Anda di halaman 1dari 104

Arkais

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa karena limpahan rahmatnya dan karunianya saya
mampu menyelesaikan novel dengan judul ‘arkais’.

Di dalam menulis novel ini, saya sadar bahwa saya tidak


akan bisa menyelesaikan novel ini tanpa adanya bantuan dan
dukungan berbagai pihak.

Saya juga menyadari bahwa novel yang saya buat masih


belum pantas jika disebut sebagai karya yang sempurna. Saya
sadar tulisan saya masih banyak memiliki kesalahan, baik dari
tata Bahasa maupun Teknik penulisan itu sendiri. Maka saya
meminta adanya masukan yang membangun agar saya semakin
termotuvasi untuk menjadi lebih baik dan lebih memperbaiki
kualitas novel saya selanjutnya.

Jakarta, 01/02/2023

(Nisrina Alifia Rahma Putri)

2
1
“ASKAAA…” sahut seorang perempuan bersurai hitam
pekat saat menghampiri sosok pria yang telah menjadi teman
baiknya sejak kecil dilapangan sekolahnya saat jam istirahat.
Pria bernama Aska itu pun menoleh kearah sumber suara.
Terlihat sosok gadis bernama Kinara yang kerap dipanggil Nara
dihadapannya.

Aska terlihat bingung mengapa Nara tiba tiba ada


dihadapannya, hanya kata “apa?” yang dilontarkan Aska sebagai
jawaban singkat atas sahutan Nara tadi. “nanti boleh anterin gw
balik dulu gak sebelum lu latihan voli?” tanya Nara tanpa basa
basi yang hanya terjawab dengan gelengan kepala dari Aska
yang langsung pergi meninggalkan Nara begitu saja setelah
menjawabnya. Nara yang merasa kesal hanya bisa tersenyum
sambil menahan emosinya dan ikut pergi kembali ke kelasnya.

Sekembalinya Nara, ia hanya terdiam duduk


dibangkunya. Dena, teman sebangku Nara sekaligus sahabat
Nara, tentu merasa janggal melihat Nara yang tidak biasanya
datang kembali ke kelas dalam keadaan terdiam seperti itupun
langsung menghampiri Nara, “lo kenapa? Tumbenan diem
gini?” tanya Dena penasaran.
3
Nara yang masih merasa emosi pada prilaku Aska tadi
hanya bisa menghela nafas dan langsung menceritakan kejadian
tadi, “Dia beda banget sama yang dulu na, dulu dia gak kayak
gitu tau dulu jauh lebih buaik poll sekarang sok cool, idih”. Dena
yang melihat dan mendengar kekesalan sahabatnya itu hanya
bisa tertawa dan mengajak Nara untuk pulang bersamanya.

Kringg!! Kringg!!

Suara bel yang paling didambakan seluruh murid di


sekolah itupun tiba, semua murid dan para guru pun bergegas
merapikan bawaannya. Nara dan Dena yang sedari awal
pelajaran pkn sudah mengantuk langsung bersemangat ketika
mendengar bel itu dan langsung pergi meninggalkan ruang
kelasnya.

Nara hanya dapat berdecak kesal saat melihat kearah


lapangan yang sedang digunakan Aska dengan team volinya
berlatih. “Udah lah ra, lagi kan juga mereka mau ada turnamen
jadi wajar kalo Aska sibuk luar biasa” sahut Dena sambil
merangkul tangan Nara.

“Ya gimana ya na, kan kalo ga sama dia gw jadinya harus


jalan sama lu” sindir Nara pada sahabatnya yang hingga mereka
duduk dikelas 12 ini belum juga bisa mengendarai sepeda motor.

4
“Besok besok gw belajar naik helicopter aja deh biar tuan putri
ini gak pegel pegel jalan balik dari sekolah ke istananya” balas
sindir Dena.

Sepanjang perjalan pulang diisi dengan obrolan dan


candaan Nara dan Dena, Namun dua kegiatan itu terhenti
seketika kita nara melihat ada toko barang antik yang
sebelumnya belum pernah ia kunjungi. Rasa semangat dalam
dirinya semakin memuncak.

“Na, Liat na, na ayo kesanaaaaa” dengan perasaan yang


menggebu, tanpa basa basi Nara langsung menarik tangan Dena
memasuki toko barang antik itu. Dena yang sudah sadar akan
keberadaan toko itu hanya bisa menghela nafas dan pasrah.

Dengan mata yang berbinar dan perasaan senang, Nara


sangat terpukau dengan barang barang yang tertata sangat rapi
ditoko yang luasnya tak seberapa itu. “Gila ini bagus bagus
banget barangnya na, andai aja gw punya uang segunung
kayaknya gw mau beli semuanya” ungkap Nara sembari
menaruh tasnya di etalase depan toko agar dirinya lebih leluasa
untuk mengelilingi toko itu dan juga mengambil dompet, tau
saja ada barang yang dapat memikat hatinya.

5
Saking semangatnya, sehabis mengambil dompetnya ia
sampai lupa untuk menutup tasnya kembali dan kakinya pun
tersandung cukup kencang pada bagian bawah etalase, hingga
ada beberapa barang yang terjatuh. Beruntungnya, tidak ada
barang yang pecah ataupun rusak. “Ya ampun ra, santai aja kali
ga bakal pergi juga ni toko” ucap Dena sambil membantu Nara
berdiri lagi.

Walaupun kakinya terasa amat sakit, Nara tidak


kehilangan rasa semangatnya untuk menelusuri toko itu lebih
dalam. Alunan musik klasik dari piringan hitam itu menemani
Nara dan Dena mengitari seisi toko.

“Halo, ada yang bisa saya bantu?” sapa seorang pria


yang mungkin umurnya tak begitu jauh dari Nara dan Dena.
Nara yang tengah asik melihat lihat objek kesukaannya itu
langsung menoleh menghadap pria itu. Dena yang tadinya tak
sadar akan kehadiran pria itupun menengok kearah suara.

“Ra, kalo menurut lu hal yang paling indah itu barang


antik, buat gw dia yang paling indah Ra.” Bisik Dena sambil
mendekat ke arah Nara. Tubuh Nara langsung merinding setelah
mendengar perkataan Dena.

6
“Gak kak gak perlu repot re…” belum juga selesai
bicara, Dena tanpa segan langsung memotong pembicaraan Nara
dengan pertanyaan yang bertubi tubi sambil mengambil hp nya
dan setelah itu mengulurkan tangannya ke arah pria itu. “kak,
saya Dena siswi SMA Neo, kalo boleh tau nama kakak siapa?
Nomor telfonnya berapa? Rumahnya dimana kak? Kakak udah
lama kerja disini?.”

Nara hanya bisa menghela nafas dan menggelengkan


kepalanya menahan rasa malu karna perbuatan sahabatnya yang
diluar kendali itu. Berbeda dengan Nara pria tadi malah
tersenyum sembari membalas uluran tangan Dena dan
menjawab semua pertanyaan Dena satu persatu.

“Halo Dena, salam kenal nama kakak Rayendra panggil


saja Ray, rumah kakak gak jauh sih dari SMA Neo, kakak juga
belum lama kerja disini karna tempat ini masih lumayan baru,
ini nomor kakak kalau ada yang ingin ditanyakan bisa hubungi
kakak di nomor ini ya.” jawab Ray memperkenalkan dirinya
sambil mengetikkan nomor telfon miliknya di hp Dena.

“Aduh kak maafin tingkah temen saya ya kak emang


kadang suka malu maluin orangnya, lu juga Na aneh aneh aja ih
gw jitak ya lu lama lama.” Sahut Nara yang malu melihat

7
temannya yang sedang dibuat histeris seorang penjaga toko yang
memang tak bisa dipungkiri bahwa ia sosok pria yang rupawan.

Tak sadar akan waktu yang semakin larut karna asik


berbincang tentang banyak hal, Nara dan Dena berpamitan
kepada Ray untuk pulang. Sebelum pulang, mereka berdua
sempat diberikan gantungan kunci oleh Ray secara gratis
sebagai tanda pertemanan baru diantara mereka bertiga.

Sesampainya dirumah Nara langsung bergegas untuk


membersihkan dirinya dan setelah itu ia beristirahat dikamarnya.

Kebiasaan sehari hari Nara yang harus dilakukan salah


satunya ialah membenahi tas dan buku yang akan digunakannya
sekolah esok hari. Dimulai dari menyusun buku sesuai dengan
jadwal kelasnya lalu dilanjutkan dengan mengeluarkan isi
tasnya dan memasukkan buku kedalam tas itu.

Saat Nara mengeluarkan isi dari tas nya, ia tak sengaja


menjatuhkan sebuah benda. Benda itu terjatuh ke lantai dan
terpental ke dalam kolong tempat tidurnya.

Nara yang terkejut ada barang yang terjatuh langsung


melihat ke arah kolong tempat tidurnya dan berusaha mengambil
benda yang terjatuh itu. Nara makin terkejut setelah berhasil
mengambil dan tau barang apa yang terjatuh tadi.
8
“Loh ini bukannya kotak antik dari toko tadi? Kok ada
di gw sih, gw kan gak ada beli apa apa dari toko itu” Nara yang
merasa sangat bingung mengapa kotak itu bisa ada padanya, ia
terduduk dikasurnya sembari terus terusan melihat lihat sisi luar
kotak itu.

Sekitar beberapa waktu ia termenung duduk di kasurnya,


ia teringat jika saat tadi mengambil dompet ia tak sempat
menutup tasnya dan kakinya terpentok ke etalase toko itu,
pikirnya mungkin saja kotak ini jatuh dan masuk ke tasnya pada
kejadian itu.

Tanpa pikir panjang ia langsung berniat untuk


mengembalikan kotak itu kepada Ray esok hari yang kebetulan
adalah hari libur sekolah.

Nara meletakkan kotak itu di nakas yang letaknya tak


jauh dari tempat tidurnya dan kembali fokus membenahi tas dan
buku bukunya yang tadi belum selesai disusun.

Setelah semuanya sudah tersusun rapi, Nara langsung


saja merebahkan dirinya ke spot favorit nya dirumah yaitu Kasur
kesayangannya. Bukannya tidur Nara malah memikirkan apa
yang sebenarnya ada didalam kotak antik itu. Rasa penasaran

9
yang tadinya kecil karna semakin dipikir malah menjadi
semakin besar.

Tak kuat menahan rasa penasarannya, Nara yang


awalnya sudah merasa ngantuk menjadi terbangun dan
mengambil kotak itu lagi. Ia memperhatikan detail luar kotak itu
dengan amat jeli.

“Kalo gw buka, kok kayaknya ga sopan sama kak Ray


kan ini jatohnya masih punya dia bukan punya gw soalnya gw
beli aja engga ni kotak, tapi penasaran banget, mending gw buka
apa jangan? Kalo tanya mama udah pasti dijawab jangan, kalo
tanya Dena pasti jawabannya ‘yaudah buka aja ra’ hadeeeehhh
mau ngebuka ni kotak aja bingung banget” pikir nara saat
menimbang nimbang sebaiknya membuka atau tidak kotak itu.

Hampir satu jam ia memikirkan hal itu, akhirnya ia


mengambil keputusan dengan menggunakan web yang dapat
memilihkan keputusan dari beberapa pilihan. Saat keputusannya
keluar, keputusan yang terpilih adalah membuka kotak tersebut.

Tanpa pikir panjang lagi, Nara langsung saja mengambil


kotak itu dan bersiap siap untuk membukanya. Dengan perasaan
yang campur aduk antara rasa bersalah dan rasa penasaran,
dengan perlahan Nara membuka kotak itu.

10
Berbagai ekspektasi Nara yang awalnya sudah terbayang
seakan akan hancur begitu saja.

“yaelah udah mikir lama buanget, gw kira mah ada isinya


kayak emas kek apa uang kuno gitu, yaa kalo gak terjadi apa kek
gitu kayak di film film.” Kesal Nara karna setelah dibuka kotak
antik itu didalamnya tak terdapat apa apa.

Karna sudah terbawa kesal oleh kotak itu, akhirnya Nara


manaruh kotak itu diatas nakasnya kembali dan bergegas tidur.

Waktu menunjukkan pukul 2 pagi, dimana semua orang


sedang terlelap dalam tidurnya. Pada saat itu tak ada satu pun
orang yang sedang beraktifitas di sekitar daerah rumah Nara.

Kotak antik yang berada diatas nakas yang letaknya tak


jauh dari jendela rumah Nara itupun disinari oleh terangnya
cahaya rembulan. Kotak itu mulai bergetar. Cahaya pun mulai
terpancar dari bagian dalam kotak tua itu. Entah apa yang akan
muncul, yang pasti tak akan merubah hal yang sudah ada
sebelumnya.

11
2
Sabtu, pukul 07.00 Nara bangun dan tanpa ada rasa
janggal sekalipun. Pagi itu, setelah sarapan Nara berniat untuk
mengembalikan kotak tua itu kepada kak Ray.

Jarak toko antik itu tak jauh dari rumah Nara, hanya
butuh 15 menit jika berjalan kaki, sehingga ia memutuskan
untuk berjalan kaki saja. Di sepanjang perjalanan Nara sesekali
memandangi sekitar jalan. Pagi itu lumayan banyak toko yang
sudah buka.

Sesampainya Nara, ia malah bingung karna seharusnya


toko antik yang ia tuju tepat berada ditempat sekarang ia berdiri.
Tempat yang seharusnya adalah toko antik yang kemarin ia dan
Dena kunjungi seakan akan menghilang begitu saja dan diganti
dengan kedai ayam goreng.

Tak pantang menyerah, Nara melanjutkan perjalanannya


mengitari ruko ruko yang berada dekat dari kedai itu. Tak ada
satu pun ruko yang terlewat, tapi toko yang ia tuju pun tak
kunjung terlihat.

Cara satu satunya yang ia miliki untuk menemukan toko


itu hanyalah menanyakan kepada pemilik kedai tersebut. Tanpa

12
pikir panjang, Nara segera masuk dan mencari pemilik atau
setidaknya penjaga toko tersebut.

“Permisi pak, saya mau tanya, bukannya kemarin disini


itu toko barang antik ya pak? Soalnya kemarin saya kesini
sekitar jam 4 sehabis pulang sekolah tapi bukan kedai ayam
goreng tapi saya masuk ke toko barang antik” tanya Nara pada
lelaki paruh baya penjaga kedai ayam tersebut.

“hah? Gimana neng? Toko barang antik? Sejak kapan ni


kedai jadi toko begituan? Memang kemarin kami gak jualan tapi
bukan berarti ni kedai jadi berubah neng, neng yakin? Gak lagi
halusinasi kan neng nya? ” lelaki paruh baya itu tentunya
terkejut ketika mendengar pertanyaan Nara dan mengira nara
sedang berhalusinasi.

“Engga pak, saya beneran deh kemarin tuh ke tempat ini


tapi bentuknya toko barang antik, yang jaga namanya kalo ga
salah…” saat Nara berfikir, muncul lah sosok pria yang kemarin
menjaga dan melayani nya di toko barang antik yang ia maksud.

“Nah pas banget, ini nih pak dia yang jagain tokonya
waktu itu, namanya kak Ray kalo ga salah.” Nara menahan pria
yang hendak berjalan keluar dari kedai itu.

13
Pria yang ditahan itu menatap Nara dengan tatapan
bingung “ada apa ini pak? Ini juga siapa? Kenapa nahan nahan
gw woi gw mau pergi ni buru buru.”

“Loh ini mah anak saya neng, sejak kapan dia jadi
penjaga toko barang antik, dia tau barang antik gimana juga boro
boro neng” bapak itu semakin bingung karna anaknya yang di
bilang sebagai penjaga toko barang antik.

“Mimpi kali lu semalem, lu lagi sakit jangan jangan, jadi


nuduh nuduh orang ga jelas kek gini.” Tebak Ray sambil
menaruh punggung tanganya di jidat Nara.

“ih apaan sih, kalo emang mimpi gw ga bakal tau nama


lo dan ni kotak ga bakal ada di gw” Nara menepis tangan Ray
sembari menunjukkan kotak antik tersebut.

“Waduh, beneran ada kotaknya, tapi ya saya ga tau neng,


mending sekarang neng balik kerumah terus cari cari di internet
info toko barang antic terdekat tau aja neng salah inget gitu.”
Saran bapak ini membuat Nara berfikir kembali dan dengan
berat hati akhirnya Nara menuruti perkataan bapak itu.

Sepulangnya Nara ia langsung saja masuk kekamarnya


dan membuka laptopnya untuk mecari cari informasi tentang
toko barang antik yang memang tersedia di dekat rumahnya.
14
Namun hasilnya nihil, di sekitar daerah rumahnya
memang tak ada lagi toko barang antik terdekat selain toko yang
sekarang ia sedang cari cari.

Tak puas dengan hasil pencarian itu, Nara mencoba


menanyakan perihal toko itu kepada ibunya. Setelah ia
menceritakan semua apa yang terjadi padanya, ibunya pun
kebingungan karna memang sepengetahuan ibunya, disitu
memang kedai ayam yang sudah berdiri sejak 2 tahun lalu.

Nara tak putus asa, ia menanyakan semua orang


termasuk teman temannya dan Aska. Namun, hasil yang ia dapat
hanya hal yang sama dengan apa yang dikatakan bapak paruh
baya tadi dan juga ibunya disertai ada beberapa orang yang
menertawainya.

Tak mendapatkan apa yang ia mau, akhirnya, Nara


menyerah dan menyimpan kotak itu diatas rak bukunya. Ia tetap
menunggu siapa tau ada orang yang mencari kotak itu.

Hari hari terus berjalan, tapi tak ada satupun orang yang
mencari keberadaan kotak itu, sudah lelah mencari cari tentang
pemilik kotak itu. Nara memutuskan untuk menganggap bahwa
kotak itu memang miliknya.

15
Malam harinya, setelah makan malam, Nara diminta
ibunya untuk menjaga adik semata wayangnya yang umurnya
terpaut cukup jauh darinya, adiknya yang bernama nadin itu baru
berumur 4 tahun.

Nara membawa Nadin kedalam kamarnya, dari pertama


kali mereka berdua masuk, pandangan Nadin langsung tertuju
pada kotak antik itu. Nadin terus terusan merengek ingin melihat
kotak itu.

Mau tak mau Nara mengambilkan kotak itu untuk Nadin,


saat kotak itu diambil, Nara merasa ada sesuatu didalam kotak
yang tadinya kosong itu, langsung saja Nara membuka kotak itu.

Benar saja, tak tau dari mana, sekarang kotak antik ini
berisikan satu boneka kecil yang menggambarkan seseorang
pria berambut coklat, dengan seragam sekolah.

“Loh perasaan gak ada yang naruh boneka ini kedalam


kotak deh, boneka dari mana coba? Apa mama ya yang
masukin? Mungkin mama dapet souvenir terus dimasukin kesini
ngiranya ni kotak gw jadiin tempat penyimpanan barang kecil
kecil” pikir Nara.

Nadin yang melihat boneka itu, langsung mendekat


kearah Nara dan ingin merebut boneka itu. Nara yang merasa
16
bahwa boneka itu bukan sesuatu yang penting dan harus
disimpan, memberikan boneka itu pada Nadin.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam,


Nadin juga sudah tertidur pulas di kasur Nara sambil memeluk
boneka tadi. Nara yang merasa kantuknya tak dapat ditahan lagi
membereskan buku yang tadi ia pelajari dan mengambil boneka
itu secara perlahan dari dekapan sang adik lalu menaruhkan
boneka itu kembali kedalam kotak antik itu.

17
3
Malam hari di mana Nara sedang tertidur pulas, tanpa
Nara sadari kotak itu kembali tersinari bulan dan bergetar hebat.
Tak berselang lama, pada malam penuh bintang itu, turunlah
hujan deras dengan beberapa sambaran petir.

Senin, pukul 6 pagi, Nara masih tertidur pulas


dikamarnya, ibunya bergegas menaiki tangga menuju kamar
Nara, tak biasanya Nara masih tertidur sampai telat seperti ini.

“ Ya ampun Nara, nak kamu ini sekolah loh belom


bangun juga udah jam 6 loh, kamu gak lagi sakitkan?” ibunya
membangunkan Nara sembari mengecek suhu tubuh Nara,
khawatir anaknya itu sakit.

Nara yang bangun terkejut karna ibunya, langsung


terbangun begitu saja dan lari menuju kamar mandi dan bergegas
siap siap berangkat sekolah.

“ah yang bener aja, perasaan baru tidur bentar dah.”


Keluh Nara sepanjang perjalanan dari rumah menuju
sekolahnya.

Sesampainya di sekolah, Nara bergegas ke kelasnya


untuk mengambil topinya yang tertinggal di meja tempat
18
duduknya. Begitu ia mendapatkan topi itu, ia langsung menyusul
Dena ke lapangan karna pada pagi itu ada upacara.

Saat upacara itu ingin dimulai, Nara melihat seseorang


yang belum pernah ia lihat sebelumnya di bagian barisan
kelasnya. Nara pikir, mungkin saja itu anak baru yang belum tau
letak baris kelasnya atau murid yang telat sehingga bisa saja
baris dibagian kelasnya.

Upacara pagi itu ditutup dengan pemanggilan siswa


berprestasi yang berhasil mencetak gelar juara. Tak heran jika
Aska dipanggil maju kedepan sebagai perwakilan club voli
sekolahnya. Semenjak dipimpin oleh Aska, club voli menjadi
lebih maju dan mencetak banyak sekali prestasi. Meski bosan
mendengar panggilan prestasi untuk Aska, Nara juga merasa
bangga akan prestasi teman dekatnya itu.

Tak langsung kembali ke kelasnya, Nara menghampiri


Aska yang sedang terduduk di sudut lapangan.

“Meskipun agak bosen ya ngomong kayak gini tapi,


selamat ya atas pencapaian lo yang ke seribu satu ini, semoga lo
bisa nyetak prestasi sampe ni gedung sekolah dialih fungsi jadi
gudang piala piala lo itu.” Ejek Nara.

19
“Ya makasih.” Jawab Aska singkat sembari bangun dan
berjalan meninggalkan Nara.

“Ya ampunnn pusing deh gw, perasaan lu gak segininya


sama gw dulu” Nara mengikuti kemana perginya Aska.

“Segininya? Emang gw kenapa? Perasaan gak ada yang


berubah” tanya Aska.

“heh, beneran ini gak ngerasa beda apa gimana gitu mas
nya? Ini emang lu yang berubah apa gw yang terlalu peka sih?
Gila, lu yang sekarang jauh jauh lebih cuek kalo lu mau tau aja.
Udah cuek, sok cool banget, sok ganteng lagi idih.” Jawab Nara.

Karna asik menjawab tanpa Nara sadari, mereka sampai


di kantin. Tanpa banyak basa basi Aska memesan 1 porsi somay.
Setelah mendapatkan somay itu Aska langsung saja menuju
kearah tempat duduk yang kosong.

Nara yang tadinya bicara panjang lebar, sekarang hanya


terdiam mengikuti pergerakan Aska.

“Nih, dari pada lu banyak omong, lu makan aja ni


somay” Aska menyodorkan somay itu ke Nara.

“Nah, dari tadi dong, kalo dari tadi kyk gini kan gw gak
usah capek capek ngomong panjang lebar.” Langsung saja Nara

20
menyantap somay didepannya itu. Aska yang melihat Nara
hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Sesudah Nara menghabiskan somay itu, ia dan Aska


menuju kelas mereka. Pagi itu semua guru sedang rapat sehingga
tak ada 1 pun guru yang sedang mengajar dikelas.

Saat mereka berdua memasuki kelas, Nara langsung


merasa ada yang tak biasa dari kelasnya, benar saja bangku dan
meja dikelasnya bertambah 1 di daerah paling belakang kelas.

Tak berselang lama, pria yang Nara lihat di lapangan


tadi masuk kekelas yang sama dengan Nara dan Aska tadi
masuki. Pandangan Nara tertuju pada pria itu, ia heran mengapa
anak kelasnya tak heboh seperti saat ada murid baru di kelas
sebelah.

Nara berfikir, apa iya kelasnya tidak heboh karna sudah


melihatnya di pagi hari sebelum ia datang? Ah tapi rasanya juga
tidak mungkin karna murid baru dikelas sebelah saja di
kerumuni hingga pulang sekolah. Terlebih lagi siswa itu seorang
pria yang rupawan. Seharusnya sudah di kerumuni oleh para
siswi dikelasnya.

21
“Dena, lu biasanya kalo ada murid baru apa lagi cowo,
maju dibarisan paling depan, kok ini lu diem aja? Gak lagi sakit
kan sayang ku yang satu ini?” Tanya Nara sembari menghampiri
Dena

Dena bingung akan perkataan Nara, “hah? Anak baru


dari mana? Orang gak ada anak baru kok kayaknya lu yang sakit
deh Ra” jawab Dena.

“Lah itu siapa Na kalo bukan anak baru?” Nara


menunjuk pria tadi.

“Lah dia mah dari awal kita ada disini juga udah ada Na,
lu kemana aja baru liat dia?” Jawab Dena.

Nara terdiam mengingat ingat apa ia sebelumnya pernah


melihat pria tersebut. Ia sangat yakin ia tak pernah melihat pria
yang sedang duduk sembari membaca buku di bangkunya itu.

Lamunan Nara terpecah saat ada guru yang masuk ke


kelasnya. Nara yang sebenarnya masih janggal akan kehadiran
pria itu mau tak mau harus kembali duduk di bangkunya dan
berhenti memandangi pria tersebut.

22
Seharian sekolah Nara tak bisa fokus pada pelajaran ia
hanya memikirkan bagaimana bisa semua orang disekolahnya
tak merasa janggal pada sosok laki laki baru itu.

23
4
Selama waktu istirahat pun digunakan Nara untuk
menanyai teman teman disekitarnya, semuanya merasa kenal
dan normal normal saja pada laki laki tersebut. Semua orang
berkata bahwa laki laki itu sudah berada sejak awal masuk
sekolah

Rasa penasarannya yang amat besar membuat secara tak


sadar Nara malah mengikuti pria itu kemana pun pria itu pergi.
Merasa sedang diawasi saat pria yang sedang berjalan itu secara
tiba tiba menengok kebelakang ke arah Nara.

Nara yang ketahuan sedang mengikuti, langsung berpura


pura jalan menunduk sambil memainkan ponselnya. Sambil
terus menerus merutuki dirinya sendiri, ia berjalan maju terus
kedepan tanpa memperhatikan bahwa pria tersebut masih diam
melihat tingkahnya yang mencurigakan.

“Aww… eh kok, aduh maaf maaf gak ngeliat dari tadi


lagi liat hp” Nara menabrak pria tersebut.

Pria itu hanya diam menatap kearah Nara. Nara tersadar,


Pria itu jauh lebih rupawan dari yang ia tau. Mereka berdua

24
terdiam untuk beberapa waktu, hingga bel masuk kelasnya
berbunyi membuyarkan kesunyian mereka berdua.

Kecanggungan diantara mereka merekah kembali, Nara


yang tak mau masuk dalam suasana kecanggungan lebih dalam
memilih untuk lari kembali masuk kedalam kelasnya meninggal
kan pria yang semakin bingung akan tingkah Nara.

“Ternyata dia ganteng juga ya, lebih ganteng kalo dilihat


dari deket hehe, duh tadi lupa lagi gak nanya namanya, nomor
telfonnya, alamat rumahnya, berapa bersaudara.” Sepanjang
pelajaran Nara hanya melamun sambil berfikir seperti itu.
Lamunannya terpecah begitu saja saat bel pulang berbunyi.

Kali ini dia pulang bersama Aska, menaiki sepeda motor


hitam kesayangan Aska. Di sepanjang jalan mereka berdua
hanya diam tak membahas apa apa. Saat sedang asik melihat
sekitar, ada sepeda yang melaju lebih cepat ketimbang motor
yang ditumpangi oleh Nara.

Sepeda yang mendahuli mereka ternyata dikendarai oleh


pria misterius tadi. Nara terpukau lagi “Ya ampun nyepeda
ngebut kayak gitu aja ganteng banget.”

25
Aska yang mendengar perkataan itu entah mengapa
merasa sangat panas, emosinya memuncak, tetapi tak sedikit pun
ia mengutarakan perasaannya. Ia hanya terdiam, diam dan diam
begitu saja sampai mereka tiba di rumah Nara.

Aska yang sedang dalam kondisi emosi yang memuncak,


setelah menurunkan Nara tanpa ada basa basi ia langsung putar
balik dan tancap gas pulang menuju rumahnya.

“Lah buset belom juga bilang makasih udah ngibrit aja


tu orang, mana kayak orang kesetanan gitu… jangan jangan dia
kesambet setan dijalan lagi, ih serem” Nara bergidik ngeri
sembari masuk ke dalam rumahnya.

Setelah membersihkan dirinya, Nara mengambil


ponselnya dan mengecek apakah ada notifikasi yang masuk atau
tidak. Ada 1 notifikasi yang lumayan menarik untuk dibuka,
notifikasi itu berasal dari Aska. Ia menanyakan siapa yang tadi
Nara puji ganteng saat dibonceng oleh dirinya.

Nara bingung harus menjawab apa karna pada dasarnya


dirinya tak mengenal pria tadi, ia hanya tau orangnya tapi tidak
dengan identitasnya. Dari pada pusing memikirkan hal itu, Nara
meninggalkan ponselnya dalam keadaan hanya membaca tanpa
membalas pesan dari Aska.
26
Sang empu yang mengirimkan pesan menunggu Nara
untuk membalas pesan itu, setelah ia tunggu 10 menit tak
kunjung juga dibalas oleh Nara. Sekarang Aska berfikir bahwa
untuk apa dirinya sampai segininya terhadap Nara, apakah ini
yang dinamakan cemburu? ah tidak mungkin bagaimana bisa
cemburu pada teman sendiri. Walaupun sudah berusaha berfikir
positif dan membuang jauh jauh fikiran negatif, tetap saja Aska
merasakan kecemburuan yang tak kunjung reda.

Nara asik membantu ibunya untuk membuat kue kue


pesanan sembari bercerita tentang apa yang ia alami hari ini
kepada ibunya, ia lupa untuk membalas pesan dari Aska sampai
malam hari. Saat semua pekerjaan sudah selesai, Nara baru
membuka ponselnya dan membalas pesan dari Aska.

Akhirnya, ia membalas bahwa yang tadi ia bilang


ganteng itu ialah teman sekelas mereka yang baru ia sadari
keberadaannya. Nara merasa tak pernah ada yang bisa memukau
ia hingga sebegitu terpukaunya.

Aska yang sejak tadi uring uringan, mendengar suara


notifikasi yang berbeda diantara notifikasi pada umumnya di
ponselnya, langsung menyambar ponsel itu lalu membukanya
secepat kilat. setelah membaca balasan dari Nara, bukannya

27
mereda ia malah semakin jadi. Ia merasa kalah saing dengan laki
laki itu. Sembari melihat kearah kaca, pikirnya bagaimana bisa
seorang Aska yang tampan rupawan ini, atlet voli, digandrungi
banyak wanita masih memiliki saingan.

Karena tadi ibunya membuat kue lebih, Nara disuruh


untuk membagi kue tersebut kepada Aska. Nara mengirim pesan
kepada Aska untuk menanyakan apakah Aska sedang berada
dirumah atau tidak karena ia ingin kerumah Aska untuk
mengantarkan kue buatannya dan ibunya itu.

Aska yang menerima pesan tersebut tentu berubah


suasana hatinya secepat roller coaster yang tadinya uring
uringan, kesal dan cemburu seketika menjadi bahagia. Aska
langsung menjawab bahwa ia sedang berada dirumah. Baru saja
dia selesai membalas, dia langsung siap siap takut jika nanti akan
terlihat jelek dimata Nara.

Tak perlu menunggu waktu lama, Nara sampai di rumah


Aska. Baru 2 kali Nara memencet bel rumah Aska, Aska
langsung membuka kan pintunya untuk Nara.

“Buset, cepet banget bukainnya biasanya ni rumah harus


gw bom dulu baru dibukain sama lu. Oiya, lu juga mau kemana
deh? rapi banget perasaan, apa baru balik dari pergi?” Nara yang
28
terkejut karena tak biasanya Aska seperti ini. Nara masuk
kerumah Aska sambil memperhatikan pakaian Aska yang bisa
dibilang cukup rapi jika hanya ingin berada dirumah.

“Hah? oh enggak, lagi pengen rapi aja sih.” jawab Aska


yang berusaha tetap singkat padat jelas padahal jantungnya
sedang tidak baik baik saja.

Nara duduk di sofa sembari meletakkan paperbag


berukuran sedang dengan penuh berisi kue buatannya dan
ibunya di meja ruang tamu. Nara melihat kesekeliling rumah
Aska, mencari keberadaan ibu Aska.

“Tante Ela belom pulang As?” tanya Nara mencari sosok


yang sudah ia anggap seperti ibu keduanya itu.

“Belom Ra, paling ya sebentar lagi lah.” jawab Aska


sambil melihat kearah jam. Aska ikut duduk disebelah Nara. Ia
sangat ingin menanyakan perihal lelaki yang Nara sebut ganteng
itu namun ia segan dan ragu.

“Eh As, tadi lu kenapa nanyain siapa yang gw bilang


ganteng deh? lu merasa tersaingi kah karna lo gak pernah gw
bilang ganteng?” Nara mencari topik pembicaraan karna

29
keadaan mulai canggung, dirumah itu hanya ada ia, Aska dan
asisten rumah tangga yang biasa menjaga rumah Aska.

“ha- hah? e-engga kok Ra, iseng aja tadi itu mah.” jawab
Aska terbata bata. Saat Nara ingin berbicara lagi, ibunya Aska
atau yang sering Nara panggil Tante Ela yang baru saja pulang
dari kantornya tiba tiba membuka pintu rumah Aska.

“Eh ra ya ampun maaf maaf tante jadi kagetin kalian


berdua, tante kira lagi gak ada orang.” Nara menghampiri lalu
salim kepada Tante Ela diikuti oleh Aska.

“hehe iya tante gak apa apa, ini juga Nara mau pamit
pulang kok tante, tadi cuma nganterin titipan dari ibu aja buat
tante sama Aska nyemil dirumah.” Nara berpamitan kepada
Tante Ela dan Aska.

“Terima kasih banyak loh Nara, sampaiin ke ibu ya


salam dari tante. Beneran ni udah mau pulang aja, tante baru
pulang loh baru ketemu kamu lagi juga, kamu udah jarang main
kesini soalnya akhir akhir ini nih. gak mau nginep aja nak? udah
malem juga ini.” Tawaran tersebut pastinya membuat Aska
menaruh harapan agar Nara menginap saja agar ia bisa lebih
lama melihat Nara secara langsung lebih lama lagi.

30
“Iya sama sama tante, Terima kasih atas tawarannya, tapi
kayaknya enggak dulu deh tante lain kali, aku pulang aja, toh
besok juga masih sekolah terus biar tante bisa istirahat juga kan
hehe” jawab Nara bersiap siap untuk pulang.

“oh yaudah kalo memang seperti itu, Aska, nak anterin


gih Naranya kasiah loh udah malem masa pulang sendiri.” Tante
Ela khawatir jika Nara pulang sendirian. Aska tentu tanpa basa
basi langsung mengambil kunci motor dan langsung tancap gas
mengantarkan Nara pulang.

Saat jalanan sedang sepi, Aska memberanikan dirinya


untuk menanyakan apakah pria itu lebih memukau dimata Nara
ketimbang dirinya. pertanyaan itu tentu mengundang gelak tawa
Nara. Nara tak menyangka bahwa Aska sebegitu memikirkan
tentang itu.

“Ya ampun Aska, yang bener aja lu nanya kayak gitu,


kalian berdua itu sama sama ganteng dan memukau dimata gw,
cuma karna lu udh terlalu sering dibangga banggain terus juga
karna gw sebelumnya ngerasa kalo gw gak pernah ngeliat itu
cowo aja jadi ya dia baru keliatan memukaunya sekarang gitu.”
Nara tak habis pikir dengan Aska.

31
Ada sedikit rasa lega di perasaan Aska saat mendengar
penjelasan Nara, namun bukan berarti rasa cemburu, dan
bersaing antara dia dan pria itu menjadi berkurang.

Tak terasa, karena waktu selama perjalanan dihabiskan


untuk mereka berdua mengobrol, mereka sudah sampai di depan
rumah Nara. Setelah Nara turun dan mengucapkan terimakasih,
ia berjalan masuk kedalam rumahnya. baru satu langkah, tangan
Nara ditarik oleh Aska, ia mengajak Nara untuk besok pagi
berangkat kesekolah bareng dengannya, sebagai tanda terima
kasih telah memberi kue kepadanya. Nara mengiyakan
ajakannya lalu masuk kedalam rumah dan ia bergegas pulang.

32
5
Pagi itu tiba, Nara sudah bersama Aska menuju ke
sekolah. tak butuh waktu yang lama, mereka sudah sampai di
sekolah, Nara diturunkan di dekat gerbang sekolah dan Aska
harus memarkirkan motornya terlebih dahulu di dekat lapangan
sekolahnya.

Baru juga mereka berdua berjalan memasuki gerbang


sekolah, sudah banyak yang membicarakan mereka berdua.
Sebenarnya pembicaraan seperti mereka berdua berpacaran atau
mereka terlihat sangat serasi tetapi sayangnya mereka hanya
bertemanan, itu sudah lah seperti makanan sehari hari mereka
berdua.

Sesampainya dikelas, mereka berpencar ke tempat


duduknya masing masing. Dena yang melihat Nara dengan Aska
tiba secara berbarengan langsung memiliki rasa penasaran yang
tinggi.

“cieelah dianterin doi nih, lagi akur kah makanya dia


mau disuru nganterin lu?” tanya Dena

33
“dia sih yang ngide nganterin gw, soalnya semalem abis
gw kirimin kue buat dia sama nyokapnya.” mendengar itu, Dena
sudah tak heran lagi mengapa Aska mau mengantarkan Nara.

Nara melihat kearah sosok pria misterius itu, Nara ingin


menghampirinya tetapi ia di panggil untuk rapat panitia pensi
sekolahnya, mau tak mau ia harus mengurungkan niatnya untuk
berkenalan dengan pria itu.

Seharian Nara hanya sibuk rapat, mengurus semua yang


dibutuhkan untuk pensi sekolahnya, sampai sampai seharian ia
tak kembali belajar ke kelas. Aska yang sadar akan hal itu,
merasa sedikit khawatir kepada Nara, ia takut nara lupa untuk
makan dan kelelahan.

Saat jam istirahat, Aska bergegas ke kantin membeli


beberapa makanan dan minuman untuk Nara. Setelah
mendapatkan apa yang ia mau, ia mencari Nara di ruang rapat,
namun nihil Nara tak berada di dalam ruangan itu.

Aska mencari cari Nara keseluruh lingkungan sekolah,


tapi hasilnya sia sia. Nara tak terlihat sedikitpun. Pada akhirnya
bel berbunyi dan ia belum juga bertemu dengan Nara. Ia
menitipkan makanan dan minuman tersebut ke anak panitia yang
lain.
34
Nara baru saja kembali dari luar untuk membeli beberapa
bahan properti yang akan digunakan, sesampainya di ruang
rapat, ia langsung diberikan beberapa makanan dan minuman
yang dititipkan oleh Aska.

“Aneh ni anak, gak biasanya dia seperhatian ini sama gw


tumben banget.” Nara cukup bingung mengapa Aska tiba tiba
membelikannya makanan dan minuman.

Sesudah rapat itu selesai, Nara kembali ke kelasnya,


karna tak memungkinkan untuk menanyakan langsung kepada
Nara karna sedang ada guru, Aska mengirim pesan kepada Nara,
ia bertanya apa makanan dan minumannya sudah di makan. Nara
menjawab, sudah dan ia pun sekaligus bertanya kenapa Aska
tiba tiba menjadi seperhatian ini terhadap Nara, karna semenjak
naik kebangku SMA Aska berubah 180 derajat menjadi lebih
diam dan tak terlalu perhatian kepada Nara.

Aska baru tersadar bahwa semenjak ia cemburu kemarin,


ia menjadi sangat cemas, takut Nara menjadi lebih dekat kepada
yang lain. Padahal mereka berdua hanyalah berteman sejak kecil
dan tak harus bertingkah se perhatian ini lagi.

Apa iya ia jatuh cinta kepada Nara?

35
Pesan dari Nara hanya dijawab singkat “engga apa apa
lagi mau aja” oleh Aska. Aska menjadi semakin diam dan tak
perhatian seperti tadi lagi.

Nara tak terlalu memikirkan perubahan Aska, karena


sudah biasa Aska menjadi seperti itu.

Tak lama dari kembalinya Nara ke kelasnya, Bel pulang


sekolah berbunyi. Semua siswa termasuk Nara bergegas
membereskan tas nya dan langsung saja pulang kerumah masing
masing.

Saat berjalan di Lapangan, terlihat pria misterius itu


sedang bermain basket, awalnya Nara ingin menghampiri pria
itu, namun apa boleh buat, ia sedang bersama Dena, ia tak ingin
dianggap lupa ingatan karna tak mengenal teman sekelasnya
sendiri.

36
6
Hari dimana di sekolah Neo di adakan pensi pun tiba,
sekolah Neo banyak mengundang penyanyi terkenal sehingga
ramai sekali orang orang dari dalam atau pun luar sekolah yang
menonton. Tiket berhasil dijual hingga habis. Nara tentunya juga
semakin sibuk dengan menjadi panitia di acara tersebut.

Dari pagi Nara sudah ada di sekolahnya untuk mengurus


acara yang akan di mulai pada sore hari itu. Ia harus memastikan
semua akan berjalan lancar nantinya.

Seharian Nara sangat sibuk sekali mengurus artis artis


dan tentunya anak sekolah Neo yang akan tampil. Tema dari
pensi ini adalah seperti kerajaan kerajaan dewa kuno. Nara
walaupun sibuk mengurus sana sini, ia terlihat sangat amat
cantik dan anggun dengan pakaian seperti itu.

Acara pensi sekolah Neo pun akan segera dimulai, orang


orang yang sudah memegang tiket mulai berdatangan. Aska,
Dena, dan pria misterius itu ikut menonton acara pensi tersebut.

37
Semua orang sudah terkumpul di lapangan Sekolah Neo,
dan saat yang di tunggu tunggu oleh seluruh penonton pun
dimulai.

Saat acara berlangsung, Nara yang sudah tak ada


pekerjaan yang harus di selesaikan lagi menyempatkan
waktunya untuk menonton pensi itu. Nara asik memvidio kan
penyanyi yang sedang tampil itu. Karna banyaknya penonton,
tubuh Nara yang tak seberapa besar terbawa kesana kemari
terombang ambing diantara para penonton.

Keadaan mulai tak terkendali, Nara terombang ambing


hingga terjepit diantara penonton. Saat ia merasakan mulai
pusing karna terbawa kesana kemari, ada satu tangan yang
menariknya dari belakang. Nara merasa lega dan dapat bernafas
dengan lega lagi.

Baru saja merasa lega, Nara tersentak lagi karena yang


menolongnya adalah pria misterius itu. Nara ditarik menuju
stand minuman. Pria itu membelikannya air mineral dan
memberikannya kepada Nara. Nara berterimakasih kepada pria
itu sembari Nara mengatur nafasnya.

“Na-nama lu aduuhh… nama lu siapa sih?” Tanya Nara


masih tersengal sengal karna nafasnya belum teratur.
38
“Gw…. gw ga tau nama gw siapa” jawab pria itu
seadanya.

“Hah? Gimana? Gak tau nama sendiri? Hmm…. HAH


MASA IYA GAK TAU NAMA SENDIRI?!” Nara heran,
bagaimana bisa seseorang tak tau namanya sendiri.

“I..iya gw gak tau… gw bukan dari….” jawab pria itu


terputus oleh kehadiran Dena.

Belum juga selesai berbicara, Dena yang sedang panik


mencari Nara langsung saja menghampiri Nara saat ia
menemukannya.

“Ra ya ampun gw cariin lu kemana ajaa, malah berduaan


sama si dia, ayo lu udah di tungguin yang lain tuh buat
pembagain konsumsi” tanya Dena panik.

“Ehh iya iyaa, makasih yaa buat minumnya, sorry gw


duluan lain kali gw tanya lagi nama lu, dadah.” Nara mendengar
pembagian konsumsi langsung terbangun dan pergi
meninggalkan pria itu. Pria itu hanya tersenyum ramah kepada
Nara.

39
Seusai pembagian konsumsi, Nara memakan makanan
bagiannya dan memainkan ponselnya. Ia membaca ulang pesan
dari Aska. Ia baru sadar sebenarnya Aska sering kali
memberikannya perhatian yang lebih. Nara makan sambil
tersenyum senyum sendiri teringat masa kecilnya yang jauh
lebih dekat lagi dengan Aska dari pada masa sekarang.

Saat memikirkan tentang Aska, Nara malah teringat akan


jawaban pria tadi, bagaimana bisa ia tak tau namanya sendiri.
Nara rasa pria itu hanya menyembunyikan identitasnya saja. Tak
mau banyak orang yang mengenalnya, mungkin pria itu
introvert pikir Nara.

Tapi sepertinya tadi ia ingin bilang sesuatu yang lebih


tetapi Dena memotong pembicaraannya, seingat Nara ia ingin
bilang kalo ia bukan dari… bukan dari apa? Entah lah, Nara
melanjutkan makannya saja tak ambil pusing memikirkan hal
seperti itu.

Seusai makan, Nara bergegas ke depan untuk mengecek


apakah acara masih berjalan lancar atau tidak. Saat mengecek
sekeliling acara ia malah bertemu dengan Aska. Baru saja ingin
menghampiri Aska, ada perempuan yang lebih dahulu
menghampiri Aska.

40
Lily, sosok wanita incaran seluruh pria dia sekolah Neo,
seperti nama bunga Lily yang dikenal sebagai bunga yang
memiliki keindahan dan tampilan elegan, seperti itulah sosok
Lily di mata semua orang.

Nara mengurungkan niatnya untuk menghampiri Aska,


ia memilih untuk lanjut melihat sekeliling sekolah yang belum
ia cek. Di sisi lain Aska sebenarnya tak begitu suka dengan Lily
dan terkadang risih akan kehadirannya. Di mata Aska hanya
Nara lah yang memiliki keindahan sesuai dengan yang ia
dambakan.

Sepanjang acara, Lily berusaha untuk mendekati Aska,


Nara yang meskipun sudah mengalihkan pandangannya masih
saja merasa khawatir teman dekatnya sebentar lagi akan direbut
oleh sosok wanita yang bahkan kalau dibandingkan dengan
dirinya, tak ada apa apanya.

Seusai acara pensi itu, Nara dengan panitia yang lain


membersihkan seluruh wilayah yang digunakan untuk acara itu.
Saat sedang menyapu lapangan, tak sengaja ia menemukan
boneka kecil berwujud wanita menggunakan seragam sekolah,
saat ia amati, boneka itu mirip seperti dengan boneka yang ia

41
temukan di dalam kotak antik itu, hanya saja dalam versi
wanita.

“Maaf, ini bonekanya punya gw” dari belakang pria


misterius itu mengambil boneka yang sedang dipegang oleh
Nara, ia terlihat sangat panik karna kehilangan boneka itu.

Nara menyerahkan boneka itu, saat ia hendak


menanyakan tentang boneka itu, pria misterius itu bilang bahwa
dia harus pergi karna masih ada urusan yang lain dan bergegas
pergi.

Nara pulang pada sore hari, di sekolah hanya tersisa


dirinya dan anggota panitia yang lain. Sempat tersebar rumor
bahwa tadi Aska mengantarkan Lily pulang. Suasana hati Nara
sedang tak seindah senja di hari itu.

Nara tiba dirumahnya lalu ia langsung membersihkan


dirinya dan merapikan barang barang bawaanya. Sesudah
mandi, ia membuka kotak antik itu. Mengambil dan mengamati
boneka yang ada didalamnya.

“Dilihat lihat boneka ini mirip banget sama boneka


punya dia, cuma ya ini versi cowoya aja…. Terus kalo dilihat

42
lihat lagii… bonekanya mirip tampilannya sama cowo misterius
itu….” Batin Nara

Nara meletakkan boneka dan kotak antik itu di atas nakas


disamping kasurnya. Saking lelahnya, Nara tertidur dan
melewatkan makan malamnya.

Keesokan paginya, hujan turun membasahi kota dimana


Nara tinggal. Rasanya sangat malas untuk berangkat kesekolah.
Tapi ibunda Nara bukanlah orang yang mentolerir izin sekolah
tanpa alasan yang jelas.

Nara berangkat diantar ibundanya bersekolah, awalnya


ingin diantar oleh Aska tapi entah lah, Nara sedang tidak ingin
berada di dekat Aska sekarang.

Begitu sampai dikelasnya, Nara yang tadinya lemas tak


niat untuk sekolah, sekarang matanya terbuka lebar setelah
melihat tak ada bangku milik pria misterius itu.

Sampai jam istirahat pertama tiba pun pria misterius itu


tak tampak juga. Nara sempat mengira bahwa pria itu sakit atau
izin, tapi mengapa bangkunya juga hilang. Nara bertanya tanya
kepada dirinya sendiri.

43
Nara merasa ada sesuatu yang aneh, apakah ini mimpi?
Nara mencubit dirinya sendiri dan terasa sakit. Sial, ini bukan
lah mimpi.

Apa iya ada hubungan antara boneka, ia, pria itu dan
kotak antik itu? Semenjak Nara menemukan kotak itu, banyak
kejadian kejadian tak terduga didalam hidupnya.

Nara sangat ingin menanyakan banyak hal, tapi tak ada


satupun orang yang mengerti apa yang ia tanyakan. Semua orang
punya jawaban yang sama, tak ada satupun yang membantu
menyelesaikan puzzle ini. Karna pusing memikirkan semuanya,
Nara memilih untuk tidur saat jam istirahat ke dua.

Bel selesai istirahat membangunkan wanita muda itu dari


tidurnya. Ia merasa semua tenaganya sudah kembali terisi dan
siap untuk melanjutkan pembelajaran selanjutnya.

Saat ia merenggangkan tubuhnya, masuklah sosok laki


laki yang tak asing baginya, bukan Aska, tetapi sosok pria
misterius itu lah yang masuk. Pria itu masuk dan dengan
santainya duduk di bangkunya. Nara rasa sepertinya sedikit lagi
dia akan gila.

44
Jam yang di tunggu tunggu Nara akhirnya tiba, Jam
pulang sekolah. Entah tersambar apa, Aska mengajak Nara
untuk pulang bersamanya. Nara yang sedang pusing, sampai
lupa bahwa suasana hatinya sedang tidak baik kepada Aska, ia
menerita tawaran itu.

Disepanjang perjalanan pulang Nara hanya terdiam,


bengong, melihat kearah jalanan. Aska yang melihat tingkah
Nara yang tak biasa akhirnya menanyakan ada apa dengan Nara.

Nara menceritakan semua kejadian dan keanehan yang


ia alami, Aska akhirnya mengerti mengapa Nara akhir akhir ini
tampak bingung dan suka menanyakan hal hal yang aneh. Aska
yang tak merasa adanya keanehan sedikit khawatir atas kondisi
Nara, ia takut bahwa Nara mulai pikun.

Setelah Nara selesai bercerita panjang lebar,


mencurahkan seluruh keluh kesahnya, Aska memberikannya
sebuah saran.

“Ra, gimana kalo kita periksa ke dokter, bukannya apa


apa Ra, takutnya lu lupa ingatan apa udah mulai pikun gitu saraf
nya keganggu.” Jawaban Aska tadi dibalas dengan cubitan maut
Nara. Bukannya memberi solusi, Aska malah berfikir yang tidak
tidak.
45
Aska yang kesakitan karna dicubit Nara sedikit oleng
dalam membawa motor dan hampir saja mereka berdua terjatuh
dari motor. Tentu keduanya panik, Nara akhirnya meminta maaf
karna ia reflek mencubit Aska.

Sesampainya di rumah Nara langsung masuk


kekamarnya. ia lihat ke nakas dekat tempat tidurnya. Kotak antic
beserta boneka nya tak ada disitu. Ia mencari apa iya ada yang
menaruhnya di laci atau ditempat tempat lain di sekitar
kamarnya. Ia tak berhasil menemukan kotak itu.

Setelah lama sekali Nara mencari, Akhirnya kotak itu ia


temukan berada di atas lemari bajunya. Ia tanya kepada ibunya
siapa yang meletakkan kotak itu diatas lemari. Ternyata ibunya
lah yang menaruh kotak itu, karna jika tak ditaruh diatas kotak
dan bonekanya akan dimainkan oleh adiknya, nadin.

Nara sedikit lega mendengar ibunya, ia kira kotak itu


bisa berpindah sendiri saking banyaknya kejadian yang aneh
dalam hidupnya. Ia juga lega karna kotak dan boneka itu tidak
menjadi objek mainan adiknya.

Entah mengapa baginya, sekarang kotak antik itu tak


bisa dianggap barang sepele, kotak antic itu sudahlah seperti
barang penting yang tak semua orang dapat memegangnya.
46
Mungkin karna itu salah satu barang kesukaan Nara yang dengan
tak sengaja dia dapatkan, jadi ia merawatnya dengan benar.

Saat malam hari tiba, tiba tiba Nara merasakan dadanya


sesak, degup jantungnya seperti dipaksa dipompa sekuat tenaga,
pandangannya buyar, Nara yang tadinya hendak berjalan
menuju keluar dari kamarnya terjatuh terduduk di lantai. Nara
memgangi dadanya dan berusaha mengatur nafasnya. Dengan
tenaga yang seadanya Nara berusaha memanggil ibunya.

Sebelum ibunya datang, tenaga yang Nara punya untuk


menahan semuanya sudah habis, Nara pingsan di depan pintu
kamarnya. Ibunya walaupun panik, tetapi ibunya tetap sigap
bergegas menggendong Nara untuk dibawa menuju ke rumah
sakit.

47
7
Setibanya dirumah sakit Nara langsung saja dibawa ke
unit gawat darurat. Tak lama, dokter yang akan menangani Nara
tiba, Nara dilakukan pemeriksaan, dokter merujuk Nara agar
diperiksa di dokter spesialis jantung karna ada kecurigaan bahwa
jantung Nara bermasalah.

Setelah menunggu dokter spesialisnya datang, langsung


saja Nara dilakukan cek secara lengkap. Ibunda Nara sangat
khawatir akan kondisi anak pertamanya itu.

Setelah menunggu cukup lama, Nara sudah tersadar dari


pingsannya, hasil pemeriksaan juga sudah keluar. Hasil
pemeriksaan tersebut mengatakan bahwa Nara mengidap
Aritmia.

Aritmia adalah gangguan Kesehatan yang membuat


pengidapnya mengalami detak jantung tidak teratur, baik lebih
cepat maupun lebih lambat. Jika detak jantungnya sudah mulai
terasa tidak biasa, bisa berakibat fatal hingga menyebabkan
kematian mendadak.

48
Tentu ibunya sangat terkejut akan hasil pemeriksaan itu,
ibunya teringat akan almarhum ayah Nara yang meninggal karna
keganasan penyakit jantung yang dideritanya dulu. Ibunda Nara
tak ingin kehilangan Nara seperti ia kehilangan orang yang
paling ia cintai dulu.

Ibunda Nara memutuskan untuk Nara dirawat beberapa


hari kedepan agar Nara setidaknya bisa mendapatkan perawatan
terlebih dahulu dari dokter.

Nara yang diberi penjelasan dokter tentang penyakit


yang diidapnya juga sudah pasti terkejut dan merasa sangat
sesak, sulit untuk menerima kenyataan bahwa ia mengidap
penyakit yang sama dengan almarhum ayahnya. Nara masih
ingin hidup lebih lama lagi.

Namun apa boleh buat, Nara hanya bisa menerima


kenyataan yang terjadi pada dirinya. Lagi juga bukan berarti
mengidap penyakit itu waktu hidupnya hanya tersisa sedikit. Ia
percaya, jika ia bisa menjaga dirinya ia masih bisa hidup normal
seperti biasanya.

Setelah 4 hari dirawat di rumah sakit, dokter


membolehkan Nara pulang. Sebelum pulang dokter
menyarankan agar Nara menggunakan Jam tangan digital yang
49
dapat mengukur detak jantungnya. Jika detak jantungnya kurang
atau lebih dari skala normalnya, jam itu akan memberikan
notifikasi berupa bunyi sehingga Nara bisa mengkonsumsi obat
yang diberi atau membatasi aktivitas yang dilakukannya.

Demi keselamatan anaknya, Ibunda Nara membelikan


jam tangan yang ternyata harganya tak murah itu untuk Nara.
Wajar saja jam itu tak murah, tampilan dan fungsi jam itu bisa
dibandingkan dengan jam jam mahal diluaran sana.

Selain jam itu, setiap bulannya Nara juga diminta untuk


kontrol secara teratur untuk melihat keadaan jantungnya secara
teratur.

Keesokan paginya, Nara bersiap siap kesekolah, tak lupa


ia menggunakan jam nya itu, dan membawa obat obatan yang
sekiranya ia butuhkan.

Setibanya ia di sekolah, ia langsung di kerumuni teman


teman kelasnya yang khawatir kepadanya karna ia tak masuk
selama 4 hari. Nara menerima pertanyaan secara bertubi tubi,
seperti kemana saja dirinya pergi? Bagaimana kabarnya?,
kenapa ia tak sekolah?, apakah ia sakit? Sakit apa?, dan masih
banyak lagi. Nara hanya menjawab dirinya baik baik saja dan
duduk di bangkunya.
50
“ Ra ini bekas infus? Lo dirawat Ra? Kok gak bilang
bilang” Dena melihat tangan kiri Nara, ada bekas infus dan juga
jam tangan yang baru ia lihat.

“Eh… hehe iya Na, gw dirawat kemarin. Kemarin gw


pingsan di depan kamar, pas dibawah kerumah sakit. Pas dibawa
kerumah sakit eh malah di diagnosis punya penyakit jantung
hehe jadi gw harus pake ini jam biar gw bisa ngatur detak
jantung gw hehe biar gak over.” Sudah ditanya seperti itu, mau
tak mau Nara menceritakannya.

Teman teman Nara yang mendengar cerita Nara sudah


tidak diragukan lagi, merka pasti sangat sangat terkejut. Mereka
semua memberikan ucapan semangat dan doa semoga Nara
cepat sembuh.

Sekumpulan yang mengitari meja Nara tadi bubar karena


sudah ada guru yang masuk ke kelasnya. Aska yang tadi tak
sengaja mendengar cerita Nara mengkonfirmasi ulang dengan
menanyakannya ke ibu Nara melalui pesan.

Ia diam diam mengirimi ibunda Nara pesan saat ada guru


yang mengajar. Sialnya hari itu ia ketahuan oleh guru yang
sedang mengajar. Seisi kelas menengok kearahnya setelah guru

51
itu meneriaki namanya. Aska akhirnya dihukum berdiri diluar
kelas hingga kelas guru itu selesai.

Saat pembelajaran sudah dimulai kembali, Nara


dipanggil karna ada kegiatan osis pada waktu itu. Setelah izin
kepada guru yang mengajar, Nara keluar dari kelas.

“Lah kok keluar juga? Ketauan main hp sama guru killer


itu juga?’ tanya Aska yang melihat Nara keluar dari kelas.

“Enak aja, lo kira gw kayak lu apa?” jawab Nara. Saat


Nara ingin pergi Aska malah mengikutinya.

“Lah kok ngikut?” tanya Nara.

“Ya dari pada sendirian disini, emang lu mau kemana?”


Aska mendekat ke Nara.

“Gak gak gak, gak ada ikut ikut, gw mau ada kegiatan
osis, lu gak bisa ikut As.” Nara tak bisa membawa Aska ikut
bersamanya. Akhirnya Nara meninggalkan Aska sendirian.

Aska tiba tiba di panggil untuk masuk kedalam. Yang


memanggil Aska adalah pria misterius itu. Saat masuk kedalam
kelas, guru itu berkata bahwa pria misterius itu lah yang
membela Aska, pria itu bilang kepada guru bahwa Aska tidak
52
bermain ponselnya, Aska hanya berniat untuk memindahkan
ponselnya itu.

Kebohongan pria itu menolong Aska, saat Aska ingin


berterimakasih, Aska tak dapat mengingat nama dari pria itu. Ia
benar benar tak menginatnya. Bahkan merasa ia tak mengenali
pria itu. Tapi tak pikir Panjang, Aska berterima kasih kepadanya
dengan menyebut pria itu dengan istilah ‘Bro’.

Saat kembali duduk ke bangkunya, ia teringat akan cerita


Nara. apa iya pria itu memang benar benar tak memiliki nama
seperti apa yang di katakan Nara?

53
8
Nara yang sudah selesai melakukan kegiatan osisnya
ingin kembali ke kelas, tapi niat itu ia urungkan karena tanggung
sebentar lagi sudah waktunya istirahat. Akhirnya ia memutuskan
untuk menunggu waktu istirahat di taman belakang sekolah.

Di taman itu ia duduk di ayunan seorang diri sambil


memainkan ponselnya. Benar saja tak lama bel istirahat pertama
sekolahnya berbunyi. Tanpa Nara sadari Pria misterius itu duduk
sembari memakan eskrim di bangku yang berada tak jauh dari
ayunan yang ia duduki.

Setelah asik memainkan ponselnya, Nara yang ingin


kembali ke kelas bangun dari ayunan. Saat ingin kembali, ia
malah melihat pria misterius itu duduk dibangku taman sedang
memakan eskrim sembari melihat ke gantungan kunci berbentuk
boneka yang pernah ia temukan waktu itu.

Nara menghampiri pria itu. Nara menyapa pria itu lalu


duduk di sebelahnya. Pria yang sedikit terkejut akan kehadiran
Nara langsung memasukkan boneka itu ke sakunya.

“eh, itu tadi boneka yang gw temiun kemarin ya? Gw


juga punya boneka sejenis kayak gitu, tapi ya versi cowonya gitu

54
sih… kalo diliat liat bonekanya agak mirip lu hehe” Nara
sebenarnya ingin tahu dari mana ibunya dan pria itu
mendapatkan bonekanya, tau saja ia bisa membelikannya untuk
adiknya yang sebentar lagi ber ulang tahun.

“O-oh… b-boneka itu… itu sebenernya emang gw…”


kata pria itu dengan suara pelan.

Nara yang samar samar mendengar perkataan pria itu


mengira bahwa pria itu hanya bercanda.

“Hah? Hahaha yang bener aja masa boneka jadi


manusia.. gak mungkin lah ya. Oh iya waktu it ulu belom kasi
tau nama lu ke gw, gak mungkin lu gak punya nama, lu orangnya
introvert ya? Atau kayak orang yang gak mau dikenal banyak
orang gitu? Apa jangan jangan lu mau jadi bagian dari intel habis
ini makanya seberusaha mungkin nutupin identitas?” tanya
Nara.

“Engga, gak gitu konsepnya…. Gw emang gak punya


nama… ya karna gw bukan dari dimensi ini…” jawab pria itu.

Mendengar itu Nara tertawa bagaimana mungkin


manusia lain berasal dari dimensi lain, apakah yang sekarang
berbicara padanya itu hantu?

55
Asik menertawai pria itu, saat Nara ingin memberi
pertanyaan lagi, Pria itu sudah menghilang. Nara seketika
terdiam, menoleh kearah belakang dan mencari kesekitar
keberadaan pria itu, tapi hasilnya nihil.

Di sisi lain. Adik Nara, Nadin masuk kedalam kamar


Nara yang pintunya tak di kunci. Ia tak sengaja menjatuhkan
kotak antik milik Nara. Boneka yang berada didalamnya sampai
keluar dari dalam kotak itu. Nadin yang melihat boneka itu,
dengan sigap mengambil lalu memainkan boneka itu seharian.

Nara yang kebingunan mencari pria itu sampai lupa


bahwa ia belum makan dan meminum obatnya, baru sampai
depan kelasnya, dada Nara sudah terasa sesak. Dengan jalan
yang sempoyongan Nara memasuki kelasnya yang sepi karena
selama istirahat semua anak kelasnya berpencar entah ke kantin,
taman atau pun lapangan.

Nara langsung saja memakan bekal dan obat yang


dibawa olehnya. Setelah menyelesaikan makannya dan juga
sudah meminum obatnya. Dada Nara mulai membaik kembali
tak se sesak tadi.

56
Nara melihat ke arah belakang. Kursi milik pria itu juga
ikut menghilang. Ia berfikir, apa iya dunia sudah tidak baik baik
saja? Apa iya ini bagian dari konspirasi dunia?

Jam istirahat telah habis, semua teman teman kelas Nara


juga sudah kembali ke kelas kecuali pria itu. Selama pelajaran
berlangsung, Nara hanya fokus kepada guru dan catatannya
karna sebentar lagi akan di lakukan ujian kelulusan.

Dirumah, ibunda Nara yang melihat Nadin memegang


boneka milik Nara segera mengalihkan pandangan Nadin ke hal
yang lain sehingga Nadin mau melepaskan boneka itu. Setelah
berhasil, ibunya cepat cepat mengembalikan boneka itu
kedalam kotak antic yang terjatuh tadi.

Jam istirahat kedua telah tiba, Nara biasanya


menggunakan waktu istirahat keduanya untuk merapikan
catatan materi pelajaran jika sedang tak ada kegiatan.

Saat sedang asik mencatat, Nara tak sengaja melihat pria


misterius itu berjalan dari belakangnya. Nara langsung saja
menghentikan langkah pria itu dengan menahan tangan pria itu.

“Tunggu, tadi kenapa lo tiba tiba menghilang? Meja


sama bangku lu di belakang juga hilang, lo kemana aja? Kok tiba
tiba muncul lagi” tanya Nara.
57
“Nara, gw udah bilang tadi gw bukan dari dimensi ini,
gw bisa kapan aja menghilang kalo kotak itu gak disimpan
dengan benar.” Pria itu keceplosan memberi tahu Nara tenang
sebuah kotak,

“Kotak? Maksudnya?” Nara tetap saja belum paham atas


perkataan pria itu.

Melihat keadaan sekitar kelas yang sudah sepi, pria itu


menyuruh Nara duduk dan dirinya sendiri menarik bangku untuk
duduk di bagian meja dimana Nara duduk.

“Gw udah bilang dari awal kalo gw gak punya nama, dan
gw gak punya nama juga ada alasannya yaitu karena gw bukan
dari dimensi ini Ra, dan boneka yang lu maksud mirip sama gw,
itu emang gw Ra, boneka itu harus dimasukin kedalam kotak
dan kotak itu sebelumnya harus diaktivin dulu pake cahaya
rembulan biar gw bisa muncul di dimensi ini” pria itu
menjelaskan semuanya kepada Nara.

Nara yang mendengarkan semua penjelasan itu


tercengang dan reflek menutup mulutnya dengan tangan.

“B-berarti… k-kotak antik sama boneka itu yang


ngebawa lu ke dimensi ini?” tanya Nara

58
Pria itu mengangguk, Nara masih terkejut atas semua
kejadian yang ia alami sekarang. Pria itu meminta untuk Nara
menunjukka kepadanya kotak beserta boneka yang ia miliki.
Nara dan pria itu membuat janji untuk bertemu di taman dekat
rumahnya untuk menunjukkan itu semua.

Tanpa mereka berdua sadari, dari tadi ada seseorang


yang memperhatikan mereka dari jendela kelas Nara. Tak hanya
memperhatikan ia juga mengambil foto kedekatan Nara dengan
pria itu, lalu mengirimkan foto itu ke Aska. Puas dengan
aksinya, ia tersenyum puas dan cepat cepat pergi sebelum ada
orang yang mengetahui keberadaannya.

Aska yang menerima pesan dari nomor tak dikenal itu,


awalnya tak menghiraukan pesan itu. Tetapi setelah ia melihat
foto yang dikirimkan, seketika bau bau kecemburuan itu
muncul. Aska yang tadinya sedang mengobrol dengan temannya
membahas voli, pergi begitu saja meninggalkan teman temannya
menuju kelas.

Sesampainya ia dikelas, pemandangan yang ia dapatkan


adalah Nara yang sedang mencatat ditemani oleh pria itu. Nara
mencatat sambil bercerita bagaimana ia bisa mendapatkan kotak
antik itu.

59
Kesalah pahaman pun meruak memenuhi pikiran Aska,
Aska yang geram Nara didekati oleh pria itu langsung
menghampiri mereka dan mendorong bangku yang di duduki
pria itu.

Mereka berdua pasti sangatlah terkejut, mereka hanya


sedang bercerita masalah dimensi lain, tiba tiba Aska datang dan
mendorong kursi pria itu seperti orang yang sedang kesetanan.

Aska mencengkram kerah seragam pria itu dan berkata


bahwa tak ada yang bisa mendekati Nara kecuali dirinya, sampai
pria itu mendekati Nara maka pria itu akan habis ditangannya.

Nara berusaha memisahkan keduanya, dan melindungi


pria itu tapi tak juga terpisahkan. Keadaan itu membuat Nara
panik dan detak jantungnya menjadi tak terkontrol, jam
tangannya sudah memberikan notifikasi bahwa detak
jantungnya terlalu tinggi.

Nara tersungkur kelantai tak kuat menahan rasa sakit di


dadanya. Pria itu melihat Nara tersungkur kelantai langsung
mendorong Aska agar dirinya dapat lepas dari cengrakam Aska.
Setelah berhasil lepas dari cengkraman Aska, ia langsung saja
menggendong Nara dan berlari membawa Nara ke UKS.

60
Aska yang baru sadar dengan kondisi Nara setelah pria
itu berhasil lepas darinya, merutuki dirinya sendiri. Niatnya
adalah melindungi Nara dari pria lain, tapi bukannya melindungi
ia malah membuat Nara panik.

61
9
Nara berakhir menghabiskan waktunya di UKS, ibunya
tak bisa datang karna harus bekerja pada saat itu, mau tak mau
pria itu lah yang menemani Nara di UKS.

Pada jam istirahat kedua, Aska menghampiri Nara di


UKS, ia ingin meminta maaf kepada Nara. Ia hanya takut
kejadian beberapa tahun lalu yang dialami adik sepupunya
menimpa Nara juga.

Aska memiliki pandangan buruk dengan pria yang


menemani perempuan terlebih hanya berdua di tempat yang sepi
karna adik sepupunya pernah menjadi korban kekerasan seksual
dengan teman kelasnya sendiri.

Nara mengerti akan hal itu, tetapi alangkah baiknya Aska


melihat lihat situasi terlebih dahulu dan tak langsung mengecap
orang seburuk itu. Aska akhirnya bilang kepada Nara bahwa ada
yang mengirimkannya foto saat Nara dan Pria itu berdekatan,
Aska yang melihat itu langsung khawatir kepada Nara dan khilaf
mendorong serta mencengkram pria itu. Nara memaafkan
kesalahan Aska, ia meminta Aska untuk lebih berfikir lagi
sebelum bertindak kedepannya.

62
Akhirnya jam pulang sekolah tiba, Nara diantar Aska
pulang kerumahnya, Lily yang mendengar tentang Aska
mengantar Nara pulang merasa kesal karna rencananya tadi
gagal. Lily ingin membuat Aska menjadi benci kepada Nara,
namun hasilnya malah kebalikannya, Aska dan Nara menjadi
semakin lengket.

Sesampainya dirumah, Nara mandi dan membereskan


semuanya. Sore ini ia ada janji dengan pria itu ditaman. Ia
menyiapkan kotak dan boneka itu, tak lupa ia memastikan
boneka itu masuk kedalam kotak, jika tidak ia tak akan bisa
bertemu dengan pria itu.

Jarak dari rumah dan taman tak jauh, Nara berjalan kaki
menuju taman, sepanjang jalan ia menikmati senja yang indah.
Sesampainya di taman ternyata pria itu sudah menunggunya, ia
duduk di bangku taman.

Nara duduk di sebelahnya, Nara mengeluarkan kotak


antik yang berisi boneka itu dan menunjukkannya pada pria itu.

“ini kotak dan boneka yang bisa bikin kamu ada di


dimensi ini kan?” tanya Nara.

63
“iya bener banget, kalua boneka itu kamu keluarin, aku
bisa menghilang sekarang” jawab pria itu, Nara yang penasaran
langsung membuktikan perkataan pria itu.

Dan benar saja ternyata, pria itu menghilang begitu saja.


Nara yang usil memasukkan dan mengeluarkan boneka itu dari
kotak dengan frekuensi yang cepat. Dan ya, pria itu muncul lalu
hilang lalu muncul lalu hilang lagi. Pria itu menahan tangan Nara
agar tidak melakukan kegiatan itu lagi.

“kalo boneka perempuan ini aku masukin kedalam kotak


itu, kamu gak akan hilang, tapi kamu akan mendapatkan
ingatanmu yang hilang. Tapi bukan ingatan semasa kamu ada di
dimensi ini… tapi dimensi lain” ujar pria itu sembari
menunjukkan boneka perempuan itu.

Nara penasaran aka napa yang dapat ia ingat kembali, ia


meminta kepada pria itu untuk mencoba hal tersebut. Akhirnya
boneka perempuan itu dimasukkan kedalam kotak itu bersamaan
dengan boneka laki laki itu.

Tiba tiba saja Nara merasakan pusing yang teramat sakit


di kepalanya, gambaran dari ingatan ingatan itu mulai terbentuk
dibenaknya. Dalam ingatan itu tergambar bahwa jauh, sangat
jauh dari masa sekarang, mereka adalah raja dan ratu sebuah

64
kerajaan. Mereka awalnya hidup bahagia, namun ada satu
pasukan kerajaan dan permaisuri dari kerajaan lain yang sangat
cinta mati kepada sang ratu dan raja. Karna sudah cinta mati,
seorang pasukan kerajaan bersekongkol dengan permaisuri itu
untuk menculik ratu dan membawanya jauh dari raja.

Gambaran ingatan ingatan itu berhenti sampai situ. Nara


melihat dirinya menjadi sosok ratu, pria itu sebagai raja, dan
Aska menjadi pasukan kerajaan itu. Nara sangat kagum atas
keajaiban kotak antik dan boneka itu.

“Oiya ngomong ngomong… kamu kan belom punya


nama nih… gimana kalo kamu namanya Arkais aja? Kebetulan
kamu keluarnya dari barang antic terus tadi dikelas belajar
barang antik kan dan kata antik itu kata lainnya Arkais hehe”
Nara ngide memberikan nama kepada pria itu agar ia tak sulit
jika ingin memanggil pria itu.

Pria itu setuju dengan nama yang diberikan Nara, mulai


sekarang Nara akan memanggilnya Arkais atau tidak Kais agar
lebih mudah.

Tak terasa malam sudah hampir datang, Nara diantar


oleh Kais pulang kerumahnya. Sepanjang jalan, mereka berdua
menjadi pemandangan indah publik. Mungkin bukan mereka

65
berdua, tetapi terlebih kepada Kais yang memiliki paras yang
rupawan.

Sesampainya Nara dirumahnya, ia mengajak Kais untuk


masuk terlebih dahulu. Kais menerima ajakan itu, ia dikenalkan
kepada ibunda Nara, dan juga adiknya Nara.

Ibunda Nara terpukau akan ketampanan Kais yang tiada


tandingnya itu, Ibunda Nara mengajak Kais untuk makan malam
bersama diluar. Meskipun awalnya Kais menolak tawaran itu.
Dengan paksaan Nara, akhirnya ia menuruti kemauan ibunda
Nara.

Mereka makan dan menghabiskan waktu di Restoran


milik Almarhum ayah Nara yang sekarang di kelola ibunya.
Mereka memesan beberapa jenis hidangan. Malam itu menjadi
malam yang menyenangkan untuk semuanya.

Setelah makan, Nara dan Ibunya mengantarkan Kais


pulang. Di perjalanan pulang menuju rumah, Nara baru ingat
bahwa Kais kan muncul dari dimensi lain, ia tak memiliki ponsel
untuk berkomunikasi jarak jauh. Ia berniat untuk memberikan
ponsel lamanya yang masih sangat sangat layak untuk
digunakan kepada Kais.

66
Keesokan paginya, hari sabtu, pagi pagi Nara sudah
bersiap siap jogging di taman. Ia berangkat sendiri, walaupun
sendirian Nara tak takut dan Nara orangnya cenderung cuek
kepada hal lain saat ia sendirian. Dengan earphone yang
memutar lagu kesukaanya, Nara mulai pagi hari nya dengan
jogging.

Setelah beberapa kali putaran, ia merasa lelah, detak


jantungnya pun mulai meningkat, ia duduk di bangku taman
untuk istirahat mengatur nafasnya sembari meminum air mineral
yang baru saja ia beli.

Saat sedang beristirahat, didepannya lewat seseorang


mengenakan pakaian serba hitam. Seseorang itu menjatuhkan
secarik surat. Nara yang melihat surat itu, bangun untuk
mengambil dan memanggil manggil orang itu memberitahu
bahwa barangnya terjatuh.

Orang itu tak menghiraukan Nara, ia terus berjalan. Nara


yang detak jantungnya belum stabil, ingin mengejar orang itu
tetapi tak mau mati konyol begitu saja.

Saat ia lihat surat itu, amplop dari surat itu bertuliskan


‘untuk Nara’. Melihat namanya tertulis disurat itu, ia langsung
membuka amplop tersebut dan membaca isi dari surat tersebut.

67
“jangan pernah sekali kali kau berika ia nama, jika sudah
terlanjur cepat hapus nama yang ia gunakan sekarang. Jika tak
kau hapus maka secara perlahan kotak itu akan hilang
keajaibannya.” Isi surat itu.

Nara merasa surat ini memang untuknya, kemarin ia baru


saja memberikan Kais nama dan Kais kan berasa dari kotak.
Walaupun ancaman dari surat ini membuat dirinya sedikit
khawatir Kais akan menghilang selamanya. Tapi bukan Nara
namanya kalua ancaman model begini ia turuti, terlebih ini
ancaman tak jelas dari mana.

Tak ambil pusing dengan ancaman itu, Nara melanjutkan


joggingnya. Saat matahari mulai terik ia berhenti jogging dan
kembali kerumahnya.

Saat kembali kerumah, Nara dipanggil ibunya. Mereka


berdua berbincang di ruang tamu. Ibunya berkata bahwa ibunya
dan ibunda Aska sudah sepakat bahwa Nara akan dijodohkan
dengan Aska. Ibu sangat berharap kepada Nara untuk menerima
perjodohan ini.

“Ibu, ap aini semua gak terlalu cepat? Bukannya Nara


gak mau tapi kan Nara sama Aska masih sekolah bu. Nara masih

68
mau lanjut kuliah buat ngejar cita cita Nara.” Nara takut ia tak
bisa menggapai cita citanya.

“Iya nak, ibu tau kamu masih mau menggapai cita cita
mu, kamu masih bisa kok untuk menggapai itu semua, toh ini
baru hanya pertunangan kok, bukan berarti kamu besok banget
dinikahin sama dia” penjelasan ibunda Nara terdengar
melegakan, tapi tetap saja ini terasa terlalu cepat untuk Nara.

Mau tak mau Nara harus menuruti ibunya. Ia mau


menolak sekeras apapun ibunya pasti akan meminta lalu
menjelaskannya secara perlahan kepadanya dan pada akhirnya
akan dituruti juga olehnya.

Ibu bilang bahwa akan ada pertemuan antar keluarga


besok malam, mulai dari baju, sepatu, dan lain lainnya ternyata
sudah disiapkan oleh ibu dan Tante Ela dari jauh hari.

Keesokan harinya sejak pagi hari Nara sudah diminta ke


salon untuk melakukan perawatan agar dirinya terlihat cantik
maksimal nanti malam. Padahal tanpa melakukan itu semua pun
Nara sudah sangat cantik dimata Aska.

Nara yang hanya bisa berpasrah dengan keputusan


ibunya menjodohkan dirinya dengan Aska ya sebenarnya

69
merasa sedikit senang karna dirinya bisa mendapat perawatan di
salon secara cuma cuma.

Nara menikmati semua perawatan yang dilakukan hari


itu. Mulai dari ujung rambut hingga ujung kuku kakinya
dilakukan perawatan oleh beberapa pekerja professional di salon
itu.

Pulang pulang dari salon, Nara sudahlah sangat cantik.


Rambutnya yang di styling, wajahnya yang diberikan polesan
make up yang natural, kuku kukunya yang di warnai senada
dengan warna gaun cantik yang akan digunakannya nanti,
membuat Nara terlihat sempurna.

Malam dimana akan adanya perkumpulan keluarga


itupun tiba, sesampainya Nara dan ibunya di restaurant itu
langsung disambut hangat oleh pelayan yang ada disana,
pelayan pelayan itu menghantarkan Nara dan ibunya ke ruangan
VIP yang ada disana.

Didalam ruangan itu sudah ada Aska beserta


keluarganya. Aska yang kelihatan santai padahal dalam dirinya
ia sedang berharap cemas takut Nara akan menolak perjodohan
ini.

70
Saat pintu ruangan itu terbuka dan muncul lah Nara
beserta ibunya, mereka berdua langsung disambut oleh ibu dan
ayah Aska. Aska yang melihat Nara sangat sangat cantik pada
malam itu sampai terdiam, terpukau melihat kecantikan Nara. Ia
sampai lupa untuk menyapa Nara dan ibunya secara langsung.

Nara menerima pujian yang bertubi tubi dari ibu dan


ayah Aska. Nara mendengar pujian pujian itu sampai tersipu
malu dan pipinya menjadi semakin merona.

“Aska, ibu tau Naranya cantik banget, tapi udah lah


ngeliatinnya gak usah gitu banget. Kamu gak mau nyapa Nara
sama ibunya kah?” perkataan ibunya itu membuyarkan lamunan
Aska.

“E-eh, iya maaf tante, lagian anak tante cantik banget sih
hari ini jadi gak fokus kan.” Siapa wanita yang tak tersipu jika
dibilang seperti ini.

Setelah Aska bersalaman kepada Ibunda Nara, semuanya


duduk di kursinya masing masing. Tak lama dari itu, makanan
mulai dihidangkan dan semuanya menikmati makanan yang di
hidangkan.

71
Setelah semuanya menikmati hidangan yang tersedia,
Acaranya pun dimulai, acara itu di buka dan dibawakan oleh
ayah Aska. Acaranya dibagi menjadi beberapa sesi.

Ada sesi dimana Aska dan Nara dapat saling


memberikan pertanyaan. Nara memulai sesi itu terlebih dahulu
dengan memberikan Aska pertanyaan apakah Aska bersedia
menerimanya yang memiliki banyak kekurangan, seperti
memiliki penyakit jantung.

Aska dengan tegas menjawab bahwa dirinya siap untuk


menerima semua kekurangan Nara, ia akan berusaha melindungi
Nara semampunya. Aska tak masalah dengan apa yang diderita
Nara, yang terpenting Nara juga bisa menerima semua
kekurangannya.

Setelah sesi pertanyaan habis. Sesi yang paling ditunggu


tunggu oleh semua pihak pun tiba.

“Tante, maksud dan tujuan saya mengundang tante dan


Nara kesini, ingin meminta izin tante untuk dapat melamar anak
tante dan menjadikan dia istri Aska dimasa depan. Saya berjanji
akan menjaga dan membahagiakan Nara semampu saya.” Ucap
Aska dengan serius

72
“Iya nak, sebelumnya terimakasih telah mengundang
kami dan memilih Nara sebagai pasangan mu. Tante sangat
senang Nara dapat bertemu orang yang baik seperti Aska. Tante
mengizinkan Aska untuk melamar Anak tante, tante harap kamu
dapat menjaga, membagaiakan dan menjadinya orang yang lebih
baik kedepannya. Tapi kembali lagi kepada Nara, semua
keputusan ada ditangannya.” Semua menengok ke arah Nara.

“Nara, apakah kamu mau menjadi pasangan ku dan


menerima semua kelebihan dan kekurangan ku?” tanya Aska.

Nara dengan gugup menjawab bahwa dirinya mau


menjadi pasangan Aska serta bersedia untuk menerima segala
kelebihan dan kekurangannya.

Semuanya tampak senang setelah Nara mengatakan


bahwa ia mau, terlebih lagi Aska ia sampai menitihkan air
matanya. Nara lah sosok perempuan yang ia idam idamkan
semenjak ia kecil.

Nara dan Aska saling bertukar dan memasangkan


cincinnya secara bergantian. Aska juga memberikan Nara
bucket bunga mawar putih yang melambangkan kemurnian dan
juga kesetiaan cinta.

73
Kedua pihak keluarga setuju untuk tidak mempublik
hubungan Nara dengan Aska terlebih dahulu karna status
mereka yang masih pelajar dirasa terlalu cepat jika keduanya
sudah bertunangan.

74
10
Keesokan paginya, Nara berangkat sekolah diantar oleh
Aska, mungkin sampai seterusnya itu akan menjadi rutinitas
baru Aska setiap paginya.

Pada hari itu, disekolah sedang mengadakan pekan


olahraga yang hanya dilakukan setahun sekali. Siswa perempuan
menggunakan kaos berwarna pink dan siswa laki laki memakai
kaos berwarma biru. Semua murid bertanding dalam beberapa
macam olahraga. Nara dan Aska tentu ikut andil dalam pekan
olahraga itu.

Sesampainya di sekolah, Nara dan Aska berpencar karna


Aska sebagai pengkoordinir dan penanggung jawab lomba voli
harus mengecek beberapa hal, sedangkan Nara langsung
mencari keberadaan Kais untuk menyerahkan ponsel lamanya.
Tak perlu susah susah untuk mencari, Kais sendiri masih berada
didalam kelas. Setelah memberikan ponsel itu, Nara mengajari
Kais cara untuk menggunakan ponsel itu.

Setelah Kais mengerti, Kais berpamitan kepada Nara


untuk pergi duluan karna ia harus menyiapkan diri untuk
bertanding voli. Nara akhirnya turun sendirian karna Dena juga
bertugas sebagai penanggung jawab lomba yang lain.
75
Saat menuruni tangga Nara tak sadar ada segerombolan
geng Lily yang sedang geram kepadanya. Lily membuat
pernyataan bahwa Nara tak cukup hanya memiliki 1 laki laki, ia
berada diantara 2 laki laki dengan paras yang bisa dibilang
sempurna di sekolah ini.

Saat keadaan tangga mulai ramai, Lily menyuruh salah


satu kawannya untuk mendorong Nara. Ia mendorong Nara saat
ramai agar tak ketahuan bahwa dialah yang mendorong Nara.
Nara terkejut atas dorongan itu dan tidak bisa mengontrol
tubuhnya sendiri.

Kais dari kejauhan melihat aksi tersebut segera berlari


kearah tangga, untung saja ia tak terlambat, Nara terjatuh
kelantai tetapi ia terjatuh di dekapan Kais.

Untung saja mereka berdua tak kenapa napa, hanya saja


Nara yang panik karna jatuh membuat degup jantungnya sedikit
tak terkendali. Belum lagi saat ia saling bertatapan dengan Kais,
yang tadinya belum ada notifikasi dijam nya, semenjak
bertatapan jam tangan nya memberikan notifikasi bahwa degup
jantung Nara sedang berlebih.

Aksi nya yang gagal membuat segerombolan itu semakin


kesal dan bergegas pergi meninggalkan tempat itu.

76
Aska yang melihat Nara sedang berdekapan dengan
lelaki itu tentunya langsung menghampiri dan membantu Nara
untuk bangun. Nara bangun dibantu oleh Aska. Aska
menanyainya ada apa dan mengapa ia bisa berdekapan dengan
Kais.

Pertama tama, Nara berterima kasih kepada Kais karna


telah menolongnya, mungkin jika tadi ia tak ditolong oleh Kais,
sekarang kakinya sudah ada yang patah. Setelah berterimakasih
kepada Kais, Nara menjelaskan semuanya kepada tunangannya
itu. Untung saja Aska tak gegabah seperti waktu itu dan ia mau
mendengar cerita Nara terlebih dahulu.

Akhirnya, mereka bertiga bersama sama ke area


lapangan indoor milik sekolahnya karna pada hari itu cuaca
sedang tak bisa berkompromi. Kais yang membawa jaket,
memberikan dan memakaikan jaket itu ke Nara.

Nara berterimakasih atas perhatian dari Kais yang


memberikannya jaket. Nara sangat suka dengan aroma yang
menempel pada jaket Kais. Rasanya hangat, nyaman dan juga
menenangkan baginya. Aska yang melihat itu hanya bisa diam
dan menatap tajam kearah Kais.

77
Pertandingan yang pertama ada voli. Nara duduk di
tribun bersebelahan bersama Dena yang sedari menunggunya.

Aska dan Kais berada dalam satu team, dalam


pertandingan ini, Aska ingin menunjukkan kehebatannya dalam
bermain voli kepada Nara. Tetapi selama setengah waktu
permainan dimulai, Kais lah yang paling banyak mencetak poin
untuk teamnya.

Tak terima akan hal itu, Aska terus terusan berusaha


menunjukkan kemampuannya. Pada akhirnya tetap saja Kais lah
yang paling banyak mencetak poin dan membuat teamnya
masuk kebabak selanjutnya.

Aska tak bisa menerima itu, walaupun teamnya menang


tapi bagaimana bisa ia kalah saing dengan Kais. Pada babak
selanjutnya Aska menggembor lapangan, ia lah yang berkuasa
di permainan babak kedua ini. Babak kedua ini lagi lagi
dimenangkan oleh teamnya.

Sepanjang perlombaan voli, saat team Aska dan Kais


bermain, hanya mereka berdualah yang mendominasi permainan
tersebut. Nara bingung mau mendukung siapa, disatu sisi Aska
adalah tunangannya, dan Kais adalah temannya yang sama sama
memiliki peforma yang bagus. Pertandingan voli di akhiri

78
dengan menangnya team Aska dan Kais, mereka ada di
peringkat pertama.

Setelah waktu istirahat, selanjutanya adalah lomba bola


panas, perlombaan ini dilakukan dengan 2 regu dimana regu lain
harus bisa merebut bola dari regu lawan, tetapi bola tak boleh
mengenai bagian tubuh lain, jika terkena bola maka peserta itu
langsung keluar dari lapangan.

Aska, Nara, Kais, Dena dan Lily ikut andil dalam


perlombaan ini. Nara satu regu dengan Kais dan Dena
sedangkan Aska satu regu dengan Lily. Sebenarnya Aska setelah
tau ia tak satu regu dengan Nara melainkan satu regu dengan
Lily ingin keluar dan tidak ikut dalam perlombaan ini. Tapi apa
boleh buat orang orang yang sudah terdaftar tak dapat
membatalkannya.

Entah mengapa sepanjang permainan, saat Lily


memegang bola, sasarannya selalu kepada Nara. Untung saja
Nara adalah orang yang lumayan gesit dan memiliki reflek
menghindar yang bagus. Diam diam Aska selalu berusaha
mengcegat Lily agak tidak mengincar Nara.

Kais juga melindungi Nara dari sasaran bola. Pernah


pada satu waktu, detak jantung Nara terlalu tinggi sehingga Nara

79
butuh diam untuk meredakannya. Dengan sigap Kais berdiri
didepan Nara untuk melindungi Nara. Kerja regu yang kompak
membuat regu Nara lah yang memenangkan pertandingan itu.

Saat istirahat kedua, karena diluar sudah tidak hujan Kais


mengajak Nara ke deretan kran air yang berada didekat taman
untuk membasuh tangan dan mukanya. Nara iseng mencipratkan
air itu ke Kais. Kais yang memiliki tangan lebih lebar dari Nara,
sehingga saat Kais membalas Nara, bagian muka Nara langsung
basah.

Nara yang terkejut akan balasan Kais, berpura pura


marah kepada Kais, ia menekuk bibirnya. Tak ia menyangka
Kais akan meminta maaf sambil mengelap mukanya dengan
tangan besar tetapi halusnya itu. Saat mukanya di elus oleh
tangan Kais, entah mengapa Nara merasa sangat nyaman tetapi
dirinya juga merasa sangat tersipu.

Lagi lagi mereka bertatapan, Kais memandangi wajah


cantik Nara. Ia tersadar bahwa Nara tak lah hanya cantik
wajahnya tetapi hati, dan juga perbuatannya juga cantik. Kais
terpesona oleh kecantikan Nara.

Nara yang tak kuat lagi melihat ketampanan Kais,


mengalihkan pandangannya dari tatapan Kais. Kais juga

80
menjadi kikuk di depan Nara, tapi entah mengapa sebuah
senyuman terukir di bibir Kais.

Mereka berdua sebelum kembali ke lapangan, pergi ke


bazar yang tersedia di sekeliling pelataran lapangan Indoor.
Nara membeli beberapa makanan dan minuman sekalian untuk
teman temannya didalam, Kais dengan cekatan membantu Nara
untuk membawakan semua makanan dan minuman itu.

Sesampainya di tribun yan tadi ia duduki, Nara


membagikan makanan dan minuman yang tadi ia beli ke teman
temannya. Aska yang melihat Nara kembali dengan Kais tentu
saja terbakar api cemburu, tetapi ia teringat dengan kata kata
Nara bahwa ia tak boleh gegabah dalam berfikir. Seharian Aska
hanya bisa menahan rasa cemburunya dan juga emosinya.

Nara duduk disebelah Aska sambil menikmati makanan


berupa kue yang tadi ia beli di depan. Aska menatap Nara dalam
dalam. Nara yang merasa dilihatin, mengira Aska ingin
merasakan kue yang sedang ia makan, sehingga ia menyuapi
Aska dengan kue miliknya.

Aska yang disuapi, menerima suapan dari Nara dengan


senang hati. Hitung hitung sekalian memanasi Kais yang duduk
di satu sisi lain Nara. Kais awalnya tak menghiraukan itu, tapi

81
mengapa ia lama kelamaan merasakan sesak yang teramat di
dadanya?

Di akhir acara pekan olahraga itu, terdapat sesi


pembagian hadiah beserta foto bersama. Nara dan Kais
mewakili regunya dalam permainan bola panas. Dalam fotonya,
Kais merangkul Nara dengan Kais memegang hadiah dan Nara
memegang piala.

Setiap foto yang diambil, foto itu bisa langsung dicetak


disana. Nara mencetakkan foto itu sekaligus 2, satu untuk
dipegang olehnya dan satu lagi ia berikan kepada Kais. Karena
casing ponselnya yang transparan, Nara meletakkan foto itu di
dalam casing ponselnya. Sedangkan Kais menjadikan foto itu
pajangan di kamarnya nanti sepulang sekolah.

Sepulangnya dari sekolah, Nara diantar kembali


kerumahnya oleh Aska. Sepanjang jalan Aska hanya terdiam, ia
masih menahan kecemburuan yang telah menjalar keseluruh
bagian tubuhnya. Pada saat acara tadi, momen dimana ia
harusnya bersama Nara malah posisinya tergantikan dengan
Kais.

82
Tak banyak bicara, Aska sesudah menurunkan Nara langsung
putar balik dan kembali mengendarai motor kesayangannya itu
menuju ke rumahnya.

Setelah ia membersihkan tubuh, Nara memilih untuk


tiduran di kasurnya dan bermain ponsel, ia menunggu kabar
Aska sudah sampai dirumahnya atau belum. sembari menunggu,
ia mengirim pesan kepada Kais mengecek apakah Kais sudah
bisa menggunakan ponselnya atau belum.

Ternyata Kais sudah bisa menggunakan ponselnya.


Bahkan ia sudah bisa mengganti foto profilnya menjadi foto
kemenangannya tadi bersama Nara.

Saat asik mengirim pesan kepada Kais, ada pesan masuk


dari nomor yang tak ia kenal. Pesan itu berisi “Nara, ini aku
orang yang pernah kau cari cari waktu itu, aku ingin
menyampaikan beberapa hal kepadamu. Kutunggu kehadiranmu
di taman dekat rumah mu sore ini. Salam hangat-R”

Nara mengingat ingat, siapa selama ini orang yan pernah


ia cari cari dengan inisial R. setelah beberapa waktu berfikir, ia
ingat bahwa waktu pertama kali kotak itu ada ditasnya, ia
mencari cari Kak Ray, pemilik toko antic yang menghilang itu.

83
Nara mengiyakan perintah pesan dari nomor tak dikenal
itu. Tetapi Nara juga waswas, takut jika ini hanyalah jebakan
orang yang iseng kepadanya. Saat ingin kesana, Nara tak lupa
membawa semprotan lada miliknya dan juga tongkat baseball
milik almarhum ayahnya untuk berjaga jaga.

Sesampainya ia ditaman, ia tak melihat siapapun ada


ditaman itu. Ia menunggu sosok Kak Ray di bangku yang ada
ditaman itu. Tak lama kemudian, munculah sosok Kak Ray
dihadapan Nara.

“wo..wow… kenapa kamu bawa bawa tongkat


baseball?” tanya Kak Ray kepada Nara. Nara menjawab bahwa
ini lah barang satu satunya yang dapat ia gunakan untuk
melindungi diri saat ada orang yang sedang menjahilinya.

“aah… jadi sebenarnya kau takut yang mengirim pesan


itu bukan aku… oke aku tak akan mengulur, ngulur waktu lagi.
Aku hanya ingin menyampaikan bahwa sebaiknya nama yang
kau berikan kepada pria itu kau hapus lagi secepat cepatnya,
sebelum semua orang memanggilnya dengan nama buatan mu
itu.” Selama ini, Kak Ray mengamati pergerakan Nara dan pria
itu dari kejauhan.

84
Nara enggan menghapus nama itu, pikirnya toh itu hanya
nama, tak akan berdampak apa apa dengan Kais. Nara memang
dikenal sebagai orang yang mudah digoyahkan, sekali itu sudah
menjadi keputusannya, maka keputusan itu sudah fiks dan tak
bisa diganggu lagi.

Kak Ray menjelaskan semuanya ke Nara. Nara yang


lama kelamaan kesal dengan Kak Ray, langsung saja pergi
meninggalkan Kak Ray, ia pulang kerumahnya dengan keadaan
kesal. Ia tak menghiraukan perkataan Kak Ray sedikitpun.

85
11
Keesokan harinya, saat Nara berjalan dikoridor
sekolahnya tiba tiba saja tasnya ditarik dari belakang. Tarikan
itu membuatnya berputar balik kearah belakang. Ternyata yang
menarik tasnya itu adalah Kais.

“Hai, hehehe selamat pagi.” Sapanya pagi hari itu.

Nara seketika merasakan pipinya hangat dan memerah


karna saat ia berputar menghadap kebelakang posisi mukanya
dengan muka Kais sangatlah dekat sampai sampai ia bisa
mencium aroma parfum khas milik Kais.

“lucu banget tenyata kalo pipinya lagi merah gitu” goda


Kais. Nara yang benar benar merasakan malu, menutup
mukanya lalu berlari kedalam kelas.

Saat jam pertama dimulai, tak ada guru yang masuk


kedalam kelas, Kais menghampiri bangku Nara dan memberikan
2 buah tiket nonton kepada Nara. Ia mengajak Nara untuk
menonton bersamanya sepulang sekolah. Nara yang memiliki
waktu senggang menerima ajakan itu, lumayan nonton dibayarin
sama Kais.

86
Sepulang sekolah, Nara dan Kais memesan taxi online
untuk menuju ke bioskop terdekat. Kais bercerita bahwa ia
sebenarnya diberikan tiket itu secara gratis saat hendak pergi ke
sekolah orang seorang perempuan yang sepertinya baru saja
diputusi oleh kekasihnya.

Sesampainya di bioskop, mereka bergegas membeli


popcorn dan juga minuman lalu masuk kedalam ruang bioskop
sesuai yang ada di dalam tiketnya.

Tak disangka tiket yang didapatkan Kais merupakan


tiket velvet class, velvet class adalah bioskop yang didalamnya
menggunakan 1 bed untuk 2 orang. Dua duanya terkejut saat
memasuki ruangan bioskop ini.

Keduanya bingung harus bagaimana, jika mereka


membatalkan nya maka tiket ini sangat saying sekali, harganya
juga lumayan. Mau tak mau mereka berdua duduk didalam satu
bed. Awalnya mereka canggung tetapi lama kelamaan tak
secanggung itu karna telah menikmati alur cerita yang disajikan
film itu.

Tak tau kenapa saat itu, Nara sangatlah mengantuk,


mungkin karena ia kelehan seharian sekolah, ia tertidur dan tak
sengaja bersandar di Pundak Kais yang lumayan bidang itu.

87
Kais tak menjauh ataupun menolak, ia malah
memperbaiki posisi duduknya agar Nara lebih nyaman lagi.
Nara yang terbiasa memeluk guling saat tertidur, sekarang
malah mendekap Kais. Kais tak tau harus bagaimana,ia bingung
haruskah ia membalas pelukan Nara atau tidak.

Nara terlihat seperti kedinginan, badannya sedikit


meringkuk. Dalam posisi ini tak mungkin Kais menarik selimut
karna bergerak sedikit saja akan membuat posisi menjadi tidak
enak dan bisa membangunkan Nara. Mau tak mau Ia membalas
pelukan Nara.

Setelah 2 jam, akhirnya film itu selesai. Kais ikut tertidur


dalam posisi berpelukan bersama Nara. Nara memiliki
kesensitifan terhadap cahaya pada saat tidur, saat lampu bioskop
dinyalakan kembali, Nara terbangun. Ia terkejut dengan
posisinya sekarang. Tapi bukannya melepaskannya, Nara malah
memperhatikan wajah Kais yang masih rupawan saat tertidur.

Kais terbangun karna ada beberapa kebisingan penonton


yang lain saat keluar dari ruang bioskop. Nara yang melihat Kais
bangun berniat untuk melepaskan pelukannya, tetapi Kais tetap
menahan pelukannya.

88
Kais larut dalam kenyamanan pelukan Nara, ia berharap
diberi sedikit lagi waktu untuk memeluk Nara lebih lama. Nara
yang malu menjadi tontonan public karena mereka masih juga
berpelukan, memlepaskan pelukan Kais secara paksa.

Kais cemberut, ia masih mengantuk tapi sudah harus


keluar dari bioskop itu. Setelah mereka berdua keluar dari
Bioskop itu, mereka memutuskan untuk makan terlebih dahulu.

Seusai makan, mereka berdua kembali kerumah masing


masing. Nara berterimakasih banyak kepada Kais karna telah
mengajaknya menonton bioskop hari ini.

Rabu, pagi hari, karna kelelahan kemarin, Nara menjadi


kurang enak badan dan tak masuk sekolah. Di sekolah Aska
langsung mencari keberadaan Kais. Ia mengintrogasi Kais karna
terakhir kali kemarin ia melihat Nara bersama Kais. Kais diberi
pertanyaan bertubi tubi dari Aska. Aska menanyakan kemana
saja kemarin mereka pergi sampai sampai Nara bisa sakit.

Kais menjawab dan menjelaskan semua yang ia lakukan


kemarin bersama Nara. Mulai dari memesan taksi online,
mereka menonton, mereka ketiduran, lalu mereka terbangun
lalu makan lalu pulang.

89
Aska mengomeli Kais, panjang lebar Aska mengomeli
Kais semuanya ia bahas, mulai dari penyakit yang Nara idap,
bahayanya jika Nara kelelahan, waktu menonton yang pas,
bahkan makanan yang Nara makan pun dibahas olehnya. Kais
hanya menaggapi omelan panjang lebar Aska dengan kata “ok.”

Sepulang sekolah, Aska menyempatkan untuk


menjenguk Nara dirumahnya. Sesampainya dirumah Nara, ia
langsung saja izin ke ibunda Nara untuk masuk ke Kamar Nara
untuk menemui Nara.

Saat Aska memasuki Kamar Nara, ternyata Naranya


sedang tertidur pulas. Ia tadi sebelum kesini menyempatkan
untuk membelikan martabak manis kesukaan Nara, ia
meletakkan martabak itu di nakas sebelah tempat tidur Nara.

Aska mengecek suhu badan Nara dengan menaruh


punggung tangannya diatas jidat Nara. Suhu badan Nara
ternyata sedang tinggi. Dengan cekatan Aska langsung
mengambil kompres tempel yang tersedia diatas nakas dan
memasangkan dijidat Nara.

Karna Aska sudah dicari ibunya, ia pamit kepada Nara


yang masih tidur dan mengecup dahi Nara. Lalu tak lupa ia juga

90
berpamitan untuk pulang kepada ibunda Nara. Setelah selesai
berpamitan, ia bergegas pulang.

Nara yang sebenarnya sudah setengah sadar, terbangun


saat Aska keluar dari kamar tidurnya. Dia salah tingkah karna
Aska mengecup dahinya. Degup jantungnya meningkat, pipinya
memerah dan disatu sisi merasa beruntung karna dipilih laki laki
yang benar benar menyayanginya.

91
12
Keesokan harinya Nara sudah kembali kesekolah. Saat
memasuki kelas, ia tak menemukan keberadaan Kais beserta
bangku dan kursinya. Ini sudah pasti karna ulah Aska yang
kemarin masuk kedalam kamarnya.

Kemarin Aska melihat kotak antic berisi boneka itu lalu


mengeluarkan boneka itu, saat ingin memasukkannya kembali
ia ditelfon oleh ibunya, sehingga Aska menaruh begitu saja
boneka dan kotak itu diatas meja rias Nara tanpa mengembalikan
boneka itu kedalam kotak itu lagi.

Nara segera menghubungi ibunya, berharap ibunya


belum berangkat ke restaurant milik almarhum ayahnya untuk
mengecek kondisi stok barang. Namun sepertinya usaha itu sia
sia, ibunya sudah pergi dan kemungkinan ibunya baru pulang
pada sore hari.

Seharian tanpa Kais, membuat Nara gabut. Biasanya ada


yang mengajaknya ke perpustakaan atau taman pada waktu
senggang. Ia ingin mengajak Aska tapi sudah pasti Aska lebih
memilih bergabung bersama teman teman volinya.

92
Ini adalah hari yang paling membosankan bagi Nara,
seharian ia hanya terdiam duduk atau tidur di bangkunya.

Sepulangnya Nara dari sekolah ia langsung bergegas


masuk kedalam mencari keberadaan kotak benerta boneka itu.
Setelah ketemu, boneka itu langsung saja ia masukkan kedalam
kotak dan menyimpan kotak itu di rak bagian atas.

Tak lama kemudian, Kais mengirimkan Nara pesan.


Nara menjelaskan kepada Kais kenapa ia tak bisa muncul
kedimensi ini hari ini.

Ujian kelulusan semakin dekat, semua siswa di sekolah


ini berlomba lomba untuk belajar, agar dapat mendapatkan nilai
tertinggi di sekolah. Lagi pula semakin tinggi nilai ulangannya
maka semakin mudah untuknya memasuki universitas yang
diminati.

Mungkin bagi Aska sudah mudah untuknya memasuki


universitas yang ia mau karna ia memang pintar dan memiliki
banyak sertifikat non akademik yang dapat ia lampirkan.

Nara juga lah siswa yang berprestasi di sekolahnya


dalam bidang akademik. Tapi ia takut jika ia tak menyiapkannya
dari sekarang maka ia bisa dikejar oleh orang lain.

93
Kais mengajak Nara untuk belajar bersama di
perpustakaan. Setiap istirahat tiba, mereka berdua langsung saja
pergi untuk belajar di perpustakaan. Terkadang Aska ikut
mereka untuk belajar bersama.

Ujian sudah benar benar di depan mata. Semua orang


mengerjakan ujian satu persatu dengan teliti. Nara yang sudah
belajar sejak lama, mengerjakan ujian tersebut dengan rileks. Ia
tak boleh panik agar ia bisa fokus dalam mengerjakan ujian.

3 tahun belajar, hanya untuk dites 3 hari. Selama hari hari


ujian akhir, Nara tak pernah lupa untuk belajar dan juga berdoa
kepada tuhan agar diberi kelancaran dan kemudahan.

Akhirnya semua tes sudah dilalui oleh para siswa


disekolah Neo. Hasilnya baru akan keluar besok. Sehabis ujian,
para siswa dibolehkan untuk pulang lebih awal.

Nara, Dena, Aska, dan Kais tak langsung pulang


kerumah, mereka ber 4 menghabiskan waktu luang mereka
untuk berjalan jalan di pinggir pantai. Kota mereka memiliki
sekitar 3 pantai yang jaraknya tak begitu jauh.

Kebetulan Dena dan Aska membawa motor jadi mereka


ber 4 menempuh perjalanan ke pantai menggunakan motor.

94
Kurang lebih setengah jam waktu yang mereka tempuh untuk
sampai di pantai yang mereka tuju.

Disana mereka menyegarkan fikiran dan juga berfotoria.


Disekitar pesisir pantai, banyak pedagang yang menjual
makanan khas laut. Mereka disana juga kulineran, mencicipi
banyak jajanan yang tersedia seperti kerang bakar yang
diatasnya diberi keju, gurita bakar dengan saus manis pedas dan
masih banyak lagi.

Mereka menghabiskan waktu dipantai hingga hampir


larut malam. Sesudah puas bermain dipantai, mereka kembali ke
rumahnya masing masing.

Sesampainya di rumah, Nara memainkan ponselnya. Ia


memposting foto foto yang diambil saat mereka berada di pantai.
Belum ada 1 jam postingan itu mendapat banyak like dan
comment yang positif.

Lily yang tak terima dengan kebahagiaan yang Nara


terima, ia malam itu juga, membuat akun berisikan rumor rumor
yang tak benar. Ia sampai rela begadang untuk membuat foto
foto pembulyan lalu ia mengedit seakan akan Nara lah yang
melakukan itu. Nara yang sudah tidur pada malam itu, tak
mengetahui akan hal itu.

95
13
Keesokan pagi, Nara masih harus kesekolah untuk
melihat nilai yang ia peroleh saat ujian kemarin. Pagi itu entah
kenapa Aska tak menjemputnya.

Setibanya di sekolah, ia menjadi pusat perhatian seisi


sekolah. Nara yang tak mengetahui apa apa bingung, mengapa
semuanya melihat dan membicarakannya seperti itu, apakah ia
kemarin membuat kesalahan? Sepertinya tidak.

Saat Nara memasuki kelas, ia melihat Dena, Aska, dan


Lily sedang mengobrol. Nara menghampiri mereka. Nara
menanyakan ada apa sebenarnya ini?. Mereka tak menjawab,
hanya tatapan jijik lah yang ia terima.

Kais yang baru saja sampai dikelas, menarik tangan Nara


dan membawanya ke taman belakang sekolah. Disitulah Kais
menunjukkan adanya akun yang memposting foto berwajah
Nara yang sedang membully salah satu siswa di sekolahnya.

Nara terkejut, jangan kan untuk membully, ia bahkan tak


pernah berbicara kepada siswa itu krna siswa itu sangat lah
tertutup. Ia memberi tahu kepada Kais bahwa bukan Nara lah
yang melakukan itu semua.

96
Kais percaya bahwa bukan Nara lah yang melakukan itu
semua. Kais yakin Nara tak sejahat itu.

Bel masuk pun berbunyi. Semuanya sudah berada


didalam kelas, tak lama wali kelas datang dan membagikan
selembaran berisi nilai nilai yang didapatkan para siswa pada
saat ujian kemarin. Setelah menyerahkan selembaran itu, wali
kelas itu kembali lagi keruang guru untuk mendata siswa yang
akan masuk universitas.

Nara mendapatkan nilai tertinggi di angkatannya lalu


disusul oleh Kais dan Dena lalu Aska. Semua orang menyoraki
dan melempari Nara dengan gumpalan kertas, mereka berkata
buat apa pintar dan cantik tapi kelakuannya tukang bully.

Nara menangis sejadi jadinya, bahkan pria yang menjadi


tunangannya sendiri tak membela tetapi malah ikut
menyorakinya. Kais yang melihat keadaan itu, langsung saja
menutupi Nara dengan jaketnya. Ia berteriak dengan tegas
menyuruh semuanya berhenti.

Kais membela Nara, ia mengatakan tak mungkin Nara


seperti itu, bahkan Nara pun akhir akhir ini saat istirahat selalu
bersamanya, belajar di perpustakaan. Nara tak akan mungkin
sempat untuk membully.

97
Tetap saja tak ada yang percaya terhadap Kais, mereka
malah menganggap Kais bersekongkol dengan Nara untuk
membully anak itu sehingga Kais membela Nara sekarang.

Untung saja hari ini hanya melihat nilai sehabis itu


langsung pulang. Nara tak perlu mendengarkan cemoohan dari
orang orang lagi.

Diam diam, Kais melaporkan hal ini kepada pihak yang


berwajib. Ia melaporkan ini sebagai tindak pencemaran nama
baik. Ia meminta agar foto ini di usut kebenarannya. Kais tak
main main, tak ada yang bisa menganggu wanita kesayangannya
disegala dimensi yang ada.

Seminggu kemudian, Kais mendapatkan informasi


bahwa foto ini memanglah editan, dan setelah akun tersebut
dilacak, akun tersebut menggunakan email berusername
“***Lily***@gmail.com”. langsung saja ia menyebarkan surat
pernyataan dari polisi ke grup Angkatan, grup kelas, dan juga
meminta admin pemegang akun sekolah untuk memposting itu.

Semuanya tak menyangka atas apa yang di perbuat oleh


Lily. Sekarang Lily terancam hukuman penjara atas dasar
melakukan pencemaran nama baik. Semua sekarang kembali
percaya pada Nara dan Kais.

98
Nara sangat berterima kasih kepada Kais, karna Kais lah
yang membantunya keluar dari masalah serumit ini. Nara
memutuskan untuk membatalkan lamaran dari Aska, ia sudah
terlanjur sakit hati. Bagaimana tak sakit hati, bahkan ia tak
membela Nara sedikitpun. Nara merasa bahwa hubungannya
dengan Aska hanya sampai pertemanan saja, tak lebih. Ia
mengembalikan cincin yang diberikan waktu itu.

Aska menyesali perbuatannya. Bagaimana bisa ia malah


pro terhadap orang yang memfitnah tnangannya sendiri. Namun
apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Ia hanya dapat
menerima kenyataan bahwa sekarang ia dan Nara tak akan
pernah bisa bersatu.

99
14
Satu bulan setelah kejadian itu, Lily sedang menjalan
kan hukumannya, dan beberapa hari lagi yang lainnya akan
mengadakan graduation atau hari kelulusan.

Nara sebagai pengkoordinir jalannya acara, menyiapkan


acara ini dari jauh jauh hari. Mulai dari konsepnya dan masih
banyak lagi. Ia tak mengatur ia hanya membuat konsep lalu
menyerahkannya ke panitia dan nanti akan dikerjakan oleh
panitia.

Hari ini ia ada janji dengan Kais. Katanya ia ingin


mengajaknya mencari baju untuk graduation nanti. Nara sedang
bersiap siap. saat sudah selesai, tak ada satupun pesan dari Kais
masuk ke ponselnya. Saat ia cek, nomor Kais menghilang begitu
saja. Agak janggal padahal ponselnya tidak ke riset.

Nara baru ingat dengan perkataan Kak Ray waktu itu,


bahwa kotak itu akan kehilangan keajaibannya jika ia tak segera
menghapus nama Kais. Tidak, tidak mungkin itu terjadi
sekarang kan?.

100
Nara mengecek akun akun yang pernah ia buatkan untuk
Kais. Tak ada satupun akun itu tersisa. Nara mengecek lagi ke
foto yang ada di bagian belakang ponselnya.

Sial, sosok Kias difoto itu juga menghilang. Nara masih


tak percaya bahwa ini semua akan benar benar terjadi.

Nara keluar dari rumah, seharusnya ia mencarikan baju


untuk Kais, tetapi sekarang ia malah mencari dimana sosok
Kais. Ia mencari ketaman, ke sekolah, ke perpustakaan, ke
pantai, tetap saja ia tak menemukan keberadaan Kais.

Sekarang, sudah 2 hari Kais menghilang. Nara terus


terusan berusaha untuk mengaktifkan kotak antic itu lagi, ia
selalu menyuinari kotak itu dengan rembulan, tetapi hasilnya sia
sia. Waktu hanya tersisa hari ini, besok sudah graduation.

Di hari terkahir Nara ada kesempatan mencari cari Kais,


ia malah bertemu Kak Ray. Ia menanyakan bagaimana cara
mengaktifkan kembali kotak itu. Namun Kak Ray hanya
menjawab dirinya takt ahu, hanya ketulusan cinta lah yang dapat
merubah segalanya.

Nara yang sudah lelah mencari Kais, sekarang hanya


bisa berpasrah dan menangis sejadi jadinya dikamarnya. Ibunya
sampai menenangkan Nara, namun tak berhasil.
101
Lelah menangis menyebabkan Nara tertidur pulas
semalam. Keesokan harinya, Nara sudah pasrah, Nara yang
sudah di dandani berusaha menahan sekuat kuatnya air matanya
agar tak keluar.

Ia diantar oleh ibunya menuju gedung aula sekolahnya.


Acara graduation itu pun dimulai. Saat pembagian medali pada
siswa yang kemarin berhasil mendapatkan nilai tertinggi, nama
Arkais tak disebutkan. Nara sudah benar benar pasrah jika harus
kehilangan Kais.

Saat memanggilan nama satu persatu untuk


menyerahkan rapot, tiba tiba saja nama Arkais disebut, tentu itu
membuat Nara terkejut dan mengharapkan Arkais yang
dimaksud ialah Kais, pria yang sekarang ia cintai.

Pria itu melangkah dari belakang, dan ya, benar saja itu
Kais yang Nara maksud. Nara tak percaya apa yang ia lihat di
depan matanya.

Seusai acara, Nara langsung mencari keberadaan Kais.


Saat ia sudah menemukannya ia malah terhalangi oleh para tamu
undangan di graduation itu lalu saat ia lihat lagi, Kais sudah tak
ada disana.

102
Tiba tiba ada seseorang yang memeluk Nara dari
belakang, orang itu berbicara “rasanya aku merindukan
pelukanmu yang sangat itu.” Iya, benar, itu adalah suara Kais.

Nara langsung saja memutar badannya dan memeluk


Kais se erat eratnya. Nara menangis sejadi jadinya di dalam
pelukannya.

“Ra, aku sekarang udah jadi manusia di dimensi ini


seutuhnya, aku udah gak akan hilang lagi. Maaf kemarin aku tiba
tiba menghilang gitu aja, aku harus mencari jalan ku sendiri
untuk bisa ke dimensi ini lagi, untung saja aku belum
ketinggalan graduationnya. Oiya ngomong ngomong… aku kan
udah gak akan hilang hilangan lagi, aku mau menyatakan
sesuatu Ra” Kais menjelaskan semuanya.

“nyatain a-apa? Ngomong aja” ucap Nara.

“aku… aku suka sama kamu Ra, apa kamu mau jadi
pasangan ku untuk selamanya?” ternyata yang ingin dinyatakan
adalah perasaannya.

“ya mau lah, kamu masih ilang ilangan juga aku mau”
Nara sudah pasti menjawab mau tidak mungkin ia menolaknya.

Mereka berdua pun hidup damai pada dimensi yang


sekarang Nara tempati.
103
Tentang Penulis

Nisrina Alifia Rahma Putri atau yang biasa dikenal


sebagai Nisrina atau Ninis adalah seorang pelajar di sekolah
SMAN 56 jakarta kelas 12 Mipa 2. Ia adalah seseorang yang
teguh dan juga ambisius dalam menulis novel.

Teguh dan ambisius disini dimaksudkan teguh dalam


kata kata “ah udah nanti aja, bikin cerita doang gampang” lalu
setelah itu dipaksa ambisius karna ternyata sudah dekat dengan
deadline.

104

Anda mungkin juga menyukai