Anda di halaman 1dari 7

Mengubah Diri: Dari Lemah menjadi Kuat

(Naskah Drama)

Tokoh:

1. Rendra(M.Aulia Rasya) : Pemuda berusia 15 tahun dengan sifat feminin yang sering dibully di sekolah.

2. Budi(Aldo) : Ayah Rendra yang keras dan tidak peduli dengan perasaan anaknya.

3. Maya(Zaskia) : Teman lama Rendra yang mengajaknya tinggal sementara di rumahnya.

4. Dewi(Rafhanah) : Sahabat Rendra di sekolah yang selalu mendukungnya.

5. Tigor(Revi) , Nela(Alya) , dan Erwin(Aldo) : Teman satu sekolah dengan Rendra, suka membully.

6. Buk Nani(Hanifa) : wali kelas 9A

7. Cila(Hanifa): teman Rendra di sekolah

Suatu hari di sekolah SMPN1 Pangkalpinang kedatangan murid baru yang sedang berjalan dengan
gagahnya menuju kelas 9A yang didampingi oleh wali kelas.

(ccengcengceng masuk kedalam kelas, dengan memasukkan tangan ke saku celana).

selanjutnya dia mengeluarkan tangan dari saku celananya (berdiri di depan kelas)

Buk Nani: Assalamu'alaikum anak-anak hari ini kelas kita kedatangan murid baru

(Semua anak sorak gembira/berisik)

Buk Nani: Anak-anak tolong tenang dulu, kasi ibu waktu sebentar untuk berbicara

(Semua anak kelas diam)

Buk Nani: Ibuk persilahkan kamu perkanalan diri kepada teman-teman (merujuk ke Rendra)

Rendra: "Halo temen-temen semuaa, perkenalkan aku Rendra saputra yang biasanya dipanggil Rendra,
aku pindahan dari SMPN 10 Sungailiat, aku pindah ke sini karena ikut orang tuaku dinas di sini."

Cila: "kamu disini tinggal di mana? "

Rendra:"di perumahan papinka"... "Apa ada yang ingin ditanyakan lagi? "
(Semua anak diam)

Buk Nani: "Baiklah aheng bisa duduk di belakang Dewi"

( Rendra langsung berjalan menuju tempat duduk yang disuruh oleh ibuk Nani)

Ibuk Nani: "kebetulan guru-guru ada rapat sekarang, jadi ibuk tinggalkan dulu. Kalian jangan ribut dan
jangan keluar, untuk tugas kerjakan halaman 50."

Semua anak kelas:"Baik buk"

( ibuk Nani pergi meninggalkan kelas 9A)

Siswa pun segera membuka buku hal 50 dan mengerjakan tugas yg diberikan oleh ibuk Nani

Cila: "eh-eh Dewi kita ajak Rendra ngobrol yuk! "

Dewi: " Boleh-boleh ayuk! "

Cila:" Rendra hi namaku cila salken ya"

Dewi:" Klo aku dewi Rendra salken ya"

Rendra:"oh iya Rendra salken juga"

Dewi: " Rendra gimana sekolah disana? Ada yang menonjol gitu atau menarik gitu buat kamu ga?

Rendra: " Biasa-biasa aja sih hehe"

Saat asik ngobrol dengan Rendra, siswa sekeliling mereka mulai ngelirik dan nyamperin ke tempat duduk
aheng dan mengajak aheng berbicara

(Keesokan harinya)
Babak 1: Dalam Kesendirian

Suasana: Di kamar Rendra, dia duduk di sudut kamar dengan raut wajah sedih.

Rendra: (Meratapi dirinya sendiri) Mengapa aku selalu menjadi sasaran bully di sekolah? Apa yang salah
dengan diriku?

(Tiba-tiba terdengar suara Dewi memanggil nama Rendra dari teras rumah)

Dewi : Rendraa, Rendraaaa…

(Akan tetapi rendra memilih untuk tidak keluar dan mengurungkan diri di kamarnya sehingga Dewi
masuk secara diam-diam ke rumah Rendra sambil memastikan Rendra ada di dalam rumah)

Dewi : Rendra kamu dimana?

(Berulang kali Dewi mempertanyakan “Rendra kamu dimana?” sampai akhirnya Rendra menjawab)

Rendra : Aku disini, di dalam kamar.

(Dewi masuk ke dalam kamar)

Dewi: Rendra, apa yang terjadi? Kamu terlihat sangat sedih.

Rendra: (Menatap Dewi dengan mata berkaca-kaca) Mereka terus mengolok-olokku karena aku tidak
seperti mereka, Dewi. Aku lemah.

Dewi: Tidak, Rendra. Kamu tidak lemah. Kamu hanya… sedikit berbeda. Kamu spesial.

Rendra: (Sambil menghapus air matanya) Ayah pasti akan mengerti... Dia selalu melindungiku.

Babak 2: Pertemuan dengan Ayah

Suasana: Di ruang tamu, Rendra duduk bersama Budi.

Rendra: Ayah, aku ingin cerita padamu tentang masalahku di sekolah.

Budi: (Tidak peduli) Nanti saja, Rendra. Ayah sibuk sekarang.


Rendra: Tapi Ayah...

Budi: (Menginterupsi) Sudah, cukup! Jangan ganggu ayah.

Rendra merasa diabaikan dan pergi dari ruang tamu dengan perasaan kecewa.

Babak 3: Keputusan untuk Kabur

Suasana: Di kamar Rendra, dia mulai mengemas barang-barangnya.

Rendra: Ayah tidak peduli padaku. Dia tidak akan pernah mengerti. Aku harus pergi dari sini.

Rendra mengambil beberapa barang dan meninggalkan rumah dalam diam. Sementara itu, di rumah, Budi
merasa kekosongan yang mendalam akibat kepergian Rendra. Meskipun pada awalnya dia merasa marah dan
kecewa, perlahan-lahan dia mulai menyadari kesalahan-kesalahannya sebagai seorang ayah. Dia merasa
menyesal telah mengabaikan perasaan dan kebutuhan anaknya selama ini, dan dia berjanji untuk berubah.

Babak 4: Bertemu dengan Maya

Suasana: Di jalan, Rendra bertemu dengan Maya.

Maya: Rendra, apa yang terjadi? Kamu di sini sendirian?

Rendra: Aku... Aku kabur dari rumah. Ayah tidak mengerti aku, May.

Maya: Datanglah ke rumahku, kamu bisa tinggal di sana sementara waktu. Kamu ceritakan semua apa
yang terjadi nanti.

Rendra: Makasih Maya. Kamu memang temanku.

Rendra mengangguk setuju, diikuti oleh Maya.

Babak 5: Mendapat Dukungan dari Maya

Suasana: Di rumah Maya, Rendra dan Maya duduk di ruang keluarga.


Maya: Kamu harus percaya pada dirimu sendiri, Rendra. Kamu lebih kuat dari yang kamu kira.

Rendra: Tapi bagaimana aku bisa menjadi lebih kuat? Aku merasa begitu lemah. Kamu pasti sudah tahu
mengenai kabar yang beredar. (Rendra menunduk pilu).

Maya: Tentang apa?

Rendra: Aku dibully di sekolah karena aku… aneh, Maya. Sungguh, itu menyiksaku.

Maya: Astaga! Keterlaluan. Kita harus membuat perhitungan ke teman-teman nakalmu itu, Rendra.
Sebagai temanmu, aku tentunya tidak terima kamu diperlakukan begitu buruk.

Rendra: Bagaimana caranya, May? Aku… takut. Orang yang membullyku tidak hanya satu. Melainkan
hamper semua kelas tidak suka melihatku.

Maya: Kita gunakan cara lain, Rendra. Kita akan membangun kembali kepercayaan dirimu bersama-
sama. Kamu tidak sendirian.

Babak 6: Proses Perubahan

Suasana: Berbagai adegan menampilkan Rendra dan Maya melakukan berbagai kegiatan bersama untuk
memperkuat Rendra secara fisik dan mental.

Maya: (Sambil berlatih bela diri) Kamu harus fokus, Rendra. Tarik kekuatanmu dari dalam.

Rendra berlatih dengan gigih, menunjukkan kemajuan dari hari ke hari.

Babak 7: Kebangkitan Kembali

Suasana: Di sekolah, Rendra tiba-tiba muncul dengan sikap yang lebih percaya diri dan lebih maskulin.
Latihan bela diri yang konsisten dia lakukan tidak hanya berdampak pada tampilan fisiknya, melainkan aura
gentleman yang begitu kentara.

Dewi: (Terkejut) Rendra, kamu berubah sekali! Kamu seperti orang baru.

Rendra: (Dengan tegas) Aku tidak akan lagi menjadi bulan-bulanan mereka. Aku adalah Rendra, dan aku
kuat.

Dewi: Aku yakin dengan perubahanmu ini, anak-anak songong itu tidak akan berani lagi menggangu atau
mencemooh kamu, Rendra.
Rendra mengangguk mantap untuk menyatakan perubahan yang lebih baik bagi dirinya.

Babab 8: Bangkit

Suasana: saat jam istirahat, terpantau Rendra duduk di salah satu meja kantin dengan siomay dan es teh
manis untuk mengganjal lapar. Teman usilnya, Tigor dan anak buahnya mendatangi meja Rendra.

Tigor: Nampaknya adik manis sudah berubah menjadi pemuda perkasa.

Alex: Alamak!!! Lihatlah ototnya, semakin kekar saja terlihat.

Erwin: Kalau gini kan nampak berwibawa kau.

Rendra: Mengangkat pandangan.

Erwin: Jangan salah paham. Kita-kita di sini senang melihat perubahan drastismu itu, Rendra.

Tigor: Yah, sudah saatnya kau berubah. Berubah menjadi lelaki perkasa seperti kita-kita ini, hahaha
(tertawa semangat).

Alex: Aku akui, aku bangga padamu Rendra.

Mereka yang dulunya terkenal tidak menyukai Rendra, perlahan namun pasti mulai menerima perubahan
Rendra.

Babak 9: Penerimaan Diri Sendiri

Suasana: Di rumah Maya, Rendra duduk bersama Maya.

Maya: Kamu telah melakukan perubahan besar, Rendra. Kamu benar-benar luar biasa.

Rendra: Terima kasih, Maya. Aku belajar bahwa aku harus menerima diriku apa adanya, tetapi juga bisa
berubah menjadi yang lebih baik.

Maya: Kamu sudah melalui perjalanan yang luar biasa, Rendra. Aku bangga padamu.

Babak 10: Rekonsiliasi dengan Ayah

Suasana: Di rumah Budi, Rendra mendekati ayahnya.


Rendra: Ayah, aku ingin berbicara. Aku minta maaf karena kabur tanpa memberi tahumu, Ayah.

Budi: (Merasa bersalah) Maafkan aku, Rendra. Aku tidak menyadari betapa pentingnya dukunganku
bagimu.

Rendra: Aku ingin ayah tahu bahwa aku telah berubah. Aku tidak akan lagi menjadi anak yang lemah.

Budi: (Memeluk Rendra) Aku bangga padamu, Nak.

Babak 11: Perjalanan Masa Depan

Suasana: Di ruang tamu, Rendra, Maya, dan Budi duduk bersama.

Maya: Sekarang kamu menjadi pemuda yang lebih kuat dari sebelumnya, Rendra.

Rendra: Terima kasih Maya. Ini semua juga berkat dukungan dan bantuanmu. Terima kasih sudah
menyadarkanku bahwa aku bukan manusia yang lemah. Terima kasih juga mau membimbingku.
Mengajariku bela diri dan bertemu dengan orang-orang luar biasa lainnya. Aku sekarang tahu, kalau
tidak peduli seberapa keras tantangan yang aku hadapi, aku ternyata bisa mengatasinya.

Budi: (Bangga) Kamu adalah anak yang hebat, Rendra. Ayah akan selalu mendukungmu. Terima kasih
juga untuk Maya. Kamu adalah teman yang baik. Kamu bias mengajak Rendra ke jalan yang benar dan
membantunya lebih percaya diri sekarang.

Maya: Sama-sama Rendra, sama-sama Om Budi. Aku senang membantu temanku.

Rendra: (Dengan percaya diri) Aku akan terus berjuang, tidak lagi menjadi korban bully yang lemah, akan
tetapi menjadi pemenang dalam hidupku.

Tutup Panggung

[Narator]

Dan demikianlah, Rendra mengakhiri perjalanannya dengan rasa lega dan kepuasan yang mendalam. Dia
telah mengubah dirinya dari seseorang yang lemah dan terluka menjadi seseorang yang kuat dan percaya
diri. Dia belajar untuk menerima dirinya apa adanya, sambil juga berkomitmen untuk terus menjadi yang
terbaik dari dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai