyuman. Bukan berarti mereka memutuskan hal ini secara

[10]
terang-terangan atau semacamnya, tapi hal itu lebih seperti aturan tak
tertulis di antara mereka berdua.

‘Tapi , hari ini.... sedikit....’

Seiring dengan rasa sakit yang tak kunjung hilang, hatinya


menangis bagai ditusuk jarum.

‘Sungguh stress rasanya ketika jatuh cinta pada seseorang. Dan


jauh lebih stress lagi ketika mengatakan bagaimana perasaanmu yang
sebenarnya.’

Matahari terbenam hari itu cukup merah untuk menyengat mata


seseorang.

♥♥♥♥♥

Mendengar suara bel sekolah berakhir, Natsuki menghela napas


panjang.

‘Gawat.... Aku benar-benar tertidur lelap saat matematika hari ini.’

Meskipun kemarin dia tidur lebih awal, dia terbangun berkali-kali


sepanjang malam.

Dan untuk memperburuk keadaan, dia sama sekali tak nafsu


makan saat sarapan maupun makan siang.

‘Bukankah saat ini aku seperti gadis yang sedang jatuh cinta? Ya
sebenarnya memang begitu, tapi.....’

Latihan atau bukan, tetap saja dia menyatakan cintanya kemarin.

Dan itu ditujukan tak lain kepada teman masa kecilnya, penerima
perasaan yang tak terbalaskan selama bertahun-tahun lamanya. Yuu
mungkin gugup sepanjang waktu, lebih dari yang dapat Natsuki
bayangkan.

‘Satu hal baiknya adalah kita masih berbicara seperti sebelumnya.’

[11]
Natsuki dan Yuu adalah tetangga rumah dan tempat duduk
mereka juga berdekatan, lebih tepatnya Natsuki duduk tepat di
depannya.

Kapanpun ketika mereka membagikan print tiap deret saat


pelajaran, mereka selalu berakhir saling bertatapan. Dan ketika
Natsuki ketiduran di kelas, Yuu cukup dekat untuk membangunkannya
sebelum dia terkena pukulan dari guru.

‘.....Kalau diingat-ingat, kurasa Yuu juga tidur lebih sering hari ini.’

Dia tak percaya dengan matanya ketika dia melihat dengan


terkaget, bahkan Yuu pun mempunyai rambut yang acak-acakan, yang
terlihat bergoyang karena angin yang berhembus dari jendela. Jika dia
memberitahunya, pasti, membuat dia sadar diri akan hal itu, jadi dia
memutuskan untuk tak mengatakan apapun.

“Yuu~ Apa kita langsung pergi ke ruang klub?”

Saat jam istirahat dan pulang sekolah, Selalu ada orang yang
berkumpul di sekitar meja Yuu.

Dan sekarang, Mochizuki Souta, singkatnya: Mochita, datang


sembari berlari seperti anak anjing.

Yuu, Haruki, Souta dan Natsuki adalah teman masa kecil.

Terlebih, para laki-laki bergabung ke dalam Klub Film bersama,


dan mengobrol satu sama lain dengan kedekatan yang sama seperti
saat mereka masih kecil.

“Aku harus mampir ke kantor guru, jadi kau dan Haruki pergilah
dulu.”

“Kau pergi untuk menanyai soal laporan untuk liburan musim


panas, kan? Kalau begitu, kami akan ikut bersamamu,”

Haruki menyeringai mendengar kata-kata Yuu, tersenyum bagai


sinar mentari yang berseri-seri.

[12]
“Baiklah. Kalau begitu, ayo!” Souta mengangguk ringan dan
menarik tangan Yuu. Dengan ditarik oleh mereka berdua, Yuu
meninggalkan kelas. Saat Natsuki memandangi kepergian mereka,
tanpa sadar dia bergumam,

“Enaknya....”

“Para laki-laki memang selalu akrab, tetapi para gadis juga tak
ingin kalah, tahu?”

Dia merasakan tepukan pada bahunya, lalu terdengar suara yang


riang dan halus di dekat telinganya.

“Nacchan, ayo kita juga pergi ke ruang klub?”

Setelah ia, dibisiki dengan suara yang lembut dan baik hati.

“Akari, Miou.....”

Ketika dia berbalik, dia melihat kedua temannya berdiri denan


senyuman riang di wajah mereka.

Gadis cantik dengan rambut yang gelap, Hayasaka Akari, dan Aida
Miou, dengan rambutnya yang lembut dan manis. Mereka baru saja
bertemu saat SMA, tetapi sejak mereka bergabung di klub Seni
bersama-sama, mereka langsung menjadi sahabat.

Mereka adalah gadis SMA pada umumnya tetapi Natsuki juga


merasa kalau mereka adalah teman yang selalu mendukung satu sama
lain.

‘Mereka pasti telah datang untuk berbicara denganku lebih dulu


sejak aku melamun pagi ini....’

Daripada berterima kasih dengan lisan, Natsuki lantas


menyeringai lebar.

“Tentu! Kira-kira Eri-chan-sensei sudah ada di ruang klub belum


ya? Kita akan dalam masalah jika datang terlambat~”

[13]
“Eri-sensei sangat bersemangat saat dia berbicara sesuatu seperti,
‘Tahun ini pasti kita akan meraih emas!’”

“Wah! Miou-chan, kau terdengar sepertinya~”

Dengan mengetukkan langkah kaki mereka pada lantai, ketiganya


pergi menuju lorong.

Alasan dari kesibukan kecil mereka adalah karena adanya kontes


seni setelah liburan musim panas.

Sejak masa berdirinya sekolah, tidak pernah ada tahun dimana


klub Seni SMA Sakuragaoka tidak meraih medali.

Bagaimanapun, kegiatan klub jauh untuk dikatakan seperti sparta.

Daripada mengajarkan bagaimana cara untuk menang, pembina


klub, Matsukawa-sensei, selalu menekankan untuk melukis dengan
berpaku pada ide masing-masing. Natsuki merasa bahwa Beliau
semata-mata mecoba untuk mempertahankan lingkungan kreatif dan
tenangnya itu.

Klub Seni, ketua klub, Akari, dan wakilnya, Miou, telah


memperlihatkan talenta mereka yang menakjubkan.

Ketua dan wakil sebelumnya sebenarnya telah memilih


penerusnya, tetapi karena karya Akari dan Miou telah banyak diakui
sebelumnya, sudah menjadi keputusan bulat untuk memilih mereka
sebagai penerus.

Di sisi lain, ada banyak anggota yang bergabung tetapi sama sekali
tidak tertarik untuk melukis, membuat keramik, memahat, ataupun
sesuatu seperti itu. Hanya karena tak ada klub Manga di sekolah,
banyak dari mereka bergabung hanya karena ingin menggambar
ilustrasi atau manga.

Sejak tipe yang seperti itu lebih sering bekerja di rumah,


kebanyakan dari mereka lebih seperti anggota bayangan.

[14]
Natsuki sering menghadiri pertemuan klub, tetapi untuk
posisinya, mungkin dia berada di area abu-abu.

Dia suka menggambar komik, tetapi ia juga suka melukis pada


kanvas lebar.

Keduanya berbeda di jalan mereka masing-masing, dan jika ada


yang bertanya mana yang lebih dia sukai, dia tak akan bisa
menjawabnya. Itu sepert menimbang pasta kacang merah dengan krim
kocok dalam hal ukuran.

‘Aku menyukai keduanya, jadi aku ingin melakukan keduanya, Aku


pikir itu tak apa, tapi......’

Jujur saja, akhir-akhir ini dia mengkhawatiran kedudukannya di


Klub Seni.

Dia tak seperti Akari dan Miou. Pada akhirnya, tidakkah dia hanya
setengah-matang jika dibandingkan dengan mereka?

♥♥♥♥♥

Hanya ada beberapa siswa kelas satu dan kelas dua yang berada di
ruang Seni.

Di pojok papan tulis hitam, terdapat pesan coretan yang tertulis,


“Aku akan ada urusan bisnis hari ini. Jadi sampai jumpa besok,” dan
pundak Miou langsung merosot ketika melihat itu.

“Sangat disayangkan sensei tidak hadir hari ini.... Padahal aku


berencana meminta pendapat tentang beberapa warna.”

“Miou-chan, sepertinya kau akhirnya membuat beberapa


kemajuan yang baik,”

Akari mengamati kanvas yang berada di atas penyangga dan


berkomentar seraya takjub pada lukisan itu.

[15]
“Sejak aku menggunakan kanvas yang lebih besar, aku masih
harus menambahkan lebih banyak pada itu. Bagaimana denganmu,
Akari-chan....?”

Miou berhenti dalam mempersiapkan lukisannya dan


memperhatikan apa yang sedang Akari lakukan. Sama seperti kemarin,
di depannya hanya terdapat buku sketsa, pensil dan penghapus yang
tertata rapi.

Akari mengangkat bahunya dan memaksakan tawanya.

“Yaa, aku masih belum mendapatkan ide yang bagus....”

“Kau berkerja dengan cepat sekali kau telah menyelesaikan sketsa,


jadi itu akan baik-baik saja.”

‘......Aku harap aku juga mempunyai bakat seperti mereka berdua.’

Natsuki duduk dibangku dengan tangannya yang menempel pada


pipinya, dan hanya melamun sembari mendengar percakapan teman-
temannya.

Meskipun dia juga mengikutsertakan sesuatu untuk kontes,


kanvasnya dan bahkan buku sketsanya masih benar-benar kosong.

Dia tahu bahwa Miou yang rajin dan juga Akari yang kreatif, telah
menyelesaikan banya gambaran kasar di buku sketsa mereka.

Hanya Natsuki seorang yang benar-benar tak dapat menghasilkan


apapun.

“Oh ya, Nacchan, apa kemarin kau berhasil mengatakannya pada


Setoguchi-kun?”

Bahu Natsuki tersentak pada pertanyaan mendadak Akari.

“Ah, sebenarnya, aku juga hendak menanyakan itu. Tapi aku pikir
tidak baik membicarakannya di dalam kelas.”

[16]
Kuas Miou berhenti bergerak, dan dengan malu bergabung dalam
percakapan juga.

“Itu menyenangkan untuk bisa sekelas dengan orang yang kau


sukai, tapi disaat yang sama juga sangat tidak nyaman~”

Dia mendadak merasa malu karena tiba-tiba berbicara tentang


pujaan hatinya secara terang-terangan

Natsuki merasa wajahnya mulai memanas, tapi ketika mengingat


kejadian kemarin, wajahnya mendingin dengan cepat.

“Arghh~~...... Biarkan aku memberitahumu semua tentang itu~”

“Apa itu? Ayo ceritakan.”

Akari juga mengubah nada suaranya untuk mengikuti dengan


suara Natsuki yang dilebih-lebihkan. Miou pun ikut tertawa juga, dan
suasanapun menjadi ringan dan santai.

Natsuki menceritakan kembali apa yang telah terjadi dengan nada


bercanda, untuk menghindari situasi yang serius.

Dia memberitahu mereka tentang bagaimana dia menyatakan


perasaannya, tetapi akhirnya berbohong dan beralasan bahwa
semuanya hanyalah latihan, dan bagaimana Yuu mempercayai itu dan
ikut membantunya berlatih.

Setelah mendengar ceritanya, Akari dan Miou telah menggantung


mulutnya terbuka

“.....Latihan pengakuan, ya? Kau sudah melakukan hal yang berani


lagi,”

Miou mengintip dari poninya yang pendek dengan matanya yang


bulat dan mengedipkannya dalam kebingungan.

Natsuki tertawa terbahak-bahak lalu melanjutkan,

[17]
“Dan setelah itu, kami makan ramen di kedai yang ada di depan
stasiun dalam perjalanan pulang! Itu sangat enak.....”

Tiba-tiba Akari bereaksi ketika mendengar kalimat,”di kedai


ramen yang ada di depan stasiun.”

Bertumpu pada meja, dia bertanya dengan mata yang


berkilauan,”Maksudmu kedai yang baru di buka itu? Ramen disana
adalah yang terbaik! Pilihan yang bagus!”

“Itu traktiranku, walau.... Tunggu, ini tak bagus samasekaliiiiii!!

Saat Natsuki membenarkan dirinya dan menyangga kepalanya


dengan tangannya, Akari mengangguk dalam dengan wajah yang
serius.

“Kau benar berlebihan rasanya harus menraktirnya setiap waktu.”

“Akari-chan, Aku pikir bukan itu masalah sebenarnya disini.....”

Natsuki menjadi tenang pada indikasi Miou yang tenang dan


sopan.

Setelah berdeham, dia memulai dengan menjelaskan apa yang


ingin dia lakukan.

“Aku mengatakan itu adalah sebuah latihan pengakuan karena aku


ingin dia untuk mulai melihatku sebagai perempuan..... Tapi sejak kami
hanya pergi menyeruput ramen di kedai, tak ada yang berubah! Dia
hanya akan mengatakan bahwa jenis kelaminku adalah Natsuki lagi!”

Tak dapat menahannya lebih lama lagi, dia terlalu banyak terluka
dan berteriak pada akhirnya.

Akari tersenyum cerah pada Natsuki, yang telah berdiri dari


kursinya, menangis karena perjuangannya.

“Semuanya akan baik-baik saja. Kau terlihat manis ketika tetap


diam, Nacchan.”

[18]
“Tapi kalau begitu aku terlihat terlalu patuh, jadi itu tak bagus
samasekali!”

“Untuk sekarang, tenanglah dulu, ya? Ayo, tutup kakimu.”

Dengan jari-jari yang pucat dan rampingnya, Miou dengan lembut


mendorong kaki Natsuki untuk menutup, yang mana berdiri lebar
seperti kepiting. Meski hanya sekilas, dia dapat melihat bahwa Miou
merawat kukunya dengan baik.

‘Tangannya benar-benar terlihat seperti tangan gadis.....’

Tak hanya dari penampilannya, tapi dalam pengartian dari


kepribadianya juga, Miou lebih feminim. Dia jugalah yang
menyarankan Natsuki untuk memakai celana olahraga dibalik roknya,
karena dia sering begerak begitu ceroboh.

“Lalu bagaimana denganmu dan Haruki, Miou?”

Natsuki sangat penasaran tentang bagaimana teman dekatnya dan


teman masa kecilnya yang sepertinya bergaul dengan baik.

Mereka berbeda kelas, ataupun, mempunyai kelas gabungan. Jika


mereka pernah melihat satu samalain, itu hanya ketika Haruki
berkunjung saat istirahat untuk bermain dengan Yuu dan Souta.

‘Tapi tetap saja, mereka pulang bersama hampir setiap hari.’

Natsuki telah mencoba bertanya pada Haruki tentang itu


sebelumnya, juga.

Meskipun dia biasanya sangat terbuka, dia mengalihkan


pandangannya ketika dia bertanya, dan memberikan jawaban cerdik.

“Itu hanya terjadi begitu saja, menurutku?” katanya.

‘Caranya menjawab benar-benar membuatnya terlihat seperti dia


sedang menyembunyikan sesuatu.....’

[19]
Sejak awal, Haruki adalah orang yang perhatian dan bersaudara,
tapi saat berhubungan dengan gadis, itulah dimana garis tergambar.
Dia lebih sering bergaul denga para pria, dan pengecualian hanya
berlaku pada teman masa kecilnya, Natsuki.

Dia berkata bahwa dia dan Miou mempunyai kesamaan untuk


dibicarakan, tapi tidak mungkin hanya iyu satu-satunya alasan.

Miou, juga, kelihatannya tidak dapat tenang sekali hubungannya


dengan Haruki dibicarakan.

“Huh!? A-aku.... Semua berjalan seperti biasanya!”

“Apa maksudnya itu?”

Saat Natsuki langsung meminta jawaban lebih, wajah Miou


memerah.

“Itu maksdunya ya itu! Jadi, bagaimana denganmu, Akari-chan?”

Suara Miou bergetar ketika dia dengan terang-terangan mengganti


topik pembicaraan.

“Huh?”

Akari tersipu malu dan matanya melebar, tapi dia langsung


mengeluarkan nada ceria dan berkata,

“Oh, jangan khawatirkan aku sekarang. Lebih penting lagi, kita


harus memikirkan tentang strategi pengakuan, Nacchan!”

Seakan dia mengatakannya terlalu awal, Akari dengan cepat


mengambil pensilnya dan menuliskan sesuatu pada lembar kosong di
buku sketsanya.

Melihat kata,”Strategi Pengakuan Bagian 2,”

Natsuki merasa gatal pada bagian belakang hidungnya.

“Akari-chan, terima kasiiiiih. Aku tak akan menyerah......”

[20]
“Yuki-chan~! Kami juga akan membantu, oke?”

“Haruskah kami mencabut rumput liarnya?”

Seakan untuk menyela pernyataan tekad Natsuki, mereka tiba-tiba


mendengar suara nyaring datang dari jendela.

Membayangkan apa yang terjadi, ketiganya menatap satu sama


lain, dan bergegas menuju ke jendela.

“Benar-benar suara teriakan yang sangat keras. apakah ada


selebriti atau semacamnya? Apakah mereka sedang syuting film
disini?”

Melihat keluar tak menentu, mereka melihat keramaian orang di


depan taman bunga.

Dan yang ada di tengah-tengah para gadis adalah-

“Bukankah itu Ayase-kun? Dia sangat terkenal....”

“Dia terlihat sangat berbeda setelah memotong rambutnya.”

Akari dan Miou terus terang terkejut dengan perubahan yang


dialami teman sekelasnya, Ayase Koyuki.

Memang normal jika seseorang yang baru saja mengubah


penampilannya akan menarik banyak perhatian sekitarnya, tapi
karena dia memiliki kepribadian yang pemalu, dia kelihatan sedikit
kesulitan dalam beradaptasi. Walaupun berada di kelas yang sama,
mereka sangat jarang mendengarnya berbicara, jadi itu memang sudah
diharapkan.

‘Ketika aku pertama kali bertemu Akari, juga, dia benar-benar


sangat kikuk, tapi ternyata dia orang yang sangat baik dan tak pernah
berhenti tersenyum…’

Sedangkan Miou, dia tak banyak bicara dengan laki-laki, selain


Haruki. Ketika dia bersama Natsuki, dia kadang-kadang bisa berbicara

[21]
dengan Yuu dan Souta, juga, tapi dia bukan tipe orang yang memulai
pembicaraan.

‘Meski begitu Koyuki-kun memang orang yang baik..... Sayang


sekali!’

Untuk Natsuki, yang pinjam dan meminjamkan manga dengannya,


situasi sekarang ini sangatlah menjengkelkan.

Itulah mengapa dia selalu memanas ketika membicarakan


tentangnya.

“Setelah memotong rambut panjangnya dan menganti


kacamatanya dengan lensa kontak, dia benar-benar terlihat sangat
keren! Kau bahlan tak pernah melihat yang seperti itu di manga shoujo
akhir-akhir ini. Koyuki-kun memang hebat!”

“Nacchan, jadi bagian itu yang membuamu kagum?” Saat Miou


tersenyum masam, Akari menambahkan,

“Kalau dipikir-pikir, kau bertukar manga, kan? Sejak kau duduk


berdekatan di kelas juga, apa dia mengatakan sesuatu mengenai itu?”

Karena sikapnya yang pendiam, Akari menghabiskan banyak


waktu dengan memperhatikan sekitarnya.

Sementara dia terkesan dengan teman sekelasnya yang mendadak


jadi pusat perhatian, Natsuki juga mulai membicarakan tentang
masalah yang dia lalui karena itu,

“Koyuki-kun sangat baik, dan dia orang yang baik hati. Jadi
meskipun dia dipaksa untuk bergabung di suatu klub, dia benar-benar
bingung bagaimana caranya menolak ajakan itu tanpa harus menyakiti
perasaan siapapun.”

“......Itu terlihat begitu rumit.”

Miou sebenarnya menunda jawabannya sendiri sementara dia


menimbang bermacam-macam pilihan.

[22]
Tak dapat memperoleh ide apapun, Natsuki mengerutkan alisnya
dan mengangguk setuju.

“Selain itu, mengapa Ayase-kun tiba-tiba memutuskan untuk


memotong rambutnya? Apakah dia ingin mengubah kepribadiannya
sebelum liburan musim panas terakhirnya di SMA?”

Seperti biasa, Natsuki hanya tertawa pada bagaimana biasa dan


mudahnya Akari mengatakan itu.

Hanya Miou yang kelihatannya terganggu dengan sesuatu, dan


bergumam pelan,

“.... Aku penasaran jika memang hanya itu alasannya.”

♥♥♥♥♥

Yuu mengalihkan pandangannya dari papan tulis putih yang


dipenuhi dengan pertanyaan dan tugas, lalu memandangi langit-langit.

Topik yang ditangani adalah proyek kelulusan mereka, dan juga


film baru mereka.

Mengapa tokoh perempuannya memutuskan untuk menyatakan


cinta pada tokoh utama?

Sejak awal, mengapa dia bisa jatuh cinta dengannya?

Meskipun kalimat yang dilingkari merah ini merupakan bagian


dari kalimat film, mereka menusuk tanpa belas kasihan pada hatinya.

Sejak kemarin, dia tak dapat menghilangkan “Pengakuan” Natsuki


dari kepalanya.

‘Sebuah latihan pengakuan.... Dari sekian banyak orang, mengapa


dia memilihku menjadi teman latihannya?’

Fakta bahwa itu adalah latihan berarti bahwa akan ada pengakuan
sebenarnya.

[23]
Dan ini berarti bahwa Yuu, yang terpilih menjadi teman latihan
sebagai gantinya, tidak termasuk dalam kandidat.

Mengambil posisi berpikir, dia memandangi wajah lain yang


duduk di bangku masing-masing.

‘Meskipun, pria lain yang aku lihat pernah bergaul dengan Natsuki
adalah mereka....’

Serizawa Haruki, Mochizuki Souta, dan satu-satunya perempuan


di grup mereka, Enomoto Natsuki. Mereka saling kenal satu sama lin
sejak sebelum mereka mulai tertarik dengan lawan jenis, dan bahkan
sekarang, mereka terus menganggap bahwa mereka adalah teman
masa kecil.

Dia tak protes tentang itu, dan bahkan setelah mereka masuk SMA,
mereka tidak mencoba untuk mengambil jarak atau apapun dalam
hubungan mereka. Jadi jika mendadak menjauh sekarang akan
membuat keadan menjadi tak nyaman.

Dan disamping itu, keakraban mereka satu sama lain bagaikan


pedang bermata dua.

Sampai sekarang, Yuu selalu menggoda Natsuki (setengah


bermaksud untuk candaan, setengahnya karena malu) tentang jenis
kelaminnya menjadi hanya “Natsuki.”

Tapi kini itu semua kembali padanya. karena mereka berdua


saling mengakuinya begitu saja, tidakkah Natsuki juga mulai
menganggap jenis kelaminnya menjadi hanya “Yuu”?

Setidaknya, fakta bahwa dia memilihnya sebagai teman latihan


berarti bahwa dia melihatnya sebagai pria, tapi juga berarti bahwa dia
sama sekali tidak menganggapnya sebagai ketertarikan dalam
percintaan.

‘Siapa tahu bahwa kelulusan teman masa kecilmu akan membawa


semua ini.....’

[24]
Saat dia secara tak sadar mengeluarkan desahan, Souta, yang
mempunyai pendengaran yang baik, merespon,

“Yuu, kau benar-benar menganggapnya terlalu serius, bukan? Kau


tak perlu memikirkan itu terlalu keras, tahu.”

Dia merasakan dingin naik melalui tulang belakangnya, seolah-


olah Souta sudah tahu bahwa dia baru saja memikirkan tentang
Natsuki.

Ketika dia melihat pada papan tulis putih yang ada didepannya,
dia teringat bahwa mereka sedang membahas film. Berharap agar
kegelisahannya tidak dihiraukan, Yuu perlahan membuka mulutnya,

“..... Yaa, menurutku tokoh perempuannya memerlukan pemikiran


yang jelas, kan? Jadi itu akan berjalan lebih bagus.”

“Itu benar tapi, Yuu, kau pada dasarnya lebih dari kebanyakan
orang, bukan?”

Ada sedikit kebenaran dalam perkataan Souta.

Yuu menyukai film Hollywood dan komedi, tapi ketika


menyangkut film romantis, tak ada yang dapat terpikirkan.

Di samping itu, Souta menonton film dari banyak genre yang


berbeda, dan menyukai film romantis, khususnya. Dia adalah tipe
orang yang mengoleksi screenplays3 dan DVD dari karya favoritnya.

Haruki berbeda dari mereka berdua. Dia suka menonton film edgy
yang ditampilkan di Bioskop. Dari mereka bertiga, dialah satu-satunya
yang sering pergi ke bioskop.

Ketika mereka pertama menemui pembina dan mengatakan


mereka bertiga akan membuat film, kesan pertama yang dibuat
pembina mereka adalah keraguan, bertanya-tanya apakah mereka
benar-benar dapat melakukannya. Beliau tertawa pada nada serius
mereka, tapi mereka mengerti penyebab keraguan Beliau.
3
screenplays adalah gambaran tertulis cerita film yang akan dibuat, biasa disebut dengan
script.

[25]
Sejujurnya, mereka kesulitan dalam menentukan tema.

Pada akhirnya, Haruki menjadi suara otoritas dan diputuskan


bahwa mereka akan mengambil cerita cinta.

“Aku tak pernah membuat film seperti itu sebelumnya, tapi


kenapa kita tak mencobanya?”

Bahkan Yuu, yang sejak awal menolak ide Souta, sulit untuk
menolak setelah haruki memberitahunya hal itu.

Sebagai permulaan, motivasi mereka membentuk klub Film adalah


karena mereka terpikat pada bakatnya.

Semua itu berawal 2 tahun yang lalu, pada musim gugur tahun
pertama mereka di SMA.

Film pendek yang dirilis Haruki secara diam-diam di internet


dengan cepat menyebar di kalangan pelajar selama liburan musim
panas. Dan setelah beberapa kritikus telah mengangkat rumor tersebut
dan menerbitkan artikel blog dan majalah mengenai itu, dan menarik
perhatian banyak orang.

‘Sebelumnya dia pernah mengatakan bahwa membuat film adalah


salah satu hobinya.’

Mungkin saja untuk menyembunyikan rasa malunya, tapi setelah


melihat filmnya, Yuu dan Souta menjadi putus asa untuk meminta
Haruki membuat yang berikutnya. Mereka telah jatuh hati pada film
Haruki.

Klub yang mereka buat asal-asalan, juga, telah dipromosikan


menjadi klub resmi setelah adik kelas mulai bergabung di tahun
berikutnya. Dengan berkembangnya lingkungan sekitar Haruki yang
begitu cepat, membuatnya lebih antusias dalam membuat film.

‘Dia terkenal di kalangan gadis, jadi mungkin Natsuki juga....’

Dia memandangi Haruki, yang sedang duduk di depannya.

[26]
Berbeda dari Haruki yang biasanya tenang, seperti singa, yang
mana duduk tenang dengan tangannya yang disilangkan, memberikan
suasana yang serius dan tegang.

Sementara dia memperhatikan pembicaraan Yuu dan Souta, dia


tak bergerak satu inci pun.

‘Dia sangat fokus..... sebenarnya apa yang sedang dipikirkannya.’

Seakan menyadari tatapan Yuu, Haruki menoleh padanya.

‘Tidak, dia tidak sedang melihatku tapi....’

Haruki menatap pada papan tulis putih dan terlihat sedang


menggumamkan sesuatu pada dirinya.

Setelah itu, dia melompat dari tempat duduknya dan kursinya


jatuh dengan suara yang nyaring.

“Aku tahu! Yang kita butuhkan adalah sebuah lukisan!”

Yuu dan Souta menengokkan kepalanya pada sentakan tiba-tiba


Haruki.

“Tunggu, dimana kita akan menggunakan itu?”

“Lukisan seperti apa yang kau maksud?”

Haruki mempunyai kebiasaan untuk menyerukan idenya tanpa


menjelaskannya secara jelas, sering meninggalkan orang lain bingung.
Bahkan untuk mereka berdua, yang telah terbiasa dengan itu,
sangatlah sulit untuk menebak apa yang dia pikirkan.

Tanpa menjawab pertanyaan mereka, Haruki berdecak dengan


jengkel.

“Kenapa ini tak terpikirkan olehku? Dengan semua sarana yang


kita miliki, seharusnya memang tak ada jawaban lain.”

[27]
Dia sepertinya mulai mempeributkan semuanya sendiri, dan
menepuk dahinya sambil mendesah.

Meskipun dia berbicara secara monolog, Yuu dan Souta tahu


bahwa dia hanya mengeluarkan idenya tanpa harus memperhitungkan
apapun, dia bisa benar-benar memfokuskan semua waktu dan
usahanya hanya untuk membuat film.

‘Laki-laki ini benar-benar sesuatu....’

Setelah terlalu kewalahan untuk bergerak pada awalnya, Yuu lalu


mengambil memo pad untuk menuliskan idenya sebelum mereka
melupakannya.

“Kita harus mempunyai tokoh perempuan yang dapat melukis


sebuah lukisan, kan? Jadi kita akan meminta seseorang dari klub Seni
sekarang, bukannya klub Drama.”

“Iya, orang yang hanya dapat jujur di hadapan kanvas.”

Saat dia mendengar Haruki berbicara seakan-akan dia tahu


identitas asli dari pemeran fiksi ini, pulpen di tangannya berhenti
bergerak. Sepertinya pemeran tokoh perempuannya sudah mulai
hidup didalam kepalanya.

“Lalu kita akan menggunakan kanvasnya sebagai adegan pertama.


Mungkin pada awalnya itu akan benar-benar putih, tapi saat dia
menghabiskan lebih dan lebih banyak waktu dengan si tokoh utama,
kanvasnya akan menjadi lebih hidup.”

“Benar, benar! Lebih baik daripada menggunakan sekumpulan


garis-garis tak jelas, itu akan meniggalkan lebih banyak kesan yang
kuat jika kita fokuskan pada visual. Menurutku dengan begitu
penonton akan lebih mudah dalam memahaminya.”

‘Bahkan Mochita menjadi benar-benar bersemangat ketika kami


mulai berbicara mengenai hal yang seperti ini...’

Yuu merasa kagum saat dia dengan cepat meringkas apa yang
mereka berdua katakan.

[28]
Sebelumnya, dia tidak sabaran karena itu terasa seperti mereka
hanya sedang memamerkan bakat mereka.

Tapi setelah menyadari bahwa dia tidak mempunyai gairah


ataupun bakat seperti mereka, perasaan suram itu sedikit memudar.
Perasaan itu belum sepenuhnya hilang, tapi dia telah menguasai cara
mengatasinya.

Sama seperti saat mereka biasa bermain di tempat persembunyian


rahasia, mereka tidak harus berkompetisi atas setiap hal kecil.

Sudah cukup untuk mengetahui bahwa dia sedang cemburu.

Jika tidak, dia akan mulai menganggapnya sebagai rasa iri yang
nyata, dan kemudian semuanya akan berakhir.

“-Semua idenya kelihatanya bagus, jadi selanjutnya adalah


bagaimana kita benar-benar mendapatkan lukisannya.”

Saat dia menyadari itu, Haruki dan Souta telah kehabisan amunisi
untuk ide mereka.

‘Kita akan menambahkannya kedalam barang yang kami butuhkan


saat kita menuliskannya pada laporan nanti.’

Saat dia memikirkan tentang tugas mereka yang akan datang,


sebagian besar mengenai bagaimana mereka akan membuat
lukisannya.

Di antara adik kelas, ada seorang terlatih yang ahli dalam


membuat alat peraga dan benda. Tapi mereka berdua tidak pernah
menyebutnya mungkin karena mereka tidak berpikir gayanya sesuai
dengan apa yang sedang mereka butuhkan.

“Kita mungkin membutuhkan seseoranh yanh lebih seperti...’Lihat,


aku adalah gadis yang sedang jatuh cinta’!’

Sekejap, wajah Natsuki tiba-tiba muncul dalam benaknya.

[29]
Meskipun itu hanya untuk latihan, Natsuki yang telah menyatakan
perasaannya kemarin, tak diragukan lagi, “gadis yang sedang jatuh
cinta.”

Begitu banyak sehingga dia hampir terlihat seperti orang yang


benar-benar berbeda.

“...... Kita dapat meminta Natsuki, atau siapapun dari klub Seni,
bukan?”

Dua yang lainnya menengok keheranan dengan ucapan Yuu.

Dan kemudian, mereka berteriak bersamaan, “Itu dia!”

“Seperti yang diharapkan darimu, Yuu. Ide dari orang yang


bersangkutan memang sesuatu deh.”

“Kau juga punya hubungan dengannya, kan? Itu hanyalah Natsuki.”

“Uh, bukan itu yang kumaksud sebenarnya.... Lagipula, pernahkah


kau dengar apa yang kukatakan? Maksudku bahwa orang yang sudah
jalan dan mengenal banyak orang telah mempunyai hal-hal yang harus
mereka mulai.”

Dia mengerti inti dari apa yang ingin Haruki katakan, tapi itu
sedikit memalukan untuk benar-benar menerima kata-katanya.

Hanya saat dia sedang ragu untuk meresponnya, Souta berbicara


dengan tertawa ringan,

“Jadi, itu seperti dia akan selalu mempunyai seseorang yang dapat
diandalkan?”

“Tidakkah itu membuatnya terlihat seperti dia selalu


menyerahkan sesuatu pada orang lain?”

“Tapi dengan mengandalkan orang lain itu berarti bahwa orang itu
dapat mengandalkanmu, juga. Selain itu, orang yang mencoba untuk
melakukan semuanya sendiri justru sulit untuk didekati, kan?”

[30]
Kali ini, Yuu hanya dapat menempelkan kepalanya pada kata-kata
sederhana itu.

Haruki dan Souta mengangguk bersama sepakat, “Yaa, itulah daya


tarik Yuu.”

‘Tolong jangan ganggu aku...’

Dia harus mengganti topiknya, atau dia akan mati dengan


dipenuhi kemarahan.

Tanpa rencana apapun, Yuu segera membuka mulutnya, dan saat


itu juga, ada ketukan di balik pintu.

‘Tepat waktu....!’

Dia mulai bangkit untuk menjawabnya, tapi berhenti sejenak


ketika dia telah menebak kemungkinan siapa itu.

Souta menengok jam tangannya, yang juga mulai ingat siapa


pengunjungnya.

“Sepertinya seseorang telah datang menjemputmu,”

Ketika Souta tersenyum penuh arti padanya, wajah Haruki


berubah menjadi tak menyenangkan.

‘Hari ini Mochita sedikit tegang, juga...’

Yuu mengangkat bahunya seakan-akan memberi sinyal, Haruki


menepuk pada dahi Souta.

“Aauu..!”

“Aku akan bertanya padanya tentang itu di perjalanan pulang.”

Setelah benar-benar menghiraukan Souta, Haruki


menyelempangkan tasnya pada bahunya dan menghampiri pintu.

Krieet, tukk

[31]
Pintu yang tidak terpasang dengan benar dibuka dengan
kebisingan yang biasa.

Ketika mereka menengok, mereka melihat Aida Miou menunggu


seperti Hachiko, anjing yang setia.

“.... Hati-hati,”

Yuu memanggil Haruki, yang entah kenapa terlihat bahagia, dan


melambai dari balik bahunya.

Ketika pintu menutup kembali dengan suara bising yang lainnya,


Souta merosot di meja karena kelelahan.

“Aku bertaruh dia tak pernah membiarkan Aida membuka pintu


itu sendiri,”

Souta menggumamkan ini dengan kekaguman, dan menyadari hal


yang serupa, Yuu mengangguk.

“Itu bukan berarti seorang gadis tak akan dapat membukanya, tapi
itu benar-benar berat.”

“Haruki memang benar-benar lelaki ketika menyangkut hal


semacam itu.”

“...... Apa mereka berdua jadian?”

“Entahlah....”

Masih dalam keadaan bercengkrama dengan meja, Souta


menggumamkan jawaban remeh.

‘Itu aneh. Mochita biasanya yang pertama tertarik ketika


menyangkut hal-hal yang semacam ini.’

Sebelum dia dapat mencoba bertanya apa yang salah, Souta


berbicar,

[32]
“Yuu~... pernakah kau mendengar tentang ‘Satu cinta berlanjut
untuk waktu yang lama’?”

“Eh, cinta?”

Yuu hanya bisa berkedip kebingungan pada petanyaan mendadak


dan tak terduga itu.

Seolah-olah dia tak mengharapkan jawaban sejak awal, Souta


mengatakan jawaban yang benar sendiri,

“Itu artinya ‘Cinta tak terbalaskan’......”

Cinta tak terbalaskan.

Saat dia mengulang kata itu dalam diam pada dirinya sendiri,
jantungnya sakit seakan ada yang telah mencengkeramnya.

Dan dengan rasa perih itu, dia mulai sadar akan perasaannya pada
Natsuki.

‘..... Jika itu tak terbalaskan, itu masuk akal kalau itu berlanjut
untuk waktu yang lama.’

Bahkan jika dia menyatakan perasaannya, tidak akan menjamin


bahwa mereka akan bersama.

Dan bahkan jika mereka saling membalas perasaan mereka satu


samalain, siapa yang tahu berapa lama itu akan berlangsung.

‘Menurutku dari beberapa buku yang pernah kubaca entah dimana


bahwa pasangan biasanya hanya berlangsung dalam 3 bulan, dan untuk
pasangan menikah, hanyalah 3 tahun.’

Dikatakan bahwa zat kimia yang ada pada otak kita yang
mempengaruhi percintaan akan habis setelah sekian lama. Tentu saja,
itu tampaknya bervariasi dari kasus ke kasus, tapi dia merasa anehnya
bahwa itu meyakinkan.

[33]
Dalam kasus cinta tak terbalaskan, ada hal yang harus kau
persiapkan untuk dirimu sendiri.

Kau dapat terus menyukai sesorang, atau kau dapat


mrngakhirinya pada waktu yang kau tentukan sendiri.

‘Itu sedikit menyedihkan, tapi itu adalah salah satu cara untuk
mengatasinya.....’

Souta mungkin meresakan hal yang sama.

Yuu belum bertanya padanya kapan itu dimulai, tapi dia juga
mempunyai perasaan sepihak pada seseorang.

Pujaan hati Souta adalah Hayasaka Akari, yang juga merupakan


teman baik Natsuki dan Miou.

Jadi meski mereka mempunyai kesempatan yang tak terhitung


jumlahnya untuk berbicara, untuk beberapa alasan, Souta selalu saja
membungkam diri saat ada didepannya.

Ketika bertanya tentang itu, dia mengatakan hal seperti,

“Akarin..... Dia terlalu manis..... Sangat gugup..... Aku tak dapat


melakukannya....”

Haruki dan Yuu hanya dapat tertawa bagaimana jelasnya dia, tapi
karena Hayasaka sedikit tidak peka akan dirinya sendiri, sepertinya dia
juga tidak menyadari apapun.

‘Aku merasa Hayasaka kadang-kadang juga terlihat sedikit aneh....’

Bualan atas rekornya atas beberapa kejuaraan sebagai ketua dari


klub Seni mungkin ada hubungannya dengan itu, tapi kesan orang pada
umumnya tentang dia selalu seperti, “Aku tak terlalu mengerti dia, tapi
dia sangat hebat.” Mungkin itu adalah bakatnya yang luar biasa, atau
mungkin karena dia sangat sering melakukan hal-hal yang berani, tapi
hal-hal mengenainya kebanyakan seperti Haruki, juga.

[34]
Diantara para pria, dikatakan bahwa dia pada dasarnya “Gadis
yang sangat manis ketika dia diam,” tapi dia juga mendengar bahwa
ada beberapa pria yang diam-diam memperhatikannya.

Dari apa yang dia dengar dari Natsuki, meskipun, sikapnya lebih
seperti, “Persahabatan melebihi cinta! Seni!”

“...... Apa ada sesuatu yang terjadi di antara kau dan Hayasaka?”

Dia hanya bermaksud untuk bertanya apa yang terjadi, tapi


sepertinya kata-kata ini membuat Souta merosot lebih rendah lagi.

Terdapat suara redam saat pipinya jatuh pada meja, dan diikuti
suara cekung saat dia berbicara,

“Yaa.... akan bagus jika memang terjadi sesuatu.....”

“Yaa, baik, aku mengerti apa yang kau maksud, jadi jangan bicara
lagi....”

Setelah menepuk bahu Souta, dia berdiri dari tempat duduknya


untuk bersiap pulang ke rumah.

Saat dia menghadap ke jendela yang terbuka, suara-suara yang


ramai melewati jendela.

“Heeh, apa Ayase akan baik-baik saja....?”

“Eh? Apa yang salah dengan Yukki?”

Souta menarik dirinya mengikuti kakinya dan bergabung dengan


Yuu di jendela.

Yuu memberikan sedikit ruang untuknya, dan menunjuk keluar,


“Di sana.”

Itu membutuhkan sedikit waktu bagi matanya untuk fokus, tapi


ketika dia melihat itu, Souta tercengang.

[35]
“Haah, dia dikelilingi oleh para gadis.... Mereka bukan dari klubnya
atau apapun, kan?”

“Hmm? Bukannya dia klub Pulang-ke-Rumah?”

“Tidak, dia berakhir dengan bergabung klub Berkebun baru-baru


ini.”

“Heh.... Kupikir dia dengan mudah mendapatkannya jika dia dapat


meraih nilai tertinggi di National Mock Exam4.”

Setelah itu dia baru menyadari bahwa dia telah mengatakan


sesuatu yang kasar.

Nada suaranya tidak terlalu menyenangkan, dan pemilihan kata-


katanya tidak terdengat bagus juga.

Dia mencuri pandangan cemas ke arah Souta untuk melihat jika


dia menyadarinya, dan dengan beruntungnya, mata mereka bertemu.

“Tidak biasanya, untukmu mengatakan hal semacam itu, Apa kau


khawatir karena dia dan Natsuki begitu dekat?”

“Bukan seperti itu!” Sambil mengucapkannya dengan refleks, Yuu


dibawa oleh dorongan yang semakin kuat untuk memegangi kepalanya
di tangannya.

Souta hanya dapat tertawa pada tindakan terang-terangan


temannya itu.

Dia belum berbicara banyak dengan Ayase Koyuki, tapi dia tahu
bahwa dia dan Natsuki saling berbagi ketertarikan yang sama akan
manga.

Karena adik perempuannya, Hina, dan pengaruh Natsuki, Yuu juga


membaca banyak manga, tapi saat berhubungan dengan fitur majalah,
penerbit dan percakapan mendalam, dia benar-benar tak paham
sedikitpun. Koyuki sepertinya sering keluar dari putaran dan
4
Mock Exam adalah semacam nama kerennya ujian akhir semester dan disini yang dimaksud
adalah ujian mock tingkat nasional.

[36]
kapanpun Natsuki menghampiri untuk berbicara dengannya, dia selalu
memberi mereka ruang sebanyak yang dia bisa.

‘Itu bukan berarti dia orang yang buruk atau semacamnya, tapi
hanya saja ada sesuatu yang menggangguku....’

Berdiri disamping Yuu, yang sedang mengamati dengan hati-hati,


Souta menyipitkan matanya melawan kilauan sinar matahari dariluar.

“Apapun alasannya, Dia hebat dapat benar-benar merubah dirinya


menjadi seperti itu,”

Saat dia mengatakan ini, Souta menggunakan tepi bingaki jendela


untuk mengistirahatkan dagunya pada tangannya.

Meskipun matanya tampak fokus pada Koyuki, dia mungkin


sedang memikiran sesuatu yang lain.

“Menurut diriku pribadi, kau cukup menjadi dirimu sendiri,


Mochita,”

Yuu berkata, dan seakan kabur dari itu, kembali ke meja untuk
mengambil tasnya.

Souta kelihatan kaget, dan mendadak berteriak padanya,

“Tunggu, Yuu, katakan itu sekali lagi!”

“Mengatakan apa? Sebenarnya kau tak hanya mendengarnya kan?


Hei, Jangan lupa dengan jendela dan tirainya, yaa?”

“Yuu, kau tak perlu merasa malu karena itu!”

“..... Apa kau sudah lupa kalau aku adalah ketua klub, dan karena
itu aku punya kunci untuk ruangan ini?”

“Waahh, baik, aku datang! Jadi tolong jangan mengunciku


disiniiiiii!”

[37]
Yuu tertawa didalam hati pada dirinya sendiri, menyadari bahwa
dia bertindak sangat bodoh.

Tapi memang benar kalau suasana semacam ini tidaklah buruk,


juga.

Lebih sulit dari yang dia bayangkan untuk terus berurusan dengan
betapa menyedihkannya dia saat berhubungan dengan bakat atau
cinta.

‘Tapi bukan berarti aku hanya bisa menyerah, jadi tak akan ada
gunanya.....’

[38]
Setoguchi Yuu

Ulang Tahun: 11 Juli

Zodiak: Cancer

Golongan Darah : AB

Teman masa kecil Natsuki. Anggota Klub Penelitian Film. Orang yang
baik, dan terkenal di kelas. Mempunyai adik perempuan

[39]
Latihan 2
Hari kedua setelah latihan pengakuan, Natsuki memandangi
kalender di kamarnya.

‘Apa harus kulakukan? Tak peduli berapa kali aku memastikannya,


hari ini adalah hari Sabtu.....’

Dia tahu bahwa dia hanya sedang membodohi dirinya sendiri.


Tentu saja dia sepenuhnya sadar hari apa sekarang. Jika tidak, dia tidak
akan menggambar komik hingga pagi, dan dia juga tidak panik
walaupun dia baru saja bangun di siang hari.

Tapi ketika menghadapinya sekali lagi, dia tak dapat menahan


kekhawatirannya.

Latihan atau bukan, seminggu telah berlalu sejak dia menyatakan


perasaannya.

Saat membuka tirai kamarnya, dia dapat melihat kamar Yuu yang
ada di lantai dua rumah sebelah.

Karena mereka tinggal bersebelahan, dan ibu mereka adalah


teman baik, sejak masih kecil mereka sering pergi ke rumah mereka
satu samalain.

Hal ini berlanjut sampai mereka memasuki bangku SMA, dan


menjadi kebiasaan mereka untuk bermain bersama selama akhirpekan
di salahsatu dari rumah mereka. Natsuki selalu datang dengan alasan
meminta Yuu untuk membantunya belajar.

‘Itu bukan seperti aku mengatakan sesuatu seperti, “Aku datang


karena aku ingin melihatmu,”’

Natsuki menghela napas, dan mengambil lembar kerja matematika


yang ada di tepi mejanya.

“Oh baiklah, kurasa aku akan pergi.”

♥♥♥♥♥

[40]
Meskipun dia datang dengan semua semangatnya, sayangnya, Yuu
tidak di rumah.

Dengan perasaan yang bercampur antara lega dan kecewa,


Natsuki memaksakan tawanya.

“Begitu..... Kurasa aku akan langsung pulang untuk hari ini, kalau
begitu.”

“Ehh-? Kupikir dia akan segera pulang, jadi ayo main game sambil
menunggunya,”

Gadis yang mengatakan ini sambil cemberut adalah adik


perempuan Yuu, Hina.

Dia seangkatan dengan adik laki-laki Natsuki, SMA tahun pertama,


tapi dia sangat manis untuk ukuran seorang gadis. Kelucuannya yang
seperti anak-kucing tiba-tiba menghidupkan suasana hatinya yang
buruk.

“Tentu. Mau yang uji level? Atau mode pertempuran?

“Keduanya!”

Ketika Hina tersenyum polos, dia merasa sedikit gugup.

Tiap kali dia tersenyum gembira dengan mata sayunya, wajah Yuu
selalu terbayang di pikirannya.

‘Karena mereka saudara, memang wajar jika mereka terlihat mirip,


tapi....’

Tak hanya karakteristik fisik mereka; mereka memiliki kesamaan


yang lain, juga.

“Nacchan, sesuatu terjadi di antara kau dan kakakku.”

Hina tengah membiarkan dirinya masuk ke kamar Yuu ketika dia


tiba-tiba menghadap Natsuki.

[41]
Natsuki, yang sedang mengikuti dibelakangnya, terkejut dengan
pertanyaan mendadak itu.

‘Kecuali kalau aku hanya sedang berimajinasi, dia mengatakannya


dalam bentuk pernyataan, bukannya pertanyaan, kan?’

Cara Hina melihat tajam padanya dengan mata yang meragukan


membuatnya tak nyaman.

“Apa reaksi itu berarti aku benar?”

“Ah, um, yaa.....”

Ketika Natsuki mulai tersipu malu, Hina menampilkan wajah yang


dewasa.

“Hmm--? Yaa, jika kau tak ingin memberitahuku, itu tak apa, sih,”

Dia menutup topik pembicaraan dengan begitu saja dan


menghadapkan kembali punggung kecilnya ke arah Natsuki.

Benar perkataannya, Hina tidak bertanya tentang itu lagi.

Saat Natsuki melihatnya dalam diam mempersiapkan perangkat


game, dia gemetar gelisah.

‘Hina-chan berkata begitu karena dia khawatir, kan.....?’

Ada kemungkinan bahwa dia mungkin telah mendengar sesuatu


dari Yuu, juga.

Tidak, dari yang dia ketahui tentang sifat teman masa kecilnya itu,
dia mungkin tidak akan mengatakan apapun mengenai latihan
pengakuan. Tapi kalau Hina mengatakam jika terjadi sesuatu diantara
mereka berdua, dan mungkin itu artinya perilaku Yuu berbeda dari
biasanya.

“......Um.. Hey, Hina-chan......?”

“Jika itu kau, aku tak masalah.”

[42]
“Eh?”

Karena kehilangan konteks, dia tak segera langsung meraih


maksud dari kata-katanya.

Hina berbalik dengan dengan remote kontrol di tangannya


sebelum menguraikan lebih lanjut.

“Jika itu kau, aku tidak masalah menyerahkan kakakku padamu,


Nacchan.”

Mata Hina berkilau dengan dengan kilauan serius yang tak biasa.

Itu tak terlihat seperti dia sedang bercanda.

Natsuki menegakkan punggungnya, dan bertanya dengan ragu,

“Apa maksumu dengan ‘menyerahkan’......?”

“Dia dengan mudah merajuk, dan dia kadang bisa sangat ragu, tapi
dia baik, dan penamilannya tak buruk, juga. Mungkin aku mengatakan
ini karena aku adiknya, tapi kukatakan kalau dia adalah pilihan yang
bagus!”

“Eh......”

Setelah menyadari apa yang Hina maksud, wajah Natsuki


memucat.

‘Tunggu, jika dia mengatakannya sekarang, lalu itu artinya dia


mengetahui perasaanku kepada Yuu!?’

Dia mengetahui kenyataan yang belum pernah dia ceritakan


kepada Hina sebelumnya.

Memang benar bahwa mereka sangat dekat seperti saudara, tapi


justru itu yang membuatnya kesulitan untuk mengatakan sesuatu
seperti, “Hina-chan, kau tahu, aku menyukai kakakmu.”

[43]
Saat Natsuki duduk disana, mematung, Hina mengatakan sesuatu
yang lebih mengejutkan.

“Atau mungkin tipemu adalah yang seperti Koyuki-senpai?”

“T-tipe.....?”

Dilihat dari arah pembicaraannya, mungkin yang dia maksud


adalah tipe orang yang disukainya.

Karena perkembangan yang tak terduga ini, Natsuki hanya dapat


membuka tutup mulutnya seperti ikan mas.

“Bahkan semua siswa kelas satu sedang membicarakan betapa


kerennya dia sekarang. Jika terus begini, mungkin seseorang akan
segera merebutnya, bukan?”

“M-merebutnya.”

“Maksudku seseorang mungkin akan menembaknya.”

Hina tersenyum pahit dan mengangkat bahunya.

Sekali lagi, Natsuki benar-benar kagum atas reaksinya yang begitu


dewasa.

“..... Biarpun begitu Koyuki-senpai memanglah sangat keren, dan


baik, juga.”

Hina tiba-tiba bergumam.

Karena terdengar sangat pelan Natsuki berpikir mungkin saja dia


salah dengar.

Sementara dia tengah kebingungan apakah memintanya atau tidak


untuk mengulang apa yang dia katakan, Hina lebihdulu berbicara,

“Hey Nacchan.”

[44]
“Pasti kau heran bagaimana aku tahu kalau kau menyukai
kakakku, bukan?”

“Eeh!? Hina-chan, kau dapat membaca pikiran?”

Natsuki berkata tanpa pikir panjang, dan Hina menahan tawanya.


Dia meletakkan remote kontrol yang dia pegang, dan kemudian
menjatuhkan dirinya pada lantai, juga.

“N-nacchan, kau sangat lucu!”

“Hina-chaaaaan, berhenti tertawa dan jawablah akuuuu!”

Natsuki protes, hampir menangis dan sepertinya merasa kasihan


padanya, Hina melipat kakinya.

Sambil mengusap air mata dari ujung matanya, dia mulai


menjelaskan semuanya.

“Karena kau begitu jujur, begitu jelas hanya dengan melihatmu.”

“B-benarkah? Lalu..... Apa itu artinya Yuu juga....”

“Menurutku tidak. Kakakku sangat tidak peka terhadap apa yang


orang lain pikirkan tentang dirinya.”

Kenyataannya, Hina terlihat blak-blakan saat dia membuat


penilaian pedas ini.

Saat dia menyebutnya, banyak hal yang mulai memenuhi pikiran


Natsuki.

Yuu punya kebiasaan mementingkan orang lain sebelum dirinya


sendiri; itu adalah hal yang biasa baginya.

Mungkin itu karena dia tak dapat lepas dari peranan sebagai
seorang “Kakak”, bahkan saat dia sedang tidak berada dirumah.
Sekilas, Haruki, merupakan tipe yang suka jail, lebih banyak bertindak
seperti seorang kakak tertua, tapi sebenarnya Yuu yang memastikan

[45]
semuanya telah dilakukan ketika menyangkut pada kegiatan klub dan
semacamnya.

Bahkan ketika suasananya menjadi sensitif, seperti yang Hina


sebutkan, dia dapat menjadi tak peka tentang bagaimana perasaan
orang lain terhadapnya

‘Apa karena aku juga seorang kakak yang hanya tak dapat
meninggalkannya sendiri?’

Jatuh kedalam pemikiran yang dalam, dia kemudian menyadari


bahwa dia sedang dipandangi.

Memandang balik, dia menahan napas dan matanya bertemu


dengan Hina, yang menatap lurus padanya.

Walaupun semua yang dikatakan, dia mungkin ingin tahu reaksi


Natsuki.

“..... Hina-chan, kau benar-benar berbicara sangat dewasa.”

“Benarkan~? Lagipula, aku sudah SMA sekarang!”

Caranya membusungkan dadanya dengan bangga terlihat manis,


tidak ada pertanyaan mengenai itu, dan tak dapat menahannya,
Natsuki memeluknya dengan erat.

“Ya ampun! Hina-chan, Kau sangat maniiiis!”

“Nacchan, itu geli~”

Saat suara riang mereka memenuhi ruangan, tiba-tiba pintu


terbuka tanpa sebuah ketukan.

Hanya satu orang yang dapat melakukan hal semacam itu.

“Apa yang kalian berdua lakukan di kamar orang.....”

Disana berdiri pemilik kamar, Yuu, dengan tampang heran.

[46]
“Onii-chan! Selamat datang!”

Mengikuti arahan Hina, Natsuki juga melambai padanya.

“Selamat datang~ Kau sangat lama! Kau kemana saja?”

“Apa itu penting?”

Dengan ahilnya berjalan melewati keduanya yang duduk dilantai,


dia menuju mejanya yang berada di sisi belakang kamar.

Di tangannya, dia memegang tas belanjaan dari toko buku besar


sekitar stasiun. Terlalu tebal untuk sebuah majalah, jadi dia mungkin
membeli buku referensi yang baru.

‘Sekarang kalau dipikir-pikir, ibunya bilang kalau dia ingin


mengambil kelas musim panas.’

Natsuki mendengarnya ketika ibunya dan ibunya Yuu sedang


mengobrol di ruang tamunya, sehari setelah adiknya, yang masih kelas
10 SMA, membual ingin mengikuti kemah musim panas. Meskipun Yuu
jarang menunjukkan sisi rajinnya didepannya untuk beberapa alasan,
dia kelihatannya sangat serius belajar untuk ujian masuk.

“Apa tak apa bagimu untuk membuang waktumu disini di akhir


pekan?”

Saat dia menaruh tas belanjaan dan dompetnya diatas meja, Yuu
bertanya dengan sikap bercanda.

Natsuki menolehkan kepalanya dengan bingung karena


pertanyaan yang mendadak.

“Tapi kau adalah pengecualian khusus. Dan lagipula, bukannya


aku selalu datang tiap akhir pekan?”

“...... Terserah kau saja,”

Seakan malu oleh pertanyaannya sendiri, jawaban yuu keluar


dalam bentuk omelan.

[47]
Dari samping, wajahnya terlihat sedikit merah, tapi itu mungkin
hanya karena dia baru saja masuk dari luar yang dingin. Natsuki
memutuskan untuk menolak menunjukkannya, dan hanya tertawa
sedikit menanggapinya.

“Jadi, untuk apa kau datang kesini hari ini?”

Yuu berbalik lagi, dan menanyakan ini sementara berdiri dengan


pose yang menjengkelkan.

“Aku pikir kau mungkin bisa membantuku mengerjakan PR.”

Saat Natsuki tertawa malu, Yuu dan Hina terdengar terkejut saat
mereka menanyakan hal yang sama,

“Jadi, bukan untuk game...”

“Bukan untuk game?”

“Kalian berdua sangat kompak! Tidak, tentu saja tidak!!”

Itu membuatnya terdengar seperti semua yang pernah kulakukan


hanyalah bermain game!

Kata-kata protes itu dipersiapkan di ternggorokannya, tapi dia


khawatir akan dijawab hanya dengan sesuatu yang sederhana, seperti
“Iya”, jadi dia putuskan untuk menyimpannya sendiri.

Tapi ketika benar-benar memikirkannya, dia merasa bahwa


setengah waktu dia datang ke kamar Yuu, dia selalu memegang sebuah
remote kontrol game, lebih banyak daripada alat tulis apapun.

‘Jika begitu, aku hanya harus membuktikannya padanya...!’

Natsuki mengambil lembar keja matematika yang sepenuhnya


terlupakan, dan menyodorkannya sebagai bukti padanya.

“Lihat! Hanya ada satu soal yang selesai, kan?”

[48]
“Yaa, jangan menyombongkannya. Memang aku ini apa, semacam
tempat pengungsian?”

Tertawa masam, Yuu meraih meja lipat. Mengabaikan semua yang


dia katakan, sepertinya dia bermaksud membantunya lagi hari ini, juga.

Natsuki mengambil perlengkapan sekolahnya, dan Hina juga


berdiri untuk memberi ruang.

“Yaa, aku akan meninggalkan kalian berdua sendiri sekarang,”

Hina tersenyum nakal, dan Natsuki merasakan dingin dalam


batinnya.

‘Wah! Jika dia mengatakannya seperti itu, Yuu pasti akan


menyadari sesuatu.....’

Dia menatap malu pada Yuu, tapi tak seperti yang dia harapkan,
dia sedang menyeringai lebar.

“Tidakkah kau ingin mengerjakan PR dengan kami, juga?”

“.....Onii-chan, dalam situasi ini, kau akan berjuang untuk hidup.”

“Haah? Apa itu ramalan?”

Tidak dapat membantah dengan apa yang Hina maksud, Natsuki


hanya dapat mengeluarkan tawa kering.

♥♥♥♥♥

Setelah satu jam berlalu, hanya tersisa satu soal pada lembar kerja.

Dia pikir bahwa itu mungkin mengahabiskan waktu semalaman,


tapi seperti biasa, Yuu adalah guru yang handal. Bahkan Natsuki, yang
benar-benar buruk dalam matematika, dapat menemukan jawaban
yang benar, seolah-olah karena sihir.

‘Dia pasti belajar lebih banyak dari biasanya.... Dengan begitu Yuu
mungkin pergi ke universitas, kah....’

[49]
Natsuki juga belajar giat untuk masuk sekolah kejuruan, tapi juga
memerlulan nilai yang bagus dari SMA. Kerena dia mempunya adik
laki-laki yang menjadikannya contoh, dia bertujuan untuk menjadi
siswa yang terpilih dari ujian masuk rekomendasi.

Yuu juga berkata bahwa dia membidik universitas umum untuk


alasan yang sama.

Mau sekolah swasta atau sekolah umum, katanya dia ingin


meninggalkan pilihan terbuka untuk Hina.

‘Meskipun kami tak pernah membicarakan, atau bahkan


memikirkan tentang itu sebelumnya....’

Masih, topik tentang jalur karir mereka yang muncul tak dapat
dihindari.

Adik kelas yang menyatakan perasaannya pada Yuu, juga, pasti


telah memperkirakan dengan kenyataan bahwa mereka tidak akan
dapat melihat satu samalain lagi setelah hari kelulusan musim semi
datang. Mereka hanya dapat melihat satu samalain secara langsung
setiap hari saat mereka masih berada di SMA.

“.....Ngomong-ngomong, Apa kau mendengar tentang hal itu Senin


kemarin?”

Yuu pasti menyadari bahwa Natsuki telah kehilangan konsentrasi,


dan memecah keheningan dengan menanyakan ini.

Natsuki menyerah terhadap lembar kerjanya sehingga dia


berhenti menulis sepenuhnya, dan menaruh pensil mekaniknya.

“Maksudmu tentang meminta kami untuk bertemu di klub Film?


Aku menerima pesan dari Miou, tentang bagaimana kau sedang
mencari seseorang untuk melukis untuk film baru atau semacamnya.”

Saat mereka mulai berbicara lagi, Natsuki merasa mood-nya


hilang.

[50]
Natsuki menyukai film haruki, dan dulu dia juga banyak
membantunya dalam menyiapkan alat-alatnya.

Bagaimanapun, saat ini, kelihatannya mereka sedang mencari


dengan jangkauan yang lebih luas.

“......Aku penasaran apa aku harus datang di pertemuan nanti...”

“Hmm? Apa kau sedang tidak enak badan?”

“Tidak, bukan seperti itu..... Kalian sedang mencari lukisan yang


nantinya akan menjadi kunci dalam filmmu, kan? Jadi, Aku merasa
Miou dan Akari akan lebih mampu untuk membuatnya,”

Natsuki memaksakan kata-kata itu keluar demi menjaga kualitas


lukisan, tapi Yuu terlihat tidak puas, dan tergesa-gesa memiringkan
kepalanya.

“Memang benar kalau lukisan Hayasaka dan Aida benar-benar


bagus, tapi kami bukan profesional, jadi kami tak terlalu paham
mengenai nilai tekhnik maupun seni. Kami ingin lukisan yang sesuai
dengan kesan dari tokoh perempuannya, hanya itu.”

Meskipun dia terdengar tenang saat mengatakan ini, kata-kata Yuu


terasa begitu berat baginya.

Natsuki tidak meragukan apapun dan hanya bergumam pelan,


“Begitu......” sebagai respon.

“Dan lagipula, Aku menyukai lukisanmu.”

“....Eh?”

“Ketika kau melukis orang, itu terlihat sangat hidup, dan ketika
kau melukis latar, itu begitu berkilauan, tahu? Menurutku itu bagus.
Hanya dengan melihatnya membuatmu merasa terhibur.”

“M-memujiku tak akan mendapatkan apapun.”

[51]
“Oh ayolah, jangan merendahkan diri. ini bukan pertama kalinya
aku memujimu, setelah sekian lama kita sudah saling kenal kan~”

Melihat dengan mudahnya Yuu menertawakannya, Natsuki


menggigit bibir bawahnya dan menunduk.

Jika dia tak melakukan itu, dia merasa dia mungkin akan mulai
menangis.

‘Dia mengatakannya padaku dengan mudahnya, meskipun dia


kurang peka, tapi tetap berprilaku baik disekitar siapapun......’

Kata-kata Yuu selalu memberinya kepercayaan diri.

Bahkan saat Natsuki tak dapat melihat sisi bagusnya sendiri, Yuu
akan menemukannya untuk dirinya. dan dia akan mengatakannya
dengan baik, dan memuji dirinya.

“Kau menggambar komik, kan? Jangan hanya memperlihatkan itu


pada Hina. Sekali-sekali, biarkan aku membacanya juga.”

Sebelum dia dapat berterima kasih untuk pujian sebelumnya, Yuu


mengatakan hal yang mengejutkan.

Mengangguk tanpa benar-benar memahaminya, Natsuki


kehilangan kesempatan untuk memandangnya lagi.

‘Aku senang dia memuji lukisanku, tapi memperlihatkan komikku


itu sedikit......’

Jika dia berkeinginan menjadi profesional, akan menjadi ide yang


bagus untuk memperlihatkan komiknya kepada orang disekitarnya.

Berkat bantuan dari beberapa teman yang dia temui di internet,


Natsuki telah dapat mengumpulkan keberanian untuk
memperlihatkannya kepada Hina, Miou dan Akari, beberapa
diantaranya. Meski saat ditanyai pendapat mereka dapat begitu
menyakitkan, mereka tidak bermaksud untuk menakutinya, tapi
memberitahunya bagaimana berkembangnya dia.

[52]
Bagaimanapun, jika dia hendak memperlihatkannya kepada Yuu,
akan jadi cerita yang benar-benar berbeda.

Beberapa alasannya adalah komik yang dia gambar adalah manga


shoujo, tapi itu juga karena tokoh utumanya dengan jelas menyerupai
“seseorang”. Dan bahkan jika dia tidak menyadarinya, Natsuki masih
tak akan bisa untuk mengatasinya.

“......Akan aku pikirkan,”

Entah mengapa Natsuki dapat membalasnya. Yuu tersenyum dan


menjawab kembali,

“Perlihatkan padaku secepatnya ya.”

Seperti yang diharapkan, pria yang dapat membaca keadaan


memang sesuatu.

‘Dia sangat perhatian ketika menyangkut hal semacam ini,


meskipun....’

Saat dia melihat Yuu tersenyum layaknya seorang kakak, Natsuki


merasa seperti sedang dipancing untuk memperlihatkan reaksinya
oleh Yuu.

Dia mengambil sedikit napas untuk menyembunyikan


perasaannya, dan bertanya begitu saja,

“Hey, Misal.... Misal aku akan mempunyai kekasih, apa yang akan
kau lakukan?”

“Yaa, entahlah. Apa ini ada hubungannya dengan komikmu?”

“Siapa tahu?”

Natsuki memaksakan senyumnya, dan Yuu mendesah seolah tak


punya pilihan lain.

“Yaa..... Sebagai teman latihanmu, aku harus mendukungmu, kan?”

[53]
“.....ngh”

Dia tahu itu salahnya sendiri. Karena dia membuatnya terdengar


seperti dia menyukai orang lain.

Karenanya, Natsuki sangat kaget bahwa dia tak dapat bernapas


dengan benar.

Yuu tak terlihat peduli dengan diamnya Natsuki, dan mulai


membaca buku referensi yang dia beli.

“Jika itu kau, aku tidak masalah menyerahkan kakakku padamu,


Nacchan.”

Perkataan Hina terulang di kepalanya, dan Natsuki menjawabnya


kembali dalam hatinya.

Itu mustahil baginya.

Tapi tetap, tak dapat menyerah begitu saja, Natsuki berkata pada
Yuu, yang tidak melihat ke arahnya lagi,

“Terima kasih. Sungguh tenang untuk tahu kau akan ada untukku.”

Seolah-olah terkejut dengan balasan yang terlambat, Yuu terdiam


dalam posisi sedang membalik halaman bukunya.

“...... Berjuanglah.”

Meskipun dia tidak memalingkan matanya dari buku referensi,


wajah Yuu terlihat damai.

“Tentu saja!”

Kali ini Natsuki menjawab dengan riang, dan berpura-pura tidak


mendengar hatinya yang menangis kesakitan.

[54]
Ayase Koyuki

Ulang Tahun: 28 Agustus

Zodiak: Virgo

Golongan Darah: A

Teman sekelas Natsuki. Anggota klub Berkebun. Dia mengubah


penampilan dan kepribadiannya dengan sekejap, membuatnya
menjadi topik pembicaraan dikalangan para gadis.

[55]
Latihan 3
Hari yang sangat panas di awal minggu berikutnya, juga.

Walaupun hanya berjalan menyusuri koridor, butiran-butiran


keringat terbentuk di sisi belakang leher Natsuki.

‘Mereka seharusnya tak hanya menyalakan AC di ruang guru saja,


tapi di tempat lain selain itu, juga.....’

Hanya sekedar kenangan akan kenikmatan yang dibayangkannya


beberapa saat yang lalu sudah cukup untuk membawanya pergi dari
dunia nyata.

Meskipun dia baik-baik saja dengan panas dan dingin saat masih
kecil, dia tak dapat mengatasi perbedaan besar dari keduanya
sekarang.

“Ah, ada jet stream5!”

Akari, yang berjalan di depannya, menunjuk ke langit dan berbalik.

“Wow! Cantiknya....”

Mendengar seruan Miou, Natsuki jadi yang terakhir untuk melihat


ke atas, menyipitkan matanya karena cahaya.

“Dengan birunya langit, kau dapat melihatnya dengan sangat jelas,


kah?”

“Kan? Tidakkah menurutmu itu terlihat seperti garis yang dibuat


dengan kuas raksasa dengan cat putih?”

“....Iya.”

Berbeda dengan suara riang Miou dan Akari, dia menjawab


dengan nada yang tidak jelas.

5
Jet stream adalah jalur bekas lewatnya pesawat di udara

[56]
‘Sial, aku melakukannya lagi.....’

Merasakan tatapan mereka beralih dari awan kepada dirinya, dia


dengan cepat berbicara dengan suara yang lebih menyenangkan.

“Sudah waktunya, Jika kita tidak buru-buru, Haruki akan


mendahului kita!”

Kata Natsuki, dan berlari ringan menuju ruang seni.

Mendengar langkah kaki yang lainnya mengikuti di belakangnya,


dia mengeluarkan desahan.

Dia sudah berprilaku seperti itu sejak pagi.

Apa yang dikatakan Yuu tentang “mendukungnya” mendadak


teringat dalam benaknya, membuat emosinya menjadi tidak karuan.

‘Aku tahu seharusnya aku tidak membiarkan itu terlalu


mengangguku, tapi....’

Seperti bagaimana manusia yang tidak dapat mengatur cuaca


sesuka hatinya, sama sulitnya dengan bagaimana mengatasi emosi.

‘Pertemuan akan dimulai dalam waktu dekat, jadi aku harus


mengatasinya semuanya....’

Dia menepuk kedua pipinya, dan menunjukkan wajah dengan


penuh tekad, pergi membuka pintu dari ruang persiapan yang berada
disebelah ruang seni.

Pembina mereka, Matsukawa-sensei, telah membiarkan mereka


menggunakannya dengan bebas dengan begitu mereka tak akan
mengganggu anggota klub yang lain.

‘Aku tidak mengira sensei akan begitu menyetujuinya, jadi itu


mengejutkanku.’

Sebelum datang kesini, dia telah pergi ke ruang guru untuk


melaporkan permintaan dari klub Film.

[57]
Selain pekerjaannya sebagai pembina dari klub Seni untuk
memastikan mereka fokus dalam kontes sekarang ini, Matsukawa-
sensei juga mengungkapkan dukungannya dalam kolaborasi klub Seni
dengan klub Film.

‘Apakah karena akan lebih baik jika lebih membanggakan karya


kami...?’

Tentu saja, dia senang kalau yang lain berkeinginan untuk melihat
karyanya, tapi tak seperti Akari dan Miou, yang biasa memenangkan
penghargaan, itu masih sebuah tantangan untuk Natsuki, yang
kekurangan percayadiri seperti yang mereka miliki.

Tapi selain itu semua, alasan bahwa dia memutuskan untuk


mendengar permintaan klub Film adalah karena dia tak dapat
menghilangkan apa yang dikatakan Yuu kemarin dari kepalanya.

“Aku menyukai lukisanmu.”

Yuu tidak berkata bahwa dia menyukai-nya, tapi lukisan yang


digambarnya.

Meski begitu, dia merasa benar-benar senang.

Itulah mengapa dia memutuskan untuk menghadiri pertemuan,


meskipun dia tahu dia tak akan mungkin terpilih.

Yuu dan yang lain sudah menunggu di aula, dan sedang bermain-
main dengan kipas berpegangan.

“Hai. Maaf untuk mengambil waktu kalian ketika kalian semua


sedang sibuk mempersiapkan untuk kontes.”

Walaupun mengatakan kata-kata sopan ini, Haruki tersenyum


dengan memperlihatkan giginya.

Terbiasa dengan nada gurauannya, Natsuki tertawa dan


membalasnya,

[58]
“Jika kau benat-benar merasa bersalah, lalu setidaknya traktir
kami sesuatu untuk diminum.”

“Ah, Benar juga. Maaf, kami seharusnya memikirkannya....!”

Untuk beberapa alasan, Itu Souta, dan bukannya Haruki, satu-


satunya yang menjawabnya dengan terburu-buru.

Haruki melambaikan tangannya di udara, lalu memegangi


punggung Souta.

“Mochita, kau benar-benar pria yang baik. Kau tidak harus


memperdulikan apa yang dikatakan Natsuki, tahu.”

“Kau benar-benar pria yang baik, Mochita. Tapi sebaiknya kita


biarkan Haruki mengatasi hal semacam ini sendiri.”

Hanya setelah Natsuki menjawab, setelah mengalahkan


penawaran baik hati dari Mochita, ketika mereka mendengar Yuu
batuk, dan kemudian berbicara dengan nada dingin.

“Haruki, dan Natsuki, juga, bisakah kalian diam sebentar? Tidak


dapatkah kalian lihat kalau kalian mengabaikan Hayasaka dan Aida?”

Karena kata-kata Yuu, Natsuki menatap pada Miou dan Akari, yang
datang sedikit terlambat, sedang berdiri disana yang terlihat tidak
mengikuti alur percakapan.

Mereka kelihatannya bingung ketika ingin bergabung dalam


percakapan, tapi juga biasanya kewalahan dengan bagaimana cepatnya
peracakapan itu mengalir. Di samping itu, mudah untuk Natsuki,
karena dia sudah mengenal Haruki sebagai teman masa kecil.

“M-maaf! Aku tidak bermaksud mengabaikan kalian berdua.”

Natsuki membuka kunci pintu menuju ruang persiapan, dan


mendesak Miou dan Akari ke dalam.

Yuu mengikuti setelah mereka, tapi Haruki sepertinya teringat


sesuatu dan berhenti sejenak.

[59]
“Aku haus sekarang setelah berbicara terlalu banyak. Mochita,
pergi.”

“B-baik!”

Mengangguk kaku, wajah Souta menjadi sangat merah, mungkin


karena suhunya. Kalau begitu, akan lebih baik untuk pergi membeli
sesuatu untuk menyegarkan diri mereka, seperti yang dikatakan
Haruki.

Yuu terlihat seperti sedang ingin mengatakan sesuatu, tapi


akhirnya, dia hanya melambai pada perginya Haruki dan Souta.

“Pertama-tama, aku akan memberikan penjelasan dasar mengenai


proyek ini.”

Menjadi satu-satunya orang yang tertinggal, Yuu mulai berbicara


dengan senyum bersahabat di wajahnya.

Sementara itu, Natsuki melihat ketegangan hilang dari pundak


Miou dan Akari, dan dia bernapas lega.

‘Bagus, mereka kembali menjadi seperti biasanya lagi....’

Mungkin kepribadian asli Yuu-lah yang mengatasinya, tapi


mungkin juga disebabkan pengaruh dari pengakuan perasaan Natsuki
kepada mereka yang membuat mereka terlihat tenang sementara Yuu
berbicara.

‘Jika itu aku, dan Miou memberitahuku bahwa dia menyukai


Haruki, sebagai contoh.... Aku akan senang, juga.’

Ada waktu ketika dia dapat begitu menjengkelkan, tapi dia tak
dapat menolak bahwa dia adalah salah satu teman masa kecil
kebanggaannya.

Jika, kemungkinan, Miou dan Haruki mulai berpacaran, dia


mungkin mulai merasa lebih sadar diri daripada dia sekarang.

[60]
Kelihatannya Yuu telah menyelesaikan penjelasan singkatnya,
Haruki dan Souta kembali dengan membawa beberapa botol air
minum.

Natsuki mengatakannya sebagai gurauan, tapi sepertinya dia


benar-benar mentraktir mereka. mengambil botol air minum dengan
senang hati, Haruki, penanggung jawab dari karya ini, mulai
menjelaskan jenis lukisan yang mereka butuhkan.

“Latar dari tokoh perempuannya, yang belum pernah jatuh cinta


sebelumnya, mulai memperlihatkan perubahan dalam karyanya
setelah bertemu dengan tokoh utama. Kami ingin menarik penonton
dengan menggunakan lukisan untuk memperlihatkan perubahan
kelembutan, dan kekaleman dalam perasaan dari tokoh perempuan
terhadap tokoh utama.”

Haruki sepertinya mempunyai bayangan kuat di benaknya, dan


mengungkapkannya tanpa ragu.

Sedikit kewalahan, Natsuki berbalik untuk membuat kontak mata


dengan kedua teman dekatnya.

Mereka akan membuat pengaruh seperti yang dia incar melalui


karya mereka.

Sulit hanya untuk membayangkan bagaimana menghadapinya


nanti.

Khususnya Natsuki, sangat jarang dia dapat sepenuhnya


menyampaikan perasaannya kepada penonton melalui sebuah lukisan.
Dan walau dia dapat melakukannya, menyalurkannya hanya dengan
kuas akan membutuhkan kepercayaan diri akan kemampuannya.

Miou dan Akari telah membuat pandangan serius di wajah


mereka, juga, dan kelihatannya sedang memikirkan sesuatu.

Haruki melihat mereka secara bergantian, dan kemudian bertanya


dengan santai, seolah-olah sedang mendiskusikan keadaan cuaca.

“Hey, cinta itu berwarna apa menurutmu?”

[61]
“Hah? Warna apa...?”

Pertanyaannya yang tiba-tiba tidak membuat banyak tanggapan.


Natsuki sedang mencoba untuk bertanya padanya untuk memastikan,
tapi ketika bertatapan dengan keseriusan, tatapan tajamnya, dia tak
dapat menemukan kata-kata yang tepat.

“....Merah muda, mungkin?”

Mengatakan kata pertama yang muncul di pikirannya, Haruki


memberikan anggukkan kuat.

Seakan didukung oleh respon itu, tak lama, Miou juga menjawab,

“Cinta terkadang terasa pahit, atau menyakitkan, jadi menurutku


biru dan hitam akan terlihat bagus, juga.”

Haruki mengangguk dengan semangat, dan yang terakhir, melihat


ke arah Akari.

“Bagaimana menurutmu, Hayasaka?

“Kalau aku.... Emas, mungkin.”

Di sudut luar dari matanya, dia melihat Yuu dan Souta melebarkan
mata mereka karena jawaban unik dari Akari.

Miou kelihatannya terkejut, juga.

Hanya Haruki yang ekspresinya berubah serius. Dia menaruh


tangannya pada meja dan mencondongkan badannya dengan
semangat.

“Apa yang membuatmu berpikir begitu?”

“Cantik, dan berkilau, tapi akan berkarat jika kau


meninggalkannya terlalu lama, kan? Dan disaat itu berkilau terlalu
terang, hingga dapat menyilaukan yang melihatnya, Jadi kupikir itu
mirip dengan definisi apa itu cinta.”

[62]
Masuk akal, tapi diwaktu yang sama, juga tidak. Itulah pendapat
jujur Natsuki.

Kelihatannya anggota yang lain juga merasakan hal yang sama,


dan tak bisa mengeluarkan reaksi apapun.

Semuanya selain Haruki.

“Oh..? Aku tak pernah berpikir akan bertemu dengan sesorang


yang mempunyai pemikiran yang sama denganku.”

Setelah menggumamkannya dengan keheranan, Haruki tertawa


malu.

Dia terlihat puas, seperti baru saja menemukan teman


seperjuangan.

‘Sepertinya Akari yang mendapatkannya.’

Natsuki menatap ke arah Yuu, yang sepertinya memaksakan


kebingungannya sebelum mulai melanjutkan pertemuannya kembali
dengan permintaan.

“Jadi itu adalah gagasan umumnya.... Untuk saat ini, bisakah kau
memperlihatkan pada kami beberapa karyamu?”

‘Hmm... hanya “untuk saat ini,” kah?’

Meskipun dia menirukan dari cara Yuu mengucapkannya,


mungkin hanya akan merusak suasana jika dia mengatakan sesuatu.
Selain itu, dia berpura-pura seperti dia tak pernah mendengarnya, dan
membuat senyuman datar pada bibirnya.

“Kami akan menggunakan beberapa hal yang berbeda, seperti cat


minyak, dan sketsa.”

Meskipun bukan hanya perkataan Yuu, mungkin pemikiran


mereka akan berubah sekali mereka benar-benar melihat karya
mereka. Juga, dia tahu bahwa itu bukanlah urusannya, tapi dia ingin
Haruki menyadari daya tarik Miou, harus.

[63]
Membuat kontak mata dengan Miou dan Akari, mereka berdua
mengangguk, dan ketiganya berdiri.

Saat mereka membawa karya mereka dari ruang seni, sesuatu


seperti proses penampilan dimulai.

“Mempersembahkan kontestan pertama, Enomoto Natsuki!”

Sebelum siapapun dapat berkata, dia menawarkan yang pertama.

‘Lagipula, ketika menyangkut bakat, itu adalah penentuan antara


Akari dan Miou.’

Dia menyerah untuk memikirkan semua itu, dan karena dia mulai
merasa pesimis tentang segala hal, dia ingin menyelesaikannya dengan
cepat.

Pada akhirnya, itulah apa yang dia pikirkan, tapi ternyata, apa
yang dia dengar adalah komentar yang positif.

“Ekspresi dari sosok yang kau gambar benar-benar hidup. Hal


semacam itulah yang ingin aku lihat.”

Yang pertama berbicara adalah Haruki.

Souta dan Yuu mengangguk, dan melanjutkan dengan berkata


sesuatu seperti, “Pemilihan warna terlihat bagus,” dan “Itu memliki
desain yang bagus, juga.”

Karena terkejut, Natsuki lambat untuk bereaksi.

Dia dapat merasakan suaranya gemetar, tapi dia berbicara


seriang-riangnya.

“W-Wow! Kalian mirip seperti kritikus seni sungguhan membuat


komentar seperti itu!”

Seakan dia baru saja mengatakan sesuatu yang lucu, ketiga pria itu
tertawa sejenak.

[64]
‘Aku benar-benar ingin bertanya! Tapi, aku juga takut untuk
mengetahuinya...’

Tanpa berkata lagi, Haruki tiba-tiba membentangkan tangannya

“Itu adalah sebuah pujian, tahu. selain itu, tak sering-sering kalau
aku akan berkesempatan untuk mengatakannya.”

Dia mengacak-acak rambutnya dengan ceria, dan tiba-tiba, dia


mulai merasa sepeti seekor anak anjing atau kucing yang sedang dielus
kepalanya. Meski begitu, entah dimana didalam hatinya, dia merasa
sedikit malu.

“Eehh? Kau harusnya lebih memujiku dengan biasa!”

Kali ini, Natsuki dapat membuat balasan dengan tepat waktu, dan
melakukan pose kemenangan batin.

Memastikan sekelilingnya, dia melihat Souta memegang perutnya,


yang tertawa terbahak-bahak.

Dia mendengar Miou dan Akari tertawa, juga, dan melepaskan


helaan napas karena puas.

Kelihatannya tekanan yang terbentuk di ruangan itu sebelumnya


telah menyusut.

‘....Huh? Oh iya, bagaimana dengan Yuu?’

“Jadi itu adalah Haruki, kah....”

Seakan memotong pemikirannya, kata-kata yang Yuu gumamkan


terdengar jelas di telinganya.

Natsuki tak dapat memperkirakan diperuntukkan siapa perkataan


itu, juga, atau bahkan apa yang sedang dia bicarakan.

Bagaimanapun, perasaan yang telah membuatnya salah paham


menenangkannya dengan cepat.

[65]
“Hey, Yuu....?”

Memanggilnya dengan ragu, bahu Yuu tersentak.

“....Baiklah, sudah cukup dengan tersipunya.”

“Hah?”

Dia membeku karena kata-katanya. Dia sudah terbiasa dengan


lelucon Yuu, tapi dia tak akan pernah membayangkan Yuu berkata
bahwa dia sedang menggoda Haruki, dari semua orang.

‘Apakah kami terlihat sedang mempermainkannya...?’

Karena hanya Yuu yang benar-benar serius disini, dia mungkin


merasa tertekan, yang mana secara pribadi Natsuki merasa sedikit
menyesakkan, yang dibutuhkan untuk keseriusan dari proses
penampilan. Dalam hal itu, itu akan membuat Natsuki dan Haruki
bersalah karena mengganggu yang lainnya.

Haruki juga menggrutu secara terang-terangan, “Sial,” dan


menyipitkan kedua alis matanya.

“K-kalau begitu, selanjutnya adalah Aida-san.”

Menyadari suasana yang canggung, Souta mengubah topik


pembicaraan. Dia melihat karya Miou, yang ditampilkan setelah karya
Natsuki, dan dikomentari, “Lukisan yang sangat halus.”

Yuu dan Haruki ikut memuji, dan sekali lagi, ruangan itu dipenuhi
oleh suasana yang aneh.

‘Mungkin ini yang terbaik, tapi....’

Natsuki tidak bermaksud untuk membuat masalah lagi, jadi dia


tidak bermaksud untuk berdebat dengan Yuu.

Tapi, walaupun tak dapat dituangkan dalam kata-kata, dia tak


dapat menahan perasaan yang mengganggu dirinya.

[66]
Seolah-olah terlibat dengan pertandanya yang buruk, keterkejutan
yang tidak diperkirakan berlanjut.

Tak seperti komentar positif yang ditujukan kepada karya Natsuki


sebelumnya, komentar Haruki terhadap karya Miou adalah keluhan.

“Tidakkah ekspresinya tersasa sedikit kaku?”

Bahkan Souta dan Yuu tercengang oleh pernyataan terus terang


Haruki.

“Menurutku itu lebih seperti tergambar sangat jelas, kan?”

“Oh, dan juga itu adalah pemandangan alam.”

Kesamping usaha keduanya yang mencoba menunjukkan sisi


baiknya, Haruki hanya mengatakan kata-kata kasar.

“Tekniknya bagus dan semuanya, tapi.... itu terasa lebih seperti


buku petunjuk.”

Setelah itu, Haruki lebih tenang saat menyangkut pada karya


Akari.

Tak peduli karya mana yang dia lihat, dia hanya berkata, “Terlihat
bagus,” dan kemudian dilanjutkan untuk memandanginya satu persatu.

Bersyukur karena perkembangan yang tidak diperkirakan akan


segera berakhir, Natsuki juga termenung dan menoleh ke arah karya-
karya yang telah ditampilkan.

‘Mereka ingin menarik penonton melalui lukisan, kah.... terasa


seperti Akari yang menunjukkan bahwa dia yang sepenuhnya mampu
untuk mengatasinya...’

Pada akhirnya, seperti yang diperkirakan, Haruki memilih Akari


untuk melukis lukisannya.

[67]
Akari sendiri sepertinya telah kehilangan semua kegembiraannya,
dan menjadi sangat pemalu. Dia bersembunyi dibelakang Natsuku, dan
berbicara kepada Haruki dari jarak itu.

“Anu, Serizawa-kun... Dapatkah kau memberitahuku sedikit lebih


banyak tentang filmnya? Jika tidak, Aku tak akan sepenuhnya paham
dengan perasaan dari tokoh perempuannya, dan mungkin akan sulit
untuk menuangkan perasaan yang benar ke dalam lukisannya.”

“Menuangkan perasaan yang benar, kah... Tentu, dalam kedua hal


ini harus saling membantu.”

Meskipun dia meninggalkan rinciannya, inti dari apa yang Haruki


maksud masih dapat dipahami.

‘Haruki mungkin melihat Akari sebagai seorang teman


seperjuangan.’

Dia tertawa seperti saat mereka akan bermain di markas rahasia


yang mereka bangun saat mereka masih kecil.

Ketika kau semakin dewasa, menemukan seseorang untuk berbagi


cara pandangmu terhadap sesuatu menjadi lebih sulit. Mungkin itulah
mengapa Haruki benar-benar puas saat bertemu Akari, yang berbagi
pemikiran yang sama dengannya ketika menyangkut kegiatan-kegiatan
kreatif.

‘Lalu, bagaimana dengan Miou....?’

Apa yang dipikirkan Haruki mengenai Miou, yang pulang


bersamanya hampir setiap hari karena mereka mempunyai hal-hal
yang sama?

Natsuki mempunyai dorongan untuk bertanya mengenai itu saat


itu juga, tapi saat dia memikirkan bagaimana perasaan dari teman
dekatnya, dia merasa bimbang. Selain itu, itu bukanlah hal yang orang
luar sepertinya harus melibatkan diri kedalamnya.

‘Aku penasaran bagaimana perasaan Miou sekarang ini....’

[68]
Melirik sedikit, Miou yang berada disampingnya, tersenyum
lembut seperti biasanya.

Bagaimanapun, kedua tangan dan kakinya sedikit gemetar.

“.....Miou....”

Walaupun dia tak yakin harus berkata apa padanya, dia menyebut
namanya dengan keras.

Terkejut, Miou menatap pada Natsuki, dan kemudian


menyembunyikan tangannya dibelakang punggungnya.

“...Ayo mulai bersih-bersih.”

Saat dia mengatakannya dengan tersenyum, Natsuki tak dapat


memikirkan apapun untuk dikatakan setelah itu.

Dia berpura-pura untuk tidak melihat apapun, dan sebaliknya, dia


berteriak keras-keras didalam hatinya.

‘Haruki, dasar bodoh!’

♥♥♥♥♥

Pada akhirnya, pertemuan berakhir dalam satu jam.

Untuk Natsuki, itu terasa 2 kali lebih lama, jadi dia sangat terkejut
saat memastikan waktu pada jam tangannya.

‘Miou dan Akari sepertinya termenung sejak pertemuan berakhir...’

Mereka telah kembali ke ruang seni, dan mulai bekerja pada karya
mereka sendiri-sendiri, tapi mereka masih terganggu akan semua itu.

Walau mereka mempunyai alasan mereka sendiri-sendiri, sangat


jelas bahwa pertemuan tadilah yang menjadi penyebabnya. Pada
akhirnya, teman masa kecilnya telah membuat masalah, dan Natsuki
tak bisa menahan rasa bersalahnya mengenai itu.

[69]
‘Mereka bilang kita akan bertemu lagi beberapa hari lagi, tapi
mereka benar-benar hanya ingin melihat perkembangan Akari dari
sekarang, kan’

Merasa terganggu karena itu, dia memutuskan untuk mengirim


pesan kepada Yuu untuk memastikannya.

Natsuki tak masalah untuk membantu, tapi tak seperti sedang


bekerja dalam kelompok kecil seperti yang telah dia lakukan
sebelumnya, pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang dapat dibagi. Juga,
meski itu Miou, ataupun Akari, dia merasa seperti, tak peduli apa, akan
berakhir canggung.

‘Entah bagaimana, semuanya berubah menjadi tak karuan....’

“Tak diragukan para jangkrik telah berhenti menangis. Sepertinya


akan mulai turun hujan,”

Miou menggumamkannya dengan sangat pelan, sangat pelan


hampir tak terdengar.

Dia mungkin hanya sedang berbicara dengan dirinya sendiri,


daripada siapapun khususnya.

Akari mungkin berpikir sama, karena dia tidak membalas hingga


beberapa saat yang lalu.

“Terdapat banyak awan, juga, jadi mungkin mulai hujan yang


sangat deras untuk sementara...”

Setelah mengirim pesan, Natsuki melihat ke luar jendela saat


Akari menyebutkan awan.

“Kau benar. Ada banyak awan hitam.... Apa yang akan kita
lakukan? Ingin langsung pulang untuk hari ini?”

Berbalik, keduanya menyuarakan keputusan mereka. Masih ada


sedikit waktu sampai waktu bubar, tapi karena tak ada yang dapat
fokus, tak ada alasan untuk tetap tinggal lebih lama.

[70]
“Baiklah, lalu ayo segera berangkat! Ah, Miou, hari ini kau ikut
dengan kami, kan? Kita harus lebih sering pulang bersama.”

Berbicara dengan nada riang yang pelan, Natsuki tersenyum pada


keduanya.

Akari mengangguk dengan rendah hati seperti biasanya, dan tak


lama, Miou tersenyum, seperti biasa.

Ketika mereka berjalan menuju gerbang sekolah, seperti yang


Akari perkirakan, hujan mulai turun dengan deras.

Seolah-olah sedang menghitung suara dari tetes air hujan pada


payung mereka, Natsuki menghela napas panjang.

“Haah, aku benar-benar lelah hari ini~”

“Itu mungkin karena stres. Dengan semakin dekatnya kontes, dan


mempunyai tinjauan kritik pada pekerjaan yang ada didepanmu.”

Mendengar respon Miou, dia merasa tubuhnya mulai kedinginan.

Meskipun dia mencoba untuk menghindari perbincangan


mengenai Haruki, itu telah benar-benar dimanja.

Saat Natsuki mencoba berpikir bagaimana membalasnya, malah


Akari yang berbicara lebih dulu.

“Serizawa-kun mungkin benar-benar berpikir dengan penuh kasih


sayang padamu, Miou-chan.”

Tidak menyadari bahwa Miou telah berhenti di tengah jalan, Akari


melanjutkan dengan dirinya yang biasa, dengan nada suara yang
lumayan santai.

“Aku tak berpikir ada banyak orang yang dapat begitu jujur...”

“Tapi, aku merasa bahwa dia sedikit... tidak peka mengenai itu... b-
bukan...?”

[71]
Natsuki berbicara dengan refleks, tapi merasakan komentarnya
sendiri mungkin sedikit tak peka, dia buru-buru membuntut di akhir.
jika dia mencoba menutupinya, mungkin akan lebih baik dengan hanya
menertawainya.

‘Apakah tak apa....?’

Miou mulai berjalan kembali, tapi dia menyembunyikan wajahnya


di balik payungnya.

Akari teap berjalan didepan, dan melanjutkan bertanya.

“Bukankah itu karena dia berpikir bahwa Miou-chan akan dapat


mengatasinya?”

“Ah....!”

Kata-kata Akari membuatnya menyadari alasan yang masuk akal,


dan dia mengangkat payungnya.

‘Iya, benar! Haruki selalu memberi banyak kritik pada karya yang
dia sukai!’

Kapanpun mereka berempat melihat film dari DVD bersama


sebagai teman masa kecil, Haruki selalu mempumyai banyak hal yang
disampaikan tentang film yang dia bawa. Natsuki sangat kesulitan
untuk memahaminya, tapi dia mungkin tak bisa diam soal itu karena
kenyataannya bahwa dia sangat menyukainya.

Jika menggunakan kata-kata Yuu dan Souta, dia hanyalah


tsundere6.

“Terkadang Haruki dapat menjadi sangat berkebalikan, atau lebih


seperti tsundere, tahu?”

Dia meninggikan suaranya sedikit keras agar Miou, yang berjalan


sedikit lebih pelan daripada mereka, dapat mendengarnya, juga.

6
tsundere adalah ungkapan orang jepang tentang sifat seseorang yang tak mau jujur pada
dirinya sendiri.

[72]
Tapi saat dia tak membalasnya sama sekali, Natsuki menjadi
sedikit khawatir dan melihat ke belakang padanya.

“....Akari-chan, kau memang banyak mengamati orang, ya?”

Saat dia melihat pada Miou tersenyum dengan sedikit sedih, dia
melihat sesuatu seperti petir singkat di langit.

‘Mungkinkah Miou cemburu kepada Akari....?’

Miou mungkin tidak sadar akan dirinya sendiri, tapi dapatkah dia
benar-benar merasakan kecemburuan?

Menduga dari percakapan di ruang persiapan, Haruki dan Akari


sepertinya mempunyai jalan pikiran yang sama. Dan bahkan sekarang,
Akari telah membuktikan bahwa dia memahami Haruki yang bahkan
lebih dari Natsuki yang merupakan salah satu dari teman masa
kecilnya.

‘Akankah ini dihitung sebagai cinta segitiga?’

Saat dia mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdetak


kencang, Natsuki melihat ke arah Akari.

Akari menyadari bahwa keduanya sedang tertinggal di belakang,


dan berhenti berjalan agar mereka dapat menyusul.

“....Aku penasaran bagaimana rasanya jatuh cinta. Mungkin hal


yang menyenangkan...”

Kata-kata Akari, yang hampir tenggelam bersamaan dengan suara


tetesan air hujan, menggema di gendang telinga Natsuki.

Dibalik kata-katanya, sebuah bayangan terpapar pada ekspresi


Akari.

‘H-Hah? Barusan... Tunggu dulu, lalu itu artinya....’

Dengan cepat mengingat-ingat semua percakapan sebelumnya,


memang benar kalau Akari tidak pernah benar-benar berbicara

[73]
tentang pengalamannya dengan cinta. Kenyataannya, dia selalu
sepenuhnya menghindari topik itu.

Jika dugaan Natsuki benar, jadi itu sama sekali bukanlah sebuah
cinta segitiga.

‘Tapi, bukankah ini artinya Akari mungkin mempunyai masalah


dalam menggambar lukisan untuk filmnya...?’

“Enomoto-san!”

Suaranya memotong melalui udara sekitar bagai petir.

Dia mengenali suara siapa itu, tapi dia tak dapat mengingat pernah
mendengarnya dengan begitu keras. Berbalik dengan refleks, Natsuki
mempersiapkan diri untuk kemungkinan orang lain daripada orang
yang dia kira.

Bagaimanapun, orang yang datang berlari menghampiri mereka


adalah yang baru saja dia pikirkan itu.

“Syukurlah aku dapat mengejarmu...”

“Koyuki-kun! Ada apa?”

“Saat aku mengunjungi ruang seni, aku dengar bahwa kau sudah
pulang... Em, aku mendapatkan ini kemarin.”

Berkerut pada tasnya, Koyuki mengeluarkan sebuah kantong


kertas kecil.

Natsuki mengambil kantung kertas darinya saat dia


menyodorkannya padanya, dan kemudian melihat kembali padanya
dengan keheranan.

“Bisa aku buka?”

“Tentu saja. Aku ingin kau menerimanya.”

[74]
Meskipum dia merasa sedikit aneh, Natsuki membuka kantung
kertas itu dan melihat isinya.

“Ini adalah buku catatan edisi terbatas! Koyuki-kun, kau


memenangkannya?!”

Isinya adalah buku catatan edisi terbatas yang dibuat untuk


memperingati terbitan tankobon 7 dari manga yang mereka berdua
sukai. Itu adalah barang langka, diberikan hanya pada sedikit dari
pendaftar dari sebuah kampanye.

“Aku tidak berpikir akan memenangkannya saat aku mengirinkan


surat permintaan, tapi sepertinya aku benar-benar beruntung.”

Natsuki melompat-lompat kegirangan, dan Koyuki mengangguk


malu.

“Wow, ini menakjubkan! Aku tak pernah berpikir akan melihatnya


sendiri!”

Memandangi sampulnya dengan kagum, Natsuki mengeluarkan


helaan gembira.

“Nacchan, kau terlihat sangat senang.”

“Yoshida-sensei, kan? Aku ingat kau mengatakan kalau kau adalah


penggemarnya.”

Akari dan Miou, yang sedang melihat pertukaran itu dari samping,
mengintip pada buku catatan di tangan Natsuki dengan tersenyum
sendiri.

“Yap! Karya Yoshida-sensei memang yang terbaik saat


menyangkut pada gag manga8!”

“Aku ingat kau mengatakan itu, jadi aku pikir kau akan senang
untuk menerimanya...”
7
Tankobon adalah salahsatu nama dari perusahaan penerbit manga di jepang
8
Gag manga adalah salah satu genre manga yang diambil dari kata gyagu yang berarti lelucon
kecil, singkatnya gag manga adalah manga comedy.

[75]
Dengan mengatakannya sekali lagi, Natsuki mengeluarkan helaan
napas kecil.

“Tapi, Koyuki-kun, kau juga penggemarnya, kan? Jadi kau yang


seharusnya menyimpannya.”

Tak baik jika terlihat seperti dia enggan untuk mengembalikanya,


jadi dia menyodorkan kantong kertas itu padanya.

Bagaimanapun, Koyuki-kun hanya menggelengkan kepalanya, dan


menolak untuk menerimanya.

‘Apa yang harus aku lakukan? Jika begini terus itu akan mulai
basah karena hujan....’

Karena tak dapat menahannya, dia menerimanya kembali, tapi dia


masih merasa tak enak untuk menerimanya dengan gratis.

Saat dia memandang dengan teliti pada Koyuki, dia segera


memecah kontak mata dan memalingkannya.

“Sebagai gantinya... Yaa, mungkin begitu egois bagiku untuk


mengatakannya seperti itu, tapi....”

Berbicara dengan tenang dan melihat ke arah bawah, terasa


seperti dia akan kembali menjadi dirinya yang sebelum dia memotong
rambutnya.

Karena sepertinya dia kesulitan untuk mengatakannya, dia


mengambil kesempatan dan mendesaknya dengan nada yang halus.

“Hmm? Apa itu? Jika ada hal yang bisa aku lakukan, aku sama
sekali tak masalah.”

Koyuki mengambil napas dalam-dalam, dan seakan dia meyiapkan


pikiran, mengangkat wajahnya kembali.

Tak ada apapun untuk menutupi wajahnya sedikitpun, seperti


poni yang panjang ataupun kacamata.

[76]
Di balik hasrat dan tatapannya yang serius, Natsuki merasa
jantungnya berdetang dengan kencang.

“Selama liburan musim panas, maukah kau pergi ke suatu tempat?


D-Denganku berdua, kalau bisa......”

Pada saat dia memintanya, dia merasa detak jantungnya


bertambah cepat, dan panas berkumpul di wajahnya.

‘T-Tenanglah, Natsuki! Itu hanya Koyuki-kun, kan? Itu akan seperti


sedang berkumpul dengan teman-teman.’

Natsuki menaruh tangannya diatas kemejanya untuk


menenangkan debaran jantungnya, dan memberikan anggukan kecil.

“A-Aku menantikannya....!”

Wajah Koyuki menjadi cerah karena respon Natsuki.

“Yaa, baiklah kalau begitu! Aku akan mengirimmu pesan untuk


lebih jelasnya nanti.”

Seolah-olah itu terlalu awal untuk merundingkannya sekarang,


Koyuki dengan cepat berlari menjauh.

Mendengar langkah mundurnya pada basahnya hujan, Natsuki


melihat langit-langit payungnya dengan heran.

‘Barusan itu apa?’

“Jadi, sebuah undangan untuk kencan, kah?”

Seolah-olah merespon pada apa yang dia pikirkan, Miou


menggumamkannya pada waktu yang sangat tepat.

Natsuki mengeluarkan suara aneh karena kaget, dan mulai merasa


lebih dari sadar diri.

“Aku tak berpikir itu benar-benar sepeti kencan atau apapun....”

[77]
Saat Natsuki menggumamkan ini dengan protes, Miou menusuk
pipinya.

“Tidak begitu menyakinkan kalau kau tersipu malu seperti itu,


tahu?”

“Sudah kubilang, bukan seperti itu!”

“Dalam kasus ini, aku akan menemanimu, juga. Dengan begitu, kau
tidak akan gugup, kan?”

Saat Akari dengan polosnya berpegangan tangan dengannya, Miou


mengeluarkan helaan napas yang panjang.

“Memang benar kalau Nacchan tidak akan gugup, tapi tidakkah itu
membuatmu merasa tidak enak dengan Ayase-kun?”

“Hah? Kenapa?”

Natsuki hanya memberi setengah perhatiannya pada perdebatan


diantara mereka berdua, dan mulai berpikir dalam-dalam pada dirinya
sendiri.

Sampai sekarang, dia dan Koyuki telah bersama sebagai 2 orang


teman yang berbagi ketertarikan yang sama dalam manga. Dia yakin
bahwa Koyuki merasakan hal yang sama, dan lagipula, dia tidak
mengeluarkan kata “kencan” sama sekali.

‘Aku hanya terlalu memikirkannya....! Iya, itu tak apa untuk


menganggapnya seperti itu, kan?’

Tapi bagaimana jika dia salah?

Pertanyaan itu melekat di ujung pikiran Natsuki, tapi dia mencoba


keras untuk mengabaikannya.

Dia tak dapat membiarkan kesalahpahaman menghancurkan


persahabatan mereka.

‘Tak apa, tak apa...’

[78]
Menenangkan dirinya, dia mengatakan dengan riang kepada
keduanya,

“Saat liburan musim panas, ayo bermain bersama bertiga! Janji?”

Liburan musim panas terakhir dari kehidupan masa SMA-nya,


sudah berada di ujung mata.

[79]
Hayasaka Akari

Ulang Tahun: 3 Desember

Zodiak: Sagitarius

Golongan Darah: O

Teman dekat Natsuki. Anggota klub Seni. Mempunyai kepribadian yang


bersahabat, dan senyumannya yang bersahabat telah menarik banyak
penggemar, tapi kenyataannya, dia adalah orang yang sangat pemalu.

[80]
Latihan 4
Minggu pertama liburan musim panas dimulai dengan perasaan
tidak tenang.

Natsuki telah dengan anehnya sangat gugup untuk tidur tadi


malam, tapi saat akhirnya dia dapat tidur, jam alarmnya berbunyi. Dia
tak dapat mengingat apa yang terjadi setelah itu, dan saat dia
membuka mata untuk yang kedua kalinya, itu adalah satu jam sebelum
jam pertemuan.

“Gawat... Aku ingin bangun lebih awal untuk menghabiskan waktu


menyiapkan pakaian apa yang akan kupakai, juga...”

Natsuki mencoba satu pakaian setelah yang lain di depan cermin


super besarnya, tapi dia hanya tak dapat memutuskan kombinasi yang
cocok.

‘Aku akan bertemu dengan Yoshida-sensei, jadi aku tidak boleh


terlihat buruk...!’

Pesan yang dia terima dari Koyuki sepulang sekolah hari itu
adalah sebuah undangan dari sebuah acara tandatangan dengan
mangaka yang sangat Natsuki sukai. Bukannya pergi ke taman hiburan
atau aquarium atau apapun, tapi seperti biasa, sebuah toko buku yang
sangat besar yang ada di kota.

Karena dia telah mengantisipasi kemana mereka akan pergi, pada


awalanya dia sedikit terkejut setelah membaca pesannya, tapi
sejujurnya, dia sangat tertarik untuk bertemu mangaka yang sangat dia
kagumi.

Natsuki telah terburu-buru untuk memesan tempat untuk acara


tandatangan tersebut, dan menunggu hari ini datang.

“Aku hanya harus datang dengan pakaian terbaikku....!”

Dari segunung tumpukan pakaian yang ada pada kakinya, Natsuki


mengambil sebuah gaun dengan pita manis mengikat di area dada.

[81]
Dia jatuh cinta dalam pandangan pertama dan membelinya saat
dia jalan-jalan dengan Miou dan Akari.

“Aku tak pernah benar-benar mengenakan pakaian semacam ini


sebelumnya, juga... Aku penasaran jika akan baik-baik saja.”

Memegang gaun itu didepan pakaian tidurnya, dia melihat


bayangannya pada cermin. Dia merasa seperti gaun itu membuatnya
terlihat lebih polos dan sopan dari biasanya.

“Itu seperti.... sesuatu yang terbatas waktu, ya kan?”

Tersenyum masam pada cara menyebutnya yang sederhana,


Natsuki menggenggam bagian bawah dari kemejanya.

“Jadi, sebuah undangan untuk kencan, kah?”

Dia tiba-tiba teringat kata-kata Miou, dan tangannya membeku.

‘Itu mustahil....’

Koyuki tak pernah mengatakan bahwa itu adalah sebuah kencan,


dan lagipula, mereka akan pergi ke sebuah acara tandatangan
mangaka. Walaupun mereka berbagi ketertarikan yang sama dalam
manga, dia mungkin tak akan memilih hal semacam itu untuk kencan.

Padahal, dia bahkan tak pernah menyatakan perasaannya pada


Natsuki, jadi dia pasti hanya terlalu memikirkannya.

Tiitt tiitt! Tiitt tiitt!

Seolah-olah menyela pikirannya, Handphone yang dia letakkan di


atas kasurnya mulai berbunyi.

“Oh, benar, aku memasang alarm.”

Dia buru-buru memastikan waktu, dan melihat bahwa hanya ada


sisa waktu 30 menit sebelum jam pertemuan.

[82]
Tidak ada waktu lagi, menepuk kedua pipinya, Natsuki dengan
anggun melepas kemejanya.

♥♥♥♥♥

“Heey, Natsuki, aku kemari mengembalikan game-mu!”

Sesaat dia keluar menuju pintu depan, seseorang yang sedang


berdiri didepan gerbang memanggil namanya.

Disaat mereka membuat kontak mata, Yuu, yang sedang


memegang panduan strategi dan perangkat game, datang
menghampirinya.

“Maaf, aku baru saja akan pergi keluar. Bisakah kau tinggalkan itu
di kotak sepatu?”

“Pergi dengan Aida dan Hayasaka?”

‘.....Ehh? Tapi, tidakkah sepertinya aku berpakaian terlalu bagus


hari ini?’

Merasakan sedikit tidak nyaman dengan pandangan Yuu, Natsuki


menggelengkan kepalanya.

“Tidak, aku akan pergi dengan Koyuki-kun hari ini.”

Disaat dia menjawab, terasa seperti udara disekitar mereka


membeku.

Sebuah lipatan terbentuk diantara kedua alis Yuu, dan dia


menatap Natsuki dengan tatapan tajam.

“A-Apa? Apa ada yang salah?”

“Apa Haruki tak apa dengan itu?”

Suara Yuu keluar berupa desakan pelan, menelan apa yang


Natsuki katakan.

[83]
Dia tak tahu mengapa, tapi sudah jelas bahwa dia sedang marah.

Kemarahan yang belum dia lihat sebelumnya.

Menahan dorongan untuk menyerah, Natsuki menatap balik Yuu.

Saat dia melihatnya sambil melambaikan tangannya dengan


ringan, cara dia menggigit bagian bawah dari bibirnya, dan bagaimana
dia menyipitkan matanya seolah-olah sedang bertarung untuk sesuatu,
lalu Natsuki menyadari bahwa dia salah menafsirkannya.

‘Yuu sedang.... mencoba untuk tidak menangis?’

Mungkin dia sendiri tidak menyadarinya, tapi berdampingan


dengan kemarahan, ada perasaan lain yang tersembunyi disana.

Saat dia menyadari itu, dia kehilangan keinginan untuk


memberikan tanggapan keras.

“Sudah diputuskan bahwa Akari-lah yang akan melukis untuk


filmnya. Jadi tidak ada keharusan untukku menemui Haruki sekarang
atau apapun. Lagipula, Koyuki dan aku hanya pergi untuk jalan-jalan.
Sama dengan disaat aku pergi dengan Mochita.”

“Kau tidak terpilih, jadi kau hanya akan menyerah?”

Saat dia tiba-tiba menanyakan padanya sebuah pertanyaan yang


tak terkira, Natsuki menahan napasnya.

Itu bukan seperti dia menyerah atau apapun. Hanya saja itu telah
diputuskan bahwa Akari-lah yang akan melukisnya. Dia yakin kalau
Yuu memahami ini, jadi mengapa dia menanyakan sesuatu seperti ini
setelah sekian lama?

“Aku sungguh... tak mengerti apa yang coba kau katakan....”

“Kau tidak menjawab pertanyaanku. Meskipun kau sepertinya


sangat senang saat Haruki memujimu... Aku tak pernah sekalipun
melihatmu seperti itu sebelumnya.”

[84]
Walaupun dia dengan jujur mengatakan bahwa dia tidak mengerti,
Yuu terus menekannya untuk menjawab.

Dari semua pernyataannya, hanya ada satu hal yang pasti.

‘Aku benar-benar tidak paham apa yang sedang dia katakan!’

Apa terjadi sesuatu yang masih belum disadari Natsuki? Tidak,


pasti ada maksud dibaliknya, dan dia yakin bahwa Yuu juga pasti akan
menjelaskan padanya sekarang, jika memang itu kasusnya.

‘Jadi, apa? Apa itu? Apa yang sedang terjadi disini!?’

Saat Natsuki memegang kepalanya karena bingung, Yuu


mengeluarkan helaan napas.

Penasaran apa yang akan dia katakan selanjutnya, dia mengangkat


kepalanya, dan melihat sebuah tangan yang besar menutupi
pandangannya.

Dia menegang karena terkejut, tapi Yuu hanya mengelus


kepalanya dengan telapak tangannya.

“Hah? Yuu....?”

Dengan mulut yang terbuka, dia melihat pada wajah dari teman
masa kecilnya.

Dia memaksakannya, melihat lebih seperti orang yang benar-


benar berbeda dengan sebuah senyuman dewasa di wajahnya.

“Maaf, itu bukanlah hakku untuk mencampurinya, kan?”

Lihat, inilah mengapa aku tak pernah bisa menebak untuk alasan
apa dia marah, atau hal apa yang mengganggu Yuu.

Meskipun segalanya pasti akan teratasi selama dia menjawabnya


seperti itu, bagaimanapun juga, dia tak dapat menemukan celah.

[85]
Yuu mengelus kepala Natsuki lagi, seperti yang dia lakukan
kepada adik kecilnya, Hina.

“Selain itu, aku adalah orang yang berkata akan mendukungmu tak
peduli siapa yang kau sukai,”

Kata-kata yang Yuu gumamkan sangat pelan, terdengar dengan


jelas di telinga Natsuki.

Bagaimanapun, dia masih tak dapat membuat dirinya mengatakan


apapun sebagai respon, dan hanya dapat berdiri mematung seakan dia
sedang dilumpuhkan.

“Bukankah kau harus segera berangkat? Kau pasti tidak ingin


terlambat. Oh, benar, Kutaruh ini di kotak sepatu, kan?”

Melambaikan tangannya, Yuu membuka pintu depan dari rumah


Natsuki.

Meski begitu itu adalah hal yang sangat sering dia lihat, untuk
beberapa alasan, itu membuat dadanya sangat perih.

‘Akankah Yuu dan aku hanya akan selalu menjadi teman masa
kecil...? Apakah kita akan seperti ini selamanya?’

Semenjak dia memulai latihan pengakuan, pada akhirnya Natsuki


akan mengucapkan “Aku menyukaimu” padanya setiap hari, pengganti
“Sampai jumpa besok” yang biasanya.

Dan dengan tiap waktu dia mengatakannya, dia terus berpikir


tentang bagaimana dia harus memberitahunya yang sebenarnya.

‘Apa yang sudah aku lakukan sampai sekarang....’

Semua yang dia lakukan adalah melarikan diri darinya.


Menggunakan hubungan mereka sebagai “teman masa kecil,” dan
“latihan pengakuan” sebagai jaring pengaman, dan membuat dinding
penghalang jadi dia tidak akan pernah terluka.

[86]
Meski begitu dia mencoba untuk menjaganya, di akhir, air mata
penyesalan terancam tumpah.

“Aku sangat payah....”

Suara Natsuki tenggelam oleh tangisan jangkrik, tidak mencapai


telinga siapapun dan tidak pernah terdengar.

♥♥♥♥♥

“Enomoto-san, apa kau baik-baik saja?”

“....Hah?”

Bahunya tersentak dengan cara yang halus, dan Natsuki melihat


sekitarnya dengan reaksi yang lambat.

Dia berkedip, dan Koyuki, yang duduk disana sedang melihat


dengan khawatir, mulai terlihat jelas.

Setelah itu, suara disekitarnya mulai terdengar lagi. Dia dapat


mendengar suara pembicaraan orang lain yang ada disekitar mereka.

‘Dimana ini....? Acara tandatangan.... Benar, acaranya sudah


selesai.’

Es batu yang ada digelas diantara kedua tangannya membuat


suara saat itu bergesekan, dan dia ingat bahwa dia telah memesan cafe
au lait dingin. Karena dia telah membiarkannya terlalu lama, sebuah
genangan air terbentuk diatas meja tepat dibawah gelas.

“Kau kelihatannya tidak terlalu bersemangat, ya. Apakah karena


panasnya musim panas?”

“Tidak, Bukan seperti itu! Menurutku aku hanya melepaskan


semua kegembiraan karena bertemu dengan Yoshida-sensei. Maaf
karena melamun seperti itu,”

Karena kata-katanya keluar dengan lancarnya, bahkan Natsuki


terkejut dengan alasannya sendiri.

[87]
Bagaimanapun, Koyuki masih terlihat kebingungan, dan terus
melihatnya dengan penasaran.

“....Apakah terjadi sesuatu antara kau dan Setoguchi-kun?”

Pertanyaannya tiba-tiba membuat hatinya bimbang.

Bagaikan riak air, sensasi itu menyebar ke seluruh tubuhnya, dan


dia mengangguk lemah.

“Itu bukanlah hal yang serius, juga... Hanya saja, aku benar-benar
tidak mengerti apa yang dipikirkan Yuu akhir-akhir ini.”

“Pernahkah kau berbicara mengenai itu dengannya?”

“Tentu saja tidak! Tidak mungkin aku bisa langsung


menanyakannya.”

“Tapi kenapa? Itu mengganggumu, kan?”

Natsuki kehilangan kata-kata karena tanggapan Koyuki yang cepat


dan tajam.

Apa yang dia katakan masuk akal, tapi apa yang mengganggunya
adalah kenyataan bahwa dia tidak tahu bagaimana cara
mengatakannya.

Dan yang paling mengganggunya adalah bahwa Koyuki yang


dengan mudahnya menebak situasinya. Tentu saja, dia cukup pandai
untuk memperoleh nilai diatas rata-rata dalam mock exam pada
tingkat nasional, jadi pemikiran itulah yang sudah dia duga.

Saat dia menebaknya, dia hanya maju dan mengatakannya terus


terang...

‘Seperti menargetkan yang di depan lebih dulu, bukannya


mengambil jalan memutar, ya.’

[88]
“Koyuki-kun... Kau sungguh banyak berubah. Tidak hanya dari
caramu berpenampilan, tapi kau menjadi lebih agresif, seperti dengan
caramu berbicara.”

“Benar... kah? Jika benar, kurasa itu karena kau yang memberiku
dorongan dari belakang,”

Seolah sedang menceritakan sebuah rahasia, Koyuki memelankan


suaranya.

“Hah? Tunggu, haaaah?! Aku? Tapi aku tidak melakukan apapun!”

“Ahaha! Sudah kuduga kau akan berkata begitu,”

Koyuki sepertinya menemukan sesuatu yang sangat lucu, dan


membungkuk pada meja sambil tertawa terbahak-bahak.

Saat dia mengangkat wajahnya lagi, dia mengusap air mata yang
muncul disisi dari matanya, meninggalkan Natsuki yang sedang
kebingungan.

“Apa aku mengatakan hal yang sangat lucu....?”

“Tidak, aku hanya berpikir tentang betapa sangat berlawanannya


ini.”

Setelah meminum es teh-nya, Koyuki melanjutkan pembicaraan


dengan santai, seperti sedang memberikan penyelesaian untuk rumus
matematika.

“Alasan aku berubah adalah karena kau, Enomoto-san. Tapi


bagimu, alasan spesifik yang menyebabkan aku berubah adalah hal
yang sangat ‘biasa’ yang sama sekali tidak menarik perhatianmu. Jadi
itulah mengapa kau tidak mengingatnya.”

“Apakah memang.... seperti itu?”

Tak dapat mengikuti penjelasannya, Natsuki tak dapat dengan


jujur mengatakan kalau dia mengerti.

[89]
Bagaimanapun, Koyuki dengan cepat menegaskan.

“Itulah bagaimana menurutku. Coba terapkan ini pada situasimu


dengan Setoguchi-kun, karena kalian berdua adalah teman masa kecil,
memang ‘biasa’ untukmu mengerti apa yang mereka pikirkan. Di sisi
lain, itu mungkin saja karena kalian kehilangan kesempatan untuk
berbicara satu sama lain tentang perasaanmu.”

Berbicara satu sama lain tentang perasaan kami...

Saat Natsuki mengulang kalimat itu pada dirinya sendiri, dia


merasa kabut yang telah menghalangi pandangannya mulai
menghilang.

‘....Begitu. Jadi aku sudah terlalu terbiasa dengan apa itu “biasa”‘.

Dia merasa seperti tidak mengerti dengan topik pembicaraan ini,


tapi dia ragu untuk mengambil langkah yang lain.

Dari dulu sampai sekarang, dia tak pernah merasa harus berbicara
tentang perasaannya, jadi dia selalu menafsirkannya dengan cara yang
tidak menyusahkan dirinya sendiri, dan menjadi acuh untuk
menghadapi kebenaran lagi.

‘Dari dulu, kami telah menunda-nunda untuk memastikan perasaan


kami masing-masing.’

Saat Natsuki duduk disana dalam diam, Koyuki merespon dengan


menundukkan kepalanya.

“Maafkan aku, Sebagai orang luar, aku tidak seharusnya


mengasumsikannya seperti itu....”

“Ah, kau tidak perlu meminta maaf! Sejujurnya, aku pikir memang
seperti itu, juga.”

Melambaikan kedua tangannya dengan gelisah, Natsuki


menyarankan mereka melanjutkan dengan makan siang bersama.

“Lebih penting sekarang, ayo makan pasta yang masih segar!”

[90]
Koyuki melihat kearahnya kembali, dan sepertinya dia masih
mempunyai sesuatu yang ingin disampaikan, tapi saat Natsuki
melihatnya dengan penub keraguan, dia hanya menggelengkan
kepalanya. Ekspresi pada wajahnya kelihatan sedikit sedih.

‘Apakah Koyuki-kun mulai lelah denganku....?’

Lagipula, alasan mereka membicarakan hal seperti itu adalah


karena dia melamun.

Untuk mengatasinya, dia merasa Koyuki-kun telah membantunya


mengatsai masalah yang telah mengganggunnya, tapi karena itu adalah
masalah pribadi, dia tidak bisa memberitahunya semuanya mengenai
itu.

‘Saat aku memberitahu Yuu bagaimana perasaanku sesungguhnya,


itulah saat aku akan benar-benar berterima kasih kepada Koyuki-kun,
juga.’

Jika memang Natsuki yang telah memberikan Koyuki sebuah


dorongan dari belakang, lalu inilah saatnya, Koyuki yang memberikan
dia dorongan yang dia perlukan.

Saat dia berterima kasih padanya, dia akan memberitahunya


betapa bersyukurnya dia untuk itu.

Pada saat itu, dia percaya bahwa hari saat itu tiba tidaklah begitu
lama.

♥♥♥♥♥

‘Bagaimana ini, kami telah sampai di taman....’

Natsuki diam-diam mengeluarkan helaan napas disamping


Koyuki, yang matanya sedang bersinar dengan terangnya.

Dia senang saat mendengarnya mengatakan dia akan


mengantarnya, tapi dia tak berpikir kalau dia akan mengantarnya
sampai ke rumahnya.

[91]
Dia cukup terkejut bahwa dia akan menemaninya sampai
pemberhentian kereta terdekat, tapi saat Koyuki mulai berjalan lebih
dulu, dengan mudahnya mengatakan, “Ayo, kita pergi,” Natsuki
langsung terdiam sebelum mengikutinya.

‘Walaupun aku sudah mengatakan akan baik-baik saja karena


masih terang, dia sama sekali tidak mendengarkanku.’

Ternyata Koyuki cukup keras kepala.

Setelah menghawatirkannya cukup lama, Natsuki dengan terang-


terangan menghentikan langkahnya.

“Koyuki-kun, benar-benar, kau tidak harus menemaniku sejauh


ini... Kau tidak akan ingat jalan kembali menuju stasiun, kan?”

“....Baiklah. Aku tidak ingin mengganggumu, juga.”

Natsuki tersenyum masam pada kata-kata Koyuki yang terus


terang.

‘Dia terus seperti ini sepanjang hari...’

Koyuki selalu sangat sopan saat berbicara, tapi hari ini, dia telah
berlagak seperti seorang pelayan atau mungkin kesatria. Dia
mentraktir Natsuki bagaikan seorang wanita papan atas atau seorang
putri kerajaan yang harus dilayani, jadi dia tidak punya pilihan lain dan
hanya malu karena itu.

‘Maksudku, Koyuki-kun sangat perhatian dalam segala hal.’

Seolah-olah merupakan hal yang biasa, dia membukakan setiap


pintu untuknya, juga dengan menarikkan kursi untuknya, dan bahkan
berjalan disisi yang dekat dengan jalan lewatnya mobil.

‘Aku merasa tidak enak saat dia mengatakan dia yang akan
membayar untuk makan siang, karena dia-lah yang mengajaknya
keluar hari ini, juga.’

Koyuki benar-benar orang yang baik.

[92]
Walaupun dia mencoba untuk membalas permintaannya dengan
beberapa wujud yang nyata, dia mungkin tidak akan menerimanya.

Itulah mengapa, sekarang, Natsuki hanya menatapnya dengan


senyuman dengan semua rasa terima kasihnya.

“Terima kasih untuk hari ini! Aku banyak bersenang-senang.”

“Tidak, sama-sama. Itu seperti... mimpi.”

“Haah? Berhentilah melebih-lebihkannya, Koyuki-kun.”

Memberikan tawaan malu, Natsuki memukul lengan atas Koyuki


dengan bercanda, seperti yang dia lakukan kepada Yuu atau Haruki.

Meski tangannya terlihat kurus dan lembut, dia merasakan


terdapat otot disana saat dia memukulnya.

‘Yaa, sih, Koyuki-kun adalah seorang pria, juga....’

“Enomoto-san!”

Koyuki tiba-tiba memanggil namanya, dan menggapai pergelangan


tangannya.

Melihat ekspresi serius diwajahnya, Natsuki menahan napas.

‘Apakah dia tipe orang tidak suka disentuh?’

Dia terbiasa lebih kasar dengan Yuu dan yang lainnya, jadi itu
membuatnya kebingungan. Memang mungkin kalau Kyouki tidak
begitu nyaman dengan kontak fisik.

Sewaktu dia ingin meminta maaf, dia mendengar suara sepeda


dari arah tepat dibelakangnya.

Dengan refleks dia tersentak, dan Koyuki tiba-tiba melepaskan


tangannya.

“M-Maaf! Apakah aku menyakitimu?”

[93]
“Tidak, aku baik-baik saja. Juga, aku minta maaf untuk
memukulmu.”

Saat dia meminta maaf kepada Koyuki, Natsuki melihat sepeda


dari sisi samping matanya.

Itu jelas-jelas merupakan sepeda wanita, dengan tas supermarket


di keranjang depan. Orang yang mengendarainya adalah seorang
perempuan, juga, dan bukan seperti yang dia pikirkan.

“Enomoto-san? Apa ada masalah?” “Ah, aku hanya baru saja ingat
kalau disini merupakan rute yang biasa dia lalui....”

Dia sepertinya mendapati kebiasaan Yuu yang meninggalkan


penjelasan, dan mengatakan hal tanpa konteks.

Tapi untuk beberapa alasan, Koyuki sangat mengerti apa yang dia
maksud, dan dia menjawab, “Oh, maksudmu Setoguchi-kun.”

Bagaimana dia tahu itu?

Sebelum dia dapat bertanya, Koyuki memegang pergelangan


tangannya lagi.

dia menarik dirinya kepadanya, dan kepalanya terbentur tepat di


tulang rusuknya.

‘Auh, itu pasti sakit....!’

Itulah yang petama kali dia pikirkan, tapi Koyuki sepertinya tidak
peduli. Selain itu, dia melilitkan tangannya yang lain pada
punggungnya, mendekapnya pada dadanya.

“Apakah kau tahu wajah seperti apa yang kau buat barusan?”

Dia mendengar suaranya pada telinganya, dan mencoba untuk


menggeser tubuhnya untuk melihat pada dia.

Bagaimanapun, tangan Koyuki lebih kuat dari apa yang dia


pikirkan, dan yang paling dia bisa adalah menggerakkan lehernya.

[94]
‘Koyuki-kun, ada apa denganmu....?’

Diantara kebingungan dan kegelisahannya, Natsuki tak dapat


menanyakan apa yang dia maksud dengan pertanyaan itu.

Seolah-olah tidak sabar dengan diamnya, Koyuki melanjutkan

“Jika itu aku, aku tak akan pernah membiarkanmu membuat wajah
seperti itu. Aku akan berusaha keras untukmu, dengan hanya terus
memperhatikanmu.”

Detak jantung Koyuki terdengar jelas di telinganya.

Detak jantung Natsuki sendiri juga bertambah cepat, sangat cepat


seperti dia baru saja berlari.

Sangat cepat hingga menyakitkan.

“Jadi, daripada Setoguchi-kun–”

“Daripada aku, apa?”

Dia mendengar suara dari belakangnya, Memotong perkataan


Koyuki.

Tidak salah lagi suara itu adalah suara yang biasa dia dengar.

“...Yuu....”

Menjauh dari Koyuki, yang kehilangan genggamannya, dia


berbalik dengan langkah pelan.

Dengan latar matahari tenggelam dia belakangnya, wajah Yuu


tertangkap bayangan dan sulit untuk dilihat.

Tapi anehnya, sangat jelas bahwa dia sedang marah. Suasananya


terasa berat, sangat berat hingga begitu menyakitkan untuk terus
berdiri disana.

“Katakan, Ayase,”

[95]
Yuu berlagak seperti Natsuki tidak ada disana, dan hanya menatap
pada Koyuki.

Koyuki bahkan tidak bimbang, dan dengan mudahnya


mengangguk dengan senyuman di wajahnya.

Merasakan tekanannya yang terus meningkat, Natsuki


menggenggam lipatan yang ada dibagian bawah dari gaunnya dengan
gugup.

“Apakah kau pernah mendengar istilah, ‘TPO’? Itu berarti menjadi


begitu resah dengan bagaimana berprilaku dalam suatu waktu, tempat
dan peristiwa. Ini adalah tempat umum, dimana masyarakat sekitar
sepertiku dapat hanya berjalan-jalan di area ini. Jika kau sangat tidak
peduli dengan hal semacam itu di sini, kau hanya akan membuat
masalah untuk Natsuki.”

“‘Hal semacam itu’?”

Tidak peduli dia benar-benar mengerti, atau jika dia hanya


mengujinya, Koyuki tiba-tiba bertanya pada Yuu apa yang sedang dia
bicarakan.

Yuu membunyikan lidahnya, sesuatu yang tidak pernah dia


lakukan, dan melangkah mendekati Koyuki.

“Maksudku, jika kau bermaksud untuk belagak seperti kekasihnya,


lalu setidaknya berpikirlah lebih tentang perasaannya.”

“....Tidakkah kau yang harus mengikuti saranmu sendiri terlebih


dahulu?”

“Tidak butuh.”

Saat Yuu memberikan tanggapan cepat, senyuman pada wajah


Koyuki menghilang.

Matanya melebar seakan terkejut, dan kemudian menyipit


menjadi tatapan tajam.

[96]
Tidak dapat melerai keduanya, Natsuki hanya dapat melihat
mereka dalam kesunyian.

“Bisakah aku bertanya mengapa?”

“Karena Natsuki dan aku adalah teman masa kecil... Bahkan


masyarakat disini mengetahui itu.”

“Ohh, teman masa kecil. Begitu.”

Koyuki terlihat mengejeknya dan Yuu jelas-jelas menjadi lebih


terganggu.

Bahkan bagi Natsuki, itu terlihat sepeti Koyuki sedang mencoba


memprovokasi Yuu.

‘Mengapa dia berprilaku seperti ini? Apakah ini... benar-benar


Koyuki-kun....?’

Dia tahu bahwa dia harus menghentikan mereka berdua, tapi


kakinya tak mau bergerak.

Walaupun dia mencoba berteriak, yang paling mungkin dia dapat


lakukan, tapi suaranya tak mau keluar.

Semakin tidak sabar dia mencoba untuk melakukan sesuatu,


semakin dia merasakan tenggorokannya sesak.

‘Kumohon, jangan bertengkar....’

Dia memandangi mereka, berharap pesannya tersampaikan. Yuu-


lah yang pertama menyadarinya. Saat mata mereka bertemu, dia
terlihat terkejut, dan berangsur-angsur, lipatan diantara alis matanya
bertambah.

‘T-Tapi kenapa? Apakah itu berefek sebaliknya?’

Mungkinkah dia berpikir kalau Natsuki sedang mencoba membela


Koyuki?

[97]
Disamping kepanikan yang Natsuki alami, Yuu mengambil langkah
lain didepannya.

“Apapun itu, aku tidak akan memaafkan siapapun yang membuat


Natsuki menangis.”

Begitu jelas dari suara Yuu yang acuh yang tidak peduli dengan
ejekan Koyuki.

Mengeluarkan napas yang sedang dia tahan, Natsuki merasakan


sesuatu yang dingin dan basah menetes disekitar tulang selangkanya.

‘Apa itu.....? Hujan?’

Dia melihat keatas langit, tapi sebelum dia dapat menemukan


awan, pandangannya mulai kabur.

Saat dia dengan lemah mengangkat tangannya untuk mengusap


matanya, dia merasakan kelembapan pada ujung jarinya.

“....H-Hah?”

“Jadi begitulah, ayo pergi.”

Tanpa menunggu untuk jawaban atau bahkan peduli untuk


menanyakan pendapatnya, Yuu menggenggam tangannya disekitar
bahunya dan mulai berjalan.

Dia mencoba untuk memberitahunya untuk berhenti, tapi semua


yang dapat dia lakukan adalah terisak.

‘Dasar bodoh, ini bukan waktunya menangis....’

Aku harus meminta maaf kepada Koyuki-kun.

Aku harus membersihkan kesalapahaman Yuu.

Bersamaan dengan pemikiran ini, air mata terus menetes,


mencegahnya untuk berbicara.

[98]
“Ini tak adil kau melakukan hal semacam ini jika kau tidak ingin
bersaing!”

Dia mendengar teriakan Koyuki di belakangnya, tapi itu tidak


untuk menghentikan mereka.

Pada intinya, dia tidak yakin kepada siapa kata-kata itu ditujukan.

Saat dia melihat pada teman masa kecilnya berjalan


disampingnya, diwajahnya terlihat pandangan tidak puas.

‘Lalu... itu berarti untuk Yuu?’

Bagaimanapun, dia tidak memberikan reaksi peduli, dan mulutnya


tertutup rapat.

Setelah itu, Koyuki tidak mengatakan apa-apa lagi, dan dia


mendengar suara nyaring dari langkah kakinya saat dia berlari
menjauh.

‘Kenapa....? Kenapa berakhir seperti ini?’

Menahan isakkannya, Natsuki mengulang-ulang pertanyaan tak


terjawab ini didalam kepalanya.

Matahari tenggelam hari itu sangat menyilaukan matanya.

[99]
Mochizuki Shouta

Ulang Tahun: 3 September

Zodiak: Virgo

Golongan Darah: B

Teman masa kecil Natsuki. Anggota klub Film. Sangat jujur pada
sebuah kesalahan dan sering diganggu oleh temannya.

[100]
Latihan 5
Seragamnya masih terasa ketat pada tubuhnya.

Walau seminggu terlewat sejak berakhirnya liburan musim panas,


Yuu masih belum terbiasa mengenakan seragamnya lagi.

‘Kalau dipikir-pikir, aku tidak masuk saat hari pertama tahun lalu,
juga...’

Meskipun itu karena saat hari pertama masuk sekolah


bertabrakan dengan hari pelatihan persiapan ujian di sekolah privat,
Yuu merasa tenang kalau dia mempunyai alasan yang logis untuk tidak
bertemu Koyuki.

Semenjak dia bertemu dengannya saat “kencan”-nya dengan


Natsuki, hubungan mereka menjadi seperti perang dingin.

‘.....Meski begitu, liburan musim panas terasa sangat cepat.’

Saat dia berjalan untuk jam singkat wali kelas, panasnya ruangan
sangat terasa ditubuhnya, dan dia melepaskan kancing kerah bajunya.

Meski liburan musim panas sendiri sudah berakhir dengan cepat,


panasnya musim panas masih tersisa. Sangat panas, dia merasa seperti
akan meleleh.

‘Ugh, baru aja diomongin...’

Dari jendela, dia melihat Koyuki sedang berjongkok di dekat


taman bunga. Mengingat saat dia bertemu dengannya di taman,
kulitnya menjadi lebih pucat daripada kulit Natsuki, tapi setelah
merawat taman bunga yang ada di luar sebagai bagian dari aktifitas
klubnya, sepertinya dia menjadi sedikit lebih coklat.

Yuu menghentikan langkahnya, dan melihat rambut lembut di


kepalanya bergerak tanpa henti.

‘Dia pasti benar-benar jatuh cinta kepada Natsuki, ya....’

[101]
Dia menduganya, karena kenyataan bahwa Koyuki melihat
Natsuki dengan cara yang membuatnya terlihat seperti dia
menganggapnya lebih dari sekedar teman sekelas ataupun teman yang
berbagi ketertarikan yang sama.

Yang mendukung keraguannya adalah kata-kata yang Koyuki


katakan padanya di taman.

“Ini tak adil kau melakukan hal semacam ini jika kau tidak ingin
bersaing!”

Pasti yang dia maksud dengan bersaing adalah untuk menjadi


kekasih Natsuki.

‘Tetap saja, bukan berarti dia sudah menyatakannya, juga.’

Jika benar, Natsuki pasti menunjukkan semacam reaksi.

Dia sudah mencoba menanyainya tentang itu sedikit demi sedikit,


tapi sepertinya dia belum melakukannya, juga.

“Sudah kubilang, kau hanya salah paham.”

Sehari setelah dia mengantarnya pulang dari taman, itulah hal


pertama yang Natsuki katakan padanya saat dia menerjang masuk ke
kamarnya.

Dia memberitahunya kalau dia mulai menangis karena sikap


agresif Yuu yang tiba-tiba.

Meski itu terdengar seperti alasan yang buruk, dia memutuskan


untuk tidak memaksanya lagi, karena ada hal yang lebih
mengganggunya lebih dari itu.

“Lalu bagaimana dengan Ayase yang memelukmu? Apa maksud


dari itu semua?”

Natsuki melebarkan matanya, dan kemudian dengan gugup


mengalihkan pandangannya

[102]
Yuu memandanginya, menunggu dengan sabar untuk jawaban
juga tidak menyimpulkannya dengan kesimpulan yang tak berdasar
lagi.

Tak lama, Natsuki menyilangkan tangannya didepan dadanya, dan


berbicara sambil memiringkan kepalanya,

“Kenapa dia memelukku?”

‘Justru itu yang ingin kutahu!’

Menahan dorongan untuk berteriak, dia mencoba untuk


mendapatkan jawaban darinya dengan menanyakan lebih banyak
pertanyaan.

Tapi karena dia hanya tertawa dan dengan cepat menjawabnya


dengan, “aku tidak terlalu mengingatnya!” dia tidak punya pilihan lain
selain menyerah.

Lagipula, setelah jengkel dengan ketidaktahuan Natsuki, mereka


berakhir dengan saling berargumen dan perpecahan sepanjang hari.

‘Meski begitu, berkat Hina meleraikannya, kami mulai berbicara


seperti biasa lagi esok harinya....’

Natsuki pasti juga merasakan sesuatu seperti dinding tak terlihat


terbentuk diantara mereka.

Akhir-akhir ini mereka berhenti melakukan latihan pengakuan,


dan bahkan saat mereka mencoba berbincang-bincang, semuanya
terasa begitu canggung.

“....Semoga semuanya segera berlalu...”

Seolah-olah mendengarnya menggumamkan ini pada dirinya


sendiri, Koyuki memalingkan wajah ke arahnya.

Merasa mata mereka bertemu, Yuu dengan cepat menjauh dari


jendela.

[103]
‘Tunggu, untuk apa aku melarikan diri?’

Pikirnya, dan melihat keluar jendela lagi, tapi Koyuki sudah tidak
terlihat dimanapun.

“....Sebaiknya aku segera berangkat untuk aktifitas klubku juga.”

♥♥♥♥♥

Bertatap muka dengan Haruki dan Souta di ruang klub, Yuu


membolik-balik halaman dari naskah, dipenuhi dengan catatan kecil.

Dia memusatkan pandangan pada keduanya, dan sadar mereka


bertingkah sedikit aneh. Mereka terus membolak-balik halaman
sebelumnya dengan tiba-tiba, atau membuka beberapa halaman
lainnya dengan jeda yang aneh.

‘Yaa, melihat betapa hitamnya kantung mata mereka, kurasa


mereka sudah mengerahkan semuanya untuk itu.’

Film belum selesai secepat penyutingannya selesai; masih ada


banyak pengeditan yang harus diselesaikan sebelum penyelesaian
akhir.

Tinggal menghitung hari menuju tanggal deadline, mereka tidak


punya banyak waktu untuk menyelesaikan penyutingan adegannya.

‘Mereka telah bekerja keras dalam penyutingan walaupun aku


sedang dalam pelatihan persiapan ujian di sekolah privat, yaa...’

Sekarang, giliran Yuu untuk mengambil baton9.

Dia menguatkan genggamannya pada naskah yang ada di


tangannya, dan berbicara dengan nada tegas.

“Jadi intinya, kita harus menyuting semua adegan yang kita bisa
sekaligus. Aku akan ikut mengecek semuanya dari sekarang.”

“....Iya, makasih,”
9
baton adalah tongkat pendek yang digunakan oleh konduktor orkestra

[104]
Haruki menjawab dengan suara serak yang pelan, dan
disampingnya, Souta mengangguk dengan lemas.

Dia merasa tidak enak untuk terus menekan mereka tentang itu,
tapi tanpa mengetahui seberapa jauh yang lainnya, akan sulit untuk
mengatur jadwalnya. Sementara masih merasa bersalah, Yuu
membuka memo-nya untuk menulis catatan dan melanjutkan.

“Mochita, bagaimana perkembangan lukisan Hayasaka?”

“....Emm, yaa, soal itu....”

Saat Souta berusaha keras menjawabnya, Yuu memandang ke arah


Haruki.

Bagaimanapun, Haruki hanya menggelengkan kepalanya dengan


santai dan mengisyaratkan pada Souta dengan dagunya.

‘Mungkin itu maksudnya Mochita yang menangani masalah ini.’

Pada awalnya, Haruki juga membantu menghubungi Akari, tapi


pada akhirnya, tugas itu hanya diserahkan pada Souta. Mereka saling
menghubungi satu samalain lewat pesan teks, tapi karena Souta
sepertinya masih gugup untuk itu, meskipun begitu, Yuu masih sedikit
khawatir....

“Jangan bilang kalau kau kehilangan kontak dengannya?”

“Apakah kau pernah mengirim pesan padanya seperti yang kau


inginkan?”

“Apa?! Ayolah, Tentu saja pernah!”

Saat Souta mengerutkan alisnya karena jengkel, Yuu dan Haruki


mengeluarkan candaan padanya secara bergantian.

“Meski begitu, tidakkah kau hampir pingsan saat terakhir kali


kalian bertemu?”

[105]
“Jika aku tidak bertindak cukup cepat dan mengambil alih saat itu,
dia mungkin sudah pingsan ditempat.”

“T-Terima kasih banyak untuk waktu itu...! Tapi sebenarnya, aku


sudah baik-baik saja sekarang. Aku bahkan pergi melihat seberapa
banyak dia menyelesaikannya sekali seminggu.”

Souta membusungkan dadanya dengan sombong, tapi


kenyataannya, ekspresinya sedikit gelap.

“Jika sebaik itu, lalu untuk apa kau membuat wajah seperti itu?”

“Itu karena, emm, yaa.....”

Bersamaan dengan Yuu membalas ucapannya, Souta mulai tersipu


lagi.

Baru saja Yuu ingin memberinya dorongan terakhir untuk


menjawab, Haruki menjentikkan jarinya.

“Aku mengerti, Itu karena masalah Hayasaka, bukan?”

‘Oh, aku mengerti sekarang. Dia tidak ingin mengatakannya


karena dia tidak ingin menyalahkan Hayasaka.’

Ternyata dugaan Haruki benar.

Souta mulai pucat, dan kemudian mengangguk pelan.

“Dia telah menyelesaikan sketsanya, dan sudah mulai pewarnaan,


tapi... Dia bilang bahwa masih ada ‘Sesuatu’ yang hilang, dan tidak
membuat banyak perkembangan sejak saat itu.”

Haruki mengangguk berkali-kali, seolah semua ini adalah hal yang


biasa baginya, sementara Yuu memegang kepalanya.

“Itu selalu terjadi saat kau mencoba untuk membuat sesuatu, kah.”

“Dan juga, saran dari orang lain sama sekali tidak membantu. Ini
adalah hal yang harus kau pecahkan sendiri...”

[106]
Yuu berceramah, berbicara dari pengalaman. Souta tersenyum
kecut dan kemudian melanjutkannya.

“Aku mencoba bertanya padanya apa yang mengganggunya, tapi


seperinya dia bahkan tidak tahu harus berkata apa. Dia mulai
menyimpulkan beberapa hal, dan mengatakan hal seperti ‘ngomong-
ngomong, cinta itu apa?’“

“Ughh, ini benar-benar gawat...”

Saat Yuu menggaruk bagian belakang kepalanya, Haruki tiba-tiba


bertanya, “kenapa begitu?”

Kelihatannya Souta terkejut dengan kata-kata Haruki, dan berbalik


memandangnya.

Walau ada dua orang yang sedang memandanginya, tampaknya


Haruki tidak sedikitpun terganggu, dan berbicara terus terang.

“Dengar, itu bukan seperti dia mengatakan ‘apa itu cinta?’ dalam
artian yang sebenarnya, seperti ‘apa artinya hidup?’ atau semacamnya.
Dia hanya benar-benar tidak mengerti itu, itu saja.”

“....A-Aku masih tidak mengerti. Bisakah kau katakan itu sekali


lagi?”

“Mochita, kau hanya terlalu memikirkannya. Dengar, intinya


Hayasaka tidak mempunyai pengalaman berpacaran dengan siapapun.
Begitulah.”

Setelah dia mengatakan itu, suasananya menjadi sangat sunyi


hingga kau pun dapat mendengar suara jarum yang jatuh.

Dari kata-kata Haruki, sepertinya Akari belum pernah jatuh cinta,


bahkan setelah masuk SMA.

‘Yaa, bukan berarti dia sepenuhnya tak sadar. Setiap orang punya
pengalaman cintanya sendiri.’

[107]
Sementara Yuu memikirkannnya dalam diam, Souta perlahan
mulai berbicara.

“Kalau dipikir-pikir, Akarin adalah cinta pertamaku...”

“Mochita, berhentilah tersipu dengan kata-katamu sendiri... Kau


akan membuatku ikut malu juga.”

“Kau sendiri yang tak dapat menatap cinta pertamamu berkata


seperti itu,”

Haruki tertawa dengan Yuu, membuatnya menyeringai.

‘Kau adalah orang terakhir yang ingin kudengar mengatakan itu,’

Yuu ingin membalasnya, tapi karena itu akan terdengar seperti dia
sedang memulai pertengkaran, jadi dia menyimpan kata-kata itu untuk
dirinya sendiri.

Sebaliknya, dia bertanya sambil menggodanya,

“Berbicara tentang itu... Haruki, bagaimana hubunganmu dengan


Aida?”

“Seperi biasa? Atau, ya begitulah, dia bilang dia tidak bisa pulang
denganku untuk sementara waktu.”

Melihat dari bagaimana dia mengatakannya, rekasi awal mereka


pun tertunda.

Setelah perlahan mencerna kata-kata itu, otak mereka yang lebam


karena suhu, akhirnya bekerja.

“...Apa? Tunggu, tahan sebentar, bukankah itu berarti dia sedang


mencoba menjaga jarak denganmu?”

“Iya, pasti ada sesuatu yang salah disini!”

Souta bangkit dari tempat duduknya, dan menunjuk Haruki


dengan penuh penolakan.

[108]
Bagaimanapun, Haruki hanya bersandar pada meja, menyanggah
dagunya pada telapak tangannya, dan memandang seakan dia sedang
menonton semacam TV show di ruang tamunya.

“Wow, kalian benar-benar mengeluarkan reaksi yang terlalu


serius!”

“Kau saja yang terlalu dingin, Haruki! Apa kau tak apa dengan itu?
Tidakkah kau bertanya padanya?”

Haruki menatap langit-langit sebelum membalasnya, seolah-olah


sangat sulit untuk melihat Souta yang berlagak seperti ini adalah
masalahnya.

“Hmm? Yaa... Dia mengatakan sesuatu tentang sibuk dengan


kontes seni.”

“Jadi itu bukan karenamu atau apapun. Baguslah.”

“Duh, jangan khawatirkan kami....”

Yuu juga menghela napas lega, tapi dia mulai menyadari kalau
Haruki belum menjawab pertanyaannya.

Waktu dia bertanya padanya mengenai hubungannya dengan


Miou, Haruki menghindari pertanyaannya. Walaupun Yuu sengaja
menghindari pengucapannya menjadi, “Apa ada sesuatu yang terjadi
antara kau dengan Aida?” Bahkan Haruki tidak tersentak sedikitpun.

“Sebenarnya, Haruki dan Aida masih belum berpacaran, kan?”

“Ah, aku juga penasaran mengenai itu.”

Saat Souta mengambil kesempatan untuk mengungkap


kebenarannya, pembicaraan ini berubah menjadi persekutuan dua
lawan satu yang biasa mereka lakukan.

Bagaimanapun, Haruki terlihat tidak terprovokasi, dan hanya


menghela napas panjang.

[109]
Dia mengabaikan Souta, yang sedang bersandar dengan antisipasi,
dan membuat tatapan tajam pada Yuu.

“Dan apa gunanya bertanya? Jika aku berkata bahwa aku


berpacaran denan Aida.... Tidak, itu tidak benar. Jika aku berkata
bahwa aku menyukai seseorang selain Natsuki, akankah kau merasa
lega? Lalu apa?”

Dia merasa seperti baru saja dipukul tepat pada wajahnya.

Yuu kehilangan kata-kata, dan hanya dapat menatap kosong ke


arah Haruki.

‘Dia benar. Aku menginginkan kejelasan.’

Ketegangan pada pikirannya mulai menghilang, dan perlahan


mulai bekerja kembali.

Dan kemudian, hal pertama yang diingatnya adalah kenyataan


bahwa dia telah diabaikan dengan menyedihkan.

Bahkan jika Natsuki benar-benar menyukai Haruki, jika Haruki


menyukai orang lain, lalu skenario terburuknya akan dapat dihindari.

Sejak dia memilihnya sebagai teman latihan pengakuan, Yuu selalu


berharap keadaan yang buruk itu.

Lagipula, dia bahkan belum memahami perasaan bersalah itu, dan


memilih untuk memendamnya dengan gembok dan kunci, dan
sementara, dia berlagak seprti masih berada di pihak Natsuki. Benar-
benar menyedihkan.

‘Pada akhirnya, itu mungkin hanya karena aku iri dengan Ayase
dan Haruki...’

“Hey, Yuu.”

Dia tidak yakin berapa lama dia duduk melamun, tapi suara Souta
menariknya kembali dari lamunannya.

[110]
“Aku tidak terlalu mengerti situasinya, tapi tidakkah kalian lapar?”

“Hah...?”

Awalnya Haruki tidak mengatakan apapun, dan mengangguk saat


dia mulai mengerti apa maksudnya.

“Terasa seperti sebuah lubang bisa muncul di perutku karena


begitu laparnya aku. Aku belum makan apapun sejak semalam.”

“Iya dan kau juga tertidur sepanjang istirahat makan siang...”

Saat Souta tertawa kecil, Haruki menatap Yuu lagi.

Pandangannya sama sekali tidak setajam sebelumnya. Sebaliknya,


sisi bibirnya terangkat menunjukkan seringai.

“Ayo makan ramen!”

“....Ayo pergi ke tempat yang baru buka. Yang ada di belakang


supermarket.”

Yuu berdiri dari tempat duduknya juga, berbagi informasi tentang


tempat favoritnya yang baru.

“Hah? Kau sudah menemukan yang baru? Kau benar-benar sangat


menyukai ramen ya, Yuu.”

Setelah itu, suasananya kembali menjadi mereka seperti biasanya.

Saat mereka bertiga menertawai hal-hal bodoh, mereka


meninggalkan ruang kelas.

‘...Tidak, kami tidak bisa hanya berpura-pura seperti tak terjadi


apa-apa.’

“ Dan apa gunanya bertanya? Jika aku berkata bahwa aku


berpacaran denan Aida.... Tidak, itu tidak benar. Jika aku berkata
bahwa aku menyukai seseorang selain Natsuki, akankah kau merasa
lega? Lalu apa?”

[111]
Sementara dia tidak tahu maksud Haruki yang sebenarnya, untuk
Yuu, pertanyaan itu mempunyai maksud tertentu.

Saat dia menyadari apa masalah sebenarnya, dia bisa menemukan


jawabannya, juga.

Ketika mereka melintasi gerbang sekolah, Yuu berbisik dengan


suara yang hanya dapat didengar oleh Haruki,

“Kau membantuku menyadari sesuatu. Terima kasih.”

Haruki terlihat seperti menurunkan kewaspadaannya sesaat


sebelum dia menyeringai dan melilitkan tangannya pada pundak Yuu.

“Jika kau ditolak, ayo pergi makan ramen lagi.”

“H-Hey, jangan main-main.”

♥♥♥♥♥

Saat Yuu melihat sekitar pada daftar nama mengelilingi meja yang
baru, raut wajahnya menjadi pucat.

Duduk di sebelah kanannya adalah Souta dengan wonton


ramennya; Haruki duduk tepat didepannya dengan shio dan daun
bawang; dan tepat disamping adalah Koyuki dengan semangkuk
chashu ramen. Semua orang menyeruput ramen mereka dengan
sepenuh hati sebagai rasa terimakasih kepada chef dan menunjukkan
dendam mereka terhadap panasnya musim panas.

‘Benar, rasa ramennya sangat enak. Terbaik.’

Bahkan shouyu ramen milik Yuu sangat enak seperti yang dia
inginkan.

Tempat ini sangat terkenal, tak diragukan lagi.

‘Tapi kenapa dia ada disini?’

Dia mengusut kembali ingatannya sekitar 30 menit yang lalu.

[112]
Itu semua dimulai saat Souta melihat Koyuki dari kejauhan di
depan stasiun dan berlari menghampirinya. Melambaikan tangan
dengan gembira saat dia berlari ke arah teman sekelasnya itu, dia
mirip seperti seekor anak anjing.

“Yukki! Tunggu bukan, maksudku, Ayase-kun! Apa kau luang


sekarang? Mau ikut makan ramen dengan kami?”

“Ahaha, kau bisa memanggilku Yukki jika kau mau. Ramen? Tentu,
dengan senang hati.”

Souta belum pernah memanggil Koyuki dengan nama


panggilannya sebelumnya.

Tapi sebagai balasannya, dia berbicara dengan santai padanya,


dan Koyuki juga menjawab dengan rendah hati.

“A-Apa yang baru saja terjadi...?”

Saat Yuu berdiri kebingungan disana, Haruki mengelus


punggungnya dengan bijak dan berkata,

“Yaa bukankah ini kesempatan yang bagus? Untuk memulai


pembicaraan antar para lelaki, kan.”

Seberapa banyak dia mengetahuinya?

Yuu mulai merasa takut kepada Haruki yang mengetahui segala


hal yang terjadi padanya.

Meski dia baru saja ingin menanyakannya, akan merepotkan jika


meja terlempar ke arahnya, jadi dia memutuskan untuk tetap diam.
Mereka menganggap diamnya sebagai tidak adanya keberatan darinya,
dan pada akhirnya, Koyuki ikut bergabung dengan mereka ke kedai
ramen.

‘....Mochita benar-benar akrab dengan Ayase, yaa.’

[113]
Setelah dia selesai memakan mie-nya, Souta mulai melempar
banyak pertanyaan kepada Koyuki, seakan dia telah menunggu
kesempatan ini untuk mengintrogasinya.

Topik utamanya adalah perubahan penampilan Koyuki yang tiba-


tiba.

“Wow! Jadi kau memotong rambutmu di salon yang ada di Aoyama


yang kau baca dari majalah?”

“Aku pikir aku akan mulai merubah bagaimana penampilanku,


terlebih dulu.”

“Benar. Itu memang tergantung dari penata rambut yang mana


yang kau pilih. Kau terlihat sangat cocok dengan gaya itu.”

Koyuki terlihat malu saat dipuji mengenai dirinya, dan


menyusutkan punggungnya, lalu memusatkan pandangannya ke arah
bawah.

“Didalamnya aku masih tetap orang yang sama, juga, jadi hanya
dapat berubah sejauh itu....”

Saat Koyuki tertawa lemah, Souta mencoba untuk


menyemangatinya.

“Yukki, kau harus lebih percaya diri. Sangat hebat kalau kau dapat
berubah seperti dirimu sekarang ini, tahu!”

Awalnya Koyuki kelihatan terkejut, tapi dia tersenyum malu saat


dia menyadari jika Souta hanya memberitahukannya dengan maksud
yang baik.

‘Mendengarnya berbicara seperti ini, itu tidak terdengar seperti


merubah dirinya tapi hanya untuk menyembunyikannya...’

Memang benar kalau penampilannya berbeda sekarang, Yuu tak


habis pikir dengan suasana yang tidak mengenakkan dari perilaku
provokasinya yang diperlihatkan Koyuki di taman hari itu.

[114]
‘....Yaa, sepertinya dia dapat melihat mata lawan bicaranya saat dia
berbicara saat ini.’

Sebelumnya, dia akan selalu menyembunyikan matanya


dibelakang poninya yang panjang, dan biasa melihat ke bawah. Dan
hanya pada saat dia sedang berbicara menganai manga dia akan
melihat mata dari lawan bicaranya.

“Apapun alasannya, sangat hebat dia dapat sepenuhnya mengubah


dirinya menjadi seperti itu,”

Tepat sebelum liburan musim panas, Souta mengatakan ini sambil


melihat Koyuki dari jendela, menyipitkan matanya karena silaunya
sinar matahari.

Yuu memberitahu teman masa kecilnya itu, “menurtku secara


pribadi kau baik-baik saja dengan dirimu yang sekarang, Mochita,” tapi
dia tahu itu kecuali dia mengakui bahwa kata-kata itu sendiri, tidak ada
artinya.

‘Ingin berubah, kah....’

Sebelum dia menyadarinya, semuanya menjadi hening.

Disaat dia merasa mulai curiga, dia sadar kalau mereka bertiga
sedang memandanginya.

“....A-Ada apa? Apa ada yang salah?”

“Yaa, maksudku, kau barusan bilang, ‘aku ingin berubah,’ kan?”

Souta mengatakannya dengan pandangan yang aneh, membeku


ditempat.

Dia memandang ke arah Haruki, dan dia juga mengangguk.

“Iya, itu benar.”

‘Oh, sial...!’

[115]
Dia bermaksud untuk mengatakannya di dalam kepalanya, tapi
tanpa disengaja dia justru mengutarakannya.

Tak bisa memikirkan cara untuk mengalihkannya sebagai lelucon,


Yuu dengan malu mengalihkan pandangannya.

“Jadi bahkan dirimu bisa berpikiran seperti itu ya, Setoguchi-kun?”

Orang yang memecah keheningan bukanlah Souta ataupun Haruki,


tapi Koyuki

Dia terdengar terkejut, seperti apa yang baru saja Yuu katakan
adalah hal yang tidak biasa.

“....Ada masalah dengan itu?”

“Ah, aku tidak bermaksud buruk... Dari sudut pandanganku, kau


sangat beruntung mempunyai hal yang kau lakukan sekarang.”

Pengucapannya yang unik mengingatkanku pada Haruki

Bagaimanapun, tak seperti dengan Haruki, Yuu merasakan sedikit


permusuhan dari pernyataan Koyuki.

‘Dia terlihat seperti orang yang sadar diri, juga....’

Yang membuktikannya adalah apa yang telah terjadi di taman


yang tidak semuanya disebakan oleh kesalahpahaman Yuu.

Akankah dia mengabaikannya? Atau menerima tantangannya?

Ragu untuk sejenak, Yuu mengambil beberapa chashu dari


mangkuknya dan menaruhnya ke dalam mangkuk Koyuki.

“Terima kasih. Aku akan membagi beberapa chashu denganmu


untuk itu.”

“Ah, curang! Aku juga ingin beberapa!”

Saat Souta merengek, Haruki pun ikut menggodanya, juga.

[116]
“Jangan khawatir, tidak sulit untuk merayu Yuu untuk
mendapatkannya.”

Saat keduanya mulai membuat keributan, Koyuki berkedip, dan


kemudian mengeluarkan tawaan lepas.

“Kau sungguh beruntung mempunyai teman seperti mereka,


Setoguchi-kun.”

Perkataannya sedikit ambigu, tapi dilihat dari ekspresinya yang


tampak suram, Yuu dapat memperkirakan apa yang dia maksud.

Yuu tak yakin bagaimana menanggapinya, tapi dia memutuskan


untuk mengatakan apa yang dia pikirkan.

“Sebenarnya, mereka benar-benar menjengkelkan.”

“....Meski begitu, aku iri padamu.”

Jawaban Koyuki membuat kesan Yuu terhadapnya tiba-tiba


berubah.

‘Apa itu artinya dia....?’

Dia masih memandangnya sebagai saingan, tapi sepertinya ada


sesuatu yang lebih dari sekedar itu. Bagaimanapun, melihat dari
caranya menyindir dan memprovokasinya sebelumnya, mungkin dia
hanya mengatakan apa yang ada dipikirannya saat itu.

Tentu saja, dia juga bisa mencoba untuk memulai sesuatu lagi,
seperti apa yang dia katakan sebelumnya.

Meskipun Koyuki menggunakan kata “bersaing”, dia mungkin juga


sudah mencoba untuk membuat Yuu menyadari posisinya. Yaitu,
menganggap dia memikirkan Natsuki lebih dari sekedar teman masa
kecil.

Kemudian dia berpikir.

[117]
‘Tapi mengapa Ayase melewati batasannya hanya untuk
membuatku mengetahui posisiku?’

Seharusnya akan lebih menguntungkannya untuk melawan lawan


yang sedikit.

Sementara persaingan pun masih melihat dengan pasif, dia bisa


saja mendekati Natsuki sendiri, lalu mempertinggi kesempatannya
untuk bisa berpacaran dengannya.

‘Sepertinya Ayase sengaja...’

“Ini adalah kesempatanku!”

Terlalu sibuk dengan pikirannya, Yuu tidak menyadari jika ada


seseorang yang memperhatikannya sedari tadi.

Dengan suara yang riang, Souta melancarkan serangan dan


merampas potongan tebal chashu dari mangkuk Yuu.

“Aku akan ambil yang ini, terimakasih!”

“Mochita... Jangan buat keributan saat kita sedang makan!”

“Kau sendiri cukup berisik, Yuu.”

Cukup aneh, kalimat mereka keluar dengan sangat kompaknya,


seakan ini adalah lelucon yang sudah mereka latih sebelumnya.

Bahkan Koyuki berkomentar, “kalian sangat kompak,” dan


mengeluarkan tawaan.

‘Suasananya tidak bisa serius saat aku bersama orang-orang ini...’

Yuu mengeluarkan helaan napas panjang, dan menghadap


mangkuknya untuk mulai makan mie yang tersisa. Jika tidak, dia
mungkin akan mendapati penjagaannya lengah kembali.

Seperi yang dikatakan Koyuki, Yuu adalah orang yang “beruntung”


karena mempunyai teman baik seperti mereka.

[118]
Itulah mengapa, dari sekarang, Yuu memutuskan untuk menelan
keraguannya kepada Koyuki bersamaan dengan bagian tebal dari, sup
yang penuh rasa.

Dia ingin menikmati suasana ribut tapi ramah ini selagi masih bisa
merasakannya.

♥♥♥♥♥

Bagaimanapun, ini belum berakhir.

Setelah mereka selesai makan dan keluar dari kedai ramen,


Koyuki memanggilnya dengan nada yang serius.

“Setoguchi-kun, bisakah aku minta sedikit waktumu?”

Yuu terkejut dengan panggilan Koyuki yang tiba-tiba, dan seperti


yang dia duga, Souta mengangkat tangannya di udara, dan berteriak,
“Aku juga ikut dong!”

Tapi Koyuki hanya mengerutkan keningnya sembari meminta


maaf.

“Maafkan aku, aku hanya ingin berdua dengannya, kalau bisa...”

‘Jangan mengatakan hal yang bisa membuat orang salah paham!’

Seakan dia mendengar apa yang dipikirkan Yuu, Haruki


menunjukkan seringai lebarnya.

“Yaa jika kau berkata begitu, kami tak bisa menolaknya.”

Apapun pendapat Yuu sudah benar-benar diabaikan. Haruki sudah


menahan Souta, yang sepertinya masih ingin mengobrol dengan
Koyuki, memegangi tengkuk lehernya, dan meninggalkan kami berdua
sambil melambaikan tangannya.

Menjadi orang yang ditinggal berdua dengan Koyuki, Yuu melihat


ke arah langit dengan perasaan yang tak disangka sangat melelahkan.

[119]
Matahari telah tenggelam beberapa saat yang lalu, dan bulan
muncul dengan cahaya lembutnya.

‘Saat ini, mau tak mau aku merasa seperti memiliki semacam
kewajiban yang harus kupenuhi....’

Mungkin jika ini game maka ini adalah bagian yang harus
diselesaikan untuk mencapai akhir cerita.

Saat dia pikir hal ini ada diantara pembicaraan serius dan
bercanda, Yuu mengangguk dengan rasa malas.

Koyuki mengeluarkan helaan napas pelan.

“Apakah kau keberatan jika kita pindah ke tempat lain?”

Katanya, dan mulai berjalan memimpin.

Waktu dia ingin bertanya seberapa jauh mereka akan pergi,


Koyuki berhenti di tengah-tengah tempat parkir yang tak jauh dari
tempat sebelumnya.

‘Pasti dia ingin membicarakan tentang sesuatu yang tidak boleh


didengar orang lain.’

Sisi belakang stasiun sedang ada perbaikan, dengan hanya satu


supermarket yang ada didekatnya.

Angin hangat membawa suara ramainya penawaran terbatas


potongan harga.

Koyuki mengeluarkan helaan napas pelan.

“Jadi apa yang ingin kau bicarakan?”

“Apakah kau merasa sedang bersaing sekarang?”

Mereka bertanya satu sama lain pada waktu yang hampir


bersamaan.

[120]
Dengan dipotong dengan tiba-tiba oleh pertanyaan Koyuki, dia
merasa sedikit jengkel.

“Hah, apa?”

Meski Yuu terdengar kaget, Koyuki melanjutkan dengan sentakan.

“Aku siap bahkan jika ini berakhir dengan mengulur waktu yang
lama sekalipun.”

“Tunggu, tunggu sebentar....”

Mengetahui bahwa tak ada artinya untuk menanyakan apa yang


sedang dia bicarakan, Yuu menutup mulutnya.

Bukannya dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, hanya saja
semuanya berjalan dengan begitu cepat.

Meskipun dia tahu akan membuatnya terlihat malu, Yuu


mengeluarkan helaan panjang. Dia tahu kalau dia terus menghindari
Koyuki sampai sekarang, jadi dia tak dapat menyalahkannya untuk
keadaan ini.

‘Karena sudah jadi begini, kurasa aku tak punya pilihan selain
masuk ke dalam panggung yang telah dia persiapkan.’

“....Kau juga menyebutkan ‘bersaing’ waktu itu, tapi bukan berarti


kau sudah menembaknya, bukan?”

“Belum.”

Koyuki terlihat tak terganggu seperti yang Yuu perkirakan, dan


dengan mudahnya tersenyum.

Disisi lain, Yuu terkejut dengan betapa bahagianya dia.

“Hanya itu yang bisa kau katakan?”

“Iya.”

[121]
Dia menjawab, jawabannya sama kasarnya dengan sebelumnya.

Mungkin ini adalah cara lain untuk menantangnya.

Dia membayangkan jika dia tidak terpancing dengan itu sekarang,


dia hanya akan dipanggil seperti ini lagi dilain hari.

‘Ini sangat merepotkan!’

Meskipun dia mempeributkan ini di dalam kepalanya, Yuu tetap


memutuskan untuk terang-terangan menerima tantangan ini.

“....Baiklah, anggaplah bahwa aku mempunyai perasaan kepada


Natsuki, biarkan aku bertanya satu hal. Kembali saat kita bertemu di
taman saat liburan musim panas, jika aku telah menembak Natsuki,
apa yang akan kau lakukan?”

Senyuman diwajah Koyuki perlahan hilang setelah mendengar


pertanyaan Yuu.

Bagaimanapun, tak lama senyumnya muncul kembali, semakin


lebar saat dia berbicara.

“Aku akan menantangmu pada suatu pertandingan, secara jujur


dan adil.” Mendengar jawaban Koyuki, Yuu mengerutkan alis, berpikir,
“aku tahu dia akan mengatakan itu.”

Koyuki bermaksud menantang Yuu didepan Natsuki dengan


begitu perasaannya akan tersampaikan dengan jelas padanya.

Dia telah menduga semua ini, tapi tetap saja alasan dia melakukan
ini masih belum jelas.

“...Apa yang ingin kau lakukan? Menambah jumlah saingan, dan


menurunkan kesempatan menangmu, apa yang sebenarnya kau
rencanakan?”

Kali ini, senyum Koyuki benar-benar hilang.

[122]
Yuu dapat merasakan pancaran semangat bersaing tak hanya dari
kata-katanya, tapi diseluruh tubuhnya.

Saat Yuu ragu bagaimana dia harus bereaksi, Koyuki melanjutkan.

“Bisa dikatakan, kalau itulah caraku menyatakan perang. Sama


seperti yang ku lakukan sekarang.”

“....Kenapa harus aku....”

Apa Koyuki dapat mendengar suara paraunya?

Dia selalu mengatakan itu untuk dirinya sendiri, lebih dari seledar
bisikan.

‘Aku bukanlah orang yang disukai Natsuki...’

Jika dia mengatakan kebenarannya, dia mungkin tak akan dipaksa


berdiri di arena ini lagi.

Dengan pemikiran itu, Kata-kata itu berada diujung lidahnya, siap


untuk dikeluarkannya.

Sementara sebagian dari dirinya ingin bebas dari keadaan ini,


menghianati perasaan Natsuki seperti ini adalah cerita yang benar-
benar berbeda. Sebenarnya, tak peduli siapa yang disukai Natsuki,
sepertinya sikap Koyuki tidak akan berubah.

Seakan untuk menghancurkan pemikiran itu, Yuu mendorong


poninya ke samping.

Dengan pandangannya yang jelas terlihat sekarang, dia menatap


lurus kearah Koyuki.

“Beritahu aku, apa kau benar-benar menyukai Natsuki?”

“....Setoguchi-kun, apa kau tahu apa nama depanku?”

“Apa?”

[123]
Yuu berkedip terkejut, kedua pertanyaannya dijawab dengan
sebuah pertanyaan, dan dengan tiba-tiba merubah topik pembicaraan.

Bagaimanapun, Koyuki dengan mudah melanjutkan dengan


ekspresi wajah serius.

“Tertulis dengan kanji cinta dan salju, Koyuki. terdengar seperti


nama gadis, bukan? Dan karena aku juga terlihat seperti perempuan,
semuanya selalu menggodaku dengan memanggilku ‘Yuki-chan’....”

“Tapi Natsuki akan memanggilmu ‘Koyuki-kun,’ bukan?”

Tanpa pikir panjang Yuu menambahkan, dan seolah menahan


kebahagiannya, Koyuki mengangguk “iya” sebagai respon.

‘Jadi begitu....’

Bagi Koyuki, Natsuki adalah orang yang memberinya alasan untuk


berubah.

Tidak hanya memberinya kepercayaan diri untuk berubah, tapi


juga kenyataan bahwa dia ingin berubah untuk Natsuki khususnya.

‘Jika begitu, apa tujuannya memprovokasiku seperti ini?’

Saat keraguannya bertambah, Yuu menatap kearah Koyuki lagi.


“Kau tahu, sepertinya kau benar-benar ingin membuat ini menjadi
sebuah pertandingan, tapi bagaimana kau melakukannya, hah?
Siapapun yang mendapatkan iya darinya adalah pemenang? Hah,
betapa bodohnya itu?”

Menjadi lebih dan lebih terpanasi untuk kedua kalinya, Yuu


meledakkan semuanya disana.

“Apa artinya dengan hanya pergi dan menembaknya? Natsuki


hanya dapat memilih satu dari kita, dan tidak mempunyai kesempatan
untuk memilih selain kita. Lalu apa? Menghibur satu sama lain setelah
ditolak?”

[124]
Dia menjadi lebih terpengaruh dari perkiraannya, dan setelah dia
menyelesaikan perkataannya, napasnya menjadi tak karuan.

Koyuki hanya diam, dan memandanginya terus.

Tak dapat membaca emosi yang ada dimatanya, Yuu hanya dapat
melanjutkan kata-kata kasarnya sendiri.

“Coba bayangkan jika kau berada di posisi Natsuki, jika teman


sekelas dan teman masa kecilnya menembaknya disaat yang
bersamaan, tidakkah kau pikir dia akan merasa tertekan untuk
menolak salah seorang dari mereka?”

“Setoguchi-kun, kau sedang berasumsi bahwa kau akan di tolak, ya


kan.”

Saat Koyuki akhirnya berbicara, sebuah senyum kecut muncul


diwajahnya.

‘Justru aku lah orang yang ingin tertawa disini.’

Dari cara dia mengatakannya, sepertinya Koyuki menyatakan


bahwa dia akan mendapatkan hasil yang berbeda. Apakah karena dia
benar-benar percaya diri dengan hasilnya, atau hanya mencoba
memprovokasinya, yang manapun, tak ada artinya.

‘Pada akhirnya, kau tak memahami bagain yang penting.’

Sambil merasakan dorongan aneh untuk berteriak, Yuu tertawa


sinis.

“Aku lebih suka mengakhirinya dengan menyebabkan sebuah


kesalahpahaman. Kau hanya ingin memaksakan perasaanmu kepada
Natsuki, kan? Tak peduli betapa kau menyukai seseorang, ada sesuatu
yang salah dengan memaksa mereka untuk menerima perasaanmu.”

“....Aku hanya menyukai Enomoto-san sabagaimana mestinya,


hanya itu. Meskipun dia tidak membalas perasaanku, aku hanya akan
tetap terus menyukainya.”

[125]
Dia tak dapat mengerti apapun.

Sebenarnya, Yuu ingin bertanya, “apa sebenarnya maksud dari


itu?” tapi Koyuki masih tersenyum dengan tenang.

Dia tetap menunggu untuk beberapa detik, tapi Koyuki tidak


menanggapai pertanyaannya sedikitpun.

‘Haruskah aku mengatakan kata-kata terakhir dan kemudian


pergi...?’

Kehilangan kesempatan untuk mengakhiri pembicaraan, dia


mendengar hp-nya bergetar dari dalam tasnya.

Karena sudah begitu larut, jadi kemungkinan besar adalah Hina.


Dia mungkin mengirim pesan padanya tentang apa yang harus dia buat
untuk makan malam.

‘Dia akan marah jika aku menjawab pesannya terlalu lama...


Skenario terburuknya, dia akan mulai menelfonku, juga.’

Ini adalah kesempatan terbaik untuk mengeluarkannya dari


situasi ini.

Koyuki sepertinya meyadari maksud Yuu, dan melihat padanya


seperti ingin berkata sesuatu.

“Oh, ayolah! Cepat katakan itu!”

Kehilangan kendali dengan suaranya, Koyuki mengatakan hal yang


mengejutkan.

“Aku sudah menunggumu untuk memberikan jawaban.”

“Menunggu, apa?”

Dia mengembalikan apa yang dia katakan sebelumnya.

Itu tak hanya berjalan terlalu cepat baginya untuk memahaminya;


sejujurnya dia kehilangan konsentrasi disini.

[126]
Mendadak dikuasai oleh lelah, Yuu mengeluarkan helaan napas.

‘Akan merepotkan jika aku tidak menyelesaikan ini sekarang....’

Dari awal, Koyuki mungkin ingin mengetahui bagaimana perasaan


Yuu yang sebenarnya.

“Tak peduli apa yang kau katakan. Aku tidak akan menembak
Natsuki.”

Koyuki terengah-engah, terkejut, dan kemudian membuat wajah


kalah.

Yuu merasa yakin melihat reaksi itu.

‘Jadi dia benar-benar berencana meyakinkanku untuk


menembaknya bersama...’

Tanpa menghiraukan untuk menayakan alasan utamanya, Yuu


langsung berbalik meninggalkannya.

“Sampai jumpa besok di sekolah.”

Memaksakan kata-kata itu keluar dari tenggorokannya, dia


meninggalkan tempat parkir.

Saat dia berjalan menjauh, dia tidak mendengar balasan apapun,


maupun suara yang memanggilnya dari belakang.

‘Dia berubah... atau lebih tepatnya, dia tidak merasa seperti dia
harus menyembunyikan maksudnya lagi, mungkin.’

‘Dan dengan ini, musim panas benar-benar berakhir sekarang....’

Wajah macam apa yang Koyuki buat saat dia meninggalkannya


disana?

Semua yang dapat dia lihat hanyalah sinar bulan di kegelapan


langit.

[127]
Setoguchi Hina

Ulang Tahun: 8 Agustus

Zodiak: Leo

Golongan Darah: A

Adik perempuan Yuu. Mengetahui perasaan Natsuki dan sepertinya


mendukungnya…?

Selalu ceria dan positif.

[128]
Latihan 6
“Ah, aku bisa melihat bulan.”

Di kelas yang kosong sepulang sekolah, Natsuki melihat keluar


jendela sambil mengistirahatkan dagu di tangannya.

Kalau dipikir-pikir, dia ingat guru bahasa jepang modernnya


memberi tahu mereka sesuatu seperti, “Musim panen tahun ini sangat
menakjubkan,” dan “Setelah Autumnal Equinox 10, lamanya siang dan
malam bertukar.”

Itu juga menjadi waktu untuk mengganti seragam musim panas


menjadi seragam musim dingin, bergantinya lengan pendek ke lengan
panjang saat udara menjadi lebih dingin.

‘Aku bercanda kalau aku satu-satunya yang belum mengganti


seragam, tapi itu bukanlah suatu gurauan...’

Berpaling dari jendela, dia menyalakan ponsel, yang dia letakkan


di atas meja.

Bukannya melihat pesan baru, dia melihat kalender untuk


kepentingan yang akan datang. Hasil dari kontes seni yang dia ikuti
pada akhir liburan musim panas sebentar lagi akan diumumkan.

“Aku menduga jika hasilnya akan sama seperti biasanya...”

Mengerut karena komentarnya sendiri, Natsuki menaruh


kepalanya di atas meja.

‘Akhir-akhir ini kepalaku terasa seperti berantakan...’

Setelah apa yang terjadi selama liburan musim panas, hubungan


antara Yuu dan Natsuki menjadi canggung.

10
Autumnal Equinox adalah saat matahari berada tepat di ekuator langit pada sekitar tanggal
23 September setiap tahunnya. (sumber:glosar.id)

[129]
Dia menangis bukan karena sesuatu terjadi antara dia dengan
Koyuki, tetapi karena sikap Yuu yang agresif.

Seperti yang dia duga, saat dia menyelesaikan kesalahpahaman


itu, Yuu melemparkan pertanyaan lain padanya.

“Lalu bagaimana dengan Ayase yang memelukmu? Apa maksud


dari itu semua?”

Saat dia menanyakan itu, Natsuki menjelajahi kembali ingatannya,


tapi tak dapat memikirkan jawaban yang tepat. Mungkin, satu-satunya
cara untuk mencari tahu adalah bertanya kepada Koyuki sendiri,
anggota lain yang terlibat dalam masalah ini.

‘Aku hanya mengatakan kebenarannya... Walaupun aku tidak


menyebutkan Koyuki secara langsung, tentunya.’

Bagaimanapun, Yuu belum puas dengan jawaban seperti itu, dan


sejak saat itu, dia bertingkah dingin.

‘Aku tak mungkin bisa menyatakan perasaanku padanya jika


keadaannya seperti ini...’

Memandang ke atas, lalu matanya tertuju pada bangku Yuu.

Memastikan tidak ada orang lain selain dirinya di kelas, Natsuki


perlahan berdiri.

“....Dia menggunakan mejanya untuk membuat catatan, yaa?”

Menelusuri tulisan tangan yang dikenalinya dengan tangannya, dia


mengeluarkan tawa kecil.

Meskipun itu adalah meja dan kursi yang sama persis dengan yang
lainnya, ada beberapa hal di sana sini yang menggambarkan kalau itu
adalah bangku Yuu.

“Kurasa tak apa untuk sebentar saja...”

[130]
Berpura-pura tidak menyadari detak jantungnya yang semakin
cepat, dia perlahan menarik kursi Yuu.

Berjanji pada dirinya sendiri bahwa hanya untuk sebentar, dia


duduk di kursi Yuu.

“Wah, aku merasa seperti melakukan hal yang mesum disini...”

“Natsuki? Apa yang kau lakukan?”

Sebuah suara memanggilnya dari kejauhan, dan dengan teriakan


terkejut, Natsuki melompat dari tempat duduknya.

Yang berdiri di depan pintu adalah, sangat beruntung, bukanlah si


pemilik bangku.

“H-Haruki? Hai? Apa kau melupakan sesuatu? Tunggu, ini bahkan


bukan kelasmu.”

“Wow, kerja bagus sudah menyampaikan kalimat yang


menyakitkan.”

Haruki menyeringai, dan memberikan pujian kecil..

Entah dia sadar atau tidak akan betapa malunya dia, caranya
bereaksi sama seperti biasanya.

‘Tenang saja. Mungkin dia tidak sadar bahwa ini adalah bangku
Yuu...’

“Jadi Natsuki, apa yang sedang kau lakukan di bangku Yuu?”

Saat dia terang-terangan memanggilnya, wajah Natsuki menjadi


sangat merah.

Melambaikan tangannya dengan tidak karuan, dia tergagap,


“Bukan, um, ini bukanlah...”

Haruki hanya diam, berdengung tidak tertarik, dan dengan


mantap datang mendekat.

[131]
“Yaa, aku hanya datang untuk mengambil sesuatu yang dia pinjam
dariku. Permisi.”

Mengulurkan tangannya ke dalam bangku Yuu, dia menarik


sebuah kaus yang tebal. Kaus itu dipenuhi dengan catatan kecil, dan
sampulnya menunjukkan bahwa kaus itu sangat sering digunakan.

“....Sebuah kaus bahasa inggris?”

“Hmm, iya. Kami mendapat tugas tambahan.”

“Aah! Benar, Haruki, kau selalu kesulitan dengan bahasa inggris,


yaa?”

“Berisik. Kuberitahu ya, aku pasti akan benar-benar lancar suatu


hari nanti.”

Natsuki mengeluarkan helaan napas pada balasan candaannya.

Tapi tiba-tiba setelahnya, Haruki menanyakan pertanyaan lain


padanya.

“Lalu bagaimana denganmu? Latihan pengakuan itu... Masih belum


siap untuk yang sesungguhnya?”

“....Y-yaa.... soal itu....”

Orang pertama yang menyarankannya melakukan latihan


pengakuan tak lain adalah Haruki.

Bahkan setelah rencana pengakuannya kepada Yuu yang berakhir


menjadi sebuah latihan juga, Haruki masih sering memberinya saran
beberapa kali sambil berkata, “aku tidak akan membantumu latihan,
tetapi paling tidak aku akan mendengar keluhanmu.”

Dia telah memberinya banyak saran dari sudut pandang sebagai


seorang pria.

‘Tapi aku tidak bisa memberitahunya tentang betapa buruknya


hubungan kami setelah apa yang terjadi di taman.’

[132]
Dia hanya memberi tahu Haruki kalau mereka berhenti
melakukan latihan pengakuan karena dia sedang sibuk dengan batas
waktu kontes, tapi sekarang dia yang hanya tinggal menunggu hasil
kontes diumumkan, dia tak bisa terus menggunakan alasan itu lagi.

Saat Natsuki berdiri disana tak bisa menjawab, Haruki


mengangkat bahu dengan malas.

“....Maaf sudah mengecewakanmu.”

“Nah, jangan khawatir. Itu hanya berarti kalau kau punya rencana
sendiri, kan? Aku mendukungmu, jadi cepatlah dan tembaklah bagai
hidupmu dipertaruhkan untuk ini! Yaa, mungkin seharusnya aku tidak
membuatnya terdengar seperti lelucon.”

“Haruki, itu tidak lucu.”

Walaupun dia sedang serius, Haruki tertawa dengan sangat keras.

“.... bercanda. Aku seharusnya tidak mengejek orang lain saat aku
sendiri tidak bisa lebih baik.”

Haruki duduk di kursi Yuu dan melihat ke arahnya.

Natsuki berkedip, terkejut saat melihat teman masa kecilnya


tersenyum dengan mengejek dirinya sendiri.

“Tunggu, aku tidak tahu kalau kau juga menyukai seseorang!”

“Tentu saja. Ada yang salah dengan itu?”

“Tentu saja tidak! Aku juga mendukungmu!”

“Yaa cepat juga responmu.”

Haruki meledeknya, tapi dengan cepat kembali menjadi dirinya


yang biasa.

‘Jadi begitu. Haruki juga menyukai seseorang...’

[133]
Dia berharap bahwa Miou adalah orang yang dia sukai, tapi dia
ragu untuk menanyakannya sendiri.

Bukannya menanyakan siapa yang dia sukai, dia justru bertanya


tentang hal yang dia ingin tahu.

“Lalu, kenapa kau masih belum menembaknya?”

“....Aku ingin fokus untuk menyelesaikan film dulu.”

Menggunakan insting teman masa kecil-nya, dia tahu kalau Haruki


berbohong.

Meski begitu, itu lebih terasa seperti dia tidak menceritakan yang
sebenarnya.

‘Lagipula aku tidak bisa memaksanya mengatakan sesuatu yang


tidak ingin dia katakan.’

Seperti yang baru saja dilakukan Haruki, Natsuki membuat suara


dengung tanda dia mengerti.

“Kalau begitu, kenapa tidak coba saja latihan pengakuan?”

“....Apa?”

Haruki melebarkan matanya, seolah dia baru saja menanyakan


sesuatu yang kasar.

Menduga dari reaksinya, Natsuki menyadari Haruki mungkin


salahpaham akan sesuatu, dan dengan cepat menjelaskannya dengan
lebih jelas.

“Maksudku bukan dengan gadis yang kau sukai, tapi....”

“Oh, maksudnya denganmu?”

Seperti biasa, Haruki sangat baik dalam memahami sesuatu, dan


saat dia membantunya menyelesaikan pemikirannya, Natsuki
mengangguk.

[134]
“Iyaa! Saat aku mencoba benar-benar menyatakannya, walau
berakhir hanya sebagai latihan, aku sangat gugup. Dan setelah aku
memberitahunya kalau aku menyukainya...”

Jantungnya mulai berdetak kencang saat kenangan pada waktu itu


muncul.

Natsuki meletakkan tangannya di atas kancing bajunya, tepat di


atas jantungnya, dan tersenyum pada Haruki.

“Aku bermaksud menyatakannya lagi, lain kali.”

“...Benarkah? Baguslah.”

Haruki menunjukkan senyuman lembut.

Itu adalah senyum yang ramah, seolah dia sedang memikirkan


seseorang, juga.

‘Aku tidak mengira dia bisa menunjukan wajah seperti itu


sebelumnya... Aku harap semua berjalan lancar untuknya.’

Tak peduli siapa yang dia sukai, Natsuki berjanji pada dirinya
sendiri bahwa dia akan mendukungnya.

Tentu saja, dia juga mendukung Miou, tapi ini adalah masalah yang
berbeda, dia hanya benar-benar ingin perasaan Haruki tersampaikan,
tak peduli siapa yang akan menerimanya.

Haruki, yang telah memutuskan untuk melakukan latihan


pengakuan, mulai berlatih dalam tenang pada dirinya sendiri.

Dia menggumamkan pada dirinya berkali-kali, mencoba


memikirkan kata yang tepat untuk pengakuan.

‘Kurasa aku akan menunggu di teras agar tidak merusak


konsentrasinya.’

[135]
Saat Natsuki mulai berjalan menuju jendela yang ada di sisi
belakang ruangan, dia dipanggil untuk berhenti dengan nada yang
serius.

“Maaf membuatmu menuggu. Aku sudah siap sekarang, jadi


kapanpun kau bersedia.”

“Ah, baik...”

Haruki terlihat lebih gugup daripada yang pernah dia lihat


sebelumnya.

Menatapnya, jantung Natsuki mulai berdetak kencang, juga.

‘Walaupun aku tahu ini hanya untuk latihan, ini membuatku gugup,
juga...’

Perlahan tapi pasti, Haruki memperkecil jarak di antara mereka.

Tanpa sadar Natsuki melihat kebawah, dan menatap sepatunya


saat dia mendekat.

“….Hey—”

Getaran suaranya bergema dia gendang telinganya.

Dia akhirnya membuat dirinya mengangkat kepalanya, dan


melihat wajahnya yang sangat merah melebihi cahaya sore di luar.

“Kau mungkin salahpaham akan sesuatu, tapi dia bukanlah orang


yang aku sukai...”

Haruki mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan.

“Aku menyukaimu!”

Tak lama, mereka mendengar suara nyaring, dan pintu tersentak.

Terkejut, Natsuki dan Haruki berbalik, tapi mereka tidak melihat


seorang pun disana.

[136]
“....Kurasa itu hanyalah angin.”

“Mungkin.”

Jantungnya berdetak semakin kencang karena terkejut dengan


suara tiba-tiba.

Dia dengan gugup meletakkan tangannya di atas dadanya, dan


melihat Haruki yang sedang melakukan hal yang sama di depannya.

Saling melihat satu sama lain, mereka tertawa terbahak-bahak.

“Sial, aku tak pernah mengira pengakuan akan begitu merusak


jantung.”

“Ah , kalau dipikir-pikir, Haruki, apakah ini pengakuan


pertamamu?”

“Iya, biasanya aku lah orang yang menjadi sasaran pengakuan.”

“Apa? Yaa jika kau bilang begitu maka~”

Haruki tertawa pada balasan Natsuki.

Natsuki juga mulai tertawa, dan kegelisahan mereka kini benar-


benar menghilang.

‘....Haruki terlihat sedikit berbeda sekarang.’

Entah bagaimana, sesuatu di dalam dirinya mungkin sudah


berubah.

Aku juga yakin kalau aku sudah berubah, pikir Natsuki pada
dirinya sendiri.

‘Aku juga harus menemukan kepercayaan diri...’

Mengepalkan tangannya, dia membuat sebuah pernyataan dengan


keras.

[137]
“Jika aku memenangkan hadiah dalam kontes, kali ini aku akan
menyatakannya kepada Yuu untuk yang sebenarnya.”

Haruki mengangkat alisnya pada tekad Natsuki.

Dia melihat ke arahnya dengan heran, tapi akhirnya, dia tak


mengatakan apapun sebagai respon.

Kalau dipikir lagi, teman masa kecilnya, yang selalu tanggap, pasti
sudah tahu bagaimana keadaan akan berubah setelah ini.

Baik itu untuk Natsuki, maupun dirinya sendiri.

♥♥♥♥♥

Pintu ruang klub yang tidak terpasang dengan benar dibuka lebar
dengan kekuatan yang lebih keras dari sebelumnya.

Terkejut, Yuu melihat ke arah Souta yang napasnya terengah-


engah.

Wajahnya sangat merah, seolah dia baru saja berlari sepanjang


perjalanan kemari.

“Cepat sekali. Tunggu, Haruki tidak bersamamu?”

Sepuluh menit yang lalu, Souta pergi untuk mencari Haruki, yang
masih belum kembali dari mesin penjual otomatis.

Sangat melelahkan, dan sangat luas juga, untuk pergi berkeliaran


tanpa tujuan mencari seseorang, jadi itulah mengapa Yuu mengira dia
tidak akan kembali untuk sementara waktu. Bagaimanapun, hari ini dia
kembali sedikit lebih cepat dari biasanya.

“B-Baiklah, aku harus memberitahumu sesuatu, jadi tenangkan


dirimu, yaa?”

Dengan betapa paniknya dia, Yuu ingin memberitahu Souta,


“Pertama, kau yang harus tenang,” tapi dia hanya mengangguk.

[138]
Saat Souta mencoba untuk menenangkan napasnya, dia menatap
pada lantai sambil menggoyangkan tangan.

“B-Baru saja, di ruang kelas... Aku melihat Haruki! Menembak


Natsuki...”

Untuk sesaat, Yuu lupa untuk bernapas.

Jantungnya berdetak dengan keras karena kekurangan oksigen


yang tiba-tiba.

‘Apa ini...?’

Dia mengkhianatiku. Tidak mungkin. Apa yang dia pikirkan?

Semua kata-kata yang terlintas pikirannya dipenuhi oleh amarah.

Bagaimanapun, sebuah suara didalam kepalanya tiba-tiba berseru,


“Bukankah Haruki bebas untuk melakukan apa yang dia inginkan?”

Kata siapa dia tidak boleh menembak Natsuki?

Tak bisa menjawab pertanyaan ini, semua yang tersisa pada


akhirnya adalah kekecewaan pada dirinya sendiri.

‘Seperti yang kukira, mustahil bagiku untuk menjaga Natsuki.’

Janji yang dia buat dengan Koyuki telah hancur berkeping-keping.


Tak ada keraguan untuk dorongan mendadak yang ingin mendapatkan
jawaban dari Haruki.

‘Lalu, apa yang harus kulakukan...?’

Akhirnya menyerah dengan kebingungannya, Yuu mengacak-acak


rambutnya dengan frustasi.

Kembali ke kenyataan karena rasa sakit, dia mendecakkan lidah


dengan umpatan dan amarah yang terpendam oleh napasnya.

“Sialan...”

[139]
“....Kau tahu, Yuu, kau itu pandai dalam segala hal tapi tak ada yang
bisa kau kuasai.”

Souta, yang napasnya kini kembali normal, dengan santai


menggumamkan ini.

Ragu-ragu dengan apa yang dia maksud dengan pernyataan ini,


Yuu hanya bisa menjawab samar dengan, “Heeh?”

Souta mengangkat bahunya, dan berbicara dengan nada mengejek.

“Merasa jengkel, mendecakkan lidahmu, menarik-narik


rambutmu, lalu kau hanya akan menyerah? Kenapa tidak kau luapkan
saja bagaimana perasaanmu? Seperti, ‘Kau main-main denganku!’ atau
yang lain. Apa kau takut untuk menunjukkan emosimu?”

Kata-kata yang dia katakan lebih tajam dan terus terang dari yang
pernah dia dengar dari Souta.

Rasa sakit yang tajam menusuk tepat pada hatinya. Lebih dari
frustasi yang sebelumnya, perih yang dia rasakan sekarang
membuatnya ingin berteriak.

Tapi meski begitu, Yuu menahan dorongan itu.

Dia menggigit lidahnya, dan menatap balik ke arah Souta.

“....bahkan jika kulakukan, itu tak akan merubah apa yang sudah
terjadi.”

“Mungkin kau benar, tapi apa yang akan terjadi dengan


perasaanmu yang tak punya tempat untuk pergi?”

“Entahlah? Mungkin hanya akan menghilang dengan perlahan.”

Souta jelas-jelas tidak mempercayai jawaban acuh Yuu.

“Tidak akan hilang. Perasaan itu hanya akan menumpuk jauh di


dalam hatimu. Akan sangat kasihan jika perasaan itu diabaikan oleh
pemiliknya sendiri.”

[140]
Kali ini, jantungnya benar-benar terasa seperti berhenti berdetak.
Tertusuk oleh kata-kata Souta, napas pelannya menjadi bisikan redam.

“...Lalu, apa yang harus kulakukan...”

Saat dia menggumamkan kata-kata itu, suaranya bergetar seperti


sedang menangis, membuat hatinya berteriak lagi.

Tak dapat mengangkat wajahnya, Yuu merosot dengan lemas.

‘Aku sangat menyedihkan...’

Tanpa mengetahui apa pandangan orang lain terhadap dirinya, dia


mendengar langkah kaki mendekat.

Dia menyandarkan tubuhnya, tapi souta tetap diam.

Akhirnya, dia mendengar suara kertas yang tersebar di atas meja


panjang dikumpulkan.

“Jika itu aku, aku akan menulis apa yang sedang aku rasakan ke
dalam skenario.”

“....Hah?”

Terkejut karena kata-kata yang datang dari arah yang tidak dia
duga, Yuu melihat ke arahnya.

Souta tertawa santai, dan kemudian mulai menulis di atas kertas


dengan pensil mekanik.

Dia sepertinya menuliskan apa yang terpikirkan olehnya,


tangannya bergerak cepat di atas kertas dengan tegas, pergerakan
yang cepat. Kini dia berhenti dan kemudian menggarisbawahi sesuatu,
dan menambahkan kata-kata disana-sini.

Memandangi karyanya untuk sesaat, Souta tiba-tiba berbicara


seakan sedang mengingat sesuatu.

[141]
“Mulai sekarang, aku hanya akan berbicara dengan diriku sendiri,
jadi abaikan aku,”

Katanya, dan tanpa menunggu jawaban dari Yuu, dia mulai


berbicara dengan acuh tak acuh.

“Aku berharap bisa masuk universitas lewat rekomendasi sekolah.


Itulah mengapa aku mengambil banyak waktu untuk bimbingan
konseling, Handa-sensei.... Dan aku dengar Beliau mengatakan bahwa
Haruki mungkin akan bersekolah di universitas di Amerika.”

“Apa?”

Yuu mengatakannya dengan tiba-tiba dengan nada terganggu.

Bagaimanapun, Souta hanya melanjutkan “berbicara dengan diri


sendiri” -nya tanpa melihat ke arahnya.

“Selain untuk klub, aku dengar kalau Haruki membuat film pendek
yang lain sendiri. Ternyata, dia mengikutkannya ke dalam kompetisi,
dan dibuat sangat baik. Dia mendapat hadiah penghargaan berupa
uang dan juga beasiswa pertukaran pelajar....”

Setelah itu Souta tiba-tiba terdiam, seolah-olah dia kehilangan


keinginan untuk berbicara lagi.

Tapi meski begitu, dia tidak berhenti menulis, dan Yuu sadar
bahwa dirinya hanya melihat dengan takjub.

“....Sedangkan aku, aku masih belum menemukan hal yang


membuatku bergairah.”

Apakah yang dia maksud Haruki, atau Souta?

Saat itu dia tidak sepenuhnya tahu, tapi mungkin keduanya.

Dia selalu membenci dirinya karena tidak spesial, dan memenuhi


dirinya dengan kegelisahan.

[142]
Apakah dia mengetahuinya atau tidak, Souta segera berbicara
setelahnya.

“Lagi-lagi kau... Mengatakan hal seperti itu dan membuat dirimu


terpuruk.”

“Tidak, tapi kenyataannya...”

Tangan Souta tiba-tiba berhenti bergerak, dan dia melihat tepat ke


arah Yuu.

“Ini karena kau yang memberiku dorongan dari belakang jadi aku
bisa menulis skenario seperti sekarang ini.”

Walaupun dia mengatakan ini, Yuu tidak bereaksi.

Menyadari tatapannya yang tidak jelas, lalu Souta


menggembungkan pipinya dan bertanya “Kau tidak ingat?”

“Aku tidak memiliki bakat alami seperti yang Haruki miliki, dan
aku tidak baik dalam menyusun jadwal seperti yang kau lakukan,
ataupun mengatur banyak orang untuk bekerja bersama.... Hal yang
dapat aku lakukan hanya menjadi pesuruh.”

Napas Yuu tersentak saat dia mendengar Souta berbicara seakan


sedang membaca ulang skenario.

“Tidakkah kau juga mengatakan hal yang sama tahun lalu...?”

Wajah Souta menjadi cerah saat itu, tapi kemudian surut tak lama
setelahnya. Dia mengangkat bahunya dan mengeluh dengan jengkel

“Kau sangat lamban~ Jika begini terus, kau mungkin tidak pernah
mengingat hal yang kau katakan sendiri.”

Saat Souta memandang ke arahnya, Yuu menjawabnya dengan


senyuman kecil.

“Apa yang kau katakan? Kau mempunyai bakat dalam menulis


skenario, Mochita.”

[143]
meskipun dia hanya mengatakan kalimat yang sama seperti
sebelumnya, dia merasakan kehangatan di dalam hatinya.

Saat dia menatap kembali ke arah Souta, kali ini, dia menunjukkan
senyuman lebar di wajahnya.

“Aku sepenuhnya hanya seorang manusia normal, yang tidak


mempunyai hal spesial apapun. Tapi bahkan untuk orang sepertiku,
pasti mempunyai sedikit bakat, jadi aku yakin kalau itu juga berlaku
untukmu, Yuu.”

“...Aku akan mencoba menemukannya.”

Meski dia tidak bisa segera menemukan jawabannya, dia tak akan
putus asa seperti ini lagi.

Dan bahkan jika Haruki segera kembali, dia tidak akan bertingkah
memalukan dan meluapkan amarahnya.

‘Mochita mencoba membantuku memahaminya secara tidak


langsung...’

Itu karena dia tidak memiliki kepercayaan pada diri sendiri untuk
mengendalikan emosinya, atau bertemu Haruki secara langsung.

Jika dia harus mengakuinya, kompleks inferioritas11 yang dia


andalkan sejak lama, cukup aneh, kini terasa seperti bukan masalah
besar lagi. Mungkin seperti takut pada hantu yang bahkan tidak dapat
kau lihat.

Di sisi lain, sepertinya dia mencoba untuk tidak melihatnya dari


awal.

Sekali dia menyadarinya, dia tak dapat mengabaikannya lebih


lama lagi.

‘Alasan sebenarnya aku tak bisa menembak Natsuki mungkin...


adalah...’
11
Kompleks inferioritas adalah kurangnya harga diri, keraguan dan ketidakpastian tentang diri
sendiri, dan perasaan tidak mengukur standar

[144]
Hubungan mereka sebagai teman masa kecil yang tidak pernah
berubah.

Ikatan abadi mereka, akankah juga tetap tidak berubah dari


sekarang?

Tidak butuh waktu lama sebelum dia harus mengambil keputusan


itu.

[145]
Aida Miou

Ulang Tahun : 3 Maret

Zodiak : Pisces

Golongan Darah : A

Teman dekat Natsuki. Anggota Klub Seni. Dapat dipercaya, serta


pekerja keras. Tampaknya rukun dengan Haruki.

[146]
Latihan 7
Jalan dari sekolah ke stasiun memiliki jumlah jalur pendakian
yang tepat untuk maraton.

Tapi kecuali untuk kelas olahraga atau mereka terlambat ke


sekolah, tak ada yang mau berlari kesana.

Sebenarnya, itu adalah kali pertama Natsuki berlari dengan


kecepatan penuh karena suatu alasan selain yang disebutkan di atas.

‘T-Tidak ada... yang mengikutiku... kan?’

Dia menoleh ke belakang ragu-ragu, tapi dia tak bisa melihat


siapapun.

Luapan siswa yang meninggalkan sekolah telah tiada, jadi tak ada
siapapun di depannya.

Dia hanya bisa bersantai sesaat sebelum kejutan mendadak berlari


melalui lututnya.

“W-Woah....!”

Kakinya kacau, dan Natsuki terpaksa berhenti mendadak.

Momentumnya membuat salah satu sepatunya lepas, akan tetapi


tanpa kekuatan maupun stamina yang tersisa untuk memakai kembali
ke sepatunya, dia hanya berjalan kembali ke sana, membiarkan kaus
kaki di kakinya menyentuh tanah.

“...U-Untung tak ada yang melihat itu....”

Jujur saja, itu terlalu malang.

Sambil menderita sedikit hantaman pada jiwanya, dia berhasil


mengambil kembali sepatunya.

“Aww, sepertinya aku harus mencuci bagian dalam begitu aku


pulang...”

[147]
Apakah sepatu bahkan bisa dicuci? Hanya memikirkan waktu dan
upaya yang diperlukan untuk mengetahui hal itu membuatnya pusing.

Tetap saja, dia tak bisa pulang hanya dengan sepatu kirinya.

Saat dia membungkuk untuk menempatkan sepatunya kembali,


keringat menetes dari dahi dan ke matanya.

Dia mencoba mengelapnya dengan lengan kardigannya, akan


tetapi dahinya masih berkeringat. Bajunya juga basah karena keringat,
dan menempel di punggungnya dengan tidak nyaman.

“Ugh, satu demi satu...”

Saat dia mengeluarkan handuk dari tasnya, dia menengadah pada


langit musim gugur terang dengan desahan.

“...Langitnya sangat tinggi...”

Udara di musim gugur berbeda dari musim panas, dan paru-


parunya terasa menyengat ketika dia menghirupnya.

Segera, bagian belakang hidungnya mulai tergelitik juga, dan


dengan cepat menepuk pipinya dengan kedua tangan.

‘Kalau itu sangat membuat frustrasi sampai kau ingin menangis,


seharusnya kau mencoba lebih keras...’

Dia menggigit bibirnya, dan memarahi dirinya sendiri.

Sepertinya dia tidak bisa mengatakan, “Tak ada gunanya


menangisi susu yang tumpah,” hari ini.

Dia ingat apa yang terjadi di ruang kelas sebelumnya.

Saat dia memasuki ruang seni, penasihat mereka, Matsukawa-


sensei, tersenyum lebar di wajahnya.

Saat dia mulai bertanya-tanya alasannya, suara ceria Matsukawa-


sensei terdengar melalui ruangan.

[148]
“Hayasaka-san, Aida-san, selamat!”

Dia bahkan tak perlu mendengar sisanya untuk mengetahui


bahwa itu adalah untuk mengumumkan bahwa keduanya telah
memenangkan hadiah dalam kontes. entri Akari telah dipilih sebagai
Hadiah Utama, dan entri Miou telah diberi Sebutan Terhormat.

Pemberitahuan tertulis dengan hasil kontes digantung, dan


setengah tanpa sadar, Natsuki mengamati namanya.

Ketika dia mencoba mencari kedua kalinya, dia menyadari betapa


buruknya olahraga dia, dan tertawa dengan terpaksa.

‘Berapa kali pun aku memeriksa, namaku takkan ada di sana...’

Dia merasakan sedikit rasa sakit di bibir bawahnya.

Dia menggigit tanpa sadar, dan rasa besi samar menyebar melalui
mulutnya.

‘Huh? Kenapa aku bersikap seperti ini? Bukankah seharusnya aku


sudah terbiasa dengan ini...? ‘

Terkejut dengan reaksinya sendiri, Natsuki melangkah mundur


dari lingkaran orang-orang yang mengelilingi pemberitahuan tersebut.

Dia tak menyangka bahwa akan kecewa seperti ini. Ini bukan kali
pertamanya ditolak, dan dia tak pernah mendapatkan hadiah
sebelumnya.

“Senpai, selamat. Aku tahu kau akan terpilih!”

“Sepertinya kau bisa mempertahankan kemenanganmu~”

“Kalau dipikir-pikir, bukankah dulu juga pernah Ketua dan Wakil


Ketua mengambil tempat pertama dan kedua bersama-sama?”

Dia bisa mendengar suara-suara dari adik kelas yang memberi


selamat pada Akari dan Miou yang jauh.

[149]
Natsuki berpikir untuk bergabung dengan mereka, akan tetapi dia
menyadari bahwa ekspresi wajahnya tampak membeku.

Ekspresinya terkulai, dan dia tak bisa mengangkat sudut


mulutnya. Jika dia mencoba mengucapkan selamat kepada keduanya
seperti ini, itu hanya akan membuat mereka cemas.

‘Aku harus keluar dari sini.... Seharusnya aku pulang saja hari ini.’

Natsuki mengambil keputusan dengan cepat, mengambil tasnya,


dan langsung menuju pintu.

Namun, mereka pasti mendengar langkah kakinya, karena Akari


dan Miou segera memanggilnya.

“Nacchan? Kemana kau pergi?”

Akari terdengar terkejut. Sebisa mungkin, Natsuki menjawab


dengan cara yang membuatnya terdengar seperti sedang terburu-buru.

“Janji dokter gigi! Aku lupa bahwa itu dipindahkan ke tanggal yang
lebih awal.”

Akari dan Miou sepertinya masih ingin mengatakan sesuatu, tapi


Natsuki pura-pura tidak menyadari dan berteriak kembali,

“Maaf, aku harus pergi!”

Untuk saat ini, Natsuki hanya ingin pergi dari sana, dan fokus pada
berlari secepat yang dia bisa.

Dia tahu bahwa tidak ada yang mengikutinya, akan tetapi dia takut
untuk menatap ke tempat lain selain ke bawah.

‘...Apa yang ingin kulakukan?’

Jika dia mendapatkan hadiah dalam kontes, dia akan menembak


Yuu.

[150]
Itulah yang dia nyatakan di depan Haruki, tapi itu tidak seperti
doa penuh pengharapan atau apapun.

Dia hanya ingin keberanian untuk menembaknya. Jika dia hanya


mendapatkan sedikit dorongan percaya diri, alih-alih merasa rendah
hati, dia berpikir bahwa dia akan bisa mengatakan perasaannya
dengan bangga pada Yuu.

‘Tapi itu takkan terjadi lagi...’

“Nacchan!”

Saat matanya mulai terbakar dengan air mata yang mendekat, dia
mendengar seseorang memanggil namanya dari belakang.

Dia berpikir untuk berlari lagi, pura-pura tidak mendengarnya,


tapi dia tak bisa bergerak. Seolah-olah kakinya telah dijahit ke tanah.

“Aku sangat senang... aku mengejarmu... kurasa aku akan pulang


bersamamu.”

Walaupun dia terengah-engah, suara Akari terdengar ceria.

‘Kenapa…? Kenapa kau tidak membiarkan aku sendirian?’

Natsuki menahan dorongan untuk berteriak dengan putus asa, dan


sebagai gantinya, menjawab seperti biasanya.

“...Kau saja? Di mana Miou?”

“Serizawa-kun datang mencari gadis itu, dan gadis itu pergi untuk
membantu Klub Film.”

“Aku mengerti….”

“Ya.”

Itu hanya satu kata, tapi dia merasa suara Akari tiba-tiba
kehilangan keceriaannya.

[151]
Tepat ketika dia mulai bertanya-tanya alasannya, rambut hitam
berkilau melayang ke dalam penglihatannya. Rambut panjang Akari
berkibar saat dia datang untuk berdiri di depan Natsuki.

Saat Natsuki menatap kosong pada sosoknya yang indah, mata


Akari yang besar dan gelap terfokus padanya.

“Nacchan, kapan kau menembak Setoguchi-kun?”

Pada awalnya, dia tak bisa memahami apa yang baru saja dia
dengar.

Ketika Akari melihat Natsuki menganga dengan mulutnya terbuka,


dia memiringkan kepalanya.

“Hm? Apa kau mulai pacaran dengan Ayase-kun?”

Kali ini, rahangnya ternganga pada pertanyaan yang tak terduga.

Kemarahan berangsur-angsur mulai menumpuk, dan rasanya dia


akan meledak dengan emosinya saat itu juga.

“...Akari, kenapa kau menanyakan sesuatu seperti itu? Apa


hubungannya itu?”

Natsuki menahan dorongan untuk berteriak, dan berbicara


setenang mungkin.

Setelah semua saran yang diberikan Akari sampai saat itu, ini
benar-benar hal yang mengerikan untuk dikatakannya, pikirnya. Walau
begitu, ada bagian dari dirinya yang tak mau mengakuinya.

Akari menunduk dengan sedih, dan berbicara dengan nada


murung yang tak pernah dia gunakan.

“Aku benar-benar tidak mengerti kau, Nacchan... Kau suka


Setoguchi-kun, meskipun kau bilang akan menembaknya secara asli
daripada melakukan lebih banyak latihan, bukankah kau berkencan
dengan Ayase-kun?”

[152]
Natsuki melewati batasnya terlalu cepat, dan dia berteriak
kembali secara refleks.

“Aku sudah bilang sebelumnya, itu bukan kencan!”

“Miou-chan memberi tahuku bahwa Ayase-kun mungkin


menginginkannya sebagai teman kencan.”

“Wha….?!”

Ketika dia tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan bahwa dia telah


memalingkan wajah, pandangannya memerah.

Ketika Miou menatap ke sini, mata keringnya mulai kabur lagi.

‘Ayo, terus bersama! Kau akan membuatnya berpikir bahwa kau


menangis karena dia menebak dengan benar. ‘

Semakin keras dia mencoba mengendalikan saluran air matanya,


semakin sulit jadinya, jadi sebagai jalan terakhir, dia memalingkan
wajahnya dari Akari.

“...Aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Sejujurnya, Koyuki-kun


tidak mengatakan apa-apa….”

“Nacchan, itu tidak adil! Apa kau akan berpura-pura kau tidak
peduli dengan Serizawa-kun juga?”

Suara bergetar Akari menyela Natsuki saat dia terdengar akan


membuat lebih banyak alasan.

‘Tidak mungkin, Akari... menangis...?’

Dia tampak kebingungan, dan melihat ekspresi yang tak pernah


dilihatnya di wajah temannya sebelum ini.

Akari selalu tersenyum; dia tak ingat kapan dia pernah melihat dia
marah atau menangis.

[153]
Gadis-gadis lain mencemoohnya, memanggilnya terlalu optimis,
akan tetapi Natsuki dan Miou lebih tahu. Itu karena Akari terlalu baik
sehingga dia tersenyum sepanjang waktu, karena dia tak pernah ingin
mengganggu siapapun atau membuat mereka sedih.

‘Betul. Akari orang yang macam itu...’

Ada saat ketika Natsuki juga memikirkannya sama seperti gadis-


gadis lain. Dia bahkan berpikir bahwa dia selalu tersenyum karena dia
berusaha mendapatkan poin dengan orang-orang.

Tapi saat dia harus mengenalnya, dia menyadari bahwa itu hanya
karena Akari adalah orang yang baik.

‘Ada saat-saat dia bertindak berlebihan seperti orang bego, tapi


kurasa itulah betapa jujurnya dia sebenarnya.’

Sekarang pun, Akari memberikan argumen yang adil dan sehat.

Dia mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini karena dia merasa ada


sesuatu yang salah, dan dia ingin mengerti.

‘...Aku harus menghadapinya.’

Natsuki mengepalkan tinjunya, dan mulai berbicara dengan Akari,


yang matanya merah karena menangis.

“Aku akan mengakui bahwa aku bertindak tidak adil mengenai


beberapa hal, tapi apa maksudmu tentang Haruki...?”

Akari mengendus dan bergumam,

“Natsuki-chan, kau adalah satu-satunya yang dia bilang dia suka.”

“...Eh?”

Ketika dia mendengarkan itu, kepalanya berguncang, seperti dia


baru saja dipukul.

‘Mungkinkah itu... Akari mendengar latihan pengakuan Haruki...?’

[154]
Tepat ketika dia akan menjernihkannya sebagai kesalahpahaman,
dia berhenti.

Dia tak tahu bagaimana membuktikan bahwa itu adalah latihan


pengakuan. Sebagai orang yang Haruki telah latih, yang bisa dia
lakukan hanyalah mencoba meyakinkan Akari, pihak ketiga dalam hal
ini.

‘Aku ingin tahu apakah dia akan percaya padaku jika aku
menjelaskannya dengan jujur.’

“Dengar, Akari...”

Dia pasti berpikir bahwa Natsuki hendak mengatakan semacam


alasan, dan menggelengkan kepalanya untuk membungkamnya.

“Nacchan, jujur saja dan katakan yang sebenarnya. Karena pada


akhirnya, dia tidak pernah mengatakan dia menyukai gambarku, atau
Miou-chan, kau tahu?”

“.....Huh?”

Menyadari bahwa dia terdengar seperti orang idot yang


mengatakan itu dan tidak lebih, Natsuki segera menutup mulutnya.

Akari mengerutkan alisnya dengan cemberut, lalu


mengungkapkan pikirannya dengan sungguh-sungguh.

“Saat aku menggambar gambar untuk digunakan di film, aku


memikirkan banyak hal. Aku penasaran, apa itu cinta? Perasaan
macam apa itu? Lalu, aku menyadari bahwa, bagiku, itu sama seperti
ketika aku menggambar, atau aku sedang melihat gambar yang
kusuka.”

‘Lalu, dengan kata lain, itu berarti...’

Meskipun kepalanya tengah berenang dalam kebingungan,


Natsuki berusaha keras untuk berpikir, dan segera sampai pada satu
kesimpulan.

[155]
“Dari sudut pandangku, karena Haruki mengatakan bahwa dia
menyukai gambarku, kau berpikir bahwa...”

“Dia menyukaimu, kan?”

“J-Jadi begitu...”

Tiba-tiba merasa pusing, Natsuki berjongkok dengan lemah.

“Hm? Adakah sesuatu yang lain?”

Saat Akari membungkuk untuk mengintip ke wajah Natsuki,


matanya bersinar nakal.

‘Kalau begitu, apakah itu berarti dia mendengar latihannya?’

Dia membuka mulutnya untuk menanyakan hal itu, akan tetapi


kata-kata yang keluar adalah sesuatu yang sangat berbeda.

“...Hei, Akari, apa pendapatmu tentang gambarku?”

“Aku suka. Sekali.”

Setelah menjawab, Akari berkedip kaget pada dirinya dengan,


“Huh?!”

Natsuki juga merasa malu karena betapa cepat dia menjawab, tapi
dia tersenyum ke arahnya.

“...Aku suka gambarmu juga, Akari. Aku mengagumi atmosfer unik


yang dimilikinya. Dan aku suka gambar Miou yang halus, dan detail
juga. Aku ingin melihat itu selamanya.”

Secara berangsur-angsur menjadi lebih memalukan untuk


berbicara, dan di tengah jalan, akhirnya dia berbicara dengan sangat
cepat.

Namun, Akari sepertinya bisa mendengar semuanya dengan jelas,


dan wajahnya memerah.

[156]
“Nacchan! Nacchaaan!”

“Wahh?! Hei, Akari, aku tak bisa bernapas....!”

Lengan ramping Akari melilit leher Natsuki saat dia masih


berjongkok.

‘Ini manis... Baunya seperti buah persik...’

Tepat saat dia hampir kehilangan fokus, cengkeraman lengan


Akari menegang.

Walau terlihat kurus, lengahnya menguat saat membawa kanvas


tebal dan perlengkapan seni ketika ia membelinya dalam jumlah besar.
Dipeluk begitu erat oleh lengan-lengan ini membuat air mata kembali
ke matanya, akan tetapi karena alasan yang berbeda dari sebelumnya.

“...Aku minta maaf karena mengatakan hal-hal semauku.”

Akari berbisik di telinganya dengan suara yang goyah.

Natsuki merasakan sesuatu yang basah di bahunya, dan


menggelengkan kepalanya.

“Tidak, akulah yang seharusnya minta maaf.”

Dibungkus dalam aroma buah persik, Natsuki perlahan menutup


matanya.

‘Aku harus bertanya padanya, sampo apa yang dia gunakan nanti...’

Dia akan meminta merek, lalu mereka mungkin bisa keluar dan
membelinya sama-sama.

Dan, tentu saja, mereka mengundang Miou untuk ikut juga.

♥♥♥♥♥

Merasa lelah, seperti dia baru saja berenang beberapa putaran di


kolam renang, Natsuki menyandarkan kepalanya ke jendela di kereta.

[157]
‘Aku ingin tahu apakah Akari berhasil tepat waktu...’

Natsuki melihat ke arah terminal bus di depan stasiun untuk


mencari temannya, yang pergi ke sana setelah melihat Natsuki sebelum
dia naik kereta. Tapi bus itu pasti sudah berangkat, karena ia tak bisa
melihat bus atau Akari di mana pun.

‘Mungkin aku harus mengirim SMS padanya untuk memastikan.’

Dia merogoh saku kardigannya dan mengeluarkan ponselnya.

Tepat ketika dia hendak membukanya, dia menyadari bahwa


cahaya yang menunjukkan SMS baru tengah menyala.

‘Tembak, aku bahkan tidak memperhatikan....’

Berharap itu bukan sesuatu yang mendesak, dia segera membuka


kotak masuknya.

Seiring dengan beberapa laporan berkala, ada SMS dari Miou.

“Akari-chan mengejarmu. Apa kau bisa bertemu dengannya?

Ayo kita pulang bersama lagi besok.

Semoga beruntung di dokter gigi!”

Ketika dia membaca SMS dalam suara lembut Miou, dia tak bisa
menahan air mata segar yang muncul dan tatapannya menjadi buram
lagi.

Natsuki menggosok matanya dengan lengan kardigannya, dan


meletakkan tangannya di atas tombol telepon untuk mengetik balasan.

Namun, dia ragu-ragu untuk membuka layar “pesan baru”.

[158]
‘Pulang dengan kami bertiga besok...? Jadi Miou tidak akan pulang
dengan Haruki lagi?’

Dari apa yang Natsuki dengar, setelah kontes berakhir, kali ini
Haruki yang memberi tahu Miou bahwa dia tak bisa berjalan pulang
bersamanya. Rupanya, itu karena mereka sibuk menyelesaikan film,
tapi dia punya perasaan itu bukan satu-satunya alasan.

‘Hanya perasaan yang kumiliki....’

Dia tak bisa diam karena dia tahu bahwa Haruki berencana
menembak seseorang.

‘Siapa itu...? Tapi aku sudah memutuskan bahwa aku akan


mendukungnya tidak peduli siapa itu! ‘

Dia menyandarkan kepalanya ke jendela kaca, dan berusaha untuk


tidak terlalu memikirkannya.

Bagaimanapun juga, dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia


akan mendukungnya tanpa ikut campur.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar di tangannya.

Datang dengan sebuah awal, Natsuki menatap ponselnya.

“Huh? Koyuki-kun?”

Terkejut pada si pengirim, dia berbicara keras tanpa sengaja.

Suaranya menggema di seluruh kendaraan yang kebanyakan


kosong, karena masih pagi, tapi untungnya, tak ada yang terlalu
memperhatikannya.

Menempatkan tangan di dada dengan lega, Natsuki kembali ke


ponselnya dan membuka SMS.

“Aku akan menunggu di taman.”

[159]
Tak ada baris subjek, dengan hanya satu kalimat di dalam isi, dan
tidak dalam waktu tertentu. Hampir tak tampak seperti Koyuki, yang
biasanya menulis dengan begitu metodis dan sopan, dan dia harus
memeriksa kembali nama pengirimnya untuk memastikan.

Namun, SMS itu pasti dikirim oleh Koyuki, membuat Natsuki


bingung.

‘Akan lebih baik jika aku pergi, kan...?’

Dia selalu bisa membuat alasan, mengatakan bahwa dia tidak


memperhatikan SMS karena teleponnya sudah kehabisan baterai, atau
dia tertidur.

Atau haruskah dia membalas, dan mencari tahu apa yang


diinginkannya, dulu?

Namun, dia juga agak enggan untuk melakukannya.

‘Biarpun aku mencoba bertanya di SMS, aku ragu Koyuki-kun hanya


akan menjawab dengan jujur.’

Tentu saja, ini hanya firasat lain yang dia miliki, tapi entah
bagaimana, itu tampak masuk akal.

Ada sekitar dua menit sampai stasiun terdekat. Dan dari sana,
butuh sepuluh menit untuk berjalan ke taman.

Dia mengetik jawaban bahwa dia akan berada di sana sekitar


sepuluh menit, dan menutup matanya, dia menekan tombol “kirim”.

Koyuki segera mengirim balasan yang mengatakan, “Trims,” dan


hatinya mulai berdebar.

‘Aku ingin tahu apa yang ingin Koyuki-kun bicarakan denganku.


Kalau... Kalau nembak, maka....’

♥♥♥♥♥

[160]
Koyuki tengah duduk di bangku taman, dan melihat beberapa
kucing liar bermain.

Melihat ekspresi damai di wajahnya membantu kegugupannya


sedikit lega, membuatnya lebih alami untuk berbicara dengan suara
ceria seperti biasanya.

“Koyuki-kun, maaf telah membuatmu menunggu.”

“Oh, sama sekali tidak! Aku minta maaf sudah memanggilmu


kemari tiba-tiba.”

Koyuki berdiri dari bangku dan membungkuk pada Natsuki


dengan permintaan maaf.

Dia mendapati dirinya anehnya mengagumi betapa santainya


Koyuki bahkan dalam situasi biasa seperti ini.

“...Kita belum sempat bicara sendiri seperti ini sejak hari itu, kan?”

‘Langsung ke intinya!’

Merasa detak jantungnya bertambah cepat, Natsuki mengangguk


canggung.

“Di sekolah, rasanya aku selalu diawasi Setoguchi-kun... Tapi,


kurasa kau menuai apa yang kau tabur12.”

Tidak yakin bagaimana menanggapi, dia hanya bisa


menggelengkan kepalanya dalam diam.

Sudah jelas bahwa Yuu dan Koyuki menjaga jarak satu sama lain.

Mereka juga tidak terlalu dekat sebelumnya, tapi setiap kali dia
bergabung dengan Natsuki untuk berbicara dengan Koyuki menganai
manga, dia akan membuat lelucon ramah dengan santai. Akan tetapi
setelah apa yang terjadi pada hari musim panas itu, segalanya telah

12
‘Kau menuai apa yang kau tabur’ artinya setiap perbuatan yang dilakukan, pasti akan ada
dampaknya

[161]
berubah secara dramatis, dan sulit bagi mereka untuk bahkan saling
berbicara sebagai teman sekelas.

“Aku minta maaf untuk bagaimana Yuu bertindak sebelumnya.


Aku sudah menyelesaikan kesalahpahaman, jadi jika kalian berdua
punya kesempatan untuk berbicara lagi, maka...”

Sama seperti dia meyakinkannya bahwa hal-hal antara dan Yuu


akan baik-baik saja sekarang, dia berhenti tiba-tiba ketika dia
menyadari bahwa Koyuki menatapnya dengan tatapan sedih di
matanya.

Untuk sesaat, dia pikir dia mungkin mengatakan sesuatu untuk


membuatnya kesal, akan tetapi tak ada yang terpikirkan.

Melontarkan tatapan bingung, Koyuki menggumamkan sesuatu.

“...Bukan itu.”

“Huh? Maaf, aku tidak bisa mendengarmu….”

“Apa yang akan kau lakukan jika aku mengatakan itu bukan
kesalahpahaman Setoguchi-kun?”

Kesedihan sebelumnya di mata Koyuki memudar, dan kini


bersinar dengan cahaya yang tulus.

Dia menatap lurus ke arahnya, seakan memeriksa bagian dalam


benaknya, dan itu membuatnya tidak nyaman.

Tapi, itu dia.

Begitu dia menarik napas dalam-dalam, dia mampu mengatur


pikirannya lagi.

‘Aku merasa Koyuki-kun selalu berusaha menyembunyikan apa


yang sebenarnya dia maksud....’

[162]
Dia samar-samar mengingat bagaimana Akari telah
menghadapinya secara langsung. Dibandingkan dengannya, rasanya
Koyuki menghindari topik yang sebenarnya.

“Apakah itu yang ingin kau bicarakan denganku?”

“Um, yah, itu hanya pertanyaan hipotetis....”

Tertinggal dalam keheningan, akhirnya Koyuki menundukkan


kepalanya.

Saat dia melihat bahunya jatuh tanpa daya, Natsuki mengatakan


sesuatu yang tidak terduga.

“Kau tahu, kau seperti aku, Koyuki-kun.”

Mata Natsuki melebar, terkejut pada apa yang baru saja Natsuki
katakan.

Koyuki juga mendongak, dan menatapnya dengan kebingungan.

‘Kenapa aku pikir Koyuki seperti aku? Apa karena Koyuki


menyembunyikan apa yang sangat ingin dia katakan, dan berbicara
dengan “jika”...?’

Saat Natsuki memikirkannya di kepalanya, jawabannya mendadak


datang padanya.

Daripada mengakuinya, Natsuki memilih melakukan latihan


pengakuan.

Menyembunyikan niatnya yang sebenarnya, Koyuki membuat


skenario untuk bertanya tentang perasaannya.

Mereka serupa karena keduanya tidak memiliki keberanian untuk


menghadapi hal-hal secara langsung.

Mereka juga mirip dalam bagaimana mereka mencoba


menyangkal fakta itu.

[163]
“...Aku akan memberi tahumu sesuatu tentangku,”

Natsuki memulai, dan mulai berbicara akan jawaban yang baru


saja dia sadari.

“Aku tidak pernah percaya diri. Aku sangat ingin sesuatu, apa saja,
di mana aku bisa berkata, ‘Ya! Ini aku!’ Itulah mengapa aku mengikuti
kontes seni, tapi meskipun begitu, aku mempersiapkan diri untuk yang
terburuk.”

Saat Natsuki berbicara, Koyuki mendengarkannya dengan penuh


perhatian, bahkan tanpa berkedip.

Didorong oleh ini, Natsuki mengungkapkan perasaan yang dia


simpan di dadanya.

“Aku sangat ingin mendapatkan hadiah kali ini, tapi dalam


kenyataannya, aku hampir tidak membuat kemajuan dengan bagian
yang kukirimkan. Kurasa aku mungkin sudah merencanakan semuanya
di kepalaku, dan aku menyiapkan alasan seperti, ‘Aku hanya tidak
memenangkan apapun karena aku belum memberikan semuanya.’
Tidak seperti aku, Akari dan Miou benar-benar mencoba yang
terbaik….”

Berbicara dengan lantang seperti ini, perasaan yang Natsuki tutupi


mulai menampakkan diri.

Anehnya, masih ada seberkas cahaya yang tersisa di bagian bawah


kotak yang dia kunci.

“Kupikir aku hanya menginginkan sesuatu—apa saja, hanya


sesuatu yang dapat memberiku lebih banyak kepercayaan diri, tapi aku
menyadari bahwa itu tak bisa menjadi apa-apa. Aku menyadari bahwa
ketika ada sesuatu yang benar-benar ingin kau lakukan, tidak ada
gunanya kecuali kau melakukannya sampai kau puas dengannya.”

‘Begitu, jadi beginilah perasaanku.’

[164]
Ketika dia tahu bahwa dia tidak memenangkan apapun dalam
kontes, dia tidak merasa sedih karena karyanya tidak mendapat
evaluasi yang baik.

Natsuki hanya merasa putus asa, berpikir bahwa dia belum cukup
baik.

Pada akhirnya, Natsuki hanya memasuki kontes karena dia


menginginkan sesuatu yang absolut, suka dipuji oleh seseorang.

“Enomoto-san, apa yang sebenarnya ingin kau lakukan?”

Koyuki bertanya dengan suara yang sangat tenang, seperti laut


yang tenang dan hening.

Dia berbicara seperti yang selalu dia lakukan; rasanya dia tidak
berusaha membujuknya untuk jawaban atau apapun. Natsuki bisa
mengatakan bahwa Koyuki bertanya murni karena dia ingin tahu.

Natsuki membawa jari telunjuknya ke bibirnya dan menyeringai.

“Aku belum memberi tahu orang lain. Bisakah kau


merahasiakannya sampai aku siap?”

“Tentu saja. Bagaimanapun juga, aku su—….Aku mendukungmu,


Enomoto-san.”

Koyuki hati-hati memilih kata yang digunakan, lalu tersenyum


padanya.

Natsuki mengangguk sebagai balasan, dan mengucapkan


mimpinya yang baru saja ditemukan dengan keras.

“Apa yang benar-benar ingin aku lakukan adalah—”

[165]
Serizawa Haruki

Ulang Tahun : 5 April

Zodiak : Aries

Golongan Darah : A

Teman masa kecil Natsuki. Anggota Klub Film. Tipe kakak lelaki yang
nakal. Membuat film dengan selera prima.

[166]
Latihan 8
Sabar, jangan terburu-buru.

Mengigau di bawah napasnya seperti mantra, Natsuki bermaksud


menjaga tangannya bergerak.

Akhirnya, bersama dengan suara jarum menit yang tumpang


tindih dengan jarum jam, dia melepaskan pemotong nada di
tangannya.

“A-Aku selesai~!”

Selesai dengan semua pekerjaan, dia ambruk di tempat tidurnya.

Bahu dan lengannya terasa sakit karena terlalu sering digunakan


selama beberapa hari berturut-turut, akan tetapi kini dia bisa memberi
tangannya istirahat, rasa sakitnya terasa tumpul. Anehnya, bahkan rasa
lelah itu terasa seperti lega baginya.

Menggerakkan lehernya saja, dia menatap jam di atas mejanya.

Rasanya sudah sekitar tengah malam, akan tetapi yang


mengejutkan, itu sekitar dua jam lebih lambat dari yang dia kira.

‘Ack, kapan itu bisa selarut ini....’

Dia terkejut betapa cepatnya waktu berlalu, dan juga terkesan


oleh betapa fokusnya dia.

Dia akan melakukan apa yang sangat ingin dia lakukan, dan
menemukan kepercayaan diri.

Itulah yang dia janjikan pada dirinya sendiri, akan tetapi itu jauh
lebih banyak dari yang diharapkannya.

Bagaimanapun, dia menyuruh Koyuki membaca naskahnya.


Karena biasanya Koyuki membaca banyak manga, semua nasehatnya
sangat membantu. Dan lebih dari segalanya, Koyuki peduli bagaikan itu

[167]
adalah pekerjaannya sendiri, dan Natsuki merasa bahwa berkat
dorongannya dia mampu terus menggambar.

‘Setelah pagi, pertama aku akan mengirim SMS ke mereka


bertiga....’

Ketika dia berpikir tentang bagaimana dia mengumumkannya


kepada mereka, wajah lain muncul di belakang pikirannya.

‘Mungkin aku harus memberi tahu Haruki juga, karena kita berdua
sudah melakukan latihan pengakuan.’

Sudah sehari sebelum hasil kontes diumumkan bahwa Natsuki


telah melakukan latihan pengakuan dengan Haruki di ruang kelas
sepulang sekolah, jadi itu akan mencapai dua minggu sejak itu.

Walaupun hanya ada beberapa hari tersisa di bulan Oktober,


masih belum terlihat Haruki telah menembak siapapun.

‘Mengetahui dirinya, dia mungkin memiliki beberapa alasan


mengapa dia belum melakukannya.’

Mengingat betapa terkejutnya teman masa kecilnya tentang


keberanian yang dia butuhkan untuk berlatih menembak, sangat
mungkin dia tidak bisa mengambil langkah terakhir.

‘Bila aku bisa memberi contoh yang baik di sini, akankah aku bisa
memberikan Haruki yang mendorong kebutuhannya?’

Lalu dia akan berterimakasih padanya, dan mungkin mulai


menjadi sedikit lebih baik padanya?

Tidak, dia mungkin hanya mengejeknya dan mengatakan bahwa


itu bukan urusannya.

Tak bisa mendinginkan sama sekali, pikiran aneh terus


bermunculan satu demi satu di kepalanya.

Natsuki berguling di atas seprai, membalik perut untuk berbaring


dengan punggungnya.

[168]
“...Aku ingin tahu apakah Yuu sudah tidur.”

Tiba-tiba penasaran, dia bergegas ke jendela.

Hati-hati jangan bersuara, dia membuka tirai untuk melihat rumah


di sebelah.

Melihat cahaya redup dari jendela ruang sudut lantai dua, ternyata
Yuu masih belajar.

“Wow, kau belajar sampai larut malam ini juga....”

Sebelumnya, dia akan mengirim SMS padanya untuk mengatakan


itu, tapi sekarang, dia hanya menggumamkan hal itu sendiri. Sejak apa
yang telah terjadi selama musim panas, dinding tak terlihat yang telah
terbentuk masih menjulang di antara mereka.

‘Tapi, begitu besok tiba....’

Dia merobohkan dinding yang tak terlihat itu dan pergi


menemuinya.

Dan kali ini, itu takkan menjadi latihan; dia akan menembaknya
secara asli.

“Sebaiknya kau siap untukku, Yuu!”

♥♥♥♥♥

“Nacchan, ada kelinci di bento kau!”

Mata Akari bersinar ketika dia melihat apel di kotak bento Natsuki
yang tersebar di meja panjang di ruang persiapan seni.

“Hari ini pertempuran yang menentukan, jadi aku memohon pada


ibuku untuk membuatnya untukku!”

Natsuki mengangkat kepalan tangan yang erat dan mengangguk


dengan bangga.

[169]
Mendengar kata-kata “pertempuran yang menentukan,” Miou
berhenti di tengah makan sandwich-nya.

“K-kalau dipikir-pikir, kau akan selalu membawa itu setiap kali


ada ujian atau sesuatu, kan....?”

“Ahaha! Miou, kenapa kau yang terdengar gugup sekali?”

Natsuki tertawa terbahak-bahak, dan tak lama, Akari dan Miou


mulai tertawa bersamanya.

Selama istirahat makan siang, Natsuki telah meminta penasihat


mereka, Matsukawa-sensei, bila mereka dapat memeriksa ruang
persiapan.

Karena dia harus mengajar kelas elektif seni selama periode


kelima dan keenam, Matsukawa-sensei cepat-cepat membuka ruangan
untuknya.

‘Maaf, Eri-chan-sensei! Aku hanya ingin mempersiapkan diri untuk


ini!’

Jumat sore adalah pilihan, dan tentu saja, Natsuki dan yang lainnya
memilih seni.

Yuu biasanya memilih untuk pulang lebih awal pada hari Jumat,
akan tetapi karena tenggat waktu untuk klub film, belakangan ini, dia
akan sering tinggal sampai bel sekolah terakhir.

Tapi Natsuki masih mengiriminya SMS pagi itu kalau-kalau


mereka akhirnya kehilangan satu sama lain.

“Jujur saja, aku terkejut sekali ketika aku melihat SMS-mu.”

“Mengatakan sesuatu seperti, ‘Aku menyelesaikan manga, jadi aku


akan menembak hari ini,’ kan?”

Melihat Akari dan Miou mengangguk setuju, Natsuki memiringkan


kepalanya.

[170]
“Huh? Bagaimana bisa? Bukankah aku sudah memberi tahumu
bahwa aku akan menembak setelah menyelesaikannya?”

“Mou, Nacchan!”

“Ya?”

Akari, yang duduk di depannya, mendadak memanggil nama


Natsuki dengan tatapan tegas di wajahnya dan membungkuk ke depan.

Lalu dia menunjuk tepat di bawah mata Natsuki.

“Kau belum cukup tidur, kan? Jadi aku berpikir mungkin lebih baik
kalau kau menunda pengakuannya nanti saja...”

“Baik Akari dan aku hanya bisa menyemangatimu dari pinggir, jadi
kami khawatir, tahu?”

Sebelum dia menyadari, Miou, yang duduk di sampingnya,


menatapnya dengan ekspresi serius, juga.

Pandangannya mulai kabur karena air mata yang bermunculan


pada kebaikan kedua orang itu.

“...Akari, Miou, terima kasih banyak. Aku akan... Aku akan


melakukan yang terbaik!”

“Nacchan, kami akan mendukungmu!”

Akari meraih tangannya dan mulai bergumam pelan seolah-olah


untuk memberikan restunya.

Melihat ini, Miou juga mengulurkan tangannya, dan berkata


dengan ekspresi bertekad yang jarang dia digunakan.

“Aku juga sudah mencari cara menghilangkan kegugupan, jadi bila


kau cemas, katakan saja padaku.”

“Miou-chan, bersiap seperti biasa! Itu akan menjadi bencana nyata


jika dia menembak orang yang salah karena dia sangat gugup!”

[171]
“...Aku tidak menyangka kau bisa menyalahkan itu pada
kegugupan. Itu cuma bisa disebut ceroboh.”

Miou membuat balasan tajam untuk lelucon Akari yang berkepala


dingin.

Itu hanya pertukaran konyol, tapi Natsuki merasa bahunya


mereda.

‘Seperti yang mereka katakan padaku untuk bertindak seperti


biasanya, seperti yang mereka lakukan sekarang.’

Sungguh luar biasa bahwa dia bersemangat pada pengakuan asli


hari ini, tapi dia mungkin sudah sedikit terlalu memikirkannya.

Merasa lebih bersyukur kepada teman-temannya daripada


perkataan yang bisa diungkapkan, Natsuki bersikap dengan jari
telunjuk dan ibu jarinya mencuat.

“Itu akan baik-baik saja! Bagaimanapun, zodiak hari ini bilang


bahwa Cancer adalah tanda yang paling menguntungkan!”

Sementara Natsuki memiliki seringai lebar di wajahnya, seakan


menunjukkan kepercayaan dirinya dalam memilih hari ini secara
khusus, yang lain tidak menunjukkan reaksi apapun.

Setelah keheningan singkat, Akari dan Miou bertanya dengan hati-


hati,

“Jadi, mungkinkah, alasan bahwa kau memilih menembak hari


ini...”

“Karena zodiakmu adalah yang paling menguntungkan dalam


pembacaan zodiak hari ini...?”

“Ya, benar sekali!”

Zodiak di “Berita Pagi” biasanya selalu benar. Bagi Natsuki, tak ada
yang lebih bisa diandalkan daripada itu.

[172]
‘Huh? Mereka masih belum menunjukkan reaksi apapun...’

Apa mereka khawatir karena sepertinya dia hanya mengandalkan


zodiak?

‘Yah, kalau begitu...’

Natsuki mengeluarkan kantong bulat dari tasnya.

“Tentu saja, aku memastikan untuk memiliki rencana balik untuk


kurangnya tidurku juga. Tada!”

Ketika dia membuka kantongnya, hal-hal seperti maskara dan lip


gloss mulai keluar. Dan kalau-kalau kosmetik yang dia miliki belum
cukup, dia juga mengemas hal-hal yang diam-diam dia pinjam dari
ibunya juga.

“Aku bisa menyembunyikan kantong mataku, dan bila aku


membuat bulu mataku juga keriting, aku akan baik-baik saja!”

Saat Natsuki buru-buru membuka tutup maskara, keduanya


tampak bebas dari kelumpuhan dan berteriak,

“Bentar! Kau harus mencuci muka dulu!”

“Dan jangan lupakan foundation-nya juga! Sebenarnya, kau akan


baik-baik saja kalau cuma menggunakan bedak!!”

Saat teriakan Akari dan Miou bergema, sayangnya, bel yang


menandakan akhir istirahat makan siang menimpali.

Saat jam yang dijanjikan semakin dekat tiap detiknya, semua yang
bisa didengar Natsuki adalah detak jantungnya sendiri.

♥♥♥♥♥

Di kelas yang sunyi, Yuu duduk sendirian dengan setumpuk


dokumen.

[173]
Sinar mentari yang masuk dari jendela menghangatkan
punggungnya, membuatnya tampak seperti hari pertama musim dingin
masih jauh, bukan hanya sebentar lagi.

‘Kurasa salah satu dari sedikit hal baik tentang ruang kelas kami
yakni mendapat banyak matahari.’

Klub Film, yang belum genap tiga tahun, adalah klub terbaru SMA
Sakuragaoka.

Satu-satunya ruang kosong yang tersedia di ujung lorong di lantai


tertinggi, membuatnya sedikit sulit untuk diakses. Terlebih lagi, saat
ini ruangan tersebut digunakan sebagai gudang.

Setelah sedikit bekerja, yang Natsuki bantu, mereka berhasil


membentuknya menjadi ruang klub seperti sekarang.

‘...Kalau dipikir-pikir, Natsuki tidur di kelas lagi hari ini.’

Selama beberapa hari terakhir, sepertinya dia belum cukup tidur,


dan sering ada lingkaran hitam di bawah matanya.

Dia berasumsi bahwa Natsuki begadang untuk mempersiapkan


rekomendasi dan ujian masuk, akan tetapi ketika mereka hanya
menunggu surat penerimaan saja, kantong di bawah matanya tidak
menunjukkan tanda-tanda memudar sedikitpun.

‘Aku bisa langsung tahu kalau aku hanya bertanya padanya secara
pribadi, tapi...’

Sejak dia mendengar dari Souta bahwa Haruki telah menembak


Natsuki, dia melakukan semua yang dia bisa untuk membuat jarak di
antara mereka. Entah karena cemburu atau karena dengki, ini hanya
sesuatu yang dia putuskan sampai dia merasa percaya diri dengan
dirinya sendiri.

‘Tetap saja, aku tak bisa menahan rasa ingin tahu tentang
bagaimana pengakuan Haruki berlalu.’

[174]
Siapapun akan ingin tahu apakah orang yang mereka sukai telah
berkumpul dengan seseorang atau belum.

Namun, dengan pengakuannya pun, dia terkejut melihat betapa


sedikit perilaku di sekitar Haruki dan Natsuki telah berubah. Mereka
tampak lebih dekat daripada sebelumnya, akan tetapi hanya sebagai
teman masa kecil dan tidak lebih.

‘Dan aku juga mendapat beberapa SMS aneh dari Natsuki.’

Mengambil gawai dari meja, dia membuka SMS Natsuki.

Tidak ada judul, dan isi SMS-nya singkat.

“Bisakah aku minta bantuanmu besok?

Tunggu aku di ruang kelas pukul 18.20. “

Waktu yang dia tunjuk adalah lima menit sebelum bel sekolah
terakhir.

Dia tidak bisa membayangkan apa yang bisa Natsuki rencanakan


untuknya di sana, pada waktu itu, di tempat itu.

‘Apakah dia ingin melakukan satu latihan pengakuan terakhir


sebelum yang asli....?’

Apakah itu sebabnya dia memilih waktu dan tempat khusus, untuk
mengatur suasana hati?

‘...Masih ada waktu sebelum itu, jadi kurasa aku akan sedikit bersih-
bersih.’

Tidak peduli berapa lama dia merenungkannya, jawabannya


takkan datang kepadanya.

[175]
Kembali menatap pada jadwal kerja yang dia buat di rumah,
bahkan tidak satu menit pun berlalu sebelum dia mencubit pangkal
hidungnya dengan frustrasi.

Sudah satu minggu sejak OSIS mendengar tentang film baru


mereka untuk memperingati kelulusan mereka, dan menawarkan
untuk mengadakan pemutaran sehari sebelum upacara.

“Aku terkejut bahwa Haruki setuju dengan mudahnya.”

Pada awalnya, Yuu dan anggota Klub Film lainnya menentangnya.

Mereka lebih suka penonton yang tertarik secara pribadi untuk


menonton film, tapi sebagai acara yang diatur oleh OSIS, program tidak
memiliki arti khusus.

Sesaat setelah dia selesai mendengar tawaran itu, Haruki tidak


peduli dengan berbelit-belit, dan menolaknya dengan tajam.

“Kalau kita memutarnya sehari sebelum upacara, ada


kemungkinan besar akan ada bias dengan pemirsa, kan? Karena kita
ingin melihatnya dengan pikiran terbuka, itu akan menjadi masalah
bagi kita.”

Namun, Ketua OSIS takkan mundur, dan bersikeras dengan penuh


semangat,

“Tapi aku penggemar Klub Film!”

“Apa, sungguh? Wow, trims!”

Yang pertama dimenangkan adalah Souta.

Dia adalah yang paling jujur dan berpikiran sederhana dari


ketiganya, dan mulai menyeringai pada Ketua OSIS setelah komentar
itu.

‘Ya ampun, dengan mudahnya Souta jatuh dengan cara itu juga.’

[176]
Terlepas dari apa yang dikatakannya, sudah jelas bahwa Haruki
memagari hal itu.

Yuu telah diam sepanjang waktu untuk memegang posisinya, tapi


dia tak bisa terus terlihat seperti tsundere yang sangat keras kepala.

Ketua, yang tampaknya didorong oleh perubahan perilaku


mereka, mulai berbicara lebih panas dari sebelumnya.

“Kami sangat menghormati kalian, dan yang kami inginkan adalah


film kalian untuk ditonton oleh sebanyak mungkin orang!”

Pada akhirnya, perkataan itu telah menjadi langkah kemenangan,


dan film peringatan kelulusan mereka kini akan diputar untuk seluruh
sekolah.

‘Yah, bagus sekali kami menerima tawaran itu, tapi jadwal ini
gila...!’

Untuk membuat keadaan menjadi lebih buruk, karena itu adalah


acara yang disponsori oleh OSIS, mereka harus mengadakan rapat staf
secara teratur untuk memastikan film akan selesai tepat waktu.

Dalam skenario terburuk, biarpun mereka belum selesai sampai


upacara kelulusan, mereka harus menyelesaikannya sampai istirahat
musim semi.

Dan begitulah cara Yuu dan yang lainnya, yang telah


melakukannya dengan mudah, kini berlari seperti celana mereka
terbakar.

“Tapi jika ada satu hal yang pasti, yaitu Mochita sama sekali tidak
memiliki bakat sebagai seorang sutradara.”

Yuu tertawa lemah.

Saat berikutnya, seakan diberi isyarat, pintu berguncang.

[177]
Belakangan ini, pintunya lebih buruk daripada sebelumnya, dan
ketika pintu itu terbuka dengan suara merintih, Haruki mengintip,
terengah-engah dengan bahunya yang terangkat.

“H-Hei... Maaf sudah menunggu.”

“Ahem! Ini, uh—kerja bagus.”

Dia akan berbicara cepat dengan Haruki begitu dia muncul, akan
tetapi dia menyadari bahwa sekarang bukan waktunya untuk itu.

Yuu berdeham dan membalas kata-kata yang muncul di


tenggorokannya.

“Menunggumu. Jalan memutar apa yang kau ambil hari ini?”

“Uhh, ya.... Omong-omong, dimana Mochita?”

Meskipun penasaran tentang Haruki menghindari pertanyaan itu,


sesuatu yang jarang dia lakukan, Yuu melanjutkan dengan perubahan
topik.

“Di sesi briefing bagi mereka yang lulus ujian masuk.”

Membuktikan bahwa kepercayaan dirinya tidak hanya untuk


pertunjukan, Mochita adalah yang pertama dari tiga orang yang lulus
ujian masuk rekomendasi.

“...Kau baru saja mengikuti ujian untuk penerimaan umum, kan,


Yuu?”

Pada pertanyaan mendadak itu, dia bertanya-tanya apakah dia


harus menanyakan alasannya kali ini.

Namun, dia ingat apa yang dia dengar dari Souta dan berhenti.

“Aku dengar Haruki mungkin belajar di universitas di Amerika.”

Bahkan sampai hari ini, baik Yuu maupun Souta tidak pernah
mendengar Haruki menyebutkan apapun tentang itu sendiri.

[178]
Haruki akan memunculkan ambisinya sendiri ketika waktunya
tepat. Meskipun itu memberinya kekuatan untuk mengilhami orang-
orang di sekitarnya, itu juga membuatnya terlihat seperti
membutuhkan dukungan untuk masalahnya sendiri.

Itu seperti mereka semua berjuang sendiri, dan Haruki memiliki


tekad yang kuat untuk menyembunyikan strateginya sampai dia yakin
itu akan membuahkan hasil.

‘Mungkin itulah sebabnya dia tidak mengatakan apa-apa kepada


kami.’

Meyakinkan dirinya akan hal ini, Yuu tersenyum seakan tak ada
yang salah.

“Kemungkinannya rendah, tapi aku akan mencoba mengajukan


rekomendasi bulan depan juga.”

“...Begitu, ya.”

“Ya.”

Percakapan berhenti di sana, dan suara Haruki menarik kursi


bergema tidak menyenangkan.

‘Ini... Ini aneh.... aku tidak pernah menyangka aku akan berusaha
keras untuk berbicara dengan Haruki. ‘

Tentu saja, dia tidak bisa menyebutkan nama Natsuki, tapi entah
kenapa, rasanya bagaikan tabu untuk memunculkan sesuatu tentang
Miou juga.

Tapi selain itu, mereka berdua adalah teman dekat masa kecil.

Ada saat-saat ketika dia bermaksud untuk memilih topik


pembicaraan yang sepenuhnya acak, dan pada akhirnya mereka akan
mengaitkannya dengan cara yang tidak terduga. Sebenarnya, baru
kemarin, mereka mulai berbicara tentang kuis, namun entah
bagaimana Natsuki hampir muncul dalam percakapan, membuatnya
panik.

[179]
Setelah Yuu menghabiskan beberapa menit lebih tenang, Haruki
tiba-tiba angkat bicara.

“Apakah kau ingat video yang aku buat tahun itu?”

“Huh? Ya, film dokumenter di klub bisbol, kan?”

Film pendek yang Haruki tunjukkan padanya di musim dingin


tahun kedua mereka yakni sebuah karya yang dia hasilkan sepenuhnya
sendiri.

Dia ingat itu adalah film indah yang berpusat di sekitar musik dan
gambar, dan dialog disimpan hingga minimal.

“Kalau dipikir-pikir, bukankah kau bilang bahwa kau


mengirimkannya pada kontes? Bagaimana hasilnya...”

Tiba-tiba, ini menjadi topik pembicaraan.

Dan ketika pertanyaannya beralih menjadi keyakinan, perkataan


berikutnya menjauh darinya.

‘Tunggu, jadi alasan kenapa Haruki merasa gelisah akhir-akhir ini


adalah karena....’

Haruki mengangguk dengan sedikit mendengus dan


menyelesaikan kalimat Yuu.

“Aku memenangkan hadiah utama.”

“Selamat... benar?”

Yuu bertanya dengan suara gemetar, dan Haruki memaksa tawa


dan mengangkat bahu.

“Mm, trims. Aku cukup senang dengan fakta bahwa aku menang
juga.”

“Lalu, apa masalahnya? Apa ada semacam hadiah atau ketentuan


tambahan?”

[180]
Dia cukup yakin bahwa dia tahu apa itu, tapi dia harus
memastikan.

Dengan tidak sabar, dia berdiri dan berjalan menuju Haruki.

Berbeda dengan Yuu, yang terlihat kesal, Haruki menjawab


dengan suara yang dipenuhi tawa ringan.

“Tajam seperti biasa, Yuu. Bonusnya adalah aku diundang untuk


belajar di luar negeri untuk kuliah.”

“…Sudahkah…. Kau memberi tahu yang lain tentang ini?”

“Belum, kau yang pertama. Aku berencana untuk memberi tahu


Mochita tentang hal itu besok juga.”

Sambil mendengarkan detak jantungnya dengan irama yang


meresahkan, Yuu bertanya dengan suara serak,

“Dan bagaimana dengan Natsuki....?”

“Mm, aku tidak yakin tentang membiarkannya tahu. Mengetahui


dirinya, dia hanya akan khawatir.”

“Bagaimana apanya…?”

Apakah dia menyangkal semua tanggung jawab bahkan setelah dia


menembaknya?

Rasanya dia bisa berteriak, akan tetapi melihat ekspresi sedih di


wajah Haruki membuat napas masuk ke tenggorokannya.

‘Ugh, ini lagi... Kenapa aku merasa tidak nyaman...?’

Kenapa Haruki tampak ragu-ragu, padahal dia biasanya selalu


menghadapi semuanya?

Apa karena dia pikir dia tidak bisa melakukan sesuatu yang tidak
bisa dia tanggung jawab?

[181]
‘…Ah! Itu semua masuk akal bagiku.’

Seakan jatuh dari langit, jawabannya mendadak datang padanya.

Kemungkinan besar, orang yang Haruki suka adalah Miou.

Tapi sejak kontes, dia menyadari bahwa dia tidak bisa


menembaknya tanpa memenuhi tanggung jawab.

‘Ketika aku bertanya apakah dia pacaran dengan Miou atau tidak,
dia tak mengatakan apa-apa, tapi dia juga tidak menyangkalnya,’

Tidak, itu bukan karena dia tidak mau menjawab; dia tidak bisa.

Dia mungkin tidak khawatir tentang Yuu dan Souta menyebarkan


desas-desus tentang dia menyukai Miou, tapi dia mungkin mengira
mereka akan mendesaknya tentang mengapa dia belum
menembaknya. Jika itu benar, maka satu-satunya hal yang bisa dia
lakukan adalah diam saja.

“Dan apa gunanya bertanya? Bila aku memberi tahumu bahwa aku
pacaran dengan Aida…. Tidak, itu tidak benar. Bila aku mengatakan
bahwa aku menyukai orang lain selain Natsuki, kau akan merasa lega,
bukan? Terus apa?”

Haruki benar-benar mendorong Yuu waktu itu.

Seakan berkata, “Biarpun aku tidak bisa melakukannya, pastikan


kau melakukannya.”

“Yuu, kau sangat menyukai Natsuki, bukan? Maka, percayalah diri


sedikit.”

Dia tidak mengatakan sesuatu yang tidak bertanggung jawab.

Dia hanya memberinya dorongan dari belakang, sebagai teman


masa kecil, dan sebagai pria lain.

Itulah mengapa Yuu melihat Haruki di matanya dan berkata


kembali padanya,

[182]
“Jangan sampai kau berani meninggalkan penyesalan juga, kalau
begitu.”

Haruki membelalakkan matanya sedikit, dan kemudian tertawa


lembut.

♥♥♥♥♥

Setelah Akari dan Miou melihatnya pergi, Natsuki menuju ke


ruang kelas 3-2.

Saat dia menaiki tangga yang tenang, jantungnya berdetak


semakin cepat saat semakin dekat.

Pada saat dia sampai di pintu kelas, jantungnya berdetak sangat


cepat, rasanya seperti melompat keluar dari dadanya.

‘Rasanya seperti sebelumnya.’

Mengepal bagian depan kemejanya, ingatan akan pemandangan


dari hari musim panas itu datang kembali.

Di bawah trackpants yang dia kenakan di bawah roknya, kakinya


gemetar.

‘Tapi itu tidak akan seperti terakhir kali...’

Sudah tiga bulan sejak dia mulai melakukan latihan pengakuan,


dan sekarang, langkah kaki musim dingin sudah dekat.

Hari demi hari, lingkungan yang mengelilingi Natsuki dan yang


lainnya berubah.

‘Aku sudah berubah sejak saat itu juga!’

Seperti ketika dia berdiri di papan loncat ketika berenang, Natsuki


perlahan menarik napas dalam-dalam.

[183]
Di kepalanya, dia mendengar nada “Dalam aba-aba, bersiap”
memanggil gema di kepalanya, dan menggunakan itu sebagai
waktunya, dia membuka pintu.

“Yuu! Maaf telah membuatmu menunggu!”

“Ada apa denganmu, bersemangat sekali? Sepertinya kau siap


untuk duel atau sesuatu.”

Sambil tertawa, Yuu meletakkan buku yang dia baca di meja.

‘Duel... huh... kurasa memang seperti itu.’

Anehnya setuju dengan pengamatannya, Natsuki berjalan cepat ke


jendela tempat Yuu.

Yuu berdiri dari tempat duduknya juga, dan menunggunya untuk


menghubunginya. Sudah lama sekali sejak mereka bicara sendiri
seperti ini. Hanya merasakan matanya menatapnya membuat
wajahnya mulai memanas.

“Jadi, bantuan macam apa yang kau minta hari ini?”

Setelah Natsuki hanya sekitar tiga langkah, Yuu menanyakan ini


dengan nada menggoda.

Natsuki berhenti, dan mengulurkan amplop yang dia pegang di


bawah lengannya.

“Aku menyelesaikan ini semalam.”

Yuu tampak terkejut, dan berkedip dalam kebingungan.

Dia hanya berdiri di sana dengan tatapan kosong di wajahnya


sampai Natsuki melambaikan amplop ke arahnya dengan tidak sabar.

“Oh, ya, maaf....”

Akhirnya Natsuki memintanya untuk mengambil amplop itu, tapi


Yuu masih terlihat bingung.

[184]
Meskipun dia berpikir itu aneh, Natsuki mulai menjelaskan isi
amplop itu.

“Itu adalah naskah yang kusebutkan sebelumnya. Maukah kau


menjadi yang pertama membacanya?”

Suaranya retak karena gugupnya, dan dia tak bisa tersenyum


seperti biasanya.

Tapi tetap saja, penting bahwa dia telah mengambil langkah


pertama ini, Natsuki berkata pada dirinya sendiri saat dia menunggu
jawaban Yuu.

“Jika ini adalah ‘latihan’ juga, aku tidak akan membacanya.”

Kata-kata yang dia dengar sebagai jawaban itu tidak terduga.

Merasa seperti ditikam di dada, tanpa sadar Natsuki mundur


selangkah.

‘Tidak, seharusnya aku tidak merasa sakit sekarang.’

Ini adalah apa yang pantas dia dapatkan karena memperlakukan


Yuu dengan sangat buruk sepanjang waktu; Yuu tidak bersalah.

Dia tahu itu, tapi fakta bahwa dia tidak dianggap serius membuat
air mata mengancam akan tumpah.

“Lalu…. Kalau itu ‘yang asli’, apakah kau akan membacanya?”

Dia mengatakannya. Kali ini, akhirnya dia berhasil


mengatakannya.

Penasaran dengan reaksi Yuu, dia mendongak untuk melihat


ekspresi sedih di wajahnya.

“‘Lalu’….? Natsuki, apa kau tidak masalah dengan ini?”

“Tentu saja, aku katakan itu, bukan?”

[185]
‘Apa itu yang membuatnya bertindak seperti ini?’

Bingung, Natsuki terus menekannya, tapi dia malah terlihat lebih


kecewa.

“...Rasanya aku tidak memahamimu lagi.”

“I-Itu kalimatku! Apa sebenarnya yang ingin kau katakan?!”

Apa yang Yuu katakan telah membuatnya meledak, dan tanpa


berpikir dua kali, Natsuki membalas kata-kata hangat padanya.

Yuu langsung terlihat kesal, dan seolah mencoba untuk tenang, dia
mengusap rambutnya.

‘Kenapa jadi begini...?’

Sepertinya mereka bahkan tidak ada di halaman yang sama.

Dalam semua kebingungannya saat ini, yang dia tahu hanyalah


situasinya telah melampaui pemahamannya.

Sambil menahan dorongan untuk menangis, Natsuki menatap ke


arah kakinya.

“...Para guru akan segera mengunci semuanya, jadi ayo kita pulang
untuk hari ini.”

Sambil mendesah, Yuu berbalik dan mulai berjalan pergi.

Dia meninggalkan amplop dengan naskah di atas meja Natsuki


ketika dia melewatinya, dan hendak meninggalkan ruangan.

“Tunggu!”

Sebelum dia sempat berpikir dua kali, Natsuki menangkapnya dan


meraih pergelangan tangannya.

[186]
Dia menghentikannya berjalan lebih jauh, tapi Yuu tidak berbalik
kembali. Natsuki mencoba membuatnya berbalik ke arahnya dengan
paksa, tapi dia tidak cukup kuat untuk membuatnya bergerak.

‘Aku tidak tahan lagi berakhir seperti ini, tanpa bisa memberi
tahunya bagaimana perasaanku...!’

Menyadari bahwa ini mungkin kesempatan terakhirnya, dia


berteriak ke arah punggungnya yang tidak bergerak.

“Semua yang kukatakan tentang latihan pengakuan adalah


bohong! Kmaulah yang aku suka, sampai aku tidak bisa menahannya!”

Yuu berbalik dan balas menatapnya dengan mata lebar.

Natsuki merasa ingin melarikan diri, akan tetapi dia menggigit


bibirnya dan bertahan.

“A-aku tidak begitu feminin... cemburu dengan mudah, dan aku


tidak suka kalau aku tidak sering berkencan... Aku idiot egois yang
membuat hal bodoh, tapi...”

Ketika dia berbicara, air mata terus muncul.

Apa dia menangis karena dia sedih, atau hanya karena dia tidak
bisa menahan emosinya lagi?

Yang dia tahu bahwa dia memiliki perasaan untuk Yuu, perasaan
tidak ingin dibenci oleh Yuu.

Dan itulah mengapa dia menantang batas dari perasaan itu.

“Tapi aku ingin kau pacaran denganku!”

Dia bisa mendengar napas yang tertekan, terpisah dari detak


jantungnya yang keras.

Yuu membuka dan menutup mulutnya beberapa kali, mencari kata


yang tepat.

[187]
Setiap detik terasa seperti keabadian, dan Natsuki bisa merasakan
pikirannya melayang jauh di suatu tempat.

Seluruh tubuhnya mulai terasa lemah, dan cengkeramannya di


tangan Yuu mengendur.

‘Mungkin... itu benar-benar tidak ada harapan.’

Mengetahui betapa baiknya Yuu, dia mungkin memikirkan


bagaimana menolaknya tanpa menyakiti perasaannya.

Jika dia hanya berbohong lagi dan mengatakan bahwa ini adalah
latihan lain, Yuu tidak perlu merasa terbebani olehnya. Itu layak
mempertimbangkan menarik kembali sekali lagi, dan memikirkan
kembali strateginya.

‘...Tidak, kalau aku melakukan itu, tidak ada yang akan berubah.’

Dia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa itu demi Yuu, akan
tetapi dalam kenyataannya, dia hanya berusaha untuk tidak terluka.

Meskipun Natsuki benci mengakuinya, dia tahu betapa lemah dan


tidak adilnya dia. Dia tidak bisa terus berbohong pada dirinya sendiri
lagi.

Dan yang lebih penting, jika dia melarikan diri, semua kerja
kerasnya sampai titik ini akan sia-sia.

‘Aku sudah memutuskan bahwa aku tidak akan melarikan diri lagi.’

Menggigit bibirnya, Natsuki menatap kembali Yuu.

Yuu tampaknya telah mengambil keputusan juga, dan tidak lagi


tampak begitu bermasalah.

Natsuki terpesona oleh tatapan teguh dan tegas di matanya.

“Jelas, aku satu-satunya yang bisa tahan denganmu, kan?”

[188]
Ekspresi kaku Yuu pecah, diganti dengan ekspresi yang terlihat
seperti sesuatu antara tertawa dan menangis.

‘Dia satu-satunya...? Lalu, itu berarti....’

Saat Natsuki membalas tatapannya, dia menepuk kepalanya.

Ketika dia menatapnya dengan mata yang penuh dengan


kegelisahan dan antisipasi, dia menariknya ke dalam pelukannya.

“Wha— Huh?!”

“Akhirnya aku menangkapmu,”

Dia mendengar suara gemetar Yuu berkata dari atas dia.

Dia bisa merasakan tangan hangat di belakang kepala dan


punggungnya, dan di depannya, ada pundak Yuu.

‘T-Tunggu, ini....’

Akhirnya menyadari bahwa Yuu memeluknya, pipinya yang


bernoda air mata penuh dengan panas lagi.

‘Ah... aku bisa mendengar detak jantung Yuu.’

Sama seperti bagaimana Natsuki bisa mendengar detak


jantungnya dengan telinganya, Yuu pasti merasakan detak jantungnya
juga. Berdiri dekat seperti ini, dia merasa jantung mereka yang
berdetak terpisah secara bertahap mulai berdetak secara sinkron.

“Natsuki,”

Yuu berkata dengan suara paling baik yang pernah Natsuki dengar
saat Yuu berbicara.

Dia mengangguk sedikit, dan dia memperkuat lengannya di


sekelilingnya.

“Aku juga, aku merasakan hal yang sama.”

[189]
“...Aku senang.”

Hari itu, Natsuki berpegangan tangan dengan Yuu untuk pertama


kalinya.

Bukan sebagai teman masa kecil, tapi sebagai pacar.

[190]
Epilog
Setelah dia memakai sepatunya di aula depan, Natsuki terus
mengepal dan membuka sakunya di kenop pintu.

Dari sudut pandang orang luar, tindakan itu mungkin seperti


perilaku aneh, tapi bagi Natsuki, itu tak terelakkan.

‘I-ini dia... kencan pertama kita di rumahnya...!!’

Pada akhir pekan, mereka akan menghabiskan hari di salah satu


rumah mereka–

Mereka menunda tradisi ini sejak liburan musim panas, tetapi hari
ini, akhirnya mereka memulai lagi.

Mereka tidak langsung membuat janji untuk melakukannya, akan


tetapi sebagai teman masa kecil, itu hanya terasa seperti hal yang
benar. Fakta bahwa mereka berdua mulai gelisah dengan berakhirnya
akhir pekan adalah buktinya.

‘Aku sudah melakukan semua yang aku bisa, tapi....’

Ajaibnya, dia bangun sebelum alarm teleponnya berbunyi, dan


merapikan rambutnya lebih rapi daripada biasanya. Dia telah memilih
pakaiannya malam sebelumnya, dan memeriksa dirinya di cermin
beberapa kali.

Sebagai hadiah, dia membawa kue yang dia buat bersama dengan
Miou dan Akari.

“Ini akan berhasil entah bagaimana caranya!”

Natsuki menampar pipinya dengan kedua tangan untuk


memompa dirinya, dan menuju ke rumah di sebelah.

Hari ini, akhirnya dia akan mendengar kata-kata yang ingin dia
dengar dari Yuu.

♥♥♥♥♥

[191]
“Aku datang untuk membawakanmu hadiah atas semua kerja
kerasmu ~”

“Kau yakin kau tidak bermaksud untuk menggangguku?”

Membuka pintu dengan penuh semangat, dia melihat bahwa


penghuni kamar itu masih di tempat tidur.

Yuu membenamkan diri di balik selimut seakan ingin


bersembunyi dari Natsuki, dan berguling di tempat tidur, menghadap
punggungnya ke arah Natsuki.

“Bentar, Yuu, apa tidak masalah kalau peserta tes kembali tidur
seperti ini?”

“Aku akan memberi tahumu, baru dua jam sejak aku tidur!”

“Huh? Begadang yang lain? Kau tidak usah berlebihan, tahu?”

“Ya, jadi biarkan aku tidur!”

Saat Natsuki menjulurkan bibirnya dengan cemberut, dia kembali


sadar.

Jika dia terus bertindak seperti ini, itu akan seperti mereka masih
teman masa kecil.

Natsuki menggeleng, dan berkata pada dirinya sendiri untuk


mendapatkan pegangan.

‘Jika aku tidak berhati-hati dengan apa yang kukatakan, semuanya


tidak akan pernah bergerak maju...!’

Biarpun dia terpaksa menggunakan kekerasan, dia harus mencoba


dan mengatasi situasi ini.

Siap untuk mencoba lagi, Natsuki mulai berjalan menuju tempat


tidur.

[192]
Dia menarik selimut dari tempat tidur dan menjatuhkannya ke
lantai.

Tentu saja, Yuu terangkat dan menatapnya dengan marah.

“Wha– Natsuki! Bukankah kau baru saja bilang bahwa aku


seharusnya tidak berlebihan?!”

“Benar, tapi aku punya sesuatu yang lebih penting untuk


dibicarakan denganmu!”

Segera setelah dia mengatakan ini, Natsuki hampir bisa merasakan


dirinya pucat.

Dia tahu bahwa dia harus berhati-hati tentang apa yang


dikatakannya sekarang, tapi dia sendiri pun kaget dengan betapa dia
benar-benar jujur.

‘Aku berencana untuk sedikit lebih halus mengenainya, tapi....’

Yuu terkadang bisa sedikit bodoh, jadi ada kemungkinan dia tidak
akan tahu jika dia tidak berterus terang tentang itu.

‘Di saat seperti ini, kau hanya harus bergerak maju dan
melakukannya...!’

Meraih pundak Yuu yang bingung, dia membungkuk dekat ke


wajahnya.

“Ap-apa sih? Astaga, Natsuki, ada apa denganmu?”

“Yuu... Apakah kau menyukaiku?”

Kesunyian memenuhi ruangan untuk menit berikutnya.

Yuu duduk dengan mulut ternganga, menatap kembali Natsuki,


yang wajahnya sangat dekat hingga dia bisa merasakan napasnya.

“...Um, kau menanyakan ini padaku tadi?”

[193]
Ucapan yang akhirnya keluar dari mulutnya menghabiskan
kesabarannya.

Mengambil napas dalam-dalam, Natsuki berkata sekeras yang dia


bisa,

“Aku bertanya padamu sekarang karena aku belum pernah


mendengar kau memberi tahuku bahwa kau menyukaiku sejak kita
mulai pacaran!”

Kesunyian memenuhi ruangan lagi.

Kali ini, Yuu terlihat kesal, sudah diduga, tapi perlahan, dia mulai
pucat.

“Tunggu, serius....?”

“Ya, aku serius! Ketika aku nembak, yang kau katakan hanyalah,
‘Aku juga, aku merasakan hal yang sama,’ tapi itu saja!”

“Ughh, jangan mengulanginya kata demi kata! Ya Tuhan, ini sangat


memalukan, aku bisa mati...”

Natsuki menatap dengan penuh perhatian saat Yuu memegangi


kepalanya dan jatuh kembali ke tempat tidur.

“Waktu itu, kau berkata, ‘Akhirnya aku menangkapmu,’ yang


berarti kau telah menyukaiku, bukan? Lalu seharusnya kau memberi
tahuku begitu ketika kami melakukan latihan pengakuan...”

Dia mengambil kesempatan ini untuk mengakui perasaan yang


telah berputar-putar di dadanya selama ini.

Yuu terlonjak tegak di tempat tidur, dan menghadap Natsuki,


dibantah dengan ekspresi kesal di wajahnya.

“Apa?! Tapi itu kan latihan, bukan pengakuan asli, ingat? Normal
saja bagiku untuk berasumsi bahwa ada orang lain yang sangat kau
sukai. Mana mungkin aku punya keberanian untuk melakukan itu
ketika aku, mungkin, ditolak.”

[194]
Saat Yuu mengakui hal ini dengan tidak setuju, Natsuki terdiam.

Yuu kembali menatapnya dalam diam sesaat, lalu mengejek dan


tersenyum.

“Dan bagaimanapun…. Aku juga tidak punya kepercayaan diri.


Haruki cukup berbakat sebagai sutradara film untuk memenangkan
penghargaan, dan Mochita penulis naskah yang luar biasa, tapi aku
tidak bisa berbuat apa-apa...”

‘Tidak mungkin…. Yuu juga merasakan hal seperti itu?’

Pada awalnya, dia sangat terkejut.

Lalu dia mulai merasa frustrasi karena begitu egois sehingga dia
tidak pernah menyadari hal ini sebelumnya.

“Tapi, aku sudah memutuskan. Aku memutuskan bahwa aku akan


menjadi diriku sendiri, dan bertujuan untuk menjadi seorang
produser.”

Yuu berbicara dengan keyakinan, wajahnya lebih bahagia


daripada kata-kata yang bisa dideskripsikan.

Natsuki, diliputi oleh begitu banyak emosi sekaligus, hanya bisa


mengangguk.

“Mou, kelihatannya kau mau menangis lagi.”

Berdiri, Yuu mengulurkan tangan dan menyentuh pipi Natsuki


dengan tangannya.

Dia tersenyum padanya dengan ekspresi yang sepertinya berkata,


“Apa yang akan kulakukan padamu?” tapi entah kenapa, dia juga
terlihat senang.

“Sehari sebelum upacara kelulusan, OSIS akan mengadakan


pemutaran film kami, dan aku akan membantu dengan beberapa hal di
sana juga. Ini akan menjadi seperti proyek bersama, jadi nantikanlah.”

[195]
“Ya….!”

Sambil menahan air matanya, Natsuki mengangguk, dan setelah


menepuk-nepuk rambutnya, Yuu menarik tangannya.

Llau, Yuu menariknya ke depan, dan memegang Natsuki di dekat


dadanya.

“Huh? Yuu?”

Alih-alih menjawabnya dengan kata-kata, lengan Yuu mengencang


di sekelilingnya.

Sama seperti hari itu di kelas, mereka bisa mendengar detak


jantung masing-masing.

Bukan hanya jantung Natsuki, tapi jantung Yuu juga, yang


berdetak kencang.

“Dan juga….”

“Y-Ya?”

Suara Natsuki pecah karena betapa gugupnya dia, dan wajahnya


terasa seperti terbakar.

Yuu, yang sepertinya juga berada di batasnya, tertawa keras,


meringankan suasana tegang.

“Kurasa lebih baik melakukannya dengan cara ini.”

Sebelum Natsuki bisa menanyakan apa maksudnya, Yuu berkata


sambil tersenyum,

“Aku suka kau.”

“M-Mengatakannya mendadak begitu, itu melanggar aturan!


Katakan sekali lagi, sekarang aku siap.”

“APaaaaaaa? Ogah, itu buruk untuk hatiku.”

[196]
“Benar? Saat aku nembak, aku harus mengatasi kegelisahan
semacam itu juga, tahu.”

“Ya, ya, dan aku bersyukur untuk itu.”

“Katakan saja!”

Setelah itu, percakapan berjalan seperti biasanya.

Saat suara meriah mereka bergema di sekeliling ruangan, di laci


meja belajar menunggu sepasang cincin pasangan yang serasi.

Tamat.

[197]

Anda mungkin juga menyukai