Anda di halaman 1dari 6

Nama : Keysa Maudy Aprilia

Kelas : X-D

NASHAN

Suatu hari yang cerah, ada seorang laki-laki yang sedang berjalan ke arah kantin, laki-
laki ini masih duduk di kelas 12 SMA. Ia bernama Narendra, Narendra adalah satu satunya
laki-laki yang dikenal dengan kepintaran dan ketampanannya. Dia juga merupakan ketua osis
di sekolahnya, tentu saja satu sekolahnya sudah pasti kenal dengan sebutan nama "Naren".
Naren terlahir dari keluarga yang kurang akan ekonomi nya dan ayah naren sudah meninggal
sejak dia masih berusia 3 tahun, ibu naren hanya seorang pedagang ikan di pasar. Tetapi hal
itu tidak menghalangi naren untuk mencapai cita-citanya dan mewujudkan keinginan orang
tuanya, ia telah berhasil tumbuh menjadi seseorang yang pintar dia selalu memenangkan
segala lomba dalam bidang apapun. Naren percaya segala keberhasilan yang telah ia capai
juga merupakan sebuah berkat dan doa dari kedua orang tuanya.

“NARENN TUNGGU!!” Terdengar teriakan seseorang di belakang naren, ternyata


dia adalah Danan. Danan ini merupakan sahabat nya Naren, Danan sudah berteman dengan
Naren selama 6 tahun sejak mereka masih ada di bangku kelas 7 SMP. Danan sangat berbeda
sekali dengan Naren dia adalah seorang anak orang kaya tetapi sayangnya orang tuanya tidak
mempedulikan Danan, bahkan saat Danan lahir dia diurus oleh paman dan bibinya. Danan ini
mudah sekali menangis dan perlakuan dia seperti anak kecil, tetapi Danan mempunyai
banyak teman dan sangat dewasa jika dalam keadaan yang serius. Danan ini juga dikenal
sebagai detektif di sekolah

“Ayo cepat, gue udah lapar.” Ucap Naren sambil menengok ke arah Danan. Lalu
mereka menghampiri tempat makan mie ayam dan memesan 2 porsi untuk Naren dan Danan.
“Wah gila sih mie ayam bu ranti ga salah lagi, ENAK BANGET PARAH!” Ucap Danan
sambil mengunyah mie yang ada di dalam mulutnya. Melihat tingkah Danan, Naren hanya
bisa tertawa. Saat mereka sedang makan terdengar ada seseorang suara perempuan yang
sangat lembut yang sedang memesan makan kepada bu ratna, pada saat itu juga lirikan Naren
langsung melihat ke arah perempuan tersebut. Entah angin apa yang lewat tapi Naren sangat
terkejut sekali melihat seorang bidadari yang sedang memesan mie ayam, dia melamun
sementara Danan yang dari tadi mengajaknya bicara ia hiraukan. “Jadi gitu Ren ceritanya.”
Ucap Danan selesai bercerita, tapi Danan merasa tidak ada respon dari Naren. “Ren lo kok
diem aja?” Ucap Danan yang masih menikmati mie ayamnya. Ketika dia melihat ke arah
Naren, Danan hanya bisa menggelengkan kepala nya sebab selama dia bercerita ternyata
Naren memperhatikan perempuan yang ada di meja makan sebelah mereka.

“WOY NARENDRAAAAAA!!” Teriak Danan di kuping Naren, dia berteriak agar


Naren bisa kembali sadar dari lamunannya. Sontak Naren pun terkejut dan siswa di sekitar
kantin mengarahkan pandangannya kepada mereka berdua begitupun dengan perempuan
tersebut. Danan dan perempuan itu tertawa ketika melihat Naren terkejut, “NAN LO APA
APAAN SIH?” Bentak Naren yang menahan malu. “Ya lo abisnya gue lagi cerita malah
bengong liatin cewe meja sebelah” Jawab Danan sambil menyendok mie ayam nya kembali.
“Oh iya sorry deh.” Ucap Naren meminta maaf kepada Danan, Naren pun kembali memakan
mie ayam nya sambil berfikir siapa sebenarnya perempuan tersebut karena pada dasarnya
Naren tidak pernah tahu menahu siswa siswi yang ada di sekolahnya, ia hanya kenal dengan
Danan saja dan Danan adalah satu-satunya teman dekat Naren.

Beberapa saat kemudian setelah mereka menghabiskan mie ayamnya, mereka pergi ke
atap sekolah dimana itu adalah basecamp mereka berdua ketika ingin bercerita ataupun
menikmati angin. “Nan gue mau nanya deh.” Ucap Naren. “Mau nanya apaan? Tumben lo
nanya ke gue.” Ucap Danan. “Gue nanya ke lo juga karena lo tau segala hal yang ada di
sekolah ini. Lo tau ga siapa cewe yang tadi duduk di meja sebelah kita?” Tanya Naren
dengan serius. “Oh itu namanya Shanum, dia dipanggil Nanum sama anak-anak yg kenal
sama dia, dia dari kelas 12 IPS B. Orang tuanya kaya raya bangett soalnya ayah nya kalo ga
salah dia pengusaha sukses terus ibu nya tuh desaigner gitu. Dia juga aktif banget di semua
bidang dan tentunya pintar. Dia juga punya banyak kenalan di sekolah ini bisa dibilang
famous lah.” Ucap Danan yang memberi tahu segala informasi tentang Nanum. “Gila gila
lengkap amat bos udah kayak detektif aja. Makasih ya infonya.” Ucap Naren. “Iya sama-
sama, lu mau deketin dia ya?” Tanya Danan yang membuat Naren tersipu malu. “ENGGA.
Cuman mau tau ajaa.” Ucap Naren berbohong.

Tak lama bel berbunyi 4 kali yang berarti seluruh siswa-siswi akan pulang ke rumah
mereka. Saat Naren keluar dari kelas nya seseorang melewati dirinya dengan sangat cepat
sehingga buku dari pemilik itu terjatuh di hadapan Naren, lalu Naren mengambil bukunya
dan membukanya sehingga ia melihat ada nama ‘Shanum kelas 12 IPS B’. Naren terkejut
karena itu buku milik Nanum, akhirnya Naren menyimpannya dan berniat untuk
mengembalikan buku itu di esok hari. Saat Naren sudah sampai rumah “Ibu Naren pulang.”
Ucap Naren yang membuat wanita paruh baya itu bangun dari renungannya. “Iya nak,
gimana sekolahnya?” Tanya ibu dengan suara yang serak seperti sudah menangis hal itu
membuat Naren tersontak khawatir. “Ibu kenapa? Kayak habis nangis?” Tanya Naren penuh
khawatir. “Jualan ibu ga laku ya bu?” Tanya Naren yang mencoba menebak apa yang di
tangisi oleh ibu, tanpa ada jawaban ibu langsung menangis. Naren sudah menduga hal itu
“Ibu ga apa apa kok kalau jualan nya ga laku, semua orang pasti ada naik turunnya dan seiap
orang punya rezekinya masing-masing. Kita makan cuman pake tahu atau telor doang juga ga
apa apa bu Naren tetep bersyukur akan hal itu, asalkan Naren bisa makan bareng sama ibu.”
Ucap Naren yang memberi tahu kepada ibunya. Ibu hanya bisa menangis dan tersadar bahwa
yang di ucapkan oleh Naren itu sangat benar.

Keesokan pagi nya Naren berangkat ke sekolah tidak lupa berpamitan dengan ibunya,
“Ibu Naren berangkat sekolah ya.” Ucap Naren sambil menggunakan sepatu. “Iya hati-hati ya
nak.” Jawab sang ibu. Naren pergi menggunakan sepeda tua nya, sepeda itu dulu bekas punya
ayah Naren. Sesampainya di sekolah Naren langsug pergi ke kelas 12 IPS C untuk
mengembalikkan buku Shanum. “Halo permisi, maaf ada yang namanya Shanum ga ya?”
Tanya Naren yang muncul dari depan pintu kelas, melihat kehadiran Naren seisi kelas
terkejut dan terpesona dengan kehadiran Naren. “Shanum belum dateng ren” Ucap salah satu
siswa yang kenal dengan Naren karena dia merupakan anggota OSIS. “Oh gitu ya, nanti kalo
udah dateng tolong beri tahu Shanum ya. Makasih.” Ucap Naren, setelah kepergian Naren
serentak semua siswa berteriak dan kaget karena Naren mencari Shanum.

Jam istirahat tiba, Naren memutuskan untuk ke kelas Shanum. “Ren mau kemana lo?”
Tanya Danan yang melihat Naren sangat terburu-buru beranjak dari kursi nya. Tetapi Naren
tidak menjawabnya karena Danan penasaran akhirnya dia mengikuti Naren dari kejauhan
agar tidak ketahuan. “Misi ada Shanum ga ya?” Tanya Naren yang muncul dari depan pintu
kelas. “Oh iya aku, ada apa ya?” Jawab Nanum sambil mengangkat tangannya dan langsung
beranjak dari kursi nya lalu menghampiri Naren ke luar kelas. “Eee ini buku kamu jatuh
waktu kemarin.” Ucap Naren sambil menahan agar dia tidak terlihat grogi. “YA TUHAN,
MAKASIH BANGET YA AKU DARI KEMARIN NYARI BUKU INI.” Ucap Nanum
dengan rasa syukur karena bukunya ketemu. “Iya sama-sama, oh iya kenalin aku Narendra
bisa dipanggil Naren dari kelas 12 IPA A.” Ucap Naren sambil mengulurkan tangannya agar
bisa berjabat tangan dengan Nanum. “Kenalinnn aku Shanumm biasa dipanggil Nanum
hihihi.” Ucap Nanum sambil menerima jabatan tangan Naren.
Saat Naren kembali ke kelas ia melihat Danan yang sedang mesem-mesem sendiri.
“Lo kenapa mesem-mesem gitu deh?” Ucap Naren heran “Lo lagi jatuh cinta ya sama
Nanum? AHAHAHAHA” Ucap Danan sambil tertawa keras. “Sok tau lo.” Jawab Naren
dengan muka datar. “Alah boong tadi aja grogi di depan Nanum AHAHAA” Ucap Danan
yang membuat Naren kaget. “Kok lu bisa tau gue grogi dan tau kalo tadi gue ngobrol sama
Nanum? LO NGIKUTIN GUE YA?” Tanya Naren. “Iya gue ngikutin lo HAHAAHA” Ucap
Danan yang lagi dan lagi tertawa. Mendengar hal itu membuat Naren tersipu malu, setelah
pertemuan tadi di pikiran Naren kini muncul nama Nanum yang membuat nya terpesona.

Setelah berhari-hari Naren memikirkan Nanum akhirnya dia memutuskan untuk


mengejar Nanum agar bisa mendapatkan hatinya. Naren mulai berani untuk meminta nomor
nya dengan alasan jika Nanum butuh bantuan Naren bisa membantunya. Dari situ mereka
berdua mulai dekat satu sama lain dan menjadi lebih sering bertemu. Suatu pagi saat Naren
berjalan di lorong dia melihat bahwa Nanum sedang berbicara dengan seorang laki-laki dan
tampaknya mereka berdua sangat akrab. “Danan gue mau tanya, Nanum akhir-akhir ini lagi
deket sama cowo bukan?” Tanya Naren kepada Danan yang masih mengumpulkan nyawa
karena dirinya masih mengantuk. “Ren lo yang bener aja ini masih pagi buta gue masih
ngantuk, lo dateng-dateng nanyain Nanum udah punya cowo atau belum.” Jawab Danan yang
menggerutu. “Iya sorry, tapi lo bisa jawab pertanyaan gue sekarang ga.” Tegas Naren. “Iya
iya, cowo yang lo liat itu anak kelas 12 IPS A dia namanya Gava bisa dibilang si Gava ini
emang lagi ngedeketin Nanum, tapi Nanum nya gasuka sama dia dan pernah waktu itu si
Gava ini nembak Nanum tapi Nanum nya nolak ya karena ga suka. Katanya sih Gava kayak
anak bandel dan emang iya hahaha.” Jawab Danan. “Terus kenapa Nanum sama Gava
sekarang akrab banget?” Tanya Naren penasaran. “Itu karena orang tua Nanum sama Gava
tuh akrab banget kan nah orang tua nya Nanum tuh malah ngejodohin Nanum sama Gava.
Kalo Nanum ga bersikap baik ke Gava, Gava bakal lapor ke orang tuanya dan bisa aja
Nanum di marahin sama orang tuanya. Makannya dia sama Gava keliatan akrab, aslinya
Nanum pasti muak deh.” Jelas Danan. “Oh gitu oke nice info. Thanks.” Ucap Danan.

Setelah mengetahui hal itu perasaan Naren menjadi lega, dia berpikir bahwa dia bisa
mendapatkan hati Nanum dengan cara seperti mengirimi dia pesan-pesan lucu, memberi dia
surat dan memberi perhatian yang penuh. Setelah berjalan beberapa bulan Naren mulai bisa
merasakan bahwa keduanya mempunyai perasaan yang sama tetapi Naren masih belum
berani untuk menyatakan perasaannya kepada Nanum. “Ren lo kan udah deket banget nih
sama Nanum sampe pernah waktu itu lo ajak dia keluar, kok lo belom jadian juga sih?” Ucap
Danan yang penuh tanda tanya. “Gue masih belom berani nan, tapi sosok Nanum ini pernah
gue ceritain ke ibu dan respon ibu katanya Nanum ini anak yang baik, pintar, dan juga
cantik.” Jelas Naren. “Nah bagus dong lo udah direstuin sama ibu lo? Tunggu apa lagi?”
Tanya Danan. “Lo tau sendiri orang tuanya Nanum kan jodohin dia sama Gava, gue ga bisa
ngapa-ngapain kalo udh gitu.” Ujar Naren. “Bisa kok lo coba aja tarik perhatian orang tua
Nanum, dijamin pasti lansung direstuin.” Ujar Danan. Setelah mendengar perkataan Danan,
Naren merasa ada benarnya dan Naren akan mencoba untuk menarik perhatian orang tua
Nanum dengan cara apapun.

Setelah merenungkan diri Naren memutuskan untuk menyatakan perasaanya kepada


Nanum. “Nanum selama ini aku punya rasa yang berbeda ketika kita bertemu, aku sudah
jatuh hati kepadamu. Aku selalu memperhatikanmu. Aku mencintaimu sejak kita bertemu
Shanum. Maukah kamu menjadi pacarku?” Ujar Naren yang menyatakan perasaannya selama
ini kepada Nanum, Nanum yang mendengar hal itu sontak terkejut dan Nanum bingung dia
harus merespon bagaimana. “Naren sebenarnya aku juga menyukaimu, tetapi bagaimana
dengan orang tua ku yang akan menjodohkan ku dengan Gava?” Ujar Nanum khawatir dan
bingung. “Aku akan menarik perhatian orang tua mu, dan akan langsung berbicara di depan
mereka.” Ujar Naren dengan wajah yang meyakinkan. Setelah mendengar kata-kata Naren,
Nanum akhirnya setuju dan membiarkan Naren untuk bertemu dengan kedua orang tua
Nanum. Sejujurnya Nanum sudah muak dengan perjodohan ini karena perjodohan ini Nanum
menjadi tidak bisa bebas apa yang ingin dia lakukan.

Saat pagi hari di hari yang cerah hari dimana semua orang berlibur. Naren pergi ke
rumah Nanum untuk berbicara kepada Orang tuanya agar mereka bisa di restui dan Nanum
bisa bebas dari perjodohan ini. “Permisi” Salam Naren yang membuat pintu rumah terbuka
dan dihadapannya muncul lah seorang wanita paruh baya yang cantik. “Iya ada apa ya?”
Tanya wanita paruh baya itu, melihat hal itu Nanum yang tadinya masih di tangga dia
langsung cepat-cepat untuk turun kebawah. “Mah ini Naren, dia mau bicara sama mamah
papah.” Ujar Nanum. Lalu mereka semua akhirnya berkumpul di meja makan sekalian untuk
makan bersama. Orang tua Nanum sangat ramah sekali hal itu membuat Naren sedikit lega.

Tanpa berlama-lama Naren langsung membicarakan tujuan Naren datang ke rumah


Nanum. Setelah Naren berbicara mengenai hal tersebut tanpa disangka orang tua Nanum
mulai mempercayai Naren dan mereka juga sadar bahwa perjodohan yang mereka buat telah
membuat anaknya tidak nyaman dan merasa tidak bebas. Lalu orang tua Nanum pun setuju
tentang hubungan antara Naren dan Nanum.

Naren dan Nanum mulai menjalani kehidupan mereka dengan kisah romantis di masa
remaja dengan hangat dan serasi. Semua orang di sekolah terkejut dan tidak menyangka
bahwa mereka berdua bisa bersama. Mereka seperti pangeran dan puteri yang menjalani
hubungannya dengan bahagia.

Anda mungkin juga menyukai