Anda di halaman 1dari 19

Chapter 13

Hari Senin, hari identik dengan hari yang penuh dengan keNaypotan. Bagaimana tidak? Hari
Senin siswa atau siswi harus berangkat ke sekolah lebih awal kaNayna ada kegiatan rutin
yaitu “upacara bendera”. Begitu juga dengan Narendra, Ia harus cepat cepat pergi ke sekolah.
Sebab Narendra bangun kesiangan akibat memikirkan Naya. Bukan, Ia memikirkan apakah
Naya akan membeberkan apa yang ia ceritakan kemarin.

Narendra takut kalau Naya menceritakan tentang apa yang ia ucapkan kemarin. Entah
mengapa mulutnya dengan gampang menceritakan tentang masa lalunya. Bukannya Narendra
tidak percaya, tapi kenapa kok tiba tiba mulutnya berbicara seperti itu. Apalagi setelah
menceritakan ‘itu’ Nayaksi Naya hanya diam.

Memikirkan kejadian kemarin membuat Narendra bingung, kesal, marah semua bercampur
menjadi satu.

Bingung kaNayna kenapa kok Ia berani bercerita tentang masa lalunya.

Kesal kaNayna Nayaksi Naya setelah ia bercerita hanya diam. Bukannya menjawab atau
kasih solusi, Naya malah diam.
Marah kaNayna pikirannya tertuju pada mulutnya yang tiba tiba menyebut Naya adalah
kekasihnya.

Flashback on

Narendra dan Naya pulang dengan keheningan yang tercipta. Hanya terdengar riuh kendaraan
yang berlalu lalang. Hingga akhirnya motor Narendra berhenti di sebuah cafe yang letaknya
dekat dengan Apartemen Narendra. Tadi diperjalanan pulang Mereka berhenti di sebuah
masjid untuk melaksanakan shalat.

“Turun” Perintah Narendra.

“Ngapain?” Tanya Naya dengan wajah datar dan polosnya.

Narendra menghela nafas berat.


“Lo tau ini tempat apa?” Tanya Narendra.

Naya menggeleng tapi ia mulutnya menjawab. “Makan”

Narendra menggigit bibir dalamnya kaNayna berusaha menahan senyum. Narendra merasa
gemas dengan gadis didepannya itu. Sejak kejadian di rooftop Narendra merasa ada sebuah
kehangatan yang menyusup di dalam dadanya.
“Kamu kalau mau ketawa ya ketawa saja. Nggak perlu ditahan gitu” Ucap Naya dengan nada
dingin.

Narendra tergelak dengan nada Naya. Ia berpikir Naya mempunyai dissociative identity
disorder, kepribadian ganda.

“Lo punya kepribadian ganda ya? Dua gitu dalam satu orang?” Tanya Narendra.

“Gak. Saya gak punya kepribadian ganda” Jawab Naya.

“Alhamdulillah” Jawab Narendra.

Kemudian Naya mendekatkan badannya seraya berkata “Tapi saya punya tiga”

Wajah Narendra langsung pucat. Matanya memandang kiri-kanan. Tidak ada orang-orang
kaNayna Narendra dan Naya berada di parkiran.

Naya masih melihat Narendra. Matanya memandang tajam kearah Narendra. Kayak ada
perasaan puas setelah menceritakan rahasianya kepada Narendra.

Sementara Narendra memandang Naya dengan rasa cemas. Naya senyum lebar, ngNayspons
terhadap keheningan yang tidak mengenakkan ini.
Narendra memutar otak untuk mencari cara. Senjata ya senjata pikir Narendra. Kemudian la
melihat ke arah bawah dan Ia melihat sebuah ranting. Paling tidak Narendra bisa menodong
kayu tersebut kearah Naya.
Pokoknya kalau Naya deketin gue, gue harus teriak ‘Mundur Lo, Gue punya kayu! Mundur!’
Batin Narendra menjerit
Otak Narendra memberi sinyal Lo gak bisa diem terus, bego. Ya, Narendra masih punya
masa depan untuk ia gapai.

Kemudian Naya semakin mendekat ke Narendra. Sementara Narendra hanya diam. Lo harus
pergi bego. Batin Narendra menjerit.

“Ngapain kamu diem. Katanya mau makan. Ayo Saya sudah lapar ini” Ucap Naya.

“L-lo be-beneran punya ke-kepribadian ganda ya?” Tanya Narendra terbata-bata.

Naya mengangguk, kemudian ia berbisik kepada Narendra.

“Tapi boong” Ucap Naya dengan tawa yang tertahan.


“Gak lucu” Jawab Narendra kesal sambil berjalan menuju ke pintu cafe.

“Jangan marah lah. Kamu gak malu apa? Kamu itu cowok masa gini aja marah?” Bujuk Naya
kepada Narendra dengan tangan yang menarik jaket belakang Narendra.

“Gue nggak marah” Jawab Narendra kemudian duduk di kursi pojok.

“Kalau nggak marah terus apa coba ngambek?” Tanya Naya.

“Itu sama aja lah” Jawab Narendra dengan

Mencubit pipi Naya.


“Ish sakit ini” Ringis Naya.

Narendra langsung melepas cubitannya lalu mengelus pipi Naya dengan lembut.

“Maaf. Gue gak sengaja” Ucap Narendra setelah melepas tangannya di pipi Naya.

“Lo pesen apa. Biar gue yang pesenin” Sambung Narendra.

“Sama” Jawab Naya.

“Disini gak ada menu sama” Jawab Narendra.


“Maksud saya itu menunya samakan sama kamu gitu” Ucap Naya dengan penuh penekanan.

“Tunggu bentar” Ucap Narendra lalu pergi.

Tiba-tiba ada seorang laki-laki datang kearah meja Naya dan Narendra.

“Hai. Sendiri aja nih. Boleh kenalan gak?” Tanya orang tersebut.

Naya hanya diam.

“Cuek banget sih. Kenalin nama gue Ardo. Lo siapa?” Tanya cowok tersebut yang mengaku
namanya Ardo.

Naya tetap diam tak bergeming.

“Jadi cewek itu gak usah sok jual mahal. Gak laku baru tahu rasa Lo. Lo gak kenal gue hah?
Gue pergi kemeja Lo Cuma mau tahu nama sama no telepon Lo. Eh lo-nya sok jual mahal
lagi. Basi tau gak” Ucap Ardo dengan nada penuh emosi.

“Saya gak nyuruh Anda kenalan sama minta nomor handphone kok” Jawab Naya dingin.
“Lo-“ Ucap Ardo dengan mencengkeram kuat pergelangan tangan Naya.
“Anda jangan macam-macam sama saya. Disini banyak orang. Saya bisa teriak kalau saya
mau” Desis Naya dengan menatap laki-laki didepannya dengan tajam.

“Gue gak macam-macam. Gue mau satu macam” Jawab Ardo dengan terkekeh.

“Lepas” Ucap Naya dengan dingin.

“Gak. Sebelum Lo kasih tahu nama sama nomor handphone Lo” Ucap Ardo.

“iPhone 6” Jawab Naya.

“Udah Naya. Saya kasih tahu. Lepas” Sambung

“Hey. Kalau dia minta lepas ya dilepas” Ucap Narendra yang baru datang membawa pesanan.

“Siapa dia. Sok sok’ an kenal saja” Ucap Ardo santai.

“Gimana Gue gak kenal. Dia itu pacar Gue” Jawab Narendra dengan muka datar.

“Pacar. Kalau dia pacar Lo. Gak mungkin dong Lo tinggal. Lo aja baru datang” Ucap Ardo
dengan senyum miringnya.

“Ya gue baru datang. KaNayna pesan”Jawab Narendra tenang.

“Oke Gue lepas. Tapi kasih tau lah nama sama nomor handphonenya” Ucap Ardo yang sudah
melepaskan cengkraman.

“iPhone 6” Jawab Naya dingin.


4

Ardo tergelak mendengar jawaban Naya yang sedari tadi sama.

“Udah dijawab. Sana pergi” Usir Narendra.

“Namanya bener kan ya?” Tanya Ardo memastikan.

Naya mengangguk.

“Oke makasih. Soalnya ini daNay dari temen gue. Makasih loh Al dan makasih untuk Lo
emm iPhone 6” Ucap Ardo sedikit ragu.

“Santai” Jawab Narendra.

Setelah itu Ardo kembali ke mejanya.

19

“Udah dapet belom?” Tanya temannya.

“Dapatlah” Jawab Ardo.

“Siapa?” Tanya Ale.

“iPhone 6” Jawab Ardo


Keempat temannya hanya bisa menahan tawa.

“Itu merk hp, kapt” Ucap Riqki.

“Tapi kan gue udah tanya. Ya udah. Gue udah selesaikan” Jawab Ardo.
“Lo tanya gimana?” Tanya Ale lagi.

“Nama sama nomor telepon Lo apa? Gitu” Jawab Ardo.

“Ya Allah. Punya kapten gini amat sih” Kata Ikra.

“Tadi itu pacarnya kapten Fernando”


Ucap Ardo.
“Oh itu ya. Kapten yang mau ngalahin kapten Cakrawala kan?” Tanya Ilham.

“Yap. Kita nanti wajib nonton. Kita dukung Kapten Fernando” Ucap Ikra.

Narendra sedari tadi mendengarkan percakapan Ardo dan keempat temannya.

“Kamu kenal dia” Tanya Naya.

Narendra mengangguk.

“Iya. Dia Kapten Bangsa” Jawab Narendra.


Naya mengerutkan keningnya.

“Kapten basket SMA Bangsa” Ucap Narendra sambil memakan makanannya.

“Lo wajib nonton ya” Ucap Narendra.

“Nonton apa?” Tanya Naya.

“Lomba” Jawab Narendra.


Naya mengerutkan keningnya tanda ia tidak tahu seraya bertanya.

“Lomba apa?” Tanya Naya.

“Lomba pertandingan basket. SMA Fernando lawan SMA Cakrawala,” Jawab Narendra.

“Wajib nonton, ada tetangga Lo, Arya” Lanjut Narendra.

Arya ikut basket, sejak kapan? Batin Naya bertanya.

“Kalau ada teman” Jawab Naya cepat.

“Nanti

Gue

Cariin” Kata Narendra.

Flashback off

Memikirkan itu membuat Narendra lupa kalau la belum mandi. Apalagi jarum jam
menunjukkan pukul setengah tujuh. Sebuah deringan handphone membuat Narendra
tersentak akan lamunannya. Dengan cepat Narendra melihat jam. "Jam setengah tujuh"
gumamnya. Tanpa pikir panjang Narendra berjalan menuju kamar mandi. Mengabaikan
deringan handphonenya. Setelah selesai mandi dan pakai seragam, Narendra langsung
menuju dapur. Sesampainya di dapur Narendra langsung mengambil dua lembar roti dan
memberinya selai cokelat. Setelah jadi Narendra langsung memakannya. Seusai makan
Narendra kembali menuju ke kamar guna mengambil tas, handphone, sepatu, jaket dan kunci
motor. Setelah itu Narendra menuju ke arah parkiran. "Setengah lapan" Gumam Narendra
sambil melihat ke arah pergelangan tangan yang terdapat arloji. Kemudian Narendra
berangkat ke sekolah. Ya, Narendra berangkat sendiri. KaNayna Raka tak masuk ke sekolah
disebabkan nyokap nya masuk rumah sakit. Dan Gevan, Ia tak sempat kaNayna Ia juga
terlambat bangun. Jadi Ia langsung pergi ke sekolah tanpa menjemput Narendra.

Chapter 14
Diperjalanan menuju ke sekolah Narendra melihat seseorang yang mungkin la kenal.
Kemudian Narendra menghentikan motornya tepat di depan mobil orang tersebut.

Narendra melepas helmnya. Kemudian ia matanya memicing kaNayna orang dihadapannya


adalah guru olahraga barunya, Pak Nayndra.

Sedangkan Pak Nayndra terkejut, ia tak menyangka muridnya yang kemarin melawannya
menghampiri dirinya. Dan jangan lupakan bahwa ia sudah dicap pembunuh oleh muridnya
ini.

“Ngapain kamu berhenti? Kamu mau bolos ya? Atau kamu mau mengatai saya pembunuh”
Tanya Pak Nayndra.

“Asal kamu tahu ya, Saya bukan pembunuh seperti yang kamu tuduh. Kalau kamu tidak
percaya, tunggu buktinya besok” Lanjut Pak Nayndra.

Mendengar ucapan-ucapan gurunya yang paling ia benci membuat bibir Narendra


membentuk senyum seringai.

“Saya kesini niatnya mau bantu dan kalau itu anda saya mungkin tidak akan berhenti,” Ucap
Narendra dengan wajah datar tanpa turun dari motor.
Sangat tidak sopan, Batin Pak Hendra.

“Emm Saya tidak bolos ya? Dan saya bukannya mau mengatai Anda pembunuh kalau Anda
dengan segara mungkin memberikan bukti-buktinya,” Lanjut Narendra.

“Dan saya mau tanya kenapa Anda bisa disini? Oh Anda mau makan gaji buta ya?” Tanya
Narendra tanpa memberi celah lawan bicara untuk menjawab satu pertanyaan.

Pak Nayndra menghela nafas berat. Ia sangat ingat betul sifat Narendra, kepala batu.

1
Salah satu sifat Narendra yang kebanyakan orang tidak suka yaitu, kepala batu yang berarti
keras kepala.

“Terimakasih kaNayna kamu sudah berhenti dan mempunyai kemauan untuk membantu,
meski tidak jadi” Ucap Pak Nayndra dengan telapak tangan di arahkan kearah Narendra, agar
Narendra tidak memotong ucapanya. KaNayna tadi Narendra sempat mau memotong
ucapanya.

“Oke. Kalau kamu tidak bolos, kenapa kamu belum berangkat? Padahal sekarang sudah jam
m delapan kurang tiga dan kamu belum masuk sekolah. Dan saya tidak memakan gaji buta
seperti yang kamu ucapkan tadi. Kalau kamu mau tahu-" Ucapan Pak Nayndra dipotong oleh
Narendra. "Saya tidak mau tahu dan tadi kenapa saya belum ke sekolah. KaNayna Saya telat
bangun" Ucap Narendra. "Kamu ini tidak sopan ya, gurunya ngomong itu dihargai bukan
malah dipotong" Cibir Pak Nayndra. "Oke saya lanjut ucapan yang sudah kamu potong tadi.
Kalau kamu mau tahu atau mungkin tidak mau tahu. Saya akan tetap kasih tahu biar kamu
tidak mengatakan saya hanya makan gaji buta. Mobil saya bannya bocor" Ucap Pak Nayndra.
"Ngomong saja kalau mau numpang. Gak usah panjang lebar kalau bicara" Ucap Narendra
dengan menatap Pak Nayndra dengan tatapan menyelidik. "Hehehe. Kamu ini selalu saja
peka. Boleh lah saya numpang ke sekolah, kali ini saja ya" Pinta Pak Nayndra. Mendengar
pintaan guru sekaligus orang yang paling ia benci kaNayna membuat ia dan sepupunya
merasa orang yang paling Mereka sayangi tidak ada di dunia membuat Narendra terkekeh
geli. "Anda itu jangan sok kenal deh, tadi aja anda sewot sama saya. Sekarang apa minta
tumpangan. Emang anda pikir saya ojek apa" Ucap Narendra. "Saya mau ke sekolah, anda
jadi numpang nggak. Kalau nggak ya syukur jok motor saya nggak berat. Soalnya yang
dibonceng kan banyak dosanya" Ajak Narendra dengan nada menyindir. "Astagfirullah.
Narendra kamu ini mau ngasih tumpangan apa mau nyinyirin saya sih sebenarnya. Heran
deh. Punya mulut kok kayak cewek, pedes banget. Untung yang kamu nyinyirin saya kalau
orang lain, mungkin orang itu udah sakit hati kali ya" Jawab Pak Hendra dengan menyindir
mulut Narendra yang kelewat lemes. "Jadi ngga" Ucap Narendra tidak menanggapi sindiran
Pak Nayndra yang Narendra anggap hanya angin lalu. "Ya jadi dong" Jawab Pak Nayndra
dengan membuka pintu mobilnya guna mengambil tas yang berisi berkas berkas penting
sekolah.
Mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Narendra tidak menanggapi teriakan Pak
Nayndra yang sedari tadi ketakutan itu.

“Al. Pelanin, saya mau muntah nih” Teriak Pak Nayndra keras ralat agak pelan soalnya
suaranya terhalang oleh helm.

“Gue doain semoga Lo dapet istri pembalap” Jawab Narendra santai.


1

“Jangan lah. Bisa-bisa Saya masuk rumah sakit”

Sesampainya di sekolah, Mereka berdua langsung dihadiahi oleh gerbang yang tertutup rapat.

“Al. Sekarang jam berapa?” Tanya Pak Nayndra lupa bahwa ia juga membawa arloji yang
melekat di pergelangan tangan kirinya.

“Jam delapan lewat tiga puluh” Jawab Narendra.

“Wah. Telat sejam setengah ini. Mana boleh masuk ya. Mungkin tadi kalau jam delapan ya
boleh. Kalau jam segini” Ucap Pak Nayndra.

“Anda ada jam?” Tanya Narendra.


“Nggak ada sih. Cuman ada rapat, soalnya kan ada lomba basket” Ucap Pak Nayndra.

“Jam berapa?” Tanya Narendra penasaran.

“Jam sembilan, kalau sekarang langsung ke tempat tujuan sih bisa. Tapi kan saya belum kasih
tahu ketua basketnya” Ucap

Pak Nayndra.

“Izin?” Tanya Narendra.

“Udah. Udah saya izinkan di tugas piket” Jawab Pak Nayndra.

“Lokasi?” Tanya Narendra.


“Di cafe dekat sekolah lawan” Jawabnya.

“Senja” Jawab Narendra.

Pak Nayndra hanya mengangguk singkat. Lalu Pak Nayndra menerima telpon.

“Waalaikumsalam. Kenapa Bu?” Tanya Pak Nayndra.

“Emm- maaf Pak saya ganggu. Ini ketua basketnya maksudnya Narendra tidak masuk. Bapak
kalau mau rapat bisa sama Arya, wakilnya” Jawab orang tersebut diujung sana.

“Bisa di ulangi ucapan Bu Indah. Siapa ketua basketnya" Ucap Pak Nayndra kepada Bu
Indah, kepala sekolah. "Oh Narendra, pak" Jawab Bu Indah. "Emm- Narendranya baNayng
saya ini Bu" Ucap Pak Nayndra. "Oke kalau gitu. Wassalamu'alaikum" Ucap Bu Indah.
"Waalaikumsalam" Jawab Pak Nayndra. Tut. Setelah panggilan terputus, Pak Nayndra
langsung menanyakan apa benar yang dikatakan oleh Bu Indah kalau Narendra itu ke ketua
basket. "Heem" Jawab Narendra. "Kok nggak kasih tahu dari tadi sih, Al?" Tanya Pak
Nayndra. "Nggak nanya" Jawab Narendra. "Ya udah kalau gitu kita kesana langsung aja ya"
Ucap Pak Nayndra. Kemudian Mereka berangkat menuju ke cafe senja.
Di tempat lain, Dhita sedang mengecek suhu badan putrinya, Naya. Suhunya sudah mulai
turun, tidak seperti semalam. Hari ini Dhita izin tidak berangkat ke kantor, kaNayna ia ingin
menjaga Naya. Naya pun tidak berangkat ke sekolah.

Pagi tadi Naya sudah ingin masuk ke sekolah. Tapi, orang tuanya dan abangnya melarangnya
untuk pergi sekolah.

“Bangun dulu yuk, sarapan. Tadi Mama sudah buatin bubur” Kata Dhita sambil membantu
Naya untuk duduk.

Kemudian Dhita menyuapi Naya.

“Pahit,” Lirih Naya.

“Namanya juga sakit, sayang” Ucap Dhita dengan mengelus kepala Naya.
Naya sangat jarang sakit. Sekalinya sakit manjanya minta ampun. Dua seperti anak TK yang
meNayngek minta ini itu.

“Udah” ucap Naya sambil mendorong mangkuk bubur itu.

“Baru juga satu suap, lagi ya. Biar cepat sembuh” Bujuk Dhita kepada Naya.
“Nggak mau, pahit” Jawab Naya d Ngan menutup mulutnya dengan tangannya.

“Kalau udah sembuh besok bisa sekolah lagi. Katanya besok kamu mau nyanyi” Ucap Dhita.

Kemudian Naya menerima suapan

Dhita.

“Sudah ma” Nayngek Naya, Dhita pun menurut yang penting sudah beberapa sendok yang
masuk diperut Naya.

“Minum obatnya” Ucap Dhita dengan mengambil kotak obat.

“Nggak mau Ma, pahit” Nayngek Naya

Dengan suara parau.

“Kalau gak mau minum, Mama antar ya ke rumah sakit biar di suntik aja” Ucap Dhita.

Kemudian mata Naya berkaca-kaca.

“Nggak mau Aya takut Ma” Ucap Naya dengan air mata yang sudah menetes di pipinya.
“Makanya diminum obatnya biar cepat sembuh” Bujuk Dhita.

Kemudian Naya menurut, sebab Naya takut jika berada di rumah sakit apalagi di suntik. Naya
akan merasakan pusing yang sangat luar biasa bila ada sebuah jarum yang menusuk kulitnya.

Chapter 15

Seminggu kemudian, tepatnya hari sabtu. Hari dimana pertandingan basket dilaksanakan di
sekolah. Naya hari ini sudah terlihat rapi dengan mengenakan atasan Hoodie hitam, kasual
celana kotak-kotak, dengan mengenakan kacamata favoritnya. Dengan rambut dibiarkan
terurai. Cantik dan menarik. Dia juga memoles sedikit wajahnya dengan riasan natural.
Sesuai janji Narendra Minggu lalu, Narendra mencarikan teman untuk Naya untuk menonton
pertandingannya. Naya keluar dari pintu kamarnya, langsung di sambut dengan pertanyaan
Arya. "Mau kemana kamu, Ay?" Tanya Arya yang sudah mengenakan kaos basket yang
ditutupi jaket denimnya dan celana basket di atas lutut "Rapi banget, kayak mau kencan aja"
Cibir Arya. Sedangkan Naya cuma menatap Arya sekilas. Kemudian Naya melanjutkan
jalannya menuju teras rumah. "Heh sombong kali kau dek" Teriak Arya dengan meniru gaya
bahasa pamannya. Naya di luar menunggu ojek online pesanannya. Tak lama kemudian, ojek
itu datang. Untung saja kemacetan jalanan ibu kota tidak separah semalam hingga tidak
memerlukan waktu lama Naya sampai di sekolahnya. Begitu sampai, Naya langsung
disambut dengan Narendra yang menatapnya datar. "Kan udah gue bilang tadi apa. Gue tadi
mau jemput Lo. Lo nolak, jadi Lo naik ojek kan" Kata Narendra. "Saya sudah bilang kan,
kalau saya berangkat sendiri" Jawab Naya. Narendra menghela nafas berat. Lalu Narendra
menggandeng pergelangan tangan Naya lembut. "Mau kemana?" Tanya Naya. "Ke teman
Lo" Jawab Narendra. "Saya gak punya teman" Kata Naya. 2 "Jadi selama ini Lo nggak
nganggep gue, Syasa dan sahabat Lo teman" Ucap Narendra dengan tatapan yang sangat
dingin. "Bukan gitu maksud Saya. Saya gak ada temen untuk nonton" Kilah Naya cepat.
Kemudian Narendra mengajak Naya duduk di tempat yang disediakan untuk penonton.
"Mana?" Tanya Naya saat Narendra duduk disampingnya. "Bentar" Gumam Narendra
dengan mata menatap ke ring. Naya langsung mengalihkan pandangannya. "Kenapa
ngeliatinnya begitu banget?"
Tanya Naya.

“Gue takut” Jawab Narendra.

“Apa yang harus kamu takuti. Kamu jangan takut untuk takut. Keberanian menerima takut,
adalah langkah agar kita tidak sungkan mengemis perlindungan Nya” Ucap Naya dengan
memandang lekat manik Narendra.
“Kamu harus optimis. Jangan menyerah. Serahin semua sama Allah. Dan jangan lupa untuk
berdoa” Lanjut Naya.

“Terimakasih ya” Ucap Narendra tulus.

Tak lama kemudian teman yang katanya Narendra mau nemenin dia datang.

“Itu Syasa, Lo sama dia ya” Ucap Narendra.

“Gue harus pemanasan dulu” Lanjut Narendra.

Setelah kepergian Narendra, Syasa menatap Naya dengan kecewa.

“Kenapa kamu gak ngomong sama aku kalau kamu mau ditemenin kesini. Kenapa Narendra
yang ngomong, kenapa bukan kamu. Kita kan sahabat Ay” Ucap Syasa.
“Iya maaf. Janji deh, mulai hari ini Saya mencoba membuka diri buat kamu” Jawab Naya
dengan sungguh-sungguh.

“Bener ya. Janji” Ucap Syasa dengan menyodorkan jari kelingkingnya.

Dengan ragu Naya mengaitkan jari kelingkingnya di jari kelingking Syasa, pinky promise.

“Iya janji” Ucap Naya.

Naya sudah berjanji akan mencoba membuka diri kepada Syasa. Tapi ada setitik keraguan
yang melekat di diri Naya. Naya takut.

Baru saja Naya memberi sedikit nasehat kepada Narendra. Tapi, ia juga mengalaminya. Saya
gak boleh takut sebelum mencoba, ada Allah yang selalu bersamaku Batin Naya.

Kemudian terdengar suara riuh dari penonton saat suara peluit di bunyikan, pertanda
permainan sudah dimulai. Tribun tribun penonton sudah terisi dari berbagai pendukung
masing masing Tim.
Tim SMA Fernando yang memulai permainan, terlihat Narendra membawa bola basket.
Narendra mulai mendribble bolanya, beberapa kali ia harus menghindar kaNayna serangan
lawan. Di rasa cukup aman, Narendra mendribble mendekat kearah ring. Teman-temannya
mengikuti pergerakannya berjaga jaga saat Narendra melempar bolanya Mereka bisa
menangkapnya. Narendra melemparkan bolanya ke arah Arya. Dan langsung ditangkap baik
oleh Arya. Arya melempar tersebut ke arah ring. And, shot. Bola tersebut masuk dengar
sempurna. Dan suara peluit dan teriakan dari tribun terdengar secara bersamaan. 1:0
Sedangkan Naya terpaku saat melihat siapa lawan dari SMA-nya. Seluruh tubuhnya
menegang. Tanpa sadar air matanya membasahi pipinya. Dadanya sesak seperti di hujami
puluhan batu. Melihat dia, membuat Naya mengenang masa dimana dia menghalalkan segala
cara untuk mendapatkan Naya. Termasuk menyabotase motor Alga.
Flashback
Waktu itu hari ulang tahun Naya. Tanggal 20 Juli 2014 Naya dan Arya umur 14 tahun. Naya
mengadakan acara ulang tahunnya kecil-kecilan dengan mengundang Alga, Ozhy dan Icha
saudara tiri Ozhy di Jakarta.

Saat itu orang tua Naya dan Arya sedang berada di Italia untuk menjalankan bisnisnya.
Akhirnya Mereka berdua merayakan ulang tahun Mereka dengan para sahabatnya masing-
masing.

Tepat pukul 02.00 siang Alga sudah berada di rumah Naya dengan membawa hadiah boneka
beruang favoritnya. Kedatangan Alga langsung disambut oleh Naya dan Icha.

“Assalamualaikum” Salam Alga.

“Waalaikumsalam” Jawab Naya dan Icha.

“Wih pacar Naya bawa boneka. Besar lagi” Kata Icha dengan menatap jail Naya.

Yang ditatap langsung senyum malu-malu. Membuat Alga langsung mencubit pipi Naya.
Dibalas dengan delikan kesal. Sontak membuat Alga dan Icha tertawa puas.

“Ish” Dengus Naya jengkel.


“Naya kira Alga gak jadi kesini, soalnya mau ke Jakarta” Kata Naya.
“Inikan tanggal lahir pacar Alga. Masa Alga gak datang” Jawab Alga.

“Emangnya ada kepentingan ya?” Tanya

Naya.

“Enggak ada. Aku ke Jakarta di udang sepupu datang ke acara ulang tahun sahabatnya. Tapi
berhubung acaranya baNayng. Aku Alga. Ya milih kesini deh” Jawab

“Maaf ya. Gara gara Aku, kamu gak bisa dateng ke acara sepupumu” Kata Naya.

“Gak papa” Ucap Alga dengan mengacak pelan rambut Naya.

Tanpa Mereka sadari Ozhy yang berada di belakang memberikan tatapan peringatan kepada
Alga dan memberikan senyum miringnya.

“Eh, kasian kakak gue, masa kita tinggal di belakang sendirian” Kata Icha sambil berlalu.

Kemudian Naya dan Alga menyusul ke belakang.

“Emm. Nay Aku pamit ke depan dulu ya "Emm, Nay Aku pamit ke depan dulu ya mau ambil
sesuatu" Pamit Ozhy. Ozhy berjalan menuju ke mobilnya untuk mengambil sesuatu.
Kemudian mendekat ke arah motor Alga. Entah Ozhy melakukan apa. Tapi sejak tadi, Icha
berjalan di belakangnya untuk mengambil kado untuk Naya. Tapi niatnya diurungkan
kaNayna melihat Ozhy berjalan menuju bagasi. Seingat Icha tadi Ozhy bawa kado ditaruh
samping kemudi. Kecurigaan Icha mulai terbukti. Icha langsung mengeluarkan
handphonenya dan Merekam kejadian itu secara diam-diam. Kemudian Icha kembali ke
belakang dengan wajah pucat. "Kamu kenapa Cha?" Tanya Naya. Icha hanya menggeleng
tanpa mau jawab. "Cha ini punya mu kan?" Tanya Ozhy yang baru datang dengan
menyodorkan kotak kado. Dengan ragu Icha mengambil kotak tersebut dan langsung pamit
pergi ke kamar mandi. Beberapa jam kemudian, acaranya sudah selesai. Ozhy dan Icha
sudah pulang sejak sepuluh menit yang lalu. Dan tertinggal Alga dan Naya. "Nayy, aku mau
kamu selalu bahagia ya. Jangan nangis. Selalu tersenyum. Dan semoga kamu bisa belajar
mengiklaskan. Aku pamit pulang dulu ya. Jangan rindukan aku. Biar aku yang selalu
merindukanmu. Jaga bonekanya baik baik ya?" Kata Alga dengan membawa Naya kedalam
pulangnya. "Iya Alga" Jawab Naya. 9 "Janji loh ya" Kata Alga dengan menyodorkan jari
kelingkingnya dan langsung diterima oleh Naya. "Janji" Ucap Naya dengan tersenyum lebar.
"Emang kamu mau kemana. Besok kan kamu sekolah. Jadi aku gak bakalan rindu kamu
dong" Ucap Naya. "Iya deh terserah pacarnya Alga ini" Jawab Alga dengan tertawa.
"Katanya mau pulang. Ya sudah sana pulang. Entar dicari bunda loh" Peringat "Sampai
ketemu lagi Naya" Ucap Alga. Alga sudah mengendarai motornya dengan kecepatan rata-
rata. Saat mau belok Alga sudah kehilangan keseimbangan kaNayna ada sebuah mobil yang
melaju dengan kecepatan tinggi dan Naymnya blong. Alga bingung, Ia menoleh ke arah
Naya dan tersenyum. Dan mobil itu menghantam motor dan tubuh Alga. "Algaaaa" Jerit
Naya keras dan langsung berlari tanpa mengenakan alas kaki. Naya mengambil kepala Alga
dan memangku kepala Alga di pahanya. "Nay-Nay. Aku sa-yaang ka-mu" Ucap Alga
terbata kaNayna mulutnya mengeluarkan banyak darah. "Alga aku mohon. kamu bangun.
Pak tolong pak bawa Alga ke rumah sakit pak" Ucap Naya dengan menangis kepada orang
yang sudah menabrak Alga. Lamunan Naya berhenti saat Syasa berusaha menyadarkan Naya
dari lamunannya. "Kamu kenapa menangis Ay. Dari tadi pulang. Entar dicari bunda loh"
Peringat Naya. "Sampai ketemu lagi Naya" Ucap Alga. Alga sudah mengendarai motornya
dengan kecepatan rata-rata. Saat mau belok Alga sudah kehilangan keseimbangan kaNayna
ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan Naymnya blong. Alga bingung,
Ia menoleh ke arah Naya dan tersenyum. Dan mobil itu menghantam motor dan tubuh Alga.
"Algaaaa" Jerit Naya keras dan langsung berlari tanpa mengenakan alas kaki. Naya
mengambil kepala Alga dan memangku kepala Alga di pahanya. "Nay-Nay. Aku sa-yaang
ka-mu" Ucap Alga terbata kaNayna mulutnya mengeluarkan banyak darah. "Alga aku
mohon. kamu bangun. Pak tolong pak bawa Alga ke rumah sakit pak" Ucap Naya dengan
menangis kepada orang yang sudah menabrak Alga. Lamunan Naya berhenti saat Syasa
berusaha menyadarkan Naya dari lamunannya.
“Kamu kenapa menangis Ay. Dari tadi Aku panggil nggak nyaut”

Naya menggelengkan kepalanya. Kemudian Naya melihat ke arah depan.

Deg.

Anda mungkin juga menyukai