BUKA
BA TA
KLIK DISINI
KLIK DISINI
Sinopsis Drama
Dina diminta ibunya untuk mengantarkan barang titipan tantenya. Dina meminta Winda untuk menemaninya kerumah
tantenya. Ditengah perjalanan, motor Dina bannya kempes dan tidak ada bengkel disekitar jalan yang mereka lewati. Secara
kebetulan, Astrid dan Hesti melihat mereka saat sedang mendorong motor. Astrid pun memberikan pertolongan kepada
Winda dan Dina dengan cara mendorong motor secara bergantian hingga sampai disebuah bengkel.
Dialog Drama
Dina:
Win, besok pagi kan libur sekolah.. kamu ada waktu nggak untuk nemenin aku ke rumah tanteku? b MENU
Winda:
Besok? aku belum tahu ya.. emangnya kamu ada perlu apa kerumah tante kamu?
Dina:
Aku disuruh ibuku nganterin barang titipan tanteku.
Winda:
Emangnya barang apa?
Dina:
Aku belum tahu. Entah apa barangnya. Gimana, kamu besok bisa apa nggak?
Winda sebenarnya ada acara sendiri, namun dia sulit menolak permintaan Dina.
Winda:
Ya sudah deh, besok aku anterin kamu. Jam berapa besok? aku kerumah kamu atau kamu yang kerumahku?
Dina:
Terserah kamu deh, jam 8 atau jam 9 gitu.. kalau kamu mau mending kamu aja yang kerumah aku.
Winda:
Ya sudah, besok jam 8.30 aku kerumah kamu, terus kita langsung kerumah tante kamu.
Keesokan harinya Winda dan Dina berangkat menuju rumah tante si Dina yang jaraknya sekitar 20 km dari rumah Dina. Pas
ditengah-tengah jalan moto yang dikendarai Dina bannya bocor, dan tidak ada tempat penambalan ban disekitar situ.
Dina:
Aduh.. gimana nih, bannya bocor? kayaknya pecah nih ban!
Winda:
Gimana ya.. nggak ada bengkel tambal ban lagi disini.
Mereka bedua pun mendorong motor tersebut sambil keringat membasahi tubuh mereka. Setelah hampir 30 menit
mendorong motor, tiba-tiba ada sebuah mobil box yang menghampiri mereka. Pengendara mobil box itu menawarkan jasa
pengangkutan motor hingag ke bengkel tedekat kepada Dina.
Dina:
Iya. bisa minta tolong angkutin motor aku sampai bengkel nggak?
Dina:
Kok mahal amat, bang? 50 ribu ya?
Sopir mobil box itu menolak, alhasil Dina dan Winda harus meneruskan mendorong motor mereka.
Setelah mendorong moto selama 45 menit, tiba-tiba ada salah seorang sahabat Winda, yaitu Astrid yang kebetulan lewat di
jalan itu. Astrid bersama adiknya bernama Hesti.
Astrid:
Stop.. stop, hes…
Hesti:
Kenapa kak? ada apa?
Astrid:
Itu kayknya Winda deh.. Win… Win… b MENU
Winda:
Eh itu Astrid..
Astrid:
Motor kamu bocor bannya? kasihan sekali.. kamu mau kemana nih?
Winda:
Nih aku mau nganterin Dina kerumah tantenya. Nggak tahu nih, bengkel kayaknya masih jauh.. aku udah capek banget dorong
motor dari tadi.
Astrid berusaha memberi pertolongan kepada sahabatnya itu, namun dia juga tidak bisa berbuat banyak karena disekitar itu
memang cukup sepi.
Astrid:
Aduh.. gimana ya.. ok, gini aja.. kalian kan sudah capek banget nih. Sekarang biar aku yang dorong moto kamu, terus kamu
bawa motor aku sambil ngikutin dari belakang.
Winda:
Emang kamu nggak kecapekan entar? berat lo dorong motor ini..
Astrid:
Ya tentu saja kau bakal capek, makanya kita gantian gitu..
Motor tersebut didorong oleh mereka berempat secara bergantian hingga akhirnya mereka tiba diasalah satu bengkel tambal
ban.
Pesan sosial dari drama diatas adalah tentang kepedulian seorang sahabat. Jika ada sahabat kita yang sedang dalam
masalah atau kesulitan, maka kita harus menolongnya.
JUDUL : KEJUJURAN
Dalam suasana belajar mengajar di dalam kelas dan sedang dilakukan ulangan mendadak serta mengumpulkan tugas.
Guru : Anak – anak, silakan dikumpulkan tugas karya tulis minggu kemarin.
(kemudian satu persatu siswa naik mengumpulkan tugas karya tulis masing-masing)
Guru : Karena ini merupakan tugas perorangan, maka penilian akan dilakukan berdasarkan isi dari karya tulis
kalian. Oke, masukkan buku kalian semua. Bapak akan mengadakan ulangan.
Reni : Hah, ulangan apa lagi pak? baru saja 2 hari yang lalu diadakan ulangan
(sambil berjalan membagikan kertas folio. Suasana ruang kelas berubah menjadi gaduh karena setiap siswa mengeluh
tentang diadakannya ulangan mendadak ini)
Guru : pada ulangan kali ini, bapak ingin kalian menulis ulang pokok-pokok dan kesimpulan dari karya tulis yang
kalian buat.
(kemudian siswa hening dan sibuk mengerjakan ulangan. Sedangkan pak guru sibuk memeriksa tugas karya tulis yang tadi
dikumpulkan. pak guru menemukan keanehan pada tugas karya tulis milik Rara dimana isinya sama persis dengan karya tulis
milik Rina. Setelah 20 menit berlalu, kemudian kertas ulangan dikumpulKAN.
Guru : baiklah yang lain bisa istirahat. Tolong Rara dan Rina tetap disini, bapak mau bicara.
b MENU
Guru : bapak minta kalian berdua jujur kepada bapak. Kenapa tugas kalian bisa sama persis, bahkan titik dan
komanya juga.
Guru : Lalu, Mengapa isi dari jawaban ulangan kalian tadi tidak sama dengan isi karya tulis kalian?
Guru : kalau begitu, bapak anggap kalian tidak mengerjakan tugas karya tulis dan tidak mengikuti ulangan tadi.
Rina : maaf pak. Kalau saya jujur, apakah kalau saya berkata jujur maka bapak akan memaafkan saya?
Guru : tentu.
Rina : saya mendapatkan materi untuk tugas karya tulis dari internet pak. Saya langsung copy paste dan tidak
saya baca lagi. Itulah mengapa ulangan tadi tidak sama dengan isi karya tulis saya
Rara : saya minta tolong Reni mengerjakan tugas karya tulis itu pak. Dan kelihatannya dia mencari sumber dari
internet.
Rara : baik pa
Guru : iya, bapak ingin bertanya, apa benar murid 1 minta tolong pada kamu untuk mengerjakan tugasnya ???
Reni : iya pak, maafkan saya pak. Rara bilang dia tidak mengerti tugas dari bapak terlebih dia bilang dia tidak bisa
mencari tugas tersebut dari internet karena dia tidak punya uang untuk ke warnet
Guru : Baiklah kalau begitu. Tugas karya tulis dan ulangan kalian bapak kembalikan. kalian harus membuat karya
tulis lagi dan dikumpulkan dalam 3 hari.
Sebuah kisah yang terjadi disebuah sekolahan yang sangat terkenal bernama Growpee High School. Disana tedapat sebuah
persahabatan yang bernama The Friend, beranggotakan tiga pelajar populer yang bernama Coki, Cerie, dan Canera.
Pada suatu ketika seorang anak bernama Cinderella yang dari dulu ingin gabung ke dalam anggota The Friend akhirnya
memberanikan diri untuk bertanya agar bisa masuk anggota The Friend.
Keesokan harinya, Cinderella datang pagi sekali, di dalam kelas dia hanya bertemu Cerie. Dan kemudian dia mulai
menjalankan rencana jahatnya.
Cinderella : “Hey Cerie. Maaf ya kemarin saya ga bermasud bikin kalian marah.”
Cerie : “Ya gapapa kok. Kemarin kita juga yang kelewatan.”
Cinderella : “Cerie, kamu kemarin pulang sendiri?”
Cerie : “Ya, emang kenapa?”
Cerie : “Masa sih, kemarin dia pulang bareng cowok gue coba. Ga punya perasaan banget deh tu anak.”
Coki : “Ha? Lo kata siapa?”
Cerie : “Cinderella yang kasih tau gue, katanya kemarin dia lihat langsung.”
Coki : “Terus lo percaya gitu aja? Asal lo tau aja ya, kemarin tu gue ga dijemput, jadinya pulang bareng Canera.”
Cerie : “Apa? Tapi Cinderella bilang…”
Coki : “Jadi, lo lebih percaya Cinderella yang tiba-tiba muncul dan ingin masuk geng kita daripada sama sahabat lo sendiri
yang udah dekat dari dulu?”
Cerie : “Jadi, Cinderella udah bo’ongin gue gitu?”
Canera : “Apa? Gue punya salah apa sih sama elo Cinderella? Lo sakit hati gara-gara gue marahin waktu itu?”
Cinderella hanya terdiam, mukanya terlihat jengkel tetapi tidak mau mengatakannya.
Coki : “Lo beneran marah Cinderella? Maaf banget deh, kita ga bermaksud nyakitin hati lo.”
Cerie : “Jika lo marah bilang dong. Ga usah pake acara ngefitnah orang segala.”
Canera : “Cerie udah, dia kaya gitu kan karena kita juga yang salah.”
Cinderella : “Maaf ya, saya cuma iri liat kalian yang selalu bareng, sedangkan saya ga punya temen.”
Coki : “Cinderella, harusnya lo bilang dong yang sebenernya, mungkin kita bisa ngerti.”
Cinderella : “Kalian ga salah kok. Saya nya aja yang kelewatan. Ga seharusnya saya bikin kalian berantem.”
Cerie : “Makanya, jika mau berbuat sesuatu tu dipikir dulu! Sekarang lo minta ma’af sama Canera!”
Cinderella : “Canera, ma’afin saya ya? Saya…”
Canera : “Ya Cinderella, saya ma’afin. Asal jangan diulangi aja.”
Cinderella : “Coki, Cerie, ma’afin saya juga ya? Saya emang salah.”
Cerie : “Bagus deh jika lo nyadar.”
Coki : “Cerie, udah dong. Dia kan udah minta ma’af. Malahan harusnya kita minta ma’af juga ke dia.”
Cerie : “Ih, ngapain? Orang dia yang salah kok.”
Canera : “Gimana pun juga, kita juga udah kelewatan memperlsayakan dia kayak gitu.”
Cerie : “Ya deh, ma’afin kita ya Cinderella?”
Cinderella : “Ya, ma’afin saya juga ya?”
Coki : “Lo masih mau kan gabung sama The Friend?”
Cinderella : “Gausah deh, entar jika ada saya, kalian malah berantem terus.”
Canera : “Gak lah, asalkan kamu mau jujur sama kita, kita juga bakal jujur sama kamu.”
Cerie : “So?”
Cinderella : “Ya deh, saya mau. Thanks ya guys. Kalian baik banget sama saya.”
Coki : “Ya! The Friend Forever!!”
Norah :
Penampilan kamu kok payah banget sih?
Andin :
Payah menurut kamu? kayaknya biasa-biasa aja deh.
Linda :
Iya Ndin, penampilan kamu emang terlihat payah banget kok. b MENU
Andin :
La terus aku harus tampil gimana menurut kalian?
Norah :
Ya.. setidaknya baju yang kamu pakai jangan begituan dong! malu-maluin tahu nggak?!
Andin :
Kalian ini pada serius ya? ato jangan-jangan cuman mau ngisengin gue? sepertinya penampilanku simple dan nggak
bermasalah kaya yang kalian bilang.
Linda :
Kamu salah Ndin.. kamu tu kan masih muda, masa pilih baju cocoknya untuk ibu-ibu gitu? ntar cowok kamu malah jadi ogah
lagi sama kamu.
Norah :
Betul itu! cowok kan juga perhatian sama fashion ceweknya. Kalau gaya berdandan kamu kaya gitu jangan nyesel ya nanti
kalau Robi negjauhin kamu.
Andin :
Ya.. kalian ini ada-ada aja deh! ngasih masukan sih ngasih masukan, tapi jangan ampe segitunya dong.. masa ampe harus
kehilangan cowok gue lagi.
Linda :
La emang bener Ndin.. kami ni kan cuman pengen kamu tu terlihat cantik dan bisa bikin cowok kamu ngerasa pede pas jalan
sama kamu. Nah, kalau fashion kamu kayak gini bahaya dong…
Norah :
Bener tu apa yang Linda bilang.
Linda pun dibuat terdian oleh kedua teman dekanya itu. Linda bengong dalam beberapa detik, kemudian dia mereaksi
pernyataan kedua temannya itu.
Andin :
Kalau gitu gue harus bagaimana nih? gimana gue harus memperbaiki gaya berdandan gue?
Tiba-tiba Robi datang dan menghampiri mereka bertiga. Robi sendirian dan penampilan kekasih Andin memukau Linda dan
Norah.
Robi :
Eh.. ladies lagi pada ngapain kok kayaknya serius banget ngobrolnya?
Linda :
Nggak ada kok… ya biasa ngerumpi sesama cewek. Kamu abis darimana Bi?
Robi :
Tadi abis nganterin temen gue, terus lihat kalain disini ya sekalian aja gue gabung. Nggak papa kan cowok sendirian?
Norah :
Ya nggak papa dong! Btw, mau gabung ngerumpi sama kami atau mau ngerumpi sama Andin nih?
Saut Norah dengan mimik bercanda kepada Robi yang sangat khas dengan senyum manisnya itu. Andin pun tanpa segan
memeritahu isi obrolan mereka kepada Robi.
Andin :
Bi, aku mau nanya sama kamu. Jawab dengan jujur ya?
Robi :
Mau nanya apa sepertinya serius amat? emang selama ini aku penah bohong sama kamu? mau nanya apa?
Andin :
Penampilanku payah banget ya?
Mendengar Andin mengajukan pertanyaan itu kepada Robi, Linda pun sangat terkejut dan kemudian coba mengalihkan
perhatian Robi. b MENU
Linda :
Apaan sih kamu Andin? jangan dengarkan dia Bi, si Andin nih kadang-kadang ngomongnya memang sering ngelantur.
Andin :
Kok nggak dijawab Bi?
Robi :
Begini, selama ini gue selalu jujur sama kamu Ndin. Kalu kamu tanya apakah penampilanku payah, jawabannya penampilan
kamu emang nggak sebagus Linda dan Norah. Tapi, aku nggak pernah menjadikan itu sebagai masalah, karena siapapun
kamu, bagaimanapun kamu aku tetap suka kamu.
Andin, Linda dan Norah terdiam sejenak mendengarkan penjelasan dari Robi yang ternyata selama ini juga menyadari bahwa
penampilan Andin memang dinilainya bermasalah, namun ternyata Robi tetap sepenuhnya mencintai Andin.
Andin :
Bi, aku sayang banget sama kamu. Tapi, kamu juga berhak untuk melihat aku seperti yang kamu mau selagi itu bisa aku
lakuin. Kalau kamu kurang suka dengan penampilan aku, kamu bisa menasehati aku supaya aku bisa berpenampilan lebih
baik lagi.
Robi :
Ya, lain kali aku akan ngomong. Dan tadi aku juga sudah bilang ke kamu bahwa penampilan kamu dimata orang lain dan juga
dimata aku tidak menjadi tolak ukur seberapa besar aku sayang sama kamu.
Suasana pun terus diselimuti kedamaian, cinta, dan kebahagiaan. Kedua teman Andin, yaitu Linda dan Norah hanya dapat
tercengang mendengarkan Andin dan Robi saling berkata sebuah kejujuran dan tulusnya cinta mereka.
Alur Drama
Pada pagi hari itu tepatnya di depan rumah Ani, Nani, Jordi dan Dendi sedang berkumpul. Tidak lama kemudian si Ani keluar
dari rumahnya mendengar ketiga temannya itu sedang ngobrol didepan halaman rumahnya.
Ani:
Hai, ada apa ini? Kok tumben kalian pada gerumpi didepan rumah akau.. nggak manggil aku lagi?!
Nani:
Aku tadinya sih mau manggil kamu, tapi kamunya aja yang sudah keburu nongol. Nggak ada acara kamu hari ini, An?
Ani:
Nggak ada tuh.. emang mau ngajak kemana kok kayaknya mau ngajak aku jalan gitu?
Nani:
Nggak kok, aku cuman nanya aja.. ya, sapa tahu aja kamu mau kemana gitu, kan biasanya kamu padat acara.
Ani:
Nggak ada kok, hari ini aku stay dirumah aja.
Tiba-tiba Jordi menyampaikan idenya kepada teman-temannya untuk ngejahilin Lela yang biasanya lewat didepan rumah Ani.
Jordi: b MENU
Dendi:
Ide apaan tu?
Jordi:
Bisanya jam sgini kan Lela pasti lewat sini, gimana kalau kita kerjain dia. Setuju nggak kalian?
Dendi:
Ngerjain Lela?! Ah.. kamu ini jahat amat sih jadi orang!
Ani:
Iya tuh.. kenapa sih dari dulu kamu tuh nggak pernah berubah, Di. Dari dulu kerjaannya pengen ngejahilin orang terus!
Jordi:
Biarin.. kan itu emang hobiku.
Nani berusaha untuk menyadarkan Jordi yang diusianya sudah menginjak 17 tahun, tapi sikapnya masih saja seperti anak-
anak.
Nani:
Jordi, kamu tu kan udah dewasa, mestinya tabiat buruk yang selama ini melekat pada diri kamu itu sudah beransur
menghilang, ini nggak malah sepertinya makin menjadi.
Ani:
Tuh.. dengerin kata si Nani, harusnya kamu tuh bisa bersikap lebih dewasa, dan kebiasaan kamu yang suka ngejahilin orang
itu sedikit demi sedikut harus kamu hilangin.
Karena Jordi anaknya memang keras kepala dan suka menganggu orang lain, maka dia tidak mengedahkan nasehat teman-
temannya.
Jordi:
Ah,,, masa bodoh kalian!
Melihat sikap si Jordi yang tidak juga sadar diri tentang kebiasaan buruknya, Dendi pun berusaha menyadarkan Jordi.
Dendi:
Iseng itu emang boleh aja sih, Jordi. Tapi, kalau berlebihan kan nggak baik juga. Lela tu anaknya baik dan pendiam, terus
kenapa tega amat kamu mau ngerjain dia. Emang salah dia apa?
Ani:
Bener banget apa yang Dendi bilang. Justru kalau aku pas ngelihat Lela itu yang ada dihati ini malah rasa hiba.
Jordi:
Iba? Emang kenapa kok harus ngerasa iba?
Ani:
Lela itu kan sudah nggak punya Ibu. Dia sehar-hari menghabiskan waktunya untuk membantu ayahnya dagangan di pasar.
Jordi baru tahu kalau ternyata Lela sudah tidak memiliki ibu. Mendengar kabar tersebut, keinginan Jordi untuk menjahili Lela
pun pupus.
Jordi:
Oh.. begitu ya.. kasihan ya si Lela! Ya sudah deh, aku janji nggak bakalan ngejahilin atau ngerjain Lela lagi.
Nani:
Bagus itu, tapi jangan hanya sama Lela dong! Sama siapapun kamu nggak boleh bersikap jahil. Itu kan perbuatan dosa.
Ani:
Bener itu!
Jordi:
Ah.. kalian dikit-dikit dosa!
Semenjak itu, Jordi sudah tidak pernah menganggu Lela lagi, namun perangai buruknya masih saja tidak berubah. Jordi
sering membuat onar dikampungnya dan juga disekolahan. b MENU
© 2006
P a g i B e n i n g
T e m p a t K e j a d i a n
Madrid – Spanyol
b MENU
Pemain
Donna Laura
Masih nampak jelas bahwa dulunya cantik dan tindak tanduknya menunjukkan bahwa mentalnya juga baik.
Don Gonzalo
Petra
Juanito
( DONNA LAURA MASUK, BERPEGANGAN TANGAN PADA PETRA. TANGANNYA YAN LAIN MEMBAWA PAYUNG YANG JUGA
UNTUK TONGKATNYA )
LAURA : Aku selalu merasa gembira sekali di sini. Syukur bangkuku tidak ditempati orang lain. Duhai, pagi yang cerah!
Cerah sekali.
LAURA : Ya, kau masih duapuluh tahun (ia duduk di bangku belakang). Aku merasa lebih letih dari biasanya (melihat
petra yang nampak tak sabaR), pergilah kalau kau ingin ngobrol dengan tukang kebunmu itu!
PETRA : Dia bukan tukang kebunku, Senora, dia tukang kebun taman ini!
LAURA : Ia lebih tepat disebut milikmu daripada milik taman ini. Cari saja dia. Tapi jangan sampai terlalu jauh hingga
tak kau dengar panggilanku.
LAURA : (senyum) Aku tahu! Pikiranmu sudah lekat ke sana, heh, si tukang kebun itu!
tapi kenes. (tertawa dan duduk lagi memandang merpati yang sedang makan). Ah, merpati-merpati yang manis. Itu yang
besar mesti lebih dulu, kentara dari kepalanya yang besar, dan itu … aduh , kenes benar. Hai, yang satu itu selesai mematuk
terus terbang ke dahan. Bersunyi diri. Agaknya
ia suka berfilsafat. Tapi dari mana saja mereka ini datang? Seperti kabar angin saja! Meluas dengan mudah. Ha, ha, jangan
bertengkar. Masih banyak. Besok kubawakan yang lebih banyak lagi!
(don gonzalo dan juanito masuk dari kiri. Gonzalo bergantung sedikit pada juanito. Kakinya bengkak, agak di seret)
GONZALO : Membuang-buang waktu melulu! Mereka itu suka benar bicara yang bukan-bukan.
JUANITO : Duduk di sini sajalah, senior. Hanya ada seorang wanita.
GONZALO : Seperti merekat pada bangku saja mereka itu! Heh, tak ada harapan lagi, Juanito. Mari!
LAURA : Tapi kenapa tadi tuan mengutuki pendeta-pendeta di sana itu?
GONZALO : Senora, tapi kita belum pernah jumpa! Dan kenapa tadi Senora menegur saya? Ayo, juanito! (melangkah ke
kanan)
LAURA : Buruk amat perangai si tuan itu! Kenapa orang mesti jadi tolol dan pandir kalau sudah meningkat tua?
(melihat ke kanan). Syukur. Ia tidak mendapat bangku! Itu, orang yang menakut-nakuti merpati-merpatiku. Ha, ia marah-
marah. Ya, ayo, carilah bangku kalau kau dapat! Aduh, kasihan, ia menyeka keringat di dahi. Nah, itu dia kemari lagi. Debu-
debu mengepul seperti kereta lewat! (juanito dan gonzalo masuk)
GONZALO : Apa sudah pergi pendeta-pendeta yang ngobrol itu, Juan?
JUANITO : Tentu saja belum, Senior?
b MENU
GONZALO : Walikota seharusnya lebih banyak menaruh bangku-bangku di sini! Terpaksa juga aku kini duduk bersama
wanita tua itu!
(ia duduk di ujung bangku,memandang dengan iri kepada laura, dan memberi hormat dengan mengangkat topi). Selamat pagi.
GONZALO : “Selamat Pagi”, mestinya cukup dibalas dengan “selamat pagi” saja.
LAURA : Tapi tuan seharusnya juga minta ijin untuk duduk di bangku saya ini.
LAURA : Kenapa bangku yang di san itu juga tuan katakan milik tuan, hah?
( pada dirinya sendiri ) Dasar perempuan tua! Patutnya dia di rumah saja, merenda atau menghitung tasbih.
LAURA : Jangan mengoceh lagi. Aku juga tokh, tak akan pergi untuk sekedar menyenangkan hatimu!
GONZALO : (mengelap sepatunya dengan sapu tangan). Kalau disiram air sedikit tentu lebih baik. Tak berdebu lagi jadinya
taman ini.
LAURA : Apa tuan juga menggunakan lap sebagai sapu tangan?
GONZALO : Hah? Nyonya kan tak punya hak untuk mengeritik saya!
GONZALO : Maaf saja nyonya. Tapi saya mengharap nyonya tidak bernapsu campur tangan urusan orang lain!
JUANITO : Ini, tuan! (mengambil buku dari kantong, don gonzalo memandang dengki pada laura; gonzalo mengeluarkan
kaca pembesar dan kacamata: membuka buku)
GONZALO : Kalau tidak percaya, tanyakan saja kepada kelinci-kelinci dan burung-burung.
GONZALO : Saya pemburu memang. Dan sekarang pun saya tengah berburu.
GONZALO : Ya, Senora. Tiap Minggu saya menyandang bedil bersama anjing saya pergi ke Arazaca. Iseng-iseng berburu!
Membunuh waktu!
LAURA : Ya, membunuh waktu! Apa hanya waktu saja bisa tuan bunuh?
GONZALO : Nyonya kira begitu? Saya bisa menunjukkan kepala beruang besar dikamar saya!
LAURA : Dan saya juga bisa menunjukkan kepala singa di kamar tamu saya, meskipun saya bukan pemburu!
GONZALO : Sudahlah nyonya, sudah! Saya mau membaca. Percakapan cukup! Ngomong putus!
GONZALO : Tapi saya mau ambil obat bersin dulu. (mengambil tempat obat). Nyonya mau? (memberikan obat itu)
LAURA : Persis sama dengan saya! (setelah mengambil bubukan, keduanya bersin berganti-ganti masing-masing tiga
kali).
GONZALO : Maaf, saya mau membaca keras. Tidak mengganggu kan?
LAURA : Silahkan sekeras mungkin, tuan tidak menggangu saya lagi.
Menciumku sekarang
GONZALO : Ada beberapa sajak bagus dalam buku ini. Dengar!
Ia pun kembalilah “
LAURA : Cara tuan membaca dengan kaca pembesar itu sungguh agak menggelikan saya.
Berkata :
LAURA : (Kesamping) Hmm, saya hafal tiap kata syair itu.
GONZALO : Saya gemar sekali puisi-puisi yang bagus. Sungguh gemar sekali. Bahkan ketika masih muda, kadang-kadang
suka bersyair.
GONZALO : Ya, macam-macamlah. Saya dulu sahabat dari Exprosoda, Zorilla, Bocquer, dan penyair-penyair lain. Saya
kenal Zorilla pertama kali di Amerika.
GONZALO : Sering juga. Pertama kesana saya waktu umur 6 tahun.
GONZALO : (tertawa) Yah, tidak sejelek itu nasibku! Saya sudah tua, tapi belum pernah kenal Raja Ferdinand serta Ratu
Isabella!
(keduanya tertawa). Saya juga teman Campoamor, berjumpa pertama kali di Valensia. Saya warga kota di sana.
GONZALO : Saya dibesarkan disana. Dan masa mudaku habis di kota itu. Apa nyonya pernah ke Valensia?
LAURA : Pernah! Tiada jauh dari Valensia ada sebuah villa dan kalau masih berdiri sekarang, bisa mengembalikan b MENU
kenangan-kenangan yang manis. Saya pernah tinggal beberapa musim di sana. Tapi sudah lama lampau. Villa itu dekat laut,
tersembunyi antara pohon jeruk. Mereka menyebutnya … ah … lupa … o ya, Villa Maricella.
GONZALO : Tak asing lagi nama itu … ah, kita tambah tua tambah pelupa … di Villa itu dulu ada seorang wanita paling
cantik yang pernah saya lihat dan saya kenal. Dan namanya … O ya, Laura Liorento!
LAURA : (sadar lagi) Ah, tak apa-apa, hanya mengingatkan saya pada teman karib saya.
LAURA : Memang aneh! Dia diberi sebutan “ Perawan Bagai Perak”.
GONZALO : Tepat, “Perawan Bagai Perak”. Nama itulah yang terkenal di sana. Sekarang saya seperti melihatnya kembali
di jendela di antara kembang mawar merah itu. Nyonya ingat jendela itu?
GONZALO : Dia gadis ideal. Manis bagai kembang lilia. Rambutnya hitam. Sungguh mengesankan sekali!
Mengesankan sampai kapan
saja. Tubuhnya ramping sempurna. Betapa Tuhan telah menciptakan keindahan seperti itu. Dia seperti impian saja.
LAURA : (ke samping) Jika seandainya tuan tahu bahwa impian itu ada di samping tuan, tuan akan sadar impian
macam apa itu, heh?
(kesamping) Gonzalo!
GONZALO : Si jago cinta cakap itu! Peristiwa cinta yang sama.
GONZALO : Tepat, duel itu. Si Jago Cinta itu adalah … saudara sepupu saya. Saya juga sayang sekali kepadanya.
LAURA : Oh ya, saudara sepupu. Seorang temanku menyurati saya dan bercerita tentang mereka. Dia … saudara
sepupu tuan itu … tiap pagi lewat di depan jendelanya dengan naik kuda, dan melemparkan ke atas seberkas kembang yang
segera disambut gadisnya.
GONZALO : Dan tak lama kemudian, dia … saudara sepupu saya itu … lewat lagi untuk menerima kembang dari atas.
Begitu?
LAURA : Benar. Dan keluarga gadis itu ingin agar ia kawin dengan saudagar yang tidak ia cintai.
GONZALO : Dan pada suatu malam, ketika saudara sepupuku tadi tengah menanti gadisnya menyanyi … di bawah jendela,
lelaki itu muncul dengan tiba-tiba. b MENU
GONZALO : Ya, waktu matahari terbit, di tepi pantai, dan si Saudagar itu luka-luka parah. Saudara sepupu saya itu harus
bersembunyi dan kemudian melarikan diri.
LAURA : Saya katakan tadi, seorang teman telah menyurati saya.
LAURA : (ke samping) Kenapa menceritakan padanya? Dia tak curiga apa-apa.
LAURA : Dan apakah tuan pula yang menasihati saudara tuan itu untuk melupakan Laura?
Anak muda – Don Gonzalo itu – bersembunyi di rumah saya, takut menanggung akibatnya yang buruk sehabis menang duel
itu. Dari rumah saya ia terus lari ke Madrid. Ia kirim surat-surat kepada Laura, di antaranya sajak-sajak. Tapi tentunya surat-
surat itu jatuh ke tangan orang tuanya. Buktinya tak ada balasan. Kemudian Gonzalo pergi ke Afrika, sebab cintanya telah
gagal sama sekali, masuk tentara dan terbunuh di sebuah selokan sambil menyebut berulangkali nama Lauranya yang sangat
tercinta.
GONZALO : (ke samping) Saya tak bisa membunuh diriku lebih ngeri lagi.
GONZALO : Memang betul, nyonya. Dia seperti saudaraku sendiri. Dan saya kira tak lama kemudian, Laura telah
melupakannya. Kembali bermain memburu kupu-kupu seperti biasanya. Tak pernah meratapinya.
LAURA : Kalaupun itu sudah sifat perempuan, “Perawan Bagai Perak” adalah terkecuali! Teman saya itu menanti
berhari-hari, berbulan-
bulan, bahkan bertahun-tahun dan tak selembar suratpun tiba. Suatu senja ketika matahari terbenam, dia meninggalkan
rumahnya dan dengan langkah tergesa menuju pantai tempat kekasihnya menjaga nama baiknya. Ia menuliskan namanya di
pasir, lalu duduk di atas karang, memandang ke kaki langit. Ombak menyanyikan tembang duka yang kekal, dan menggapai
batu karang di mana perawan itu duduk. Air pasang segera tiba dan menyapu gadis itu dari muka bumi.
LAURA : Para nelayan di situ sering menceritakan bahwa nama yang ditulis gadis itu lenyap ditelan air pasang.
(ke samping) Toh kamu tak tahu aku reka-reka sendiri cerita kematianku!
b MENU
LAURA : (ke samping) Aku takkan bercerita kepadanya bahwa aku kawin dua tahun kemudian setelah duel itu!
GONZALO : (ke samping) Aku takkan bercerita kepadanya bahwa dua bulan kemudian aku mengawini penari ballet dari
Paris!
LAURA : Nasib memang selalu aneh. Di sini, tuan dan saya, dua orang asing, bertemu secara kebetulan dan saling
menceritakan kisah cinta yang sama dari dua teman lama yang telah bertahun lalu terjadi, seperti sudah akrab benar kita ini!
GONZALO : Ya, memang aneh. Padahal mula-mula kita bertemu tadi, kita bertengkar.
LAURA : Memang kasar. (ramah) Tuan datang lagi besok pagi?
GONZALO : Tentu, asal pagi secerah ini. Dan takkan lagi mengganggu merpati-merpati itu, tapi saya akan membawa
remah-remah roti besok.
LAURA : Oh, terima kasih. Burung-burung selalu tahu berterimakasih. Hei! Mana pembantuku tadi? – Petra!
GONZALO : (melihat laura yang membelakang) Tidak! Tak akan kukatakan siapa aku ini sebenarnya. Aku sudah tua dan
lemah. Biarlah dia mengangankan aku sebagai penunggang kuda tampan yang lewat di bawah jendelanya.
GONZALO : Itu Juanito! Dia sedang bercanda dengan gadisnya! (mengisyarati)
LAURA : (memandang gonzalo yang membelakang) Tidak, aku sudah berubah tua. Lebih baik ia mengingatku sebagai
gadis bermata hitam yang melempar bunga dari jendela.
PETRA : (kepada laura) Si tukang kebun memberikan bunga-bunga ini kepada Seniora.
LAURA : Alangkah bagusnya. Terima kasih. Sedap benar baunya! (beberapa bunga gugur ke tanah)
LAURA : Pagi yang cerah. Tuan besok pergi ke bangku tuan?
GONZALO : Tidak, saya akan kemari saja. Itu kalau nyonya tidak berkeberatan.
GONZALO : Besok pagi. (laura melangkah ke kanan berpegang pada petra. Gonzalo membungkuk susah payah memungut
bunga yang jatuh tadi, dan laura menengok ketika itu)
(keduanya tersenyum)
L a y a r T u r u n
Demikian contoh naskah drama 4 orang yang diharapkan bermanfaat bagi Anda sahabat guru pendidikan.
Baca Juga :
Pengertian Drama Menurut Para Ahli, Bentuk, Unsur, Ciri Dan Contohnya
Pengertian Hikayat : Contoh, Unsur, Ciri Ciri, Jenis, Tujuan
√ Pengertian Teks Cerita Fiksi, Struktur, Contoh, Unsur, dan Kaidah Kebahasaan
Resensi Adalah : Pengertian, Unsur, Sistematika, Jenis, Contoh
Pengertian Cerpen Adalah: Unsur, Contoh Cerita Pendek, Ciri
kinemaster pro
a d s v J v N R V 0 " *
Total: 0
Facebook 0 Twitter 0 Print 0 Email 0 WhatsApp Yahoo Mail Gmail Evernote Line SMS Telegram Facebook Messenger
Posting terkait:
b MENU
Pedosfer : Pengertian, Ciri, Dan Faktor Terbentuknya Beserta Jenisnya Secara Lengkap
Pos-pos Terbaru
i Pedosfer : Pengertian, Ciri, Dan Faktor Terbentuknya Beserta Jenisnya Secara Lengkap
i Gerak Parabola : Pengertian, Jenis, Dan Rumus Beserta Contoh Soalnya Secara Lengkap
i √ Momen Inersia
Materi Pilihan
Sejarah BPUPKI
Sejarah PPKI
Laju Reaksi
Kingdom Monera
Kingdom Protista
Jaringan Ikat
Panca Indera
Gelombang Elektromagnetik
Gotong Royong
Jangka Sorong
Tes Pauli
Tes Kraepelin
Tes Wartegg
Dioda
Kenakalan Remaja
Tabel Periodik
Rukun Shalat
Mandi Wajib
Pengertian Unsur
Intrinsik Terlengkap
gurupendidikan.co.id
Teknik Menulis
Berita Berserta Sifat
dan Jenisnya
gurupendidikan.co.id
Pengertian Cerita
Daerah Beserta
Jenis Dan Unsurnya
gurupendidikan.co.id